SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 22
Proposal
PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK BERKEBUTUHAN
KHUSUS (ABK) DI SD 33 PANGKALPINANG
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memenuhi Mata Kuliah
Praktik Penelitian Bimbingan Konseling Pendidikan Islam
Semester V
Di Susun
Oleh: Septian Budi Utomo (1715030)
Dosen Pengampu : Nikmarijal M.Pd.
Program Studi Bimbingan Konseling Pendidikan Islam
Fakultas Tarbiyah
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK
TAHUN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penanganan di sekolah Inklusi tidak hanya dilakukan pada anak dalam
kondisi normal, baik secara fisik maupun kondisi mentalnya, namun juga dapat
dilakukan pada anak yang memiliki kelemahan atau ganguan-gangguan tertentu,
seperti intelegensi, mental, fisik, sosial, maupun emosinya,`yakni sering di sebut
dengan Anak berkebutuhan khusus (ABK). Meski demikian, Anak berkebutuhan
khusus juga mempunyai hak yang sama untuk dapat berinteraksi dengan
lingkungan sosialnya, serta mengeksplorasi kemampuan yang dimilikinya.
Di Indonesia sendiri praktik penyelengaraan pendidikan bagi anak berkebutuhan
khusus (ABK) telah dimulai sejak tahun 1901 oleh lembaga-lembaga sosial
masyarkat maupun kelompok keagamaan. Pemerintah baru mengambil peran
secara nyata yakni sekitar tahun1980-an dalam bentuk pendirian sekolah dasar
luar biasa (SLDB) dimana anak berkebutuhan khusus (ABK) dididk dalam satu
sekolah namun mereka masih terpisah dari anak normal.1 Selain itu penanganan
Anak berkebutuhan khusus (ABK) sanat penting dilakukan,2 semakin dini
penanganan maka semakin rendah resiko anak terkena seperti sekolah atau tempat
terapi untuk selalu dapat memantau perkembangan gangguan. Dalam menangani
1 Budiyanto,pengantarpendidikan inklusif,jakarta;prenadamedia Grup;2017. hlm 1
2 Dieni Laylatul Zakia, ‘Guru Pembimbing Khusus (GPK): Pilar Pendidikan Inklusi’,
Prosiding Ilmu Pendidikan,vol. 1, no. 2 (2015).
anak berkebutuhan khusus (ABK) peran keluarga, terutama orang tua,pihak
sekolah dan lingkungan sangat diperlukan3. Hal yang semestinya dilakukan yakni
membeikan perhatian, pendidikan atau bekerja sama dengan pihak lain
Banyak Anak berkebutuhan khusus (ABK) yang tak mendapatkan dukungan
secara optimal dari anggota keluarga4, sekolah, teman bermain atau dukungan dari
instansi-instansi terkait dalam menunjang untuk melihat perkembangan apa saja
yang di alami anak tersebut. penerimanaan orang tua terhadap anak berkebutuhan
khusus (ABK) yang dinilai merupakan sebuah aib bagi keluarga tersebut sehingga
cenderung lebih memilih untuk mengisolasi dari lingkungan hingga tak
memberikan pendidikan pada anak berkebutuhan khusus.
United Nations of Educational, Scientific, and Cultural Organization
(UNESCO) memperkirakan bahwa sepertiga dari 75 juta anak di seluruh dunia
yang tidak bersekolah adalah penyandang disabilitas termasuk di indonesia yakni
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kemisikinan, minimnya sumber daya
manusia dan kurangnya penerimaanorangtua terhadap anak berkebutuhan khusus.5
Berdasarkan Data terakhir dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun
2017 menyebutkan bahwa jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia adalah
sebanyak 1,6 juta orang. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa lebih dari 1
juta anak berkebutuhan khusus (ABK) tak dapat memperoleh pendididkan yang
layak damn semestinya. Yakni dari 30 persen yang mendapatkan pendidikan
3 Tri Gunandi, merekapun bisa sukses,jakarta; penebarPlus;2011. Hlm 152
4 Gabriela Chrisnita Vani, Santoso Tri Raharjo, and Eva Nuriyah Hidayat, ‘Pengasuhan
(good parenting) bagi anak dengan disabilitas’, Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat,vol. 2, no. 1 (2015).
5 Edwardus Rudi Yano Dulu, gambaran penerimaan orangtua anak usia dini
berkebutuhan khususNusa Tenggara Timur,2014. Diakses dari:
http://www.ibe.unesco.org/National_Reports/ICE_2008/brazil_NR08.pada 16 sept 2019.
hanya 18 persen yang menerima pendidikan inklusi, baik dari SLB atau dari
sekolah inklusi itu sendiri.6
Adapun jumlah penyandang disabilitas di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
sebanyak 5601 orang. Jika dihitung 50 persen saja, berarti ada sekitar 2800 anak
penyandang disabilitas. Namun dari jumlah itu baru sebanyak 1277 orang yang
terlayani atau kurang lebih 45 persen yang mendapatkan pelayanan.7
Peran yang paling utama yakni terletak pada orang tua dimana
berkembang atau tidaknya Anak berkebutuhan khusus tak lepas dari seberapa
besar peran yang diberikan oleh orang tua terhadap anak berkebutuhan
khusus.Dalam pendekatan Istage Theory mengemukakan bahwa orang tua melalui
beberapa tahap setelah mengetahui bahwa mereka memiliki anak berkebutuhan
khusus, beberapa tahap ini sama dengan tahap yang dilalui oleh keluarga yang
kehilangan seseorang yang sangat dicintai karena meninggal. Tahap tersebut
ialah; shock dan terganggu, penolakan, kesedihan, kecemasan dan ketakutan,
marah dan akhirnya menyesuaikan diri.8
Dalam Al-Qur’an telah di jelaskan mengenai pentingnya kepedulian
terhadap keturunan anak adam.
Artinya: “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya
mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) nya. Oleh sebab itu, hendaklah
mereka bertaqwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan
tutur kata yang benar. (QS. An-Nisa: 9)”.9Eniyati, Sri, ‘Perancangan Sistem
6 Tika Anggreni Purba, 70 anak berkebutuhan khusus tak dapat pendidikan layak ,2019.
Di akses dari https://lifestyle.bisnis.com/read/20190326/236/904431/70-persen-anak-
berkebutuhan-khusus-tak-dapat-pendidikan-layak. 17 sept 2019.
7 Dinas kominfo, Gubernur berikan jaminan pendidikan anak berkebutuhan khusus,2015
diakses dari https://www.babelprov.go.id/content/gubernur-berikan-jaminan-pendidikan-anak-
berkebutuhan-khusus.pada 17 sept 2019.
8 Frieda Mangungsong, Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, Depok;
lembaga pengembangan sarana pengukuran dan pendidikan Psikologi, 2016. Hlm 163
9 Muhammad Zaki, ‘Perlindungan Anak dalam Perspektif Islam’, ASAS, vol. 6, no. 2
(2014).
Pendukung Pengambilan Keputusan untuk Penerimaan Beasiswa dengan
Metode SAW (Simple Additive Weighting)’, Dinamik, vol. 16, no. 2, 2011.
Vani, Gabriela Chrisnita, Santoso Tri Raharjo, and Eva Nuriyah Hidayat,
‘Pengasuhan (good parenting) bagi anak dengan disabilitas’, Prosiding
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, vol. 2, no. 1, 2015.
Yanhardi, Riko, PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SDLB PUTRA JAYA MALANG, University
of Muhammadiyah Malang, 2018.
Zaki, Muhammad, ‘Perlindungan Anak dalam Perspektif Islam’, ASAS, vol. 6, no.
2, 2014.
Zakia, Dieni Laylatul, ‘Guru Pembimbing Khusus (GPK): Pilar Pendidikan
Inklusi’, Prosiding Ilmu Pendidikan, vol. 1, no. 2, 2015.
Eniyati, Sri, ‘Perancangan Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan untuk
Penerimaan Beasiswa dengan Metode SAW (Simple Additive Weighting)’,
Dinamik, vol. 16, no. 2, 2011.
Vani, Gabriela Chrisnita, Santoso Tri Raharjo, and Eva Nuriyah Hidayat,
‘Pengasuhan (good parenting) bagi anak dengan disabilitas’, Prosiding
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, vol. 2, no. 1, 2015.
Yanhardi, Riko, PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SDLB PUTRA JAYA MALANG, University
of Muhammadiyah Malang, 2018.
Zaki, Muhammad, ‘Perlindungan Anak dalam Perspektif Islam’, ASAS, vol. 6, no.
2, 2014.
Zakia, Dieni Laylatul, ‘Guru Pembimbing Khusus (GPK): Pilar Pendidikan
Inklusi’, Prosiding Ilmu Pendidikan, vol. 1, no. 2, 2015.
Eniyati, Sri, ‘Perancangan Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan untuk
Penerimaan Beasiswa dengan Metode SAW (Simple Additive Weighting)’,
Dinamik, vol. 16, no. 2, 2011.
Faradina, Novira, ‘Penerimaan diri pada orang tua yang memiliki anak
berkebutuhan khusus’, Jurnal Elektronik Psikologi Universitas
Mulawarman, 2016.
Vani, Gabriela Chrisnita, Santoso Tri Raharjo, and Eva Nuriyah Hidayat,
‘Pengasuhan (good parenting) bagi anak dengan disabilitas’, Prosiding
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, vol. 2, no. 1, 2015.
Zaki, Muhammad, ‘Perlindungan Anak dalam Perspektif Islam’, ASAS, vol. 6, no.
2, 2014.
Zakia, Dieni Laylatul, ‘Guru Pembimbing Khusus (GPK): Pilar Pendidikan
Inklusi’, Prosiding Ilmu Pendidikan, vol. 1, no. 2, 2015.
Meski demikian, keperdulian terhadap anak berkebutuhan khusus (ABK)
bukan tidak hanya semata-mata menjadi tanggung jawab orang tua saja,
melainkan semua hal yang dapat membantu dalam memenuhi hak-hak dan segala
yang menyangkut proses perkembangan anak berkebutuhan khusus (ABK) juga
perlu di diperhatikan. Menurut Telford dan Sawrey dalam psikologi dan
pendidikan Anak berkebutuhan khusus menggelompokkan reaksi orang tua yakni;
mengatasi secara realistik masalah anak,menolak kecacatan anak, mengasihani
diri sendiri, perasaan Ambivalen terhadap kecacatan anak, proyeksi dan rasa
bersalah , malu dan deprsei.10 Tentunya setiap orang tua memiliki cara yang
berbeda-beda dalam memperlakukan anak berkebutuhan khusus, baik dari
gangguan ringan hingga pada gangguan yang berat dari berbagai jenis Anak
berkebutuhan khusus (ABK).
Di indonesia sendiri, masih banyak kasus yang terjadi terkait anak
berkebtuhan khusus seperti penelantaran, bullying, menjadi korban penganiayaan,
malpraktik, pelecehan seksual dan kasus-kasus lainnya yang bahkan banyak tak
terungkap ke ruang publik. Oleh karna itulah banyak pihak yang harus dilibatkan
dalam proses penanganan Anak berkebutuhan khusus (ABK), dimulai dari
keluarga, sekolah, lingkungan masyarakat maupun lembaga pemerintah dimana
kebutuhan akan sarana maupun prasarana masih banyak yang belum sesuai
dengan tingkat kebutuhan anak berkebutuhan khusus (ABK).
10 Frieda Mangungsong, Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, Depok;
lembaga pengembangan sarana pengukuran dan pendidikan Psikologi, 2016. Hlm 163
Pentingnya penelitian ini dilakukan untuk mengentahui bagaimana penerimaan
orang tua terhadap anak berkebutuhan khusus (ABK) di SD 33 PangkalPinang.
Sekolah Dasar 33 pangkalpinang sebagai penyelenggara sekolah berbasis
inklusi di pangkalpinang dimana terdapat banyak anak berkebutuhan khusus
(ABK) yang ditangani didalamnya telah menetapkan kriteria-kriteria anak yang
dapat diterima untuk dapat mendapatkan pendidikan, hal ini dilihat dari seberapa
berat gangguan yang dialami oleh anak berkebutuhan khusus (ABK), maupun
menyesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki tenaga pendidik dalam
menanggani anak (ABK). Dengan demikian diharapkan dapat memberikan
kontribusi besar dalam memberikan pelayanan terhadap anak berkebutuhan
khusus, terutama di kota pangkalpinang. Peran pemerintah daerah tentu memiliki
dampak yang cukup signifikan pula terhadap perkembangan anak berkebutuhan
khusus (ABK) dari kestersediaan tenaga ahli dalam mendampingi anak
berkebutuhan khusus(ABK), fasilitas-fasilitas yang memadai sehingga dapat
menciptakan lingkungan yang sehat bagi anak normal dan juga anak berkebutuhan
khusus (ABK) itu sendiri.
Untuk mengetahui secara pasti bagaimana penerimaaan lingkungan
terhadap anak berkebtuhan khusus serta dampak apa saja yang terjadi terkait hal
tersebut di Sekolah Dasar 33 pangkalPinang, Oleh karena itu peneliti merasa perlu
untuk melakukan penelitian mengenai ” penerimaan orang tua terhadap anak
berkebutuhan khusus (ABK) di SD 33 pangkal pinang” agar dapat mencapai
suatu tujuan yakni untuk memberikan hak-hak Anak berkdebutuhan khusussesuai
dalam menjalankan aktifitas sosialnya serta mengembangkan kemampuan yang
dimilikinya.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimanakah penerimaan orangtua terhdap anak (ABK) di SD 33
Pangkalpinang?
2. Apa pengaruh dari penerimaan orangtua terhadap Anak Berkebutuhan
Khusus terhadap tumbuh kembang anak (ABK)?
3. Faktor apa yang mempengaruhi penerimaan Terhadap anak berkebutuhan
khusus?
C.Tujuan penelitian
Sesuai dengan permasalahan diatas,maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah;
1. Dapat memahami manfaat dari penerimaan orangtua terhadap Anak
Berkebutuhan Khusus
2. Mengetahui seberapa besar penerimaan orangtua terhadap Anak
Berkebutuhan Khusus di kelas SD 33 Pangkalpinang
C. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Manfaat teoritis:
a. dapat menambah ilmu pengetahuan serta wawasan dari hasil penelitian yang
dilakukan secara langsung dan dapat diterapkan dalam studi kelimuan
seperti perguruan tinggi , khususnya dalam ilmu pendidikan dan secara
khusus yakni dalam bimbingan konseling.
b. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan, baik
secara umum atau secara khusus.
2. Manfaat praktis
a. Dengan melakukan pendekatan terhadap pihak-pihak terkait dinilai
sangat perlu dakarenakan dapat memberikan dampak terhadap anak
berkebutuhan khusus baik dari segi keilmuan, tenaga,sumberdaya manusia
maupun fasilitas penunjang untuk mengembangkan kemampaun-
kemampuan yang dimilikinya. serta dapat mendorong anak dalam
berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan bersosialisasi sebagaimana anak
normal biasanya Serta membimbing Anak berkdebutuhan khusus agar
tentang cara belahjar yang baik dan kegunaanya untuk kehidupan dunia dan
akhirat.
b. Penelitian ini dapat berguna sebagai masukan bagi para guru SD 33
Pangkalpinang dalam rangka memberikan pendidikan yang sesuai, adil dan
memberikan perhatian penuh terhadap anak didiknya.
c. Dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam perbaikan dalam
menangani masalah-masalah terhadap penerimaan terhadap anak
berkebutuhan khusus (ABK) khususnya di kota pangkalpinang.
d. Dengan adanya dukungan lingkungan, baik itu keluarga, teman bermain,
pihak sekolah dan instansi pemerintah dapat memicu dalam meningkatkan
perkembangan belajar sehingga anak (ABK) dapat menemukan dan
mengeksplor potensi dirinya, yaitu dengan meningkatnya prestasi, kreatif
dan mendapat hasil belajar yang memuaskan serta dapat berinteraksi sosial
dengan baik
e. Sebagai dokumen untuk penelitian lebih lanjut.
BAB II
PEMBAHASAN
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR ,PENGUJIAN HIPOTESIS
DAN TELAAH PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Penerimaan Orang Tua ( Parents Acceptance)
a. Pengertian Penerimaan Orang Tua ( Parents Acceptance)
Penerimaan diri menurut Hurlock adalah suatu tingkat kemampuan dan
keinginan individu untuk hidup dengan segala karakteristik dirinya .
Individu yang dapat menerima dirinya diartikan sebagai individu yang tidak
bermasalah dengan dirinya sendiri, yang tidak memiliki beban perasaan
terhadap diri sendiri sehingga individu lebih banyak memiliki kesempatan
untuk beradaptasi dengan lingkungan. Penerimaan orangtua yaitu suatu efek
psikologis dan perilaku dari orangtua pada anaknya seperti rasa sayang,
kelekatan, kepedulian, dukungan dan pengasuhan dimana orangtua tersebut
bisa merasakan dan mengekspresikan rasa sayang kepada anaknya.
Sedangkan menurut Carson dan Butcher menjelaskan bahwa
penerimaan diri adalah sejauh mana seseorang dapat menyadari dan
mengakui karakteristik pribadi dan menggunakannya dalam menjalani
kelangsungan hidupnya. Jadi dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa
penerimaan diri adalah suatu konsep dimana seseorang memahami akan
kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya dan menggunakan dalam
menjalani kehidupannya. Penerimaan orang tua yaitu suatu efek psikologis
dan perilaku dari orangtua pada anaknya seperti rasa sayang, kelekatan,
kepedulian dan dukungan.
b. Tahapan-tahapan penerimaan orang tua
Terdapat beberapa tahapan yang akan dilalui orangtua dalam teori
penerimaan (acceptance) menurut Kubbler Ross diantaranya mulai dari
tahap penolakan hingga mencapai tahap penerimaan melalui beberapa
tahap yang lain, yaitu dari tahap Penolakan (denial), tahap Marah (anger),
tahap Tawar-menawar (bargainning), Tahap Depresi (depression) hingga
masuk pada tahap Tahap Penerimaan (acceptance).
c. Aspek-aspek penerimaan orang tua
Orang tua tentu memiliki tantangan tersendiri ketika dikaruniai
anak yang tak seperti anak normal pada umunya, namun untuk dapat
menerima hal tersebut sebagaimana telah dikemukakan oleh sheerer
diman terdapat aspek-aspek dalam penerimaan orangtua yakni terdiri
dari; adanya Perasaan Sederajat, Percaya Kemapuan Diri, berani untuk
bertanggung Jawab, Orientasi Keluar Dir, Berpendirian, Menyadari
Keterbatasan yang ada serta Menerima Kemanusiaan11
d. Faktor-faktor yang memperngaruhi penerimaan orang tua
Penerimaan orangtua terhadap anak ditandai dengan adanya
perlakuan yang baik dengan memberikan perhatian yang besar pada anak
atau dengan barkasih sayang. Terdapat beberapa faktor penerimaan orang
tua yang di kemukakan oleh Hurlock yakni;
1) konsep anak idaman, yang didasarkan mengenai gambaran
anak yang ideal dan terbentuk sebelum kelahiran anak.
11 Novira Faradina,” PENERIMAAN DIRI PADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS, eJournal Psikologi”, Volume 4, Nomor 4, 2016, hal 389
2) Pengalaman awal dengan anak mewarnai sikap orang tua
terhadap anaknya.
3) menggunakan cara terbaik memperlakukan anak dengan
nilai budaya.
4) orang tua yang menyukai peran, merasa bahagia, dan
mempunyai penyesuaian yang baik terhadap perkawinan
maka akan mecerminkan penyesuaian yang baik pada anak,
melakukan perannya sebagai orang tua, maka sikap mereka
akan berbeda dengan yang merasa belum mampu atau ragu.
5) Kemampuan dan kemauan untuk menyesuaikan diri dengan
pola kehidupan yang berpusat pada keluarga.
Alasan memiliki anak. Apabila alasan memiliki anak untuk mempertahankan
perkawinan yang retak dan hal ini tidak berhasil maka sikap orang tua yang
menginginkan anak berkurang dibandingkan dengan sikap orang tua yang
menginginkan anak untuk memberikan kepuasan mereka dengan perkawinan
mereka. Cara anak bereaksi terhadap orang tuanya mempengaruhi sikap
orang tua terhadap anaknya.12
2. Pengertian Anak berkdebutuhan khusus(special need)
Kata (ABK) Sebenarnya telah mewakili semua anak yang mempunyai
penyimpangan dari anak normal, baik penyimpangan tersebut berupa fisik,
tingkah laku maupun kemampuan. Istilah yang lebih halus digunakanuntuk
menggambarkan setiap jenis penyimpangan , terutama yang penyimpanganya
di bawah normal, seperti tunanetra, tunarunggu, tunagrahita,tunadaksa, dan
tunalaras. Istilah-istilah ini meskipun menggambarkan kekurangan, tetapi
mengandung rasa bahasa yang dapat diterima.13 Selain itu Anak
12 Sri Eniyati, ‘Perancangan Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan untuk
Penerimaan Beasiswa dengan Metode SAW (Simple Additive Weighting)’, Dinamik, vol. 16, no.
2 (2011).
13 I.G.A.K. Wardani, penggantar Anak Berkebutuhan Khusus,tangerang 4. hlm
selatan;UnIversitas Terbuka,2014. Hlm 1.7
berkdebutuhan khususadalah anak yang dalam pendidikan memerlukan
pelayanan yang spesifik, berbeda dengan anak pada umumnya Anak
berkdebutuhan khususini menggalami hambatan dalam belajar dan
perkembangannya atau dengan kata lain anak dengan problema belajar.14
a. Tunanetra
Tunanetra berarti kurangnya penglihatan. Istilah ini dipakai untuk
mereka yang mengalami gangguan dengan fungsi penglihatannya
sehinga tidak dapat berfungsi dengan normal. Anak tuanetra
membutuhkan pelayanan secara khusus sehingga potensi yang
dimilikiny dapat brekrmbang secara optimal.15
b. Tunarungu
Istilah tunarunggu digunakan bagi mereka yang mengalami
gangguan pendengaran, mulai ringgan sampai berat. Gangguan ini
dapat terjadi dari sejak lahir atau pasca kelahiran. Adapun istilah lain
yang digunakan yakni sering di sebut dengan anak tuli. Dalam bahasa
inggiris sering disebut hearing impaired atau heraring disorder.16
c. Tunagrahita
Tunagrahita atau serig disebut dengan cacat mentaladalah
kemampuan mental dibawah normal. Tolok ukur yang sering
digiunakan biasanya ialah dengan mengukur tingkat kecerdasan atau
IQ. Anak tunagrahita juga dikelompokkan menjadi tiga, yakni
tunagrahita ringgan, sedang dan juga berat.17
d. Tunadaksa
Tunadaksa berarti cacat fisik, sehingga anak tersebut tidak dapat
menjalankan fungsi fisik dengan norma. adapun gangguan yang di
Laili S. Cahya, Adakah ABK Dikelasku, yogyakarta, Group Relasi Inti Media;2013.
hlm5
15 I.G.A.K. Wardani, pengantar pendidikan anak berkebutuhan khusus, Tangerang,
Universitas Terbuka;2014. hlm 1.9
16 Ibid. hlm 1.10
17 Ibid. hlm 1.12
alami seperti gangguan koordinasi, mobilitas, komunikasi, belajar dan
penyesuaian pribadi, oleh karena itu penyakit ini dapat dikelompokkan
anak yanmenderita epilepsy (ayan), cerabal palsy, gangguan tulang
belakang, gangguan pada tulang otot, serta yang mengalami amputasi.18
e. Tunalaras
Tunalaras (behavior disorder) sering dikelompokkan dengan
anak yang mengalami gangguan emosi (emotionally disturbance).
Yakni berupa gangguan perilaku, seperti suka menyakiti diri sendiri,
menyerang teman dan bentuk perilaku menyimpang lainnya. Termasuk
juga penderita autistik masuk dalam keompok ini dan juga seperti
attention deficit disorder (ADD), dan juga attention deficit hyperactive
disorder (ADHD).19 ADD adalah mereka yang kesulitan memusatkan
perhatian (tidak mampu memusatkan perhatian), sementara ADHD
ditandai dengan ketidakmampuan memusatkan perhatian dan juga
hiperaktif, tidak mau diam dan peru diwaspadai karena dapat
membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain.
f. Tunaganda
Penyandang tunaganda adalah orang yang memiliki lebih dari satu
jenis kelainan, misalnya tunanetra dan tunarunggu sekaligus atau
gangguan lainnya yang ada pada anak tersebut. Kemungkinan untuk
dapat bersekolah di SD biasa sangat kecil, maka akan lebih cocok untuk
berada di sekolah dengan penggelompokkan penyandang tunaganda
yang disebut SLB-G.20
g. Gangguan komnikasi
Gangguan komuniksasi merupakan gangguan yang terjadi dalam
memungkinkan seseorang dapat berkomunikasi untuk berinteraksi
dengan orang lain. Gangguan komunikasi terbagi menjadi dua yaitu
ganguan bicara (speech disorder dan leguage disorder) yang dapat
diseb(ABK)an oleh gangguan pendengaran yang terjadi sejak lahir atau
18 Ibid. hlm 1.12
19 Ibid. hlm 1.13
20 Ibid. hlm 1.14
kerusakan organ bicara seperti lidah yang terlalu pendek.21 Adapun
anak yang memiliki gangguan seperti anak yang gagap dalam berbicara
maka Anak-anak tersebut dapat dikolompokkan juga sebagai anak yang
menderita gangguan komunikasi, yang dalam PP. No. 17/2010 disebut
sebagai tunawicara.22
h. Anak kesulitan belajar
Anak berkesulitan belajar bukan karena kelainan yang diseritanya.
Pads umumnya anak ini memiliki tingkat kecerdasan yang normal,
namun tidak mampu mencapai prestasi karena kesulitan yang
dialaminya.23 Anak dengan ganguan seperti ini banyak ditemukan
disekolah-seholah pada umumnya dimana mereka memiliki kelebihan
di bidang tertentu namun biasanya tidak terlalu baik dalam bidang
akademik.
3. Penyebab munculnya kebutuhan khusus
Munculnya anak yang memiliki kelainan yang mengakibatkan ia
memerlukan bantuan khusu dalam pembelajaran dalam kehidupan sehari-
hari.24 Berdasarkan waktu terjadinya dan penyebab kelainan terbagi
menjadi tiga yakni;
a. Penyebab prenatal
Penyebab prenatal yakni penyebab yang beraksi sebelum kelahiran,
yakni pada waktu janin masih dalam kandungan. Hal ini terjadi
dikarenakan ada kemungkinan seorang ibu terserang virus, seperti
rubblla, mengalami trauma atau salah mengkonsumsi obat yang
kesemuanya berakibat bagi munculnya kelainan bayi.
21 Ibid. hlm 1.10
22 Ibid. hlm 1.11
23 Ibid. hlm 1.13
24 Ibid. hlm 1.20
b. Penyebab perinatal
Penyebab perinatal yaitu penyebab yang muncul pada saat atau
waktu proses kelahiran, seperti terjadinya benturan atau infeksi ketika
melahirkan, proses kelahiran dengan penyedototan atau pemberian
oksigen terlalu lama anak prematur.25
c. Penyebab postnatal
Penyebab postnatal, yaitu penyebab yang muncul atau tejadi setelah
kelahiran, seperti kecelakaan, jatuh atau terserang penyakit tertentu.
Penyebab tersebut dapat berpengaruh terhadap kondisi anak dimana
dapat merusak bagian-bagian tertentu pada tubuh seseorang yang
menyebkan terjadinya kelainan.
4. Konsep Pembentukan sikap
Menurut Bimo Walgito bahwa pembentukan dan perubahan sikap akan
ditentukan oleh dua faktor, yaitu;
a. Faktor Internal (individu itu sendiri), yaitu cara individu dalam
menanggapi dunia luarnya dengan selektif sehingga tidak semua yang
akan datang diterima atau ditolak.
b. Faktor Eksternal, yaitu keadaan-keadaan yang ada diluar individu yang
merupakan stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap.26
25 Ibid. Hlm 1.21
26 Riko Yanhardi, PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
DI SDLB PUTRA JAYA MALANG (University of Muhammadiyah Malang,2018).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Metode penelitian
A. Jenis Analisis Data
penelitian ini termasuk penelitian lapangan yang mengunakan metode
deskriptif kualitatif yaitu deskripsi atau gambaran yang faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta serta hubungan dengan masalah yang diteliti, metode
yang digunakan yakni menggunakan metode pengumpulan data dengan
menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Metode analisis
yang digunakan dalam proses analisis dimulai dengan menelaah seluruh data
dari berbagai sumber yang dilakukan di di SD 33 pangkal pinang tentang
penerimaan orang tua terhadap anak berkebutuhan khusus (ABK). Proses
belajar mengajar di SD Inklusi 33 pangkalpinang dan kondisi lingkungan
belajar dengan faktor-faktor pendukung terhadap proses belajar anak
berkebutuhan khusus dan orang tua anak (ABK) yang menjadi subjek dalam
penelitian ini dimana terdapat kemungkinan-kemungkinan setiap orang tua
dalam penerimaan anak (ABK) akan berbeda dan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, baik dari diri sendiri, gangguan yang terjadi pada anak (ABK), faktor
lingkungan atau penyebab lainnya yang kesemuaan itu akan dibuktikan ketika
peneliti benar-benar turun ke lapanan
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini berlokasi di SD 33 pangkal pinang di dasarkam atas
pertimbangan; karena di SD 33 pangkal pinang adalah Sekolah Dasar yang
mana sekolah tersebut adalah sekolah inklusi dimana terdapat anak
berkebutuhan khusus (ABK) yang mengikuti proses belajar bersamaan dengan
anak normal lainnya. Sehingga dapat mengetahui bagaimana penerimaan
orangtua yang mempunyai anak berkebutuhan khusus (ABK) tesebut.
3. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini, iniyang meliputi Instrumen adalah peneliti sendiri.oleh karena
itu peneliti sebagai instrumen harus melakukan suatu tindakan pembuktian dengan
cara yakni seberapa jauh peneliti siap melakukan penelitian dengan langsung
terjun ke lapangan. selanjutnya mengembangkan dalam rangka melengkapi berkas
penelitian.
4. Sampel Sumber Data
Sumber data utama pada penelitian ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya
adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Pada penelitian kali ini, yang
akan dijadikan sumber data utama adalah manusia yang dijadikan sebagai
informan. Karena digunakan di dalam lembaga pendidikan, yakni di SD 33
Pangkalpinang, maka informan pada penelitian ini yakni tenaga pendidik, kepala
sekolah dan orangtua sebagai sumber utama.
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting
(kondisi yang Alamiah),sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih
banyak pada observasi berperan serta, wawancara mendalam, dan dokumentsi.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan penelitian adalah:
c. Pengamatan Langsung
Dengan melakukan peninjauan langsung dengan responden untuk mendapatkan
informasi yang dibutuhkan.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan melakukan wawancara langsung dengan para
guru, kepala sekolah dan orangtua anak (ABK).
a. Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan melakukan penyelidikan
terhadap benda-benda tertulis, seperti buku, majalah, dokumen, peraturan-
peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya. Metode ini untuk
memperoleh data tentang letak geografis, sejarah singkat berdirinya sekolah
inklusi SD 33 Pangkalpinang, kegiatan-kegiatan dan partisipasi orangtua di
sekolah tersebut.
b. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah usaha konkret untuk membuat data tersebut bicara,
sebab berapapun jumlah data dan tingginya nilai data yang terkumpul sebagai
hasil dari pengumpulan data bila tidak disusun dan diolah secara sistematis, maka
data itu tetap akan menjadi data bisu yaitu data yang tidak berguna karena tidak
bisa dibaca dan dimengerti.
Metode analisis data yang digunakan oleh penulis adalah deskriptif kualitatif.
Analisis deskriptif kualitaif adalah cara analisis yang cenderung menggunakan
kata-kata untuk menjelaskan fenomena ataupun data yang didapatkan. Melalui
langkah pengumpulan data, menganalisa data dan menginterpretasi data yang ada
dengan metode induktif, yakni melakukan analisa berdasarkan data yang
diperoleh sehingga dapat ditarik kesimpulan.
1. Sistematika Pembahasan
Pada penelitian ini disususn dalam tiga bab sebagai acuan dalam berfikir,
adapun rancangan sistematika pembahasan proposal penelitian ini sebgai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi pendahuluan yang merupakan gambaran umum isi
penelitian yang terdiri dari : latarbelakang masalah, rumusan masalah,tujuan
penelitian,dan manfaat penelitian
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini berrisi tentang pengertian pengertian motivasi,macam,macam
motivasi,jenis motivasi dalam belajar,ciri-ciri motivasi,fungsi motivasi dalam
belajar,dan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar,kerangka
berpikir,hipotesis dan telaah pustaka
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang metode yang di ambil dalam penelitian, tempat
penelitian,instrumen penelitian dan sampel sumber data..
2. Daftar Pustaka
Budiyanto.2017. pengantar pendidikan inklusif,jakarta; Prenadamedia Grup
Tri Gunandi,2011. merekapun bisa sukses,jakarta; penebar Plus
Edwardus Rudi Yano Dulu, gambaran penerimaan orangtua anak usia dini
berkebutuhan khusus Nusa Tenggara Timur,2014:
http://www.ibe.unesco.org/National_Reports/ICE_2008/brazil_NR08.
Tika Anggreni Purba, 70 anak berkebutuhan khusus tak dapat pendidikan
layak,2019.https://lifestyle.bisnis.com/read/20190326/236/904431/70-
persen-anak-berkebutuhan-khusus-tak-dapat-pendidikan-layak.
Dinas kominfo, Gubernur berikan jaminan pendidikan anak berkebutuhan khusus,
2015 diakses dari https://www.babelprov.go.id/content/gubernur-berikan-
jaminan-pendidikan-anak-berkebutuhan-khusus.
.
Frieda Mangungsong. 2016. Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan
Khusus. lembaga pengembangan sarana pengukuran dan pendidikan
Psikologi. Depok.
Novira Faradina,2016. ” PENERIMAAN DIRI PADA ORANG TUA YANG
MEMILIKI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS, eJournal Psikologi”,
Volume 4, Nomor 4
Sri Eniyati,2011. ‘Perancangan Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan untuk
Penerimaan Beasiswa dengan Metode SAW (Simple Additive Weighting)’,
Dinamik, vol. 16, no. 2 (2011
I.G.A.K. Wardani,2014. penggantar Anak Berkebutuhan Khusus, tangerang
selatan; UnIversitas Terbuka
Yanhardi, Riko, PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SDLB PUTRA JAYA MALANG, University
of Muhammadiyah Malang, 2018.

Weitere ähnliche Inhalte

Ähnlich wie Pola penerimaan anak berkebutuhan khusus

Sekolah Ramah Anak Dalam Satuan Pendidikan.pptx
Sekolah Ramah Anak Dalam Satuan Pendidikan.pptxSekolah Ramah Anak Dalam Satuan Pendidikan.pptx
Sekolah Ramah Anak Dalam Satuan Pendidikan.pptxalbert63083
 
Penelitian identifikasi-dan-sosialisasi-anak-berkebutuhan-khusus-di-sekolah-umum
Penelitian identifikasi-dan-sosialisasi-anak-berkebutuhan-khusus-di-sekolah-umumPenelitian identifikasi-dan-sosialisasi-anak-berkebutuhan-khusus-di-sekolah-umum
Penelitian identifikasi-dan-sosialisasi-anak-berkebutuhan-khusus-di-sekolah-umumiwan Alit
 
11410069_Bab_1.pdf
11410069_Bab_1.pdf11410069_Bab_1.pdf
11410069_Bab_1.pdfphpqnz
 
Nona tugas jurnal_metodologi_pendidikan[1]
Nona tugas jurnal_metodologi_pendidikan[1]Nona tugas jurnal_metodologi_pendidikan[1]
Nona tugas jurnal_metodologi_pendidikan[1]Bkpib
 
Nona tugas resensi metodologi pendidikan
Nona tugas resensi metodologi pendidikanNona tugas resensi metodologi pendidikan
Nona tugas resensi metodologi pendidikan1815046
 
Nona tugas jurnal metodologi pendidikan
Nona tugas jurnal metodologi pendidikanNona tugas jurnal metodologi pendidikan
Nona tugas jurnal metodologi pendidikan1815053
 
Peran ibu dalam mengembangkan keberbakatan anak
Peran ibu dalam mengembangkan keberbakatan anakPeran ibu dalam mengembangkan keberbakatan anak
Peran ibu dalam mengembangkan keberbakatan anakOldest Jump's
 
523013580 Pp Abk Fisik Kelompok untuk presentasi
523013580 Pp Abk Fisik Kelompok untuk presentasi523013580 Pp Abk Fisik Kelompok untuk presentasi
523013580 Pp Abk Fisik Kelompok untuk presentasibinahongmemo
 
Jurnal pola asuh pada usia dini
Jurnal pola asuh pada usia diniJurnal pola asuh pada usia dini
Jurnal pola asuh pada usia dininrukmana rukmana
 
Rahmat Aldi Ansyah_Manajemen Intervensi Bencana Alam.pdf
Rahmat Aldi Ansyah_Manajemen Intervensi Bencana Alam.pdfRahmat Aldi Ansyah_Manajemen Intervensi Bencana Alam.pdf
Rahmat Aldi Ansyah_Manajemen Intervensi Bencana Alam.pdfrahmataldiansyah2
 
Modul 1 & 2 Kelompok 1.pptx
Modul 1 & 2 Kelompok 1.pptxModul 1 & 2 Kelompok 1.pptx
Modul 1 & 2 Kelompok 1.pptxNyobaEmpat
 
4_bab1.pdf
4_bab1.pdf4_bab1.pdf
4_bab1.pdfphpqnz
 
Dukungan Psikososial Bagi Anak Korban Bencana Alam (Luthfia).pptx
Dukungan Psikososial Bagi Anak Korban Bencana Alam (Luthfia).pptxDukungan Psikososial Bagi Anak Korban Bencana Alam (Luthfia).pptx
Dukungan Psikososial Bagi Anak Korban Bencana Alam (Luthfia).pptxluthfia30
 
Ihsan fernando
Ihsan fernando Ihsan fernando
Ihsan fernando 1815053
 
JURNAL Lenni Yuli Simatupang.docx
JURNAL Lenni Yuli Simatupang.docxJURNAL Lenni Yuli Simatupang.docx
JURNAL Lenni Yuli Simatupang.docxhadi23318
 

Ähnlich wie Pola penerimaan anak berkebutuhan khusus (20)

Sekolah Ramah Anak Dalam Satuan Pendidikan.pptx
Sekolah Ramah Anak Dalam Satuan Pendidikan.pptxSekolah Ramah Anak Dalam Satuan Pendidikan.pptx
Sekolah Ramah Anak Dalam Satuan Pendidikan.pptx
 
Penelitian identifikasi-dan-sosialisasi-anak-berkebutuhan-khusus-di-sekolah-umum
Penelitian identifikasi-dan-sosialisasi-anak-berkebutuhan-khusus-di-sekolah-umumPenelitian identifikasi-dan-sosialisasi-anak-berkebutuhan-khusus-di-sekolah-umum
Penelitian identifikasi-dan-sosialisasi-anak-berkebutuhan-khusus-di-sekolah-umum
 
11410069_Bab_1.pdf
11410069_Bab_1.pdf11410069_Bab_1.pdf
11410069_Bab_1.pdf
 
Paud
PaudPaud
Paud
 
Buletin08012009
Buletin08012009Buletin08012009
Buletin08012009
 
Nona tugas jurnal_metodologi_pendidikan[1]
Nona tugas jurnal_metodologi_pendidikan[1]Nona tugas jurnal_metodologi_pendidikan[1]
Nona tugas jurnal_metodologi_pendidikan[1]
 
Nona tugas resensi metodologi pendidikan
Nona tugas resensi metodologi pendidikanNona tugas resensi metodologi pendidikan
Nona tugas resensi metodologi pendidikan
 
Nona tugas jurnal metodologi pendidikan
Nona tugas jurnal metodologi pendidikanNona tugas jurnal metodologi pendidikan
Nona tugas jurnal metodologi pendidikan
 
Cheklist
CheklistCheklist
Cheklist
 
Peran ibu dalam mengembangkan keberbakatan anak
Peran ibu dalam mengembangkan keberbakatan anakPeran ibu dalam mengembangkan keberbakatan anak
Peran ibu dalam mengembangkan keberbakatan anak
 
523013580 Pp Abk Fisik Kelompok untuk presentasi
523013580 Pp Abk Fisik Kelompok untuk presentasi523013580 Pp Abk Fisik Kelompok untuk presentasi
523013580 Pp Abk Fisik Kelompok untuk presentasi
 
Jurnal pola asuh pada usia dini
Jurnal pola asuh pada usia diniJurnal pola asuh pada usia dini
Jurnal pola asuh pada usia dini
 
Rahmat Aldi Ansyah_Manajemen Intervensi Bencana Alam.pdf
Rahmat Aldi Ansyah_Manajemen Intervensi Bencana Alam.pdfRahmat Aldi Ansyah_Manajemen Intervensi Bencana Alam.pdf
Rahmat Aldi Ansyah_Manajemen Intervensi Bencana Alam.pdf
 
URGENSI PAUD
URGENSI PAUDURGENSI PAUD
URGENSI PAUD
 
Modul 1 & 2 Kelompok 1.pptx
Modul 1 & 2 Kelompok 1.pptxModul 1 & 2 Kelompok 1.pptx
Modul 1 & 2 Kelompok 1.pptx
 
Tunadaksa
TunadaksaTunadaksa
Tunadaksa
 
4_bab1.pdf
4_bab1.pdf4_bab1.pdf
4_bab1.pdf
 
Dukungan Psikososial Bagi Anak Korban Bencana Alam (Luthfia).pptx
Dukungan Psikososial Bagi Anak Korban Bencana Alam (Luthfia).pptxDukungan Psikososial Bagi Anak Korban Bencana Alam (Luthfia).pptx
Dukungan Psikososial Bagi Anak Korban Bencana Alam (Luthfia).pptx
 
Ihsan fernando
Ihsan fernando Ihsan fernando
Ihsan fernando
 
JURNAL Lenni Yuli Simatupang.docx
JURNAL Lenni Yuli Simatupang.docxJURNAL Lenni Yuli Simatupang.docx
JURNAL Lenni Yuli Simatupang.docx
 

Kürzlich hochgeladen

sistem Peredaran darah(sistem sirkualsi)pdf
sistem Peredaran darah(sistem sirkualsi)pdfsistem Peredaran darah(sistem sirkualsi)pdf
sistem Peredaran darah(sistem sirkualsi)pdfMarisaRintania
 
Penetapan tonisitas sediaan farmasi steril
Penetapan tonisitas sediaan farmasi sterilPenetapan tonisitas sediaan farmasi steril
Penetapan tonisitas sediaan farmasi steriljoey552517
 
kup2 ketentuan umum perpajakan negara.pptx
kup2 ketentuan umum perpajakan negara.pptxkup2 ketentuan umum perpajakan negara.pptx
kup2 ketentuan umum perpajakan negara.pptxINDIRAARUNDINASARISA
 
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XIPresentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XIariwidiyani3
 
MODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptx
MODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptxMODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptx
MODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptx12MIPA3NurulKartikaS
 
konsep termoregulasi gangguan keseimbangan suhu.pptx
konsep termoregulasi gangguan keseimbangan suhu.pptxkonsep termoregulasi gangguan keseimbangan suhu.pptx
konsep termoregulasi gangguan keseimbangan suhu.pptxelisabethlumbantoruan
 
power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.
power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.
power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.tency1
 
Pengertian ruang dan interaksi antar ruang.pptx
Pengertian ruang dan interaksi antar ruang.pptxPengertian ruang dan interaksi antar ruang.pptx
Pengertian ruang dan interaksi antar ruang.pptxIPutuSuwitra1
 
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum Merdeka
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum MerdekaKelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum Merdeka
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum MerdekaErvina Puspita
 
Kuliah ke-2 Pembelajaran vektor dalam fisika
Kuliah ke-2 Pembelajaran vektor dalam fisikaKuliah ke-2 Pembelajaran vektor dalam fisika
Kuliah ke-2 Pembelajaran vektor dalam fisikajoey552517
 

Kürzlich hochgeladen (10)

sistem Peredaran darah(sistem sirkualsi)pdf
sistem Peredaran darah(sistem sirkualsi)pdfsistem Peredaran darah(sistem sirkualsi)pdf
sistem Peredaran darah(sistem sirkualsi)pdf
 
Penetapan tonisitas sediaan farmasi steril
Penetapan tonisitas sediaan farmasi sterilPenetapan tonisitas sediaan farmasi steril
Penetapan tonisitas sediaan farmasi steril
 
kup2 ketentuan umum perpajakan negara.pptx
kup2 ketentuan umum perpajakan negara.pptxkup2 ketentuan umum perpajakan negara.pptx
kup2 ketentuan umum perpajakan negara.pptx
 
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XIPresentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
Presentasi materi suhu dan kalor Fisika kelas XI
 
MODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptx
MODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptxMODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptx
MODUL AJAR KELARUTAN DAN KSP KIMIA SMA.pptx
 
konsep termoregulasi gangguan keseimbangan suhu.pptx
konsep termoregulasi gangguan keseimbangan suhu.pptxkonsep termoregulasi gangguan keseimbangan suhu.pptx
konsep termoregulasi gangguan keseimbangan suhu.pptx
 
power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.
power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.
power point ini berisi tentang Kerugian akibat gulma.
 
Pengertian ruang dan interaksi antar ruang.pptx
Pengertian ruang dan interaksi antar ruang.pptxPengertian ruang dan interaksi antar ruang.pptx
Pengertian ruang dan interaksi antar ruang.pptx
 
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum Merdeka
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum MerdekaKelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum Merdeka
Kelas 7 Bumi dan Tata Surya SMP Kurikulum Merdeka
 
Kuliah ke-2 Pembelajaran vektor dalam fisika
Kuliah ke-2 Pembelajaran vektor dalam fisikaKuliah ke-2 Pembelajaran vektor dalam fisika
Kuliah ke-2 Pembelajaran vektor dalam fisika
 

Pola penerimaan anak berkebutuhan khusus

  • 1. Proposal PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SD 33 PANGKALPINANG Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memenuhi Mata Kuliah Praktik Penelitian Bimbingan Konseling Pendidikan Islam Semester V Di Susun Oleh: Septian Budi Utomo (1715030) Dosen Pengampu : Nikmarijal M.Pd. Program Studi Bimbingan Konseling Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK TAHUN 2019
  • 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penanganan di sekolah Inklusi tidak hanya dilakukan pada anak dalam kondisi normal, baik secara fisik maupun kondisi mentalnya, namun juga dapat dilakukan pada anak yang memiliki kelemahan atau ganguan-gangguan tertentu, seperti intelegensi, mental, fisik, sosial, maupun emosinya,`yakni sering di sebut dengan Anak berkebutuhan khusus (ABK). Meski demikian, Anak berkebutuhan khusus juga mempunyai hak yang sama untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, serta mengeksplorasi kemampuan yang dimilikinya. Di Indonesia sendiri praktik penyelengaraan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) telah dimulai sejak tahun 1901 oleh lembaga-lembaga sosial masyarkat maupun kelompok keagamaan. Pemerintah baru mengambil peran secara nyata yakni sekitar tahun1980-an dalam bentuk pendirian sekolah dasar luar biasa (SLDB) dimana anak berkebutuhan khusus (ABK) dididk dalam satu sekolah namun mereka masih terpisah dari anak normal.1 Selain itu penanganan Anak berkebutuhan khusus (ABK) sanat penting dilakukan,2 semakin dini penanganan maka semakin rendah resiko anak terkena seperti sekolah atau tempat terapi untuk selalu dapat memantau perkembangan gangguan. Dalam menangani 1 Budiyanto,pengantarpendidikan inklusif,jakarta;prenadamedia Grup;2017. hlm 1 2 Dieni Laylatul Zakia, ‘Guru Pembimbing Khusus (GPK): Pilar Pendidikan Inklusi’, Prosiding Ilmu Pendidikan,vol. 1, no. 2 (2015).
  • 3. anak berkebutuhan khusus (ABK) peran keluarga, terutama orang tua,pihak sekolah dan lingkungan sangat diperlukan3. Hal yang semestinya dilakukan yakni membeikan perhatian, pendidikan atau bekerja sama dengan pihak lain Banyak Anak berkebutuhan khusus (ABK) yang tak mendapatkan dukungan secara optimal dari anggota keluarga4, sekolah, teman bermain atau dukungan dari instansi-instansi terkait dalam menunjang untuk melihat perkembangan apa saja yang di alami anak tersebut. penerimanaan orang tua terhadap anak berkebutuhan khusus (ABK) yang dinilai merupakan sebuah aib bagi keluarga tersebut sehingga cenderung lebih memilih untuk mengisolasi dari lingkungan hingga tak memberikan pendidikan pada anak berkebutuhan khusus. United Nations of Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) memperkirakan bahwa sepertiga dari 75 juta anak di seluruh dunia yang tidak bersekolah adalah penyandang disabilitas termasuk di indonesia yakni dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kemisikinan, minimnya sumber daya manusia dan kurangnya penerimaanorangtua terhadap anak berkebutuhan khusus.5 Berdasarkan Data terakhir dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2017 menyebutkan bahwa jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia adalah sebanyak 1,6 juta orang. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa lebih dari 1 juta anak berkebutuhan khusus (ABK) tak dapat memperoleh pendididkan yang layak damn semestinya. Yakni dari 30 persen yang mendapatkan pendidikan 3 Tri Gunandi, merekapun bisa sukses,jakarta; penebarPlus;2011. Hlm 152 4 Gabriela Chrisnita Vani, Santoso Tri Raharjo, and Eva Nuriyah Hidayat, ‘Pengasuhan (good parenting) bagi anak dengan disabilitas’, Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat,vol. 2, no. 1 (2015). 5 Edwardus Rudi Yano Dulu, gambaran penerimaan orangtua anak usia dini berkebutuhan khususNusa Tenggara Timur,2014. Diakses dari: http://www.ibe.unesco.org/National_Reports/ICE_2008/brazil_NR08.pada 16 sept 2019.
  • 4. hanya 18 persen yang menerima pendidikan inklusi, baik dari SLB atau dari sekolah inklusi itu sendiri.6 Adapun jumlah penyandang disabilitas di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebanyak 5601 orang. Jika dihitung 50 persen saja, berarti ada sekitar 2800 anak penyandang disabilitas. Namun dari jumlah itu baru sebanyak 1277 orang yang terlayani atau kurang lebih 45 persen yang mendapatkan pelayanan.7 Peran yang paling utama yakni terletak pada orang tua dimana berkembang atau tidaknya Anak berkebutuhan khusus tak lepas dari seberapa besar peran yang diberikan oleh orang tua terhadap anak berkebutuhan khusus.Dalam pendekatan Istage Theory mengemukakan bahwa orang tua melalui beberapa tahap setelah mengetahui bahwa mereka memiliki anak berkebutuhan khusus, beberapa tahap ini sama dengan tahap yang dilalui oleh keluarga yang kehilangan seseorang yang sangat dicintai karena meninggal. Tahap tersebut ialah; shock dan terganggu, penolakan, kesedihan, kecemasan dan ketakutan, marah dan akhirnya menyesuaikan diri.8 Dalam Al-Qur’an telah di jelaskan mengenai pentingnya kepedulian terhadap keturunan anak adam. Artinya: “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar. (QS. An-Nisa: 9)”.9Eniyati, Sri, ‘Perancangan Sistem 6 Tika Anggreni Purba, 70 anak berkebutuhan khusus tak dapat pendidikan layak ,2019. Di akses dari https://lifestyle.bisnis.com/read/20190326/236/904431/70-persen-anak- berkebutuhan-khusus-tak-dapat-pendidikan-layak. 17 sept 2019. 7 Dinas kominfo, Gubernur berikan jaminan pendidikan anak berkebutuhan khusus,2015 diakses dari https://www.babelprov.go.id/content/gubernur-berikan-jaminan-pendidikan-anak- berkebutuhan-khusus.pada 17 sept 2019. 8 Frieda Mangungsong, Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, Depok; lembaga pengembangan sarana pengukuran dan pendidikan Psikologi, 2016. Hlm 163 9 Muhammad Zaki, ‘Perlindungan Anak dalam Perspektif Islam’, ASAS, vol. 6, no. 2 (2014).
  • 5. Pendukung Pengambilan Keputusan untuk Penerimaan Beasiswa dengan Metode SAW (Simple Additive Weighting)’, Dinamik, vol. 16, no. 2, 2011. Vani, Gabriela Chrisnita, Santoso Tri Raharjo, and Eva Nuriyah Hidayat, ‘Pengasuhan (good parenting) bagi anak dengan disabilitas’, Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, vol. 2, no. 1, 2015. Yanhardi, Riko, PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SDLB PUTRA JAYA MALANG, University of Muhammadiyah Malang, 2018. Zaki, Muhammad, ‘Perlindungan Anak dalam Perspektif Islam’, ASAS, vol. 6, no. 2, 2014. Zakia, Dieni Laylatul, ‘Guru Pembimbing Khusus (GPK): Pilar Pendidikan Inklusi’, Prosiding Ilmu Pendidikan, vol. 1, no. 2, 2015. Eniyati, Sri, ‘Perancangan Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan untuk Penerimaan Beasiswa dengan Metode SAW (Simple Additive Weighting)’, Dinamik, vol. 16, no. 2, 2011. Vani, Gabriela Chrisnita, Santoso Tri Raharjo, and Eva Nuriyah Hidayat, ‘Pengasuhan (good parenting) bagi anak dengan disabilitas’, Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, vol. 2, no. 1, 2015. Yanhardi, Riko, PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SDLB PUTRA JAYA MALANG, University of Muhammadiyah Malang, 2018. Zaki, Muhammad, ‘Perlindungan Anak dalam Perspektif Islam’, ASAS, vol. 6, no. 2, 2014. Zakia, Dieni Laylatul, ‘Guru Pembimbing Khusus (GPK): Pilar Pendidikan Inklusi’, Prosiding Ilmu Pendidikan, vol. 1, no. 2, 2015. Eniyati, Sri, ‘Perancangan Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan untuk Penerimaan Beasiswa dengan Metode SAW (Simple Additive Weighting)’, Dinamik, vol. 16, no. 2, 2011. Faradina, Novira, ‘Penerimaan diri pada orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus’, Jurnal Elektronik Psikologi Universitas Mulawarman, 2016. Vani, Gabriela Chrisnita, Santoso Tri Raharjo, and Eva Nuriyah Hidayat,
  • 6. ‘Pengasuhan (good parenting) bagi anak dengan disabilitas’, Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, vol. 2, no. 1, 2015. Zaki, Muhammad, ‘Perlindungan Anak dalam Perspektif Islam’, ASAS, vol. 6, no. 2, 2014. Zakia, Dieni Laylatul, ‘Guru Pembimbing Khusus (GPK): Pilar Pendidikan Inklusi’, Prosiding Ilmu Pendidikan, vol. 1, no. 2, 2015. Meski demikian, keperdulian terhadap anak berkebutuhan khusus (ABK) bukan tidak hanya semata-mata menjadi tanggung jawab orang tua saja, melainkan semua hal yang dapat membantu dalam memenuhi hak-hak dan segala yang menyangkut proses perkembangan anak berkebutuhan khusus (ABK) juga perlu di diperhatikan. Menurut Telford dan Sawrey dalam psikologi dan pendidikan Anak berkebutuhan khusus menggelompokkan reaksi orang tua yakni; mengatasi secara realistik masalah anak,menolak kecacatan anak, mengasihani diri sendiri, perasaan Ambivalen terhadap kecacatan anak, proyeksi dan rasa bersalah , malu dan deprsei.10 Tentunya setiap orang tua memiliki cara yang berbeda-beda dalam memperlakukan anak berkebutuhan khusus, baik dari gangguan ringan hingga pada gangguan yang berat dari berbagai jenis Anak berkebutuhan khusus (ABK). Di indonesia sendiri, masih banyak kasus yang terjadi terkait anak berkebtuhan khusus seperti penelantaran, bullying, menjadi korban penganiayaan, malpraktik, pelecehan seksual dan kasus-kasus lainnya yang bahkan banyak tak terungkap ke ruang publik. Oleh karna itulah banyak pihak yang harus dilibatkan dalam proses penanganan Anak berkebutuhan khusus (ABK), dimulai dari keluarga, sekolah, lingkungan masyarakat maupun lembaga pemerintah dimana kebutuhan akan sarana maupun prasarana masih banyak yang belum sesuai dengan tingkat kebutuhan anak berkebutuhan khusus (ABK). 10 Frieda Mangungsong, Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, Depok; lembaga pengembangan sarana pengukuran dan pendidikan Psikologi, 2016. Hlm 163
  • 7. Pentingnya penelitian ini dilakukan untuk mengentahui bagaimana penerimaan orang tua terhadap anak berkebutuhan khusus (ABK) di SD 33 PangkalPinang. Sekolah Dasar 33 pangkalpinang sebagai penyelenggara sekolah berbasis inklusi di pangkalpinang dimana terdapat banyak anak berkebutuhan khusus (ABK) yang ditangani didalamnya telah menetapkan kriteria-kriteria anak yang dapat diterima untuk dapat mendapatkan pendidikan, hal ini dilihat dari seberapa berat gangguan yang dialami oleh anak berkebutuhan khusus (ABK), maupun menyesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki tenaga pendidik dalam menanggani anak (ABK). Dengan demikian diharapkan dapat memberikan kontribusi besar dalam memberikan pelayanan terhadap anak berkebutuhan khusus, terutama di kota pangkalpinang. Peran pemerintah daerah tentu memiliki dampak yang cukup signifikan pula terhadap perkembangan anak berkebutuhan khusus (ABK) dari kestersediaan tenaga ahli dalam mendampingi anak berkebutuhan khusus(ABK), fasilitas-fasilitas yang memadai sehingga dapat menciptakan lingkungan yang sehat bagi anak normal dan juga anak berkebutuhan khusus (ABK) itu sendiri. Untuk mengetahui secara pasti bagaimana penerimaaan lingkungan terhadap anak berkebtuhan khusus serta dampak apa saja yang terjadi terkait hal tersebut di Sekolah Dasar 33 pangkalPinang, Oleh karena itu peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian mengenai ” penerimaan orang tua terhadap anak berkebutuhan khusus (ABK) di SD 33 pangkal pinang” agar dapat mencapai suatu tujuan yakni untuk memberikan hak-hak Anak berkdebutuhan khusussesuai dalam menjalankan aktifitas sosialnya serta mengembangkan kemampuan yang dimilikinya.
  • 8. B. Rumusan masalah 1. Bagaimanakah penerimaan orangtua terhdap anak (ABK) di SD 33 Pangkalpinang? 2. Apa pengaruh dari penerimaan orangtua terhadap Anak Berkebutuhan Khusus terhadap tumbuh kembang anak (ABK)? 3. Faktor apa yang mempengaruhi penerimaan Terhadap anak berkebutuhan khusus? C.Tujuan penelitian Sesuai dengan permasalahan diatas,maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah; 1. Dapat memahami manfaat dari penerimaan orangtua terhadap Anak Berkebutuhan Khusus 2. Mengetahui seberapa besar penerimaan orangtua terhadap Anak Berkebutuhan Khusus di kelas SD 33 Pangkalpinang C. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1. Manfaat teoritis: a. dapat menambah ilmu pengetahuan serta wawasan dari hasil penelitian yang dilakukan secara langsung dan dapat diterapkan dalam studi kelimuan seperti perguruan tinggi , khususnya dalam ilmu pendidikan dan secara khusus yakni dalam bimbingan konseling. b. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan, baik secara umum atau secara khusus.
  • 9. 2. Manfaat praktis a. Dengan melakukan pendekatan terhadap pihak-pihak terkait dinilai sangat perlu dakarenakan dapat memberikan dampak terhadap anak berkebutuhan khusus baik dari segi keilmuan, tenaga,sumberdaya manusia maupun fasilitas penunjang untuk mengembangkan kemampaun- kemampuan yang dimilikinya. serta dapat mendorong anak dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan bersosialisasi sebagaimana anak normal biasanya Serta membimbing Anak berkdebutuhan khusus agar tentang cara belahjar yang baik dan kegunaanya untuk kehidupan dunia dan akhirat. b. Penelitian ini dapat berguna sebagai masukan bagi para guru SD 33 Pangkalpinang dalam rangka memberikan pendidikan yang sesuai, adil dan memberikan perhatian penuh terhadap anak didiknya. c. Dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam perbaikan dalam menangani masalah-masalah terhadap penerimaan terhadap anak berkebutuhan khusus (ABK) khususnya di kota pangkalpinang. d. Dengan adanya dukungan lingkungan, baik itu keluarga, teman bermain, pihak sekolah dan instansi pemerintah dapat memicu dalam meningkatkan perkembangan belajar sehingga anak (ABK) dapat menemukan dan mengeksplor potensi dirinya, yaitu dengan meningkatnya prestasi, kreatif dan mendapat hasil belajar yang memuaskan serta dapat berinteraksi sosial dengan baik e. Sebagai dokumen untuk penelitian lebih lanjut.
  • 10. BAB II PEMBAHASAN LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR ,PENGUJIAN HIPOTESIS DAN TELAAH PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Penerimaan Orang Tua ( Parents Acceptance) a. Pengertian Penerimaan Orang Tua ( Parents Acceptance) Penerimaan diri menurut Hurlock adalah suatu tingkat kemampuan dan keinginan individu untuk hidup dengan segala karakteristik dirinya . Individu yang dapat menerima dirinya diartikan sebagai individu yang tidak bermasalah dengan dirinya sendiri, yang tidak memiliki beban perasaan terhadap diri sendiri sehingga individu lebih banyak memiliki kesempatan untuk beradaptasi dengan lingkungan. Penerimaan orangtua yaitu suatu efek psikologis dan perilaku dari orangtua pada anaknya seperti rasa sayang, kelekatan, kepedulian, dukungan dan pengasuhan dimana orangtua tersebut bisa merasakan dan mengekspresikan rasa sayang kepada anaknya. Sedangkan menurut Carson dan Butcher menjelaskan bahwa penerimaan diri adalah sejauh mana seseorang dapat menyadari dan mengakui karakteristik pribadi dan menggunakannya dalam menjalani kelangsungan hidupnya. Jadi dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa penerimaan diri adalah suatu konsep dimana seseorang memahami akan kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya dan menggunakan dalam
  • 11. menjalani kehidupannya. Penerimaan orang tua yaitu suatu efek psikologis dan perilaku dari orangtua pada anaknya seperti rasa sayang, kelekatan, kepedulian dan dukungan. b. Tahapan-tahapan penerimaan orang tua Terdapat beberapa tahapan yang akan dilalui orangtua dalam teori penerimaan (acceptance) menurut Kubbler Ross diantaranya mulai dari tahap penolakan hingga mencapai tahap penerimaan melalui beberapa tahap yang lain, yaitu dari tahap Penolakan (denial), tahap Marah (anger), tahap Tawar-menawar (bargainning), Tahap Depresi (depression) hingga masuk pada tahap Tahap Penerimaan (acceptance). c. Aspek-aspek penerimaan orang tua Orang tua tentu memiliki tantangan tersendiri ketika dikaruniai anak yang tak seperti anak normal pada umunya, namun untuk dapat menerima hal tersebut sebagaimana telah dikemukakan oleh sheerer diman terdapat aspek-aspek dalam penerimaan orangtua yakni terdiri dari; adanya Perasaan Sederajat, Percaya Kemapuan Diri, berani untuk bertanggung Jawab, Orientasi Keluar Dir, Berpendirian, Menyadari Keterbatasan yang ada serta Menerima Kemanusiaan11 d. Faktor-faktor yang memperngaruhi penerimaan orang tua Penerimaan orangtua terhadap anak ditandai dengan adanya perlakuan yang baik dengan memberikan perhatian yang besar pada anak atau dengan barkasih sayang. Terdapat beberapa faktor penerimaan orang tua yang di kemukakan oleh Hurlock yakni; 1) konsep anak idaman, yang didasarkan mengenai gambaran anak yang ideal dan terbentuk sebelum kelahiran anak. 11 Novira Faradina,” PENERIMAAN DIRI PADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS, eJournal Psikologi”, Volume 4, Nomor 4, 2016, hal 389
  • 12. 2) Pengalaman awal dengan anak mewarnai sikap orang tua terhadap anaknya. 3) menggunakan cara terbaik memperlakukan anak dengan nilai budaya. 4) orang tua yang menyukai peran, merasa bahagia, dan mempunyai penyesuaian yang baik terhadap perkawinan maka akan mecerminkan penyesuaian yang baik pada anak, melakukan perannya sebagai orang tua, maka sikap mereka akan berbeda dengan yang merasa belum mampu atau ragu. 5) Kemampuan dan kemauan untuk menyesuaikan diri dengan pola kehidupan yang berpusat pada keluarga. Alasan memiliki anak. Apabila alasan memiliki anak untuk mempertahankan perkawinan yang retak dan hal ini tidak berhasil maka sikap orang tua yang menginginkan anak berkurang dibandingkan dengan sikap orang tua yang menginginkan anak untuk memberikan kepuasan mereka dengan perkawinan mereka. Cara anak bereaksi terhadap orang tuanya mempengaruhi sikap orang tua terhadap anaknya.12 2. Pengertian Anak berkdebutuhan khusus(special need) Kata (ABK) Sebenarnya telah mewakili semua anak yang mempunyai penyimpangan dari anak normal, baik penyimpangan tersebut berupa fisik, tingkah laku maupun kemampuan. Istilah yang lebih halus digunakanuntuk menggambarkan setiap jenis penyimpangan , terutama yang penyimpanganya di bawah normal, seperti tunanetra, tunarunggu, tunagrahita,tunadaksa, dan tunalaras. Istilah-istilah ini meskipun menggambarkan kekurangan, tetapi mengandung rasa bahasa yang dapat diterima.13 Selain itu Anak 12 Sri Eniyati, ‘Perancangan Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan untuk Penerimaan Beasiswa dengan Metode SAW (Simple Additive Weighting)’, Dinamik, vol. 16, no. 2 (2011). 13 I.G.A.K. Wardani, penggantar Anak Berkebutuhan Khusus,tangerang 4. hlm selatan;UnIversitas Terbuka,2014. Hlm 1.7
  • 13. berkdebutuhan khususadalah anak yang dalam pendidikan memerlukan pelayanan yang spesifik, berbeda dengan anak pada umumnya Anak berkdebutuhan khususini menggalami hambatan dalam belajar dan perkembangannya atau dengan kata lain anak dengan problema belajar.14 a. Tunanetra Tunanetra berarti kurangnya penglihatan. Istilah ini dipakai untuk mereka yang mengalami gangguan dengan fungsi penglihatannya sehinga tidak dapat berfungsi dengan normal. Anak tuanetra membutuhkan pelayanan secara khusus sehingga potensi yang dimilikiny dapat brekrmbang secara optimal.15 b. Tunarungu Istilah tunarunggu digunakan bagi mereka yang mengalami gangguan pendengaran, mulai ringgan sampai berat. Gangguan ini dapat terjadi dari sejak lahir atau pasca kelahiran. Adapun istilah lain yang digunakan yakni sering di sebut dengan anak tuli. Dalam bahasa inggiris sering disebut hearing impaired atau heraring disorder.16 c. Tunagrahita Tunagrahita atau serig disebut dengan cacat mentaladalah kemampuan mental dibawah normal. Tolok ukur yang sering digiunakan biasanya ialah dengan mengukur tingkat kecerdasan atau IQ. Anak tunagrahita juga dikelompokkan menjadi tiga, yakni tunagrahita ringgan, sedang dan juga berat.17 d. Tunadaksa Tunadaksa berarti cacat fisik, sehingga anak tersebut tidak dapat menjalankan fungsi fisik dengan norma. adapun gangguan yang di Laili S. Cahya, Adakah ABK Dikelasku, yogyakarta, Group Relasi Inti Media;2013. hlm5 15 I.G.A.K. Wardani, pengantar pendidikan anak berkebutuhan khusus, Tangerang, Universitas Terbuka;2014. hlm 1.9 16 Ibid. hlm 1.10 17 Ibid. hlm 1.12
  • 14. alami seperti gangguan koordinasi, mobilitas, komunikasi, belajar dan penyesuaian pribadi, oleh karena itu penyakit ini dapat dikelompokkan anak yanmenderita epilepsy (ayan), cerabal palsy, gangguan tulang belakang, gangguan pada tulang otot, serta yang mengalami amputasi.18 e. Tunalaras Tunalaras (behavior disorder) sering dikelompokkan dengan anak yang mengalami gangguan emosi (emotionally disturbance). Yakni berupa gangguan perilaku, seperti suka menyakiti diri sendiri, menyerang teman dan bentuk perilaku menyimpang lainnya. Termasuk juga penderita autistik masuk dalam keompok ini dan juga seperti attention deficit disorder (ADD), dan juga attention deficit hyperactive disorder (ADHD).19 ADD adalah mereka yang kesulitan memusatkan perhatian (tidak mampu memusatkan perhatian), sementara ADHD ditandai dengan ketidakmampuan memusatkan perhatian dan juga hiperaktif, tidak mau diam dan peru diwaspadai karena dapat membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain. f. Tunaganda Penyandang tunaganda adalah orang yang memiliki lebih dari satu jenis kelainan, misalnya tunanetra dan tunarunggu sekaligus atau gangguan lainnya yang ada pada anak tersebut. Kemungkinan untuk dapat bersekolah di SD biasa sangat kecil, maka akan lebih cocok untuk berada di sekolah dengan penggelompokkan penyandang tunaganda yang disebut SLB-G.20 g. Gangguan komnikasi Gangguan komuniksasi merupakan gangguan yang terjadi dalam memungkinkan seseorang dapat berkomunikasi untuk berinteraksi dengan orang lain. Gangguan komunikasi terbagi menjadi dua yaitu ganguan bicara (speech disorder dan leguage disorder) yang dapat diseb(ABK)an oleh gangguan pendengaran yang terjadi sejak lahir atau 18 Ibid. hlm 1.12 19 Ibid. hlm 1.13 20 Ibid. hlm 1.14
  • 15. kerusakan organ bicara seperti lidah yang terlalu pendek.21 Adapun anak yang memiliki gangguan seperti anak yang gagap dalam berbicara maka Anak-anak tersebut dapat dikolompokkan juga sebagai anak yang menderita gangguan komunikasi, yang dalam PP. No. 17/2010 disebut sebagai tunawicara.22 h. Anak kesulitan belajar Anak berkesulitan belajar bukan karena kelainan yang diseritanya. Pads umumnya anak ini memiliki tingkat kecerdasan yang normal, namun tidak mampu mencapai prestasi karena kesulitan yang dialaminya.23 Anak dengan ganguan seperti ini banyak ditemukan disekolah-seholah pada umumnya dimana mereka memiliki kelebihan di bidang tertentu namun biasanya tidak terlalu baik dalam bidang akademik. 3. Penyebab munculnya kebutuhan khusus Munculnya anak yang memiliki kelainan yang mengakibatkan ia memerlukan bantuan khusu dalam pembelajaran dalam kehidupan sehari- hari.24 Berdasarkan waktu terjadinya dan penyebab kelainan terbagi menjadi tiga yakni; a. Penyebab prenatal Penyebab prenatal yakni penyebab yang beraksi sebelum kelahiran, yakni pada waktu janin masih dalam kandungan. Hal ini terjadi dikarenakan ada kemungkinan seorang ibu terserang virus, seperti rubblla, mengalami trauma atau salah mengkonsumsi obat yang kesemuanya berakibat bagi munculnya kelainan bayi. 21 Ibid. hlm 1.10 22 Ibid. hlm 1.11 23 Ibid. hlm 1.13 24 Ibid. hlm 1.20
  • 16. b. Penyebab perinatal Penyebab perinatal yaitu penyebab yang muncul pada saat atau waktu proses kelahiran, seperti terjadinya benturan atau infeksi ketika melahirkan, proses kelahiran dengan penyedototan atau pemberian oksigen terlalu lama anak prematur.25 c. Penyebab postnatal Penyebab postnatal, yaitu penyebab yang muncul atau tejadi setelah kelahiran, seperti kecelakaan, jatuh atau terserang penyakit tertentu. Penyebab tersebut dapat berpengaruh terhadap kondisi anak dimana dapat merusak bagian-bagian tertentu pada tubuh seseorang yang menyebkan terjadinya kelainan. 4. Konsep Pembentukan sikap Menurut Bimo Walgito bahwa pembentukan dan perubahan sikap akan ditentukan oleh dua faktor, yaitu; a. Faktor Internal (individu itu sendiri), yaitu cara individu dalam menanggapi dunia luarnya dengan selektif sehingga tidak semua yang akan datang diterima atau ditolak. b. Faktor Eksternal, yaitu keadaan-keadaan yang ada diluar individu yang merupakan stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap.26 25 Ibid. Hlm 1.21 26 Riko Yanhardi, PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SDLB PUTRA JAYA MALANG (University of Muhammadiyah Malang,2018).
  • 17. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1. Metode penelitian A. Jenis Analisis Data penelitian ini termasuk penelitian lapangan yang mengunakan metode deskriptif kualitatif yaitu deskripsi atau gambaran yang faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan dengan masalah yang diteliti, metode yang digunakan yakni menggunakan metode pengumpulan data dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Metode analisis yang digunakan dalam proses analisis dimulai dengan menelaah seluruh data dari berbagai sumber yang dilakukan di di SD 33 pangkal pinang tentang penerimaan orang tua terhadap anak berkebutuhan khusus (ABK). Proses belajar mengajar di SD Inklusi 33 pangkalpinang dan kondisi lingkungan belajar dengan faktor-faktor pendukung terhadap proses belajar anak berkebutuhan khusus dan orang tua anak (ABK) yang menjadi subjek dalam penelitian ini dimana terdapat kemungkinan-kemungkinan setiap orang tua dalam penerimaan anak (ABK) akan berbeda dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dari diri sendiri, gangguan yang terjadi pada anak (ABK), faktor
  • 18. lingkungan atau penyebab lainnya yang kesemuaan itu akan dibuktikan ketika peneliti benar-benar turun ke lapanan 2. Tempat Penelitian Penelitian ini berlokasi di SD 33 pangkal pinang di dasarkam atas pertimbangan; karena di SD 33 pangkal pinang adalah Sekolah Dasar yang mana sekolah tersebut adalah sekolah inklusi dimana terdapat anak berkebutuhan khusus (ABK) yang mengikuti proses belajar bersamaan dengan anak normal lainnya. Sehingga dapat mengetahui bagaimana penerimaan orangtua yang mempunyai anak berkebutuhan khusus (ABK) tesebut. 3. Instrumen Penelitian Pada penelitian ini, iniyang meliputi Instrumen adalah peneliti sendiri.oleh karena itu peneliti sebagai instrumen harus melakukan suatu tindakan pembuktian dengan cara yakni seberapa jauh peneliti siap melakukan penelitian dengan langsung terjun ke lapangan. selanjutnya mengembangkan dalam rangka melengkapi berkas penelitian. 4. Sampel Sumber Data Sumber data utama pada penelitian ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Pada penelitian kali ini, yang akan dijadikan sumber data utama adalah manusia yang dijadikan sebagai informan. Karena digunakan di dalam lembaga pendidikan, yakni di SD 33 Pangkalpinang, maka informan pada penelitian ini yakni tenaga pendidik, kepala sekolah dan orangtua sebagai sumber utama. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang Alamiah),sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta, wawancara mendalam, dan dokumentsi. Teknik pengumpulan data yang dilakukan penelitian adalah: c. Pengamatan Langsung Dengan melakukan peninjauan langsung dengan responden untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
  • 19. b. Wawancara Wawancara dilakukan dengan melakukan wawancara langsung dengan para guru, kepala sekolah dan orangtua anak (ABK). a. Metode Dokumentasi Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan melakukan penyelidikan terhadap benda-benda tertulis, seperti buku, majalah, dokumen, peraturan- peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya. Metode ini untuk memperoleh data tentang letak geografis, sejarah singkat berdirinya sekolah inklusi SD 33 Pangkalpinang, kegiatan-kegiatan dan partisipasi orangtua di sekolah tersebut. b. Teknik Analisis Data Teknik analisis data adalah usaha konkret untuk membuat data tersebut bicara, sebab berapapun jumlah data dan tingginya nilai data yang terkumpul sebagai hasil dari pengumpulan data bila tidak disusun dan diolah secara sistematis, maka data itu tetap akan menjadi data bisu yaitu data yang tidak berguna karena tidak bisa dibaca dan dimengerti. Metode analisis data yang digunakan oleh penulis adalah deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitaif adalah cara analisis yang cenderung menggunakan kata-kata untuk menjelaskan fenomena ataupun data yang didapatkan. Melalui langkah pengumpulan data, menganalisa data dan menginterpretasi data yang ada dengan metode induktif, yakni melakukan analisa berdasarkan data yang diperoleh sehingga dapat ditarik kesimpulan.
  • 20. 1. Sistematika Pembahasan Pada penelitian ini disususn dalam tiga bab sebagai acuan dalam berfikir, adapun rancangan sistematika pembahasan proposal penelitian ini sebgai berikut: BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini berisi pendahuluan yang merupakan gambaran umum isi penelitian yang terdiri dari : latarbelakang masalah, rumusan masalah,tujuan penelitian,dan manfaat penelitian BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini berrisi tentang pengertian pengertian motivasi,macam,macam motivasi,jenis motivasi dalam belajar,ciri-ciri motivasi,fungsi motivasi dalam belajar,dan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar,kerangka berpikir,hipotesis dan telaah pustaka BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang metode yang di ambil dalam penelitian, tempat penelitian,instrumen penelitian dan sampel sumber data..
  • 21. 2. Daftar Pustaka Budiyanto.2017. pengantar pendidikan inklusif,jakarta; Prenadamedia Grup Tri Gunandi,2011. merekapun bisa sukses,jakarta; penebar Plus Edwardus Rudi Yano Dulu, gambaran penerimaan orangtua anak usia dini berkebutuhan khusus Nusa Tenggara Timur,2014: http://www.ibe.unesco.org/National_Reports/ICE_2008/brazil_NR08. Tika Anggreni Purba, 70 anak berkebutuhan khusus tak dapat pendidikan layak,2019.https://lifestyle.bisnis.com/read/20190326/236/904431/70- persen-anak-berkebutuhan-khusus-tak-dapat-pendidikan-layak. Dinas kominfo, Gubernur berikan jaminan pendidikan anak berkebutuhan khusus, 2015 diakses dari https://www.babelprov.go.id/content/gubernur-berikan- jaminan-pendidikan-anak-berkebutuhan-khusus. . Frieda Mangungsong. 2016. Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. lembaga pengembangan sarana pengukuran dan pendidikan Psikologi. Depok.
  • 22. Novira Faradina,2016. ” PENERIMAAN DIRI PADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS, eJournal Psikologi”, Volume 4, Nomor 4 Sri Eniyati,2011. ‘Perancangan Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan untuk Penerimaan Beasiswa dengan Metode SAW (Simple Additive Weighting)’, Dinamik, vol. 16, no. 2 (2011 I.G.A.K. Wardani,2014. penggantar Anak Berkebutuhan Khusus, tangerang selatan; UnIversitas Terbuka Yanhardi, Riko, PENERIMAAN ORANG TUA TERHADAP ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SDLB PUTRA JAYA MALANG, University of Muhammadiyah Malang, 2018.