SlideShare a Scribd company logo
1 of 32
HUKUM ACARA
PENGADILAN AGAMA
Oleh Drs. Siddiki, M.H.
Pekerjaan: Pengadilan Agama Jember
Seluler: 08123122304 (Simpati) 087750901000 (XL)
Email: sssiddiki45@gmail.com & ssiddiki@ymail.com
1
Payung/Dasar Hukum Eksistensi
Pengadilan Agama di Indonesia
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 Bab IX Kekuasaan Kehakiman Pasal
24 ayat (2):
“Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah
Mahkamah Agung dan badan peradilan yang
berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan
umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan
peradilan militer, lingkungan peradilan tata
usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah
Konstitusi.”
2
Apa itu Pengadilan Agama ?
Pasal 25 ayat (3) Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman (UU Kehakiman) dan
Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 yang diubah
pertama dengan Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 3 Tahun 2006 dan diubah kedua
kali dengan Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama
(UU Peradilan Agama) Pasal 1 angka 1:
“Peradilan Agama adalah peradilan bagi orang-
orang yang beragama Islam.”
3
Kedudukan Pengadilan Agama
• Pasal 2 UU Peradilan Agama: “Peradilan Agama adalah salah satu pelaku kekuasaan
kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara tertentu
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.”
Pasal 3A UU Peradilan Agama,
• Ayat (1): “Di lingkungan peradilan agama dapat dibentuk pengadilan khusus yang diatur
dengan undang-undang.” (Yang dimaksud dengan “diadakan pengkhususan pengadilan”
adalah adanya diferensiasi/spesialisasi di lingkungan peradilan agama di mana dapat
dibentuk pengadilan khusus, misalnya pengadilan arbitrase syariah, sedangkan yang
dimaksud dengan "yang diatur dengan undang-undang" adalah susunan, kekuasaan, dan
hukum acaranya)
• Ayat (2) : “Peradilan Syari’ah Islam di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam merupakan
pengadilan khusus dalam lingkungan peradilan agama sepanjang kewenangannya
menyangkut kewenangan peradilan agama, dan merupakan pengadilan khusus dalam
lingkungan peradilan umum sepanjang kewenangannya menyangkut kewenangan
peradilan umum.”
• Ayat (3): “Pada pengadilan khusus dapat diangkat hakim ad hoc untuk memeriksa,
mengadili, dan memutus perkara, yang membutuhkan keahlian dan pengalaman dalam
bidang tertentu dan dalam jangka waktu tertentu.” (Tujuan diangkatnya “hakim ad hoc”
adalah untuk membantu penyelesaian perkara yang membutuhkan keahlian khusus
misalnya kejahatan perbankan syari’ah dan yang dimaksud dalam “jangka waktu tertentu”
adalah bersifat sementara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan)
4
KEKUASAAN PENGADILAN AGAMA
Pasal 49 UU Peradilan Agama:
• “Pengadilan agama bertugas dan berwenang memeriksa,
memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara
orang-orang yang beragama Islam di bidang:
a. perkawinan;
b. waris;
c. wasiat;
d. hibah;
e. wakaf;
f. zakat;
g. infaq;
h. shadaqah; dan
i. ekonomi syari'ah.”
5
Perkara Bidang PerkawinanAntara Lain:
1. Izin beristri lebih dari seorang;
2. Izin melangsungkan perkawinan bagi orang yang belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun, dalam
hal orang tua/wali, atau keluarga dalam garis lurus ada perbedaan pendapat;
3. Dispensasi kawin;
4. Pencegahan perkawinan;
5. Penolakan perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah;
6. Pembatalan perkawinan;
7. Gugatan kelalaian atas kewajiban suami dan istri;
8. Perceraian karena talak;
9. Gugatan perceraian;
10. Penyelesaian harta bersama;
11. Penguasaan anak-anak;
12. Ibu dapat memikul biaya pemeliharaan dan pendidikan anak bilamana bapak yang seharusnya
bertanggung jawab tidak mematuhinya;
13. Penentuan kewajiban memberi biaya penghidupan oleh suami kepada bekas istri atau penentuan
suatu kewajiban bagi bekas istri;
14. Putusan tentang sah tidaknya seorang anak;
15. Putusan tentang pencabutan kekuasaan orang tua;
16. Pencabutan kekuasaan wali;
17. Penunjukan orang lain sebagai wali oleh pengadilan dalam hal kekuasaan seorang wali dicabut;
18. Penunjukan seorang wali dalam hal seorang anak yang belum cukup umur 18 (delapan belas)
tahun yang ditinggal kedua orang tuanya;
19. Pembebanan kewajiban ganti kerugian atas harta benda anak yang ada di bawah kekuasaannya;
20. Penetapan asal-usul seorang anak dan penetapan pengangkatan anak berdasarkan hukum Islam;
21. Putusan tentang hal penolakan pemberian keterangan untuk melakukan perkawinan campuran;
22. Pernyataan tentang sahnya perkawinan yang terjadi sebelum Undang-undang Nomor 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan dan dijalankan menurut peraturan yang lain. 6
Perkara Bidang Waris
Yang dimaksud dengan "waris" adalah:
penentuan siapa yang menjadi ahli waris,
penentuan mengenai harta peninggalan,
penentuan bagian masing-masing ahli waris, dan
melaksanakan pembagian harta peninggalan
tersebut, serta
penetapan pengadilan atas permohonan
seseorang tentang penentuan:
- siapa yang menjadi ahli waris,
- penentuan bagian masing-masing ahli waris.
7
Perkara Bidang Hibah
Yang dimaksud dengan "hibah" adalah
pemberian suatu benda secara sukarela dan
tanpa imbalan dari seseorang atau badan
hukum kepada orang lain atau badan hukum
untuk dimiliki.
8
Perkara Bidang Wakaf
Yang dimaksud dengan "wakaf" adalah
perbuatan seseorang atau sekelompok orang
(wakif) untuk memisahkan dan/atau
menyerahkan sebagian harta benda miliknya
untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk
jangka waktu tertentu sesuai dengan
kepentingannya guna keperluan ibadah
dan/atau kesejahteraan umum menurut
syari'ah.
9
Perkara Bidang Zakat
Yang dimaksud dengan "zakat" adalah harta
yang wajib disisihkan oleh seorang muslim
atau badan hukum yang dimiliki oleh orang
muslim sesuai dengan ketentuan syari'ah
untuk diberikan kepada yang berhak
menerimanya.
10
Perkara Bidang Infaq
Yang dimaksud dengan "infaq" adalah
perbuatan seseorang memberikan sesuatu
kepada orang lain guna menutupi kebutuhan,
baik berupa makanan, minuman,
mendermakan, memberikan rezeki (karunia),
atau menafkahkan sesuatu kepada orang lain
berdasarkan rasa ikhlas, dan karena Allah
Subhanahu Wata'ala.
11
Perkara Bidang Shadaqah
Yang dimaksud dengan "shadaqah" adalah
perbuatan seseorang yang memberikan
sesuatu kepada orang lain atau
lembaga/badan hukum secara spontan dan
sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah
tertentu dengan mengharap ridho Allah
Subhanahu Wata'ala dan pahala semata.
12
Perkara Bidang Ekonomi Syari'ah
Yang dimaksud dengan "ekonomi syari'ah" adalah perbuatan atau kegiatan
usaha yang dilaksanakan menurut prinsip syari'ah, antara lain meliputi:
- Bank syari'ah;
- Lembaga keuangan mikro syari'ah.
- Asuransi syari'ah;
- Reasuransi syari'ah;
- Reksa dana syari'ah;
- Obligasi syari'ah dan surat berharga berjangka menengah syari'ah;
- Sekuritas syari'ah;
- Pembiayaan syari'ah;
- Pegadaian syari'ah;
- Dana pensiun lembaga keuangan syari'ah; dan
- Bisnis syari'ah.
13
Sengketa Hak Milik atau Keperdataan Lain
Pasal 50 UU Peradilan Agama:
Ayat (1): Dalam hal terjadi sengketa hak milik atau
sengketa lain dalam perkara sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 49, khusus mengenai objek sengketa
tersebut harus diputus lebih dahulu oleh pengadilan
dalam lingkungan Peradilan Umum.
Ayat (2): Apabila terjadi sengketa hak milik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) yang subjek hukumnya antara
orang-orang yang beragama Islam, objek sengketa
tersebut diputus oleh pengadilan agama bersama-sama
perkara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49.”
14
Hukum Acara Peradilan Agama
Pasal 54 UU Peradilan Agama:
• Hukum acara yang berlaku pada pengadilan
dalam lingkungan Peradilan Agama adalah
hukum acara perdata yang berlaku pada
pengadilan dalam lingkungan Peradilan
Umum, kecuali yang telah diatur secara
khusus dalam undang-undang ini.
15
Asas dan Prinsip Hukum Acara PA
1. Tiap pemeriksaan perkara di Pengadilan dimulai sesudah diajukannya suatu
permohonan atau gugatan dan pihak-pihak yang berperkara telah dipanggil
menurut ketentuan yang berlaku. (Pasal 55 UU Peradilan Agama)
2. Pasal 10 ayat (1) UU Kehakiman dan Pasal 55 ayat (1) UU Peradilan Agama:
Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa dan memutus suatu perkara
yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak atau kurang jelas, melainkan
wajib memeriksa dan memutusnya.
3. Pasal 10 ayat (2) UU Kehakiman dan Pasal 55 ayat (2) UU Peradilan Agama:
Ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) tidak menutup
kemungkinan usaha penyelesaian perkara secara damai.
4. Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016 tentang
Prosedur Mediasi di Pengadilan Pasal 4 ayat (1): Semua sengketa perdata yang
diajukan ke Pengadilan termasuk perkara perlawanan (verzet) atas putusan
verstek dan perlawanan pihak berperkara (partij verzet) maupun pihak ketiga
(derden verzet) terhadap pelaksanaan putusan yang telah berkekuatan hukum
tetap, wajib terlebih dahulu diupayakan penyelesaian melalui Mediasi, kecuali
ditentukan lain berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung ini. Ayat (2):
Pengecualian ...
5. Pasal 2 ayat (1) UU Kehakiman dan Pasal 57 ayat (1) UU Peradilan Agama:
Peradilan dilakukan DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA
ESA.
16
6. Pasal 57 ayat (2) UU Peradilan Agama: Tiap penetapan dan putusan dimulai
dengan kalimat BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM diikuti dengan DEMI KEADILAN
BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.
7. Pasal 2 Ayat (4) UU Kehakiman dan Pasal 57 ayat (3) UU Peradilan Agama:
Peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat, dan biaya ringan.
8. Pasal 4 ayat (1) UU Kehakiman dan Pasal 58 ayat (1) UU Peradilan Agama:
Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang.
9. Pasal 4 ayat (2) UU Kehakiman dan Pasal 58 ayat (2) UU Peradilan Agama:
Pengadilan membantu para pencari keadilan dan berusaha sekeras-kerasnya
mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk tercapainya peradilan yang
sederhana, cepat, dan biaya ringan.
10. Pasal 13 ayat (1) UU Kehakiman dan Pasal 59 ayat (1) UU Peradilan Agama:
Sidang pemeriksaan Pengadilan terbuka untuk umum, kecuali apabila undang-
undang menentukan lain atau jika hakim dengan alasan-alasan penting yang
dicatat dalam berita acara sidang, memerintahkan bahwa pemeriksaan secara
keseluruhan atau sebagian akan dilakukan dengan sidang tertutup.
11. Pasal 13 ayat (3) UU Kehakiman dan Pasal 59 ayat (2) UU Peradilan Agama: Tidak
terpenuhinya ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1)
mengakibatkan seluruh pemeriksaan beserta penetapan atau putusannya batal
menurut hukum.
17
12. Pasal 14 ayat (1) UU Kehakiman dan Pasal 59 ayat (3) UU Peradilan Agama: Rapat
permusyawaratan Hakim bersifat rahasia.
13. Pasal 13 ayat (2) UU Kehakiman dan Pasal 60 UU Peradilan Agama: Penetapan
dan putusan Pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila
diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum.
14. Pasal 64 Peradilan Agama: Penetapan dan putusan Pengadilan yang dimintakan
banding atau kasasi, pelaksanaannya ditunda demi hukum, kecuali apabila dalam
amarnya menyatakan penetapan atau putusan tersebut dapat dijalankan lebih
dahulu meskipun ada perlawanan, banding, atau kasasi.
15. Pasal 11 ayat (1) UU Kehakiman: Pengadilan memeriksa, mengadili, dan
memutus perkara dengan susunan majelis sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang
hakim, kecuali undang-undang menentukan lain; ayat (2) Susunan hakim
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari seorang hakim ketua dan dua
orang hakim anggota.
16. Pasal 15 UU Kehakiman: Pengadilan wajib saling memberi bantuan yang diminta
untuk kepentingan peradilan.
17. Pasal 17 ayat (1) UU Kehakiman: Pihak yang diadili mempunyai hak ingkar
terhadap hakim yang mengadili perkaranya. ayat (2): Hak ingkar sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah hak seseorang yang diadili untuk mengajukan
keberatan yang disertai dengan alasan terhadap seorang hakim yang mengadili
perkaranya.
18
Hukum Acara
Pemeriksaan Sengketa Perkawinan
Pasal 65 UU Peradilan Agama:
“Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang
pengadilan setelah Pengadilan yang bersangkutan
berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah
pihak.”
Asas dan prinsip dasar hukum acara perceraian:
1. Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang
pengadilan;
2. Pengadilan yang bersangkutan harus berusaha
mendamaikan kedua belah pihak;
3. Tidak berhasil mendamaikan.
19
Hukum Acara Cerai Talak
UU Peradilan Agama
Pasal 66:
Ayat (1): Seorang suami yang beragama Islam yang akan menceraikan istrinya
mengajukan permohonan kepada Pengadilan untuk mengadakan sidang guna
menyaksikan ikrar talak.
Ayat (2): Permohonan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) diajukan kepada
Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman termohon, kecuali
apabila termohon dengan sengaja meninggalkan tempat kediaman yang
ditentukan bersama tanpa izin pemohon.
Ayat (3): Dalam hal termohon bertempat kediaman di luar negeri, permohonan
diajukan kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman
pemohon.
Ayat (4) Dalam hal pemohon dan termohon bertempat kediaman di luar negeri, maka
permohonan diajukan kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat
perkawinan mereka dilangsungkan atau kepada Pengadilan Agama Jakarta Pusat.
Ayat (5) Permohonan soal penguasaan anak, nafkah anak, nafkah istri, dan harta
bersama suami-istri dapat diajukan bersama-sama dengan permohonan cerai talak
ataupun sesudah ikrar talak diucapkan.
20
Pasal 68 Ayat (2): Pemeriksaan permohonan cerai talak dilakukan dalam
sidang tertutup.
Pasal 79 Gugatan perceraian gugur apabila suami atau istri meninggal
sebelum adanya putusan Pengadilan.
Pasal 81 ayat (1): Putusan Pengadilan mengenai gugatan perceraian
diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum.
Pasal 82:
Ayat (1): Pada sidang pertama pemeriksaan gugatan perceraian, Hakim
berusaha mendamaikan kedua pihak.
Ayat (2): Dalam sidang perdamaian tersebut, suami istri harus datang secara
pribadi, kecuali apabila salah satu pihak bertempat kediaman di luar
negeri, dan tidak dapat datang menghadap secara pribadi, dapat diwakili
oleh kuasanya yang secara khusus dikuasakan untuk itu.
Ayat (3) Apabila kedua pihak bertempat kediaman di luar negeri, maka
penggugat pada sidang perdamaian tersebut harus menghadap secara
pribadi.
Ayat (4): Selama perkara belum diputuskan, usaha mendamaikan dapat
dilakukan pada setiap sidang pemeriksaan.
21
Pasal 70
Ayat (1): Pengadilan setelah berkesimpulan bahwa kedua belah
pihak tidak mungkin lagi didamaikan dan telah cukup alasan
perceraian, maka Pengadilan menetapkan bahwa
permohonan tersebut dikabulkan.
Ayat (2): Terhadap penetapan sebagaimana yang dimaksud
dalam ayat (1), istri dapat mengajukan banding.
Ayat (3): Setelah penetapan tersebut memperoleh kekuatan
hukum tetap, Pengadilan menentukan hari sidang
penyaksian ikrar talak, dengan memanggil suami dan istri
atau wakilnya untuk menghadiri sidang tersebut.
Ayat (4): Dalam sidang itu suami atau wakilnya yang diberi
kuasa khusus dalam suatu akta otentik untuk mengucapkan
ikrar talak, mengucapkan ikrar talak yang dihadiri oleh istri
atau kuasanya.
22
Ayat (5): Jika istri telah mendapat panggilan secara sah atau
patut, tetapi tidak datang menghadap sendiri atau tidak
mengirim wakilnya, maka suami atau wakilnya dapat
mengucapkan ikrar talak tanpa hadirnya istri atau wakilnya.
Ayat (6): Jika suami dalam tenggang waktu 6 (enam) bulan
sejak ditetapkan hari sidang penyaksian ikrar talak, tidak
datang menghadap sendiri atau tidak mengirim wakilnya
meskipun telah mendapat panggilan secara sah atau patut
maka gugurlah kekuatan penetapan tersebut, dan
perceraian tidak dapat diajukan lagi berdasarkan alasan
yang sama.
Pasal 71
Ayat (2): Hakim membuat penetapan yang isinya menyatakan
bahwa perkawinan putus sejak ikrar talak diucapkan dan
penetapan tersebut tidak dapat dimintakan banding atau
kasasi.
23
Hukum Acara Cerai Gugat
UU Peradilan Agama
Pasal 73:
Ayat (1): Gugatan perceraian diajukan oleh istri atau kuasanya kepada
Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman
penggugat, kecuali apabila penggugat dengan sengaja
meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa izin tergugat.
Ayat (2): Dalam hal penggugat bertempat kediaman di luar negeri,
gugatan perceraian diajukan kepada Pengadilan yang daerah
hukumnya meliputi tempat kediaman tergugat.
Ayat (3): Dalam hal penggugat dan tergugat bertempat kediaman di
luar negeri, maka gugatan diajukan kepada Pengadilan yang daerah
hukumnya meliputi tempat perkawinan mereka dilangsungkan atau
kepada Pengadilan Agama Jakarta Pusat.
24
Pasal 74: Apabila gugatan perceraian didasarkan atas alasan salah satu pihak
mendapat pidana penjara, maka untuk memperoleh putusan perceraian,
sebagai bukti penggugat cukup menyampaikan salinan putusan Pengadilan
yang berwenang yang memutuskan perkara disertai keterangan yang
menyatakan bahwa putusan itu telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Pasal 75: Apabila gugatan perceraian didasarkan atas alasan bahwa tergugat
mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat
menjalankan kewajiban sebagai suami, maka Hakim dapat memerintahkan
tergugat untuk memeriksakan diri kepada dokter.
Pasal 76
Ayat (1): Apabila gugatan perceraian didasarkan atas alasan syiqaq, maka
untuk mendapatkan putusan perceraian harus didengar keterangan saksi-
saksi yang berasal dari keluarga atau orang-orang yang dekat dengan
suami-istri.
Ayat (2): Pengadilan setelah mendengar keterangan saksi tentang sifat
persengketaan antara suami-istri dapat mengangkat seorang atau lebih
dari keluarga masing-masing pihak ataupun orang lain untuk menjadi
hakam.
25
Pasal 77: Selama berlangsungnya gugatan perceraian, atas permohonan
penggugat atau tergugat atau berdasarkan pertimbangan bahaya yang
mungkin ditimbulkan, Pengadilan dapat mengizinkan suami-istri tersebut
untuk tidak tinggal dalam satu rumah.
Pasal 78: Selama berlangsungnya gugatan perceraian, atas permohonan
penggugat, Pengadilan dapat:
a. menentukan nafkah yang ditanggung oleh suami;
b. menentukan hal-hal yang perlu untuk menjamin pemeliharaan dan
pendidikan anak;
c. menentukan hal-hal yang perlu untuk menjamin terpeliharanya barang-
barang yang menjadi hak bersama suami-istri atau barang-barang yang
menjadi hak suami atau barang-barang yang menjadi hak istri.
Pasal 79: Gugatan perceraian gugur apabila suami atau istri meninggal
sebelum adanya putusan Pengadilan.
Pasal 80
Ayat (2): Pemeriksaan gugatan perceraian dilakukan dalam sidang tertutup.
26
Pasal 81
Ayat (1): Putusan Pengadilan mengenai gugatan perceraian diucapkan dalam
sidang terbuka untuk umum.
Ayat: (2) Suatu perceraian dianggap terjadi beserta segala akibat hukumnya
terhitung sejak putusan Pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap.
Pasal 82
Ayat (1): Pada sidang pertama pemeriksaan gugatan perceraian, Hakim
berusaha mendamaikan kedua pihak.
Ayat (2): Dalam sidang perdamaian tersebut, suami istri harus datang secara
pribadi, kecuali apabila salah satu pihak bertempat kediaman di luar
negeri, dan tidak dapat datang menghadap secara pribadi, dapat diwakili
oleh kuasanya yang secara khusus dikuasakan untuk itu.
Ayat (3): Apabila kedua pihak bertempat kediaman di luar negeri, maka
penggugat pada sidang perdamaian tersebut harus menghadap secara
pribadi.
Ayat (4): Selama perkara belum diputuskan, usaha mendamaikan dapat
dilakukan pada setiap sidang pemeriksaan.
27
Pasal 86
Ayat (1): Gugatan soal penguasaan anak, nafkah
anak, nafkah istri, dan harta bersama suami istri
dapat diajukan bersama-sama dengan gugatan
perceraian ataupun sesudah putusan perceraian
memperoleh kekuatan hukum tetap.
Ayat (2): Jika ada tuntutan pihak ketiga, maka
Pengadilan menunda terlebih dahulu perkara
harta bersama tersebut sampai ada putusan
Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
tentang hal itu.
28
Hukum Acara Cerai Dengan Alasan Zina
Pasal 87
Ayat (1): Apabila permohonan atau gugatan cerai diajukan atas alasan salah satu pihak
melakukan zina, sedangkan pemohon atau penggugat tidak dapat melengkapi
bukti-bukti dan termohon atau tergugat menyanggah alasan tersebut, dan Hakim
berpendapat bahwa permohonan atau gugatan itu bukan tiada pembuktian sama
sekali serta upaya peneguhan alat bukti tidak mungkin lagi diperoleh baik dari
pemohon atau penggugat maupun dari termohon atau tergugat, maka Hakim
karena jabatannya dapat menyuruh pemohon atau penggugat untuk bersumpah.
Ayat (2): Pihak termohon atau tergugat diberi kesempatan pula untuk meneguhkan
sanggahannya dengan cara yang sama.
Pasal 88
Ayat (1): Apabila sumpah sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 87 ayat (1)
dilakukan oleh suami, maka penyelesaiannya dapat dilaksanakan dengan cara li'an.
Ayat (2): Apabila sumpah sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 87 ayat (1)
dilakukan oleh istri, maka penyelesaiannya dilaksanakan dengan hukum acara yang
berlaku.
29
Pengertian Hukum Acara Perdata
• Pendapat Wirjono Prodjodikoro (mantan
Ketua Mahkamah Agung):
“Hukum Acara Perdata adalah rangkaian
peraturan-peraturan yang memuat cara
bagaimana orang harus bertindak terhadap
dan dimuka pengadilan dan cara bagaimana
pengadilan itu harus bertindak, satu sama lain
untuk melaksanakan berjalannya peraturan-
peraturan hukum perdata.”
30
Putusan serta merta / “uitvoerbaar bij voorraad”
• http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl1538/pengertian-
putusan-serta-merta-dalam-hukum-acara-perdata, diakses tanggal
14/4/2016 jam 15:44.
• Putusan yang dapat dilaksanakan secara serta merta.
Artinya, putusan yang dijatuhkan dapat langsung dieksekusi,
meskipun putusan tersebut belum memperoleh kekuatan hukum
tetap.
• Pada dasarnya putusan serta merta tidak dapat dilaksanakan,
kecuali dalam keadaan khusus. Dasar hukum atas larangan tersebut
adalah Pasal 180 ayat (1) Herzien Inlandsch Reglement (“HIR”), Pasal
191 ayat (1) Reglement Voor de Buitengewesten (“RBG”), Pasal 54
dan Pasal 57 Reglement Op De Rechtsvordering (“Rv), dan
SEMA No. 3 Tahun 2000 tentang Putusan Serta Merta (Uitvoerbaar
bij voorraad) dan Provisionil, serta SEMA No. 4 Tahun 2001 tentang
Permasalahan Putusan Serta Merta dan Provisionil.
31
• Andi Samsan Ngaro yang pada saat itu adalah Ketua Pengadilan Negeri
Jakarta Selatan, pernah menanggapi pendapat Bagir Manan, Ketua
Mahkamah Agung pada saat itu, yang meminta para hakim untuk tidak
gegabah membuat putusan serta merta karena putusan serta merta lebih
banyak membawa masalah daripada manfaat. Menurut Andi pernyataan
Bagir tersebut dilatarbelakangi oleh banyaknya putusan serta merta yang
tidak bisa dilaksanakan, karena jaminan yang diberikan oleh Pemohon
eksekusi nilainya tidak setara/sesuai dengan nilai obyek eksekusi.
• Di sisi lain, pada perkara kepailitan, putusan pailit pada tingkat pertama
(Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri) dapat dilaksanakan terlebih
dahulu, meskipun terhadap putusan tersebut diajukan suatu upaya hukum
(lihat Pasal 8 ayat [7] UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang). Dengan demikian, terhadap
pelaksanaan putusan pailit yang juga termasuk putusan serta merta ini
dalam praktiknya dapat terlaksana dengan baik.
• Kesimpulannya, mengenai pelaksanaan putusan serta merta ini ada yang
dapat terlaksana dengan baik, ada pula yang tidak mudah
pelaksanaannya.
32

More Related Content

What's hot

Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Idik Saeful Bahri
 
Ppt hukum acara perdata
Ppt hukum acara perdataPpt hukum acara perdata
Ppt hukum acara perdataLisa SYP
 
hukum acara perdata oleh sanyoto
hukum acara perdata oleh sanyotohukum acara perdata oleh sanyoto
hukum acara perdata oleh sanyotoDnr Creatives
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Idik Saeful Bahri
 
Hukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agamaHukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agamaAlalan Tanala
 
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Idik Saeful Bahri
 
Perbedaan Sistem peradilan Indonesia dengan sistem peradilan Amerika (@Univer...
Perbedaan Sistem peradilan Indonesia dengan sistem peradilan Amerika (@Univer...Perbedaan Sistem peradilan Indonesia dengan sistem peradilan Amerika (@Univer...
Perbedaan Sistem peradilan Indonesia dengan sistem peradilan Amerika (@Univer...PT PINUS MERAH ABADI
 
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...Idik Saeful Bahri
 
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...Idik Saeful Bahri
 
Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
Sumber hukum internasional
Sumber hukum internasionalSumber hukum internasional
Sumber hukum internasionalNuelnuel11
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Idik Saeful Bahri
 
09 hukum perkawinan adat
09 hukum perkawinan adat09 hukum perkawinan adat
09 hukum perkawinan adatQomaruz Zaman
 
SEJARAH HUKUM PERDATA DI INDONESIA DAN PENGGUNAAN ASASNYA.pptx
SEJARAH HUKUM PERDATA DI INDONESIA DAN PENGGUNAAN ASASNYA.pptxSEJARAH HUKUM PERDATA DI INDONESIA DAN PENGGUNAAN ASASNYA.pptx
SEJARAH HUKUM PERDATA DI INDONESIA DAN PENGGUNAAN ASASNYA.pptxssuser529044
 

What's hot (20)

Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
Hukum perdata internasional - Status personal dalam hukum perdata internasion...
 
Ppt hukum acara perdata
Ppt hukum acara perdataPpt hukum acara perdata
Ppt hukum acara perdata
 
hukum acara perdata oleh sanyoto
hukum acara perdata oleh sanyotohukum acara perdata oleh sanyoto
hukum acara perdata oleh sanyoto
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
 
Hukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agamaHukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agama
 
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
Hukum perdata internasional - Menentukan titik taut dalam hukum perdata inter...
 
Hukum Keluarga
Hukum Keluarga Hukum Keluarga
Hukum Keluarga
 
Hukum Acara Perdata
Hukum Acara PerdataHukum Acara Perdata
Hukum Acara Perdata
 
Hukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptxHukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptx
 
Upaya hukum
Upaya hukumUpaya hukum
Upaya hukum
 
Perbedaan Sistem peradilan Indonesia dengan sistem peradilan Amerika (@Univer...
Perbedaan Sistem peradilan Indonesia dengan sistem peradilan Amerika (@Univer...Perbedaan Sistem peradilan Indonesia dengan sistem peradilan Amerika (@Univer...
Perbedaan Sistem peradilan Indonesia dengan sistem peradilan Amerika (@Univer...
 
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
Hukum perdata internasional - Kualifikasi dalam hukum perdata internasional (...
 
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
Hukum acara perdata - Jawaban tergugat, eksepsi, dan rekonvensi (Idik Saeful ...
 
Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)
Hukum acara perdata - Putusan hakim (Idik Saeful Bahri)
 
Sumber hukum internasional
Sumber hukum internasionalSumber hukum internasional
Sumber hukum internasional
 
Mazhab Dalam Ilmu Hukum
Mazhab Dalam Ilmu Hukum Mazhab Dalam Ilmu Hukum
Mazhab Dalam Ilmu Hukum
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
 
09 hukum perkawinan adat
09 hukum perkawinan adat09 hukum perkawinan adat
09 hukum perkawinan adat
 
Hukum Privat dan Hukum Publik
Hukum Privat dan Hukum PublikHukum Privat dan Hukum Publik
Hukum Privat dan Hukum Publik
 
SEJARAH HUKUM PERDATA DI INDONESIA DAN PENGGUNAAN ASASNYA.pptx
SEJARAH HUKUM PERDATA DI INDONESIA DAN PENGGUNAAN ASASNYA.pptxSEJARAH HUKUM PERDATA DI INDONESIA DAN PENGGUNAAN ASASNYA.pptx
SEJARAH HUKUM PERDATA DI INDONESIA DAN PENGGUNAAN ASASNYA.pptx
 

Viewers also liked

Hukum Acara Peradilan Agama (Dr. H. Roihan A. Rasyid, S.H., M.A.)
Hukum Acara Peradilan Agama (Dr. H. Roihan A. Rasyid, S.H., M.A.)Hukum Acara Peradilan Agama (Dr. H. Roihan A. Rasyid, S.H., M.A.)
Hukum Acara Peradilan Agama (Dr. H. Roihan A. Rasyid, S.H., M.A.)Natasha Rastie Aulia
 
Hukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agamaHukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agamaAlalan Tanala
 
Kewenangan peradilan agama mengadili perkara kewarisan
Kewenangan peradilan agama mengadili perkara kewarisanKewenangan peradilan agama mengadili perkara kewarisan
Kewenangan peradilan agama mengadili perkara kewarisanYanels Garsione
 
Hukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agamaHukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agamaAlalan Tanala
 
Hk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agamaHk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agamaAlalan Tanala
 
Hk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agamaHk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agamaAlalan Tanala
 
Tugas presentasi kelompok -- kasus gugatan ptun (2)
Tugas presentasi kelompok  -- kasus gugatan ptun (2)Tugas presentasi kelompok  -- kasus gugatan ptun (2)
Tugas presentasi kelompok -- kasus gugatan ptun (2)dani hidayat
 
Tindak Pidana dalam KUHP
Tindak Pidana dalam KUHPTindak Pidana dalam KUHP
Tindak Pidana dalam KUHPMuhaiminL
 
pengaruh Perceraian orang tua dan dampak terhadap anak
pengaruh Perceraian orang tua dan dampak terhadap anakpengaruh Perceraian orang tua dan dampak terhadap anak
pengaruh Perceraian orang tua dan dampak terhadap anakdian aprianty
 
3. analisis masalah dan penyelesaian
3. analisis masalah dan penyelesaian3. analisis masalah dan penyelesaian
3. analisis masalah dan penyelesaianRani Hasriani
 
Cara yang benar dalam menganalisis masalah
Cara yang benar dalam menganalisis masalahCara yang benar dalam menganalisis masalah
Cara yang benar dalam menganalisis masalahAyu Sefryna sari
 
Bab5 fiqih mawaris
Bab5 fiqih mawarisBab5 fiqih mawaris
Bab5 fiqih mawarisnur hasan
 
Contoh surat gugatan hukum acara perdata
Contoh surat gugatan hukum acara perdataContoh surat gugatan hukum acara perdata
Contoh surat gugatan hukum acara perdatasuiggetsu
 
Tasyri' masa nabi Muhammad Saw
Tasyri'  masa nabi Muhammad SawTasyri'  masa nabi Muhammad Saw
Tasyri' masa nabi Muhammad SawMarhamah Saleh
 

Viewers also liked (20)

Hukum Acara Peradilan Agama (Dr. H. Roihan A. Rasyid, S.H., M.A.)
Hukum Acara Peradilan Agama (Dr. H. Roihan A. Rasyid, S.H., M.A.)Hukum Acara Peradilan Agama (Dr. H. Roihan A. Rasyid, S.H., M.A.)
Hukum Acara Peradilan Agama (Dr. H. Roihan A. Rasyid, S.H., M.A.)
 
Hukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agamaHukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agama
 
Kewenangan peradilan agama mengadili perkara kewarisan
Kewenangan peradilan agama mengadili perkara kewarisanKewenangan peradilan agama mengadili perkara kewarisan
Kewenangan peradilan agama mengadili perkara kewarisan
 
Hukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agamaHukum acara peradilan agama
Hukum acara peradilan agama
 
Replik
ReplikReplik
Replik
 
Hk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agamaHk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agama
 
Hk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agamaHk.acara peradilan agama
Hk.acara peradilan agama
 
Tugas presentasi kelompok -- kasus gugatan ptun (2)
Tugas presentasi kelompok  -- kasus gugatan ptun (2)Tugas presentasi kelompok  -- kasus gugatan ptun (2)
Tugas presentasi kelompok -- kasus gugatan ptun (2)
 
Tindak Pidana dalam KUHP
Tindak Pidana dalam KUHPTindak Pidana dalam KUHP
Tindak Pidana dalam KUHP
 
makalah peradilan
makalah peradilanmakalah peradilan
makalah peradilan
 
pengaruh Perceraian orang tua dan dampak terhadap anak
pengaruh Perceraian orang tua dan dampak terhadap anakpengaruh Perceraian orang tua dan dampak terhadap anak
pengaruh Perceraian orang tua dan dampak terhadap anak
 
Surat gugatan
Surat gugatanSurat gugatan
Surat gugatan
 
3. analisis masalah dan penyelesaian
3. analisis masalah dan penyelesaian3. analisis masalah dan penyelesaian
3. analisis masalah dan penyelesaian
 
Cara yang benar dalam menganalisis masalah
Cara yang benar dalam menganalisis masalahCara yang benar dalam menganalisis masalah
Cara yang benar dalam menganalisis masalah
 
Bab5 fiqih mawaris
Bab5 fiqih mawarisBab5 fiqih mawaris
Bab5 fiqih mawaris
 
Contoh surat gugatan hukum acara perdata
Contoh surat gugatan hukum acara perdataContoh surat gugatan hukum acara perdata
Contoh surat gugatan hukum acara perdata
 
Mawaris
MawarisMawaris
Mawaris
 
Tasyri' masa nabi Muhammad Saw
Tasyri'  masa nabi Muhammad SawTasyri'  masa nabi Muhammad Saw
Tasyri' masa nabi Muhammad Saw
 
Demokrasi dalam ajaran islam
Demokrasi dalam ajaran islamDemokrasi dalam ajaran islam
Demokrasi dalam ajaran islam
 
Hukum islam
Hukum islamHukum islam
Hukum islam
 

Similar to Hukum Acara Pengadilan Agama

Similar to Hukum Acara Pengadilan Agama (20)

Hukum Acara Pengadilan Agama
Hukum Acara Pengadilan AgamaHukum Acara Pengadilan Agama
Hukum Acara Pengadilan Agama
 
KOMPETENSI PERADILAN AGAMA.pptx
KOMPETENSI PERADILAN AGAMA.pptxKOMPETENSI PERADILAN AGAMA.pptx
KOMPETENSI PERADILAN AGAMA.pptx
 
A
AA
A
 
Ketentuanketentuan pokok kekuasaan_kehakiman_(uu_19
Ketentuanketentuan pokok kekuasaan_kehakiman_(uu_19Ketentuanketentuan pokok kekuasaan_kehakiman_(uu_19
Ketentuanketentuan pokok kekuasaan_kehakiman_(uu_19
 
Uu 04 04
Uu 04 04Uu 04 04
Uu 04 04
 
Uu 04 2004
Uu 04 2004Uu 04 2004
Uu 04 2004
 
Penyelesaian sengketa perbankan syari'ah
Penyelesaian sengketa perbankan syari'ahPenyelesaian sengketa perbankan syari'ah
Penyelesaian sengketa perbankan syari'ah
 
Sejarah pa indonesia
Sejarah pa indonesiaSejarah pa indonesia
Sejarah pa indonesia
 
Uu no 7 tahun 1989
Uu no 7 tahun 1989Uu no 7 tahun 1989
Uu no 7 tahun 1989
 
Uu 07 1989
Uu 07 1989Uu 07 1989
Uu 07 1989
 
2009 48 kekuasaan kehakiman
2009 48 kekuasaan kehakiman2009 48 kekuasaan kehakiman
2009 48 kekuasaan kehakiman
 
Uu 48 tahun_2009
Uu 48 tahun_2009Uu 48 tahun_2009
Uu 48 tahun_2009
 
Uu 04 2004 Pjls
Uu 04 2004 PjlsUu 04 2004 Pjls
Uu 04 2004 Pjls
 
PKN XI Kekuasaan Kehakiman
PKN XI Kekuasaan KehakimanPKN XI Kekuasaan Kehakiman
PKN XI Kekuasaan Kehakiman
 
Uu no 48 tahun 2009
Uu no 48 tahun 2009Uu no 48 tahun 2009
Uu no 48 tahun 2009
 
Ryan(PKN X)
Ryan(PKN X)Ryan(PKN X)
Ryan(PKN X)
 
Praktik Beracara Peradilan Agama
Praktik Beracara Peradilan AgamaPraktik Beracara Peradilan Agama
Praktik Beracara Peradilan Agama
 
2. HPA KONSEP DASAR SUMBER DAN SEJARAH HAPPA.pptx
2. HPA KONSEP DASAR SUMBER DAN SEJARAH HAPPA.pptx2. HPA KONSEP DASAR SUMBER DAN SEJARAH HAPPA.pptx
2. HPA KONSEP DASAR SUMBER DAN SEJARAH HAPPA.pptx
 
SKETSA PERADILAN AGAMA
SKETSA PERADILAN AGAMASKETSA PERADILAN AGAMA
SKETSA PERADILAN AGAMA
 
Hukum ac perdata
Hukum ac perdataHukum ac perdata
Hukum ac perdata
 

Recently uploaded

materi hukum bisnis hukum persaingan usaha
materi hukum bisnis hukum persaingan usahamateri hukum bisnis hukum persaingan usaha
materi hukum bisnis hukum persaingan usahayunitahatmayantihafi
 
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forum
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forumpilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forum
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forumekahariansyah96
 
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKIHAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKIdillaayuna
 
PPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptx
PPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptxPPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptx
PPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptxmuhammadrezza14
 
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdfUU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdfSumardi Arahbani
 
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptxmohamadhafiz651
 
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...Indra Wardhana
 
Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023
Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023
Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023Sumardi Arahbani
 
interpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptxinterpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptxekahariansyah96
 

Recently uploaded (9)

materi hukum bisnis hukum persaingan usaha
materi hukum bisnis hukum persaingan usahamateri hukum bisnis hukum persaingan usaha
materi hukum bisnis hukum persaingan usaha
 
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forum
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forumpilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forum
pilihan hukum dan perjanjian internasional dan pilihan forum
 
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKIHAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
 
PPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptx
PPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptxPPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptx
PPT-UEU-Manajemen-Logistik-Pelayanan-Kesehatan-Pertemuan-5.pptx
 
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdfUU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
 
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
1. TTT - AKKP (Pindaan 2022) dan AKJ (Pemansuhan 2022) (1A) (1).pptx
 
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
BUKU FAKTA SEJARAH :Pangeran Heru Arianataredja (keturunan Sultan Sepuh III S...
 
Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023
Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023
Naskah Akademik Tentang Desa Adat Tahun 2023
 
interpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptxinterpretasi literal and purposive .pptx
interpretasi literal and purposive .pptx
 

Hukum Acara Pengadilan Agama

  • 1. HUKUM ACARA PENGADILAN AGAMA Oleh Drs. Siddiki, M.H. Pekerjaan: Pengadilan Agama Jember Seluler: 08123122304 (Simpati) 087750901000 (XL) Email: sssiddiki45@gmail.com & ssiddiki@ymail.com 1
  • 2. Payung/Dasar Hukum Eksistensi Pengadilan Agama di Indonesia Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Bab IX Kekuasaan Kehakiman Pasal 24 ayat (2): “Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.” 2
  • 3. Apa itu Pengadilan Agama ? Pasal 25 ayat (3) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (UU Kehakiman) dan Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 yang diubah pertama dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2006 dan diubah kedua kali dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama (UU Peradilan Agama) Pasal 1 angka 1: “Peradilan Agama adalah peradilan bagi orang- orang yang beragama Islam.” 3
  • 4. Kedudukan Pengadilan Agama • Pasal 2 UU Peradilan Agama: “Peradilan Agama adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara tertentu sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.” Pasal 3A UU Peradilan Agama, • Ayat (1): “Di lingkungan peradilan agama dapat dibentuk pengadilan khusus yang diatur dengan undang-undang.” (Yang dimaksud dengan “diadakan pengkhususan pengadilan” adalah adanya diferensiasi/spesialisasi di lingkungan peradilan agama di mana dapat dibentuk pengadilan khusus, misalnya pengadilan arbitrase syariah, sedangkan yang dimaksud dengan "yang diatur dengan undang-undang" adalah susunan, kekuasaan, dan hukum acaranya) • Ayat (2) : “Peradilan Syari’ah Islam di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam merupakan pengadilan khusus dalam lingkungan peradilan agama sepanjang kewenangannya menyangkut kewenangan peradilan agama, dan merupakan pengadilan khusus dalam lingkungan peradilan umum sepanjang kewenangannya menyangkut kewenangan peradilan umum.” • Ayat (3): “Pada pengadilan khusus dapat diangkat hakim ad hoc untuk memeriksa, mengadili, dan memutus perkara, yang membutuhkan keahlian dan pengalaman dalam bidang tertentu dan dalam jangka waktu tertentu.” (Tujuan diangkatnya “hakim ad hoc” adalah untuk membantu penyelesaian perkara yang membutuhkan keahlian khusus misalnya kejahatan perbankan syari’ah dan yang dimaksud dalam “jangka waktu tertentu” adalah bersifat sementara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan) 4
  • 5. KEKUASAAN PENGADILAN AGAMA Pasal 49 UU Peradilan Agama: • “Pengadilan agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang: a. perkawinan; b. waris; c. wasiat; d. hibah; e. wakaf; f. zakat; g. infaq; h. shadaqah; dan i. ekonomi syari'ah.” 5
  • 6. Perkara Bidang PerkawinanAntara Lain: 1. Izin beristri lebih dari seorang; 2. Izin melangsungkan perkawinan bagi orang yang belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun, dalam hal orang tua/wali, atau keluarga dalam garis lurus ada perbedaan pendapat; 3. Dispensasi kawin; 4. Pencegahan perkawinan; 5. Penolakan perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah; 6. Pembatalan perkawinan; 7. Gugatan kelalaian atas kewajiban suami dan istri; 8. Perceraian karena talak; 9. Gugatan perceraian; 10. Penyelesaian harta bersama; 11. Penguasaan anak-anak; 12. Ibu dapat memikul biaya pemeliharaan dan pendidikan anak bilamana bapak yang seharusnya bertanggung jawab tidak mematuhinya; 13. Penentuan kewajiban memberi biaya penghidupan oleh suami kepada bekas istri atau penentuan suatu kewajiban bagi bekas istri; 14. Putusan tentang sah tidaknya seorang anak; 15. Putusan tentang pencabutan kekuasaan orang tua; 16. Pencabutan kekuasaan wali; 17. Penunjukan orang lain sebagai wali oleh pengadilan dalam hal kekuasaan seorang wali dicabut; 18. Penunjukan seorang wali dalam hal seorang anak yang belum cukup umur 18 (delapan belas) tahun yang ditinggal kedua orang tuanya; 19. Pembebanan kewajiban ganti kerugian atas harta benda anak yang ada di bawah kekuasaannya; 20. Penetapan asal-usul seorang anak dan penetapan pengangkatan anak berdasarkan hukum Islam; 21. Putusan tentang hal penolakan pemberian keterangan untuk melakukan perkawinan campuran; 22. Pernyataan tentang sahnya perkawinan yang terjadi sebelum Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan dijalankan menurut peraturan yang lain. 6
  • 7. Perkara Bidang Waris Yang dimaksud dengan "waris" adalah: penentuan siapa yang menjadi ahli waris, penentuan mengenai harta peninggalan, penentuan bagian masing-masing ahli waris, dan melaksanakan pembagian harta peninggalan tersebut, serta penetapan pengadilan atas permohonan seseorang tentang penentuan: - siapa yang menjadi ahli waris, - penentuan bagian masing-masing ahli waris. 7
  • 8. Perkara Bidang Hibah Yang dimaksud dengan "hibah" adalah pemberian suatu benda secara sukarela dan tanpa imbalan dari seseorang atau badan hukum kepada orang lain atau badan hukum untuk dimiliki. 8
  • 9. Perkara Bidang Wakaf Yang dimaksud dengan "wakaf" adalah perbuatan seseorang atau sekelompok orang (wakif) untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syari'ah. 9
  • 10. Perkara Bidang Zakat Yang dimaksud dengan "zakat" adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan hukum yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan syari'ah untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya. 10
  • 11. Perkara Bidang Infaq Yang dimaksud dengan "infaq" adalah perbuatan seseorang memberikan sesuatu kepada orang lain guna menutupi kebutuhan, baik berupa makanan, minuman, mendermakan, memberikan rezeki (karunia), atau menafkahkan sesuatu kepada orang lain berdasarkan rasa ikhlas, dan karena Allah Subhanahu Wata'ala. 11
  • 12. Perkara Bidang Shadaqah Yang dimaksud dengan "shadaqah" adalah perbuatan seseorang yang memberikan sesuatu kepada orang lain atau lembaga/badan hukum secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu dengan mengharap ridho Allah Subhanahu Wata'ala dan pahala semata. 12
  • 13. Perkara Bidang Ekonomi Syari'ah Yang dimaksud dengan "ekonomi syari'ah" adalah perbuatan atau kegiatan usaha yang dilaksanakan menurut prinsip syari'ah, antara lain meliputi: - Bank syari'ah; - Lembaga keuangan mikro syari'ah. - Asuransi syari'ah; - Reasuransi syari'ah; - Reksa dana syari'ah; - Obligasi syari'ah dan surat berharga berjangka menengah syari'ah; - Sekuritas syari'ah; - Pembiayaan syari'ah; - Pegadaian syari'ah; - Dana pensiun lembaga keuangan syari'ah; dan - Bisnis syari'ah. 13
  • 14. Sengketa Hak Milik atau Keperdataan Lain Pasal 50 UU Peradilan Agama: Ayat (1): Dalam hal terjadi sengketa hak milik atau sengketa lain dalam perkara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49, khusus mengenai objek sengketa tersebut harus diputus lebih dahulu oleh pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum. Ayat (2): Apabila terjadi sengketa hak milik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang subjek hukumnya antara orang-orang yang beragama Islam, objek sengketa tersebut diputus oleh pengadilan agama bersama-sama perkara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49.” 14
  • 15. Hukum Acara Peradilan Agama Pasal 54 UU Peradilan Agama: • Hukum acara yang berlaku pada pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama adalah hukum acara perdata yang berlaku pada pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum, kecuali yang telah diatur secara khusus dalam undang-undang ini. 15
  • 16. Asas dan Prinsip Hukum Acara PA 1. Tiap pemeriksaan perkara di Pengadilan dimulai sesudah diajukannya suatu permohonan atau gugatan dan pihak-pihak yang berperkara telah dipanggil menurut ketentuan yang berlaku. (Pasal 55 UU Peradilan Agama) 2. Pasal 10 ayat (1) UU Kehakiman dan Pasal 55 ayat (1) UU Peradilan Agama: Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak atau kurang jelas, melainkan wajib memeriksa dan memutusnya. 3. Pasal 10 ayat (2) UU Kehakiman dan Pasal 55 ayat (2) UU Peradilan Agama: Ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) tidak menutup kemungkinan usaha penyelesaian perkara secara damai. 4. Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan Pasal 4 ayat (1): Semua sengketa perdata yang diajukan ke Pengadilan termasuk perkara perlawanan (verzet) atas putusan verstek dan perlawanan pihak berperkara (partij verzet) maupun pihak ketiga (derden verzet) terhadap pelaksanaan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap, wajib terlebih dahulu diupayakan penyelesaian melalui Mediasi, kecuali ditentukan lain berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung ini. Ayat (2): Pengecualian ... 5. Pasal 2 ayat (1) UU Kehakiman dan Pasal 57 ayat (1) UU Peradilan Agama: Peradilan dilakukan DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. 16
  • 17. 6. Pasal 57 ayat (2) UU Peradilan Agama: Tiap penetapan dan putusan dimulai dengan kalimat BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM diikuti dengan DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. 7. Pasal 2 Ayat (4) UU Kehakiman dan Pasal 57 ayat (3) UU Peradilan Agama: Peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat, dan biaya ringan. 8. Pasal 4 ayat (1) UU Kehakiman dan Pasal 58 ayat (1) UU Peradilan Agama: Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang. 9. Pasal 4 ayat (2) UU Kehakiman dan Pasal 58 ayat (2) UU Peradilan Agama: Pengadilan membantu para pencari keadilan dan berusaha sekeras-kerasnya mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk tercapainya peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan. 10. Pasal 13 ayat (1) UU Kehakiman dan Pasal 59 ayat (1) UU Peradilan Agama: Sidang pemeriksaan Pengadilan terbuka untuk umum, kecuali apabila undang- undang menentukan lain atau jika hakim dengan alasan-alasan penting yang dicatat dalam berita acara sidang, memerintahkan bahwa pemeriksaan secara keseluruhan atau sebagian akan dilakukan dengan sidang tertutup. 11. Pasal 13 ayat (3) UU Kehakiman dan Pasal 59 ayat (2) UU Peradilan Agama: Tidak terpenuhinya ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) mengakibatkan seluruh pemeriksaan beserta penetapan atau putusannya batal menurut hukum. 17
  • 18. 12. Pasal 14 ayat (1) UU Kehakiman dan Pasal 59 ayat (3) UU Peradilan Agama: Rapat permusyawaratan Hakim bersifat rahasia. 13. Pasal 13 ayat (2) UU Kehakiman dan Pasal 60 UU Peradilan Agama: Penetapan dan putusan Pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum. 14. Pasal 64 Peradilan Agama: Penetapan dan putusan Pengadilan yang dimintakan banding atau kasasi, pelaksanaannya ditunda demi hukum, kecuali apabila dalam amarnya menyatakan penetapan atau putusan tersebut dapat dijalankan lebih dahulu meskipun ada perlawanan, banding, atau kasasi. 15. Pasal 11 ayat (1) UU Kehakiman: Pengadilan memeriksa, mengadili, dan memutus perkara dengan susunan majelis sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang hakim, kecuali undang-undang menentukan lain; ayat (2) Susunan hakim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari seorang hakim ketua dan dua orang hakim anggota. 16. Pasal 15 UU Kehakiman: Pengadilan wajib saling memberi bantuan yang diminta untuk kepentingan peradilan. 17. Pasal 17 ayat (1) UU Kehakiman: Pihak yang diadili mempunyai hak ingkar terhadap hakim yang mengadili perkaranya. ayat (2): Hak ingkar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah hak seseorang yang diadili untuk mengajukan keberatan yang disertai dengan alasan terhadap seorang hakim yang mengadili perkaranya. 18
  • 19. Hukum Acara Pemeriksaan Sengketa Perkawinan Pasal 65 UU Peradilan Agama: “Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelah Pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.” Asas dan prinsip dasar hukum acara perceraian: 1. Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan; 2. Pengadilan yang bersangkutan harus berusaha mendamaikan kedua belah pihak; 3. Tidak berhasil mendamaikan. 19
  • 20. Hukum Acara Cerai Talak UU Peradilan Agama Pasal 66: Ayat (1): Seorang suami yang beragama Islam yang akan menceraikan istrinya mengajukan permohonan kepada Pengadilan untuk mengadakan sidang guna menyaksikan ikrar talak. Ayat (2): Permohonan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) diajukan kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman termohon, kecuali apabila termohon dengan sengaja meninggalkan tempat kediaman yang ditentukan bersama tanpa izin pemohon. Ayat (3): Dalam hal termohon bertempat kediaman di luar negeri, permohonan diajukan kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman pemohon. Ayat (4) Dalam hal pemohon dan termohon bertempat kediaman di luar negeri, maka permohonan diajukan kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat perkawinan mereka dilangsungkan atau kepada Pengadilan Agama Jakarta Pusat. Ayat (5) Permohonan soal penguasaan anak, nafkah anak, nafkah istri, dan harta bersama suami-istri dapat diajukan bersama-sama dengan permohonan cerai talak ataupun sesudah ikrar talak diucapkan. 20
  • 21. Pasal 68 Ayat (2): Pemeriksaan permohonan cerai talak dilakukan dalam sidang tertutup. Pasal 79 Gugatan perceraian gugur apabila suami atau istri meninggal sebelum adanya putusan Pengadilan. Pasal 81 ayat (1): Putusan Pengadilan mengenai gugatan perceraian diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum. Pasal 82: Ayat (1): Pada sidang pertama pemeriksaan gugatan perceraian, Hakim berusaha mendamaikan kedua pihak. Ayat (2): Dalam sidang perdamaian tersebut, suami istri harus datang secara pribadi, kecuali apabila salah satu pihak bertempat kediaman di luar negeri, dan tidak dapat datang menghadap secara pribadi, dapat diwakili oleh kuasanya yang secara khusus dikuasakan untuk itu. Ayat (3) Apabila kedua pihak bertempat kediaman di luar negeri, maka penggugat pada sidang perdamaian tersebut harus menghadap secara pribadi. Ayat (4): Selama perkara belum diputuskan, usaha mendamaikan dapat dilakukan pada setiap sidang pemeriksaan. 21
  • 22. Pasal 70 Ayat (1): Pengadilan setelah berkesimpulan bahwa kedua belah pihak tidak mungkin lagi didamaikan dan telah cukup alasan perceraian, maka Pengadilan menetapkan bahwa permohonan tersebut dikabulkan. Ayat (2): Terhadap penetapan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1), istri dapat mengajukan banding. Ayat (3): Setelah penetapan tersebut memperoleh kekuatan hukum tetap, Pengadilan menentukan hari sidang penyaksian ikrar talak, dengan memanggil suami dan istri atau wakilnya untuk menghadiri sidang tersebut. Ayat (4): Dalam sidang itu suami atau wakilnya yang diberi kuasa khusus dalam suatu akta otentik untuk mengucapkan ikrar talak, mengucapkan ikrar talak yang dihadiri oleh istri atau kuasanya. 22
  • 23. Ayat (5): Jika istri telah mendapat panggilan secara sah atau patut, tetapi tidak datang menghadap sendiri atau tidak mengirim wakilnya, maka suami atau wakilnya dapat mengucapkan ikrar talak tanpa hadirnya istri atau wakilnya. Ayat (6): Jika suami dalam tenggang waktu 6 (enam) bulan sejak ditetapkan hari sidang penyaksian ikrar talak, tidak datang menghadap sendiri atau tidak mengirim wakilnya meskipun telah mendapat panggilan secara sah atau patut maka gugurlah kekuatan penetapan tersebut, dan perceraian tidak dapat diajukan lagi berdasarkan alasan yang sama. Pasal 71 Ayat (2): Hakim membuat penetapan yang isinya menyatakan bahwa perkawinan putus sejak ikrar talak diucapkan dan penetapan tersebut tidak dapat dimintakan banding atau kasasi. 23
  • 24. Hukum Acara Cerai Gugat UU Peradilan Agama Pasal 73: Ayat (1): Gugatan perceraian diajukan oleh istri atau kuasanya kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman penggugat, kecuali apabila penggugat dengan sengaja meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa izin tergugat. Ayat (2): Dalam hal penggugat bertempat kediaman di luar negeri, gugatan perceraian diajukan kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman tergugat. Ayat (3): Dalam hal penggugat dan tergugat bertempat kediaman di luar negeri, maka gugatan diajukan kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat perkawinan mereka dilangsungkan atau kepada Pengadilan Agama Jakarta Pusat. 24
  • 25. Pasal 74: Apabila gugatan perceraian didasarkan atas alasan salah satu pihak mendapat pidana penjara, maka untuk memperoleh putusan perceraian, sebagai bukti penggugat cukup menyampaikan salinan putusan Pengadilan yang berwenang yang memutuskan perkara disertai keterangan yang menyatakan bahwa putusan itu telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Pasal 75: Apabila gugatan perceraian didasarkan atas alasan bahwa tergugat mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai suami, maka Hakim dapat memerintahkan tergugat untuk memeriksakan diri kepada dokter. Pasal 76 Ayat (1): Apabila gugatan perceraian didasarkan atas alasan syiqaq, maka untuk mendapatkan putusan perceraian harus didengar keterangan saksi- saksi yang berasal dari keluarga atau orang-orang yang dekat dengan suami-istri. Ayat (2): Pengadilan setelah mendengar keterangan saksi tentang sifat persengketaan antara suami-istri dapat mengangkat seorang atau lebih dari keluarga masing-masing pihak ataupun orang lain untuk menjadi hakam. 25
  • 26. Pasal 77: Selama berlangsungnya gugatan perceraian, atas permohonan penggugat atau tergugat atau berdasarkan pertimbangan bahaya yang mungkin ditimbulkan, Pengadilan dapat mengizinkan suami-istri tersebut untuk tidak tinggal dalam satu rumah. Pasal 78: Selama berlangsungnya gugatan perceraian, atas permohonan penggugat, Pengadilan dapat: a. menentukan nafkah yang ditanggung oleh suami; b. menentukan hal-hal yang perlu untuk menjamin pemeliharaan dan pendidikan anak; c. menentukan hal-hal yang perlu untuk menjamin terpeliharanya barang- barang yang menjadi hak bersama suami-istri atau barang-barang yang menjadi hak suami atau barang-barang yang menjadi hak istri. Pasal 79: Gugatan perceraian gugur apabila suami atau istri meninggal sebelum adanya putusan Pengadilan. Pasal 80 Ayat (2): Pemeriksaan gugatan perceraian dilakukan dalam sidang tertutup. 26
  • 27. Pasal 81 Ayat (1): Putusan Pengadilan mengenai gugatan perceraian diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum. Ayat: (2) Suatu perceraian dianggap terjadi beserta segala akibat hukumnya terhitung sejak putusan Pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap. Pasal 82 Ayat (1): Pada sidang pertama pemeriksaan gugatan perceraian, Hakim berusaha mendamaikan kedua pihak. Ayat (2): Dalam sidang perdamaian tersebut, suami istri harus datang secara pribadi, kecuali apabila salah satu pihak bertempat kediaman di luar negeri, dan tidak dapat datang menghadap secara pribadi, dapat diwakili oleh kuasanya yang secara khusus dikuasakan untuk itu. Ayat (3): Apabila kedua pihak bertempat kediaman di luar negeri, maka penggugat pada sidang perdamaian tersebut harus menghadap secara pribadi. Ayat (4): Selama perkara belum diputuskan, usaha mendamaikan dapat dilakukan pada setiap sidang pemeriksaan. 27
  • 28. Pasal 86 Ayat (1): Gugatan soal penguasaan anak, nafkah anak, nafkah istri, dan harta bersama suami istri dapat diajukan bersama-sama dengan gugatan perceraian ataupun sesudah putusan perceraian memperoleh kekuatan hukum tetap. Ayat (2): Jika ada tuntutan pihak ketiga, maka Pengadilan menunda terlebih dahulu perkara harta bersama tersebut sampai ada putusan Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap tentang hal itu. 28
  • 29. Hukum Acara Cerai Dengan Alasan Zina Pasal 87 Ayat (1): Apabila permohonan atau gugatan cerai diajukan atas alasan salah satu pihak melakukan zina, sedangkan pemohon atau penggugat tidak dapat melengkapi bukti-bukti dan termohon atau tergugat menyanggah alasan tersebut, dan Hakim berpendapat bahwa permohonan atau gugatan itu bukan tiada pembuktian sama sekali serta upaya peneguhan alat bukti tidak mungkin lagi diperoleh baik dari pemohon atau penggugat maupun dari termohon atau tergugat, maka Hakim karena jabatannya dapat menyuruh pemohon atau penggugat untuk bersumpah. Ayat (2): Pihak termohon atau tergugat diberi kesempatan pula untuk meneguhkan sanggahannya dengan cara yang sama. Pasal 88 Ayat (1): Apabila sumpah sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 87 ayat (1) dilakukan oleh suami, maka penyelesaiannya dapat dilaksanakan dengan cara li'an. Ayat (2): Apabila sumpah sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 87 ayat (1) dilakukan oleh istri, maka penyelesaiannya dilaksanakan dengan hukum acara yang berlaku. 29
  • 30. Pengertian Hukum Acara Perdata • Pendapat Wirjono Prodjodikoro (mantan Ketua Mahkamah Agung): “Hukum Acara Perdata adalah rangkaian peraturan-peraturan yang memuat cara bagaimana orang harus bertindak terhadap dan dimuka pengadilan dan cara bagaimana pengadilan itu harus bertindak, satu sama lain untuk melaksanakan berjalannya peraturan- peraturan hukum perdata.” 30
  • 31. Putusan serta merta / “uitvoerbaar bij voorraad” • http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl1538/pengertian- putusan-serta-merta-dalam-hukum-acara-perdata, diakses tanggal 14/4/2016 jam 15:44. • Putusan yang dapat dilaksanakan secara serta merta. Artinya, putusan yang dijatuhkan dapat langsung dieksekusi, meskipun putusan tersebut belum memperoleh kekuatan hukum tetap. • Pada dasarnya putusan serta merta tidak dapat dilaksanakan, kecuali dalam keadaan khusus. Dasar hukum atas larangan tersebut adalah Pasal 180 ayat (1) Herzien Inlandsch Reglement (“HIR”), Pasal 191 ayat (1) Reglement Voor de Buitengewesten (“RBG”), Pasal 54 dan Pasal 57 Reglement Op De Rechtsvordering (“Rv), dan SEMA No. 3 Tahun 2000 tentang Putusan Serta Merta (Uitvoerbaar bij voorraad) dan Provisionil, serta SEMA No. 4 Tahun 2001 tentang Permasalahan Putusan Serta Merta dan Provisionil. 31
  • 32. • Andi Samsan Ngaro yang pada saat itu adalah Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, pernah menanggapi pendapat Bagir Manan, Ketua Mahkamah Agung pada saat itu, yang meminta para hakim untuk tidak gegabah membuat putusan serta merta karena putusan serta merta lebih banyak membawa masalah daripada manfaat. Menurut Andi pernyataan Bagir tersebut dilatarbelakangi oleh banyaknya putusan serta merta yang tidak bisa dilaksanakan, karena jaminan yang diberikan oleh Pemohon eksekusi nilainya tidak setara/sesuai dengan nilai obyek eksekusi. • Di sisi lain, pada perkara kepailitan, putusan pailit pada tingkat pertama (Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri) dapat dilaksanakan terlebih dahulu, meskipun terhadap putusan tersebut diajukan suatu upaya hukum (lihat Pasal 8 ayat [7] UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang). Dengan demikian, terhadap pelaksanaan putusan pailit yang juga termasuk putusan serta merta ini dalam praktiknya dapat terlaksana dengan baik. • Kesimpulannya, mengenai pelaksanaan putusan serta merta ini ada yang dapat terlaksana dengan baik, ada pula yang tidak mudah pelaksanaannya. 32