Dokumen tersebut membahas tentang krisis kepemimpinan di Indonesia saat ini yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti krisis moral dan etika para pemimpin, wacana kepemimpinan yang berlebihan, serta praktik-praktik kepemimpinan yang eksesif dan manipulatif. Dokumen ini juga menyarankan 12 kriteria calon presiden masa depan Indonesia seperti bijaksana, jujur, adil, dan memiliki tanggung jawab serta komit
1. PRESIDENKU, HARAPANKU
Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah dibandingkan dengan
negara lain. Namun, sampai saat ini masih menjadi negara berkembang. Hal teresebut
berbanding terbalik dengan kepemimpinan Indonesia saat ini. Kepemimpinan yang
mengalami krisis karena individu yang belum bisa bertanggung jawab. Di dalam bangku
pemerintahan ada seorang penguasa yang di sebut dengan presiden. Presiden adalah
orang nomor satu yang memiliki kekuasaan penting di negara ini. Dengan adanya krisis
kepemimpinan saat ini mengakibatkan munculnya masalah-masalah yang membuat
rakyat Indonesia sendiri merasa cemas dan tidak tenang.
Krisisnya kepemimpinan saat ini disebabkan karena beberapa faktor, antara lain
yaitu: 1) Krisis moral dan etika. Krisis moral dan etika yang melanda para pemimpin
berakibat pada rusaknya berbagai tatanan dan aturan yang ada di Indonesia. 2) Wacana
kepemimpinan yang terlalu berlebihan mengangungkan rasionalitas. Sebagai contoh :
saat Arief Budiman mengkritik Megawati sebagai pemimpin yang lemah dan memiliki
visi yang lemah. Kritik ini mencerminkan wacana kepemimpinan „sebatas‟ pada matra
rasionalitas belaka. Tidak ada yang lain. 3) Kondisi di atas justru makin memicu
terjadinya krisis kepemimpinan. Kecenderungan seperti ini justru membuat para
pemimpin semakin rentan dihinggapi krisis moral, terutama dalam tataran praktik.
Namun sayang, praktik-praktik semacam itu yang sangat digemari oleh dunia
kepemimpinan kita. 4) Praktik-praktik kepemimpinan itu biasanya pada semua hal yang
menyangkut gaya kepemimpinan, teknik kepemimpinan, ketrampilan kepemimpinan,
visi-visi kepemimpinan, yang berujung pada kualitas kepemimpinan-yang observasi dan
parameternya relatif „kasat mata‟. Padahal, semua aspek kepemimpinan yang serba
kasat mata seperti itu sangat mudah terjerumus ke dalam krisis moral dan etik. 5)
Jelasnya, praktik kepemimpinan dewasa ini cenderung menjadi kepemimpinan eksesif
yang serba koersif, deterministik, egois, relasi dan orientasi menang-kalah, licik,
oportunitis, asas manfaat, serta manipulatif-eksploitatif.
Dari beberapa faktor tersebut dapat dijadikan sebagai cerminan bagi rakyat
Indonesia dalam memilih calon Presiden yang sesuai dengan keadaan Indonesia saat ini.
Dimana rakyat membutuhkan seorang pemimpin yang benar-benar adil dalam berbagai
hal. 12 Kriteria calon presiden masa depan yang sesuai dengan negara Indonesia, antara
lain sebagai berikut:
2. 1. Bijaksana
Tindakan yang cermat dan dapat membedakan mana yang baik dan buruk.
Pemimpin akan disanjung oleh masyarakat bilamana ia dapat memilih keputusan
mana yang paling tepat untuk dijalankan. Pemimpin yang bijaksana akan
mendapat tempat di hati masyarakat dan selalu dipercaya dalam
kepemimpinannya. Namun, daalam memilih mana keputusan yang paling tepat
tidaklah mudah, bagaimana jika keputusan tersebut tidak disukai oleh
masyarakat. Itulah yang menjadi ketakutan yang harus ditaklukan jika ingin
menjadi seorang pemimpin negara ini.
2. Jujur
Ketulusan hati, tidak bohong, dapat dipercaya kata-katanya. Kejujuran dalam
setiap perbuatan sangat penting untuk diutamakan. Terutama dalam menjalankan
urusan kenegaraan bagi sang pemimpin. Setiap orang belum tentu dapat berkata
jujur. Mengingat banyaknya orang yang melakukan suatu tindakan tidak
dilandasi dengan kejujuran, maka seorang pemimpin ini harus memberikan
contoh kepada masyarakat Indonesia.
3. Adil
Benar, patut dengan tidak memandang siapapun (tidak berat sebelah). Menjadi
pemimpin yang baik dituntut untuk adil dalam memutuskan suatu kebijakan.
Adil menurut seseorang belum tentu adil menurut orang lain. Sehingga menjadi
seorang nomor satu di Indonesia ini harus mengetahui bagaimana seluk beluk
dari rakyat, dan memahami apa yang diinginkan rakyat selama ini agar tidak ada
diskriminasi antar sesama.
4. Tanggung jawab
Keadaan wajib menanggung segala sesuatu jika ada sesuatu hal (boleh dituntut,
ddipersalahkan, atau diperkarakan).
Tanggung jawab terhadap apa yang menjadi tugasnya sebagai pemimpin nomor
satu memang tidaklah mudah, namun untuk kebaikan semua masyarakat kenapa
tidak? Berani mengakui kesalahan adalah salah satu perbuatan yang mulia.
5. Amanah
Sesuatu yang dipercayakan kepada orang lain. Seorang pemimpin yang terpilih
sepenuhnya karena memang rakyat yang menginginkannya, bukanlah karena
3. sebuah rekayasa dan keinginan partai politik yang mencalonkannya. Amanah
dalam menjalani setiap tugas dan kewenangannya sangat tidak mudah, apabila
selalu terbayang dengan kemewahan sikap amanh itu dengan perlahan akan
bilang dengan sendirinya. Ia akan lupa dengan amanah dari masyarakat yang
berharap ia bisa berlaku dengan jujur dan selalu bijaksana disetiap keputusan.
Hanya seseorang yang benar-benar amanah apabila ia memiliki jiwa yang
tangguh dan budi luhur.
6. Merakyat
Sebagai orang yang menjabat di bangku pemerintahan tidak selayaknya ia
bersikap sombong dan tidak peduli dengan rakyatnya. Pemimpin akan disegani
jika mau berbaur dengan masyarakat. Tidak menunjukkan dirinya adalah
seorang yang mempunyai kekuasaan tinggi merupakan salah satu cara untuk
berbaur dengan masyarakat biasa dan masyarakat tidak akan canggung apabila
bertegur sapa dengannya.
7. Memiliki moral yang baik
Presiden adalah pemimpin yang menjadi contoh masyarakat sebagai pejabat
pemerintahan untuk menangani setiap masalah yang ada dengan kepala dingin.
Sebagai pemimpin yang baik hendaklah mempunyai moral yang baik. Jika
seorang pemimpin tidak memiliki moral yang baik masyarakat tidak akan
percaya bahwa ia benar-benar pemimpin yang bijak dalam mengurus bangsa
Indonesia.
8. Berpendirian kokoh
Menjadi pemimpin harus mempunyai pendirian yang kuat, tidak mudah
terpengaruh oleh orang lain. Percaya diri terhadap keputusan yang diambil dan
tidak mudah goyah dalam pemikiran.
9. Wawasan luas
Berwawasan luas adalah modal utama untuk menjadi seorang pemimpin.
Menjadi pemimpin haruslah mempunyai wawasan yang luas dan mendunia.
Tidak hanya di Indonesia saja tetapi dituntut untuk mengetahui dunia luar. Tidak
mungkin seorang pemimpin hanya berpengetahuan sebatas Indonesia saja, itu
belum cukup jika ingin menjadi penguasa. Karena penuasa tidak hanya berkutat
4. di Indonesia tetapi juga bersangkutan dengan dunia luar dan menjalin relasi
dengam negara lain.
10. Berani mengatakan tidak pada kepentingan asing
Tidak semudah mengatakan “iya” terhadap usulan ataupun bantuan dari luar
negeri. Pemimpin harus memilih dan mempertimbangkan dengan sungguh-
sungguh apa yang akan menjadi keputusannya, karena keputusan tersebut untuk
kepentingan rakyat bersama. Jika dirasa dari pihak luar tidak memberikan
dampak yang positif maka pemimpin harus berani menolak secara halus agar
tidak menyinggung pihak luar tersebut.
11. Berkomitmen
Komitmen dalam suatu organisasi sangat dibutuhkan dan diperlukan. Apalagi di
dalam organisasi kepemerintahan yang menyangkut rakyat banyak. Wakil rakyat
yang menjabat sebagai penampung aspirasi harus memiliki komitmen yang
tinggi dan benar-benar serius dalam menangani setiap urusan yang dikerjakan.
12. Kinerja yang baik
Menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat dituntut untuk selalu
bekerja dengan serius sehingga hasilnya akan tercapai dengan apa yang
diinginkan. Masyarakat akan bangga jika mempunyai wakil rakyat yang bisa
dipercaya hingga akhir untuk menjalankan tugasnya mewakili rakyat Indonesia.
Kedua belas kriteria di atas dapat dijadikan sebagai tolok ukur masyarakat untuk
memilih seorang pemimpin yang akan menduduki kursi nomor satu di Indonesia.
Semoga presiden yang akan datang dapat memberikan kontribusi nyata bagi bangsa ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.shvoong.com/business-management/management/2085301-kepemimpinan-
dimensi-keempat/#ixzz1vKZLltOj (Diunduh 19 Mei 2012, 22:44)
http://nasional.kompas.com/read/2011/08/05/13534069/Kriteria.Presiden.RI.204
(diunduh 26 Mei 2012)
Sulistyo, Agus dan Mulyono, Adi. 1998. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia dengan
EYD dan Pengetahuan Umum. Surakarta: ITA.