1. Rizki Yang Berkah 1
Pertama tama syukur alhamdulillah, atas segala rizki yang diberikan oleh Allah, shalawat dan
salam semoga tetap tercurah untuk Rasulullah saw. Syukur dan shalawat yang diikuti berbagai
konsekwensinya, yakni konsekwensi bersyukur yaitu menjalani perintah-Nya dan menjauhi larangan-
Nya yang kemudian disebut taqwa, mari kita tingkatkan ketaqwaan secara maksimal. Sedangkan
konsekwensi shalawat, menjadikan Muhammad saw sebagai uswah hasanah. Semoga dua unsur
amaliah itu menjadikan kita semua bahagia di dunia dan diakhiratnya amiin.
Allah telah berbaik 'hati' kepada kita, memberikan rizki yang tiada henti, Allah maha kaya
kekayaannya telah terbukti, tidak habis meski telah dibagi bagi kepada seluruh makhluknya sejak
terciptanya alam ini. Karena itu, tidak ada alasan bagi seorang hamba Allah meminta rizki selain
kepada-Nya. Menuru ibnu Mandzur, rizki ada yang bersifat Dhahir dan ada yang bersifat bathin,
yang bersifat dhahir misalnya berupa, sandang, pangan dan papan, sedangkan rizki bathin misalnya,
hilangnya kesedihan, sehat jasamiani ruhani dll.
Seringkali kita dengar hadits Nabi saw, yang intinya memberkan informasi bahwa porsi rizki
manusia telah ditulis oleh Allah sejak dalam kandungan, porsi rizki yang akan diberikan oleh Allah
kepada manusia telah ditentukan sejak janin berusia 120 hari. Untuk kelangsungan sunnatullah,
perjalanan kehidupan yang ada di dunia, maka Allah melebihkan rizki antara hamba yang satu
dengan yang lainnya, Terkadang kita menginginkan berlebih namun Allah tidak menghendaki atau
juga sebaliknya. Orang lain tidak menyangka berharta lebih meski tidak diganrungi sejak masa
kecilnya, Pendek kata Rizki adalah kuasa Allah ta'ala tidak bisa dipaksa-paksa, Allah berfirman:
“Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezki.” (QS. An Nahl: 71)
Hadirin Rahimakumullah
Yang tahu jumlah rizki yang diberikan kepada hambanya, hanya Allah ta'ala, semua rahasia
itu erat dalam genggaman-Nya, manusia tidak tahu rizki apa yang akan diperoleh esok, dan manusia
juga tidak tahu dengan cara apa Allah memberikannya. Pendek kata, bahwa rzki itu penuh dengan
misteri.
.….
" Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. (QS.
Lukman : 34).
Karena tidak tahu itulah, supaya hambanya tidak bermalas malasan, dan ketika ada ketidak
sesuaian menurut perhitungannya supaya manusia tidak terlalu kecewa, kketika ada ketidak sesuaian
dengan keinginan supaya manusia mudah berserah diri dan tawakkal kepada Allah. Dalam perjalan
1 Khotib di Cilalung 16 Desember 2011, Soebono Januari 2012
2. pencarian rizki manusia dihadapkan pada pilihan pilihan, ada cara yang halal namun lambat, ada cara
singkat dengan menghasilkan rizki yang cepat, tidak sedikit manusia terjebak dalam pilihannya,
sampai terjerumus ke dalam lembah nista, dengan cara mencuri atau korupsi, dengan cara manipulasi
atau melalui cara tipu sana tipu sini. Mencari rizki sebagai sarana ibadah hukumnya adalah ibadah,
tetapi dengan cara haram seperti ini, mencari rizki berharap mendapat rahmat, namun berbalik
mendapat laknat, na'udzubillah min dzaalik
Rizki disediakan oleh Allah untuk memenuhi kebutuhan hambanya, supaya hamba tersebut
tenang dalam beribadah kepada-Nya. Karena itu mencarinya adalah ibadah yang mulia. Maka jangan
sampai mencari rizki terjebak kepada rizki yang haram, baik haram secara dzatnya, maupun haram
sebab memperolehnya. Tidak sedikit orang orang yang salah pilih jalan untuk memperolehnya,
sehingga yang asal muasal mencari rizki itu ibadah berubah menjadi
Ibarat orang minum, rizki itu sebagai gelasnya, minumlah dengan gelas yang bersih supaya
badan yang sehat, jangan coba coba minum dengan gelas kotor kalau ingin hidup sehat. Jalani
kehidupan ini dengan rizki halal dan berkah kalau ingin hidup berbahagia di dunia, sungguh harta
yang tidak berkah itu banyak kelihatannya, besar dalam jumlahnya tetapi hakikatnya sedikit sekali
manfaatnya, dan tidak punya pengaruh baik untuk mencapai kedamaian dalam hatinya. Karena Rizki
yang berkah itu sangatlah penting
Rizki yang berkah adalah, rizki yang mempunyai efek kebaikan berlipat ganda pada setiap lini
keidupannya, Namun perlu dingat, pengertian berkah ini tidak melulu identik dengan banyaknya materi yang
dimiliki, tetapi juga menyertai harta yang sedikit. Hal ini tercermin pada diri yang merasa berkecukupan
memenuhi kebutuhan keluarganya, meskipun income yang didapatkan masih tergolong jauh dari cukup.
Namun tak jarang kita melihat kebahagiaan selalu menyelimutinya. Seperti yang disindir di dalam Hadits
Hakim bin Hizam Radhiyallahu 'anhu di bawah ini, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepadanya :
"Wahai Hakim, sesungguhnya harta ini begitu hijau lagi manis. Maka barangsiapa yang mengambilnya dengan
kesederhanaan jiwa, niscaya akan diberkahi. Dan barangsiapa mengambilnya dengan kemuliaan jiwa, niscaya tidak
diberkahi; layaknya orang yang makan, namun tidak pernah merasa kenyang".( HR al Bukhari, kitab az Zakat)
Hadirin yang dimulyakan Allah…
Saat ini, banyak orang orang yang sudah tidak peduli lagi dengan halal – haramnya pekerjaan,
karena kekhawatiran yang menggelayuti hatinya, khawatir akan masa depannya, kalau-kalau tidak
mengumpulkan harta sebanyak banyaknya diwaktu usia produktifnya, saking tidak terkontrolnya,
jalan apa saja ia tempuh tak peduli halal atau haram.
"Akan datang suatu masa pada manusia, seseorang tidak peduli terhadap apa yang digenggamnya, apakah dari
halal atau dari yang haram" (HR al Bukhari, kitab al Buyu’, bab Man Lam Yubali min Haitsu Kasaba al Mal
(4/296)
Manusia hanya bertugas sebagai hamba yang berusaha dan Allah-lah penentunya. Jangan khawatir
bahwa rizki kita akan terambil oleh orang lain, karena Allah sudah memberikan porsi tersendiri kepada
hamba-hambanya. Antara yang satu dengan yang lain berbeda-beda. Sungguh seseorang tidak akan meninggal
dunia sampai jatah porsi rizki yang ditentukan oleh Allah telah habis dimakannya.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
3. "Wahai manusia, bertakwalah engkau kepada Allah, pakailah cara baik dalam mencari (rizki). Sesungguhnya
seseorang tidak akan meninggal sampai ia sudah meraih seluruh (bagian) rizkinya, meskipun tertunda darinya.
Bertakwalah kepada Allah dan lakukan cara yang baik dalam mencari (rizki)" (HR Ibnu Majah)
Hadirin yang dimuliakan Allah
Hidup ini adalah pilihan-pilihan, ada pilihan baik ada pilihan buruk, termasuk dalam aktifitas mengais
rizki. Dalam mencari rizkinya Allah, carilah yang halal dan berkah. Berkah (atau barokah), berasal dari kata
(al buruk). Maksudnya ialah (menetap). Az Zajjaj mengartikan berkah, sebagaimana dikutip oleh
al Qurthubi dalam tafsirnya, dengan limpahan pada setiap hal yang mengandung kebaikan. Kata itu pun
dimaksudkan pula kepada makna pertambahan dengan tetap terpeliharanya dzat aslinya.
Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan, bahwa mayoritas manusia tidak memahami
keberadaan berkah, kecuali pada harta yang semakin bertambah banyak. Maka beliau Shallallahu 'alaihi wa
sallam menjelaskan dengan perumpamaan yang sudah akrab dengan manusia. Yakni layaknya orang makan tetapi
tidak pernah kenyang ( Fat-hul Bari : 3/337)
Dari sini kita bisa mengetahui, bahwa cara-cara yang legal dalam mengais rizki, tidak hanya
mendatangkan rizki yang halal lagi thayyib, tetapi juga akan berpengaruh pada lahirnya insan-insan masa
depan, yaitu anak-anak yang berjiwa suci lagi berkepribadian luhur, lantaran mendapatkan asupan gizi dari
makanan halal. Selain itu, juga dapat menghadirkan karunia lain, yang tidak bisa terpantau oleh indera ataupun
dihitung dengan materi. Itulah berkah.
Hadirin yang dimulyakan Allah..
Riwayat lain mengatakan barangsiapa yang mengambilnya dengan keserakahan jiwa, niscaya tidak akan
diberkahi, layaknya orang yang makan namun tidak pernah merasa kenyang” (Riwayat Al Bukhari). Hadits ini
memberikan pengertian yang mendalam, bahwa rizki yang tidak berkah, hanya besar dalam
jumlahnya tetapi sediit sekali manfaat untuk kehidupannya. Mudah mudahan kita tidak terjebak
kepada pilihan yang haram, haram secara dzatnya maupun haram sebab mencarinya amin ya rabbal
alamin…