Sistem pendidikan Indonesia dilihat dari perspektif pragmatisme masih jauh dari kata baik. Beberapa permasalahan yang dihadapi antara lain fasilitas yang kurang memadai, pendidik yang kurang profesional, dan kurikulum yang sering diubah tanpa implementasi yang tepat. Padahal dalam pragmatisme, keberhasilan pendidikan tergantung pada pelaksanaan di lapangan, bukan sekedar teori kurikulum.
2. 1. Pengertian Pragmatisme
Menurut Kamus besar, Pragmatisme adalah aliran filsafat yang
menekankan pengamatan penyelidikan dengan eksperimen (tindak
percobaan), serta kebenaran yang mempunyai akibat-akibat yang
memuaskan.
Patokan pragmatisme adalah “manfaat bagi hidup praktis”.
Dengan demikian, pragmatisme itu berarti ajaran yang menekankan
bahwa pemikiran itu menuruti tindakan.
Pragmatisme menyarankan untuk menguji kualitas nilai dengan
cara yang sama seperti kita menguji kebenaran pengetahuan dengan
metode empiris. Nilai maupun etis akan dilihat dari perbuatannya,
bukan dari segi teorinya. Jadi pendekatan terhadap nilai adalah cara
empiris berdasarkan pengalaman-pengalaman manusia, khususnya
kehidupan sehari-hari. Pragmatisme tidak menaruh perhatian
terhadap nilai-nilai yang tidak empiris, seperti nilai supernatural, nilai
universal, bahkan termasuk nilai-nilai agama.
3. 2. Pragmatisme dan
Perkembangannya..
Filsafat pendidikan Pragmatisme disebut juga sebagai
filsafat Amerika asli yang tumbuh sekitar abad ke 19 hingga
awal 20. Namun sebenarnya berpangkal pada filsafat empirisme
inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa
yang manusia alami.
Pragmatisme dalam perkembangannya mengalami
perbedaan kesimpulan walaupun berangkat dari gagasan awal
yang sama. Kendati demikian, ada tiga patokan yang disetujui
aliran pragmatisme, yaitu :
• Menolak segala intelektualisme
• Absolutisme
• Meremehkan logika formal
4. 3. Sistem Pendidikan dimata Pragmatisme
Dilihat dari segi pragmatisme, sistem pendidikan di Indonesia masih
terbilang kacau balau. Semua permasalahan yang terjadi di dunia pendidikan
indonesia sangatlah kompleks.
Permasalahan tersebut meliputi :
a. Fasilitas yang tidak memadai
b. Pendidik yang tidak Profesional
c. Kurikulum yang tidak berhasil
5. Lanjuuuuuut....
Dengan zaman yang semakin modern dan canggih ini, heran
memang bila kita melihat sistem pendidikan yang kita alami saat
ini yang sungguh memprihatinkan. Sistem pendidikan kita sangat
tertinggal dengan negara-negara lainnya khususnya negara
tetangga kita
Sistem pendidikan Indonesia dalam Peringkat (versi
Pearson Education 2014 yang berdasarkan Education Index) :
Korea Selatan (1)
Singapura (3)
Indonesia (40)
6. Meskipun kurikulum yang digunakan berbeda
dengan
kita, akan tetapi mereka tidak terus menerus
mengganti
kurikulum yang mereka gunakan, karena
mereka menganggap
Bahwa kurikulum hanyalah sebagai pedoman
saja karena
yang terpenting keberhasilan suatu pendidikan
itu
adalah terletak pada pelaksanaan dalam
kegiatan
pembelajaran tersebut yang mana dapat
menghasilkan
output yang berkualitas dan mampu bersaing
dalam dunia kerja. Sangat berbeda dengan
penerapan di Negeri kita ini bukan?
7. Kurikulum dimata Pragmatisme..
Sejak dahulu hingga saat ini, dunia pendidikan
khususnya di Indonesia masih
berubah-ubah dari segi kurikulum yang diterapkannya,
mulai dari kurikulum yang
terdapat pada tahun 1968 sampai kurikulum 2013.
Banyak faktor yang mempengaruhi tidak adanya
penerapan secara menyeluruh
terhadap kurikulum 2013 yang telah ditentukani ini, yakni :
a. Tidak siapnya lembaga pendidikan (sekolah) terhadap
kurikulum yang baru
b. Sosialisasi yang tidak menyeluruh
c. Buku panduan (tematik) yang tidak tersalurkan
d. Tidak profesionalnya pendidik dalam kurikulum baru
8. Lalu mengapa Kurikulum di ubah ??
Salah satu tujuan diubahnya Kurikulum disebabkan oleh
perkembangan zaman yang semakin pesatnya tekhnologi yang
berkembang, pemerintah pun membuat sebuah kurikulum baru
yang bertujuan untuk mensejajarkan kurikulum yang ada dengan
perkembangan zaman yang terjadi dari masa ke masa. Agar kita
tidak ketinggalan dengan apa yang sedang berkembang saat ini
yakni di zaman yang modern.
9. Lalu sesuaikah kurikulum dengan
pragmatisme?
Dalam hal ini, kita tidak bisa menyalahkan kurikulum, karena
dibentuknya suatu kurikulum tersebut pasti berdasarkan pertimbangan
pertimbangan yang telah di teliti akan manfaatnya bagi peserta didik. Dan
membutuhkan waktu yang sangat lama dalam menciptakan suatu
kurikulum yang baru ini.
Hanya saja, sebuah ide yang cemerlang itu tidak didukung oleh semua
kalangan yang terlibat didalamnya. Sehingga tidak sesuai dengan aliran
pragmatisme yang bersifat praktis dan keputusannya diambil dari
Pemikiran. Artinya tindakan dilapangan di implementasikan sesuai
Dengan pemikiran awal. Sehingga terciptanya suatu sistem yang
Baik.