PPT DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptx
Proosal lina
1. i
ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEHATAN BANK
BERDASARKAN METODE RGEC
(Studi Kasus : BRI Dan BCA Periode 2010-2015)
Propoosal-Skripsi
Untuk Memenuhi Sebagian
Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Manajemen
LINA KURNIAWATI
2013-11-111
HALAMAN JUDUL
PROGRAM STUDI S-1 MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
JAKARTA
2017
3. 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perbankan merupakan tulang punggung dalam membangun sistem
perekonomian dan keuangan Indonesia karena dapat berfungsi sebagai
intermediary institution yaitu lembaga yang mampu menyalurkan kembali
dana-dana yang dimiliki oleh unit ekonomi yang surplus kepada unit-unit
ekonomi yang membutuhkan bantuan dana atau deficit. Fungsi ini
merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena
berkaitan dengan penyediaan dana sebagai investasi dan modal kerja bagi
unit-unit bisnis dalam melaksanakan fungsi produksi, oleh karena itu agar
dapat berjalan dengan lancar maka lembaga perbankan harus memiliki
kondisi yang sehat atau dapat dikatakan bank haruslah memiliki kinerja
keuangan yang baik. Salah satu cara untuk mengetahui keadaan suatu
bank baik atau tidak, maka perlu dilakukan analisis kesehatan bank.
Analisis kesehatan bank dapat dilakukan dengan beberapa cara,
diantara nya dengan menggunakan rasio kesehatan bank yaitu rasio yang
digunakan untuk mengetahui keadaan bank atau kesehatan bank (Jumono,
2015). Terdapat metode yang ditetapkan oleh Bank Indonesia melalui
Surat Edaran Bank Indonesia dan Peraturan Bank Indonesia. Metode
tersebut dijadikan acuan oleh industri perbankan untuk mengetahui tingkat
kesehatannya. Pada awalnya Bank Indonesia melalui Surat Edaran Bank
Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 dan Peraturan Bank
4. 4
Indonesia nomor 6/10/PBI/2004 menetapkan bahwa metode yang
digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank adalah dengan
menggunakan metode CAMELS(Capital, Asset,Management,Earning,
Liquidity, Sensitivity to Market Risk), namun SE (Surat Edaran) tersebut
telah diperbaharui menjadi Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP
tanggal 25 Oktober 2011 dan PBI 13/1/PBI/2011 yang menyatakan bahwa
penilaian kesehatan bank dilakukan dengan metode RGEC (Risk Profile,
GCG, Earning, Capital).Analisis Kesehatan Bank dengan menggunakan
sistem penilaian CAMELS (Capital, Asset quality, Management,
Earnings, Liquidity & Sensitivity to market risk)
Sebenarnya sistem penilaian kesehatan bank antara CAMELS tidak
berbeda jauh dengan RGEC. Beberapa bagian tampak masih sama seperti
masih digunakannya sistem penilaian Capital dan Earnings. Adapun
sistem penilaian Management pun diganti menjadi Good Corporate
Governance. Sedangkan untuk komponen Asset Quality, Liquidity dan
Sensitivity to Market Risk akhirnya dijadikan satu dalam komponen Risk
Profile.
Metode RGEC dinilai lebih komprehensif dalam menilai tingkat
kesehatan bank karena dalam pengukurannya metode ini
mempertimbangkan aspekRisiko. Selain itu proses penilaian dilakukan
secara menyeluruh dan sistematis serta difokuskan pada permasalahan
utama Bank. Analisis dilakukan secara terintegrasi, yaitu dengan
mempertimbangkan keterkaitan antar Risiko dan antar faktor penilaian
5. 5
Tingkat Kesehatan Bank serta perusahaan anak yang wajib
dikonsolidasikan. Terdapat delapan jenis aspek Risiko yang terkandung
dalam faktor Risiko, yaitu Risiko kredit, pasar, operasional, likuiditas,
hukum, strategi, kepatuhan dan reputasi. Hal ini tidak dapat ditemui pada
metode yang sebelumnya.
Kesehatan suatu bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu
bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal
danmampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara
yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku (Sigit Triandaru dan
Totok Budisantoso, 2006:51). Terdapat tiga faktor yang harus diperhatikan
untuk menilai apakah sebuah bank dalam kondisi yang sehat atau tidak,
faktor-faktor tersebut adalah keadaan keuangan bank, kualitas aktiva
produktif dan tata kerja kepatuhan bank terhadap peraturan-peraturan
terutama yang berkaitan dengan bidang perbankan.
Peningkatan kompetisi perbankan di Indonesia sebenarnya mulai
terasa sejak adanya keterbukaan perbankan Indonesia,yang diinisiasi
dengan dikeluarkannya paket kebijakan pada tanggal 1 Juni 1983
(PAKJUN)dengan tujuan memodernisasi perbankan dan kemudian
dilanjutkan dengan paket Oktober (PAKTO) pada tanggal 27 Oktober
1988, yang memberi kemudahan perijinan pendirian bank baru, termasuk
pembukaan kantor cabang. Saat itu, dengan danaRp 10 miliar saja, para
investor sudah dapat mendirikan sebuah bank baru, hal ini menyebabkan
peningkatan signifikan pada jumlah bank.Peningkatan jumlah bank
6. 6
berpotensi mendorong bisnis sektor perbankan menjadi lebih kompetitif.
Peningkatan jumlah bank tersebut tentu saja akan menimbulkan
persaingan, dimana pelaku persaingan ini terdiri dari bank plat merah
(bank negara) dan bank swasta. Berdasarkan data yang dimiliki oleh
Otoritas Jasa Keuangan, jumlah bank swasta yang masih aktif lebih dari 30
Bank. Berbeda dengan bank negara yang saat ini hanya memiliki empat
Bank yaitu BRI, Mandiri, BNI dan BTN.Kondisi ekonomi yang melemah
dan risiko pasar keuangan yang meningkat sepanjang 2015 membuat bank-
bank harus berupaya lebih keras agar bisa melanjutkan
pertumbuhan.Berdasarkan data dari BRI dan BCA yang disampaikan
melalui web resmi majalah kompas, penyaluran kredit pada tahun 2015,
BRI dan BCAmengalami pertumbuhan di atas 10% dibandingkan tahun
2014.
BRI dan BCA merupakan perbankan yang tergolong dalam
perbankan terbesar di Indonesia. Kedua bank tersebut masuk dalam
kategori BUKU IV, hal ini disebabkan karena bank tersebut memiliki
modal inti lebih dari Rp 30 Triliun. Secara keseluruhan, BRI dan BCA
memiliki aktivitas yang sama, cakupan pasar nya pun sama, hanya saja
BRI sedikit lebih merakyat dibandingkan BCA yang biasanya digunakan
oleh pebisnis.
Bank BRI merupakan bank negeri yang berdiri pada tahun 1985.
BRI merupakan bank negara yang sudah melekat dihati masyarakat
bahkan BRI mendapat julukan sebagai bank sejuta umat, hal ini dapat
7. 7
dibuktikan dengan mudahnya menemukan BRI bahkan hingga ke pelosok
desa. Meskipun dari segi Mobile Banking dan Internet Banking tidak
terlalu populer dikalangan penggunanya, BRI mampu menjadikannya
sebagai pilihan tepat dalam simpan pinjam yang menarik perhatian
terutama kalangan menengah ke-bawah.
Pada awal pendirian hingga tahun 2002, saham BRI 100% dikuasai
oleh pemerintah, namun pada tahun 2003, pemerintah mulai menjual 30%
saham tersebut kepada masyarakat, sehingga sejak 2003 BRI menjadi
perusahaan publik dengan nama resmi PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero), Tbk hingga sekarang. Dalam 10 tahun terakhir PT Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk mengalami perkembangan yang sangat pesat
sehingga dijuluki sebagai bank nasional yang paling menguntungkan atau
profitable. Berdasarkan data Bloomberg, BRI memiliki nilai ROE (Return
On Equity) dan ROA diatas rata-rata industri perbankan, tidak hanya
ditingkat nasional namun juga ditingkat internasional, di Amerika Serikat,
rata-rata ROA perbankan mencapai 1,60%, Eropa (1,00%), Asia Pasifik
(1,33%), namun di Indonesia ROA perbankan mencapai 2,50%. Bank BRI
memiliki pangsa pasar terbesar dalam penyaluran kredit mikro di
Indonesia yaitu sebesar 50%. Bank dengan jumlah rekening nasabah
terbesar yaitu sebanyak 45 juta rekening nasabah, dengan jaringan dan
jangkauan yang begitu luas, serta memiliki struktur permodalan dan
infrastruktur yang kuat. Pada tahun 2015, BRI mendapatkan penghargaan
Bank Of The Year 2015 penghargaan ini diberikan oleh The Banker,
8. 8
penghargaan ini merupakan bukti nyata bahwa BRI memiliki layanan dan
kinerja keuangan terbaik di Indonesia. Hingga akhir September 2015, BRI
berhasil membukukan total pendapatan sebesar Rp 70,5 triliun, tumbuh
sebesar 14,9 persen, dengan laba bersih sebesar Rp 18,3 triliun.
Berdasarkan Top Brand Index 2016, BRI menempati posisi kedua setelah
BCA.
BCA dengan kepanjangan Bank Central Asia, merupakan bank
swasta terbesar di Indonesia. Kehadirannya mampu menarik banyak
perhatian masyarakat Indonesia terutama kalangan pengusaha, serta
masyarakat menengah ke-atas. Meskipun demikian masyarakat umumpun
sudah tak asing dengan bank yang satu ini.Kepopuleran BCA sebanding
dengan beragam fasilitas layanan BCA yang sangat memudahkan
masyarakat termasuk pengusaha kecil hingga atas dalam kegiatan
transaksi. Meskipun dari segi ATM, BCA masih sedikit jumlahnya
dibandingkan dengan BRI. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Bank
Indonesia tercatat jumlah ATM BCA hanya sebesar 12.026 unit sedangkan
BRI mencapai 14.397 unit, akan tetapi dengan adanya ATM PRIMA,
menarik uang dari kartu ATM BCA dapat dilakukan di ATM yang
menambahkan tanda PRIMA, Risikonya hanya membayar biaya
penarikan.
Diluar semua itu BCA dapat dibilang paling unggul dalam
bertransaksi via mobile banking, internet banking dan kartu kredit nya. Era
internet ini, para pengusaha kecil, online shop sangat dibantu dengan
9. 9
fasilitas mBCA, Internet Banking dalam bertransaksi. Bahkan transfer
pembelian dari konsumen banyak dilakukan rekening BCA dibandingkan
dengan BRI, BCA jugamerupakan salah satu bank swasta terbesar dalam
hal aset, pinjaman, dan deposit disertai dengan kinerja dan pelayanan
terbaik di Indonesia sehingga dapat meraih berbagai penghargaan salah
satunya adalahBest Bank in Indonesia oleh Finance Asia Magazine.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik
untuk mengambil judul penelitian “Analisis Perbandingan
TingkatKesehatan Bank Berdasarkan Metode RGEC studi kasusBRI
Dan BCA Periode 2010 – 2015” .
1.2. Identifikasi dan Pembatasan Masalah
1.2.1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka hasil identifikasi masalah
adalah sebagai berikut :
1. Persaingan yang terjadi pada sektor perbankan mendorong bank negeri
dan bank swasta untuk meningkatkan kinerjanya dari segala aspek.
2. Keterbukaan perbankan di Indonesia menyebabkan peningkatan secara
signifikan jumlah bank.
3. BRI dan BCA merupakan bank yang masuk dalam kategori bank terbesar di
Indonesia, hal ini membuat BRI dan BCA bersaing secara ketat dan
berupaya meningkatkan kinerja untuk dapat mempertahankan posisi
mereka.
10. 10
1.2.2. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan tidak menyimpang dari yang diharapkan, maka
permasalahan dibatasi pada :
1. Penelitian ini hanya dilakukan pada BRI dan BCA dengan pertimbangan
sebagai berikut :
BRI dan BCA merupakan bank dalam kategori BUKU IV (Bank Umum
Kegiatan Usaha). Kategori tersebut diberikan kepada bank yang memiliki
modal inti lebih dari Rp 30.000.000.000.000.
2. Data yang digunakan, yaitu laporan keuangan (neraca dan laporan rugi
laba) dan laporan GCG pada BRI dan BCA dari tahun 2010 - 2015.
3. Penelitian ini hanya dibatasi pada faktor Risk Profile, GCG, Earning,
Capital. Diantara delapan faktorRisk Profile, penulis hanya menghitung
risiko kredit melalui rasio NPL (Non Performing Loan) dan risiko
likuiditas dengan menghitung LDR (Loan to Deposit Ratio).Hal ini
disebabkan pada Risiko diatas, peneliti dapat memperoleh data kuantitatif
guna mendukung hasil penelitian ini. Faktor GCG dilihat dari laporan
penerapan GCG yang dimiliki oleh BRI dan BCAFaktor Earnings
digunakan rasio ROA (Return On Assets) dan NIM (Net Interest Margin),
untuk faktor capital digunakan CAR (Capital Adequancy Ratio.
11. 11
1.3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah tingkat kesehatan BRI dan BCA pada periode 2010-
2015 ditinjau dari pendekatan RGEC ?
2. Apakah terdapat perbedaan tingkatkesehatanBRI dibandingkan dengan
BCA pada periode 2010-2015apabila ditinjau dari faktor Risk Profile
?
3. Apakah terdapat perbedaan tingkat kesehatan BRI dibandingkan
dengan BCA pada periode 2010-2015 apabila ditinjau dari faktor
Good Corporate Governance ?
4. Apakah terdapat perbedaantingkat kesehatan BRI dibandingkan
dengan BCA pada periode 2010-2015 apabila ditinjau dari faktor
Earning ?
5. Apakah terdapat perbedaantingkat kesehatan BRI dibandingkan
dengan BCA pada periode 2010-2015 apabila ditinjau dari faktor
Capital ?
1.4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui tingkat kesehatan BRI dan BCA pada periode 2010
hingga 2015 ditinjau dari pendekatan RGEC.
12. 12
2. Untuk mengetahui perbedaan tingkat kesehatan BRI dan BCA periode
2010-2015 ditinjau dari faktor Risk Profile.
3. Untuk mengetahuiperbedaan tingkat kesehatan BRI dan BCA periode
2010-2015 ditinjau dari faktor Good Corprate Governance.
4. Untuk mengetahuiperbedaan tingkat kesehatan BRI dan BCA periode
2010-2015 ditinjau dari faktor Earning.
5. Untuk mengetahuiperbedaan tingkat kesehatan BRI dan BCA periode
2010-2015 ditinjau dari faktor Capital.
1.5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu :
1.5.1.Bagi Penulis
Melatih ketajaman analisis dan meningkatkan khasanah ilmu
pengetahuan terhadap kondisi riil dilapangan yang terkait dengan
disiplin ilmu manajemen yaitu tentang kesehatan Bank.
1.5.2.Bagi Akademis
Dapat digunakan sebagai sumber informasi atau dapat dipakai sebagai
data sekunder dan sebagai bahan sumbangan pemikiran tentang peran
dan fungsi manajemen keuangan, khususnya dalam salah satu fungsi
yaitu mengetahui kesehatan Bank.
1.5.3.Bagi Perbankan
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan perbankan
mengenai penerapan analisis rasio keuangan pada laporan keuangan
13. 13
dalam menentukan kondisi BRI dan BCA ditinjau dari rasio CAR,
NPL, NIM, ROA, dan LDR.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap
perbankan untuk mengevaluasi kinerja bank ditinjau dari rasio CAR,
NPL, NIM, ROA, dan LDR agar dapat menjadi lebih baik sehingga
dapat menjadi suatu lembaga keuangan yang kompetitif.
14. 14
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan Teori
2.1.1. Bank
2.1.1.1.Pengertian Bank
Bank bukanlah suatu hal yang asing bagi masyarakat di negara
maju. Masyarakat di negara maju sangat membutuhkan keberadaan bank.
Bank dianggap sebagai suatu lembaga keuangan yang aman dalam
melakukan berbagai macam aktivitas keuangan. Bank juga merupakan
salah satu lembaga yang memiliki peranan penting dalam mendorong
pertumbuhan perekonomian suatu negara, bahkan pertumbuhan bank di
suatu negara dapat digunakan sebagai tolok ukur pertumbuhan
perekonomian suatu negara.
Ismail (2010:3) mengatakan bahwa bank adalah lembaga perantara
keuangan bagi masyarakat dengan cara menghimpun dana dari
masyarakat yang kelebihan dana, kemudian menyalurkannya kepada
masyarakat yang membutuhkan dana. Hal ini sejalan dengan UU
Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 yang mengatakan bahwa bank adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan
15. 15
atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.
2.1.1.2.Fungsi Bank
Fungsi utama bank menurut Ismail (2010:4) adalah
menghimpun dana dari masyarakat, menyalurkan dana kepada
masyarakat dan juga memberikan pelayanan dalam bentuk jasa
perbankan. Berikut ini merupakan penjelasan dari fungsi utama bank.
A. Menghimpun dana dari masyarakat
Fungsi bank yang pertama adalah menghimpun dana dari
masyarakat yang kelebihan dana. Bank menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan. Masyarakat mempercayai
bank sebagai tempat yang aman untuk melakukan investasi, dan
menyimpan dana. Masyarakat yang kelebihan dana sangat
membutuhkan keberadaan bank untuk menyimpan dananya dengan
aman. Keamanan atas dana yang disimpan di bank oleh masyarakat
merupakan faktor yang sangat penting bagi masyarakat.
Masyarakat yang menyimpan dana di bank akan memperoleh
return atas simpanan nya, besarnya return tergantung kebijakan
masing-masing bank.
B. Menyalurkan dana kepada masyarakat
Fungsi bank yang kedua adalah menyalurkan dana kepada
masyarakat yang membutuhkan dana. Kebutuhan dana oleh
masyarakat, akan lebih mudah diberikan oleh bank apabila,
16. 16
masyarakat yang membutuhkan dana dapat memenuhi semua
persyaratan yang diberikan oleh bank. Menyalurkan dana
merupakan aktivitas yang sangat penting bagi bank, karena bank
akan memperoleh pendapatan atas dana yang disalurkan.
Pendapatan tersebut dapat berupa pendapatan bunga untuk bank
konvemsional, dan bagi hasil atau lainnya untuk bank syariah.
Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas penyaluran dana kepada
nasabah merupakan pendapatan yang terbesar di setiap bank,
sehingga penyaluran dana kepada masyarakat menjadi sangat bagi
bank.
C. Pelayanan jasa perbankan
Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam
menjalankan aktivitasnya, bank juga dapat memberikan beberapa
pelayanan jasa. Pelayanan jasa kepada nasabah merupakan fungsi
bank yang ketiga. Berbagai jenis produk pelayanan jasa yang dapat
diberikan oleh bank antara lain jasa pengiriman uang (transfer),
pemindahanbukuan, penagihan surat-surat berharga, kliring, Letter
of Credit, inkaso, garansi bank dan pelayanan lainnya. Produk
pelayanan jasa bank yang ditawarkan kepada masyarakat
merupakan aktivitas pendukung yang dapat diberikan oleh bank.
Selain fungsi utama tersebut, bank juga memiliki fungsi sebagai
lembaga perantara keuangan. Ismail (2009:8) mengemukakan
bahwa bank juga disebut sebagai lembaga perantara keuangan atau
17. 17
financial intermediary yaitu bank menjembatani kebutuhan dua
nasabah yang berbeda, satu pihak merupakan nasabah yang
memiliki dana dan pihak lainnya merupakan nasabah yang
membutuhkan dana. Sebagai lembaga intermediary bank
menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana.
Masyarakat yang menempatkan dananya dalam bentuk simpanan,
tujuannya ialah agar dana tersimpan dengan aman. Di samping rasa
aman, masyarakat mengharapkan memperoleh imbalan atas dana
yang disimpan di bank. Beberapa jenis imbalan yang diberikan oleh
bank akan berbeda-beda tergantung dari jenis penyimpanan.
2.1.1.3. Jenis Bank
Bank di Indonesia terbagi menjadi beberapa jenis. Jenis bank
dapat dibedakan sesuai dengan fungsi, kepemilikan, status, penetapan
harga dan tingkatannya(Ismail,2010:13). Berikut ini merupakan
penjelasan dari jenis-jenis bank yang ada di Indonesia.
A. Jenis bank ditinjau dari segi fungsinya
1. Bank Sentral
Bank sentral adalah bank yang berfungsi sebagai pengatur bank-
bank yang ada di dalam suatu negara. Bank sentral hanya ada satu
di setiap negara dan mempunyai kantor yang hamper di setiap
provinsi. Bank sentral yang ada di Indonesia adalah Bank
Indonesia.
18. 18
Tujuan Bank Indonesia, sesuai dengan UU No. 23 tahun 1999
adalah untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
Stabilitas nilai rupiah ini sangat penting untuk mendukung
perekonomian negara dan kesejahteraan masyarakat. Bank
Indonesia memiliki tiga tugas pokok dalam menjaga stabilitas
nilai rupiah, yaitu menetapkan dan melaksanakan kebijakan
moneter, mengatur dan memelihara kelancaran sistem
pembayaran, mengatur, mengoordinasi dan melakukan
pengawasan kepada semua bank.
2. Bank Umum
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Kegiatan bank umum secara garis besar dibagi
menjadi tiga yaitu, penghimpunan dana kepada masyarakat,
penyaluran dana kepada masyarakat dan pelayanan jasa.
3. Bank Perkreditan Rakyat
Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip
syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran atau giral. Fungsi BPR pada umumnya
terbatas pada hanya memberikan pelayanan jasa dalam
19. 19
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kepada
masyarakat.
B. Jenis bank ditinjau dari segi kepemilikannya
Bank dilihat dari segi kepemilikannya, artinya siapa yang dapat
memiliki bank tersebut, hal ini dapat dilihat dari akta pendiriannya.
Dari segi kepemilikan, bank dapat dibagi menjadi beberapa jenis,
antara lain :
1. Bank Milik Pemerintah
Bank milik pemerintah atau yang lebih dikenal dengan bank
pemerintah merupakan bank yang kepemilikannya berada di
bawah pemerintah. Bank milik pemerintah didirikan oleh
pemerintah, dan pada awalnya seluruh sahamnya adalah milik
pemerintah. Dalam akta pendirian bank pemerintah, tertuang jelas
bahwa pemilik bank tersebut adalah pemerintah yang diwakili
oleh Menteri BUMN. Dalam hal bank pemerintah yang sudah go-
public, maka saham yang dimiliki oleh pemerintah harus di atas
50% sehingga pemegang kendali bank pemerintah tetap
pemerintah. Bank milik pemerintah dibagi menjadi dua, yaitu
bank pemerintah pusat dan daerah.
2. Bank Swasta Nasional
Bank swasta nasional merupakan bank yang didirikan oleh swasta
baik individu, maupun lembaga, sehingga seluruh keuntungan
akan dinikmati oleh swasta. Sebaliknya, apabila terdapat kerugian
20. 20
atas usaha bank, maka kerugian tersebut akan ditanggung oleh
pihak swasta. Contoh bank swasta nasional adalah BCA, Bank
Permata, Bank Muamalat Indonesia, Bank Danamon dan Bank
Maspion.
3. Bank Milik Koperasi
Bank yang didirikan oleh perusahaan yang berbadan hukum
koperasi, dan seluruh modalnya menjadi milik koperasi. Di
Indonesia, terdapat satu bank yang didirikan oleh koperasi atau
bank yang menjadi milik koperasi, yaitu Bank Bukopin.
4. Bank Asing
Bank asing merupakan bank yang didirikan oleh pemerintah asing
maupun oleh swasta asing. Bank asing berkantor pusat di luar
wilayah Negara Indonesia. Bank asing yang ada di Indonesia,
merupakan cabang atau perwakilan dari bank asing yang
berkantor pusat di negaranya asing-asing atau swasta asing,
sehingga keuntungan, maupun kerugiannya akan menjadi milik
negara asing atau orang asing (luar negeri). Contoh bank asing
antara lain Citibank, ABN Amro Bank, Standart Chartered Bank,
HSBC danChase Manhattan Bank.
5. Bank Campuran
Bank campuran merupakan bank yang sahamnya dimiliki oleh
swasta asing dan nasional. Meskipun, pemilik bank campuran
adalah warga negara asing atau perusahaan asing dan warga
21. 21
Indonesia atau perusahaan dalam negeri, akan tetapi kepemilikan
sahamnya mayoritas dimiliki oleh swasta nasional.
C. Jenis bank ditinjau dari segi statusnya
1. Bank Devisa
Bank devisa merupakan bank yang dapat melakukan aktivitas
transaksi ke luar negeri dan atau transaksi yang berhubungan
dengan mata uang asing secara keseluruhan. Produk yang
ditawarkan oleh bank devisa lebih lengkap dibanding dengan
produk yang ditawarkan oleh bank nondevisa. Contoh Bank
Devisa antara lain Bank Mandiri, BNI, BRI, BCA, Bank
Permata, BTN dan BII. Produk yang ditawarkan bank devisa
antara lain giro dalam mata uang asing dan mata uang rupiah,
LC, transfer ke luar negeri dan dari luar negeri,Foreign
Exchange, Bank Guarantee.
2. Bank Non Devisa
Bank nondevisa merupakan bank yang belum mempunyai izin
untuk melaksanakan kegiatan seperti bank devisa. Transaksi
yang dilakukan oleh bank nondevisa masih terbatas pada
transaksi dalam negeri dan/atau mata uang rupiah saja. Bank
nondevisa dapat mengubah statusnya menjadi bank devisa.
Salah satu persyaratan menjadi bank devisa adalah telah
memperoleh keuntungan dua tahun terakhir secara berturut-
turut.
22. 22
D. Jenis bank ditinjau dari segi cara penentuan harga
1. Bank Konvensional
Bank konvensional merupakan bank yang dalam penentuan harga
menggunakan bunga sebagai balas jasa. Balas jasa yang diterima
oleh bank atas penyaluran dana kepada masyarakat, maupun balas
jasa yang dibayar oleh bank kepada masyarakat atas
penghimpunan dana. Di samping itu, untuk mendapatksn
keuntungan dari pelayanan jasanya, bank konvensional akan
membebankan fee kepada nasabahnya.
2. Bank Syariah
Bank Syariah merupakan bank yang kegiatannya mengacu pada
hukum Islam, dan dalam kegiatannya tidak membebankan bunga
maupun tidak membayar bnga kepada nasabah. Imbalan yang
diterima oleh bank syariah tergantung dari akad dan perjanjian
antara nasabah dan pihak bank. Perjanjian tersebut didasarkan
pada hukum syariah baik perjanjian yang dilakukan bank dengan
nasabah dalam penghimpunan dana, maupun penyalurannya.
Perjanjian atau akad yang terdapat di perbankan syariah harus
tunduk pada syarat dan rukun akad tersebut.
Selain jenis bank diatas, masih terdapat jenis bank yang ditinjau
dari BUKU (Bank Umum Kegiatan Usaha), dimana penggolongan ini
berdasarkan ketetapan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia melalui
Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/26/PBI/2012 tanggal 27 Desember
23. 23
2012 tentang Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor Berdasarkan Modal
Inti Bank. Berdasarkan modal inti yang dimiliki Bank dikelompokkan
dalam 4 kelompok usaha (Bank Umum Kelompok Usaha – BUKU)
sebagai berikut:
a. BUKU 1, Bank dengan modal inti kurang dari Rp1 Triliun.
b. BUKU 2, Bank dengan modal inti Rp1 Triliun sampai dengan
kurang dari Rp5 Triliun.
c. BUKU 3, Bank dengan modal inti Rp5 Triliun sampai dengan
kurang dari Rp30 Triliun.
d. BUKU 4, Bank dengan modal inti di atas Rp30 Triliun.
Cakupan produk dan aktivitas yang dapat dilakukan BUKU sebagai
berikut:
A. Bank Umum Konvensional
1. BUKU 1 hanya dapat melakukan kegiatan penghimpunan dan
penyaluran dana yang merupakan produk atau aktivitas dasar dalam
Rupiah, kegiatan pembiayaan perdagangan, kegiatan dengan
cakupan terbatas untuk keagenan dan kerjasama, kegiatan sistem
pembayaran dan electronic banking dengan cakupan terbatas,
kegiatan penyertaan modal sementara dalam rangka penyelamatan
kredit, dan jasa lainnya, dalam Rupiah. BUKU 1 hanya dapat
melakukan kegiatan valuta asing terbatas sebagai pedagang valuta
asing.
24. 24
2. BUKU 2 dapat melakukan kegiatan produk atau aktivitas dalam
rupiah dan valuta asing dengan cakupan yang lebih luas dari
BUKU 1. BUKU 2 dapat melakukan kegiatan treasury terbatas
mencakup spot dan derivatif plain vanilla serta melakukan
penyertaan sebesar 15% pada lembaga keuangan didalam negeri.
3. BUKU 3 dapat melakukan seluruh kegiatan usaha dalam Rupiah
dan valuta asing dan melakukan penyertaan sebesar 25% pada
lembaga keuangan di dalam dan di luar negeri terbatas di kawasan
Asia.
4. BUKU 4 dapat melakukan seluruh kegiatan usaha dalam rupiah
dan valuta asing dan melakukan penyertaan sebesar 35% pada
lembaga keuangan di dalam dan di luar negeri dengan cakupan
wilayah yang lebih luas dari BUKU 3 (international world wide).
B. Bank Umum Syariah
1. BUKU 1 hanya dapat melakukan kegiatan penghimpunan dan
penyaluran dana yang merupakan produk atau aktivitas dasar
dalam Rupiah, serta kegiatan pembiayaan perdagangan, kegiatan
dengan cakupan terbatas untuk keagenan dan kerjasama, kegiatan
sistem pembayaran dan electronic banking dengan cakupan
terbatas, kegiatan penyertaan modal sementara dalam rangka
penyelamatan pembiayaan, dan jasa lainnya, dalam Rupiah
berdasarkan akad yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
25. 25
BUKU 1 hanya dapat melakukan kegiatan dalam valuta asing
terbatas sebagai pedagang valuta asing.
2. BUKU 2 hanya dapat melakukan kegiatan produk atau aktivitas
dalam Rupiah dan valuta asing dengan cakupan yang lebih luas dan
berdasarkan akad yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
BUKU 2 dapat melakukan kegiatan treasury terbatas mencakup
transaksi spot dan kegiatan treasury dasar lainnya berdasarkan akad
yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah, serta melakukan
penyertaan sebesar 15% pada lembaga keuangan syariah di dalam
negeri.
3. BUKU 3 dapat melakukan seluruh kegiatan usaha dalam Rupiah
dan valuta asing dan melakukan penyertaan sebesar 25% pada
lembaga keuangan syariah di dalam dan di luar negeri terbatas di
kawasan Asia.
4. BUKU 4 dapat melakukan seluruh kegiatan usaha dalam Rupiah
dan valuta asing dan melakukan penyertaan sebesar 35% pada
lembaga keuangan dalam dan luar negeri dengan cakupan wilayah
yang lebih luas dari BUKU 3 (international world wide).
2.1.1.4. Sumber Dana
Dana bank yang digunakan sebagai alat untuk melakukan
aktivitas usaha dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu sumber dana
sendiri, pinjaman, dan pihak ketiga (Ismail, 2009:40). Berikut ini
penjelasan secara terperinci dari sumber dana tersebut.
26. 26
A. Dana sendiri
Dana sendiri disebut juga dengan dana modal atau dana pihak
I, adalah merupakan dana yang dihimpun dari pihak para pemegang
saham bank atau pemilik bank. Dana yang dihimpun dari pemilik
tersebut dapat digolongkan menjadi :
1. Modal disetor
Modal disetor merupakan dana awal yang disetorkan oleh
pemilik pada awal bank didirikan. Setiap bank yang akan
didirikan harus memiliki sejumlah modal tertentu sebagai modal
pendirian. Modal tersebut pada umumnya digunakan untuk
pengadaanaktiva tetap seperti pembelian gedung kantor,
inventaris kantor, komputer dan kendaraan. Di samping itu,
sebagian dari modal tersebut digunakan untuk biaya pendirian
dan promosi untuk menarik minat masyarakat kepada bank yang
akan didirikan.
2. Cadangan
Cadangan sangat diperlukan oleh bank terutama untuk antisipasi
apabila terjadi kerugian di masa yang akan datang. Cadangan
tersebut dapat ditingkatkan dengan meningkatkan laba bank
setiap tahunnya. Besar nya cadangan akan berpengaruh pada
besarnya modal bank.
27. 27
3. Sisa Laba
Sisa laba merupakan akumulasi dari keuntungan yang diperoleh
bank setiap tahun. Sisa laba merupakan laba yang menjadi milik
pemegang saham, akan tetapi dalam rangka meningkatkan
modal bank, maka dalam rapat umum pemegang saham,
diputuskan laba tersebut tidak dibagi, akan tetapi digunakan
untuk menambah modal bank. Sisa laba terdiri dari laba/rugi
tahun-tahun lalu dan laba/rugi tahun berjalan. Besarnya modal
bank dapt menimbulkan dampak positif terhadap
keberadaannya, karena bank dengan modal besar akan lebih
mendapat kepercayaan masyarakat baik masyarakat dalam
negeri maupun masyarakat luar negeri. Masyarakat akan lebih
aman aman menyimpan dana di sebuah bank yang memiliki
modal besar.
B. Dana Pinjaman
1. Pinjaman dari bank lain di dalam negeri
Pinjaman yang berasal dari bank lain biasa dikenal dengan
pinjaman antar bank (Interbank Call Money). Pinjaman tersebut
diperlukan apabila terdapat kebutuhan dana mendesak yang
diperlukan oleh bank dalam rangka menutup kekurangan
likuiditas yang diwajibkan oleh Bank Indonesia. Misalnya, bank
sedang kalah kliring, kemudian kalah kliring tersebut dapat
menimbulkan saldo giro bank di Bank Indonesia menjadi
28. 28
negatif. Dalam rangka tetap menjaga kepercayaan nasabah,
makabank harus mendapat dana untuk menutup saldo giro pada
Bank Indonesia yang negative tersebut. Bank perlu melakukan
pinjaman kepada bank lain melalui Interbank Call Money.
Pinjaman antar bank ini bersifat jangka pendek. Instrumen yang
digunakan untuk melakukan transaksi ini antara lain, promes,
Surat Berharga Pasar Uang, dan sertifikat deposito.
2. Pinjaman dari bank atau lembaga keuangan luar negeri
Pinjaman yang berasal dari luar negeri harus melalui Bank
Indonesia. Bank Indonesia bertindak sebagai pengawas
pinjaman luar negeri tersebut. Jangka waktu pinjaman yang
diberikan adalah jangka menengah dan panjang. Pinjaman
tersebut sangat dibutuhkan oleh bank karena sifat
pengembaliannya relatif lama, sehingga dapat dikatakan sebagai
dana permanen. Pada umumnya, pinjaman tersebut diberikan
kepada bank miliki pemerintah, tetapi tidak semua bank dapat
memperoleh pinjaman ini.
3. Pinjaman dari lembaga keuangan bukan bank
Pinjaman LKBB (Lembaga Keuangan Bukan Bank) ini sering
tidak merupakan pinjaman atau kredit, dalam arti bank tidak
memperoleh dana tunai dari pihak kreditur. Pinjaman ini
biasanya merupakan penjualan surat berharga kepada pihak
lembaga keuangan bukan bank yang belum jatuh tempo.
29. 29
Pinjaman LKBB antara lain deposit on call, dan sertifikat
deposito.
4. Obligasi
Obligasi merupakan surat utang jangka panjang. Dengan
menerbitkan obligasi dan menjualnya, maka bank memperoleh
dana dari pembelinya. Pembeli obligasi dapat berasal dari bank
maupun perorangan.
C. Dana Pihak Ketiga
Dana pihak ketiga biasanya lebih dikenal dengan dana masyarakat,
merupakan dana yang dihimpun oleh bank yang berasal dari
masyarakat dalam arti luas, meliputi masyarakat individu, maupun
badan usaha, Mala (2017). Bank menawarkan produk simpanan
kepada masyarakat dalam menghimpun dananya. Sumber dana yang
berasal dari dana pihak ketiga antara lain simpanan giro, tabungan,
dan deposit. Berikut ini merupakan penjelasannya.
1. Simpanan Giro
Simpanan giro merupakan simpanan yang diperoleh dari
masyarakat atau pihak ketiga yang sifat penarikannya adalah
dapat ditarik setiap saat dengan menggunakan cek atau bilyet
giro atau sarana perintah bayar lainnya atau pemindahbukuan.
Simpanan giro sangat bermanfaat bagi masyarakat yang
melakukan aktivitas usaha, karena pemegang rekening giro akan
30. 30
banyak mendapatkan kemudahan dalam melakukan transaksi
usahanya.
Kebutuhan adanya simpanan giro ini tidak hanya semata-mata
untuk kepentingan bank, akan tetapi juga untuk melayani
kepentingan masyarakat modern. Masyarakat sangat
membutuhkan produk giro karena giro adalah uang giral yang
dapat digunakan sebagai alat pembayaran, dengan menggunakan
sarana penarikan berupa cek dan sarana pemindahbukuan berupa
bilyet giro. Pertimbangan utama nasabah memiliki rekening giro
ialah karena kemudahan yang ingin diperoleh oleh nasabah.
Memiliki rekening giro itu sama dengan memiliki uang tunai,
karena sifat dari rekening giro yang dapat ditarik setiap saat.
2. Tabungan
Tabungan merupakan jenis simpanan yang dilakukan oleh pihak
ketiga yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat
tertentu sesuai perjanjian antara bank dan pihak nasabah. Dalam
perkembangan nya, penarikan tabungan dapat dilakukan setiap
saat dengan menggunakan sarana penarikan berupa slip
penarikan, ATM (Automatic Teller Machine), surat kuasa dan
sarana lainnya yang dipersamakan dengan itu. Berbagai regulasi
pemerintah serta ketatnya persaingan antar bank, membuat bank
melakukan inovasi terhadap produk tabungan sehingga produk
tabungan menjadi bervariasi. Semua bank diperkenankan
31. 31
mengembangkan jenis produk tabungannya tanpa perlu
persetujuan dari Bank Indonesia. Hal ini pula yang mendorong
perkembangan jenis produk tabungan menjadi beragam.
Beberapa contoh produk tabungan antara lain, tabungan harian,
pendidikan, berhadiah undian dan kerja sama dengan asuransi.
3. Deposito
Deposito merupakan jenis simpanan yang penarikan nya hanya
dilakukan sesuai dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan
antara bank dengan nasabah.
2.1.2. Kesehatan Bank
2.1.2.1.PengertianKesehatan Bank
Triandaru dan Budisantoso (2008:51) yang mengartikan bahwa kesehatan
bank adalah kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan
operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua
kewajibannya dengan cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang
berlaku.Kesehatan bank dapat diartikan pula sebagai kondisi keuangan dan
manajemen bank diukur melalui rasio-rasio hitung. Tingkat kesehatan
bank merupakan kepentingan semua pihak terkait, yaitu pemilik dan
pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank, dan bank Indonesia
selaku pembina dan pengawas bank-bank yang ada di Indonesia (Sunarti,
2011:144). Menurut Darmawi (2011:42) Kesehatan Bank merupakan
kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik, manajemen,
masyarakat pengguna jasa bank dan pemerintah dalam hal ini Bank
32. 32
Indonesia selaku otoritas pengawasan perbankan, karena kegagalan dalam
industri perbankan akan berdampak buruk terhadap perekonomian
Indonesia.
Bagi perbankan hasil akhir penilaian kesehatan perbankan tersebut dapat
digunakan sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi uasaha di
waktu yang akan datang, sedangkan bagi Bank Indonesia hasil dari
penilaian kesehatan perbankan digunakan sebagai sarana penetapan dan
implementasi strategi pengawasan bank oleh Bank Indonesia.
2.1.2.2. Faktor Penilaian Kesehatan Bank
Faktor penilaian tentang kesehatan bank yaitu RGEC, Pada PBI No.
13/1/PBI/2011 dan SE No. 13/ 24/ DPNP tanggal 25 Oktober 2011 yang
menjadi indikator adalah:
1. Risk Profile
Penilaian terhadap Risiko terbagi menjadi delapan bagian yaitu :
a. Risiko kredit
Risiko pinjaman tidak kembali sesuai dengan kontrak, seperti
penundaan, pengurangan pembayaran suku bunga dan pinjaman
pokoknya, atau tidak membayar sama sekali.
b. Risiko pasar
Suatu Risiko yang timbul karena menurunnya nilai suatu investasi
karena pergerakan pada faktor-faktor pasar.
33. 33
c. Risiko likuiditas
Risiko akibat ketidakmampuan bank untuk memenuhi kewajiban
yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas, dan/atau dari
aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa
mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank. Risiko
kekurangan likuiditas dapat terjadi karena adanya penarikan dana
secara serentak yang dapat mengakibatkan kebangkrutan bank.
d. Risiko operasional
Risiko akibat ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses
internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya
kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional Bank. Sumber
Risiko Operasional dapat disebabkan antara lain oleh sumber
daya manusia, proses, sistem, dan kejadian eksternal..
e. Risiko hukum
Risiko dari ketidakpastian tindakan atau tuntutan atau
ketidakpastian dari pelaksanaan atau intepretasi dari kontrak,
hukum atau peraturan. Risiko ini juga dapat timbul antara lain
karena ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendasari
atau kelemahan perikatan, seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya
kontrak atau agunan yang tidak memadai.
f. Risiko strategi
Risiko yang disebabkan oleh adanya penetapan dan pelaksanaan
startegi bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang
34. 34
tidak tepat atau kurang responsifnya terhadap perubahan
eksternal.
g. Risiko kepatuhan
Risiko yang disebabkan oleh ketidakpatuhan suatu bank untuk
melaksanakan perundangan-undangan dan ketentuan lain yang
berlaku.
h. Risiko reputasi
Risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang
bersumber dari persepsi negatif terhadap bank.
2. Good Corporate Governance
Menurut Sidharta dan Cynthia dalam Oktapiyani ( 2009 : 12) istilah
Good Corporate Governance secara umum dikenal sebagai suatu
sistem dan struktur yang baik untuk mengelola perusahaan dengan
tujuan meningkatkan nilai pemegang saham serta mengakomodasi
berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan
(stakeholders), seperti kreditur, pemasok, asosiasi bisnis, konsumen,
pekerja, pemerintah, dan masyarakat luas. Prinsip good corporate
governance ini dapat digunakan untuk melindungi pihak- pihak
minoritas dari pengambil alih yang dilakukan oleh para manajer dan
pemegang saham denganmekanisme legal.
Good Corporate Governance (GCG) ditinjau dari sisi pemenuhan
prinsip-prinsip GCG mencerminkan bagian manajemen dari
CAMELS namun telah disempurnakan. Bank memperhitungkan
35. 35
dampak GCG perusahaan pada kinerja GCG bank dengan
mempertimbangkan signifikan dan matrealitas perusahaan anak dan
atau signifikan kelemahan GCG perusahaan anak. Prinsip-prinsip
Good Corporate Governance yang dimaksud dalam Keputusan
Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-117/M-MBU/2002
tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada
BUMN meliputi:
a. Transparansi
Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan
keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi
materiil dan relevan mengenai perusahaan.
b. Kemandirian
Suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional
tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/ tekanan dari pihak
manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
c. Akuntabilitas
Kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organisasi
sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.
d. Pertanggungjawaban,
Kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
36. 36
3. Earning
Earning adalah satu penilaian kesehatan bank dari sisi rentabilitas.
Indikator rentabilitas adalah ROA, ROE, NIM, dan BOPO.
Karakteristik bank dari sisi rentabilitas adalah kinerja bank dalam
menghasilkan laba, kestabilan komponen-komponen yang mendukung
core earning, dan kemampuan laba dalam meningkatkan permodalan
dan prospek laba di masa depan.
4. Capital
Capital atau permodalan memiliki indikator antara lain rasio kecukupan
modal untuk mengantisipasi kerugian sesuai profil Risiko yang disertai
dengan pengelolaan permodalan yang sangat kuat sesuai dengan
karakteristik dan kompleksitas usaha bank.
2.1.3. Laporan Keuangan
2.1.3.1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan media informasi yang merangkum
semua aktivitas perusahaan. Informasi yang terkandung didalam laporan
keuangan sangat berguna bagi siapa saja untuk mengambil keputusan
terkait dengan perusahaan. Sofyan (2007:105) mengatakan bahwa
laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha
suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Hal ini
sejalan dengan Agus (2011:51) mengatakan bahwa laporan keuangan
merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan pada
saat tertentu. Sedangkan menurut Harmono (2009:22) mengemukakan
37. 37
laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan
peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar
menurut karakteristik ekonominya.
Laporan keuangan memiliki sifat historis yaitu, merupakan
laporan atas kejadian yang telah lewat. Oleh sebab itu laporan keuangan
tidak dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam
proses pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan bersifat
umum, yaitu disajikan untuk semua pemakai dan bukan dimaksudkan
untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu saja, mislanya pajak dan bank.
Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian,
bila terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti
mengenai penilaian suatu pos, maka lazimnya dipilih alternatif yang
menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang paling kecil.
Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah
teknis, dan pemakai laporan diasumsikan memahami Bahasa teknis
akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan.Bagi para analis,
laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai
prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan.
2.1.3.2. Jenis-jenis Laporan Keuangan
Menurut Kasmir (2000:242), terdapat beberapa jenis laporan
keuangan, sebagai berikut :
38. 38
A. Neraca
Neraca merupakan laporan yang menunjukkan posisi keuangan pada
tanggal tertentu, yang dimaksud dengan posisi keuangan adalah
posisi aktiva (harta) dan pasiva (kewajiban dan ekuitas) suatu bank.
B. Laporan Komitmen dan Kontinjensi
Laporan komitmen merupakan suatu ikatan atau kontrak yang
berupa janji yang tidak dapat dibatalkan secara sepihak (irrevocable)
dan harus dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama
dan dipenuhi. Sedangkan laporan kontinjensi merupakan tagihan
atau kewajiban bank yang memungkinkan timbulnya tergantung
pada terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa di masa
yang akan datang.
C. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan bank yang
menggambarkan hasil usaha bank dalam suatu periode tertentu.
D. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan semua
aspek yang berkaitan dengan kegiatan bank, baik yang berpengaruh
langsung atau tidak langsung terhadap arus kas.
E. Catatan Atas Laporan Keuangan
Merupakan laporan yang berisi catatan tersendiri mengenai
PosisiDevisa Neto, menurut jenis mata uang dan aktivitas lainnya.
39. 39
F. Laporan Keuangan Gabungan dan Konsolidasi
Laporan gabungan merupakan laporan dari seluruh cabang-cabang
bank yang bersangkutan baik yang ada di dalam negeri maupun yang
ada diluar negeri. Sedangkan laporan konsolidasi merupakan laporan
bank yang bersangkutan dengan anak perusahaannya.
Lyn (2008:8) mengatakan bahwa laporan neraca menunjukan posisi
keuangan aktiva, hutang, dan ekuitas pemegang saham sutau perusahaan
pada tanggal tertentu, seperti pada akhir triwulan atau akhir tahun. Hal ini
sejalan dengan pendapat Sofyan (2007:72) yang mengatakan bahwa
laporan keuangan neraca menggambarkan posisi harta, utang dan modal
pada tanggal tertentu. Harta yang disebut aktiva adalah harta produktif
yang dikelola dalam perusahaan tersebut, dan asset ini diperoleh dari
sumber utang atau modal. Sumber pendanaan asset adalah utang jangka
panjang, jangka pendek, atau berasal dari modal pemilik. Laporan ini
menggambarkan jumlah hasil, biaya dan laba/rugi perusahaan pada
periode tertentu.
Laba rugi menggambarkan hasil yang diterima perusahaan
selama satu periode tertentu serta biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
mendapatkan hasil tersebut (Sofyan, 2007:73). Hasil dikurangi biaya-
biaya merupakan laba atau rugi. Jika hasil lebih besar dari biaya maka
perusahaan tersebut laba, jika hasil lebih kecil dari dari biaya maka dapat
dikatakan perusahaan mengalami rugi.
40. 40
Sofyan (2007:73) berpendapat bahwa laporan arus kas
merupakan laporan yang memuat sumber dana dan pengeluaran
perusahaan selama satu periode. Dana dapat diartikan macam-macam :
A. Dana adalah kas
B. Dana adalah aktiva cepat
C. Dana adalah monetary assets
D. Dana adalah aktiva lancar
E. Dana adalah modal kerja
F. Dana adalah keseluruhan aktiva
2.1.3.3. Unsur-unsur Laporan Keuangan
Laporan keuangan menggambarkan dampak dari transaksi dan peristiwa
lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut
karakteristik ekonominya. Unsur yang berkaitan secara langsung dengan
pengukuran posisi keuangan (neraca) adalah aktiva, kewajiban, dan
ekuitas. Sedangkan yang berkaitan dengan pengukuran kinerja dalam
laporan laba-rugi adalah penghasilan dan beban. Pos-pos tersebut
didefinisikan sebaai berikut:
A. Aktiva
Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai
akibat dari peristiwa masa lalu dan darimana manfaat ekonomis
dimasa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan . Suatu aktiva
mempunyai 3 (tiga) sifat pokok :
41. 41
1. Mempunyai kemungkinan manfaat dimasa datang yang
berbentukkemampuan (baik sendiri maupun kombinasi dengan
aktiva yang lain) untuk menyumbang pada aliran kas masuk
dimasa datang baik secara langsung maupun tidak langsung.
2. Suatu badan usaha dapat memperoleh manfaatnya dan
mengawasimanfaat tersebut.
3. Transaksi-transaksi yang dapat menimbulkan hak
perusahaanuntuk memperoleh dan mengawasi manfaat tersebut
sudah terjadi
Dalam neraca aktiva dipisahkan menjadi 2 (dua), yaitu
aktiva lancar dan aktiva tidak lancar. Suatu aktiva diklasifikasikan
sebagai aktiva lancar jika aktiva tersebut mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut :
1. Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau
digunakan dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan.
2. Dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuang jangka pendek
dan diharapkan dapat direalisasi dalam jangka waktu kurang dari
12 bulan dari tanggal neraca.
3. Berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi.
Sedangkan aktiva yang tidak memenuhi kategori tersebut
diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar, seperti investasi
jangka panjang aktiva tetap terwujud, aktiva tetap tidak berwujud
, dan aktiva lain-lain.
42. 42
B. Kewajiban
Kewajiban merupakan hutang perushaan masa kini yang timbuldari
peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan
arus kas keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung
manfaat ekonomi. Kewajiban dibedakan antara kewajiban jangka
pendek dan jangka panjang. Suatu kewajiban diklasifikasikan
sebagai kewajiban jangkapendek jika :
1. Diperkirkan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal
operasi perusahaan.
2. Jatuh tempo dalam waktu 12 bulan dari tanggal neraca. Semua
kewajiban lainnya diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka
panjang.
C. Ekuitas
Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi
semua kewajiban. Jumlah ekuitas yang ditampilkan dalam neraca
tergantung pada pengukuran aktiva dan kewajiban. Secara kebetulan
biasanya jumlah ekuitas agregat sama dengan jumlah nilai pasar
keseluruhandari saham perusahaan atau jumlah yang diperoleh
dengan melepaskan seluruh aktiva bersih perusahaan baik secara
satu persatu atau secara keseluruhan dalam kondisi going – concern.
D. Penghasilan
43. 43
Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu
periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva
atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas
yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.
E. Beban
Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama satu
periode akuntansi dalam arus keluar atau berkurangnya aktiva atau
terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang
tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.
2.2. Hasil Penelitian Sebelumnya
Penelitian ini merupakan hasil pengembangan penelitian terdahulu
yang telah dilakukan oleh beberapa penulis, yakni mengenai analisis
deskriptif kinerja keuangan pada bank. Berikut tabel ringkasan penelitian
terdahulu.
44. 44
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
No. Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian
1 Analisis tingkat
kesehatan PT. Bank
Mandiri (persero)Tbk
(studi kasus :
Pergantian
Kepemimpinan
E.C.W.Neloe)
Oleh : Yusmedi
Nurfaisal Tahun 2009
CAR, ROA,
BOPO, LDR
Kinerja keuangan Bank
Mandiri pada tahun 2005
dikatakan cukup sehat dengan
nilai akhir 77,36. Pada tahun
2006 dengan nilai akhir 81,26
dan 2007 dengan nilai akhir
85,50 maka dapat disimpulkan
bahwa bank Mnadiri berapa
pada kondisi sehat.
2 Kinerja Keuangan
Bank Mandiri Sebagai
Bank Rekapitalisasi
Setelah Bergabung
Oleh : Christina Eka
Yulianti Tahun 2006
Rasio
Kecukupan
Modal (CAR),
Kredit Macet
(NPL), Rasio
Pinjaman
terhadap
Tabungan
(LDR), Margin
Suku Bunga
Bersih (NIM),
Pengembalian
Aset (ROA)
Kinerja Keuangan Bank
Mandiri sebelum bergabung
menunjukkan bank pemerintah
yang tidak sehat. Hal tersebut
dapat diketahui dapat diketahui
dari tingkat pencapaian PA,
PE, RPE, dan RPTA yang
menunjukkan keempat bank
BUMN dalam kondisi
bangkrut , dimana utang yang
dimilki melebihi modal.
Kinerja Keuangan Bank
Mandiri setelah bergabung
tidak menunjukkan banyak
perbaikan atau dapat dikatakan
belum sehat jika dilihat dari
rasio keuangan PA,PE,RPE,
dan RPTA. Selain itu, 70%
pendapatan Bank Mandiri
berasal dari pendapatan bunga
dari pemberian kredit hanya
sebesar 18% untuk tahun 2001.
45. 45
No. Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian
3 Analisis Perbandingan
Kinerja Keuangan Pada
Perbankan
Konvensional Dan
Syariah Dengan
Menggunakan Rasio
Keuangan Bank.
(studi kasus : Bank
mandiri dan bank
syariah) Maret 2013.
ROA, LDR,
CAR
Berdasarkan hasil penelitian
dan pembahasan data.
Kinerja keuangan Bank
Mandiri dan Bank Syariah
Mandiri ditinjau dari rasio
rentabilitas dari tahun 2009-
2011 tergolong bank yang
sama-sama profitable. Hal ini
terlihat dari perbandingan nilai
rasio-rasio rentabilitas antara
kedua bank tersebut. Meskipun
nilai rasio Bank Mandiri
sedikit lebih tinggi dari Bank
Syariah Mandiri , akan tetapi
Bank Syariah Mandiri juga
dapat dikatakan bank yang
profitable, karena jumlah
modal awal dan perputaran
uangnya lebih sedikit daripada
bank mandiri.
4 A comparative study of
financial performance
of banking sector in
Bangladesh - In
application of
CAMELS rating
system. B.
Nimalathasan Tahun
2008
CAR, NPL,
ROA, ROE,
NIM, NII
Berdasarkan analisis dengan
menggunakan metode
CAMELS maka didapat hasil
sebagai berikut :
Terdapat 3 bank yang
mendapat predikat strong,31
bank mendapat predikat
satisfactory, 7 bank mendapat
predikat fair,5 bank mendapat
predikat marginal, 2 bank
mendapat predikat
unsatisfactory.
46. 46
No. Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian
5
Analisis Tingkat
Kesehatan Bank
dengan menggunakan
pendekatan RGEC.
Studi Kasus Bank
Rakyat Indonesia
Tahun 2011-2013.
Heidy dkk. Tahun 2014
CAR, ROA,
ROE, NIM,
Berdasarkan hasil analisis
maka dapat disimpulkan
kedua bank layak secara
finansial karena keduanya
telah mengadopsi kebijakan
manajemen keuangan.kualitas
aset yang bersangkutan bank
telah menunjukkan kinerja
yang signifikan.
6 Analisis Perbandingan
Tingkat Kesehatan
Bank Berdasarkan
Metode RGEC. Studi
Kasus Bank BRI dan
Bank Mandiri Periode
2012-2014. Vanessa
dkk tahun 2015
NPL, LDR,
ROA, CAR
Keuntungan Bank BRI selama
periode 2012-2014 mengalami
penurunan, hal ini ditinjau dari
ROA. Namun jika
dibandingkan dengan Mandiri,
BRI masih lebih unggul.
Sedangkan aspek earning
keduanya dinyatakan sehat.
Ditinjau dari CAR, kedua bank
berada posisi baik yaitu diatas
ketentuan Bank Indonesia.
7 Analisis Kualitas
Penerapan Good
Corporate Governance
dan
Kinerja PT Bank
Mandiri (Persero) Tbk.
Elvis dkk tahun 2013
GCG , CAMEL Kualitas penerapan GCG bank
Mandiri dalam keadaan baik,
Capital Quality Asset Quality
Management Quality, Earnings
Quality mengalami
peningkatan seperti yang
diukur dengan ROA dan ROE
Liquidity berpotensi
mengalami gangguan.
Sumber : Diolah Penulis
47. 47
2.3. Hubungan Antar Variabel
2.3.1. Hubungan ROA dengan Kesehatan Bank
ROA merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengetahui sejuah mana
perusahaan dapat memanfaatkan asset yang dimiliki untuk dapat
menghasilkan keuntungan atau laba, apabila suatu perusahaan memiliki
ROA yang besar, maka dapat dikatakan bahwa dalam kondisi yang sehat,
karena dengan nilai ROA yang besar dapat mencerminkan bahwa
perusahaan tersebut dapat menghasilkan laba yang tinggi melalui asset
yang dimiliki.
2.3.2. Hubungan CAR dengan Kesehatan Bank
CAR merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat kecukupan
modal atau dapat dikatakan, rasio ini dapat menunjukan kondisi modal
yang dimiliki oleh suatu perusahaan, semakin tinggi tingkat CAR maka
akan semakin tinggi modal yang dimiliki oleh suatu bank, sehingga bank
dapat menjalan aktivitas atau kegiatan operasional nya secara normal,
karena bank memiliki modal yang cukup. Hal ini mengindikasikan
bahwabank dalam keadaan yang sehat.
2.3.3. Hubungan NPL dengan Kesehatan Bank
NPL merupakan rasio yang menunjukan tingkat Risiko kredit yang tidak
tertagih, dalam hal ini perusahaan sedapat mungkin memperkecil tingkat
NPL, karena apabila tingkat NPL nya besar maka dapat dikatakan
perusahaan gagal dalam menjaga Risiko kegagalan kredit, dengan kata lain
banyak kredit yang tidak tertagih oleh bank, dan hal ini tentu saja akan
48. 48
berimbas pada tingkat kesehatan. Kesimpulannya adalah semakin kecil
tingkat NPL maka kondisi bank dalam keadaan sehat.
2.3.4. Hubungan LDR dengan Kesehatan Bank
LDR merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas
bank, semakin rendah tingkat LDR maka kondisi kesehatan bank akan
semakin rendah, karena dengan semakin rendahnya nilai LDR, maka
menunjukan bahwa bank tidak dapat menyalurkan kredit nya dengan baik,
artinya terlalu banyak dana yang mengendap di dalam bank, sehingga bank
akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh laba yang lebih besar
lewat penyaluran kredit.
2.3.5. Hubungan NIM dengan Kesehatan Bank
NIM merupakan rasio yang dapat menggambarkan kemampuan
perusahaan dapat memperoleh laba dari bunga, semakin tinggi tingkat
NIM maka akan semakin baik kondisi kesehatan bank, karena dengan
tingginya nilai NIM maka dapat dikatakan bahwa bank dapat memperoleh
pendapatan yang tinggi melalui bunga, yang mana bunga diperoleh lewat
penyaluran kredit.
2.3.6. Hubungan GCG dengan Kesehatan Bank
GCG merupakan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara
pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur,
pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan esktern
lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan
kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.
49. 49
Bank dikatakan sehat apabila mampu menjalankan kegiatan
operasionalnya sesuai dengan peraturan atau prinsip-prinsip yang telah
ditetapkan dalam GCG. Semakin bank patuh terhadap peraturan dalam
GCG maka kondisi bank semakin sehat.
2.4. Hipotesis
Berdasarkan uraian hubungan antar variabel dan hasil penelitian terdahulu,
maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :
H1 : Diduga terdapat perbedaan tingkat kesehatan BRI dan BCA pada
periode 2010-2015 ditinjau dari aspek Risk Profile.
H2 : Diduga terdapat perbedaan tingkat kesehatan BRI dan BCA pada
periode 2010-2015 ditinjau dari aspek Good Corporate Governance.
H3 : Diduga terdapat perbedaan tingkat kesehatan BRI dan BCA pada
periode 2010-2015 ditinjau dari aspek Earning.
H4 : Diduga terdapat perbedaan tingkat kesehatan BRI dan BCA pada
periode 2010-2015 ditinjau dari aspek Capital.
50. 50
2.5. Model Penelitian
Gambar 2.1
Model Penelitian
BRI BCATINGKAT
KESEHATAN
1. Risk Profile
NPL dan LDR
2. GCG
3. Earning
ROA dan NIM
4. Capital
CAR
RGEC
1. Risk Profile
NPL dan LDR
2. GCG
3. Earning
ROA dan NIM
4. Capital
CAR
DIBANDINGKAN
RGEC
51. 51
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 DesainRiset
Desain penelitian yang digunakan dalam mengolah dan menganalisa data
adalah dengan menggunakan metode deskriptif komparatif yaitu suatu
metode dimana penulis melakukan deskripsi atau penjabaran kondisi
kesehatan bank melalui perhitungan dengan menggunakan analisa rasio
terhadap laporan keuangan sebagai alat ukur kesehatan bank (Jumono,
2017). Selanjutnya hasil perhitungan tersebut akan dikomparasi atau
dibandingkan dengan hasil perhitungan objek penelitian lain yang telah
ditentukan. Sebagai bahan pelengkap, penulis menggunakan data laporan
keuangan BRI dan BCA tahun 2010sampai dengan tahun 2015 serta data
teoritis yang disediakan perpustakaan.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif.
Data kuantitatif merupakan penelitian yang berbentuk angka berupa
laporan keuangan dan data lain yang dapat diukur.
Sumber data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu berupa Laporan
Keuangan Tahun 2010 sampai 2015 pada BRI dan BCA yang terdiri dari
Neraca, Laporan Laba Rugi, dan Laporan GCG (Good Corporate
Governance). Data tersebut diperoleh dari website bank yang bersangkutan
yaitu www.bri.co.id dan www.bca.co.id, sedangkan untuk laporan GCG
52. 52
didapatkan dari www.idx.co.id. Sumber penunjang lainnya berupa jurnal
yang diperlukan dan sumber-sumber lain yang dapat digunakan dalam
penelitian ini.
3.3 Unit Analisis
Unit analisis pada penelitian ini adalah laporan keuangan resmi dan
laporan GCG yang dimiliki oleh BRI dan BCA, dimana laporan keuangan
yang dimaksud adalah laporan neraca dan laporan laba rugi.
3.4 Definisi Operasional Variabel
3.4.1 Kesehatan Bank
Kesehatan bank merupakan kemampuan suatu bank untuk melakukan
kegiatan operasi perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua
kewajibannya dengan baik dengan cara–cara yang sesuai dengan peraturan
perbankan yang berlaku. Menurut Darmawi (2011:42) Kesehatan Bank
merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik,
manajemen, masyarakat pengguna jasa bank dan pemerintah dalam hal ini
Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan perbankan, karena kegagalan
dalam industri perbankan akan berdampak buruk terhadap perekonomian
Indonesia.
Kesehatan bank adalah kondisi keuangan dan manajemen bank diukur
melalui rasio-rasio hitung. Tingkat kesehatan bank merupakan kepentingan
semua pihak terkait, yaitu pemilik dan pengelola bank, masyarakat
pengguna jasa bank, dan bank Indonesia selaku pembina dan pengawas
bank-bank yang ada di Indonesia (Sunarti, 2011:144)
53. 53
3.4.2 RGEC (Risk Profile, GCG, Earning, Capital)
3.4.2.1 Risk Profile
Penilaian faktor Profil Risiko merupakan penilaian terhadap Risiko
inheren dan kualitas penerapan Manajemen Risiko dalam aktivitas operasional
Bank. Risiko yang wajib dinilai terdiri atas 8 (delapan) jenis Risiko yaitu Risiko
Kredit, Risiko Pasar, Risiko Operasional, Risiko Likuiditas, Risiko Hukum,
Risiko Stratejik, Risiko Kepatuhan, dan Risiko Reputasi.
Dalam menilai Profil Risiko, Bank wajib pula memperhatikan cakupan
penerapan Manajemen Risiko sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank
Indonesia mengenai Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum. Penilaian
Risiko inheren merupakan penilaian atas Risiko yang melekat pada kegiatan
bisnis Bank, baik yang dapat dikuantifikasikan maupun yang tidak, yang
berpotensi mempengaruhi posisi keuangan Bank. Karakteristik Risiko inheren
Bank ditentukan oleh faktor internal maupun eksternal, antara lain strategi bisnis,
karakteristik bisnis, kompleksitas produk dan aktivitas Bank, industri dimana
Bank melakukan kegiatan usaha, serta kondisi makro ekonomi. Pada penelitian ini
risiko yang digunakan adalah risiko kredit yang direpresentasikan oleh NPL dan
risiko likuiditas yang direpresentasikan oleh LDR.
A. Risiko Kredit (NPL)
Risiko kredit pada umumnya terdapat pada seluruh aktivitas Bank yang
kinerjanya bergantung pada kinerja pihak lawan (counterparty), penerbit
(issuer), atau kinerja peminjam dana (borrower). Risiko Kredit juga dapat
diakibatkan oleh terkonsentrasinya penyediaan dana pada debitur, wilayah
54. 54
geografis, produk, jenis pembiayaan, atau lapangan usaha tertentu. Risiko
ini lazim disebut Risiko Konsentrasi Kredit dan wajib diperhitungkan pula
dalam penilaian risiko inheren. Dalam menilai risiko inheren atas Risiko
Kredit, parameter/indikator yang digunakan adalah: (i) komposisi
portofolio aset dan tingkat konsentrasi; (ii) kualitas penyediaan dana dan
kecukupan pencadangan; (iii) strategi penyediaan dana dan sumber
timbulnya penyediaan dana; dan (iv) faktor eksternal.
Salah satu fungsi dari bank adalah menyalurkan dana pihak ketiga
ke dalam kredit. NPL merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank
dalam menjaga risiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur. Kredit
bermasalah didefinisikan sebagai risiko yang dikaitkan dengan
kemungkinan kegagalan klien membayar kewajibannya atau risiko dimana
debitur tidak dapat melunasi hutangnya. NPL dikatakan sangat sehat
apabila presentasenya berada dibawah 2%, sedangkan dikatakan sehat
apabila berada di posisi 2%-3,5%, lebih dari 3,5% masuk dalam kategori
cukup sehat hingga tidak sehat. NPL mencerminkan risiko kredit, semakin
kecil NPL semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung pihak bank.
Rasio NPL dapat dihitung dengan rumus :
NPL = × 100%
B. Risiko Likuiditas (LDR)
Risiko Likuiditas adalah Risiko akibat ketidakmampuan Bank
untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus
kas, dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan,
55. 55
tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank. Risiko ini
disebut juga Risiko likuiditas pendanaan (funding liquidity risk).
Risiko Likuiditas juga dapat disebabkan oleh ketidakmampuan Bank
melikuidasi aset tanpa terkena diskon yang material karena tidak adanya
pasar aktif atau adanya gangguan pasar (market disruption) yang parah.
Risiko ini disebut sebagai Risiko likuiditas pasar (market liquidity risk).
Dalam menilai Risiko inheren atas Risiko Likuiditas, parameter yang
digunakan adalah: (i) komposisi dari aset, kewajiban, dan transaksi
rekening administratif; (ii) konsentrasi dari aset dan kewajiban; (iii)
kerentanan pada kebutuhan pendanaan; dan (iv) akses pada sumber-
sumber pendanaan.
LDR merupakan ratio yang menunjukkan tingkat likuiditas suatu
bank. Juga menunjukkan kemampuan dalam menjalankan fungsi
intermediasinya dalam menyalurkan dana pihak ketiga ke kredit. Seperti
halnya perusahaan secara umum, bank juga mengukur rasio likuiditasnya,
hanya saja bank tidak menggunakan acid test ratio ataupun current ratio
tetapi menggunakan rasio LDR. Jika ratio ini menunjukkan angka yang
rendah maka bank dalam kondisi idle money atau kelebihan likuiditas yang
akan menyebabkan bank kehilangan kesempatan untuk memperoleh laba
lebih besar. Besarnya LDR mengikuti perkembangan kondisi ekonomi
Indonesia, dan sejak akhir tahun 2001 bank dianggap sehat apabila
besarnya LDR antara 80% sampai dengan 110% (Harmono, 2009:122).
Besarnya LDR suatu bank dihitung dengan cara :
56. 56
LDR = × 100%
3.4.2.2 Good Corporate Governance
Governance diartikan sebagai mekanisme, praktik dan tata cara
pemerintahan dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan
masalah-masalah publik.. BerdasarkanKeputusan Menteri Badan Usaha
Milik Negara Nomor KEP-117/M-MBU/2002, Good Corporate
Governance adalah suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ
BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas
perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka
panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya,
berlandaskan peraturan perundangan dan etika. Penilaian faktor GCG
merupakan penilaian terhadap kualitas manajemen Bankatas pelaksanaan
prinsip-prinsip GCG. Prinsip-prinsip GCG dan fokus penilaian terhadap
pelaksanaan prinsip-prinsip GCG berpedoman pada ketentuan Bank
Indonesia mengenai pelaksanaan GCG bagi bank umum dengan
memperhatikan karakteristik dan kompleksitas usaha bank. Berdasarkan
Surat Edaran Bank Indonesia No.9/12/DPNP, kriteria peringkat GCG
ditentukan oleh nilai kompositnya, nilai komposit dibawah 1,5 maka
tergolong sangat baik, nilai komposit antara 1,5 hingga 2,5 tergolong
baik, lebih dari 2,5 tergolong cukup baik hingga tidak baik.
57. 57
3.4.2.3 Earnings (Rentabilitas)
Penilaian faktor Rentabilitas meliputi evaluasi terhadap kinerja
Rentabilitas, sumber-sumber Rentabilitas, kesinambungan
(sustainability) Rentabilitas, dan manajemen Rentabilitas (Jumono,
2016). Penilaian dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat, trend,
struktur, stabilitas Rentabilitas Bank, dan perbandingan kinerja Bank
dengan kinerja peer group¸ baik melalui analisis aspek kuantitatif
maupun kualitatif. Penetapan peringkat faktor rentabilitas dilakukan
berdasarkan analisis yang komprehensif dan terstruktur terhadap
parameter atau indikator rentabilitas dengan memperhatikan signifikansi
masing-masing parameter/indikator serta mempertimbangkan
permasalahan lain yang mempengaruhi Rentabilitas Bank.
A. Return On Asets (ROA)
ROA merupakan alat ukur yang digunakan untuk melihat keefektifan
Bank dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva
yang dimiliki. Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur
dari volume penjualan. ROA dikatakan sangat sehat apabila
presentasenya berada diatas 2%, sedangkan dikatakan sehat apabila
berada di posisi 1,26% - 2% dibawah 1,26% masuk dalam kategori
cukup sehat hingga tidak sehat. Semakin besar rasio ini semakin baik.
Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih
laba (Sofyan Syafri Harahap, 2007:305). Rasio ini dirumuskan
sebagai berikut :
58. 58
ROA = × 100%
B. Net Interest Margin (NIM)
NIM menunjukkan kemampuan bank dalam menghasilkan
pendapatan dari bunga dengan melihat kinerja bank dalam
menyalurkan kredit, mengingat pendapatan operasional bank sangat
tergantung dari selisih bunga (spread) dari kredit yang disalurkan.
Pendapatan diperoleh dari bunga yang diterima dari pinjaman yang
diberikan dikurangi dengan biaya bunga dari sumber dana yang
dikumpulkan. NIM suatu bank sangat sehat bila memiliki NIM diatas
5% sedangkan dikatakan sehat apabila berada di posisi 2,01%-5%,
dibawah 2% masuk dalam kategori cukup sehat hingga tidak sehat,
untuk dapat meningkatkan perolehan NIM maka perlu menekan biaya
dana, biaya dana adalah bunga yang dibayarkan oleh bank kepada
masing-masing sumber dana bank yang bersangkutan. Secara
keseluruhan, biaya yang harus dikeluarkan oleh bank akan
menentukan berapa persen bank harus menetapkan tingkat bunga
kredit yang diberikan kepada nasabahnya untuk memperoleh
pendapatan bersih bank. Dalam hal ini tingkat suku bunga sangat
menentukan besarnya NIM. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus :
NIM = × 100%
59. 59
3.4.2.4 Capital(Permodalan)
Penilaian atas faktor Permodalan meliputi evaluasi terhadap kecukupan
Permodalan dan kecukupan pengelolaan Permodalan. Dalam melakukan
perhitungan Permodalan, Bank wajib mengacu pada ketentuan Bank Indonesia
yang mengatur mengenai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum bagi Bank
Umum. Selain itu, dalam melakukan penilaian kecukupan Permodalan, Bank juga
harus mengaitkan kecukupan modal dengan Profil Risiko Bank. Semakin tinggi
Risiko Bank, semakin besar modal yang harus disediakan untuk mengantisipasi
Risiko tersebut. Dalam melakukan penilaian,Bank perlu mempertimbangkan
tingkat, trend, struktur, dan stabilitas Permodalan dengan memperhatikan kinerja
peer group serta kecukupan manajemen Permodalan Bank. Penilaian dilakukan
dengan menggunakan parameter/indikator kuantitatif maupun kualitatif. Dalam
menentukan peer group, Bank perlu memperhatikan skala bisnis, karakteristik,
dan/atau kompleksitas usaha Bank serta ketersediaan data dan informasi yang
dimiliki. Pada penelitian ini, permodalan direpresentasikan oleh rasio kecukupan
modal atau CAR.
A. Capital Adequency Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio merupakan rasio untuk mengukur
kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang
mengandung atau menghasilkan risiko (Sofyan Syafri Harahap,
2007:307). CAR dikatakan sangat sehat apabila presentasenya berada
diatas 15% sedangkan dikatakan sehat apabila berada di posisi 9%-15%,
60. 60
kurang dari 9% masuk dalam kategori cukup sehat hingga tidak sehat
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
CAR =
( )
× 100%
3.5 Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis masalah yang telah dirumuskan dalam penelitian ini,
ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menghitung besar faktor RGEC yang diwakili oleh rasio keuangan yang
telah ditentukan dalam penelitian ini yaitu NPL, LDR, ROA, NIM dan
CAR.
2. Hasil perhitungan rasio diintepretasikan berdasarkan Surat Edaran Bank
Indonesia No. 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 dan PBI
13/1/PBI/2011 tentang metode penilaian kesehatan bank dengan
pendekatan RGEC, kemudian dikelompokkan menurut bank yang telah
ditentukan dan berdasarkan tahun masing-masing.
3. Melakukan perbandingan langsung antara rasio keuangan yang dimiliki
oleh BRI dan BCA.
4. Melakukan pengujian secara statistik.
a. Analisis Time-Series
Aanalisis ini bertujuan untuk melihat perkembangan variable
penelitian masing-masing bank pada periode pengamatan. Analisis
ini dilakukan dengan mengelompokan hasil data berdasarkan
masing-masing faktor RGEC, periode dan bank yang diteliti,
kemudian dilakukan pengamatan terhadap kenaikan atau penurunan
61. 61
nilai serta menjabarkan alasan terjadi kenaikan atau penurunan
tersebut.
b. Uji Independent Sample(T-test)
Uji ini digunakan untuk mengetahui signifikansi perbedaan data
yang diuji. Langkah pertama dalam pengujian ini adalah dengan
menentukan tingkat signifikansi yaitu sebesar 5% atau 0.05.
Kemudian perhatikan kolom Equal Variance Assumed karena data
yang diujikan diasumsikan sebagai data yang memiliki varian
sama. Hal ini berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu kedua bank
yang dijadikan objek penelitian merupakan bank yang masuk
dalam kategori yang sama yaitu BUKU IV berdasarkan penilaian
Bank Indonesia, selain itu komponen dalam laporan keuangan tidak
memiliki perbedaan yang jauh. Hasil penelitian dikatakan memiliki
perbedaan rata-rata yang signifikan apabila P-value< 0,05. Apabila
hasil uji menunjukan bahwa P-value> 0,05 maka dapat dikatakan
bahwa data yang diuji tidak memiliki perbedaan rata-rata yang
signifikan. Berikut ini merupakan rumus yang digunakan untuk
melakukan penghitungan Independent Sample Test :
62. 62
Keterangan :
n1 :Jumlah sampel 1 n2 :Jumlah sampel 2
: Rata-rata sampel ke-1 : Rata-rata sampel ke-2
: Varians sampel ke-1 : Varians sampel ke-2
DAFTAR PUSTAKA
Darmawi, Herman. 2011. Manajemen Perbankan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Fraser, M. Lyn, dan Aileen Ormiston. 2008. Memahami Laporan Keuangan.
Jakarta: PT Indeks.
Harahap, Sofyan Syafri. 2007. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Harjito, Agus, dan Martono. 2011. Manajemen Keuangan. Yogyakarta:
EKONISIA Kampus Fakultas Ekonomi UII.
Harmono. 2009. Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorecard. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Indriyo Gitosudarmo, dan Basri. 2002. Manajemen Keuangan. Yogyakarta:
BPFE.
Ismail. 2010. Manajemen Perbankan: Dari Teori Menuju Aplikasi. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Jumono, S., Achsani, N. A., Hakim, D. B., & Fidaus, M. (2015). Market Concentration,
Market Share, and Profitability (Study at Indonesian Commercial Banking in the
Period of 2001-2012). Asian Social Science, 11(27), 18.
Jumono, S., Achsani, N. A., Hakim, D. B., & Firdaus, M. (2015). The Impacts of ALMA
Primary Variables on Profitability An Empirical Study of Indonesian Banking,
International Research Journal of Business Studies (IRJBS), 8(1), 13.
Jumono, S., Achsani, N. A., Hakim, D. B., & Fidaus, M. (2016). The Effect of Loan
Market Concentration on Banking Rentability: A Study of Indonesian
Commercial Banking, Dynamics Panel Data Regression Approach.
International Journal of Economics and Financial Issues, 6(1).
63. 63
Jumono, S., Adhikara, M.F.A., Mala, C.M.F. (2016). Profit Structure of Indonesian
Banking Industry (An Empirical Study Based on Du Pont Model). Journal of
Emerging Issues in Economics, Finance and Banking, 5 (2), 1938.
Jumono, S., Abdurrahman, A., Mala, C.M.F. (2017). Market Concentration Index and
Performance: Evidence from Indonesian Banking Industry. International
Journal of Economics and Financial Issues, 7 (2), 249.
International Journal of Economics and Financial Issues, 7 (2), 249.
Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-117/M-MBU/2002,
Perihal Good Corporate Governance, Kementrian BUMN, Jakarta.
Mala, C.M.F. (2017). The Prospect of Dual Unit Banking System in Indonesian
Regional Banking. Account and Financial Management Journal, 2(1).
Moh. Zarkasyi, Wahyudin. 2008. Good Corporate Governance, Pada Badan
Usaha Manufaktur, Perbankan, dan Jasa Keuangan Lainnya. Bandung:
Alfabeta.
Mudrajat Kuncoro, Suhardjono (2002). Manajemen Perbankan, Teori dan
Aplikasi. BPFE Yogyakarta.
Nur Artyka. 2015. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Dengan Metode RGEC
(Studi Kasus Pada PT. BRI Tahun 2011-2013). Skripsi. FEB Universitas
Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Peraturan Bank Indonesia No. 13/26/PBI/2011, PerihalPenilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum, Bank Indonesia, Jakarta.
Peraturan Bank Indonesia No. 14/26/PBI/2012, PerihalKegiatan Usaha dan
Jaringan Kantor Berdasarkan Modal Inti Bank, Bank Indonesia,
Jakarta.
Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 17/11/PBI/2015, Perihal Giro Wajib
Minimum Bank Umum Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Bagi Bank
Umum Konvensional, Bank Indonesia, Jakarta.
Sembiring, Sentosa. 2012. Hukum Perbankan Edisi Revisi. Bandung: CV Mandar
Maju.
Siddharta, Utama dan Cynthia, Afriani. 2005. “Praktek Corporate Governance
dan Penciptaan Nilai Perusahaan”. Jurnal. Usahawan No. 08/Th. XXXIV
Agustus 2005.
64. 64
Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/73/Intern DPNP tanggal 31 Mei 2004,
Perihal Pedoman Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
(CAMELS Rating), Bank Indonesia, Jakarta.
Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011, Perihal
Pedoman Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum (RGEC),
Bank Indonesia, Jakarta.
Triandaru, Sigit dan Totok Budisantoso. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan
Lain. Jakarta : Salemba Empat.
Pedoman Standardisasi Nasional 08: 2007, Perihal Pedoman Penulisan Standar
Nasional, Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.