Teks tersebut membahas empat topik utama yaitu gaya berbicara, ekspresi wajah, sikap tubuh, dan gerakan tangan yang dapat memberi kesan positif kepada orang lain. Gaya berbicara yang efektif dan efisien serta menggunakan kata-kata yang tepat dianjurkan, sementara ekspresi wajah dan sikap tubuh perlu dikendalikan untuk menunjukkan emosi yang tepat.
2. 1
DAFTAR ISI
Hal.
DAFTAR ISI 1
PROFIL PENULIS 3
KATA PENGANTAR 4
BAGIAN 1
Memberi Kesan Positif Kepada Orang Lain
A. Gaya Berbicara (Style of Speaking) …………………….. 9
B. Ekspresi Wajah (Mimic Expression) …………………… 13
C. Sikap Tubuh (Posture) ………………………………… 15
D. Gerakan Tangan (Gesture) …………………………… 15
E. Bahasa Tubuh (Body Language) ..….….……..……….. 17
BAGIAN 2
Menciptakan Pribadi Efektif Bagi Pencapaian Tujuan
A. Keyakinan Diri (Self-Confidence)
& Keandalan Diri (Self-Reliance) ………………………..23
B. Informasi Diri (Self-Information) …………………………24
C. Motivasi Diri (Self-Motivation) ………………………….. 27
D. Inovasi Diri (Self-Innovation) …………………………….33
BAGIAN 3
Menciptakan Pribadi Menarik dan Menyenangkan
A. Sopan-santun (Politeness) ………………………………46
B. Keramah-tamahan (Hospitality) …………………………47
C. Rasa Hormat (Respectful) ……………………………….49
D. Penuh Perhatian (Attentive) ……………………………..50
3. 2
BAGIAN 4
Sikap Mental Profesional
A. Fleksibilitas (Flexibility)
1. Percaya Diri (Self-Confident) …………………….….. 53
2. Toleran (Tolerant) …………………………………….. 54
3. Empati (Emphatetic) ………………………………….. 55
4. Sikap Positif (Positive Behavior) ……………………..56
5. Sikap Hormat (Respect) ……………………………… 57
B. Keserba-bisaan (Capability)
1. Keuletan (Adversity) ………………………………….. 59
2. Wawasan (Sense of Future) ………………………….60
3. Penuh Perhatian (Attentive) …………………………. 62
4. Kecakapan (Profesional Skill) ……………………….. 63
5. Introspeksi (Introspection) …………………………….65
BAGIAN 5
Artikel-artikel Tentang Sumber Daya Manusia
A. Mempersiapkan SDM Sejak Kanak-kanak …………….69
B. Kapal Yang Bernama Perusahaan & Nakhoda
Yang Bernama Top Management ……………...……... 85
C. Karyawan Asset atau Beban ?.................................... 91
D. Manajemen Stress ………………………………………. 97
E. Karyawan Lama & Karyawan Baru ……………..….…. 99
F. Pegawai Hotel Yang Sabar …………………….…….. 103
G. Letak Kekuatan …………………………..……………. 106
H. Materialisme & Hedonisme …………………..……….. 109
4. 3
Penulis adalah seorang Pemerhati yang sangat Intens di bidang
Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) baik di waktu-
waktu luangnya maupun di perusahaan-perusahaan tempat ia
pernah bekerja serta seorang yang punya Passion di bidang
Intellectual Sense dan New Concept of Paradigm, baik
Paradigma dalam Kehidupan maupun Paradigma dalam Bidang
Karier dan Bisnis Perusahaan.
Dimulai sejak tahun 1988 ia sudah bekerja di berbagai bidang
usaha perusahaan, yakni : Perusahaan IT sebagai Programmer
(1988-1989), Perusahaan Fast Food Restaurant sebagai Store
Manager (1989-1990), Perusahaan Konsultan Keuangan sebagai
Financial Analyst (1990-1992), Perusahaan Perkulakan sebagai
Assistant Store Manager (1992-1993), Perusahaan Penerbangan
(Airline) Flag Carrier Indonesia sebagai Training Manager (1993-
1998), Perusahaan Certification Body dari Jerman sebagai ISO
9000 Lead Auditor (1998-1999), Perusahaan Konsultan Pelatihan
dari Inggris sebagai Senior Trainer & Training Specialist (1999-
2000), Perusahaan Telekomunikasi sebagai HRD Manager (2000-
2002), Perusahaan Ritel Perkakas Group Kawan Lama sebagai
Training Manager (2002-2003), Perusahaan Branded Fashion
Ritel sebagai Training & Development Manager (2003-2004),
Perusahaan Leasing Otomotif Group Indomobil sebagai HRD &
Training Mgr (2004-2005), Perusahaan Otomotif dari Taiwan
sebagai GM HRD (2005-2008), serta di Perusahaan Retail
Fashion sebagai General Manager HR & Training (2008-2009).
Penulis selain sebagai seorang Alumnus Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia (FEUI) Jurusan Manajemen tahun 1990,
juga memiliki Sertifikat Nasional sebagai Professional Trainer dan
Sertifikat Professional di bidang SDM. Saat ini Penulis adalah
Managing Director di sebuah Konsultan Manajemen SDM &
Pelatihan di Jakarta.
PROFIL PENULIS
5. 4
KATA PENGANTAR
Topik-topik dalam buku ini membahas, memberikan arahan
dan kiat-kiat bagaimana menjadi seseorang yang memiliki
kepribadian yang agung dan menyenangkan bagi siapa saja
yang dapat berhubungan dengannya, serta efektif bagi
pencapaian tujuan yang ingin diraihnya.
Memiliki kepribadian yang baik diibaratkan seperti memiliki
mata uang yang berlaku di mana saja dan kapan saja tanpa
mengenal keterbatasan tempat dan waktu, yang setiap orang
ingin memilikinya namun tak tahu bagaimana cara
mendapatkan dan memperolehnya.
Menjadi manusia yang menarik secara fisik dan memiliki
intelegensi yang tinggi saja belumlah memadai untuk dapat
menggapai apa-apa yang diinginkan dan dicita-citakan.
Namun sebaliknya, bagi orang-orang yang tidak dikaruniai
Tuhan penampilan fisik yang baik, wajah yang menarik dan
intelegensi yang tinggi janganlah berkecil hati, merasa
rendah diri (“minder”) apalagi frustrasi.
6. 5
Kecantikan, daya tarik fisik serta tingkat intelegensi yang
tinggi tersebut bila tidak disertai dengan kecantikan yang
bersumber dari dalam diri (inner beauty) maka semua yang
dimiliki itu kurang “Optimized (=optimum)” dan kurang
“Synergized (=sinergis)” dalam membekali diri untuk meraih
berbagai keinginan yang dicita-citakan. Betapa banyak
orang-orang yang memiliki penampilan fisik yang sempurna
serta kepandaian yang tinggi namun gagal dalam meraih
cita-cita hidupnya.
Oleh karena itulah buku ini disusun oleh penulis sebagai
pedoman, arahan sekaligus pengingat (reminder) bagi siapa
saja yang ingin memiliki daya tarik dari dalam dirinya
terutama guna memperoleh dan menggapai apa-apa yang
diinginkan dalam hidup yang belum pernah diraih
sebelumnya.
Buku ini juga dilengkapi dengan artikel-artikel berisi kiat-kiat
yang berkaitan dengan topik-topik yang dibahas dalam buku
ini dan juga masalah-masalah SDM secara individual
maupun dalam suatu perusahaan
7. 6
Penulis berharap semoga buku kecil ini dapat bermanfaat
dan berguna bagi siapa saja yang menyempatkan diri untuk
membacanya.
Saran maupun kritik yang konstruktif dari Para Pembaca
Yang Budiman atas isi dan penulisan buku ini sangatlah
penulis harapkan dan hargai demi perbaikan di masa-masa
yang akan datang serta demi menambah kualitas isi buku ini.
Akhir kata, penulis ucapkan terimakasih yang setinggi-
tingginya kepada Penerbit yang telah membantu penulis
menyampaikan buku ini sampai ke tangan Para Pembaca
sekalian dan berbagai pihak yang telah mendukung atas
diterbitkannya buku ini.
Jakarta, 01 Januari 2004.
M. Shobrie H.W., SE, CPHR, CPTr.
10. 9
A. GAYA BERBICARA (STYLE OF SPEAKING)
Cara berbicara seseorang sangat berpengaruh dan
berperan dalam memberi kesan terhadap penilaian
orang lain kepada diri pribadi orang yang berbicara.
Untuk mengetahuinya, disini akan dijelaskan dan
dikemukakan 4 macam cara atau gaya bicara seseorang
yang secara umum dapat kita kenali, yaitu sebagai
berikut :
1. Gaya Bicara Berpanjang-panjang
(Complicated Talking)
Orang dengan gaya bicara seperti ini menandakan
bahwa orang tersebut tidak efisien karena tidak
dapat langsung kepada inti atau pokok pembicaraan,
sehingga tidak dapat memfokuskan pada
permasalahan yang sebenarnya. (walaupun mungkin
sangat efektif untuk mengelak atau menghindar).
Perlu diketahui :
Efisien, berarti : berdaya guna yang berarti
juga penghematan sumber daya yang ada.
11. 10
Efektif, berarti : berhasil guna atau mencapai
sasaran dan tujuan.
Gaya bicara bertele-tele ini seringkali kita jumpai
pada para pejabat pemerintah atau birokrat
(terutama: orde baru), sangat diplomatis dan politis
serta sering mengulang-ulang kata (repeated words).
2. Gaya Bicara Mengandung Arti Ganda
(Multiple Meaning Talking)
Gaya bicara seperti ini sering kita jumpai pada para
sastrawan, seniman maupun ahli filsafat (filosof).
Budayawan dan sosiolog juga acapkali menggunakan
gaya bicara ini. Gaya bicara seperti ini menimbulkan
beberapa (=lebih dari satu) interpretasi yang berbeda
dikarenakan menggunakan kata-kata yang
mengandung arti lebih dari satu makna (makna
ganda), sehingga pemahaman atas keseluruhan
kalimat juga menjadi bermacam-macam pengertian.
3.Gaya Bicara Dengan Kata Yang Tepat
(Using Proper Word Talking)
Gaya bicara dengan memakai kata-kata yang tepat
12. 11
pemakaiannya biasanya kita jumpai pada para
ilmuwan (scientist), cendikiawan serta orang-orang
yang tingkat intelektualitasnya tinggi. Orang-orang
yang menggunakan gaya bicara ini adalah pribadi-
pribadi yang menginginkan efisiensi dalam berbicara
serta menginginkan tercapainya efektifitas dalam
pencapaian tujuan pembicaraannya.
( Ingat : Walaupun efisien tapi belum tentu efektif ! )
Dengan menggunakan kata-kata yang tepat (fit and
proper words) ini bertujuan untuk dihindarkannya 3
(tiga) hal berikut :
Kesalahtafsiran (mis-interpretation)
Kesalahfahaman (mis-understanding)
Kesalahan komunikasi (mis-communication)
Berbicara dengan menggunakan kata-kata yang tepat
pemakaiannya ini biasanya terkait dengan
pembahasan suatu masalah keilmuan tertentu yang
mengharuskan penggunaan istilah (terminology)
dalam bidang ilmu tertentu, sehingga para pendengar
diharapkan memahami dengan sangat jelas arti dan
maksud dari pembicaraan tersebut.
13. 12
Istilah-istilah (terminology) tersebut sering digunakan
dalam pembahasan disiplin ilmu-ilmu diantaranya :
ekonomi, kedokteran, politik, hokum, keuangan,
akuntansi, manajemen, social, dsb.
4. Gaya Bicara Efektif dan Efisien
(Effective and Efficient Talking)
Gaya bicara ini merupakan kombinasi dari ketiga gaya
bicara yang telah disebutkan di atas, yakni dengan
cara melihat dan mepertimbangkan hal-hal sebagai
berikut :
Siapa yang diajak bicara (who is the
communicatee)
Apa yang dibicarakan (what is the topic)
Waktu dan saat pembicaraan (time & duration)
Tempat pembicaraan (place)
Tujuan pembicaraan (goal)
Kelima hal tersebut merupakan acuan (term of
references) bagi si pembicara dalam melakukan
pembicaraannya untuk menghasilkan komunikasi lisan
(oral communication) yang berdaya guna (efisien) dan
14. 13
berhasil guna (efektif) bagi tujuan (goal) yang ingin
dicapai oleh si penutur atau si pembicara.
B. EKSPRESI WAJAH (MIMIC EXPRESSION)
Ekspresi wajah adalah raut / roman muka yang terlihat
dan muncul pada saat menghadapi / dihadapkan pada
situasi-situasi tertentu yang mengakibatkan berubahnya
raut wajah seseorang.
Misalnya :
Pada saat seseorang merasa keheranan atau
keanehan yang dijumpai / ditemui, maka biasanya ia
akan mengangkat alis matanya tinggi-tinggi disertai
dengan sorot mata yang berusaha mencari tahu atau
mencari jawabannya.
Ketika seseorang harus berpikir keras untuk
mengingat-ingat sesuatu, maka ia akan
mengernyitkan dahi dengan pandangan mata tajam
tanpa ada yang dipandang (glancing toward nothing).
Pada saat seseorang merasa senang atau gembira,
maka hal ini akan ditampilkan dengan muka berseri-
15. 14
seri dan dengan disertai dengan merekahnya bibir
yang menandakan sedang tersenyum / tertawa kecil.
Pada saat orang berada dalam kesulitan, kesusahan,
kesedihan maka raut wajah yang tampil adalah
ekspresi kesedihan yang ditandai dengan seolah-olah
wajah tersebut sedang cemberut yang biasanya
disertai dengan emosi yang tinggi pula.
Bila bibir bawah seseorang kelihatan turun ke bawah,
itu tandanya sedang mencibir, mencela, atau
menghinakan seseorang.
Demikian banyak sekali contoh-contoh ekspresi wajah
seseorang dalam berbagai situasi. Untuk itu kita harus
pandai-pandai menangkap sinyal / tanda tersebut agar
kita tidak salah dalam bersikap dan bertindak yang dapat
menimbulkan konflik antar pribadi, baik konflik secara
lisan maupun konflik secara fisik yang akibatnya tidak
kita inginkan.
Begitupun kita harus pandai-pandai mengekspresikan
wajah kita agar orang lain tahu bahwa kita sedang dalam
situasi tertentu. Tentu saja keadaan-keadaan yang
ekstrim yang mungkin dapat terjadi harus mampu kita
16. 15
hindarkan demi menjaga kesan positif orang lain
terhadap diri kita.
C. SIKAP TUBUH (POSTURE)
Sikap tubuh adalah gerak tubuh seseorang (bukan
bahasa tubuh) ketika orang tersebut sedang melakukan
sesuatu. Untuk menimbulkan citra atau kesan yang
positif bagi diri kita, sikap tubuh ini hendaknya yang
lumrah atau umum digunakan oleh sebagian besar
(mayoritas) orang sehingga tidak menimbulkan
kesalahtafsiran (mis-interpretation) bagi orang lain yang
kebetulan melihat atau memandangnya. Sehingga
dengan demikian kita mengambil sikap tubuh yang dapat
diterima secara umum (generally accepted).
D. GERAKAN TANGAN (GESTURE)
Gesture adalah gerak gerik tangan ketika seseorang
sedang melakukan sesuatu atau ketika ingin
mengatakan sesuatu namun tidak dengan bahasa
“verbal”, tetapi sebagai gantinya adalah dengan
menggunakan gerakan tangan. Di dalam kepramukaan
(pandu), hal ini sering dikenal dengan nama “Semapur”.
17. 16
CONTOH-CONTOH GESTURE, antara lain :
Mengacungkan jempol (ibu jari) ke atas, dapat berarti :
memuji kehebatan seseorang, ingin mengatakan
berhasil ataupun sukses.
Mengacungkan ibu jari namun ke arah bawah, berarti :
~ Kebalikan dari gerakan ibu jari ke atas,
~ mengejek / menghina,
~ menganggap kecil / enteng seseorang,
~ menganggap kecil / enteng sesuatu hal.
Menyilangkan telunjuk di dahi, berarti :
~ Ingin mengatakan : “gila”, “tidak waras”, dll.
~ Mengisyaratkan sesuatu yang luar biasa buruk atau
jelek keadaannya (ekstrim negatif).
Bila jari telunjuk dan jempol membentuk lingkaran, hal
ini berarti :
~ Ingin mengatakan : “setuju!”
~ Sesuatu yang dapat disetujui atau dimengerti
~ Ingin mengatakan : “okey!”, “baiklah!”
Bila jari telunjuk beserta jari tengah membentuk suatu
huruf V (singkatan: Victory), yang mengandung arti :
~ Kemenangan, Perdamaian
18. 17
~ Tidak ingin suatu kekacauan atau keributan
~ Tenang-tenang ataupun Kalem (calm-down) saja.
E. BAHASA TUBUH (BODY LANGUAGE)
Bahasa tubuh merupakan gerakan gabungan yang
terpadu antara ekspresi wajah, sikap tubuh dan gerakan
tangan, yang menghasilkan suatu bahasa yang dapat
ditangkap dan dimengerti oleh orang lain tanpa
melakukan bahasa verbal atau bahasa lisan.
Para ahli komunikasi mengatakan bahwa 55-60%
komunikasi tatap muka (face to face communication)
adalah melalui Non Verbal Language (bukan bahasa
tutur/lisan). Dengan kata lain, kita lebih sering
berkomunikasi lewat perasaan dan tingkah laku (feelings
and attitudes) daripada melalui kata-kata dan tekanan
suara (words and tone of voice).
Kita mempunyai 7-10 detik untuk membuat kesan
pertama yang baik (a good first impression). Ada juga
yang mengatakan : “the first 3 minutes impression is
more significant than ever…”. Artinya bila kita telah
melampauai kesan 3 menit yang pertama maka
selanjutnya menjadi mudah dan tidak ada masalah yang
19. 18
berarti. Seperti kata iklan sebuah produk parfum : “Kesan
pertama begitu mengesankan…., selanjutnya ..…”.
Bahasa tubuh untuk masing-masing bangsa berbeda-
beda interpretasinya sesuai dengan tradisi (tradition) dan
kebiasaan (habit) dari masing-masing negara. Oleh
karena itu dalam melakukan body language, kita harus
menyadari jangan sampai menyinggung perasaan
apalagi membuat marah orang dari berbeda tradisi dan
kebiasaan tersebut.
CONTOH-CONTOH PERBEDAAN ini, misalnya :
Kalau di Indonesia, bila kita mengatakan “pusing/sakit
kepala” dengan cara : menggerakkan telunjuk
berputar-putar di samping pelipis kita. Namun, bagi
orang Eropah (terutama Inggris), hal ini berarti
mengejeknya dengan seolah-olah mengatakan “You
are Crazy”.
Begitu juga, bila kita sedang berbicara dengan orang
Jerman dan Austria jangan sekali-kali kita sering-
sering mengelus-elus dagu kita dengan 2 atau 3 jari
ke arah bawah, hal ini buat mereka menunjukkan
suatu penghinaan bagi mereka.
20. 19
Mengenai gerakan tangan dan posisi tubuh ini, ada
beberapa tips yang perlu diingat, agar kita tidak terkesan
negatif bagi orang yang diajak berkomunikasi.
Beberapa pedoman diantaranya :
Berikan jabat tangan yang mantap. Hindarkan
memberikan jabat tangan yang lemah dan tidak
bersemangat yang bisa membuat orang lain terkesan
bahwa Anda tak bersemangat, acuh dan enggan.
Ingatlah : Jangan memberikan jabat tangan yang
terlalu kuat yang menunjukkan bahwa
Anda sedang pamer kekuatan fisik Anda.
Pertahankan kontak mata namun jangan berlebihan.
Hindarkan kontak mata yang mencuri-curi pandang
yakni menghindar ketika orang lain memandang yang
dapat mengesankan bahwa Anda Pengecut.
Jangan menunjukkan tanda-tanda yang meragukan.
Misalnya : Jangan menyandarkan diri ke kursi yang
menandakan bahwa Anda sedang sangat
memperhatikan tetapi bersamaan itu pula
pandangan Anda berkeliling ke seluruh
21. 20
ruangan seolah-olah Anda mulai bosan.
Memandang orang dengan gugup ketika seseorang
sedang berbicara kepada Anda. Hindari hal-hal seperti
mengetuk-ngetukan jemari tangan karena gerakan-
gerakan tersebut mengindikasikan bahwa Anda tidak
sedang memperhatikan sehingga dapat “men-cap”
bahwa Anda adalah seorang yang “acuh tak acuh”.
Ingatlah : Perbedaan antara senyum tulus dengan
senyum yang tidak tulus. Senyum yang
tulus adalah senyum yang keluarnya
berulang-ulang pada saat-saat yang tepat,
sementara senyum yang tidak tulus adalah
senyuman yang keluarnya secara terpaksa
dan cepat sekali hilangnya.
Hindari melipat tangan di depan dada ketika
seseorang tengah berbicara dengan Anda karena
orang akan menganggap bahwa Anda adlah orang
yang tertutup (terutama untuk dapat menerima saran-
saran orang lain).
Hindari kebiasaan-kebiasan gerakan yang dapat
mencerminkan bahwa Anda kurang percaya diri.
22. 21
Hati-hati ketika Anda berbicara dengan orang-orang
asing (dari negara lain). Cari tahu bagaimana mereka
biasanya mengartikan sebuah gerakan-gerakan
tangan (gesture).
Misalnya : Hindari menggaruk-garuk dagu Anda
ketika Anda sedang berbicara dengan
orang Jerman atau Austria, karena
gerakan-gerakan tangan ini mengartikan
penghinaan bahwa Anda sedang
membohonginya.
***
24. 23
A. KEPERCAYAAN DIRI (SELF-CONFIDENCE)
& KEANDALAN DIRI (SELF-RELIANCE)
Pada hakekatnya antara “self-confidence” dengan “self-
relience” ada kesamaan dan kemiripan, namun masing-
masing tersebut berangkat dari hal yang berbeda.
“SELF-RELIENCE”, berangkat dari philosofi bahwa :
“Yang paling cocok 100% dengan diri kita adalah :
DIRI KITA SENDIRI”.
Jadi, self-reliance menekankan pada “keandalan yang
sepenuhnya” kepada DIRI SENDIRI. Sehingga
“OURSELVES MUST BE A SHOULDER TO RELY
ON” (Bahu kita menjadi tempat bersandar diri kita
sendiri, tidak ada orang lain yang dapat diandalkan).
Sedangkan SELF-CONFIDENCE guna menimbulkan
Rasa Optimis (Optimistic) kepada DIRI SENDIRI
sehingga diri kita menjadi pribadi yang “FORWARD
LOOKING TO ANTICIPATE THE FUTURE”. Jadi
dapat dikatakan bahwa “self-confidence” adalah untuk
menimbulkan FUTURISTIC pada diri kita. (Sense of
Future).
25. 24
B. INFORMASI DIRI (SELF-INFORMATION)
Kita tahu bahwa didalam diri kita ada hal-hal yang sangat
kita ketahui tentang diri kita, baik sisi negatif maupu sisi
positifnya, namun hal-hal tersebut tidak/belum diketahui
oleh orang lain. Begitu juga sebaliknya, ada hal-hal yang
orang lain sangat mengetahui tentang diri kita (baik
kelebihan maupun kekurangan, terutama dari segi
penampilan fisik yang sangat lahiriah) yang kita sendiri
tidak tahu atau tidak sadar akan hal itu.
Nah untuk itulah kita harus menginformasikan hal-hal
yang orang lain belum ketahui (TERUTAMA
KELEBIHAN-KELEBIHAN KITA), juga sebaliknya kita
mencari informasi tentang diri kita kepada orang lain,
baik dengan jalan bertanya untuk mendapatkan “feed-
back” ataupun masukan (Input) bagi kita, serta
introspeksi diri (Self-Introspection).
Mengenai SELF-INFORMATION ini, dapat kita pahami
melalui gambar yang disajikan berikut ini :
26. 25
Keterangan :
= DIKETAHUI / DIKENALI
= TAK DIKETAHUI / TAK DIKENALI
= Gerakan secara diagonal
= adalah sisi diri kita yang kita ketahui begitu
juga orang lain (disebut juga DAERAH
TERBUKA atau OPENED AREA).
= Sisi diri kita yang kita ketahui, tetapi orang
lain tidak ketahui (disebut juga DAERAH
BUTA atau BLIND AREA).
T T
T T
T
T
T
T T
27. 26
= Sisi diri kita yang orang lain sangat ketahui,
tetapi diri sendiri tidak mengetahui (disebut
juga DAERAH TERTUTUP atau CLOSED
AREA).
= Sisi diri kita, yang diri kita sendiri maupun
orang lain sama-sama tidak mengetahui.
(disebut juga DAERAH GELAP atau DARK
AREA).
Daerah ini sangat luas, karena selain
meliputi hal-hal yang secara sadar / samar-
samar belum diketahui oleh yang
bersangkutan maupun oleh orang lain.
Juga meliputi potensi-potensi yang tidak
disadari (unconscious), tetapi pada suatu
saat tertentu (biasanya dalam keadaan
darurat) akan dapat tersingkap.
Untuk perubahan ke arah Posisi :
yang PALING BAIK adalah GERAKAN
SECARA DIAGONAL (bukann ke atas/ke kiri).
28. 27
C. MOTIVASI DIRI (SELF-MOTIVATION)
CC..11.. PPeennggeerrttiiaann MMoottiivvaassii
“MOTIV” asal katanya adalah “Motion” (=B.Inggris,
yang berarti GERAK). Jadi MOTIV berarti : Gerak
atau Dorongan bagi terciptanya Tindakan.
Dengan demikian, MOTIVASI berarti : Suatu
dorongan ataupun rangsangan dari dalam diri
seseorang untuk melakukan suatu tindakan ,
tingkah laku ataupun sikap tertentu yang timbul
karena adanya KEBUTUHAN atau RASA
KEKURANGAN dalam dirinya.
29. 28
Motivasi menunjukkan seluruh Proses Gerakan
atau Dorongan yang didalamnya termasuk :
Situasi yang mendorong
Dorongan yang timbul dari dalam diri individu
Tindakan / tingkah laku yang dimunculkan
Tujuan yang ingin dicapai dari tindakan / tingkah
laku tersebut
Menurut Sigmund Freud, salah seorang pakar teori
motivasi, berpendapat bahwa MOTIF merupakan
ENERGI DASAR yang terdapat dalam diri
seseorang yang disebut sebagai INSTINK.
Pendapat dari para pakar yang lain mengatakan
bahwa Motivasi berfungsi sebagai PERANTARA
bagi makhluk hidup (termasuk manusia) untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Means
of Adaptation).
30. 29
C.2. Beberapa Teori Motivasi Populer
a. Teori Motivasi Abraham Maslow
Abraham Maslow berpendapat bahwa seseorang
bertindak atau bekerja karena didasari dorongan
untuk memenuhi kebutuhan yang berbagai
macam. Berbagai kebutuhan tersebut bertingkat-
tingkat dan berjenjang yang dimulai dari :
Kebutuhan Fisik, Kebutuhan Rasa Aman,
Kebutuhan Sosial, Kebutuhan Penghargaan,
serta Kebutuhan Pengakuan Diri.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut berjenjang,
artinya jika kebutuhan tingkat I sudah terpenuhi
maka kebutuhan tingkat II akan diprioritaskan
untuk dicapai, begitu seterusnya sampai kepada
tingkat kebutuhan yang paling tinggi (yaitu :
Pengakuan Prestasi Diri).
Untuk lebih jelasnya, Jenjang Kebutuhan
menurut Prof. DR. Abraham Maslow ini dapat
digambarkan sebagai PIRAMIDA KEBUTUHAN,
sebagaimana pada gambar berikut ini :
31. 30
Jasmaniah : makan, minum, pakaian (sandangpangan).
Rasa Aman : tempat tinggal, pekerjaan, penghasilan.
Bersosialisasi : diterima , dicintai, disayangi, serta
diakui eksistensinya di masyarakat.
Pengakuan : status sosial, prestise, perasaan berguna.
Aktualisasi Diri : prestasi, peluang untuk peningkatan
diri di masa-masa yang akan datang.
32. 31
b. Teori Motivasi McGregor
Teori Motivasi dari McGregor ini dikenal dengan
Teori Motivasi X & Y, dimana McGregor
mengasumsikan bahwa manusia dapat
dibedakan secara tegas berdasarkan perilaku
BAIK dan perilaku BURUKnya.
Dalam Teori X nya dikatakan bahwa : Manusia
perlu dimotivasi dengan jalan pengawasan yang
ketat, dipaksa dan diberi hukuman, karena
menganggap bahwa manusia mempunyai sifat-
sifat negatif.
Sedangkan dalam Teori Y nya (kebalikan dari
Teori X) dikatakan bahwa : Manusia dapat
dimotivasi dengan jalan memberikan keleluasaan
untuk bertindak, partisipasi, kerjasama, dan
penghargaan (reward), karena dianggap
manusia mempunyai sifat-sifat positif.
c. Teori Motivasi McClelland
Menurut Teori Motivasi ini, dikatakan bahwa
manusia mempunyai cadangan energi yang
33. 32
potensial. Penggunaan energi cadangan ini akan
tergantung dari dorongan atau MOTIVASI orang
tersebut, SITUASI serta PELUANG yang ada
dan dimilikinya.
Menurut McClelland ada 3 (tiga) hal yang dapat
memotivasi seseorang, yakni :
Kebutuhan akan Prestasi
(Need for Achievement = N-Ach)
Kebutuhan akan Affiliasi
(Need for Affiliation = N-Aff)
Kebutuhan akan Kekuasaan
(Need for Power = N-Pow)
34. 33
D. INOVASI DIRI (SELF-INNOVATION)
Kebanyakan orang mempunyai kemampuan dan
kemauan untuk berinovasi pada taraf yang tidak berarti
(insignificant). Begitu juga taraf keinginan untuk
melakukan perubahan (willingness to change). ada satu
pertanyaan “menggelitik” yang sangat krusial untuk
dijawab sebagai dasar pemahaman lebih jauh.
Pertanyaannya : Apakah manusia dapat berubah ?
(Is it possible for someone to change ?). Jawabnya :
Tentu dapat ! (Absolutely Yes!). Tentunya Kunci
Jawaban itu HARUS disertai pula dengan adanya :
Kebutuhan (needs) untuk berubah dan Keinginan
(willingness) untuk berubah.
Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana prosesnya ?
Prosesnya adalah harus dilakukan setahap demi
setahap (step by step), kemudian dengan melakukan
pengulangan (repetition), baru pada akhirnya akan
menjadi suatu kebiasaan (habit).
37. 36
Otak manusia terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu otak kanan
dan otak kiri. Otak kiri menjalankan atau mengolah
kemampuan berfikir logis, berhitung, daya nalar dan
kemampuan verbal (berbicara) seseorang. Sedangkan otak
kanan mengolah kemampuan motorik, sensorik, intuisi dan
imajinasi.
38. 37
Dalam kaitannya dengan inovasi diri, kita dituntut tidak
hanya mengembangkan otak kiri saja, namun dibutuhkan
keseimbangan antara pengembangan otak kiri dan otak
kanan (keduanya) agar tercipta keharmonisan kerja dari
kedua bagian otak tersebut sehingga akan menghasilkan
perubahan yang mengagumkan.
Dalam melakukan inovasi diri ini ada 7 Pedoman yang
perlu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya :
1. Kembangkan Pengetahuan Yang Memadai
Pendidikan formal jelas merupakan sumber informasi
untuk basis pengetahuan. Namun yang lebih penting
lagi, terus meneruslah melakukan penyerapan
informasi yang berkaitan dengan pekerjaan, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Tujuan
utama pendidikan adalah memberikan kerangka
berpikir (frame of reference) yang benar.
Namun dalam mengembangkan basis pengetahuan
yang memadai ini, berhati-hatilah agar anda tak
dikatakan sebagai orang yang „Sok Pintar” bila anda
membombardir orang-orang lain dengan pertanyaan-
pertanyaan yang sulit untuk dijawab.
39. 38
2. Perlihatkan Kemampuan Baru
Salah satu taktik penting untuk dapat terus bertahan
di lingkungan kerja dewasa ini adalah dengan terus
menerus memperlihatkan kemampuan baru yang
berkaitan dengan pekerjaan. Dengan
memperlihatkan kemampuan baru kepada banyak
orang maka akan mendatangkan keuntungan bagi
diri sendiri karena orang akan sangat menghargai
kemampuan tersebut dan menyadari bahwa untuk
memperoleh kemampuan yang baru itu dibutuhkan
kemauan yang kuat dan usaha yang keras.
40. 39
3. Raihlah Kinerja Puncak
Untuk meraih kinerja puncak (top performance), kita
harus sungguh-sungguh memfokuskan diri pada apa
yang sedang kita lakukan. Dibutuhkan konsentrasi
yang “intens” untuk mencapai kondisi ini. Kita harus
berkonsentrasi penuh tanpa memberi kesempatan
sedikitpun untuk diganggu oleh kejadian ataupun
pemikiran di luar konteks pekerjaan. Dengan focus
dan konsentrasi memungkinkan seseorang untuk
merasakan dan merespons informasi yang relevan,
baik yang berasal dari dalam pikiran maupun dari
stimuli luar. Jika kita berada dalam kondisi kinerja
puncak kita membuat orang lain terkesan karena kita
dapat merespons masukan (input) mereka dengan
semestinya.
4. Berani Mengambil Resiko
Berani mengambil resiko mencerminkan percaya diri
yang tinggi. Namun demikian, seseorang tidak harus
seberani “Pemain Sirkus” yang melompat dari
ketinggian tanpa lebih dulu melakukan latihan.
Ambillah resiko yang sepantasnya, seperti misalnya
41. 40
menawarkan sebuah solusi jitu untuk suatu
persoalan. Menawarkan suatu pemecahan masalah
mengandung resiko karena ada 2 (dua)
kemungkinan yang akan terjadi :
Saran pemecahan tersebut diterima, tetapi gagal
mencapai hasil yang diharapkan.
Solusi tersebut ditolak, walaupun sebenarnya
sangat efektif bagi pencapaian hasil yang
diharapkan - karena tidak diberi kesempatan
untuk membuktikan bahwa solusi itu tepat.
5. Bersikaplah Fleksibel dan Adaptif
Orang-orang yang inovatif bisa beradaptasi terhadap
perubahan yang bagaimanapun cepatnya.
Sebaliknya, orang-orang yang tidak inovatif
cenderung ingin mempertahankan “status quo”. Jika
kita menunjukkan sikap siap sedia menerima
perubahan berarti kita mempunyai sikap yang
fleksibel dan adaptif dalam menghadapi berbagai
situasi dan kondisi yang bagaimanapun. Dengan
demikian kita mempunyai mental yang kokoh dan
pribadi yang tidak pantang menyerah (barefisted
42. 41
personality). Perlu diketahui bahwa orang-orang
yang tingkat profesionalismenya tinggi adalah orang-
orang yang Daya Penyesuaian Diri (sense of
adaptation) nya tinggi pula.
6. Meningkatkan Kualitas Diri Secara
Berkesinambungan
Menurut Filisofi Jepang “KAIZEN”: “Setiap orang
SEHARUSNYA berusaha keras untuk melakukan
PENINGKATAN secara bertahap dan
berkesinambungan baik dalam kehidupan pribadi
maupun pekerjaan”. Sehingga terjemahan bebas
dari KAIZEN adalah : “Setiap Hari Dengan Segala
Cara Saya Akan Menjadi Lebih Baik dan Lebih Baik
Lagi”.
Prinsipnya: TODAY MUST BE BETTER THAN
YESTERDAY, AND TOMORROW MUST BE
BETTER THAN TODAY.
Orang-orang yang berorientasi pada Peningkatan
Mutu akan selalu mencari hal-hal yang buruk untuk
diperbaiki dan ditingkatkan.
43. 42
7. Mau Menerima Kritik
Bagi sebagian besar orang, kritik merupakan kata-
kata pedas yang acapkali dihindari dan enggan
menerimanya. Bagi mereka, KRITIK merupakan
KESALAHAN atau KEGAGALAN diri. Namun
sebenarnya bila kita menyadari, memang tak ada
pilihan bagi untuk menerima kenyataan bahwa:
“Tidak ada manusia yang sempurna” dan “Tidak ada
tindakan yang dilakukan yang selalu benar”.
Bagi orang-orang yang inovatif, kritik merupakan
masukan (feedback) yang sangat berarti bagi
perbaikan dan peningkatan di masa depan, asalkan
kritik tersebut bersifat obyektif dan memberikan
kontribusi berupa saran-saran yang bersifat
konstruktif, bukan kritik yang bersifat subyektif,
tendensius dan sentimental yang hanya didasarkan
pada ketidaksenangan pribadi (personal dislike) dari
yang mengkritik tersebut. Dengan mau menerima
kritik, berarti kita telah membangun Sensitifitas
Pribadi dan Keterbukaan Diri bagi perbaikan-
perbaikan di masa depan (future improvement).
44. 43
MENYIKAPI KRITIK
Apa yang akan Anda lakukan ketika seseorang
mengkritik Anda di kantor? Setidaknya ada beberapa
hal yang bisa Anda lakukan :
1. Jika kritik itu benar, konstruktif tidak destruktif dan
Anda memang bertanggung jawab untuk itu,
terimalah dan ucapkan terima kasih untuk kritik
yang telah diberikan rekan kerja Anda.
2. Jika sebagian dari kritik itu benar, terima bagian
yang benar tersebut, dan jelaskan bahwa
sebagian lainnya tidak tepat.
3. Jika kritik itu ditujukan pada sesuatu yang bukan
merupakan kesalahan Anda, tapi kesalahan salah
seorang rekan di bagian Anda, bisa saja Anda
menerima kritik tersebut dan menyampaikannya
pada teman yang bertanggung jawab, atau Anda
juga bisa bilang bahwa itu bukan kesalahan Anda.
4. Jika kritik itu salah atau sama sekali tidak tepat,
katakan bahwa itu kritik tidak benar atau
destruktif. Tidak perlu berdebat panjang lebar, jadi
katakan bahwa kritik itu salah dengan tenang dan
masuk akal.
***
46. 45
Semua orang ingin disebut menarik, menjadi pusat
perhatian, terkenal dan dikagumi banyak orang. Menjadi
menarik dan menyenangkan merupakan obsesi
kebanyakan orang. Menarik dan menyenangkan
mencakup aspek fisik (lahiriah) dan non-fisik (meliputi :
emosional, personalitas dan integritas pribadi). Banyak
orang yang cantik, tampan, pandai dan kaya namun
belum dapat dikategorikan sebagai orang-orang yang
menarik dan menyenangkan dikarenakan adanya
sesuatu yang kurang dalam diri mereka.
Orang yang menarik dan menyenangkan membuat orang
suka padanya dan selalu ingin dekat dan ingin melihatnya
serta ingin berinteraksi dengannya. Orang yang memiliki
daya tarik dan menyenangkan ibarat memiliki kekayaan
yang tak ternilai harganya.
Berbeda dengan kecantikan dan kepintaran yang pada
hakekatnya merupakan sesuatu yang diberikan oleh
Tuhan (given), menarik dan menyenangkan merupakan
sesuatu yang dapat dipelajari dan distimulasikan dalam
setiap aktifitas kehidupan kita sehari-hari (daily activity).
47. 46
Untuk itu ada beberapa Kiat yang perlu diikuti dan
dilakukan bila Kita ingin memiliki Kepribadian Yang
Menarik dan Menyenangkan.
Kiat-kiat tersebut adalah sebagai berikut :
1. SOPAN SANTUN (POLITENESS)
Selalu sopan dan baik terhadap orang lain
menyebabkan kita menjadi menarik dan
menyenangkan bagi orang lain tersebut. Bila bertemu
dengan siapapun kita hendaknya “hangat” dan ramah
kepadanya. Tegur sapa yang manis dan hangat,
seperti : Halo…apa khabar, Selamat Pagi…, Selamat
Siang…, dsb harus selalu kita ucapkan lengkap
dengan ekspresi wajah dan bahasa tubuh yang tulus
yang mencerminkan dan mewakili itu semua. Pada
orang yang baru pertama kali kita kenal sebaiknya kita
ucapkan : “Senang sekali bertemu dengan Anda”,
Kapan-kapan kita bincang-bincang lagi…, dsb, dsb…
Orang-orang yang tampil menarik, menyenangkan
dan diperhatikan orang adalah orang-orang tidak akan
pernah menyakitkan dan melukai hati dan perasaan
48. 47
orang lain. Bila hati orang sudah terluka maka akan
sulit sekali untuk dapat sembuh dalam waktu yang
singkat malah mungkin sekali sakit hatinya berubah
menjadi api dendam yang membara yang sewaktu-
waktu dapat meledak bagaikan bom neutron yang
dahsyat.
2. KERAMAH-TAMAHAN (HOSPITALITY)
Prinsip “SENTUHLAH HATINYA”, haruslah
DIPEGANG dan DIFAHAMI BETUL guna
menimbulkan KESAN MENARIK dan
MENYENANGKAN pada diri kita.
BEBERAPA HAL yang PERLU DIPRAKTEKKAN
sehubungan dengan Sopan Santun dan Keramah-
tamahan adalah :
Sambutlah Tegur Sapa Orang-orang : “Tiada hal
yang senyaman kata-kata sambutan yang
diberikan oleh orang lain dengan nada yang tulus
dan riang”.
49. 48
Senyumlah Kepada Orang-orang : “Ada 72 otot
yang diperlukan untuk mengerutkan dahi, namun
hanya dibutuhkan 14 buah otot untuk
tersenyum”.
Panggillah Orang dengan Menyebut Namanya :
“Musik yang paling merdu dan syahdu di telinga
siapapun adalah bunyi namanya sendiri…”.
Bersikaplah Bersahabat : “Bila anda ingin
bersahabat, bersikaplah bersahabat…”
NILAI-NILAI LUHUR SEBUAH SENYUMAN :
Senyum tak perlu biaya namun mampu berbuat
banyak.
Senyum membuat kaya orang yang
memperolehnya tanpa membuat miskin orang
yang memberinya.
Senyum hanya sebentar namun kenangan bagi
orang yang menerimanya kadangkala
berlangsung selama-lamanya.
50. 49
Tak ada satupun orang paling kaya yang tidak
membutuhkannya, serta tak ada satupun orang
paling miskin di dunia yang tidak mampu untuk
memberi senyuman.
Senyum mampu menimbulkan kedamaian di
dalam rumah tangga, menimbulkan niat baik di
dalam bisnis, serta memberikan rasa
persahabatan yang tinggi.
Senyum tak dapat dibeli, diminta, dipinjam,
dipinjamkan ataupun dicuri.
Bila ada seseorang yang terlalu lelah untuk
memberi sebuah senyuman kepada orang lain
maka mengapa tidak kita tinggalkan saja sebuah
senyuman untuknya.
Bagi orang-orang yang sama sekali tidak
membutuhkan untuk tersenyum maka tak ada
kebutuhannya pula untuk memberikan senyuman
kepadanya.
3. RASA HORMAT (RESPECTFULL)
Kalau kita memperlakukan orang lain sebagaimana
kita ingin diperlakuakn mungkin akan menimbulkan
Ketegangan, sebab orang lain mungkin tidak
menyukai cara-cara kita tersebut. Sebaliknya, kalau
51. 50
kita memperlakukan orang lain dengan cara
sebagaimana mereka ingin diperlakukan maka
hakekatnya kita telah menangkap inti dari fleksibiltas
diri kita yang sebenarnya.
Menghormati orang lain, berarti belajar
memperlakukan orang lain secara berbeda menurut
kadar kebutuhan dan kepercayaan mereka bukannya
menurut kadar kebutuhan dan kepercayaan diri kita
sendiri. Hal ini bisa mengarah kepada pengertian
Moral dan penerimaan diantara individu-individu dan
kelompok-kelompok. Hal ini juga menunjukkan
INTEGRITAS PRIBADI seseorang.
Rasa hormat kepada orang lain, mungkin lebih mudah
dipahami sebagai: “usaha mencari kepentingan umum
yang dibagi bersama dan kemudian dikerjakan
bersama-sama untuk mencapai hasil yang menang-
menang (win-win)”.
4. PENUH PERHATIAN (ATTENTIVE)
Sikap penuh perhatian berarti menyadari “apa saja
yang sedang berlangsung di lingkungan kita”.
52. 51
Sikap penuh perhatian berhubungan dengan
kemampuan membaca situasi yang tersirat (implicit).
Ini bisa dari sesederhana memperhatikan ketika
seseorang merasa bosan dan merasakan bahwa
sekarang bukan saatnya untuk menyampaikan
gagasan-gagasan kita.
Bersikap penuh perhatian berarti mengosongkan diri
dari pemikiran-pemikiran diri kita sendiri secara
subyektif (mampu melihat dari kaca mata orang
lain) dan membuka wawasan dan pikiran untuk mau
melihat segala hal di luar diri kita.
Orang yang penuh perhatian juga tahu kapan ia harus
bertindak dan kapan ia tidak boleh bertindak. Orang
yang tergolong penuh perhatian akan bermain dalam
hal : kecenderungan, pola-pola, variasi dan
kesempatan. Orang yang penuh perhatian akan
memiliki sikap terbuka baik terhadap informasi yang
masuk, gagasan ataupun saran-saran dari orang lain.
***
54. 53
A. FLEKSIBILITAS (FLEXIBILITY)
Dimensi kelenturan melibatkan Sikap Pribadi Anda
terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi yang Anda
hadapi. Ini menunjukkan kesediaan Anda untuk
mengubah Perspektif dan Posisi kalau keadaan
memungkinkan.
Berikut ini adalah 5 (lima) CIRI-CIRI POSITIF yang
mereflesikan Fleksibilitas Anda :
1. KEYAKINAN DIRI
(SELF CONFIDENCE)
Memiliki keyakinan berarti percaya pada diri sendiri
dan mempercayai penilaian dan kecerdikan Anda
sendiri. Dalam banyak bukunya Dr. Nathaniel
Branden mendefinisikan Harga Diri sebagai
sejumlah keyakinan diri dan menghargai keyakinan
diri sendiri. Keyakinan diri adalah mempercayai
bahwa Anda bisa berfungsi dengan cukup baik di
dunia. Orang yang mempunyai keyakinan diri tinggi
juga bisa membangkitkan perasaan kredibilitas pada
diri orang lain melalui pendekatan yang Proaktif,
Optimistis dan Progresif.
55. 54
Memiliki keyakinan dalam berbagai situasi misalnya
dalam memperoleh pengaruh dengan seseorang
atau dalam menangani beban pekerjaan, akan
bermula dari pengalaman diri pribadi secara umum
yang telah terbukti dalam menghadapi tantangan
hidup yang dinilai relatif sukses.
Keyakinan diri dapat dibina dengan mencatat semua
keberhasilan dan mengukuhkan kekuatan batin yang
memberikan kontribusi atas keberhasilan tersebut.
Setelah itu penting untuk mencatat Kekuatan Yang
Lebih Baru yang telah muncul demi peningkatan diri
berkesinambungan (continual self-improvement).
2. TOLERANSI
(TOLERANCE)
Toleransi berarti terbuka terhadap pandangan-
pandangan dan praktek-praktek yang berbeda
dengan pandangan dan praktek yang kita lakukan
sendiri. Banyak orang diantara kita yang harus
belajar menjadi Toleran di dunia yang berciri khas
Realita Faktual adanya perbedaan antar manusia.
56. 55
Perbedaan merupakan Khazanah Realitas Hidup
yang tidak akan bisa dihilangkan kenyataannya
namun hanya bisa dimanfaatkan dan dikelola
dengan lebih baik untuk menghasilkan yang terbaik.
Dengan demikian hal itu akan menumbuhkan
wawasan dan pikiran baru ketika secara realistis
berurusan dengan realitas orang lain – bukan hanya
realitas diri kita sendiri.
3. EMPATI
(EMPHATETIC)
Akar kata Empati adalah Pathos, kata dalam
Bahasa Yunani yang berarti Perasaan. Simpati
berarti mengakui perasaan orang lain, tetapi Empati
mengatakan : “Saya memahami bagaimana Anda
merasakan. Saya bisa menempatkan diri saya pada
posisi Anda”. Bila Simpati menghasilkan kebaikan
hati dan kadang-kadang belas kasihan, maka Empati
akan menghasilkan pengakuan yang sesungguhnya
tentang perasaan orang lain tanpa harus mengambil
tanggung-jawab untuk itu.
57. 56
Empati jauh lebih mudah dirasakan kalau kita peduli
terhadap orang lain dan merasakan bagaimana ia
merasakan. Dalam dunia Bisnis, Politik atau Profesi
rasa Empati mungkin tidak akan datang dengan
mudah. Menerapkan Empati pada prakteknya akan
melibatkan emosi, perhatian atau rasa takut kita. Ini
akan melibatkan pemikiran dan perasaan positif
melalui dorongan Lemah Lembut yang akan
diberikan kepada orang lain ketika mereka
membutuhkannya.
4. SIKAP POSITIF
(POSITIVE BEHAVIOR)
Sikap Positif berarti memelihara harapan optimistis
tentang orang lain atau situasi. Ini berasal jauh dari
dalam jiwa kita sendiri. Sikap positif dibina dengan
cara memiliki apresiasi terhadap kehidupan dengan
berasumsi bahwa diri kita dikelilingi oleh orang-orang
yang benar-benar peduli dengan kesejahteraan kita.
Aspek-aspek dalam melaksanakan Sikap Positif ini
diantaranya adalah sebagai berikut :
58. 57
Mengenali dan mengakui siapa diri kita dan apa
tujuan hidup kita.
Mengetahui kekuatan yang kita miliki dan yang
harus kita bina untuk mencapai maksud dan
tujuan hidup kita.
Memperkuat dan melengkapi diri kita dengan
sumber energi lain atau energi pelengkap.
Misal : Hubungan yang penuh dukungan akan
memberikan semangat baru yang positif ketika
sumber daya kita sendiri semakin sedikit yang akan
memulihkan diri kita dari kemunduran dan kesulitan
yang kita hadapi dalam kehidupan.
5. RASA HORMAT
(RESPECTFUL)
Ciri Positif ke-5 yang mencerminkan Fleksibilitas
adalah Rasa Hormat Kepada Orang Lain. Kalau kita
memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin
diperlakuakn mungkin akan menimbulkan
Ketegangan, sebab orang lain mungkin tidak
59. 58
menyukai cara-cara kita tersebut. Sebaliknya, kalau
kita memperlakukan orang lain dengan cara
sebagaimana mereka ingin diperlakukan maka
hakekatnya kita telah menangkap inti dari fleksibiltas
diri kita yang sebenarnya.
Menghormati orang lain, berarti belajar
memperlakukan orang lain secara berbeda menurut
kadar kebutuhan dan kepercayaan mereka
bukannya menurut kadar kebutuhan dan
kepercayaan diri kita sendiri. Hal ini bisa mengarah
kepada pengertian Moral dan penerimaan diantara
individu-individu dan kelompok-kelompok. Hal ini
juga menunjukkan INTEGRITAS PRIBADI
seseorang.
Rasa hormat kepada orang lain, mungkin lebih
mudah dipahami sebagai: “usaha mencari
kepentingan umum yang dibagi bersama dan
kemudian dikerjakan bersama-sama untuk mencapai
hasil yang menang-menang (win-win)”.
60. 59
B. KESERBABISAAN (CAPABILITY)
Keserba-bisaan seperti halnya kelenturan dapat terus
dikembangkan. Orang yang serba bisa cenderung
mendekati berbagai situasi sebagai suatu kesempatan
baru untuk belajar dan meningkatkan diri secara terus
menerus. Setiap orang bisa memilih apakah akan
menjadi serba bisa atau tidak melalui 5 ciri khas yang
utama.
Ciri-ciri khas Utama Keserba-bisaan (Capability) adalah
sebagai berikut :
1. KEULETAN
(ADVERSITY)
Keuletan berarti mengatasi keadaan walaupun ada
kemunduran, hambatan-hambatan atau sumber
daya yang terbatas. Keuletan merupakan ukuran
ketangguhan dan kegigihan. Keuletan juga
berhubungan dengan kekuatan emosional dan
kekuatan mental. Keuletan melibatkan perilaku yang
akan menuju sukses akhir melalui upaya-upaya yang
gigih dan pantang menyerah (never give-up).
61. 60
Sejarah penuh dengan contoh pribadi-priadi yang
“Pantang Menyerah” yang beberapa diantara mereka
lebih positif dan memiliki keyakinan diri yang tinggi
seperti diantaranya : Jenderal Sudirman, Cut Nyak
Dien, Soekarno, Albert Einstein, Thomas Alfa
Edison, Mozart, Bethoven, dan masih banyak lagi
yang lainnya.
2. WAWASAN
(SENSE OF FUTURE)
Wawasan merupakan kemampuan Penginderaan
Jauh ke Depan (a whole new sense of future).
Seseorang yang mempunyai wawasan bisa melihat
hasil yang diinginkan untuk masa mendatang serta
bagaimana cara mencapainya. Wawasan tersebut
memberikan fokus umum untuk membangkitkan
energi orang ke arah maksud dan tujuan yang ingin
dicapai serta strategi tindakan untuk sampai ke sana.
Dengan laju kecepatan, sifat dan arah perubahan di
zaman sekarang ini tanpa adanya wawasan untuk
membayangkan kemungkinan-kemungkinan yang
62. 61
dapat terjadi di masa yang akan datang, seseorang
bisa terjebak dalam hal-hal sepele yang tanpa tujuan
yang fokus mengenai kegiatan yang harus terus
dimiliki dan dijalankan.
Wawasan dapat merupakan berbagai dimensi
seperti mulai dari : mencari uang lebih banyak,
mengakhiri sebuah masalah, meningkatkan situasi,
menciptakan inovasi, atau sampai kepada
mendapatkan lebih banyak hal-hal yang
menyenangkan.
Kemampuan berwawasan bisa dikembangkan
dengan membayangkan 5-10 tahun ke depan dan
membayangkan bagaimana Diri Kita dan
Perusahaan Kita saat itu. Dengan demikian kita
mampu mengestimasikan serta memperkirakan
kesenjangan-kesenjangan apa saja yang ada saat ini
untuk ditutup dan dieliminasi, sehingga kita bisa
menyusun rencana sehubungan dengan ekstrapolasi
tersebut.
63. 62
3. PENUH PERHATIAN
(ATTENTIVE)
Sikap penuh perhatian berarti menyadari “apa saja
yang sedang berlangsung di lingkungan kita”.
Sikap penuh perhatian berhubungan dengan
kemampuan membaca situasi yang tersirat (implicit).
Ini bisa dari sesederhana memperhatikan ketika
seseorang merasa bosan dan merasakan bahwa
sekarang bukan saatnya untuk menyampaikan
gagasan-gagasan kita.
Bersikap penuh perhatian berarti mengosongkan diri
dari pemikiran-pemikiran diri kita sendiri secara
subyektif (mampu melihat dari kaca mata orang
lain) dan membuka wawasan dan pikiran untuk mau
melihat segala hal di luar diri kita.
Orang yang penuh perhatian juga tahu kapan ia
harus bertindak dan kapan ia tidak boleh bertindak.
Orang yang tergolong penuh perhatian akan bermain
dalam hal : kecenderungan, pola-pola, variasi dan
kesempatan. Orang yang penuh perhatian akan
memiliki sikap terbuka baik terhadap informasi yang
64. 63
masuk, ide-ide, gagasan-gagasan ataupun saran-
saran yang datangnya dari luar diri sendiri.
4. KECAKAPAN
(PROFESSIONAL SKILL)
Kecakapan adalah kemampuan dan keahlian
spesifik pada bidang-bidang tertentu yang telah
dipilih seseorang. Kecakapan tidak cukup hanya
“mampu mengerjakan” tetapi juga memiliki
kemampuan “memecahkan masalah” (trouble
shooting) di bidangnya tersebut. Hal ini
memungkinkan Anda untuk dengan cepat dan
cekatan mengembangkan dan memperagakan
pengetahuan kerja yang baru dan berbeda dalam
kaitannya dengan persoalan, orang-orang dan
situasi kerja.
Memperlihatkan KECAKAPAN melibatkan keharusan
untuk : mengetahui apa-apa yang Anda kerjakan dan
lakukan, bagaimana cara melaksanakannya,
bagaimana cara menyelesaikan masalah yang
terjadi di dalamnya, serta mengkomunikasikan dan
mensosialisasikannya secara efisien dan efektif
65. 64
dengan orang-orang di dalam lingkup kerja yang
lebih kecil ataupun skup perusahaan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan atas
para pencetak prestasi yang tinggi, dikatakan bahwa
kecakapan pribadi (self-capability) memiliki
kontribusi yang sangat berarti dalam mencapai
kecakapan kerja (work-capability). Orang-orang
yang memiliki kecakapan pribadi tinggi akan
menetapkan tujuan dan sasaran pribadi yang
realistis, mengantisipasi hambatan yang akan
66. 65
mempengaruhi kemajuan dan mengambil tindakan
yang bisa memberikan sumbangan secara terus
menerus kepada keberhasilan dan kesuksesan.
Secara berkala, mereka juga akan melakukan
kontemplasi (perenungan diri) tentang apa-apa yang
sudah diperbuat dan hasil-hasil apa yang telah
dicapai selama ini.
5. INTROSPEKSI
(INTROSPECTION)
Introspeksi adalah kemampuan untuk memprakarsai
perubahan, mengevaluasi diri dan membuat koreksi
diri yang berlangsung terus menerus tanpa henti.
Prof. DR. David C. McClelland menamakan
kemampuan ini sebagai suatu LOCUS OF
CONTROL INTERNAL.
Orang-orang yang memiliki Locus of Control Internal
yang tinggi apabila menemukan kegagalan dalam
segala hal maka yang pertama-tama ia akan melihat
dulu jauh ke dalam dirinya yang menjadi penyebab
kegagalan tersebut bukan malah menyalahkan faktor
dari luar dirinya (mis: manajemen, atasan, bawahan,
67. 66
perusahaan, system kerja, dsb). Ia berusaha keras
untuk mencari Umpan Balik sebagai Hadiah Cuma-
Cuma untuk memecahkan masalah kegagalan yang
dihadapinya. Mereka terdorong untuk menjadi
Pribadi yang lebih baik dan bukannya menjadi
Pribadi yang paling benar.
Orang-orang seperti ini akan tahu dan sadar bila
mereka memperlihatkan pola perilaku dan sikap
yang tidak produktif.
Koreksi diri berfokus pada dorongan untuk
mendapatkan kualitas pribadi yang unggul, koperatif
dan kolaboratif bukan malah menjadikan pribadi
yang pasif, massive atau eksklusif. Umumnya,
orang menganggap tidak perlu adanya perubahan
atau memikirkan perubahan bila dirasakan tidak
adanya kesalahan (no fault) atau bila sesuatu itu
berjalan dengan baik (running well). Hanya kalau
sesuatu yang masih baru, tidak lengkap atau tidak
sempurna mereka baru melihat kesempatan untuk
membuat koreksi. Padahal ada ataupun tidak
adanya hal tersebut, Peningkatan (improvement)
68. 67
harus terus menerus dijalankan, karena kepastian
PERUBAHAN ke arah yang lebih baik TERUS
MENERUS BERLANGSUNG di dunia ini apapun
alasannya.
Salah satu teknik yang paling sederhana untuk
melakukan introspeksi atau koreksi diri adalah
dengan menyediakan waktu + 5 menit setiap harinya
untuk melakukan peninjauan harian dan
mencatatnya dalam Jurnal Pribadi mengenai
kemajuan-kemajuan yang telah dicapai serta
tindakan-tindakan apa saja yang harus dilakukan
selanjutnya untuk memelihara dan meningkatkan
kemajuan tersebut.
***
70. 69
MMMEEEMMMPPPEEERRRSSSIIIAAAPPPKKKAAANNN
SSSUUUMMMBBBEEERRR DDDAAAYYYAAA MMMAAANNNUUUSSSIIIAAA
SSSEEEJJJAAAKKK KKKAAANNNAAAKKK---KKKAAANNNAAAKKK
Bagi Orang Tua mempunyai anak adalah sesuatu yang
sangat membahagiakan, apalagi bila anak tersebut sudah
sekian lama didambakan oleh para orang tua yang pada
kenyataannya sulit memperoleh keturunan dikarenakan
sesuatu hal. Anak merupakan buah kasih sayang dan cinta
dalam hidup berumah tangga. Keluarga yang sejahtera
secara materi namun belum dikaruniai seorang anak kiranya
71. 70
tak berarti apa-apa bila dibandingkan dengan keluarga
sederhana namun dikaruniai anak-anak yang lucu, manja
dan pintar. Dalam suatu keluarga mempunyai anak
merupakan hiburan tersendiri yang tidak bisa digantikan
dengan jenis hiburan manapun di dunia ini. Melihat anak kita
yang sedang bermain, bercanda dan tertawa di dalam rumah
kita menjadikan obat mujarab bagi orang tua yang sudah
seharian sibuk bekerja di luar rumah mencari rizki untuk
anak dan isteri tercinta.
Namun disisi lain dari kebahagian memperoleh seorang anak
sebagai titipan dari Tuhan, kita selaku orang tua mempunyai
kewajiban untuk dapat menumbuh-kembangkan anak secara
maksimal, baik segi fisik, mental maupun intelektualnya,
karena hal itu merupakan hak bagi seorang anak yang telah
dilahirkan ke dunia ini.
Anak-anak dilahirkan dalam keadaan lemah panca
inderanya, oleh karena itu tugas orang tuanyalah untuk
menguatkan pertumbuhan fisik anak dan juga merangsang
pertumbuhan anak agar tumbuh-kembang anak berlangsung
seimbang dan sempurna.
72. 71
“SETIAP ANAK ITU DILAHIRKAN SEBAGAI JENIUS, DAN
ORANG TUA MENGHABISKAN 6 TAHUN PERTAMA MASA
HIDUPNYA UNTUK MEMBUAT MEREKA TIDAK / BUKAN
JENIUS.” (Buckminster Fuller)
Kebanyakan para orang tua lebih memperhatikan
pertumbuhan anak-anak mereka dengan memberikan
makanan-makanan yang berlebihan, pakaian-pakaian yang
bagus dan mainan-mainan yang kurang bermanfaat, tetapi
kurang memperhatikan kebutuhan mendasar yang sangat
vital bagi perkembangan anak.
Dikarenakan tidak ada sekolah untuk menjadi orang tua,
maka banyak orang tua yang tidak tahu cara memperhatikan
perkembangan anak-anaknya. Sedangkan pada dasarnya
Orang Tua adalah Guru Yang Paling Utama, dan Rumah
adalah Sekolah Yang Paling Baik bagi anak.
Ada beberapa hal yang Sangat Perlu diketahui oleh
Para Orang Tua, yakni :
PPeerraannaann OOrraanngg TTuuaa TThhdd TTuummbbuuhh KKeemmbbaanngg AAnnaakk..
BBaaggaaiimmaannaa PPootteennssii IInntteelleekkttuuaalliittaass SSeeoorraanngg AAnnaakk..
CCaarraa MMeennggooppttiimmaallkkaann PPootteennssii IInntteelleekkttuuaall AAnnaakk..
73. 72
PPEERRAANNAANN OORRAANNGG TTUUAA TTEERRHHAADDAAPP
TTUUMMBBUUHH KKEEMMBBAANNGGNNYYAA AANNAAKK
Berdasarkan Suatu Hasil Penelitian yang dilakukan oleh
Departemen Pendidikan & Kebudayaan (Depdikbud) yang
telah dipublikasikan pada Bulan Mei 1994 lalu, diketahui
bahwa Para Orang Tua di Negara Indonesia ini dapat
diklasifikasikan kedalam sebagai berikut :
85% = Para Orang Tua tidak mampu mengawasi anak.
68,1% = Orang Tua bersikap tidak tegas terhadap anak.
56% = Orang Tua tak mampu bimbing secara akademik.
58% = Orang Tua selalu membela anak yang salah.
Melihat hasil dari penelitian tersebut, nampak sekali bahwa
para orang tua di Indonesia belum menjalankan tugasnya
selaku orang tua dengan baik.
Perhatian, ajara-ajaran dan kebiasaan-kebiasaan yang
diberikan orang tua mereka di rumah merupakan program
pra-sekolah yang terbaik di dunia dengan memberikan
kesempatan bagi orang tua untuk menjadi guru yang utama
bagi anak-anak mereka, tanpa memperdulikan Betapa
Rendahnya Pendidikan Orang Tua itu !
74. 73
BBAAGGAAIIMMAANNAA PPOOTTEENNSSII IINNTTEELLEEKKTTUUAALLIITTAASS
DDII DDAALLAAMM DDIIRRII SSEEOORRAANNGG AANNAAKK
Berdasarkan Penelitian panjang yang dilakukan oleh
Benyamin S. Bloom, salah seorang Profesor Bidang
Pendidikan dari University of Chicago, mengenai potensi
intelektual anak, yangmana sebenarnya telah pernah
disebar-luaskan pada tahun 1964, Beliau menemukan
bahwa :
“Perkembangan Intelektual anak telah dimulai pada saat
pembuahan, dan sampai usia anak mencapai 4 tahun
perkembangan intelektual Otak mencapai 50%; sampai usia
8 tahun mencapai 80%; dan pada usia 18 tahun akan
mencapai 100%”
Beberapa pakar juga mengadakan penelitian terhadap
kemampuan intelektual anak, diantaranya adalah Dr. Glenn
Doman, dimana hasil-hasil penelitiannya telah dipublikasikan
dalam Seri Bukunya “The Gentle Revolution”, diantaranya
mengenai :
“How To Teach Your Baby Read”
“How To Teach Your Baby Math”
“How To Multiply Your Baby‟s Intelligence”
75. 74
*DR. GLENN DOMAN mulai dengan meneliti anak-anak
yang lahir dengan cacat mental, artinya bayi yang lahir
dengan IQ di bawah 70. Ia menyediakan waktu setiap hari
untuk bermain, bicara, bercerita dan menunjukkan berbagai
macam gambar dan informasi kepada mereka dengan sabar
dan tekun. Kemudian ketika anak-anak tersebut telah
berusia 2 atau 3 tahun, maka mereka telah mampu berpikir
dan berbuat seperti layaknya anak-anak yang dilahirkan
normal. Dengan hasil penelitian tersebut kemudian Glenn
Doman sampai pada suatu kesimpulan bahwa : “Jika semua
rangsangan dan stimulasi tersebut diberikan kepada anak-
anak yang lahir normal, hasilnya tentu akan Luar Biasa dan
dapat menciptakan anak-anak yang Jenius”.
Maka ia kemudian melakukan proyek tersebut terhadap bayi-
bayi yang lahir normal atau dengan IQ di atas 80. Ia
menemukan bahwa pada saat anak-anak tersebut mencapai
usia 4 tahun, IQ anak-anak tersebut telah mencapai antara
120 hingga 150.
*DR. DATIN NOOR LAILY dari Malaysia sangat terkesan
dengan hasil penelitian yang dilakukan Dr. Glenn Doman.
Kemudian ia berangkat ke Philadelpia untuk melihat dan
76. 75
mempelajari program-program apa saja yang dilakukan oleh
Dr. Glenn Doman. Setelah itu ia kembali ke Malaysia dengan
tujuan ingin membantu anak-anak untuk dapat tumbuh
menjadi lebih pintar. Kemudian ia melaksanakan niatnya
tersebut di Ulu Klantan suatu dusun di pegunungan dimana
banyak para orang tua yang buta huruf. Ia memanggil Media
Massa untuk meliput berita bahwa ia akan memperlakukan
anak-anak tersebut secara khusus dan membawa mereka ke
Kuala Lumpur. Ia melaksanakan proyeknya dengan
membacakan buku-buku, menunjukkan gambar-gambar,
mengajak bermain dan banyak berdialog dengan anak-anak
seperti yang telah dilakukan oleh Dr. Glenn Doman.
Dua tahun kemudian, ia memanggil Media Massa itu kembali
dan memperlihatkan bahwa bayi-bayi yang diambil dari Ulu
Klantan, kini telah menjadi anak-anak yang mampu
membaca buku dan menjadi anak-anak yang cerdas. Sejak
itu banyak orang tua yang harus antri untuk memasukkan
anak-anak mereka ke lembaga yang dikelola oleh Dr. Datin
Noor Laily tersebut.
Ada lagi satu penelitian yang dilakukan terhadap 40 orang
bayi dari ibu-ibu mereka yang idiot. Bayi-bayi tersebut
77. 76
dipisahkan menjadi 2 kelompok, dimana kelompok pertama
diperlakukan dengan rangsangan-rangsangan dan
pengayaan informasi secara intensif dan konsisten setiap
hari, sedangkan kelompok kedua diperlakukan tanpa
diberikan stimulasi-stimulasi khusus. Maka setelah mereka
mencapai usia 4 tahun, kelompok pertama telah mencapai
IQ di atas 130 sedangkan kelompok kedua hanya mencapai
IQ 80 saja.
BBAAGGAAIIMMAANNAA MMEENNGGOOPPTTIIMMAALLKKAANN
PPOOTTEENNSSII IINNTTEELLEEKKTTUUAALLIITTAASS AANNAAKK
Dari hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh para pakar
pendidikan anak yang telah dikemukakan, maka bagi para
orang tua yang ingin mengoptimalkan kemampuan
intelektualitas anak-anaknya sejak bayi hingga usia 8 tahun,
maka kiat-kiat yang dapat Penulis turunkan di bawah ini
kiranya bisa dijadikan pedoman di dalam menumbuh-
kembangkan anak agar menjadi seorang anak yang
sempurna dan seimbang antara intelektual dan mentalnya
kelak, diantaranya sebagai berikut :
78. 77
MMEENNGGAAJJAAKK AANNAAKK BBEERRMMAAIINN
Kita sebagai orang tua harus mau dan banyak mengajak
anak-anak kita bermain. Bermain merupakan aktifitas anak
untuk menumbuhkan dan mengembangkan jiwa anak.
Bermain yang paling baik adalah dengan melakukan
gerakan-gerakan yang berhubungan dengan Vestibular
System yang ada dalam otak. Vestibular system ini
berhubungan dengan suatu cairan yang ada di belakang
telinga yang sangat mempengaruhi kecerdasan anak.
Gerakan-gerakan tersebut antara lain :
Berguling-guling.
Berayun-ayun.
Melompat-lompat.
Gerakan baling-baling helikopter.
Gerakan bak baling-baling helikopter ini sangat dianjurkan
untuk anak di atas 3 tahun asalkan ia sudah bisa berlari,
gerakan ini secara rutin telah digunakan oleh Prof. Lyelle
Palmer untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan
belajar pada anak-anak.
79. 78
SSeeddaannggkkaann bbeerrmmaaiinn yyaanngg ssaannggaatt ddiiaannjjuurrkkaann uunnttuukk
ddaappaatt mmeemmaakkssiimmaallkkaann ppeerrkkeemmbbaannggaann kkeelliimmaa ppaannccaa
iinnddeerraa,, ddiiaannttaarraannyyaa ::
1. Memberikan warna-warna yang kontras (misalnya
hitam-putih seperti papan catur) di kamar bayi / anak.
Warna catur ini sangat baik untuk merangsang indera
penglihatan terutama pada bayi.
2. Memperdengarkan berbagai macam suara (seperti
suara binatang, kendaraan, orang), berguna untuk
mempertajam indera pendengaran anak.
3. Memberikan macam-macam cicipan (misalnya manis,
asin, pahit, dsb), berguna untuk merangsang indera
perasa/pengecap.
4. Memperkenalkan wewangian, berguna untuk
merangsang indera penciuman.
5. Memperkenalkan berbagai bentuk benda-benda yang
dapat dipegang (seperti kotak, bola, meja, kursi, dsb)
untuk merangsang indera peraba.
80. 79
Untuk mempertajam Analytical & Logical Sense (Daya
Analisa dan Logika) anak, sebaiknya dilakukan permainan
yang berhubungan dengan penalaran seperti : bermain
tebak-tebakan yang berupa angka-angka, teka-teki yang
berhubungan dengan logika praktis atau teka-teki yang
menimbulkan kemampuan verbal (kemampuan
mengemukakan pendapat dalam bentuk bahasa).
Sedangkan untuk membangun Creativity (Kreatifitas) anak,
ada baiknya dengan menggunakan Permainan Lego untuk
menyusun bentuk-bentuk (misalnya bentuk bangunan,
kendaraan, hewan, orang, dsb). Permainan seperti ini juga
sekaligus memperkenalkan anak dengan bermacam bentuk
yang terdapat di dunia nyata ini.
MEMBACAKAN ANAK CERITA
Orang tua dituntut harus mau memperkenalkan buku kepada
anak sejak dini (sejak lahir). Saat yang paling mudah untuk
menanamkan kebiasaan membaca kepada anak adalah
ketika anak-anak masih belum bisa protes, yaitu waktu
masih bayi bahkan sejak masih dalam kandungan.
81. 80
Jika kita mau membacakan cerita kepada bayi setiap malam
secara rutin, maka acara tersebut akan menjadi sesuatu
Ritual yang dinantikan oleh anak. Membacakan cerita
kepada bayi juga menumbuhkan Curious (Rasa Keingin-
tahuan) pada anak.
Ketika bayi semakin besar, sudah bisa duduk dipangkuan
orang tuanya, bisa meraba buku dan dapat merasakan kasih
sayang ayah/ibu ketika sedang dibacakan buku cerita, saat
itulah anak akan merasa senang dan nyaman, seolah-olah
dengan buku membuatnya aman dan terlindung. Keadaan
seperti ini oleh para ahli disebut sebagai Neuro Association.
Nah, perasaan ini akan terbawa kelak sampai dewasa
sehingga akan menjadi suatu kebiasaan dan kebutuhan rutin
akan bahan-bahan bacaan yang berguna, sehingga anak
tidak lagi Alergi dan Phobia (Takut) dengan yang namanya
buku karena buku sudah menjadi teman yang
menyenangkan baginya.
Penumbuhan kebiasaan membaca pada anak-anak kita juga
untuk mengimbangi dampak negatif yang ditimbulkan
Televisi yang pada akhir-akhir ini jumlahnya semakin
bertambah dan semakin marak acara-acaranya.
82. 81
DAMPAK NEGATIF yang dapat ditimbulkan Televisi (TV)
terhadap anak-anak, adalah :
VVIISSUUAALL LLAAZZIINNEESSSS
Biasanya warna-warna yang dipancarkan TV sangat
indah dan menarik untuk dilihat anak dan ketika anak-
anak harus berhadapan dengan buku-buku sekolah yang
tulisannya hitam-putih, kecil-kecil dan tidak ada
gambarnya maka anak tidak akan tertarik untuk
membacanya apalagi untuk mempelajarinya. Akibatnya
anak akan menjadi malas belajar karena tidak suka
membaca buku.
MMEENNTTAALL LLAAZZIINNEESSSS
Jalan cerita pada film-film atau cerita-cerita yang
ditayangkan TV pada umumnya mudah ditebak, yaitu
antara yang baik dan yang buruk, mula-mula yang baik
kalah tapi pada akhir cerita yang baik dapat dipastikan
akan selalu menang. Begitu seterusnya setiap film atau
cerita yang ditayangkan. Dengan tema yang ringan dan
sederhana seperti itu, anak akan tidak terbiasa berpikir
kompleks. Akibatnya problem anak baru akan muncul
83. 82
ketika anak harus masuk sekolah dan ia harus mulai
berpikir tidak hanya yang sifatnya sederhana saja tetapi
juga yang kompleks dan rumit.
Dengan demikian dapat kita bayangkan apa yang akan
terjadi pada anak jika 5 tahun pertama hidupnya hanya
dihabiskan untuk menonton TV, anak akan mendapat
banyak kesulitan yang biasanya orang tua tidak mengetahui
dan menyadari penyebabnya tersebut. Dimana selanjutnya
tanggapan anak terhadap orang tuanya atas hasil yang tidak
memuaskan orang tua tersebut membuat kesan seolah-olah
orang tuanya tidak memperhatikan dan menyayangi anak.
Sebagai kompensasinya mulailah anak melakukan hal-hal
yang negatif untuk menarik perhatian orang tuanya.
MMEEMMEELLIIHHAARRAA RRAASSAA KKEEIINNGGIINN--TTAAHHUUAANN AANNAAKK
Semua anak secara universal (secara umum) suka sekali
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, demikian juga anak-
anak di Indonesia. Tapi begitu mereka dewasa, kita melihat
ada perbedaan antara orang-orang di negara kita dengan di
negara-negara Barat pada umumnya, dimana orang-orang
kita kebanyakan tidak suka bertanya atau lebih suka diam,
84. 83
sebaliknya orang-orang di sana rasa keingin-tahuan mereka
sangat tinggi.
AAppaa yyaanngg tteerrjjaaddii sseebbeennaarrnnyyaa ??
Para ahli mengatakan bahwa di otak kita ada Neuro
Pathway, dimana salah satu bagiannya disebut Asking Path
(Bagian Bertanya atau Keingin-tahuan). Yang terjadi di
negara-negara Barat bila anak-anak mereka bertanya orang
tuanya akan selalu menjawab dengan jawaban yang
memuaskan anak karena pada umumnya orang tua di sana
suka/gemar membaca. Tiap kali anak bertanya, akan
dijawab, bertanya lagi dijawab lagi, begitu seterusnya,
akibatnya Neuro Pathway mereka semakin kuat. Lain halnya
dengan di sini, bila anak bertanya orang tua biasanya tidak
memberikan jawaban yang memuaskan anak bahkan sering
kali jawaban yang salah, karena umumnya orang tua di sini
kurang suka membaca sehingga pengetahuannya juga
kurang. Kadangkala anak yang selalu bertanya sering
dikatakan “cerewet” bahkan sering dimarahi orang tuanya,
akhirnya anak akan enggan bertanya lagi karena rasa
keingin-tahuannya telah dipadamkan dengan julukan
“cerewet” tadi, akibatnya Neuro Pathway yang terjadi
85. 84
semakin melemah dan menciut, akhirnya rasa keingin-
tahuan anak akan hilang.
Seyogianya bila anak-anak kita bertanya, kita seharusnya
menjawab dengan jawaban yang benar dan bisa dipahami
oleh anak. Jangan kita sekali-kali menjawab “sekenanya”
karena akan berakibat fatal. Jawaban yang “asal-asalan”
tersebut akan terus tertanam di memori si anak sehingga
nantinya bila ia ditanya hal yang sama oleh gurunya atau
oleh orang lain maka ia akan menjawab seperti itu juga.
Sebagai orang tua, kita harus selalu menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan anak dan memanfaatkannya
sebagai suatu “ajang belajar” bagi anak. Bila kita tidak tahu
jawaban dari pertanyaan anak, kita harus “fair” dengan
mengatakan bahwa : “Papa/Mama tidak tahu, nanti
Papa/Mama cari dulu ya jawabannya di buku anu...”. Dengan
demikian anak akan tahu bahwa tidak semua orang pintar,
dan disitulah pentingnya buku-buku bacaan untuk menjawab
pertanyaan ataupun untuk menambah pengetahuan…..
86. 85
KKAAPPAALL YYAANNGG BBEERRNNAAMMAA PPEERRUUSSAAHHAAAANN,,
NNAAKKHHOODDAA YYAANNGG BBEERRNNAAMMAA TTOOPP MMAANNAAGGEEMMEENNTT
Dunia usaha selalu saja memberi “ujian” setiap hari bahkan
setiap waktu kepada Top Management perusahaan.
Penyelenggaraan ujian ini akan terus berlangsung. Soal-soal
ujian yang harus dipecahkan adalah : suasana kerja yang
tidak kondusif, motivasi kerja yang menurun, isyu-isyu
menyesatkan yang justru dianggap benar oleh karyawan,
serta penentuan skala prioritas mana yang hendak
didahulukan. Sekarang tinggal bagaimana Top Management
tersebut menjawab soal-soal ujiannya. Sebagian besar dari
mereka berhasil menyelesaikannya dengan baik dan benar,
namun sebagian lagi mereka justru gagal sebelum
memulainya.
87. 86
Dalam menjawab persoalan ini, top management harus lebih
banyak berperan aktif dalam mendorong kepuasan, motivasi
serta semangat kerja para karyawannya. Tugas ini tidak
cukup hanya diembankan kepada Departemen / Divisi HRD
saja (biasanya ke atas pundak HRD Manager / Training
Manager). Akan tetapi di sisi lain, top management sebagai
pengambil keputusan puncak yang amat significant justru
mempunyai kepentingan yang sangat besar dalam melihat
masalah ini dengan lebih komprehensif dan jernih.
Di semua organisasi usaha atau bisnis sepatutnya terdapat
kesepakatan yang tidak tertulis yang wajib dipahami pihak
manajemen dan para karyawannya bahwa : “Pekerja harus
dinilai sebagai Subyek bukannya Obyek (apalagi Obyek
Penderita – obyek yang selalu menderita)”. Para karyawan
seharusnya lebih diperlakukan sebagai Partner & Kolega
(apalagi sebagai Asset) dalam mencapai semua tujuan
perusahaan secara bersama-sama. Para Karyawan
bukanlah alat ataupun sarana dari Pemilik Modal untuk
mencapai Tujuan Pribadi Pengusaha semata-mata, tetapi
lebih kepada Tujuan Bersama (togetherness goal), dengan
demikian akan terjadi apa yang disebut sebagai “Simbiosis
Mutualisme” (=suatu kerjasama saling menguntungkan).
88. 87
Kita semua sepakat bahwa peran pemilik modal sangatlah
penting. Tanpa pengusaha tidak akan ada yang namanya
karyawan. Satu orang pengusaha dapat merekrut ratusan
bahkan ribuan karyawan, tetapi sebaliknya ribuan karyawan
tersebut belum tentu melahirkan satu orang pengusaha
sekalipun. Sebenarnya menjadi seorang pengusaha adalah
Anugerah dari Tuhan dan merupakan Kepercayaan (Trust)
yang diberikan Tuhan untuk menggantungkan nasib para
karyawannya kepada Sang Pengusaha tersebut sebagai
suatu amanat yang harus diemban dan dilaksanakan dengan
baik dan direstui Tuhannya.
Pada hakekatnya para karyawan, manager dan top
management merupakan “bagian penting yang permanen” (=
significantly permanent parties) di dalam suatu perusahaan.
Disebut permanen karena keberadaan mereka yang selalu
eksis dalam satu “kapal” yang sama, yang notabene harus
mempunyai tujuan yang sama pula. Baik karyawan, manager
maupun top management masing-masing mempunyai andil
dalam membuat kapal tersebut “karam / tenggelam”. Kondisi
kapal sangat berdampak bagi kelangsungan hidup
ketiganya. Namun yang perlu diingat, tidak semua
penumpangnya mempunyai kemampuan renang yang sama.
89. 88
Yang kemampuan renangnya minim akan ikut tenggelam
bersama kapal, tetapi yang keahlian renangnya tinggi akan
selamat bahkan mungkin akan mampu menemukan kapal
baru yang lebih besar, megah dan nyaman di tengah laut
guna melanjutkan perjalanan.
Oleh karena itu, ketiganya (karyawan, manager dan top
management) haruslah dapat bekerjasama dengan baik dan
terpadu melalui keahliannya masing-masing tanpa adanya
campur tangan yang terlalu intens (deeply-intervention) dari
masing-masing pihak dalam melaksanakan keahliannya.
Karena dengan adanya campur tangan yang terlalu “intens”
melebihi kompetensi areanya tersebut akan menyulitkan
masing-masing pihak untuk melaksanakan dan
mengembangkan keahliannya masing-masing.
Namun paradoksal dengan campur tangan tadi, di sisi lain
top management perlu menumbuhkan iklim yang kondusif
bagi tiap-tiap penumpang kapal itu untuk mau dan mampu
memberikan pendapat (opinions) serta saran/gagasan
(ideas) yang konstruktif untuk mengantisipasi “kekaburan
pandangan ke depan” (=Unclearly Vision) dari Nakhoda
(bacanya: top management) kapal tersebut. Iklim yang
90. 89
kondusif tadi diperlukan guna mendorong “keaneka-
ragaman” pandangan yang bertujuan mencari solusi terbaik
demi pencapaian tujuan akhir perjalanan kapal tersebut
dengan lebih cepat dan efisien. Atribut “keaneka-ragaman”
ini jangan malah di-indikasikan sebagai ancaman dari dalam
(internal threat) tetapi sebaliknya dan sebaiknya harus
dianggap sebagai kesempatan dari dalam (internal
opportunity) guna mengangkat ke permukaan hal-hal yang
bersifat positif demi menjaga dan meningkatkan solidaritas
dalam menempuh perjalanan panjang “pelayaran” secara
bersama-sama.
Bila saja kita mau melakukan “benchmarking” (=studi
banding) dengan melihat organisasi-organisasi bisnis kelas
dunia dari mancanegara, maka perhatikan dan amatilah
Perusahaan-perusahaan Jepang, dimana mulai dari proses
perekrutan SDM-nya sampai kepada pemberian
kompensasinya selalu didasarkan pada konsep : “Karyawan
atau Pekerja adalah “Mesin Kapal” yang harus dijaga dan
dipelihara dengan sebaik-baiknya”. Dengan menerapkan
konsep pemikiran yang demikian itu Perusahaan-
perusahaan Jepang tersebut mampu menumbuhkan
loyalitas, semangat dan motivasi kerja karyawannya pada
91. 90
batas-batas yang sangat optimum. Dengan bekal loyalitas,
semangat dan motivasi kerja karyawan yang sedemikian
rupa itu maka tidak ada sedikitpun rasa ragu di dalam
perusahaan-perusahaan Jepang tersebut untuk bersaing di
dunia bisnis internasional yang setiap saat selalu berubah
drastis, semakin kompetitif dan semakin kompleks. Karena
dengan loyalitas, semangat dan motivasi kerja yang tinggi
tersebut akan menumbuhkan kapabilitas yang tinggi pula.
Tidak soal apakah perusahaan kita sekarang ini masih
tergolong relatif kecil, muda atau bahkan masih dinilai sangat
konvensional, tetapi dengan loyalitas, semangat dan
motivasi kerja karyawan yang pasti akan menumbuhkan
kapabilitas maka slowly but sure kita akan mampu bersaing
dengan siapa saja, kapan saja dan dimana saja…Niscaya !!!
92. 91
KARYAWAN ASSET ATAU BEBAN ?
Bila dalam perusahaan ada wacana mengenai cost center
dan profit center, beberapa divisi tentu akan merasa sedikit
kecil hati karena dianggap sebagai cost center dan bukan
bread winner perusahaan, meskipun jasanya tidak sedikit.
Misalnya saja Divisi IT, yang hampir selalu eksis di setiap
perusahaan, biasanya dianggap sebagai "orang belakang"
karena kontribusinya tidak langsung terlihat dalam mencetak
keuntungan.
Bagaimana dengan Divisi Sumber Daya Manusia (SDM) ?
Jelas-jelas dalam neraca, cost terbesar dari perusahaan
adalah gaji karyawan. Bahkan tak jarang biaya SDM ini bisa
mencapai 65% dari keseluruhan biaya perusahaan.
Tentunya tidak mungkin biaya-biaya pengembangan SDM,
mulai dari gaji, biaya rekrutmen, biaya training dan fasilitas
karyawan dimasukan ke dalam profit center bukan ? Dengan
kondisi ini, di mana letak Human Resources Development
(HRD) ? Apakah lebih dipandang sebagai "beban" ?
Ataukah sudah berperan sebagai "pahlawan" penggerak
produktivitas ? Dengan besarnya biaya yang dikelola oleh
93. 92
Divisi HRD, kita tentu berharap divisi ini bisa secara nyata
memberi, bahkan melipat-gandakan "keuntungan" yang
telah dikeluarkan untuk kemajuan individu dan pertumbuhan
organisasi.
Di satu sisi, semua orang setuju bahwa "manusia adalah
aset terbesar perusahaan". Tanpa manusia, perusahaan
tidak akan jalan. Mari kita evaluasi, apakah Divisi HRD di
organisasi/perusahaan kita sudah diperlakukan sebagai
"pusat strategi" perusahaan ? Apakah perusahaan
meletakan kebijakan dan strategi pengembangan SDM di
atas strategi dan manuver lainnya ? Apakah dalam visi
kepemimpinan perusahaan sudah digambarkan tipe-tipe
manusia dan perilaku karyawannya untuk 10 tahun
mendatang ? Bagaimana bisa menjamin inovasi,
pengembangan keterampilan dan pengetahuan bila Divisi
HRD hanya dianggap sebagai divisi yang mengurusi
ketertiban, kedisiplinan, gaji dan kenaikan pangkat saja ?
Betapa kita sering mengalami, seseorang yang sedang
berada di ruang pelatihan "dipaksa" meninggalkan ruang
kelas karena suatu urusan yang "dianggap urgent"
menyangkut soal bisnis. Bukankah pelatihan juga sering
dianggap sebagai "upaya untuk menghabiskan budget di
94. 93
akhir tahun" dan bukan sebagai "upaya utama di awal
tahun" ? Kita juga bisa melihat bahwa "ketidak-mampuan"
manajer untuk melakukan coaching merupakan hal yang
sepele dan tidak dianggapsebagai hal yang krusial untuk
diperbaiki dibandingkan dengan menghasilkan angka
penjualan. Lalu, apa yang menyebabkan pernyataan dan
keyakinan bahwa "manusia adalah aset terbesar
perusahaan" itu sering tidak dibarengi dengan sikap
terhadap pengembangan SDMnya sendiri ?
Sudah banyak teori manajemen dan pemasaran yang
menekankan pentingnya penciptaan "value" dalam bisnis
bila kita tidak mau tergilas. Kita sendiri pasti juga menghargai
betapa hasil pemikiran yang sekarang sering disebut sebagai
"software" dihargai dengan mahal. Sepintar-pintarnya
komputer, kita sendiri sadar bahwa yang mengadakan
inovasi dan manuver baru tetaplah manusia (SDM) nya.
Berarti manusia adalah "value-producing asset" yang perlu
menjadi fokus bisnis dan bukan dianggap sebagai beban. Ini
tentu prinsip yang senantiasa perlu dipegang dan
diterjemahkan ke dalam strategi, sistem, prosedur, inisiatif
dan perilaku sehari-hari, tidak hanya oleh Divisi HRD, tetapi
juga oleh pimpinan (CEO) perusahaan dan para manajer.
95. 94
Kitapun perlu senantiasa mengecek dan mengevaluasi
apakah perusahaan dan Divisi HRD sudah berhasil
menciptakan "values" dari manusia-manusia yang ada di
dalamnya.
Kemampuan organisasi/perusahaan berkreasi untuk mencari
jalan yang "berbeda" dengan yang "biasa" hanya mungkin
dapat dilakukan oleh Para SDM yang "tidak biasa". Di
sinilah letak "pekerjaan" Divisi HRD. Para eksekutif di Divisi
HRD perlu tahu apa visi dan masa depan perusahaan serta
sekaligus perlu sering memantau perkembangan kondisi
manusianya di lapangan sehingga bisa membentuk dan
mengasahnya dalam organisasi/perusahaan. Eksekutif HRD
harus bisa membuktikan bahwa mereka benar-benar serius
menjadi "Strategic Partner yang paling utama" dari Top
Management perusahaan. Berpikir strategis ke masa depan
sekaligus menerjemahkan strategi ke dalam tindakan-
tindakan pengembangan yang efektif. Sudah tidak masanya
lagi Divisi HRD hanya berfokus mengurusi administrasi
kepersonaliaan saja. Divisi HRD harus diisi oleh orang-orang
yang profesional, potensial, ahli serta memiliki "passion"
terhadap "people development" dan juga bisnis, karena
para ahli human capital ini perlu me-"re-engineer" business
96. 95
process serta aktif mendengarkan aspirasi karyawan
sehingga komitmen kapabilitas karyawan dapat tersalurkan
dengan baik dan positif.
Bila ada karyawan yang bermasalah, baik itu kinerja maupun
sikap kerjanya, selalu yang ditunjuk paling bertanggung-
jawab terhadap masalah itu adalah Divisi HRD. Betapa
banyak orang yang masih berpandangan bahwa Divisi HRD
itu ibaratnya "Guru BP (=Bimbingan dan Penyuluhan)"
yang ada di sekolah menengah. Jika Divisi HRD masih
semata-mata harus "berkutat" untuk memberi rasa
"comfort" terhadap karyawan, maka bisa dipastikan
perusahaan akan "segera memanen" masalah, baik dari
segi moral maupun produktivitas, karena fungsi penting HRD
Modern yang utama tidak dijalankan. Perusahaan dan
karyawan perlu sadar bahwa Divisi HRD tidak hanya berpikir
"here & now" tetapi lebih jauh adalah "meramalkan"
kebutuhan manusia dalam rangka menjawab kebutuhan
bisnis dan tantangannya beberapa puluh tahun ke depannya.
Dengan demikian, yang diciptakan Divisi HRD bukan hanya
kekuatan SDM saja tetapi justru kekuatan intelektual dan
mental manusianya. Kita tentu semua tahu, menurut Dave
Ulrich (=salah seorang Pakar SDM), peran HRD yang perlu
97. 96
diperkuat di dalam organisasi/perusahaan adalah sebagai
"Change Leader" atau "Change Agent". Begitu juga HRD
sendiri harus bisa menggerakan dan menjalankan
perubahan di tubuhnya terlebih dahulu. Bila pada waktu-
waktu yang lalu manajemen bisa dipuaskan dengan
program-program pelatihan dan rekrutmen, sekarang ini
yang perlu dihasilkan adalah kekuatan hubungan
interpersonal dan spirit (motivasi) manusianya. Bila dulu
substansi yang digarap HRD adalah masalah kedisiplinan,
tunjangan dan remunerasi karyawan, di masa kini
tuntutannya adalah lebih kepada mengelola "mind-set" dan
"perspektif" karyawan. Tanpa adanya "breakthrough"
(=terobosan) dan cara-cara baru, mustahil peran ini bisa
dijalankan secara optimal. Bila Divisi Keuangan dianggap
sebagai "urat nadi" perusahaan, maka Divisi HRD sudah
selayaknya dianggap sebagai "otak" nya perusahaan, dan
bukan sebagai "beban tetap" perusahaan, sekiranya saja
kita mau bersikap sedikit arif dan bijaksana, serta jika saja
kita tahu betapa "crucial" dan "urgent" nya pengelolaan
Sumber Daya Manusia (SDM) di dalam suatu
organisasi/perusahaan dewasa ini. Semoga saja...
98. 97
MANAJEMEN
S T R E S S
Pada saat memberikan kuliah tentang Manajemen Stress,
Steven Covey mengangkat segelas air dan bertanya kepada
para siswanya: "Seberapa berat menurut anda kira-kira
segelas air ini?".
Para siswa menjawab mulai dari 200 gr sampai 500 gr. "Ini
bukanlah masalah berat absolutnya, tapi tergantung berapa
lama Anda memegangnya", kata Covey. "Jika saya
memegangnya selama 1 menit, tidak ada masalah. Jika saya
memegangnya selama 1 jam, lengan kanan saya akan sakit.
99. 98
Jika saya memegangnya selama 1 hari penuh, mungkin
anda harus memanggilkan ambulans untuk saya. Beratnya
sebenarnya sama, tapi semakin lama saya memegangnya,
maka bebannya akan semakin berat."
"Jika kita membawa beban kita terus menerus, lambat laun
kita tidak akan sanggup lagi membawanya. Beban itu akan
meningkat beratnya", lanjut Covey. "Apa yang harus kita
lakukan adalah meletakkan gelas tersebut, istirahat sejenak
sebelum mengangkatnya lagi".
Kita harus meninggalkan beban kita secara periodik, agar
kita dapat lebih segar dan mampu membawanya lagi. Jadi
sebelum pulang ke rumah dari pekerjaan sore ini, tinggalkan
beban pekerjaan. Jangan bawa pulang. Beban itu dapat
diambil lagi besok. Apapun beban yang ada di pundak Anda
hari ini, coba tinggalkan sejenak jika bisa. Setelah
beristirahat nanti dapat diambil lagi......
Hidup ini singkat, jadi cobalah menikmatinya dan
memanfaatkannya. Hal terindah dan terbaik di dunia ini tak
dapat dilihat, atau disentuh, tapi dapat dirasakan jauh
dengan indera dan perasaan di relung hati kita.
100. 99
KARYAWAN LAMA
DAN KARYAWAN BARU
Akhir-akhir ini Hani sering mengeluh. Pegawai baru itu
merasa kesal dengan sikap teman-teman di kantornya, yang
sering melimpahkan tugas mereka pada dirinya. Awalnya,
Hani merasa enjoy dengan „pelimpahan‟ tugas tersebut. Tapi
akhirnya dia keteteran.
Hani merasa teman-temannya bersikap seenaknya.
“Sebetulnya tidak masalah buat saya bekerja 10-12 jam
sehari. Tapi ini benar-benar mengganggu saya. Karena
mereka seenaknya melimpahkan pekerjaan yang
seharusnya mereka kerjakan sendiri kepada saya,”
keluhnya.
101. 100
Pada satu kesempatan, gadis muda itu mengambil sikap
tegas, dengan berterus terang, saat sebuah tugas
disodorkan pada dirinya. “Saya bilang, bahwa ada orang
yang dibayar untuk mengerjakan hal yang mereka minta dan
itu bukan saya!”
Akibatnya fatal. Rekan kerja Hani justru jengkel dengan kata-
katanya. Tak cuma balik memarahi, mereka bahkan
menjauhi gadis itu. Hani akhirnya stress sendiri. “Bagaimana
saya membuat batasan pada pekerjaan saya, tanpa
membuat orang marah pada saya?”, keluhnya.
„Perpeloncoan‟ memang bukan cuma terjadi di dunia sekolah
atau kampus. Pegawai baru pun acap menjadi korban
ploncoan dari karyawan yang lebih senior. Mungkin, apa
yang terjadi pada Hani, pelimpahan tugas, merupakan
bagian dari ploncoan yang keterusan. Dalam arti, mereka
jadi keranjingan memberikan tugas yang seharusnya
dikerjakan sendiri, tapi malah dilimpahkan kepada Hani.
Apa yang harus dilakukan, jika Anda juga menghadapi
situasi seperti ini ?
Memang menjengkelkan. Tapi jangan sampai „meledak‟.
102. 101
Anda juga tak perlu emosional saat menyatakan keberatan.
Ada saatnya Anda membiarkan mereka mengambil
keuntungan dari Anda. Dan sekarang, saatnya Anda
mengubah prilaku „merugikan‟ tersebut.
Mungkin Tips berikut bermanfaat untuk Anda :
1. Ketimbang Anda marah-marah dengan pelimpahan
tugas tersebut, sebaiknya Anda berterus terang, bahwa
Anda juga punya tugas sendiri. Mungkin Anda bisa
mengatakan, “Saya mengerti Anda butuh tugas ini
tengah hari nanti. Tapi saya mungkin baru bisa
menyelesaikannya jam dua siang. Karena ada proyek
lain yang harus saya kerjakan pagi ini.
2. Gunakan kata „saya‟. Kebanyakan orang cenderung
bersikap defensif jika kita menggunakan kata „kamu‟,
yang berkonotasi menuduh. Komunikasi akan terhenti
dan orang tersebut cenderung bersikap defensif
ketimbang menjadi pendengar. Cobalah untuk
menjelaskan, “Saya bersedia membantu semampu saya.
Tapi sejujurnya, saya hanya bisa menghandel tugas
saya hari ini. Saya percaya dia akan mau dan mampu
menolong Anda”.
103. 102
3. Jangan marah atau bersikap kasar. Menyindir orang lain
dengan mengeluarkan komentar kasar, sementara waktu
mungkin akan membuat Anda merasa lebih baik. Tapi itu
hanya sementara karena sikap Anda justru
memperburuk situasi yang memang tidak
menyenangkan tersebut.
4. Jangan memotong pembicaraan. Selain tidak sopan,
dampak yang diterima juga malah sebaliknya dari yang
diinginkan. Saat melakukan interupsi, mungkin Anda
berfikir bisa mengurangi atau mengakhiri pembicaraan.
Jadi sebaiknya tak perlu Anda lakukan.
5. Menjawab pertanyaan dengan penjelasan, bukan
menghakimi. Jangan memulai pertanyaan dengan
„Kenapa‟?. Karena, orang akan cenderung bersikap
defensif. Gunakan kalimat awal „Apa‟, „Siapa‟, „Di mana‟,
„Kapan‟ dan „Bagaimana‟ untuk memulai sebuah
pertanyaan.
Yakinlah, jika Anda mampu membuat diri Anda menjadi lebih
tegas, berbicara sesuai dengan fakta yang ada dan sopan,
orang akan lebih bersikap respek pada Anda.
104. 103
PEGAWAI HOTEL YANG SABAR
Beberapa bulan yang lalu di meja pemesanan kamar di
suatu hotel berbintang lima saya melihat suatu kejadian
yang menarik sekali untuk kita teladani, yakni bagaimana
seseorang menghadapi orang lain yang sedang penuh
dengan kemarahan dan emosi yang meledak-ledak.
Saat itu pukul 17:00 lebih sedikit, dan hotel sibuk
mendaftar tamu-tamu baru. Orang di depan saya
memberikan namanya kepada pegawai di belakang meja
dengan nada memerintah. Pegawai tersebut berkata :
"Ya, Tuan, kami sediakan satu kamar 'single' untuk
Anda".
"Single..!!!", bentak orang itu, "Saya memesan double",
kata orang itu.
Pegawai tersebut berkata dengan sopan : "Coba saya
periksa sebentar". Ia menarik permintaan pesanan tamu
dari arsip dan berkata : "Maaf Tuan, Telegram Anda
menyebutkan single. Saya akan senang sekali
105. 104
menempatkan Anda di kamar double, kalau memang ada.
Tetapi semua kamar double sudah penuh".
Tamu yg berang itu berkata : "Saya tidak peduli apa bunyi
kertas itu, saya mau kamar double".
Kemudian ia mulai bersikap "Anda-tau-siapa-saya…,"
diikuti dengan "Saya akan usahakan agar Anda dipecat !”.
Anda lihat saja nanti. Saya akan buat Anda dipecat".
Di bawah serangan gencar, pegawai muda tersebut
menyela : "Tuan, kami menyesal sekali, tetapi kami
bertindak berdasarkan instruksi Anda".
Akhirnya, sang tamu yg benar-benar marah itu berkata:
"Saya tidak akan mau tinggal di kamar yg terbagus di
hotel ini sekarang, manajemennya benar-benar buruk,"
katanya. Lalu ia pun keluar…
Saya menghampiri meja penerimaan tamu tersebut
sambil berpikir si pegawai pasti akan marah setelah baru
saja dimarahi habis-habisan. Tetapi, Wow…sebaliknya, ia
malah menyambut semua orang dengan salam yang
ramah sekali "Selamat malam…”.
106. 105
Ketika ia mengerjakan pekerjaan rutin dalam mengatur
kamar untuk saya, saya sempat berkata kepadanya :
"Saya mengagumi cara-cara Anda mengendalikan diri
tadi. Anda benar-benar sabar…".
"Ya, Tuan", katanya, "Saya tidak dapat marah kepada
orang seperti itu. Anda lihat, ia sebenarnya bukan marah
kepada saya. Saya Cuma korban pelampiasan
kemarahannya. Orang yang malang tadi mungkin baru
saja ribut dengan istrinya…, atau bisnisnya mungkin
sedang lesu…, atau barangkali ia merasa rendah diri…,
maka tadi adalah kesempatan emas untuk melampiaskan
semua kekesalannya".
Pegawai tadi menambahkan : "Pada dasarnya ia mungkin
orang yang sangat baik. Kebanyakan orang juga begitu..".
Sambil melangkah menuju lift, saya mengulang-ulang
perkataannya, "Pada dasarnya ia mungkin orang yg
sangat baik. Kebanyakan orang juga begitu…".
107. 106
LETAK KEKUATAN
Ada kekuatan di dalam cinta…,
Orang yang sanggup memberikan cinta adalah orang
yang kuat, karena ia bisa melindungi dan mengayomi
orang lain dengan tanpa pamrih…
Ada kekuatan dalam senyum yang tulus…,
Orang yang tersenyum tulus adalah orang yang kuat,
karena ia tak pernah bisa dibuat susah oleh orang lain…
108. 107
Ada kekuatan dalam kedamaian diri…,
Orang yang dirinya penuh damai adalah orang yang kuat,
karena ia tak pernah dapat diperangi oleh siapapun dan
dimanapun…
Ada kekuatan di dalam kesabaran…,
Orang yang sabar adalah orang yang kuat karena ia
sanggup menanggung segala beban dan derita tanpa
merasa terbebani dan tersakiti…
Ada kekuatan di dalam kemurahan hati…,
Orang yang murah hati adalah orang yang kuat karena ia
tak pernah merasa kekurangan dalam kemiskinan untuk
memberi kepada sesama…
Ada kekuatan di dalam kebaikan…,
Orang yang baik adalah orang yang kuat karena ia
mampu menahan diri untuk tidak berbuat dzolim…
Ada kekuatan di dalam kesetiaan…,
Orang yang setia adalah orang yang kuat karena ia
mampu mengalahkan nafsu untuk berlaku serong…
109. 108
Ada kekuatan di dalam kelemah-lembutan…,
Orang yang lemah lembut adalah orang yang kuat karena
ia bisa menahan diri untuk tidak membalas dendam...
Ada kekuatan di dalam kejujuran…,
Orang yang jujur adalah orang yang kuat karena ia bisa
mengendalikan diri dari segala nafsu keduniawian…
110. 109
MMAATTEERRIIAALLIISSMMEE && HHEEDDOONNIISSMMEE
Di era globalisasi dewasa ini yang ditandai dengan makin
ketatnya persaingan di segala aspek kehidupan, merupakan
suatu realitas yang tak dapat dipungkiri dan tak mungkin
dihindari oleh setiap orang yang hidup di zaman ini.
Kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi, lebih-lebih
media elektronik telah menawarkan suatu gagasan baru ke
seluruh dunia tanpa memperhitungkan dampak-dampak
negatif yang dapat ditimbulkannya terhadap norma-norma
agama dan moral manusia. Promosi bertubi-tubi yang
dilancarkan oleh berbagai media massa telah menawarkan
kenikmatan hidup dengan gaya modern, konsumtif dan jet-
set (kemewahan).
Gaya hidup yang dituntut dan dikejar oleh hampir setiap
orang sebagai pelaku kehidupan modern adalah kehidupan
yang bebas tanpa batas, baik batas etika kesopanan, moral
maupun kemanusiaan. Roda kehidupan dipacu dengan
akselerasi tinggi sehingga menjadi cepat panas, begitupun
juga ketatnya dunia kompetisi, khususnya di bidang ekonomi
dan prinsip-prinsip pemenuhan kebutuhan serta keinginan
111. 110
manusia, telah memaksa manusia kini tidak lagi berperilaku
manusiawi tetapi “eksploitasi manusia atas manusia lain”
atau dengan cara semau gue (seenaknya sendiri).
Bagi banyak orang, mencari rezeki yang halal dan baik
nyaris dianggap sesuatu pekerjaan yang sia-sia. Adanya
peluang untuk korupsi, kolusi, manipulasi dan sejenisnya
yang berseliweran di depan hidung, benar-benar membuat
mata mereka menjadi “silau”. Rangsangan manipulasi dan
kolusi itu menjadi “klop” manakala kita melihat keadaan
ekonomi yang semakin sulit dan tingkat pengangguran yang
semakin tinggi akhir-akhir ini. Susahnya mencari pekerjaan,
harga barang-barang kebutuhan yang terus melambung
serta gaya hidup yang semakin men-jetset hingga membuat
kebanyakan manusia jadi lupa diri, tabrak sana tabrak sini
tanpa memperdulikan norma agama, yang penting uang bisa
didapat dengan mudah walupun harus dengan cara yang
kotor dan keji.
Keadaan seperti ini sesuai dengan apa yang telah disyairkan
oleh seorang penyair muda di zaman dahulu yang bernama
Thorofah bin Al-‟Abdi : “Apabila anda tak dapat memuaskan
keinginanku, biarlah aku memenuhinya dengan seenakku
112. 111
sendiri, orang akan memuaskan nafsunya selama hidup.
Setelah mati nanti anda akan tahu bahwa kita semua haus !”.
Manusia yang menyatakan dirinya “modern” sebagian besar
pastilah menjadi pengikut aliran ini walaupun tidak dengan
terang-terangan memproklamirkan dirinya, kecuali orang-
orang yang diperliharakan Tuhan dari padanya.
Apabila diingatkan, baik dengan teguran-teguran yang
bersifat religius maupun yang masuk akal (make-sense),
sungguh yang keluar dari bibir mereka adalah kata-kata
apologi (pembelaan) “Jangankan cari rejeki yang halal, yang
haram saja susah !”, begitu sering dilontarkan. Hidup dinilai
hanya untuk saat ini saja, mereka tidak lagi mengingat
kehidupan masa depan yang bersifat kekal dan abadi.
Orang-orang itu hanya menghargai kekayaan dan
kemewahan dengan segala yang berhubungan dengan
kehinaan dan kerendahan moral. Mereka akan mencela
orang yang tidak ikut berkecimpung dalam perebutan materi
tersebut betapapun orang itu berkepribadian luhur, memiliki
integritas, baik budi dan berwatak mulia.
113. 112
Salah seorang penyair Arab pernah berkata : “DikutukTuhan
seorang budak yang cita-cita dan tujuan hidupnya hanya
untuk mencari sandang dan pangan saja”.
Bagaimana kiranya (kita tak mampu membayangkan)
andaikata penyair tersebut masih tetap hidup di zaman
sekarang, dimana ia melihat terlalu banyak orang-orang
yang berlomba dan “berjibaku” untuk tidak hanya sekedar
memenuhi sandang pangan saja tetapi lebih kepada
pemenuhan kebutuhan “kemewahan” walaupun itu
dilakukannya dengan cara yang kotor dan menjijikan…
Adalah seorang sarjana yang bekerja pada Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud), ia seorang yang
pintar dan mempunyai talenta dalam dunia ilmu dan
penelitian ilmiah yang banyak berguna bagi kemanusiaan,
serta ia telah banyak menulis artikel-artikel yang sangat
bermanfaat bagi ilmu pengetahuan di majalah-majalah ilmiah
populer. Namun pada akhirnya iapun pindah ke Departemen
Penerangan dan berganti profesi sebagai penyiar. Ketika
ditanyakan apa sebabnya ia berganti haluan, maka ia
menjawab : “Karena pekerjaan yang baru memberikan gaji
dan pendapatan yang lebih besar dan lebih menjanjikan…”.
114. 113
Ironisnya, seorang pemuka agama yang sangat dikagumi
dan telah berhasil menyusun sebuah buku agama yang
sangat kondang hingga memperoleh penghargaan dari Para
Pemuka Agama lainnya dan umatnya, tapi tiba-tiba iapun
pindah ke Departemen Luar Negeri menjadi interpreter
(penerjemah) bahasa Arab demi mengejar tambahan gaji
yang lebih besar.
Ini semua mengindikasikan bahwa materi berada di atas
segala-galanya dan telah menjadi sesuatu yang menentukan
tujuan hidup sehingga mempengaruhi cara berpikir dan
bertindak secara total, bukan lagi sebagai sarana dan alat
untuk mencapai tujuan hidup tersebut.
Begitupun bila kemaksiatan sudah menjadi suatu kebiasaan
(bahkan sudah menjadi suatu kenikmatan), apalagi kalau
bukan apologi (pembelaan) dan legitimasi (pembenaran)
yang menjadi andalan. Sederet kata-kata yang menjijikan
pun akan meluncur dengan deras dan fasih-nya dari bibir
mereka yang secara otomatis menjadi pandai bertutur bak
tukang obat kaki lima di pinggir jalan. “Saya „kan hanya
menerima pemberian orang...Lagi pula saya tidak memaksa
115. 114
khok...! Yaa..,saya kan cuma sedikit, lihat tuh babe-babe kita
dapatnya lebih banyak”. Dan ketika diingatkan bahwa hal itu
salah dan haram dengan dalil : “Orang yang menyogok dan
yang disogok, dua-duanya masuk Neraka”. Mereka
menjawab lagi :”Tapi saya berbuat demikian „kan untuk
menafkahkan anak-isteri ..., bukankah menafkahkan
keluarga juga termasuk perbuatan terpuji… ?”.
Manusia-manusia yang telah diserang penyakit “Tergila-gila
pada Dunia (World-Obses)”, mula-mula hanya ikut
menikmati, makin lama makin menjadi, pada akhirnya
menjadi ideologi yang akan dibela sampai mati. Mereka
hanya berorientasi kepada uang, peluang, dan senang-
senang. Inilah sekelumit gaya hidup hedonisme (hanya
mencari kesenangan duniawi saja) dan materialisme (hanya
mementingkan materi semata) yang tengah melanda
masyarakat kita dan orang-orang yang hidup di awal abad
ke-21 ini. Maka bila hal ini tidak disadari dan diwaspadai
akan menjerumuskan kita kepada Sumber Daya Manusia
yang Dehumanis, Apatis dan Hedonis.
Manusia seperti itulah yang diejek oleh Tuhan dalam
FirmanNya : “Dan kalau Kami kehendaki, sesungguhnya
116. 115
Kami tinggikan derajat mereka dengan ayat-ayat itu, tetapi
mereka cenderung kepada dunia dan hawa nafsunya yang
rendah, maka perumpamaannya adalah seperti anjing, yang
jikalau kamu menghalau, diulurkan lidahnya, dan jikalau
kamu membiarkan, maka diulurkanlah juga lidahnya.
Mereka menganggap “kemanusiaan” adalah suatu komoditi
yang tak diperlukan lagi. Mereka berteriak-teriak : “Jangan
pikirkan hari esok, hidup cuma untuk hari ini, jangan
pedulikan orang lain, yang penting perkuat diri. Jadikan
dirimu populer meskipun dirimu bodoh dan biarkan mereka
berduyun-duyun bersimpuh dalam tali sepatu kekayaan dan
kekuasaanmu”. Itulah gaya hidup para wajah dunia
materialistik.
Mereka lupa bahwa ada kehidupan kekal sesudah mati,
sebagaimana disinyalir dalam Kitab Suci : “Dan mereka
berkata, “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di
dunia saja, kita mati dan kita hidup tidak ada yang
membinasakan kita selain waktu”. Sesungguhnya mereka
sekali-kali tidak mengetahui pengetahuan tentang itu,
mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja”.
117. 116
Seseorang yang memiliki kepribadian luhur sepatutnya
adalah manusia-manusia yang diperhitungkan dan dihormati,
baik integritasnya, profesionalismenya, maupun ketajaman
akal-budi dan rohaninya, dan bukanlah orang-orang yang
acap kali membuat kerusakan dan keonaran di mana-mana.
Kekayaan dan kekuasaan penting bagi seseorang yang
hidup di dunia guna mendukung kemanusiaan dan
membangun kehormatan yang hakiki serta menjadi senjata
untuk menundukkan kebodohan dan kekejaman dunia ini,
bukan sekedar untuk kepentingan orang per-orang ataupun
segolongan, tapi lebih kepada kepentingan seluruh umat
manusia di dunia di manapun adanya tanpa terkecuali.
Akhir kata..., penulis berpesan kepada diri sendiri dan
kepada Para Pembaca Yang Budiman semoga kita semua
dihindarkan dan dijauhkan dari hal-hal ataupun sifat-sifat
buruk yang telah dikemukan di atas, begitu juga keturunan
kita, sanak dan saudara serta kerabat dekat kita. Amiieeen...