Pola hunian manusia purba umumnya berada di dekat sumber air seperti sungai dan di alam terbuka. Mereka hidup sebagai pemburu-pengumpul dan berpindah tempat tinggal sesuai ketersediaan sumber daya. Manusia purba kemudian mulai bertempat tinggal di gua-gua dekat sungai sebelum akhirnya menetap.
3. Pola hunian manusia purba secara umum
memperlihatkan dua karakter khas hunian
purba yaitu,
• kedekatan dengan sumber air dan
• kehidupan di alam terbuka.
4. Pola hunian itu dapat dilihat dari letak geografis
situs-situs serta kondisi lingkungannya. Beberapa
contoh yang menunjukkan pola hunian seperti itu
adalah situs-situs purba di sepanjang aliran
Bengawan Solo (Sangiran, Sambungmacan, Trinil,
Ngawi, dan Ngandong)
Petunjuk yang dapat memberikan gambaran jelas
pada kita tentang kehidupan manusia purba adalah
sebaran sisa-sisa peralatan yang digunakan pada
saat itu, yang umumnya berada di dasar atau di
sekitar sungai.
5. Kehidupan di sekitar sungai itu menunjukkan pola hidup
manusia purba di alam terbuka. Manusia purba
mempunyai kecenderungan untuk menghuni lingkungan
terbuka di sekitar aliran sungai. Manusia purba juga
memanfaatkan berbagai sumber daya lingkungan yang
tersedia, termasuk tinggal di gua-gua.
Mobilitas manusia purba yang tinggi tidak memungkinkan
untuk menghuni gua secara menetap. Keberadaan gua-gua
yang dekat dengan sumber air dan sumber bahan
makanan mungkin saja dimanfaatkan sebagai tempat
persinggahan sementara, sehingga tidak meninggalkan
jejak pada kita.
6. Hal penting yang perlu kita ketahui ialah transisi
permukiman nenek moyang dari nomaden ke tempat
tinggal menetap. Manusia purba di Indonesia
diperkirakan sudah hidup menjelajah (nomaden) untuk
jangka waktu yang lama. Mereka mengumpulkan bahan
makanan dalam lingkup wilayah tertentu dan berpindah-pindah.
Mereka hidup dalam komunitas-komunitas kecil dengan
mobilitas yang tinggi. Keterisolasian dalam hutan tropis
dan ketiadaan kontak dengan dunia luar menutup
kemungkinan untuk mengadopsi budaya luar. Lama
hunian di suatu lingkungan eksploitasi dipengaruhi oleh
ketersediaan bahan makanan.
7. Manakala lingkungan sekitar sudah tidak
menjanjikan bahan makanan, mereka berpindah
ke lingkungan baru di tepian sungai untuk
membuat persinggahan baru. Mulailah
berkembang pola hunian bertempat tinggal
sementara, misalnya di gua-gua. Inilah masa
transisi sebelum manusia itu bertempat tinggal
tetap.