Ini adalah Makalah tentang Penelitian Kesadaran Hukum
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Hukum
Fakultas Hukum , Universitas Katolik Parahyangan Bandung
Mohon maaf bila masih banyak kekurangan dalam penulisan dan editting, kamu masih belajar.
Selamat Membaca semoga bermanfaat
Membangun Nasionalisme melalui Upacara Bendera - Universitas Katolik Parahyan...
Penelitian Kesadaran Hukum atas Pelanggaran Penggunaan Zebra Cross
1. PELANGGARAN ZEBRA CROSS
CITRA NOVARIANA
(2013200021)
TRIVESTA KRISTAL
(2013200003)
OLGA TRISTIN
(2013200
YESSICA AUGUSTIN
(2013200075)
KEVIN ANDREAN
(2013200
ELDRIK
(2013200259)
)
)
Dosen : Dr. Ida Susanti,S.H.,LL.M.,CN.
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
BANDUNG
2013
2. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pada masa sekarang ini, banyak sekali bertebaran fasilitas umum yang dapat digunakan.
Kita tidak sulit untuk mencarinya, karena sekarang jumlahnya banyak dan biasanya terdapat di
tempat-tempat umum. Kebiasaaan masyarakat pada umumnya dalam menggunakan fasilitas
tersebut merasa acuh tak acuh dan bertindak masa bodoh serta tidak perduli. Namun dalam
kenyataannya, masyarakat kita seakan tidak dapat memanfaatkan fasilitas umum yang telah ada
dengan baik.
Banyak sarana dan prasarana bagi pengguna jalan, salah satunya adalah zebra cross yang di
fasilisitasi bagi pejalan kaki untuk menyebrangi jalan. Pemerintah member fasilitas ini guna
keamanan dan kenyamanan bagi pejalan kaki itu sendiri. Namun, dewasa ini, pejalan kaki justru
mengabaikan fasilitas yang telah ada dan cenderung melakukan penyimpangan karena tidak
memanfaatkan sara yang ada dan melanggar peraturan.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
1. Apa penyebab terjadinya pelanggaran pemakaian fasilitas jalan zebra cross?
2. Bagaimana kesadaran hukum yang masyarakat miliki?
3. Mengapa terjadi pelanggaran dalam penggunaan fasilitas jalan?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1.
Untuk memenuhi tugas yang diberikan
2.
Untuk mengetahui bagaimana masyarakat bereaksi terhadap fasilitas jalan
3.
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kesadaran akan peraturan bagi masyarakat
1.4 METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini dengan menggunakan metode pengamatan dan pencarian data yang
kami gunakan adalah metode pengamatan langsung, dengan 10 pertanyaan tertutup yang
disusun dalam sebuah questioner, dan satu pertanyaan opini. Hasil pengamatan diperoleh dari
2
3. pengajuan questioner dan satu pertanyaan opini yang diajukan kepada 15 orang pengguna jalan
sebagai sampelnya yang kesemuanya memiliki profesi, tingkat usia, dan status social beragam
mulai dari pelajar, mahasiswa, dan pegawai. Diperoleh hasil pengamatan
7 orang
tidak
menyeberang menggunakan sarana penyeberangan (melanggar) dan 8 orang lainnya
menyeberang menggunakan sarana penyeberangan (tertib).
1.4 WAKTU DAN TEMPAT
Pengamatan dilakukan pada tanggal 22 November 2013, pukul 12:00 sampai dengan
14:00, lokasi pengamatan adalah jalan raya depan Mall Bandung Indah Plaza dan Bandung
Electronic Center.
3
4. BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 KAJIAN TEORI
Bagian Keenam
Hak dan Kewajiban Pejalan Kaki dalam Berlalu Lintas
Pasal 131
(1) Pejalan Kaki berhak atas ketersediaan fasilitas pendukung yang berupa trotoar, tempat
penyeberangan, dan fasilitas lain.
(2) Pejalan Kaki berhak mendapatkan prioritas pada saat menyeberang Jalan di tempat
penyeberangan.
(3) Dalam hal belum tersedia fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pejalan Kaki berhak
menyeberang di tempat yang dipilih dengan memperhatikan keselamatan dirinya.
Pasal 132
(1) Pejalan Kaki wajib:
a. menggunakan bagian Jalan yang diperuntukkan bagi Pejalan Kaki atau Jalan yang paling
tepi; atau
b. menyeberang di tempat yang telah ditentukan.
(2) Dalam hal tidak terdapat tempat penyeberangan yang ditentukan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b, Pejalan Kaki wajib memperhatikan Keselamatan dan Kelancaran Lalu Lintas.
3) Pejalan Kaki penyandang cacat harus mengenakan tanda khusus yang jelas dan mudah
dikenali Pengguna Jalan lain.
4
5. 2.2
PENGERTIAN PEJALAN KAKI
1
Pejalan kaki adalah setiap orang yang berjalan di Ruang Lalu Lintas Jalan. 2Pejalan kaki
adalah istilah dalam transportasi yang digunakan untuk menjelaskan orang yang berjalan di
lintasan pejalan kaki baik dipinggir jalan, trotoar, lintasan khusus bagi pejalan kaki ataupun
menyeberang jalan. Untuk melindungi pejalan kaki dalam ber lalu lintas, pejalan kaki wajib
berjalan pada bagian jalan dan menyeberang pada tempat penyeberangan yang telah disediakan
bagi pejalan kaki.
2.3 PENGERTIAN ZEBRA CROSS
a) Zebra Cross adalah fasilitas negara yang terdapat di Jalan Raya. Semua elemen masyarakat di
Indonesia wajib membuat, merawat, menjaga, dan mengawasi fasilitas tersebut.
b) Zebra Cross diperuntukkan pejalan kaki di Jalan Raya, kendaraan bermotor sepatutnya
menghargai hak pejalan kaki yang menggunakan fasilitas tersebut
c) Kendaraan bermotor sepatutnya menurunkan kecepatan kendaraannya bila melewati zebra
cross. Guna tercipta kenyamanan dan ketertiban semua elemen masyarakat di Indonesia.
d) Penyalahgunaan fasilitas zebra cross oleh semua elemen masyarakat dapat dikenakan sanksi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.3
2.4 KEGAGALAN DALAM PENYEBRANGAN
Adapun kegagalan yang dialami oleh penyeberang dapat dijelaskan sebagai berikut: 4
a. Failures at the information detection stage
Ada beberapa kemungkinan untuk terjadi hal ini. Pertama, penyeberang berada pada
kondisi psikis yang tidak ideal yakni penyeberang terburu- buru, sehingga ia mengabaikan
aturan. Kedua, penyeberang memiliki pengetahuan tentang menyeberang di JPO namun
karena menggunakan JPO dinilai lebih jauh maka ia memilih jalan pintas. Kondisi ini juga
didukung oleh sarana lalu- lintas yang masih memungkinkannya untuk menerobos
memasuki area jalan raya.
1
Menurut UU nomor 22 tahun 2009 Pasal 1:26
Menurut Wikipedia, mengenai pengertian pejalan kaki.
3
Menurut UU no.22 2009
4
Elslande, Van Pierre; Naing, Claire; Engel, Ralf. 2008. Analyzing Human Factors in Road
Accidents. TRACE.
2
5
6. b. Failures at diagnostic stage
Kekeliruan penyeberang jalan dalam menduga kondisi jalan. Ia mempertimbangkan
kondisi lalu lintas dan mengira dirinya mampu menerobos lalu- lintas yang kondisinya
seperti itu.
c. Failures at prognostic stage
Ketika penyeberang memulai aksinya dalam menerobos lalu lintas, ia memperkirakan
dimana situasi tidak begitu berbahaya. Jika ia sudah berada di tengah jalan raya dan brda
pada posisi yang berbahaya. Ia mengharapkan pengguna jalan lain yakni pengemudi untuk
melakukan tindakan pengereman (tindakan sesuai aturan).
d. Failures at the stage of deciding on the execution of a specific manoeuver
Penyeberang memilih untuk nekat menyeberang ditengah lalu- lintas yang ramai. Untuk
menghindari bahaya ia berjalan menyeberangi jalan dengan cepat.
e. Failures of psychomotor of taking action
Penyeberang berada dalam posisi berbahaya (nyaris tertabrak), dan ia tidak dapat
melakukan tindakan penyelamatan diri secara cepat, yakni sejenak terdiam karena terkejut
dan menyadari bahaya. Upaya penyelamatan diri yang dia lakukan juga terbatas karena
ruang geraknya cukup sempit di jalan raya. Sehingga, ia memilih berlari menghindar ke arah
yang lebih aman. Namun, jarak yang ditempuhnya tidak cukup aman sehingga masih
tertabrak kendaraan meskipun konsekuensinya tidak begitu parah.
Sedangkan, jika ditinjau dari urutan kejadian maka kecelakaan yang ia alami, dapat dibagi
kedalam 4 phas e yaitu:5
a.
Driving Phase
Pada fase ini kegiatan yang berjalan pada sistem masih berjalan secara normal. Secara
umum, masih terdapat keseimbangan anatara permintaan dan perilaku dari komponen sistem
5
Fotta, Michele; Byrne, Michele ; Luther, Michele. Developing a Human error Modeling
Architecture (HEMA).
6
7. untuk merepon satu sama lain. Hal ini ditunjukkan dengan kemampuan pengemudi untuk
mengontrol kecepatan maupun konsentrasi saat mengemudi.
b.
Rupture Phase
Fase ini terjadi saat kejadian tak terduga dalam hal ini penyeberang jalan, yang
mengganggu atau menginterupsi jalannya bus sehingga keseimbangan sitem terganggu.
Ditandai dengan keterkejutan pengemudi melihat adanya penyeberang di jalan.
c.
Emergency Phase
Fase ini merupakan upaya pengemudi untuk mengembalikan sistem pada kondisi normal.
Kejadian pada fase ini bersifat dinamis dan temporal. Pada kasus diatas, hal yang dilakukan
pengemudi untuk memanuver kondisi adalah mengerem kendaraan. Tetapi saat manuvernya
gagal atau jarak perhentiannya kurang maka ia mencoba cara lain. Pengemudi berupaya
untuk membelokkan arah kendaraan menghindari objek yang akan ia tabrak.
d.
Impact Phase
Fase ini merupakan tahap konsekuensi dari keputusan yang dipilih. Dimana, akibat dari
kecelakaan diatas yaitu bus menabrak pembatas jalan penyeberang tersebut.
Kecelakaan sering terjadi namun dapat dicegah dengan budaya tertib berlalu- lintas seperti
menyeberang di JPO atau zebra cross. Akan tetapi, belum banyak orang yang menyadari hal
tersebut. Memang sulit untuk mewujudkan suatu masyarakat yang tertib. Meskipun mereka
menyadari pentingnya untuk menaati peraturan yang berlaku demi keselamatan dan
kenyamanan bersama. Sampai saat ini, beberapa cara telah dilakukan untuk merubah kebiasaan
masyarakat dalam menyeberang. Namun, tidak jarang cara- cara yang dilakukan tidak berjalan
secara efektif.
Salah satu cara yang dilakukan adalah perbaikan atau penambahan fasilitas. Namun,
penambahan fasilitas juga perlu memperhatikan aspek kebutuhan masyarakat yang berkaitan
dengan kapasitas dan lokasi, agar tidak menimbulkan permasalahan berikutnya. Contohnya,
puluhan warga Palembang, yang menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah kota untuk
membatalkan pembangunan jembatan penyeberangan. Mereka beranggapan proyek bahwa
7
8. pembangunan jembatan tersebut cenderung berorientasi pada kepentingan komersil dibanding
kebutuhan masyarakat. 6 Cara yang lain adalah dengan pemberlakuan sanksi yang tegas pada
pejalan kaki yang menyeberang sembarangan. Seperti yang diungkapkan oleh Kepala Dinas
Perhubungan DKI, Udar Pristono. Jika pejalan kaki melanggar aturan akan dikenakan sanksi
mulai dari pembuatan berita acara oleh Satpol PP, hukuman kurungan minimal 10 hari termasuk
denda mulai dari Rp 100 ribu seperti diatur Perda.7 Akan tetapi, pelaksanaan aturan ini masih
jauh dari maksimal,karena kurangnya koordinasi dan pengawasan.
Mengubah kebiasaan menyeberang sembarang tempat tidaklah mudah. Karena perubahan
membutuhkan tekad yang kuat dari para pelakunya serta dukungan yang kuat dari pemerintah
melalui sistem yang baik. Dimana, harus ada suatu sistem yang memaksa masyarakat untuk
tetap patuh pada aturan. Sistem yang bersifat sinergis antara ketersediaan fasilitas yang
memadai, adanya kekuatan hukum, kontrol yang baik dari aparat pemerintah, dan kontinyuitas
masyarakat dalam budaya tertib berlalu lintas.
2.5 STUDI KASUS
Hampir semua dari 15 orang sampel menyatakan adanya sarana penyeberangan adalah
penting. Sebagian besar menambahkan komentar di samping menjawab ya atau tidak bahwa
sarana penyeberangan sangat dibutuhkan untuk menjamin keselamatan pengguna jalan
khususnya pejalan kaki dan di samping itu menjamin posisi mereka sebagai pihak yang benar
seandainya mereka mengalami kecelakaan terkait pengendara kendaraan bermotor seperti
tertabrak dan terserempet karena sesuai peraturan mereka telah menyeberang melalui sarana
penyeberangan.
Saat diajukan pertanyaan berkenaan konsekuensi atau resiko yang mungkin dihadapi
seandainya tidak menyeberang melalui sarana penyeberangan, hampir semua sampel
menyatakan bahwa mereka mengetahui resiko dan konsekuensi tersebut. Mereka menyatakan
bahwa mereka tahu betul bahwa resiko tersebut meliputi bahaya kecelakaan dan tidak
6
Warga Palembang Tolak Jembatan Penyeberangan. (2012). Gatra News. [Internet]. Tersedia di :
<http://www.gatra.com/nusantara/sumatera/12183-warga-palembang-tolak-jembatanpenyeberangan>
7
Menyeberang Sembarangan Bisa Dipenjara. (2011). Pelita Online. [Internet]. Tersedia di :
<http://www.pelitaonline.com/read-metropolitan/9757/menyeberang-sembarangan-bisadipenjara/ >
8
9. diperolehnya pembenaran terhadap diri mereka seandainya mereka terlibat kecelakaan yang
melibatkan pengguna kendaraan bermotor.
Pertanyaan perbandingan tentang mana yang lebih menguntungkan menyeberang
menggunakan sarana penyeberangan atau tidak menggunakan sarana penyeberangan (di
sembarang tempat) memperoleh hasil bahwa hampir semua sampel menyatakan lebih
menguntungkan menyeberang dengan menggunakan sarana penyeberangan. Komentar yang
ditambahkan adalah bahwa jika menyeberang menggunakan sarana penyeberangan keamanan
lebih terjamin.
12 dari 15 orang menyatakan bahwa adanya sarana penyeberangan bermanfaat untuk
menunjang keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan. Dinyatakan sebagai berikut karena
dengan tersedianya sarana penyeberangan, masyarakat pejalan kaki memperoleh kenyamanan
karena memiliki tempat yang ditentukan secara jelas untuk mereka menyeberang yang karena
itu menyebabkan diperolehnya hak oleh mereka seandainya mereka terlibat dalam suatu
kecelakaan yang melibatkan pengguna kendaraan bermotor. Salah satu dari tiga sampel yang
menyatakan adanya sarana penyeberangan tidak bermanfaat untuk menunjang keselamatan dan
kenyamanan pengguna jalan menyatakan bahwa mungkin akan menjamin keselamatan jika
menggunakan jembatan penyeberangan tapi dengan menggunakan zebra cross keselamatan
tidak mendapat jaminan seluruhnya karena pejalan kaki tetap menghadapi kontak langsung
dengan kendaraan bermotor.
Ketika membandingkan apakah menyeberang menggunakan sarana penyeberangan
akan lebih aman daripada dengan tidak menggunakan sarana penyeberangan atau sama saja 11
dari 15 orang menyatakan dengan menggunakan sarana penyeberangan akan lebih aman.
Pernyataan tersebut didasari argumen mereka bahwa dengan menggunakan jembatan
penyeberangan jaminan keselamatan sangat tinggi dan menggunakan zebra cross setidaknya
jika tetap harus menghadapi kecelakaan pejalan kaki tetap menerima pembenaran karena telah
menyeberang di tempatnya sesuai aturan. 4 orang yang berpendapat menyeberang di tempai lain
sama saja dengan menggunakan sarana penyeberangan tidak menguraikan alasan atas
pendapatnya. Di luar hasil pengamatan, pemikiran kami adalah sebagian masyarakat merasa
menyeberang di tempat lain sama saja dengan menggunakan sarana penyeberangan karena
kalaupun mereka terlibat dalam kecelakaan yang melibatkan pengguna kendaraan bermotor,
9
10. kini, penyelesaian perkaranya sudah banyak disertai manipulasi dan suap sehingga tidak jelas
pihak yang salah dan yang benar menurut hukum jadi sebenarnya jaminan pembenaran karena
telah menyeberang menggunakan sarana penyeberangan tidak sepenuhnya diperoleh.
Sebagian besar dari sampel menjawab bahwa mereka tahu alasan kenapa pemerintah
mefasilitasi pejalan kaki dengan sarana penyeberangan. Sebagian dari mereka menambahkan
bahwa alasan pemerintah adalah untuk memberikan jaminan keselamatan terhadap pengguna
jalan khususnya pejalan kaki.
Pertanyaan tentang seberapa sering para sampel menyeberang dengan menggunakan
sarana penyeberangan menyatakan 7 orang jarang, 5 orang sering, 2 orang selalu, dan 1 orang
hampir tidak pernah. Di sini dapat dilihat kesadaran masyarakat untuk menaati tata tertib untuk
menyeberang menggunakan sarana penyeberangan masih sangat kurang.
Kondisi sarana penyeberangan memperoleh penilaian dari masyarakat melalui pendapat
para sampel yang kami amati. 9 orang menyatakan bahwa kondisi sarana penyeberangan saat ini
adalah buruk, 5 orang menyatakan cukup, 1 orang menyatakan sangat buruk, dan tidak ada yang
menyatakan baik. Keluhan yang disebutkan oleh para sampel yang menyatakan kondisi sarana
penyeberangan buruk adalah zebra cross yang sudah terhapus dan tidak terlihat jelas karena
terkikis oleh gesekan antara ronda kendaraan dan jalan harusnya diberi perawatan berkala
supaya senantiasa terlihat jelas, jembatan penyeberangan yang seringkali menjadi tempat
bernaung gelandangan dan pengemis serta banyaknya sampah yang tersebar di jembatan
penyeberangan.
Pertanyaan berkaitan dengan usaha pemerintah melakukan sosialisasi dan menggalakkan
aturan tentang penggunaan sarana penyeberangan 9 orang menilai kurang, 5 orang menilai
sangat kurang, dan 1 orang menilai cukup. Mereka menyatakan mereka tidak pernah menerima
penyuluhan berkala tentang sanksi yang akan diterima jika tidak menyeberang pada sarana
penyeberangan atau himbauan untuk selalu menggunakan sarana penyeberangan dan penegakan
peraturan hampir tidak pernah diusahakan dengan tidak adanya aparat penegak hukum yang
menerapkan sanksi atau teguran berarti kepada pejalan kaki yang menyeberang tidak pada
sarana penyeberangan.
10
11. Penilaian masyarakat terhadap dirinya sendiri tentang tingkat kesadaran masyarakat untuk
menggunakan sarana penyeberangan memperoleh hasi bahwa 12 orang menyatakan tingkat
kesadaran masyarakat masih minim dan 3 orang menyatakan cukup dan tidak ada yang
menyatakan tingkat kesadarannya tinggi. Tanpa paparan dari para sampel, berdasarkan hasil
pemikiran kami, kondisi tingkat kesadaran masyarakat yang minim dikarenakan minimnya
upaya pemerintah untuk menghimbau masyarakat, menerapkan sanksi, dan memaksimalkan
kondisi sarana penyeberangan itu sendiri sehingga sikap batin masyarakat sudah terbiasa untuk
melanggar karena tidak pernah menghadapi konsekuensi yang berarti karena pelanggarannya. 8
Pertanyaan opini tentang alasan para pejalan kaki yang taat menyeberang dengan
menggunakan sarana penyeberangan berkaitan dengan pengamatan langsung yang kami lakukan.
Zebra cross yang terletak di depan Mall Bandung Indah Plaza bersejajaran dengan pintu masuk
took buku Gramedia yang ada di seberangnya. Dengan penempatan seperti ini, alasan mereka
yang taat menyeberang dengan melalui zebra cross adalah kebiasaan. Dalam kesehariannya
masyarakat yang melewati jalan antara Mall Bandung Indah Plaza dan took buku Gramedia
terbiasa melewati zebra cross untuk menyeberang. Terdapat salah seorang sampel yang
menyatakan bahwa ia menyeberang pada sarana penyeberangan karena zebra cross tempatnya
menyeberang searah dengan tujuannya, tapi seandainya tidak searah ia akan tetap menyeberang
meski tidak ada zebra cross.Hal ini menunjukan bahwa penempatan sarana penyeberangan yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat menunjang masyarakat untuk patuh. Opini lain yang
menjadi alasan mereka yang taat menggunakan sarana penyeberangan untuk menyeberang
adalah karena adanya jaminan Undang-Undang seandainya mereka terlibat dalam kecelakaan
yang melibatkan kendaraan bermotor. Opini ini dikemukakan oleh seorang mahasiswa.
Pemikiran kami menerima alasan ini dari seorang mahasiswa adalah bahwa tingkat pendidikan
juga mendukung tingkat kesadaran masyarakat untuk patuh pada aturan. Alasan lain yang
banyak dinyatakan adalah bahwa menyeberang melalui sarana penyeberangan lebih aman
karena pengguna kendaraan bermotor cenderung memperlambat laju kendaraannya saat melihat
adanya zebra cross.
Alasan para pejalan kaki yang tidak taat menyeberang bukan pada sarana penyeberangan
ditemukan 2 alasan utama yaitu lokasi penempatan sarana penyeberangan kurang tersebar atau
8
Seluruh data kuantitas diambil berdasarkan hasil penelitian. Lihat pada lampiran 4.
11
12. kurang menyesuaikan dengan kebutuhan pejalan kaki. Sesuai kebutuhan di sini maksudnya
menyesuaikan dengan tempat yang akan dituju masyarakat kebanyakan saat mereka
menyeberang. Penempatan zebra cross tepat di depan belokan yang memberi rasa takut pada
pejalan kaki karena seringkali pengguna kendaraan tidak melihat adanya zebra cross dalam
posisi belokan. Alasan yang paling banyak ditemukan adalah efisiensi waktu. Mereka
mengeluhkan kalau harus membuang waktu mereka berjalan ke tempat di mana sarana
penyeberangan ditempatkan atau kalau dibahasakan secara kasarnya „supaya cepat‟.
Pengamatan langsung yang kami temukan sangat perlu diuraikan dalam hasil analisa ini
adalah kondisi jembatan penyeberangan yang kosong. Tidak kami lihat seorang pun melintas di
jembatan penyeberangan. Para sampel pengamatan kami tidak memamparkan komentar atas
kondisi ini. Hasil pemikiran kami hal ini dikarenakan penggunaan jembatan penyeberangan
walaupun dirasa tinggi jaminan keselamatannya, tapi melelahkan dan memakan banyak waktu.
Tuntutan masa kini mengharuskan masyarakat untuk bergerak cepat, hal ini yang menyebabkan
tidak terlalu berfungsinya secara efektif jembatan penyeberangan sekarang ini.
2.6 PENYEBAB PELANGGARAN
Kurangnya kesadaran hukum dari seseorang untuk berperilaku sesuai aturan merupakan
faktor mengapa pelanggaran ini selalu terjadi. Kesadaran hukum yang kurang karena pola
pikir masyarakat yang sempit dan kurang pengetahuan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
fasilitas yang ada. Masyarakat terlalu acuh terhadap fasilitas yang ada dan terlalu malas untuk
menggunakan fasilitas yang ada. Oleh karena itu, masyarakat lebih memilih jalan yang lebih
dekat dan secara praktis dapat langsung mereka lewati.
Bagaimanakah cara kita mengetahui apabila orang memiliki kesadaran hukum atau tidak?
9
Orang yang memiliki kesadaran hukum biasanya memiliki pemahaman, bahwa :
a.
Ada kaidah yang mengatur perilakunya
b.
Kepatuhan pada kaidah hukum secara langsung berkaitan dengan terwujudnya
ketertiban dan keadilan
c.
9
Seyogianya ia mematuhi kaidah hukum
Diktat PIH. Mengenai kesadaran hukum pada bab VII hal.47.
12
13. d.
Kepatuhan dan tuntuan kepatuhan pada kaidah hukum itu adil, perlu, dan sesuai
dengan martabat manusia
e.
Adanya tuntutan kepatuhan pada kaidah hukum itu berakar dalam penghormatan
atas martabat manusia
13
14. BAB III
PENUTUP
3.1 SARAN
Menurut kami pemerintah sangatlah tidak bijak di dalam tata ruang di jalan raya
terutama di dalam penempatan sarana penyebrangan yang hanya membuang-buang dana, dan
penempatan sarana yang ada. Kelompok kami memberikan saran bahwa Pemerintah perlu untuk
melakukan pembenaran terhadap zebra-zebra cross yang penempatannya salah/kurang efisien.
Selain itu, perlu adanya sosialisasi yang lebih dan menonjol untuk member tahukan pentingnya
sarana yang telah difasilitasi oleh pemerintah agar tidak sia-sia diberikan, serta diberi sanksi
yang esensial bagi yang tidak patuh.
3.2 KESIMPULAN
Jadi, Setelah dilakukan pengamatan dan penyebaran angket, kami mengamati bahwa
Masih ada zebra cross yang penempatannya kurang efektif, seperti yang ada di pintu keluar
mobil di BEC, sehingga masyarakat enggan memakai sarana Zebra Cross tersebut, Jembatan
penyebrangan merupakan pemborosan yang sia-sia, karena di lapangan tepatnya di jembatan
penyebrangan dekat BIP, tak terpakai sama sekali, masyarakat sangat enggan memakainya
karena kurangnya efisiensi dari jembatan itu sendiri, masyarakat lebih cendrung memakai zebra
cross atau menyebarang di sembarang jalan, Sarana-Prasarana penyebrangan ditemukan pada
kondisi yang buruk, zebra cross warnanya sudah pudar, jembatan penyebrangan seakaan tak
terurus. Oleh karena itum pemerintah harus lebih memperhatikan dimana merek meletakkan
sarana dan prasarana bagi pengguna jalan.
14
15. DAFTAR PUSTAKA
Diktat PIH Universitas Katolik Parahyangan
http://padangekspres.co.id/?news=nberita&id=3239
http://tafri22.wordpress.com/2011/11/16/zebra-cross-penting-tapi-dilupakan/
UU Lalu Lintas No. 22 Tahun 2009
http://sulistyonugroho.wordpress.com/2010/01/10/perilaku-masyarakat-dalam-penggunaanfasilitas-umum/
http://id.wikipedia.org/wiki/Pejalan_kaki
15
19. LAMPIRAN 2. Angket
1. Menurut anda, penting atau tidak adanya sarana penyeberangan (zebra cross dan
jembatan penyeberangan)?
o Ya
o Tidak
2. Apakah anda tahu bahaya akibat dari tidak menyeberang menggunakan zebra cross atau
sarana penyeberangan lainnya?
o Ya
o Tidak
3. Menurut anda pribadi yang mana yang lebih menguntungkan menyeberang menggunakan
sarana penyeberangan atau tidak?
o Ya
o Tidak
4. Apakah menurut anda adanya sarana penyeberangan bermanfaat dan menunjang
keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan?
o Ya
o Tidak
5. Menurut anda, dengan menyeberang di sarana penyeberangan akan lebih aman atau
bahkan sama saja dengan tidak menyeberang di tempat lain?
o Ya
o Tidak
6. Apakah anda tahu mengapa pemerintah memfasilitasi para pejalan kaki dengan fasilitas
penyeberangan?
o Ya
o Tidak
7. Seberapa sering anda pribadi sebagai pengguna jalan menggunakan sarana
penyeberangan?
o Selalu
o Sering
o Jarang
o Hampir tidak pernah
8. Bagaimana pendapat anda tentang kondisi sarana penyeberangan saat ini?
o Baik
o Cukup
o Buruk
o Sangat Buruk
9. Apakah menurut anda pemerintah sudah cukup mensosialisasikan dan menggalakkan
peraturan tentang sarana penyeberangan?
o Cukup
o Kurang
o Sangat Kurang
10. Menurut anda pribadi bagaimana tingkat kesadaran masyarakat kebanyakan dalam
penggunaan sarana penyeberangan saat menyeberang jalan?
o Tinggi
o Cukup
o Minim
19
20. LAMPIRAN 3. Biodata Responden
1. Nama
Pekerjaan
2. Nama
Pekerjaan
3. Nama
Pekerjaan
4. Nama
Pekerjaan
5. Nama
Pekerjaan
6. Nama
Pekerjaan
7. Nama
Pekerjaan
8. Nama
Pekerjaan
9. Nama
Pekerjaan
10. Nama
Pekerjaan
11. Nama
Pekerjaan
12. Nama
Pekerjaan
13. Nama
Pekerjaan
14. Nama
Pekerjaan
15. Nama
Pekerjaan
: April
: Sales Promotion Girl
: Banyu
: Mahasiswa – UNPAS
: Titi
: Karyawan MC‟d
: Nunung
: Pegawai
: Asep
: Pegawai D‟Cost
: Rhea
: Sales Man
: Risma
: Mahasiswa
: Hidayah
: Karyawan Gramedia
: No Name
: : Aria
: Mahasiswi
: No Name
:: Rima
:: No Name
:: Rika
: Pegawai
: Miclyra
: Pelajar - SMAN 3 Bandung
20
21. LAMPIRAN 4. Diagram Hasil Penelitian
1. Menurut anda,penting atau tidak adanya sarana penyebrangan (zebra cross dan jembatan
penyebrangan) ?
Jumlah Suara
1
1 Ya
2 Tidak
14
2. Apakah anda tahu bahaya akibat dari tidak menyebrang menggunakan sebra cross atau
sarana penyebrangan lainnya ?
Jumlah Suara
3
1 Ya
2 Tidak
12
21
22. 3. Menurut anda pribadi yang mana yang lebih menguntungkan menyebrang menggunakan
sarana penyebrangan atau tidak ?
Jumlah Suara
3
1 Ya
2 Tidak
12
4. Apakah menurut anda adanya sarana penyebrangan bermanfaat dan menunjang
keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan?
Jumlah Suara
3
1 Ya
2 Tidak
12
22
23. 5. Menurut anda dengan menyebrang di sarana penyebrangan akan lebih aman atau bahkan
sama saja dengan tidak menyebrang di tempat lain?
Jumlah Suara
4
1 Ya
2 Tidak
11
6. Apakah anda tahu mengapa pemerintah memfasilitasi para pejalan kaki dengan fasilitas
penyebrangan ?
Jumlah Suara
3
1 Ya
2 Tidak
12
23
24. 7. Seberapa sering anda pribadi sebagai pengguna jalan menggunakan sarana penyebrangan ?
Jumlah Suara
1
2
1 Selalu
2 Sering
3 Jarang
5
7
4 Hampir Tidak Pernah
8. Bagaimana pendapat anda tentang kondisi sarana penyebrangan saat ini?
Jumlah suara
0
1
5
1 Baik
2 Cukup
3 Buruk
4 Sangat Buruk
9
24
25. 9. Apakah menurut anda pemerintah sudah cukup mensosialisasikan dan menggalakkan
peraturan tentang saran penyebrangan ?
Jumlah Suara
1
5
1 Cukup
2 Kurang
3 Sangat Kurang
9
10. Menurut anda pribadi bagaimana tingkat kesadaran masyarakat kebanyakan dalam
penggunaan sarana penyebrangan saat menyebrang jalan ?
Jumlah Suara
0
3
1 Tinggi
2 Cukup
3 Minim
12
25
26. LAMPIRAN 5. Artikel
Zebra Cross
Oleh : Badrul Mustafa
Dosen Unand dan Anggota Forum PRB Sumbar
Padang Ekspres • Jumat, 05/04/2013 12:11 WIB • 588 klik
Zebra cross menurut definisi seperti kita lihat
diWikipedia, adalah tempat penyeberangan di jalan
diperuntukkan bagi pejalan kaki akan menyeberang
jalan, dinyatakan dengan marka jalan berbentuk garis
membujur berwarna putih dan hitam tebal garisnya
300 mm, dan dengan celah sama dan panjang
sekurang-kurangnya 2.500 mm. Untuk keamanan
dan kenyamanan penyeberang jalan, maka
menjelang zebra cross kendaraan dilarang parkir.
Bebasnya ujung zebra cross dari kendaraan parkir,
maka pejalan kaki yang akan menyeberang dapat
terlihat oleh pengemudi kendaraan di jalan.
Sebenarnyalah demikian, para pejalan kaki
menyeberang di atas zebra cross mendapatkan
prioritas terlebih dahulu. Tempat khusus menyeberang ini disebut sebagai zebra cross, karena ia
menggunakan warna hitam dan putih seperti warna
pada hewan zebra, yakni hewan sejenis kuda.
Bagi sebuah kota yang cukup padat arus lalu-lintas kendaraannya, sebuah zebra cross sangat
bermanfaat bagi seseorang yang ingin menyeberang jalan.
Di zebra cross ini seseorang diberi hak menyeberang dengan tenang, dan dijamin UndangUndang No 22 Tahun 2009. Namun apakah hal ini sudah terwujud? Apakah pembaca tidak
pernah melihat betapa susahnya orang menyeberang di jalanan yang padat dengan kendaraan? Begitu susahnya ia menyeberang, sehingga ia harus menunggu lama sekali sampai
kendaraan sepi untuk menyeberang. Padahal, ia menyeberang di zebra cross, tempat di mana ia
memiliki hak diatur undang-undang seperti disebutkan di atas.
Menurut ketentuannya, begitu seorang pejalan kaki sudah menginjakkan kaki di zebra
cross, maka kendaraan harusnya berhenti memberi kesempatan kepada penyeberang. Tapi apa
kita lihat? Di Indonesia kepedulian pengendara memberi kesempatan pejalan kaki untuk menyeberang pada umumnya rendah. Di beberapa kota bahkan sangat parah. Kita dapat melihat laporan
soal ini di berbagai media massa, misalnya di tribunnews.com. Bahkan sebagian kota, termasuk
Padang, lebih parah lagi. Tidak jarang kita lihat kendaraan makin memacu laju kendaraannya
ketika ada seseorang sudah di zebra cross. Tidak jarang pula kendaraan ini (baik roda empat
maupun roda dua) membunyikan klaksonnya untuk meminta jalan kepada orang yang akan
26
27. menyeberang. Hal ironis tentunya. Terbalik. Seakan-akan kendaraan tadi ingin mengusir para
penyeberang jalan di zebra cross.
Kenapa hal ini bisa terjadi? Menurut penulis, banyak pengemudi kendaraan roda empat atau roda
dua tidak mengerti aturan lalu-lintas. Selain itu, mereka juga kurang memiliki etika atau sopan
santun di jalan raya. Kalau ditelusuri kenapa mereka tidak tahu aturan lalu-lintas, maka jawabannya adalah bahwa kemungkinan besar mayoritas mereka tidak mendapatkan SIM dengan
cara benar.
Di negeri kita bukan rahasia lagi bahwa untuk mendapatkan surat izin mengemudi sangat mudah.
Tidak seperti di negara Eropa, Amerika, Australia atau beberapa negara maju lainnya, di mana
untuk mendapatkan izin mengemudi seseorang harus melalui tahapan-tahapan ketat dengan
ujian-ujian tulis dan praktik. Bahkan di Perancis seorang teman penulis ketika mendapatkan SIM
merasa lebih bahagia dibanding lulus tingkat sarjana. Sebab, untuk mendapatkan SIM tersebut ia
sampai mengulang enam kali. Sedangkan untuk mendapatkan ijazah sarjananya ia hanya pernah
gagal satu kali saja.
Mudahnya seseorang mendapatkan SIM di Indonesia, maka tidak heran kita melihat
kesemrawutan di jalan raya, terutama persimpangan jalan. Banyak sekali terjadi kecelakaan lalulintas baik yang berat, terutama yang ringan. Meskipun di sebuah persimpangan sudah
disediakan lampu pengatur lalu-lintas (traffic light), namun tidak sedikit pengendara/pengemudi
yang melanggarnya. Sehingga selain sering terjadi kesemrawutan di persimpangan sudah
ada traffic light-nya ini, juga sering terjadi kecelakaan. Ini banyak terjadi di daerah-daerah pinggiran kota.
Pemandangan juga umum kita lihat, terutama di Kota Padang adalah sopir kendaraan umum,
terutama angkot ugal-ugalan. Sudah sering terjadi kecelakaan berat yang melibatkan angkot ini,
namun kelakuan sopirnya tidak juga berubah. Sangat banyak dan sering pelanggaran lalu-lintas
mereka lakukan. Entah sudah berapa banyak orang yang dibuat kesal oleh ulah para sopir ini di
jalan raya. Mereka seakan-akan menjadi raja atau pemilik jalan raya ini, sehingga bebas berbuat
sesukanya. Melihat hal ini, maka penulis berkesimpulan bahwa para sopir semacam ini tidak
punya SIM. Atau SIM yang dimilikinya didapatkan dengan cara tidak benar. Sebagai argumennya adalah, kita sering, sangat sering malah, melihat sopir angkot muda belia berumur
belasan tahun. Dapat dipastikan, ia tidak mendapatkan SIM dengan cara benar.
Sebab, menurut UU No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas, batas minimum untuk mendapatkan
SIM A umum adalah 20 tahun, sedangkan SIM B1 umum 22 tahun. Ditambah waktu
penyesuaian, sehingga seseorang layak mengemudikan kendaraan umum dan memiliki tanggung
jawab terhadap nasibnya dan orang banyak penumpang. Idealnya, umur pantas untuk seorang
sopir adalah ditambah satu sampai dua tahun dari batas minimum untuk mendapatkan SIM
umum.
Dengan demikian, menurut penulis, idealnya sopir angkot mestilah berumur minimal 22 tahun.
Sementara kita sering melihat sebagian sopir angkot di Padang usianya sangat muda belia, yang
kalau ditaksir umurnya paling tinggi 20 tahun. Makanya, kita tidak heran melihat mereka sering
27
28. seenaknya di jalan raya, tidak tahu (tidak menghargai) hak orang lain, termasuk hak penyeberang
jalan di zebra cross.
Karena itu, sudah saatnya lembaga yang berwenang mengeluarkan surat izin mengemudi
mencontoh negara-negara maju dalam mengeluarkan SIM ini. Instansi ini harus betul-betul bisa
menjamin si pemilik SIM tidak hanya mahir mengemudikan kendaraannya, tapi juga paham
dengan aturan-aturan lalu-lintas. Di dalam prosesnya lembaga ini juga harus menanamkan etika
berkendaraan di jalan raya, sehingga jalan raya menjadi aman, nyaman dan teratur.
Demikian pula pemilik kendaraan umum. Ia harus selektif dalam memberikan kendaraannya
kepada sopir. Jangan hanya mencari untung bisnis tanpa mempedulikan pengguna jalan yang lain
,serta pejalan kaki/penyeberang jalan. Yang juga sering dipertanyakan orang adalah peran atau
fungsi Organda Padang yang banyak memiliki sopir angkot yang berusia mentah ini, yakni
sampai sejauh mana ia melaksanakan tanggung jawabnya.
Terakhir, tentu saja polisi lalu-lintas bertugas di jalan raya, yang seakan-akan tidak mau tahu
dengan ini semua, sehingga sopir “kanak-kanak” ini bebas membawa angkot hingga
menimbulkan kesemrawutan, kerugian dan ketidaknyamanan kepada pengguna jalan lainnya
serta kecelakaan. Mudah-mudahan, jika semua unsur terkait transportasi di jalan raya melaksanakan kewajibannya dengan baik, maka kita akan melihat jalan raya yang aman, nyaman, teratur,
dan ramah terhadap pejalan kaki/penyeberang jalan, terutama di zebra cross. (*)
28