2. Pendahuluan
• Keselamatan pasien adalah kerangka kerja kegiatan terorganisir
yang menciptakan budaya, proses, prosedur, perilaku, teknologi
dan lingkungan dalam pelayanan kesehatan yang secara
konsisten dan berkelanjutan menurunkan risiko, mengurangi
terjadinya bahaya yang dapat dihindari, membuat kesalahan
lebih kecil kemungkinannya dan mengurangi dampaknya ketika
itu terjadi.
• Pada setiap titik proses pelayanan kesehatan mengandung
ancaman keselamatan yang melekat.
3. Pendahuluan
• Kebijakan yang jelas, kapasitas kepemimpinan organisasi, data
untuk mendorong peningkatan keselamatan, profesional
pelayanan kesehatan yang terampil dan keterlibatan yang
efektif dari pasien dan keluarga dalam proses pelayanan,
semuanya diperlukan untuk memastikan peningkatan yang
berkelanjutan dan signifikan dalam keselamatan pelayanan
kesehatan.
4.
5.
6. Standar/Are
a
Berdasarkan
Regulasi
• Peraturan perundangan.
• Standar akreditasi/lembaga (WHO, IOM,
ARHQ, NICE, CNEC, JCI, KARS).
• Umumnya di Indonesia merujuk pada enam
area sasaran:
• Ketepatan identifikasi pasien
• Peningkatan komunikasi efektif
• Peningkatan keamanan obat
(obat kewaspadaan tinggi)
• Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur,
dan
tepat pasien pada tindakan bedah
• Pengurangan risiko infeksi terkait
layanan kesehatan
• Pengurangan risiko cedera akibat jatuh
7. Bagaimana
mewujudka
n
keselamatan
pasien?
1. Membangun kesadaran akan
nilai keselamatan pasien.
2. Memimpin dan mendukung staf.
3. Mengintegrasikan aktivitas
pengelolaan risiko.
4. Mengembangkan sistem pelaporan.
5. Melibatkan dan berkomunikasi
dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman
mengenai keselamatan pasien.
7. Mencegah cedera melalui
penerapan keselamatan pasien.
12. Indikator Nasional Mutu Puskesmas
Kepatuhan
IDENTIFIKASI
pengguna layanan
Kepatuhan
KEBERSIH
AN
TANGAN
Kepatuhan
penggunaan
APD
IBU HAMIL
mendapatkan
pelayanan
sesuai standar
Keberhasilan
pengobatan TB
semua kasus
sensitif obat
(SO)
KEPUASAN
pengguna layanan
14. HakPasien
• Apakah pasien memiliki dokter
penanggung jawab di tempat ia
menerima pelayanan?
• Apakah dokter tersebut sudah
memberikan rencana pelayanan?
• Apakah rencana pelayanan tersebut
telah dikomunikasikan secara baik
kepada pasien? (Termasuk apabila
pelayanan tersebut memerlukan
persetujuan medis)
15. P
endidikan
pasien dan
keluarga
• Apakah pasien dan keluarga telah
menerima informasi yang jelas, tepat,
lengkap, dan akurat?
• Apakah pasien dan keluarga telah
memahami kewajiban serta tanggung
jawabnya? Dan apakah mereka dapat
memenuhinya?
• Apakah pasien dan keluarga diberikan
kesempatan untuk bertanya?
• Apakah pasien dan keluarga kemudian bisa
memahami dan menerima konsekuensi
pelayanan yang diberikan?
• Apakah pasien dan keluarga mematuhi
instruksi dan
aturan yang berlaku?
• Apakah pasien dan keluarga mampu
16. Mutu untuk
keselamatan
pasien
• Apakah proses-proses pelayanan
lama mendukung keselamatan
pasien?
• Apakah ada proses-proses baru
yang memengaruhi pelayanan
pasien?
• Apakah proses-proses tersebut
memiliki kajian risiko terhadap
keselamatan pasien?
• Apakah insiden-insiden keselamatan
pasien terekam pada proses-proses
tersebut dan dianalisis lebih lanjut?
17. Peran
kepemimpinan
• Apakah fasyankes memiliki tim khusus lingkup keselamatan
pasien?
• Apakah terdapat regulasi dan kegiatan yang proaktif dan reaktif
dalam
lingkup keselamatan pasien?
• Apakah semua terlibat?
• Apakah regulasinya jelas? Termasuk apakah protokolnya
jelas?
• Apakah ada mekanisme pelaporan?
• Apakah terdapat regulasi penanganan kasus sentinel?
• Apakah semua itu sudah didukung oleh sumber daya yang
mencukupi?
• Apakah terdapat sasaran yang dapat diukur?
18. Pendidikan
staf
• Diklat Staf Keselamatan pasien
terkait jabatan dan tupoksi staf.
• Diklat Tim Menyusun regulasi,
menyusun HFMEA, RCA, pelaporan
IKP.
21. Indikator KeselamatanPasien
Mengidentifikasi pasien dengan benar
Meningkatkan komunikasi yang efektif
Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai
Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar, pembedahan pada pasien
yang benar Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh
Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan
kesehatan
Meningkatkan kebersihan
tangan
22. Pelaporan Insiden Keselamatan
Pasien
• Definisi Insiden Keselamatan Pasien (IKP) -
(PMK 11 thn 2017): Insiden
Keselamatan Pasien yang selanjutnya
disebut insiden adalah setiap kejadian
yang tidak disengaja dan kondisi yang
mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera yang dapat dicegah
pada pasien.
• Setiap fasyankes melakukan laporan
bulanan IKP ke KNKP.
23. JenisInsiden
• Sentinel: Suatu Kejadian
tidak diinginkan yang
menyebabkan kematian
atau cedera serius.
• KTD: Insiden yang
mengakibatkan cedera pada
pasien.
• KTC: Insiden yang sudah
terpapar kepada pasien tapi
tidak menimbulkan cedera.
• KNC: Insiden yang belum
terpapar kepada pasien.
• KPC: Kondisi yang
berpotensi menjadi
insiden.
25. LaporanIKP
Laporan internal: Pelaporan secara tertulis setiap
kejadian Sentinel, Kejadian nyaris cedera (KNC) atau
kejadian tidak diharapkan (KTD) atau kejadian tidak
cedera (KTC) atau Kondisi potensial cedera signifikan /
serius (KPC) yang menimpa pasien.
Laporan eksternal: Pelaporan secara anonim dan
elektronik ke KNKP, setiap Kejadian Sentinel, Kejadian
Tidak diharapkan (KTD) atau yang terjadi pada pasien
dan telah dilakukan analisa penyebab, rekomendasi dan
solusinya.
32. RinciKejadian
Tanggal dan
waktu
insiden
Insiden Kronologi insiden Jenis insiden
Insiden terjadi
pada pasien di
pelayanan mana
Dampak insiden Probabilitas
Orang pertama
yang
melaporkan
Insiden terjadi pada Tempat insiden
Jenis
pelayanan
terkait insiden
Tindakan yang
dilakukan segera
setelah insiden
dan hasilnya
Tindak lanjut oleh
Apakah kejadian
yang sama
pernah terjadi
Tindakan yang
diambil untuk
pencegahan
insiden yang
sama terulang
34. HasilInvestigasi dan Analisa
Tipe dan sub
tipe
Insiden
Tipe cedera
Asuhan
pelayanan (care
management)
Masalah
pelayanan
(service
delivery)
Penyebab
langsung
Akar masalah
Orang yang
terlibat sebagai
penyebab
langsung insiden
Tahap
pelayanan
ketika insiden
terjadi
Faktor-
faktor
kontributor
Faktor mitigasi
Cara
mendeteks
i insiden
Dampak
pada
fasyankes
Rekomendasi
Tindakan
yang akan
dilakukan
Tindaka
n
perbaika
n
Tindakan untuk
mengurangi
risiko
37. Di mana
posisinya?
Ada di BAB 5 –
Peningkatan Mutu
Puskesmas (PMP)
Terbagi
menjadi:
• Sasaran Keselamatan
Pasien (SKP): 5-K 12-
EP
• Pelaporan Insiden
Keselamatan Pasien (IKP):
2-K 4-EP
38. Apayang wajib?
Pedoman Akreditasi Puskesmas untuk Keselamatan Pasien memiliki
celah yang berpotensi menyulitkan pelaksanaan Keselamatan Pasien di
Puskesmas.
Tidak terdapat penilaian untuk kebijakan terkait Keselamatan Pasien.
Kebijakan harus dibuat terlebih dahulu.
“R” yang wajib ini adalah: Pedoman Umum Keselamatan Pasien
Puskesmas.
40. Identifikasi Pasien
• 5.3.1: Proses identifikasi pasien dilakukan dengan benar.
• Salah identifikasi pasien dapat terjadi di Puskesmas baik pada
proses pelayanan sebagai akibat dari kelalaian petugas,
kondisi kesadaran pasien, perpindahan tempat tidur, dan
kondisi lain yang menyebabkan terjadinya salah identitas
• Kebijakan dan prosedur
identifikasi
pasien perlu disusun
termasuk
identifikasi pasien pada kondisi tertentu, misalnya pasien tidak
dapat menyebutkan identitas, penurunan kesadaran, koma,
gangguan jiwa, datang tanpa identitas yang jelas, dua atau
lebih pasien mempunyai nama yang sama atau mirip.
41. Identifikasi Pasien
Identifikasi harus dilakukan minimal dengan dua cara yang
relatif tidak berubah, antara lain: nama lengkap tanggal
lahir, nomor rekam medis, dan nomor induk
kependudukan, dan tidak boleh menggunakan nomor
kamar atau lokasi pasien dirawat.
Proses identifikasi dengan benar harus dilakukan mulai
dari skrining, pada saat pendaftaran. Setiap akan
melakukan prosedur diagnostik, prosedur tindakan,
pemberian obat, dan pemberian diet.
42. EP
Identifikas
i Pasien
• EP1: Dilakukan identifikasi pasien
sebelum dilakukan prosedur
diagnostik, tindakan, pemberian obat,
pemberian imunisasi, dan pemberian
diet, sesuai dengan kebijakan dan
prosedur yang ditetapkan. (D,O,W)
• EP2: Dilakukan prosedur tepat
identifikasi pada kondisi khusus seperti
disebutkan pada pokok pikiran (D,O,W)
43. Apayangmesti diwujudkan?
• Ada kebijakan identifikasi pasien Di pedoman umum dan SOP
identifikasi pasien.
• Ada bukti pada semua rekam medis bahwa identitas pasien tercetak
(ingat:
tercetak, bukan tertulis!) dengan menggunakan minimal dua dari
empat
identitas (Nama, Tanggal Lahir, NRM, NIK)
• Label obat, rekam medis, resep, masakan, spesimen dan permintaan
lab berisi identitas pasien sesuai di atas.
• Edukasi pasien/keluarga mengenai label identitas (fungsi dan
tujuannya).
• Melatih staf pelayanan pasien melakukan identifikasi pasien secara
verbal dan
visual.
46. Komunikasi Efektif
• 5.3.2 Proses untuk meningkatkan efektifitas komunikasi
dalam pemberian asuhan ditetapkan dan dilaksanakan.
• Kesalahan pembuatan keputusan klinis, tindakan, dan
pengobatan dapat terjadi akibat komunikasi yang tidak
efektif dalam proses asuhan pasien.
• Komunikasi yang rentan terjadi kesalahan antara lain : 1) terjadi
pada
saat pemberian perintah secara verbal, 2) pemberian perintah
verbal
melalui telepon, 3) penyampaian hasil kritis pemeriksaan
penunjang
diagnosis, 4) serah terima antar shift, dan 5) pemindahan
pasien dari
unit yang satu ke unit yang
lain
47. Komunikasi Efektif
• Kebijakan dan prosedur komunikasi efektif perlu disusun dan
diterapkan dalam penyampaian pesan verbal, pesan verbal
lewat telepon, penyampaian nilai kritis hasil pemeriksaan
penunjang diagnosis, serah terima pasien pada serah terima
jaga maupun serah terima dari unit yang satu ke unit yang
lain, misalnya untuk pemeriksaan penunjang, dan
pemindahan pasien ke unit lain.
• Pelaporan kondisi pasien dalam komunikasi verbal atau lewat
telepon antara lain dapat dilakukan dengan menggunakan
teknik SBAR (Situation, Background, Assessment,
Recommendation).
48. Komunikasi Efektif
• Pelaksanaan komunikasi efektif verbal atau lewat telepon
ditulis lengkap (T), dibaca ulang oleh penerima perintah (B), &
dikonfirmasi kepada pemberi perintah (K).
• Nilai kritis hasil pemeriksaan penunjang yang berada di luar
rentang angka normal secara mencolok harus ditetapkan dan
segera dilaporkan oleh tenaga kesehatan yang bertanggung
jawab dalam pelayanan penunjang kepada dokter penanggung
jawab pasien sesuai dengan ketentuan waktu yang ditetapkan
oleh Puskesmas.
49. EP
Komunikas
i Efektif
• EP1: Pemberian perintah secara verbal
ditulis lengkap dan dibaca ulang oleh
penerima perintah serta dikonfirmasi oleh
pemberi perintah. (D,W)
• EP2: Pelaporan kondisi pasien , dan pelaporan
nilai kritis hasil pemeriksaan laboratorium
ditulis lengkap, dibaca ulang oleh penerima
pesan, dan dikonfirmasi oleh pemberi pesan
dilakukan sesuai prosedur, dan dicatat dalam
rekam medis termasuk identifikasi kepada
siapa nilai kritis hasil pemeriksaan
laboratorium dilaporkan. (D,O,W,S)
• EP3: Proses komunikasi serah terima pasien
yang memuat hal-hal kritis dilakukan secara
konsisten sesuai dengan prosedur, metode,
dan menggunakan formulir yang dibakukan
(D,O,W,S)
50. Apayangmesti diwujudkan?
• Regulasi mengenai komunikasi efektif antar PPA, pelaporan
pemeriksaan diagnostik kritis (penetapan besaran nilai kritis
laboratorium, tanda vital, dan hasil pemeriksaan diagnostik kritis,
juga siapa yang melaporkan dan siapa yang menerima).
• Bukti pelaksanaan pelatihan komunikasi efektif: DPJP, PPA,
Staf klinis lainnya.
• Bukti pelaksanaan komunikasi verbal via telepon (cek silang
dokumen penyampaian verbal antara pemberi dan penerima
informasi).
• Bukti hasil pemeriksaan diagnostik secara verbal ditulis dengan
lengkap.
51. Apayangmesti diwujudkan?
• Bukti pelaporan nilai kritis.
• Bukti catatan pelaksanaan serah terima pasien (antara
yang menyerahkan dan yang menerima).
• Bukti formulir serah terima, memuat alat, metode serah terima
(operan/hand over), dan bila memungkinkan melibatkan keluarga.
• Bukti tentang evaluasi catatan komunikasi yang terjadi saat serah
terima untuk memperbaiki proses.
53. KeamananObat
• 5.3.3 Proses untuk meningkatkan keamanan terhadap obat-obat yang perlu
diwaspadai ditetapkan dan dilaksanakan.
• Pemberian obat pada pasien perlu dikelola dengan baik dalam upaya
keselamatan pasien. Kesalahan penggunaan obat-obat yang perlu
diwaspadai dapat menimbulkan cedera pada pasien.
• Obat yang perlu diwaspadai (high alert) adalah obat-obat yang dalam
penggunaannya sering menyebabkan kesalahan dan/ atau kejadian sentinel,
berisiko tinggi untuk penyalahgunaan, antara lain: obat-obatan dengan rentang
terapi yang sempit, insulin, anti koagulan, kemoterapi, obat-obatan psikoterapi,
narkotika, dan obat-obatan dengan nama dan rupa mirip
• Kesalahan pemberian obat dapat juga terjadi akibat adanya obat dengan nama
dan rupa obat mirip (look alike sound alike)
54. EP
Keamana
n Obat
• EP1: Disusun daftar obat yang perlu
diwaspadai dan obat dengan nama obat
rupa ucapan mirip (NORUM) serta
dilakukan pelabelan dan penataan obat
yang perlu diwaspadai dan obat dengan
nama atau rupa mirip sesuai dengan
kebijakan dan prosedur yang
disusun.(D,O,W)
• EP2: Dilakukan pengawasan dan
pengendalian penggunaan obat-obat
psikotropika/narkotika dan obat-obat
lain yang perlu diwaspadai (high
alert). (D, W)
55. Apayangharus diwujudkan?
• Regulasi terkait obat yang perlu diwaspadai (termasuk daftar
NORUM).
• Bukti pengelolaan farmasi terhadap obat yang perlu diwaspadai.
• Bukti daftar obat yang diwaspadai.
• Bukti daftar obat yang diwaspadai di tempat penyimpanan obat.
56. TepatPasien,Prosedur, dan Posisi
• 5.3.4 Proses untuk memastikan tepat pasien, tepat prosedur,
tepat sisi pada pasien yang menjalani operasi/tindakan medis
ditetapkan dan dilaksanakan
• Terjadinya cedera dan kejadian tidak diharapkan dapat
diakibatkan oleh salah orang, salah prosedur, salah sisi pada
pemberian tindakan invasif atau tindakan pada pasien
• Puskesmas harus menetapkan tindakan operatif, tindakan invasif
dan prosedurnya, yang meliputi semua tindakan yang meliputi
sayatan/ insisi atau tusukan, pengambilan jaringan, pencabutan
gigi, pemasangan implan, dan tindakan atau prosedur invasif yang
lain yang menjadi kewenangan puskesmas sebagai fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama.
57. TepatPasien,Prosedur, dan Posisi
• Puskesmas harus mengembangkan suatu sistim untuk
memastikan benar pasien, benar prosedur, benar sisi jika
melakukan tindakan dengan menerapkan Protokol Umum
(Universal Protocol), yang meliputi:
• Proses verifikasi sebelum dilakukan tindakan;
• Penandaan sisi yang akan dilakukan tindakan / prosedur; dan
• Time out yang dilakukan segera sebelum dimulainya prosedur.
58. Tepat
Pasien,
Prosedur,
dan Posisi
• EP1: Dilakukan penandaan sisi
operasi/tindakan medis secara
konsisten oleh pemberi pelayanan
yang akan melakukan tindakan
sesuai kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan. (O,W)
• EP2: Dilakukan verifikasi sebelum
operasi/tindakan medis untuk
memastikan prosedur telah dilakukan
dengan benar. (D, O, W)
• EP3: Dilakukan time-out sebelum
operasi/ tindakan medis, untuk
memastikan semua pertanyaan sudah
terjawab atau meluruskan kerancuan.
(D, W)
59. Apayangharus diwujudkan?
• Regulasi penandaan area (site marking) pembedahan/operasi
dan
surgical safety check list.
• Formulir bukti penandaan (dengan penandaan satu tanda
yang seragam).
• Bukti pelaksaan penandaan dilakukan oleh staf medis yang
melakukan operasi/pembedahan atau tindakan invasif dengan
melibatkan pasien (apabila memungkinkan).
• Bukti pelaksanaan surgical safety check list.
• Bukti perekaman hasil pelaksanaan time-out di dalam dan di
luar area pembedahan.
60. PasienJatuh
• 5.3.5 Proses untuk mengurangi risiko pasien jatuh disusun dan dilaksanakan
• Penapisan risiko jatuh dilakukan pada pasien di rawat jalan dengan
mempertimbangkan:
• kondisi pasien, contoh : pasien geriatrik, pusing, vertigo, gangguan
keseimbangan, gangguan penglihatan, penggunaan obat, sedasi, status
kesadaran dan/atau kejiwaan, konsumsi alkohol
• diagnosis, contoh pasien dengan diagnosis penyakit Parkinson
• situasi : Pasien yang mendapatkan sedasi atau pasien dengan riwayat
tirah baring lama yang akan dipindahkan untuk pemeriksaan penunjang
dari ambulans, perubahan posisi akan meningkatkan risiko jatuh
• lokasi : hasil identifikasi area-area di Puskesmas yang berisiko terjadi
pasien jatuh, antara lain lokasi yang dengan kendala penerangan atau
mempunyai penghalang yang lain, misalnya tempat pelayanan fisioterapi,
tangga.
61. EPPasien
Jatuh
• EP1: Dilakukan penapisan pasien
dengan risiko jatuh sesuai dengan
kebijakan dan prosedur serta
dilakukan upaya untuk mengurangi
risiko tersebut (O,W,S)
• EP2: Dilakukan evaluasi dan tindak
lanjut untuk mengurangi risiko terhadap
situasi dan lokasi yang diidentifikasi
berisiko terjadi pasien jatuh (D, O, W).
62. Apayangmesti diwujudkan?
• Regulasi tentang mencegah pasien cedera akibat jatuh.
• Bukti dalam rekam medis tentang pelaksanaan pengkajian
awal risiko jatuh pada pasien (baik UGD maupun rawat jalan),
dan pengkajian lanjutan jika pasien rawat inap.
• Bukti pelaksanaan tentang langkah-langkah untuk mengurangi
risiko jatuh.
64. Pelaporan IKP
• 5.4.1 Dilakukan pelaporan, dokumentasi, analisis, dan
penyusunan rencana penyelesaian masalah, upaya
perbaikan, dan pencegahan insiden keselamatan pasien
• Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian
yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan
atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat
dicegah pada pasien.
• Insiden keselamatan pasien terdiri atas : 1) Kejadian tidak
diharapkan (KTD), 2) Kejadian nyaris cedera (KNC), 3)
Kejadian tidak cedera, 4) kondisi potensial cedera (KPC), dan
5) Kejadian sentinel (KS)
65. Pelaporan IKP
• Pelaporan insiden keselamatan pasien yang selanjutnya
disebut pelaporan insiden adalah suatu sistem untuk
mendokumentasikan laporan insiden keselamatan pasien.
Pelaporan insiden terdiri dari Laporan Insiden Internal dan
Laporan Insiden Eksternal
• Puskesmas perlu melakukan analisis dengan menggunakan
matriks grading risiko yang akan menentukan jenis
investigasi insiden yang dilakukan setelah Laporan insiden
internal. Investigasi terdiri dari Investigasi sederhana Root
Cause Analysis (RCA)
• Pelaporaninsiden keselamatan pasien dilaporkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
66. EPPelaporan
IKP
• EP1: Dilakukan pelaporan jika terjadi
insiden sesuai kebijakan dan prosedur
yang ditetapkan kepada tim
keselamatan pasien yang disertai
dengan analisis, investigasi insiden,
dan tindak lanjut terhadap insiden.
(D,W)
• EP2: Dilakukan pelaporan ke Komite
Nasional Keselamatan pasien (KNKP)
terhadap insiden, analisis, dan tindak
lanjut sesuai kerangka waktu yang
ditetapkan. (D)
67. BudayaMutu danKeselamatan
• 5.4.2 Tenaga kesehatan pemberi asuhan berperan penting
dalam memperbaiki perilaku dalam pemberian pelayanan
yang mencerminkan budaya mutu dan budaya
keselamatan
• Tenaga kesehatan pemberi asuhan berperan penting
dalam memperbaiki perilaku dalam pemberian
pelayanan yang mencerminkan budaya mutu dan
budaya keselamatan
• Upaya peningkatan mutu layanan klinis, dan keselamatan
pasien menjadi tanggung jawab seluruh tenaga kesehatan
yang memberikan asuhan pasien
68. BudayaMutu danKeselamatan
• Perilaku terkait budaya keselamatan berupa: (1) penyediaan layanan yang baik,
termasuk pengambilan keputusan bersama; (2) bekerja sama dengan pasien
atau klien; (3) bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain; (4) bekerja sama
dalam sistem layanan kesehatan;
(5) mengurangi potensi risiko; (6) mempertahankan kinerja profesional; (7)
perilaku
profesional dan beretika; (8) memastikan pelaksanaan proses pelayanan yang
terstandar;
(9) upaya peningkatan mutu dan keselamatan termasuk keterlibatan dalam
pelaporan dan tindak lanjut insiden
• Mutu layanan klinis tidak hanya ditentukan oleh sistem pelayanan yang ada,
tetapi juga perilaku dalam pemberian pelayanan. Tenaga kesehatan perlu
melakukan evaluasi terhadap perilaku dalam pemberian pelayanan dan
melakukan upaya perbaikan baik pada sistem pelayanan maupun perilaku
pelayanan yang mencerminkan budaya keselamatan, dan budaya perbaikan
pelayanan klinis yang berkelanjutan
69. EPBudaya
Mutu dan
Keselamatan
• EP1: Adanya kebijakan terkait
standar perilaku yang mendukung
budaya keselamatan dan perilaku
yang dilarang, serta sistem
monitor dan evaluasi terhadap
kebijakan tersebut (R, D, O, W)
• EP2: Staf terlatih dan terdidik
terhadap mutu pelayanan
puskesmas dan keselamatan
pasien di puskesmas.