Dokumen tersebut merangkum latar belakang, ide, dan persiapan Konferensi Asia Afrika tahun 1955. Konferensi ini diadakan untuk membahas masalah-masalah bersama negara-negara Asia dan Afrika serta mempromosikan kerja sama antarnegara. Ide konferensi muncul setelah pertemuan di Kolombo tahun 1954 dan dipersiapkan melalui serangkaian pertemuan di Bogor dan New Delhi.
1. KONFERENSI ASIA AFRIKA
TUGAS PKn
DISUSUN OLEH :
JOHAN EFENDI
MUHAMMAD HAMZAH FANSURI
RIZKI PRADIKA SETYAWAN
FITRIA IKA WULANDARI
DIANISSA AULIA
SITI NUR KHOTIMAH
MIRANTI FERNINDA ALIF
NUR LAILA DWI APRILIANI
TIARA AGNI IRAWATI
SMA NEGERI 1 JEPARA
Jepara, 5 Februari 2011
2. KONFERENSI ASIA - AFRIKA
1. Latar Belakang
Berakhirnya Perang Dunia II pada bulan Agustus 1945,
tidak berarti berakhir pula situasi permusuhan di antara
bangsa-bangsa di dunia dan tercipta perdamaian dan
keamanan. Ternyata di beberapa pelosok dunia,
terutama di belahan bumi Asia Afrika, masih ada
masalah dan muncul masalah baru yang mengakibatkan
permusuhan yang terus berlangsung, bahkan pada
tingkat perang terbuka, seperti di Jazirah Korea, Indo
Cina, Palestina, Afrika Selatan, Afrika Utara.
3. Masalah-masalah tersebut sebagian disebabkan oleh
lahirnya dua blok kekuatan yang bertentangan secara
ideologi maupun kepentingan, yaitu Blok Barat dan Blok
Timur. Blok Barat dipimpin oleh Amerika Serikat dan
Blok Timur dipimpin oleh Uni Sovyet. Tiap-tiap blok
berusaha menarik negara-negara di Asia dan Afrika agar
menjadi pendukung mereka. Hal ini mengakibatkan
tetap hidupnya dan bahkan tumbuhnya suasana
permusuhan yang terselubung di antara kedua blok itu
dan pendukungnya. Suasana permusuhan tersebut
dikenal dengan sebutan "perang dingin". Timbulnya
pergolakan dunia disebabkan pula oleh masih adanya
penjajahan di bumi kita ini, terutama di belahan Asia
dan Afrika.
4. Memang sebelum tahun 1945, pada umumnya benua
Asia dan Afrika merupakan daerah jajahan bangsa Barat
dalam aneka bentuk. Tetapi sej ak tahun 1945, banyak
daerah di Asia Afrika menjadi negara merdeka dan
banyak pula yang masih berjuang bagi kemerdekaan
negara dan bangsa mereka seperti Aljazair, Tunisia, dan
Maroko di wilayah Afrika Utara; Vietnam di Indo Cina;
dan di ujung selatan Afrika. Beberapa negara Asia Afrika
yeng telah merdeka pun masih banyak yang
menghadapi masalah-masalah sisa penjajahan seperti
Indonesia tentang Irian Barat, India dan Pakistan
tentang Kashmir, negara-negara Arab tentang Palestina.
5. Sebagian bangsa Arab-Palestina terpaksa mengungsi,
karena tanah air mereka diduduki secara paksa oleh
pasukan Israel yang dibantu oleh Amerika Serikat.
Sementara itu bangsa-bangsa di dunia, terutama
bangsa-bangsa Asia Afrika, sedang dilanda kekhawatiran
akibat makin dikembangkannya pembuatan senjata
nuklir yang bisa memusnahkan umat manusia. Situasi
dalam negeri dibeberapa negara Asia Afrika yang telah
merdeka pun masih terjadi konflik antar kelompok
masyarakat sebagai akibat masa penjajahan (politik
devide et impera) dan perang dingin antar blok dunia
tersebut.
6. Walaupun pada masa itu telah ada badan internasional
yaitu Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang berfungsi
menangani masalah-masalah dunia, namun nyatanya
badan ini belum berhasil menyelesaikan persoalan
tersebut. Sedangkan kenyataannya, akibat yang
ditimbulkan oleh masalah-masalah ini, sebagaian besar
diderita oleh bangsa-bangsa di Asia Afrika. Keadaan
itulah yang melatarbelakangi lahirnya gagasan untuk
mengadakan Konferensi Asia Afrika.
7. 2. Lahirnya Ide Konferensi
Keterangan Pemerintah Indonesia tentang politik luar
negeri yang disampaikan oleh Perdana Menteri Mr. Ali
Sastroamidjojo, di depan parlemen pada tanggal 25
Agustus 1953, menyatakan "Kerja sama dalam golongan
negara-negara Asia Arab (Afrika) kami pandang penting
benar, karena kami yakin, bahwa kerja sama erat antara
negara-negara tersebut tentulah akan memperkuat
usaha ke arah tercapainya perdamaian dunia yang kekal.
Kerja sama antara negara-negara Asia Afrika tersebut
adalah sesuai benar dengan aturan-aturan dalam PBB
(Perserikatan Bangsa-Bangsa) yang menyenangi kerja
sama kedaerahan (regional arrangements).
8. Lain dari itu negara¬negara itu pada umumnya memang
mempunyai pendirian-pendirian yang sama dalam
beberapa soal di lapangan internasional, jadi
mempunyai dasar sama (commonground) untuk
mengadakan golongan yang khusus. Dari sebab itu kerja
sama tersebut akan kami lanjutkan dan pererat". Bunyi
pernyataan tersebut mencerminkan ide dan kehendak
Pemerintah Indonesia untuk mempererat kerja sama di
antara negara¬negara Asia Afrika. Pada awal tahun
1954, Perdana Menteri Ceylon (Srilanka) Sir John
Kotelawala mengundang para Perdana Menteri dari
Birma (U Nu), India (Jawaharlal Nehru), Indonesia (Ali
Sastroamidjojo), dan Pakistan (Mohammed Ali) dengan
maksud mengadakan suatu pertemuan informal di
negaranya.
9. Undangan tersebut diterima baik oleh semua pimpinan
pemerintah negara yang diundang. Pertemuan yang
kemudian disebut Konferensi Kolombo itu dilaksanakan
pada tanggal 28 April sampai dengan 2 Mei 1954.
Konferensi ini membicarakan masalah-masalah yang
menjadi kepentingan bersama.Yang menarik perhatian
para peserta konferensi, diantaranya pertanyaan yang
diajukan oleh Perdana Menteri Indonesia "Where do we
stand now, we the peoples ofAsia, in this world of ours to
day?" ("Dimana sekarang kita berdiri, bangsa Asia
sedang berada di tengah-tengah persaingan dunia?"),
kemudian pertanyaan itu dijawab sendiri dengan
menyatakan "We have now indeed arrived at the crossroads of the history of mankind.
10. It is therefore that we Prime Ministers of five Asian
countries are meeting here to discuss those crucial
problems of the peoples we represent. There are the very
problems which urge Indonesia to propose that another
conference be convened wider in scope, between the
African andAsian nations. Iam convinced that the
problems are not only convened to the Asian countries
represented here but also are of equal importance to the
African and other Asian countries". ("Kita sekarang
berada dipersimpangan jalan sejarah umat manusia.
Oleh karena itu kita lima Perdana Menteri negaranegara Asia bertemu di sini untuk membicarakan
masalah-masalah yang krusial yang sedang dihadapi
oleh masyarakat yang kita wakili.
11. Ada beberapa hal yang mendorong Indonesia
mengajukan usulan untuk mengadakan pertemuan lain
yang lebih luas, antara negara-negara Afrika dan Asia.
Saya percaya bahwa masalah-masalah itu tidak hanya
terjadi di negara-negara Asia yang terwakili di sini,
tetapi juga sama pentingnya bagi negara-negara di
Afrika dan Asia lainnya").
Pernyataan tersebut memberi arah kepada lahirnya
Konferensi Asia Afrika. Selanjutnya, soal perlunya
Konferensi Asia Afrika diadakan, diajukan pula oleh
Indonesia dalam sidang berikutnya. Usul itu akhirnya
diterima oleh semua peserta konferensi, walaupun
masih dalam suasana keraguan. Perdana Menteri
Indonesia pergi ke Kolombo untuk memenuhi
urndangan Perdana Menterl Srilanka dengan membawa
bahan-bahan hasil perumusan Pemerintah Indonesia.
12. Bahan-bahan tersebut merupakan hasil rapat dinas
Kepala-kepala Perwakilan Indonesia di negara-negara
Asia dan Afrika yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri
Mr. Sunario. Rapat dinas tersebut diadakan di Tugu
(Bogor) pada tanggal 9 sampai dengan 22 Maret
1954.Akhirnya, dalam pernyataan bersama pada akhir
Konferensi Kolombo, dinyatakan bahwa para Perdana
Menteri peserta konferensi membicarakan kehendak
untuk mengadakan konferensi negara-negara Asia
Afrika dan menyetujui usul agar Perdana Menteri
Indonesia
dapat
menjejaki
sampai
dimana
kemungkinannya mengadakan konferensi semacam itu.
13. 3. Usaha-Usaha Persiapan Konferensi
Di atas telah diungkapkan bahwa Konferensi Kolombo
menugaskan Indonesia agar menjejaki kemungkinan untuk
diadakannya Konferensi Asia Afrika. Dalam rangka
menunaikan tugas itu Pemerintah Indonesia melakukan
pendekatan melalui saluran diplomatik kepada 18 negara
Asia Afrika. Maksudnya, untuk mengetahui sejauh mana
pendapat negara-negara tersebut terhadap ide mengadakan
Konferensi Asia Afrika. Dalam pendekatan tersebut
dijelaskan bahwa tujuan utama konferensi itu ialah untuk
membicarakan kepentingan bersama bangsa-bangsa Asia
Afrika pada saat itu, mendorong terciptanya perdamaian
dunia, dan mempromosikan Indonesia sebagai tempat
konferensi. Ternyata pada umumnya negara-negara yang
dihubungi menyambut baik ide tersebut dan menyetujui
Indonesia sebagai tuan rumahnya, walaupun dalam hal
waktu dan peserta konferensi terdapat berbagai pendapat
yang berbeda.
14. Pada tanggal 18 Agustus 1954, Perdana Menteri Jawaharlal
Nehru dari India, melalui suratnya, mengingatkan Perdana
Menteri Indonesia tentang perkembangan situasi dunia
dewasa itu yang semakin gawat, sehubungan dengan adanya
usul untuk mengadakan Konferensi Asia Afrika. Memang
Perdana Menteri India dalam menerima usul itu masih
disertai keraguan akan berhasil-tidaknya usul tersebut
dilaksanakan. Barulah setelah kunjungan Perdana Menteri
Indonesia pada tanggal 25 September 1954, beliau yakin
benar akan pentingnya diadakan konferensi semacam
itu, seperti tercermin dalam pernyataan bersama pada akhir
kunjungan Perdana Menteri Indonesia "The prime Ministers
discussed also the proposal to have a conference of
representatives of Asian and African countries and were
agreed that a conference of this kind was desirable and world
be helpful in promoting the cause of peace and a common
approach to these problems. It should be held at an early
date".
15. ("Para Perdana Menteri telah membicarakan usulan untuk
mengadakan sebuah konferensi yang mewakili negaranegara Asia dan Afrika serta menyetujui konferensi seperti
ini sangat diperlukan dan akan membantu terciptanya
perdamaian sekaligus pendekatan bersama ke arah masalah
(yang dihadapi). Hendaknya konferensi ini diadakan selekas
mungkin"). Keyakinan serupa dinyatakan pula oleh Perdana
Menteri Birma U Nu pada tanggal 28 September 1954.
Dengan demikian, maka usaha-usaha penyelidikan atas
kemungkinan diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika
dianggap selesai dan berhasil serta usaha selanjutnya ialah
mempersiapkan pelaksanaan konferensi itu. Atas undangan
Perdana Menteri Indonesia, para Perdana Menteri peserta
Konferensi Kolombo (Birma, Srilanka, India, Indonesia, dan
Pakistan) mengadakan konferensi di Bogor pada tanggal 28
dan 29 Desember 1954, yang dikenal dengan sebutan
Konferensi Panca Negara.
16. Konferensi ini membicarakan persiapan pelaksanaan
Konferensi Asia Afrika. Konferensi Bogor berhasil
merumuskan kesepakatan bahwa Konferensi Asia Afrika
diadakan atas penyelenggaraan bersama dan kelima
negara peserta konferensi tersebut menjadi negara
sponsornya.Undangan kepada negara-negara peserta
disampaikan oleh Pemerintah Indonesia atas nama lima
negara.
17. 4. Tujuan Konferensi
Konferensi Bogor menghasilkan 4 (empat) tujuan
pokok Konferensi Asia Afrika, yaitu :
1. Untuk memajukan goodwill (kehendak yang luhur)
dan kerja sama antara bangsa-bangsa Asia dan
Afrika, untuk menjelajah serta memaj ukan
kepentingan-kepentingan mereka, baik yang silih
ganti maupun yang bersama, serta untuk menciptakan
dan memajukan persahabatan serta perhubungan
sebagai tetangga baik;
2. Untuk mempertimbangkan soal-soal serta hubunganhubungan di lapangan sosial, ekonomi, dan
kebudayaan negara yang diwakili;
18. 3. Untuk mempertimbangkan soal-soal yang berupa
kepentingan khusus bangsa-bangsa Asia dan Afrika,
misalnya soal-soal yang mengenai kedaulatan nasional
dan tentang masalah-masalah rasialisme dan
kolonialisme;
4. Untuk meninjau kedudukan Asia dan Afrika, serta
rakyat¬rakyatnya di dalam dunia dewasa ini serta
sumbangan yang dapat mereka berikan guna
memajukan perdamaian serta kerja sama di dunia.
19. 5. Peserta dan Waktu Konferensi
Negara-negara yang diundang disetujui berjumlah 25
negara, yaitu : Afganistan, Kamboja, Federasi Afrika
Tengah, Republik Rakyat Tiongkok (China), Mesir,
Ethiopia, Pantai Emas (Gold Coast), Iran, Irak, Jepang,
Yordania, Laos, Lebanon, Liberia, Libya, Nepal, Filipina,
Saudi Arabia, Sudan, Syria, Thailand (Muang Thai),
Turki, Republik Demokrasi Vietnam (Vietnam Utara),
Vietnam Selatan, dan Yaman. Waktu konferensi
ditetapkan pada minggu terakhir April 1955.
20. Mengingat negara-negara yang akan di undang
mempunyai politik luar negeri serta sistem politik dan
sosial
yang
berbeda-beda,
Konferensi
Bogor
menentukan bahwa menerima undangan untuk turut
dalam Konferensi Asia Afrika tidak berarti bahwa negara
peserta tersebut akan berubah atau dianggap berubah
pendiriannya mengenai status dari negara-negara lain.
Konferensi menjunjung tinggi pula azas bahwa bentuk
pemerintahan atau cara hidup sesuatu negara
sekali¬sekali tidak akan dapat dicampuri oleh negara
lain. Maksud utama konferensi ialah supaya negaranegara peserta menjadi lebih saling mengetahui
pendirian mereka masing-masing.
21. 6. Struktur Organisasi Panitia Pelaksana
Dalam persiapan pelaksanaan Konferensi Asia Afrika,
Indonesia membentuk sekretariat konferensi yang diwakili
oleh negara-negara penyelenggara. Guna mewujudkan
keputusan-keputusan Konferensi Bogor, segera dibentuk
Sekretariat Bersama (Joint Secretariat) oleh lima negara
penyelenggara. Indonesia diwakili oleh Sekretaris Jenderal
Kementerian Luar Negeri Roeslan Abdul Gani yang juga
menjadi ketua badan itu, dan 4 (empat) negara lainnya
diwakili oleh Kepala¬kepala Perwakilan mereka masingmasing di Jakarta, yaitu U Mya Sein dari Birma, M.
Saravanamuttu dari Srilanka, B.F.H.B. Tyobji dari India, dan
Choudhri Khaliquzzaman dari Pakistan. Di dalam Sekretariat
Bersama itu terdapat 10 (sepuluh) orang staf yang
melaksanakan pekerjaan sehari-hari, terdiri atas 2 (dua)
orang dari Birma, seorang dari Srilanka, 2 (dua) orang dari
India, 4 (empat) orang dari Indonesia, dan seorang dari
Pakistan.
22. Selain itu terdapat pula 4 (empat) komite terdiri atas Komite
Politik, Komite Ekonomi, Komite Sosial, Komite
Kebudayaan. Selain itu, ada pula panitia yang menangani
bidang¬bidang : keuangan, perlengkapan, dan pers.
Pemerintah Indonesia sendiri pada tanggal 11 Januari 1955
membentuk Panitia Interdepartemental (Interdepartemental
Committee) yang diketuai oleh Sekretaris Jenderal
SekretariatBersama
dengan
anggota-anggota
dan
penasehatnya berasal dari berbagai departemen guna
membantu persiapan-persiapan konferensi itu. Di
Bandung, tempat diadakannya konferensi, dibentuk Panitia
Setempat (Local Committee) pada tanggal 3 Januari 1955
dengan ketuanya Sanusi Hardjadinata, Gubernur Jawa Barat.
Panitia Setempat bertugas mempersiapkan dan melayani
soal-soal
yang
bertalian
dengan
akomodasi, logistik, transport, kesehatan, komunikasi, keam
anan, hiburan, protokol, penerangan, dan lain-lain.
23. Panitia Interdepartmental Panitia Lokal di Jakarta Bandung
Gedung Concordia dan Gedung Dana Pensiun dipersiapkan
sebagai tempat sidang-sidang konferensi. Hotel Homann,
Hotel Preanger, dan 12 (dua belas) hotel lainnya serta
perumahan perorangan dan pemerintah dipersiapkan pula
sebagai tempat menginap para tamu yang berjumlah 1300
orang. Keperluan transport dilayani oleh 143 mobil, 30 taksi,
20 bus, dengan jumlah 230 orang sopir dan 350 ton bensin
tiap hari serta cadangan 175 ton bensin. Dalam kesempatan
memeriksa persiapan-persiapan terakhir di Bandung pada
tanggal 17 April 1955, Presiden RI Soekarno meresmikan
penggantian nama Gedung Concordia menjadi Gedung
Merdeka, Gedung Dana Pensiun menjadi Gedung Dwi
Warna, dan sebagian Jalan Raya Timur menjadi Jalan Asia
Afrika. Penggantian nama tersebut dimaksudkan untuk lebih
menyemarakkan konferensi dan menciptakan suasana
konferensi yang sesuai dengan tujuan konferensi.
24. Pada tanggal 15 Januari 1955, surat undangan Konferensi
Asia Afrika dikirimkan kepada kepala pemerintahan 25
(dua puluh lima) negara Asia dan Afrika. Dari seluruh
negara yang diundang hanya satu negara yang menolak
undangan itu, yaitu Federasi Afrika Tengah (Central
African Federation), karena memang negara itu masih
dikuasai oleh orang-orang bekas penjajahnya.
Sedangkan 24 (dua puluh empat) negara lainnya
menerima baik undangan itu, meskipun pada mulanya
ada negara yang masih ragu-ragu. Sebagian besar
delegasi peserta konferensi tiba di Bandung lewat
Jakarta pada tanggal 16 April 1955.
25. 7. Pelaksanaan Konferensi.
Asia Afrika. Sejak pukul 07.00 WIB kedua tepi sePada hari
Senin 18 April 1955, sejak fajar menyingsing telah tampak
kesibukan di Kota Bandung untuk menyambut pembukaan
Konferensi panjang Jalan Asia Afrika dari mulai depan Hotel
Preanger sampai dengan kantor pos, penuh sesak oleh rakyat
yang ingin menyambut dan menyaksikan para tamu dari
berbagai negara. Sementara para petugas keamanan yang
terdiri dari tentara dan polisi telah siap di tempat tugas
mereka untuk menjaga keamanan dan ketertiban. Sekitar
pukul 08.30 WIB, para delegasi dari berbagai negara berjalan
meninggalkan Hotel Homann dan Hotel Preanger menuju
Gedung Merdeka secara berkelompok untuk menghadiri
pembukaan Konferensi Asia Afrika. Banyak di antara mereka
memakai pakaian nasional masing-masing yang beraneka
corak dan wama. Mereka disambut hangat oleh rakyat yang
berderet disepanjang Jalan Asia Afrika dengan tepuk tangan
dan sorak sorai riang gembira.
26. Perjalanan para delegasi dari Hotel Homann dan Hotel
Preanger ini kemudian dikenal dengan nama Langkah
Bersejarah (The Bandung Walks). Kira-kira pukul 09.00
WIB, semua delegasi masuk ke dalam Gedung Merdeka.
Tak lama kemudian rombongan Presiden dan Wakil
Presiden Republik Indonesia, Ir. Soekarno dan Drs.
Mohammad Hatta, tiba di depan Gedung Merdeka dan
disambut oleh rakyat dengan sorak-sorai dan pekik
"merdeka". Di depan pintu gerbang Gedung Merdeka
kedua pucuk pimpinan pemerintah Indonesia itu
disambut oleh lima Perdana Menteri negara sponsor.
Setelah diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia :
"Indonesia Raya", maka Presiden RI Ir. Soekarno
mengucapkan pidato pembukaan yang berjudul "LET A
NEW ASIA AND NEW AFRICA BE BORN" (Lahirlah
Asia Baru dan Afrika Baru) pada pukul 10.20 WIB.
27. Dalam kesempatan tersebut Presiden RI Ir. Soekarno
menyatakan bahwa kita, peserta konferensi, berasal dari
kebangsaan yang berlainan, begitu pula latar belakang sosial
dan budaya, agama, sistem politik, bahkan warna kulit pun
berbeda-beda.
Meskipun
demikian,
kita
dapat
bersatu, dipersatukan oleh pengalaman pahit yang sama
akibat kolonialisme, oleh ketetapan hati yang sama dalam
usaha mempertahankan dan memperkokoh perdamaian
dunia. Pada bagian akhir pidatonya beliau mengatakan "I
hope that it will give evidence of the fact that we, Asian and
African leaders, understand that Asia and Africa can prosper
only when they are united, and that even the safety of the
world at large can not be safeguarded without a united AsiaAfrica. I hope that it conference will give guidance to
mankind, will point out to mankind the way which it must
take to attain safety and peace. I hope that it will give
evidence that Asia and Africa have been reborn, that a New
Asia and New Africa have been born !"
28. ("Saya berharap konferensi ini akan menegaskan
kenyataan, bahwa kita, pemimpin pemimpin Asia dan
Afrika, mengerti bahwa Asia dan Afrika hanya dapat menjadi
sejahtera, apabila mereka bersatu, dan bahkan keamanan
seluruh dunia tanpa persatuan Asia-Afrika tidak akan
terjamin. Saya harap konferensi ini akan memberikan
pedoman kepada umat manusia, akan menunjukkan kepada
umat manusia jalan yang harus ditempuhnya untuk
mencapai
keselamatan
dan
perdamaian.
Saya
berharap, bahwa akan menjadi kenyataan, bahwa Asia dan
Afrika telah lahir kembali. Ya, lebih dari itu, bahwa Asia Baru
dan Afrika Baru telah lahir!") Pidato Presiden RI Ir. Soekarno
berhasil
menarik
perhatian,
mempesona,
dan
mempengaruhi hadirin, terbukti dengan adanya usul
Perdana Menteri India yang didukung oleh semua peserta
konferensi untuk mengirimkan pesan ucapan terimakasih
kepada Presiden atas pidato pembukaannya. Pada pukul
10.45 WIB., Presiden RI Ir. Soekarno mengakhiri
pidatonya,
dan
selanjutnya
bersama
rombongan
meninggalkan ruangan.
29. Perdana Menteri Indonesia, sebagai pimpinan sidang
sementara, membuka sidang kembali. Atas usul Ketua
Delegasi Mesir (Perdana Menteri Gamal Abdel Nasser) yang
kemudian disetujui oleh pimpinan delegasi-delegasi :
Republik Rakyat Cina, Yordania, dan Filipina, serta karena
tidak ada calon lain yang diusulkan, maka secara aklamasi
Perdana Menteri Indonesia terpilih sebagai ketua konferensi.
Selain itu, Ketua Sekretariat Bersama Konferensi, Roeslan
Abdulgani dipilih sebagai Sekretaris Jenderal Konferensi.
Kelancaran pemilihan pimpinan konferensi dan acara-acara
sidang selanjutnya dimungkinkan oleh adanya pertemuan
informal terlebih dahulu di antara para pimpinan delegasi
negara sponsor dan negara peserta sebelum konferensi
dimulai (16 dan 17 April 1955). Pertemuan tersebut
menghasilkan beberapa kesepakatan yang bertalian dengan
prosedur acara, pimpinan konferensi, dan lain-lain yang
dipandang perlu. Beberapa kesepakatan itu antara lain
bahwa prosedur dan acara konferensi ditempuh dengan
sesederhana mungkin.
30. Dalam memutuskan sesuatu akan ditempuh sistem
musyawarah dan mufakat (sistem konsensus) dan untuk
menghemat waktu tidak diadakan pidato sambutan delegasi.
Perdana Menteri Indonesia akan dipilih sebagai ketua
konferensi. Sidang konferensi terdiri atas sidang terbuka
untuk umum dan sidang tertutup hanya bagi peserta
konferensi. Dibentuk tiga komite, yaitu Komite Politik,
Komite Ekonomi, dan Komite Kebudayaan. Semua
kesepakatan tersebut selanjutnya disetujui oleh sidang dan
susunan pimpinan konferensi adalah sebagai berikut :
Ketua Konferensi : Mr. Ali Sastroamidjojo, Perdana Menteri
Indonesia
Ketua Komite Politik Mr. Ali Sastroamidjojo, Perdana
Menteri Indonesia
Ketua Komite Ekonomi : Prof. Ir. Roosseno,
Menteri Perekonomian Indonesia
Ketua Komite Kebudayaan : Mr. Moh. Yamin,
31. Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Indonesia
Dalam sidang-sidang selanjutnya muncul beberapa kesulitan
yang bisa diduga sebelumnya. Kesulitan-kesulitan itu
terutama terjadi dalam sidang-sidang Komite Politik.
Perbedaan-perbedaan pandangan politik dan masalahmasalah yang dihadapi antara negara-negara Asia Afrika
muncul ke permukaan, bahkan sampai pada tahap yang agak
panas. Namun berkat sikap yang bijaksana dari pimpinan
sidang serta hidupnya rasa toleransi dan kekeluargaan di
antara peserta konferensi, maka jalan buntu selalu dapat
dihindari dan pertemuan yang berlarut-larut dapat diakhiri.
Setelah melalui sidang-sidang yang menegangkan dan
melelahkan selama satu minggu, maka pada pukul 19.00
WIB. (terlambat dari yang direncanakan) tanggal 24 April
1955 Sidang Umum terakhir Konferensi Asia Afrika dibuka.
Dalam Sidang Umum itu dibacakan oleh Sekretaris Jenderal
Konferensi rumusan pemyataan dari tiap-tiap panitia sebagai
hasil konferensi.
32. Sidang Umum menyetujui seluruh pemyataan tersebut.
Kemudian sidang dilanjutkan dengan pidato sambutan
para ketua delegasi. Setelah itu, Ketua Konferensi
menyampaikan pidato penutupan dan menyatakan
bahwa Konferensi Asia Afrika ditutup. Dalam komunike
terakhir itu diantaranya dinyatakan bahwa Konferensi
Asia Afrika telah meninjau soal-soal mengenai
kepentingan bersama negara-negara Asia dan Afrika dan
telah merundingkan cara-cara bagaimana rakyat negaranegara ini dapat bekerja sama dengan lebih erat di
bidang ekonomi, kebudayaan, dan politik. Yang paling
mashur dari hasil konferensi ini ialah apa yang
kemudian dinamakan Dasa Sila Bandung, yaitu suatu
pernyataan politik berisi prinsip-prinsip dasar dalam
usaha memajukan perdamaian dan kerja sama dunia.
Kesepuluh prinsip itu ialah :
33. 1. Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan
serta azas-azas yang termuat dalam piagam PBB.
2. Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua
bangsa-bangsa.
3. Mengakui persamaan semua suku-suku bangsa dan
persamaan semua bangsa-bangsa besar maupun kecil
4.Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam
soal- soal dalam negeri negara lain
5. Menghormati
hak
tiap-tiap
bangsa
untuk
mempertahankan diri sendiri secara sendirian atau secara
kolektif, yang sesuai dengan Piagam PBB.
6.Tidak
mempergunakan
peraturan-peraturan
dari
pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan
khusus dari salah satu dari negara-negara besar. b. Tidak
melakukan tekanan terhadap negara lain.
7. Tidak melakukan tindakan-tindakan atau ancaman agresi
ataupun penggunaan kekerasan terhadap integritas
teritorial atau kemerdekaan politik sesuatu negara.
35. 8. Penutup
Dalam penutup komunike terakhir dinyatakan bahwa
Konferensi Asia Afrika menganjurkan supaya kelima negara
penyelenggara
mempertimbangkan
untuk
diadakan
pertemuan berikutnya dari konferensi ini, dengan meminta
pendapat negara-negara peserta lainnya. Tetapi usaha untuk
mengadakan Konferensi Asia Afrika kedua selalu mengalami
hambatan yang sulit diatasi. Tatkala usaha itu hampir
terwujud (1964), tiba-tiba di negara tuan rumah (Aljazair)
terjadi pergantian pemerintahan, sehingga konferensi itu
tidak jadi Konferensi Asia Afrika di Bandung, telah berhasil
menggalang persatuan dan kerja sama di antara negaranegara Asia dan Afrika, baik dalam menghadapi masalah
internasional maupun masalah regional. Konferensi serupa
bagi kalangan tertentu di Asia dan Afrika beberapa kali
diadakan pula, seperti Konferensi Wartawan Asia Afrika,
Konferensi Islam Asia Afrika, Konferensi Pengarang Asia
Afrika, dan Konferensi Mahasiswa Asia Afrika.
36. Konferensi Asia Afrika telah membakar semangat dan
menambah kekuatan moral para pejuang bangsa-bangsa
Asia dan Afrika yang pada masa itu tengah
memperjuangkan
kemerdekaan
tanah
air
mereka, sehingga kemudian lahirlah sejumlah negara
merdeka di benua Asia dan Afrika. Semua itu
menandakan bahwa cita-cita dan semangat Dasa Sila
Bandung semakin merasuk ke dalam tubuh bangsabangsa Asia dan Afrika. Jiwa Bandung dengan Dasa
Silanya telah mengubah pandangan dunia tentang
hubungan internasional. Bandung telah melahirkan
faham Dunia Ketiga atau "Non-Aligned' terhadap Dunia
Pertamanya Washington dan Dunia Keduanya Moscow.
Jiwa Bandung telah mengubah juga struktur
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Forum PBB bukan
lagi forum eksklusif Barat atau Timur.
37. Sebagai penutup uraian singkat ini, dikutip bagian
terakhir pidato penutupan Ketua Konferensi Asia Afrika
sebagai berikut "May we continue on the way we have
taken together and may the Bandung Conference stay as
a beacon guiding the future progress of Asia and Africa".
("Semoga kita dapat meneruskan perjalanan kita di atas
jalan yang telah kita pilih bersama-sama dan semoga
Konferensi Bandung ini tetap tegak sebagai sebuah
mercusuar yang membimbing kemajuan di masa depan
dari Asia dan Afrika").
38. Sumber: Panduan Museum Konperensi Asia Afrika,
Departemen Luar Negeri RI Direktorat
Jenderal Informasi, Diplomasi Publik, Dan
Perjanjian Internasional Museum Konperensi
Asia Afrika, 2004.