Keberagaman budaya di Lampung dipengaruhi oleh dua suku besar yang mendiami wilayah berbeda dan kreativitas masyarakat. Budaya Lampung memiliki keragaman seni, budaya, dan kuliner serta tempat-tempat eksotis. Falsafah hidup masyarakat Lampung diarahkan oleh piil pesenggiri yang mendorong sikap pemurah dan silaturahmi.
1. EKSPLORASI KERAGAMAN SENI
BUDAYA LAMPUNG
Eksplorasi Seni Budaya Lampung dalam
Bingkai Keberagaman dan kebhinekaan
Oleh: Anshori Djausal
BANDARLAMPUNG, 27 OKTOBER 2020
2. Masyarakat Lampung terdiri dari dua suku
adat besar yang mendiami wilayah dengan
topografis yang berbeda. Lampung Pesisir
(Ulun Peminggir) yaitu mereka suku
Lampung asli yang mendiami wilayah
Lampung bagian pesisir dan Lampung
Pepadun (Ulun Pepadun) adalah suku asli
Lampung yang mendiami wilayah dataran
rendah dan tinggi yaitu didaerah Abung,
Tulangbawang, Waykanan/Sungkai, Pubian
dan daerah lainnya yang ada di Provinsi
Lampung.
3. Keberagaman Budaya Lampung
Keberagaman Budaya Lampung dapat dibentuk
oleh banyaknya jumlah kegiatan kehidupan yang
dijalani masyarakat Lampung yang yang tinggal
di masing masing Tiyuh atau Pekon tersebar di
berbagai kelompok budaya memiliki ciri khas dan
karakteristik sendiri pada aspek sosial dan
budaya. Keberagaman yang ada pada
masyarakat Lampung di dorong oleh kreativitas
masyarakat yang berkembang bersamaan dengan
perkembangan kehidupannya.
Keberagaman budaya di Lampung, bukan hanya terjadi karena
banyaknya pendatang yang berasal dari berbagai tempat saja,
lho. Lampung memang memiliki keragaman dalam budaya,
seni, dan kulinernya. Ditambah lagi, Lampung memiliki
segudang tempat eksotis yang menambah daftar kekayaan dari
tanah penghasil lada ini.
4. Falsafah Hidup Masyarakat
Lampung
• Falsafah hidup pada hakekatnya masyarakat Lampung secara
umum memiliki kesamaan pandangan hidup yang disebut
dengan fiil pesenggiri.
• Piil Pesenggiri adalah tatanan moral yang merupakan
pedoman bersikap dan berperilaku masyarakat adat
Lampung dalam segala aktivitas hidupnya. Falsafah hidup
orang Lampung sejak terbentuk dan tertatanya masyarakat
adat adalah piil pesenggiri. Piil (fiil=arab) artinya perilaku,
dan pesenggiri maksudnya bermoral tinggi, berjiwa besar.
• Piil pesenggiri sebagai lambang kehormatan
harus dipertahankan dan dijiwai sesuai
dengan kebesaran Juluk-adek yang disandang,
semangat nemui nyimah, nengah nyappur,
dan sakai sambaiyan dalam tatanan norma
Titie Gemattei.
5. Nemui-Nyimah
• Nemui berasal dari kata benda temui yang berarti tamu, kemudian
menjadi kata kerja nemui yang berarti mertamu atau
mengunjungi/silaturahmi. Nyimah berasal dari kata benda "simah",
kemudian menjadi kata kerja "nyimah" yang berarti suka memberi
(pemurah). Sedangkan secara harfiah nemui-nyimah diartikan sebagai
sikap pemurah, terbuka tangan, suka memberi dan menerima dalam
arti material sesuai dengan kemampuan.
• Nemui-nyimah merupakan ungkapan asas kekeluargaan untuk
menciptakan suatu sikap keakraban dan kerukunan serta
silaturahmi. Nemui-nyimah merupakan kewajiban bagi suatu
keluarga dari masyarakat Lampung umumnya untuk tetap menjaga
silaturahmi, dimana ikatan keluarga secara genealogis selalu
terpelihara dengan prinsip keterbukaan, kepantasan dan kewajaran.
• Bentuk konkrit nemui nyimah dalam konteks
kehidupan masyarakat dewasa ini lebih tepat
diterjemahkan sebagai sikap kepedulian sosial dan
rasa setiakawan. Sebuah kemampuan beradaptasi
dengan masyarakat lain.
6. Tapis from Lampung,
South Sumatra,
Indonesia
April 11 through August 31,
2009
17 April, Friday, 4:30 P.M.
Arthur M. Loew Auditorium
OPENING LECTURE Click here to listen
“Wearing Wealth and Styling Identity:
Tapis of Lampung, South Sumatra,
Indonesia”
Mary-Louise Totton, Assistant Professor
of Art History, Frostic School of the Arts,
Western Michigan University and curator
of the exhibition
H. E. Sudjadnan Parnohadiningrat,
Ambassador of the Republic of Indonesia
to the United States, will deliver opening
remarks. Dr. Totton will give an
introductory lecture about tapis, the
heavily ornamented ceremonial sarongs
made and worn by women in the south
Sumatran province of Lampung,
Indonesia. Reception will follow in the
Kim Gallery.
10. Rp.25 Seri Kebudayaan 1952
Pecahan 25 rupiah 1952 di bagian depan bergambar
sepasang pohon yang di KUKI disebutkan sebagai pohon
hayat. Apakah yang dimaksud dengan pohon hayat itu?
Pecahan 25 rupiah 1952 bagian depan
11. pohon hayat yang seringkali dilukiskan
pada relief kalpataru, gunungan wayang
kulit dan pada batik klasik merupakan
ekspresi kebudayaan berdasarkan konsep
agama Hindu Tri-Buana : pohon hayat
digambarkan sebagai medium penghubung
atau penyeimbang antara jagat bawah
(alam Sakala) dengan jagat atas (alam
Niskala), selain itu pohon hayat juga ikut
serta menjaga keseimbangan kehidupan
alam semesta.
Pada jaman prasejarah kepercayaan terhadap pohon
hayat muncul berkaitan dengan paham animisme
dan dinamisme. Pada waktu itu masyarakat percaya
bahwa ada beberapa jenis pohon tertentu yang
memiliki kekuatan gaib yang menjadi sumber
kehidupan dan mampu mengabulkan segala
keinginan manusia.
12. Setelah agama Islam masuk ke tanah Jawa,
kepercayaan terhadap pohon hayat yang telah
mendarah daging pada masyarakat Jawa
digambarkan dalam bentuk hiasan gunungan yang
terdapat pada kesenian wayang kulit.
13. Batang Garing
Bajenjang Telu
KEJADIAN ALAM RAYA
Batang Garing
Bajenjang Telu
Maedan Ranying
Pandereh Bunu
Bauhat Lamiang
Habaner Batu
Mandawen Dohong
Manyuluh Lunju
Pada bagian puncak
terdapat burung enggang
dan matahari yang
melambangkan bahwa
asal-usul kehidupan ini
adalah berasal dari atas.
Burung enggang dan
matahari merupakan
lambang lambang-
lambang Ranying
Mahatala Langit yang
merupakan sumber
segala kehidupan.
14.
15. Di bagian belakang tengah terdapat gambar perahu dengan 5
penumpang didalamnya. Apakah gambar ini juga memiliki arti?
18. Menurut pakar sejarah Prof RP Soejono, dulu
ada kepercayaan bahwa bila manusia
meninggal maka arwahnya akan diantar oleh
perahu ke suatu pulau di seberang lautan.
Disanalah nantinya arwah akan bertempat
tinggal. Karena itu peti mati bangsa pelaut
dibuat menyerupai bentuk perahu. Sebuah
perahu tiruan juga disertakan pada mayat yang
dikubur. Tradisi seperti ini banyak dijumpai di
kepulauan Tanibar, Babar, Leti, suku Dayak
Ngaju, Toraja, Sumba dan Pulau Roti.
Dalam filosofi Islam, menurut Prof.
Dr.Hasan M. Ambary, seorang pakar
arkeologi Islam, perahu diibaratkan
kendaraan untuk menuju tempat yang
abadi. Karena itu seringkali perahu
macam ini disebut sebagai perahu
arwah.
Kain kapal dipakai sebagai
perlambang perjalanan hidup
manusia dari lahir sampai
mati. Oleh karena itu biasanya
kain kapal terdiri dari tiga
bagian, Alam Bawah, Alam
Manusia dan Alam Atas. Kapal
juga perlambang kehidupan
manusia yang bergerak dari
satu titik menuju ke titik
akhir. martinus ’09
33. Apresiasi terhadap seni budaya
Lampung
• Terus menerus menggali, mempelajari, mendalami,
berbagai aspek kebudayaan yang terkait dengan nilai-nilai,
karya, pranata sosial
• Terus menerus membangun pemahaman yang terkait
dengan universalism, uniqueness sebagai sumbangan
budaya lampung terhadap budaya nusantara dan budaya
global
• Seni budaya Lampung harus mampu menyumbang
keanekaragamam, sekaligus menunjukkan keunikan budaya.