SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 12
Hukum Pajak
PUTU RISKI ANANDA KUSUMA
Sifat Memaksa Hukum Pajak sebagai Kewajiban Kenegaraan Berdasarkan UU
Pengertian pajak menurut
Undang-undang Nomor 16
tahun 2009 tentang Ketentuan
Umum Dan Tata Cara
Perpajakan (UU KUP) adalah
kontribusi wajib kepada
negara oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan
Undang-Undang, Pajak
merupakan kewajiban
bernegara yang diatur jelas
dalam konstitusi, sebagaimana
ditegaskan dalam Pasal 23A
UUD NRI 1945
Sifat memaksa pada hukum pajak
belum tentu mengakibatkan
orang atau korporasi (private
sectoral) serta merta taat
terhadap pajak, hal ini cukup
wajar karena penyelewengan
bukan hanya hadir dari individu
atau korporasi saja melainkan
juga lembaga atau petugas
pajak. tidak dipenuhinya
kewajiban perpajakan maka
wajib pajak dapat dikenakan
tindakan hukum oleh pemerintah
berdasarkan undang-undang dan
dikenakan sanksi administrasi
maupun sanksi pidana fiscal.
Sifat memaksa terdapat dalam
pengertian pajak sebagai iuran
masyarakat kepada negara
(yg dapat dipaksakan) yg
terutang oleh yang wajib
membayarnya menurut
peraturan-peraturan umum
dgn tidak mendapat prestasi
kembali yg langsung dapat
ditunjuk, yg gunanya adalah
untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran
umum berhubungan dengan
tugas negara untuk
menyelenggarakan
pemerintahan
STELSEL PAJAK
1. Stelsel Nyata atau Riil
Stelsel Nyata merupakan salah
satu jenis pemungutan pajak
yang didasarkan pada objek
atau penghasilan yang
diperoleh sesungguhnya
(penghasilan nyata untuk
Pajak Penghasilan).
Mengetahui dengan kondisi
demikian, pemungutan pajak
baru dilakukan pada akhir
tahun. Dengan begitu,
penghasilan yang
sesungguhnya dapat diketahui
kemudian atau disebut sistem
pemungutan pajak di
belakang (naheffing).
2. Stelsel Anggapan (Fictieve
Stelsel)
Jenis pemungutan pajak ini
yang didasarkan pada
anggapan yang diatur oleh
suatu undang-undang.
Anggapan yang dimaksud di
sini dapat bermacam-
macam jalan pikirannya,
tergantung pada peraturan
perpajakan yang berlaku.
Dengan demikian, stelsel ini
menerapkan sistem
pemungutan pajak di depan
(voor hedging).
3. Stelsel Campuran
Jenis stelsel ini merupakan
kombinasi antara stelsel
nyata dan stelsel anggapan.
Pada awal tahun, besarnya
pajak dihitung berdasarkan
suatu anggapan. Kemudian
pada akhir tahun, besarnya
pajak disesuaikan dengan
keadaan sebenarnya.
Apabila kenyataannya
besarnya pajak lebih besar
daripada pajak menurut
anggapan, maka wajib
pajak harus menambah
pembayaran.
Prinsip Pengenaan Pajak
Official Assessment
Menurut sistem perpajakan ini, besarnya pajak
yang terutang ditetapkan sepenuhnya oleh
institusi pemungut pajak. Wajib pajak dalam
hal ini bersifat pasif dan menunggu
penyampaian utang pajak yang ditetapkan
oleh institusi pemungut pajak.
Semi Self Assessment)
Menurut sistem perpajakan ini pemungutan pajak,
setiap awal tahun wajib pajak menentukan sendiri
besarnya pajak yang terutang untuk tahun berjalan
yang merupakan angsuran bagi wajib pajak yang
harus disetor sendiri. Kemudian pada akhir tahun
pajak fiskus menentukan besarnya utang pajak yang
sesungguhnya berdasarkan data yang dilaporkan
oleh wajib pajak.
Self Assessment
Menurut sistem perpajakan ini, besarnya pajak
yang terutang ditetapkan oleh wajib pajak.
Dalam hal ini, kegiatan menghitung,
memperhitungkan, menyetorkan dan melaporkan
pajak yang terutang dilakukan oleh wajib pajak.
Peran institusi pemungut pajak hanyalah
mengawasi melalui tindakan pengawasan
maupun penegakan hukum.
Withholding System
Pada sistem pemungutan pajak withholding system,
besarnya pajak biasanya dihitung oleh pihak ketiga.
Bukan mereka wajib pajak dan bukan juga aparat
pajak/fiskus. Contoh Witholding System adalah
pemotongan penghasilan karyawan yang dilakukan
oleh bendahara instansi atau perusahaan terkait.
01 02
03 04
Perjanjian Perpajakan dan Konvensi/Hukum
Internasional
Vienna Convention on the
Law of Treaties
mendefinisikan ‘treaty’
sebagai perjanjian
internasional yang
ditetapkan antarnegara
dalam bentuk tertulis dan
diatur dalam hukum
internasional, baik yang
berwujud instrumen tunggal
atau lebih dalam desain
spesifik. Tax treaty digunakan
sebagai salah satu sumber
hukum dalam perpajakan
internasional selain dari
peraturan perpajakan
domestik. Indonesia telah
memiliki 65 tax treaty (P3B)
dengan negara lain.
Penentuan aspek
perpajakan tersebut
dilakukan berdasarkan
klausul-klausul yang
terdapat dalam tax treaty
yang bersangkutan sesuai
jenis transaksi yang
dihadapi. terdapat dua
model treaty yang sering
dijadikan acuan yaitu
Organisasi untuk Kerjasama
dan Pembangunan
Ekonomi atau Organisation
for Economic Coperation &
Development (OECD)
Model dan Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) atau
United Nation (UN) Model.
Adapun, objek pajak yang
tercantum dalam tax treaty pada
umumnya terdiri atas 15 jenis
penghasilan, yaitu: a. penghasilan
dari harta tetap atau barang tak
bergerak, penghasilan dari usaha,
penghasilan dari usaha perkapalan
atau angkutan udara, dividen,
bunga, royalty, keuntungan dari
penjualan harta penghasilan dari
pekerjaan bebas, penghasilan dari
pekerjaan dalam hubungan kerja,
gaji untuk direktur, penghasilan
seniman, artis dan atlet, uang
pensiun dan jaminan sosial tenaga
kerja, penghasilan pejabat
pemerintah, penghasilan pelajar
dan peserta, penghasilan lain-lain.
Tax Compliance (Kepatuhan Pajak)
Kepatuhan Wajib Pajak ini dapat ditingkatkan dengan dua cara, yaitu pemberian
pelayanan prima (service excellent) serta penegakan hukum (law enforcement).
Kepatuhan Wajib Pajak dikemukakan oleh Norman D. Nowak sebagai Suatu iklim
kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi
dimana:
- Wajib Pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan;
- Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas,
- Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar
- Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.
Batasan sebagai Wajib Pajak patuh diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan
No.544/KMK.04/2000 dimana persyaratan sebagai Wajib Pajak patuh ada 2 (dua)
kriteria yaitu Wajib Pajak patuh terhadap kepatuhan formal dan Wajib Pajak patuh
terhadap kepatuhan material
Pentingnya Kepatuhan Kewajiban
Perpajakan
Jika Wajib Pajak tidak patuh maka akan menimbulkan keinginan untuk melakukan
tindakan penghindaran, pengelakan, penyelundupan, dan pelalaian pajak. Wajib
Pajak akan patuh (karena tekanan), mereka berfikir adanya sanksi berat akibat
tindakan ilegal dalam usahanya untuk menyelundupkan pajak.
Wajib Pajak yang patuh merupakan Wajib Pajak yang taat dan patuh dalam
memenuhi serta melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku dalam perundang-undangan perpajakan.
Kepatuhan Wajib Pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kondisi sistem
administrasi perpajakan, pelayanan pada Wajib Pajak, penegakan hukum
perpajakan, pemeriksaan pajak, dan tarif pajak. Ketidakpatuhan terhadap pajak
melibatkan Wajib Pajak dan aparat pajak, sehingga dengan demikian dapat terjadi
kong kalikong antara Wajib Pajak dan aparat pajak. Kurangnya kesadaran akan
kepatuhan pajak baik bagi Wajib Pajak maupun aparat pajak,akan berimbas pada
penurunan pendapatan sektor pajak dan berkurang nya pendapatan bagi Negara.
Tax Amnesty dan Sunset Policy
Tax Amnesty
Sunset Policy
Sunset policy merupakan fasilitas
penghapusan sanksi administrasi
berupa bunga karena wajib pajak
membetulkan SPT yang
mengakibatkan kurang bayar
sebagaimana diatur dalam Pasal
37A Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2007. Kekurangan
pembayaran pajak umumnya
adalah karena dalam SPT
sebelumnya terdapat penghasilan
(bukan harta) yang dilaporkan.
Kebijakan ini memberi kesempatan
kepada masyarakat untuk memulai
kewajiban perpajakannya dengan
benar.
Tax Amnesty (Pengampunan pajak) merupakan usaha
pemerintah untuk menghasilkan penerimaan pajak yang
selama ini belum atau kurang dibayar, disamping
meningkatkan kepatuhan membayar pajak karena makin
efektifnya pengawasan karena semakin akuratnya informasi
mengenai daftar kekayaan wajib pajak.
Terdapat 4 jenis amnesti pajak, yaitu:
1. Amnesti yg tetap mewajibkan pembayaran pokok
pajak, termasuk bunga dan dendanya, dan hanya
mengampuni sanksi pidana perpajakan.
2. Amnesti yg mewajibkan pembayaran pokok pajak masa
lalu yang terutang berikut bunganya, namun
mengampuni sanksi denda dan sanksi pidana pajaknya.
3. Amnesti yg tetap mewajibkan pembayaran pokok pajak
yang lama, namun mengampuni sanksi bunga, sanksi
denda, dan sanksi pidana pajaknya.
4. Bentuk amnesti yang paling longgar karena
mengampuni pokok pajak di masa lalu, termasuk sanksi
bunga, sanksi denda, dan sanksi pidananya
Sengketa Pajak
2. Jenis Sengketa
Pajak
Sengketa formal timbul
apabila fiscus atau wajib
pajak/atau keduannya tidak
memenuhi prosedur atau tata
cara yang ditetapkan dalam
undang-undang perpajakan
dan undang-undang
pengadilan pajak.
Sedangkan sengketa material,
apabila terdapat perbedaan
jumlah pajak yang terutang,
kelebihan pajak
(restitusi).maupun kekurangan
pajak.
1. Definis Sengketa
Pajak
Sengketa formal timbul
apabila fiscus atau wajib
pajak/atau keduannya tidak
memenuhi prosedur atau
tata cara yang ditetapkan
dalam undang-undang
perpajakan dan undang-
undang pengadilan pajak.
Sedangkan sengketa
material, apabila terdapat
perbedaan jumlah pajak
yang terutang, kelebihan
pajak (restitusi).maupun
kekurangan pajak.
Penyebab Sengketa Pajak
antara lain, adalah:
1. Perbedaan dasar hukum
yang digunakan.
2. Persepsi terhadap hukum
berbeda
3. Adanya perselisihan
terhadap transaksi tertent
3. Penyebab Sengketa
Pajak
Upaya Penyelesaian Sengketa Pajak
1. Keberatan
Dalam hal ini WP dapat mengajukan
keberatan kepada Dirjen Pajak melalui KPP
dimana Wajib Pajak tersebut terdaftar.
Upaya hukum keberatan dilakukan masih
berada dalam lingkungan lembaga yang
sama yaitu Direktorat Jenderal Pajak.
Peradilan administrasi seperti ini lazim disebut
quasi peradilan/peradilan doleansi
(peradilan administrasi tidak murni), dimana
tidak ada sidang peradilan; Tidak ada
panitera sidang; Tidak ada saksi maupun
saksi ahli, Tidak mempertemukan pihak-pihak
yang bersengketa; Tidak ada pembacaan
keputusan; dan Keputusan dibuat oleh
Pejabat yang menerbitkan surat ketetapan.
Ketentuan mengenai keberatan diatur
dalam Pasal 25 UU KUP dengan peraturan
pelaksanaannya pada Peraturan Menteri
Keuangan No.194/PMK.03/2007
2. Banding
Banding adalah upaya hukum yang dapat
dilakukan oleh wajib pajak atau
penanggung pajak terhadap suatu
keputusan yang dapat diajukan banding,
berdasarkan peraturan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku. Wajib
Pajak dapat mengajukan permohonan
banding hanya kepada badan peradilan
pajak atas Surat Keputusan Keberatan.
Landasan hukum upaya banding adalah
berdasarkan UU No. 14 Tahun 2002 tentang
Pengadilan Pajak dan Pasal 27 UU KUP No.
28 Tahun 2007. Pengadilan Pajak adalah
badan peradilan yang melaksanakan
kekuasaan kehakiman bagi WP atau
penanggung pajak yang mencari keadilan
terhadap Sengketa Pajak. Tugas Pengadilan
adalah memutuskan Sengketa pajak
Upaya Penyelesaian Sengketa Pajak
3. Gugatan
Gugatan adalah upaya hukum Wajib Pajak
atau Penanggung Pajak terhadap
pelaksanaan penagihan pajak terhadap
keputusan yang dapat diajukan gugatan
berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Gugatan dapat
diajukan oleh penggugat, ahli warisnya,
seorang pengurus, atau kuasa hukumnya
dengan disertai alasan-alasan yang jelas,
mencantumkan tanggal diterima,
pelaksanaan penagihan, atau keputusan
yang digugat dan dilampirkan salinan
dokumen yang digugat. Pasal 23 ayat (2) UU
KUP menyatakan bahwa Gugatan Wajib
Pajak atau Penanggung Pajak dapat
dilakukan terhadap hal-hal yg tlah diatur dlm
UU tsb.
4. Peninjauan Kembali (PK)
Peninjauan kembali ke Mahkamah Agung
merupakan upaya hukum luar biasa setelah
adanya puusan yang berkekuatan hukum
tetap atau ada ha lain yang ditentukan
undang-undang. Ketentuan Pasal 91 UU
Pengadilan Pajak menyatakan bahwa
permohonan PK hanya dapat diajukan
berdasarkan lima alasan yaitu: Apabila putusan
Pengadilan Pajak didasarkan pada suatu
kebohongan atau tipu yg oleh hakim pidana
dinyatakan palsu, bukti tertulis baru yang
penting dan bersifat menentukan, elah
dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau
lebih dari pada yang dituntut, mengetahui
suatu bagian dari tuntutan belum diputus
tanpa dipertimbangkan sebab-sebabnya,
erdapat suatu putusan yang nyata-nyata tidak
sesuai dengan ketentuan peraturan
TERIMAKASIH

Weitere ähnliche Inhalte

Ähnlich wie HUKUM PAJAK

Ähnlich wie HUKUM PAJAK (20)

Adm perpajakan
Adm perpajakanAdm perpajakan
Adm perpajakan
 
HUKUM PAJAK
HUKUM PAJAKHUKUM PAJAK
HUKUM PAJAK
 
Pembahasan
PembahasanPembahasan
Pembahasan
 
Pajak adalah.docx
Pajak adalah.docxPajak adalah.docx
Pajak adalah.docx
 
Makalah perpajakan
Makalah perpajakanMakalah perpajakan
Makalah perpajakan
 
1.Perpajakan umum
1.Perpajakan umum1.Perpajakan umum
1.Perpajakan umum
 
PPT Perpajakan [TM1].pdf
PPT Perpajakan [TM1].pdfPPT Perpajakan [TM1].pdf
PPT Perpajakan [TM1].pdf
 
Makalah perpajakan
Makalah perpajakanMakalah perpajakan
Makalah perpajakan
 
Makalah Hukum Pajak
Makalah Hukum PajakMakalah Hukum Pajak
Makalah Hukum Pajak
 
Dasar dasar Pajak
Dasar dasar PajakDasar dasar Pajak
Dasar dasar Pajak
 
Makalah seminar akuntansi dan perpajakan tax planning alternatif manajemen da...
Makalah seminar akuntansi dan perpajakan tax planning alternatif manajemen da...Makalah seminar akuntansi dan perpajakan tax planning alternatif manajemen da...
Makalah seminar akuntansi dan perpajakan tax planning alternatif manajemen da...
 
Modul Pengantar Perpajakan - Rudi Ginting.pdf
Modul Pengantar Perpajakan - Rudi Ginting.pdfModul Pengantar Perpajakan - Rudi Ginting.pdf
Modul Pengantar Perpajakan - Rudi Ginting.pdf
 
slide-pengertian-perpajakan dan administrasi pajak.ppt
slide-pengertian-perpajakan dan administrasi pajak.pptslide-pengertian-perpajakan dan administrasi pajak.ppt
slide-pengertian-perpajakan dan administrasi pajak.ppt
 
pengantar perpajakan
 pengantar perpajakan pengantar perpajakan
pengantar perpajakan
 
Uukup
UukupUukup
Uukup
 
Uu kup
Uu kupUu kup
Uu kup
 
PENAGIHAN PAJAK BY JON P SIHOTANG
PENAGIHAN PAJAK BY JON P SIHOTANGPENAGIHAN PAJAK BY JON P SIHOTANG
PENAGIHAN PAJAK BY JON P SIHOTANG
 
KUP A kelompok 1
KUP A kelompok 1KUP A kelompok 1
KUP A kelompok 1
 
Sistematika Penyelesaian Sengketa Pajak
Sistematika Penyelesaian Sengketa PajakSistematika Penyelesaian Sengketa Pajak
Sistematika Penyelesaian Sengketa Pajak
 
PENERIMAAN PPnBM SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN APBN
PENERIMAAN PPnBM SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN APBNPENERIMAAN PPnBM SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN APBN
PENERIMAAN PPnBM SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN APBN
 

Mehr von RiskiAnanda28

kelompok 2 PPT Tugas Hk.Masyarakat dan Pembangunan.pptx
kelompok 2 PPT Tugas Hk.Masyarakat dan Pembangunan.pptxkelompok 2 PPT Tugas Hk.Masyarakat dan Pembangunan.pptx
kelompok 2 PPT Tugas Hk.Masyarakat dan Pembangunan.pptxRiskiAnanda28
 
Putu Riski Ananda Kusuma.pptx
Putu Riski Ananda Kusuma.pptxPutu Riski Ananda Kusuma.pptx
Putu Riski Ananda Kusuma.pptxRiskiAnanda28
 
Putu Riski Ananda Kusuma (032024153026).pptx
Putu Riski Ananda Kusuma (032024153026).pptxPutu Riski Ananda Kusuma (032024153026).pptx
Putu Riski Ananda Kusuma (032024153026).pptxRiskiAnanda28
 
Presentasi ICLSE.pptx
Presentasi ICLSE.pptxPresentasi ICLSE.pptx
Presentasi ICLSE.pptxRiskiAnanda28
 
cyberbullying ICLSSE.pptx
cyberbullying ICLSSE.pptxcyberbullying ICLSSE.pptx
cyberbullying ICLSSE.pptxRiskiAnanda28
 
GUGATAN-REKONVENSI.pdf
GUGATAN-REKONVENSI.pdfGUGATAN-REKONVENSI.pdf
GUGATAN-REKONVENSI.pdfRiskiAnanda28
 
Civil Procedural Law.pptx
Civil Procedural Law.pptxCivil Procedural Law.pptx
Civil Procedural Law.pptxRiskiAnanda28
 

Mehr von RiskiAnanda28 (8)

kelompok 2 PPT Tugas Hk.Masyarakat dan Pembangunan.pptx
kelompok 2 PPT Tugas Hk.Masyarakat dan Pembangunan.pptxkelompok 2 PPT Tugas Hk.Masyarakat dan Pembangunan.pptx
kelompok 2 PPT Tugas Hk.Masyarakat dan Pembangunan.pptx
 
Putu Riski Ananda Kusuma.pptx
Putu Riski Ananda Kusuma.pptxPutu Riski Ananda Kusuma.pptx
Putu Riski Ananda Kusuma.pptx
 
Putu Riski Ananda Kusuma (032024153026).pptx
Putu Riski Ananda Kusuma (032024153026).pptxPutu Riski Ananda Kusuma (032024153026).pptx
Putu Riski Ananda Kusuma (032024153026).pptx
 
Presentasi ICLSE.pptx
Presentasi ICLSE.pptxPresentasi ICLSE.pptx
Presentasi ICLSE.pptx
 
cyberbullying ICLSSE.pptx
cyberbullying ICLSSE.pptxcyberbullying ICLSSE.pptx
cyberbullying ICLSSE.pptx
 
GUGATAN-REKONVENSI.pdf
GUGATAN-REKONVENSI.pdfGUGATAN-REKONVENSI.pdf
GUGATAN-REKONVENSI.pdf
 
LPD.pptx
LPD.pptxLPD.pptx
LPD.pptx
 
Civil Procedural Law.pptx
Civil Procedural Law.pptxCivil Procedural Law.pptx
Civil Procedural Law.pptx
 

HUKUM PAJAK

  • 1. Hukum Pajak PUTU RISKI ANANDA KUSUMA
  • 2. Sifat Memaksa Hukum Pajak sebagai Kewajiban Kenegaraan Berdasarkan UU Pengertian pajak menurut Undang-undang Nomor 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) adalah kontribusi wajib kepada negara oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, Pajak merupakan kewajiban bernegara yang diatur jelas dalam konstitusi, sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 23A UUD NRI 1945 Sifat memaksa pada hukum pajak belum tentu mengakibatkan orang atau korporasi (private sectoral) serta merta taat terhadap pajak, hal ini cukup wajar karena penyelewengan bukan hanya hadir dari individu atau korporasi saja melainkan juga lembaga atau petugas pajak. tidak dipenuhinya kewajiban perpajakan maka wajib pajak dapat dikenakan tindakan hukum oleh pemerintah berdasarkan undang-undang dan dikenakan sanksi administrasi maupun sanksi pidana fiscal. Sifat memaksa terdapat dalam pengertian pajak sebagai iuran masyarakat kepada negara (yg dapat dipaksakan) yg terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum dgn tidak mendapat prestasi kembali yg langsung dapat ditunjuk, yg gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan
  • 3. STELSEL PAJAK 1. Stelsel Nyata atau Riil Stelsel Nyata merupakan salah satu jenis pemungutan pajak yang didasarkan pada objek atau penghasilan yang diperoleh sesungguhnya (penghasilan nyata untuk Pajak Penghasilan). Mengetahui dengan kondisi demikian, pemungutan pajak baru dilakukan pada akhir tahun. Dengan begitu, penghasilan yang sesungguhnya dapat diketahui kemudian atau disebut sistem pemungutan pajak di belakang (naheffing). 2. Stelsel Anggapan (Fictieve Stelsel) Jenis pemungutan pajak ini yang didasarkan pada anggapan yang diatur oleh suatu undang-undang. Anggapan yang dimaksud di sini dapat bermacam- macam jalan pikirannya, tergantung pada peraturan perpajakan yang berlaku. Dengan demikian, stelsel ini menerapkan sistem pemungutan pajak di depan (voor hedging). 3. Stelsel Campuran Jenis stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan. Kemudian pada akhir tahun, besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan sebenarnya. Apabila kenyataannya besarnya pajak lebih besar daripada pajak menurut anggapan, maka wajib pajak harus menambah pembayaran.
  • 4. Prinsip Pengenaan Pajak Official Assessment Menurut sistem perpajakan ini, besarnya pajak yang terutang ditetapkan sepenuhnya oleh institusi pemungut pajak. Wajib pajak dalam hal ini bersifat pasif dan menunggu penyampaian utang pajak yang ditetapkan oleh institusi pemungut pajak. Semi Self Assessment) Menurut sistem perpajakan ini pemungutan pajak, setiap awal tahun wajib pajak menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang untuk tahun berjalan yang merupakan angsuran bagi wajib pajak yang harus disetor sendiri. Kemudian pada akhir tahun pajak fiskus menentukan besarnya utang pajak yang sesungguhnya berdasarkan data yang dilaporkan oleh wajib pajak. Self Assessment Menurut sistem perpajakan ini, besarnya pajak yang terutang ditetapkan oleh wajib pajak. Dalam hal ini, kegiatan menghitung, memperhitungkan, menyetorkan dan melaporkan pajak yang terutang dilakukan oleh wajib pajak. Peran institusi pemungut pajak hanyalah mengawasi melalui tindakan pengawasan maupun penegakan hukum. Withholding System Pada sistem pemungutan pajak withholding system, besarnya pajak biasanya dihitung oleh pihak ketiga. Bukan mereka wajib pajak dan bukan juga aparat pajak/fiskus. Contoh Witholding System adalah pemotongan penghasilan karyawan yang dilakukan oleh bendahara instansi atau perusahaan terkait. 01 02 03 04
  • 5. Perjanjian Perpajakan dan Konvensi/Hukum Internasional Vienna Convention on the Law of Treaties mendefinisikan ‘treaty’ sebagai perjanjian internasional yang ditetapkan antarnegara dalam bentuk tertulis dan diatur dalam hukum internasional, baik yang berwujud instrumen tunggal atau lebih dalam desain spesifik. Tax treaty digunakan sebagai salah satu sumber hukum dalam perpajakan internasional selain dari peraturan perpajakan domestik. Indonesia telah memiliki 65 tax treaty (P3B) dengan negara lain. Penentuan aspek perpajakan tersebut dilakukan berdasarkan klausul-klausul yang terdapat dalam tax treaty yang bersangkutan sesuai jenis transaksi yang dihadapi. terdapat dua model treaty yang sering dijadikan acuan yaitu Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi atau Organisation for Economic Coperation & Development (OECD) Model dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau United Nation (UN) Model. Adapun, objek pajak yang tercantum dalam tax treaty pada umumnya terdiri atas 15 jenis penghasilan, yaitu: a. penghasilan dari harta tetap atau barang tak bergerak, penghasilan dari usaha, penghasilan dari usaha perkapalan atau angkutan udara, dividen, bunga, royalty, keuntungan dari penjualan harta penghasilan dari pekerjaan bebas, penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja, gaji untuk direktur, penghasilan seniman, artis dan atlet, uang pensiun dan jaminan sosial tenaga kerja, penghasilan pejabat pemerintah, penghasilan pelajar dan peserta, penghasilan lain-lain.
  • 6. Tax Compliance (Kepatuhan Pajak) Kepatuhan Wajib Pajak ini dapat ditingkatkan dengan dua cara, yaitu pemberian pelayanan prima (service excellent) serta penegakan hukum (law enforcement). Kepatuhan Wajib Pajak dikemukakan oleh Norman D. Nowak sebagai Suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi dimana: - Wajib Pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan; - Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas, - Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar - Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya. Batasan sebagai Wajib Pajak patuh diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan No.544/KMK.04/2000 dimana persyaratan sebagai Wajib Pajak patuh ada 2 (dua) kriteria yaitu Wajib Pajak patuh terhadap kepatuhan formal dan Wajib Pajak patuh terhadap kepatuhan material
  • 7. Pentingnya Kepatuhan Kewajiban Perpajakan Jika Wajib Pajak tidak patuh maka akan menimbulkan keinginan untuk melakukan tindakan penghindaran, pengelakan, penyelundupan, dan pelalaian pajak. Wajib Pajak akan patuh (karena tekanan), mereka berfikir adanya sanksi berat akibat tindakan ilegal dalam usahanya untuk menyelundupkan pajak. Wajib Pajak yang patuh merupakan Wajib Pajak yang taat dan patuh dalam memenuhi serta melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam perundang-undangan perpajakan. Kepatuhan Wajib Pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kondisi sistem administrasi perpajakan, pelayanan pada Wajib Pajak, penegakan hukum perpajakan, pemeriksaan pajak, dan tarif pajak. Ketidakpatuhan terhadap pajak melibatkan Wajib Pajak dan aparat pajak, sehingga dengan demikian dapat terjadi kong kalikong antara Wajib Pajak dan aparat pajak. Kurangnya kesadaran akan kepatuhan pajak baik bagi Wajib Pajak maupun aparat pajak,akan berimbas pada penurunan pendapatan sektor pajak dan berkurang nya pendapatan bagi Negara.
  • 8. Tax Amnesty dan Sunset Policy Tax Amnesty Sunset Policy Sunset policy merupakan fasilitas penghapusan sanksi administrasi berupa bunga karena wajib pajak membetulkan SPT yang mengakibatkan kurang bayar sebagaimana diatur dalam Pasal 37A Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007. Kekurangan pembayaran pajak umumnya adalah karena dalam SPT sebelumnya terdapat penghasilan (bukan harta) yang dilaporkan. Kebijakan ini memberi kesempatan kepada masyarakat untuk memulai kewajiban perpajakannya dengan benar. Tax Amnesty (Pengampunan pajak) merupakan usaha pemerintah untuk menghasilkan penerimaan pajak yang selama ini belum atau kurang dibayar, disamping meningkatkan kepatuhan membayar pajak karena makin efektifnya pengawasan karena semakin akuratnya informasi mengenai daftar kekayaan wajib pajak. Terdapat 4 jenis amnesti pajak, yaitu: 1. Amnesti yg tetap mewajibkan pembayaran pokok pajak, termasuk bunga dan dendanya, dan hanya mengampuni sanksi pidana perpajakan. 2. Amnesti yg mewajibkan pembayaran pokok pajak masa lalu yang terutang berikut bunganya, namun mengampuni sanksi denda dan sanksi pidana pajaknya. 3. Amnesti yg tetap mewajibkan pembayaran pokok pajak yang lama, namun mengampuni sanksi bunga, sanksi denda, dan sanksi pidana pajaknya. 4. Bentuk amnesti yang paling longgar karena mengampuni pokok pajak di masa lalu, termasuk sanksi bunga, sanksi denda, dan sanksi pidananya
  • 9. Sengketa Pajak 2. Jenis Sengketa Pajak Sengketa formal timbul apabila fiscus atau wajib pajak/atau keduannya tidak memenuhi prosedur atau tata cara yang ditetapkan dalam undang-undang perpajakan dan undang-undang pengadilan pajak. Sedangkan sengketa material, apabila terdapat perbedaan jumlah pajak yang terutang, kelebihan pajak (restitusi).maupun kekurangan pajak. 1. Definis Sengketa Pajak Sengketa formal timbul apabila fiscus atau wajib pajak/atau keduannya tidak memenuhi prosedur atau tata cara yang ditetapkan dalam undang-undang perpajakan dan undang- undang pengadilan pajak. Sedangkan sengketa material, apabila terdapat perbedaan jumlah pajak yang terutang, kelebihan pajak (restitusi).maupun kekurangan pajak. Penyebab Sengketa Pajak antara lain, adalah: 1. Perbedaan dasar hukum yang digunakan. 2. Persepsi terhadap hukum berbeda 3. Adanya perselisihan terhadap transaksi tertent 3. Penyebab Sengketa Pajak
  • 10. Upaya Penyelesaian Sengketa Pajak 1. Keberatan Dalam hal ini WP dapat mengajukan keberatan kepada Dirjen Pajak melalui KPP dimana Wajib Pajak tersebut terdaftar. Upaya hukum keberatan dilakukan masih berada dalam lingkungan lembaga yang sama yaitu Direktorat Jenderal Pajak. Peradilan administrasi seperti ini lazim disebut quasi peradilan/peradilan doleansi (peradilan administrasi tidak murni), dimana tidak ada sidang peradilan; Tidak ada panitera sidang; Tidak ada saksi maupun saksi ahli, Tidak mempertemukan pihak-pihak yang bersengketa; Tidak ada pembacaan keputusan; dan Keputusan dibuat oleh Pejabat yang menerbitkan surat ketetapan. Ketentuan mengenai keberatan diatur dalam Pasal 25 UU KUP dengan peraturan pelaksanaannya pada Peraturan Menteri Keuangan No.194/PMK.03/2007 2. Banding Banding adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh wajib pajak atau penanggung pajak terhadap suatu keputusan yang dapat diajukan banding, berdasarkan peraturan perundang- undangan perpajakan yang berlaku. Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada badan peradilan pajak atas Surat Keputusan Keberatan. Landasan hukum upaya banding adalah berdasarkan UU No. 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak dan Pasal 27 UU KUP No. 28 Tahun 2007. Pengadilan Pajak adalah badan peradilan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman bagi WP atau penanggung pajak yang mencari keadilan terhadap Sengketa Pajak. Tugas Pengadilan adalah memutuskan Sengketa pajak
  • 11. Upaya Penyelesaian Sengketa Pajak 3. Gugatan Gugatan adalah upaya hukum Wajib Pajak atau Penanggung Pajak terhadap pelaksanaan penagihan pajak terhadap keputusan yang dapat diajukan gugatan berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Gugatan dapat diajukan oleh penggugat, ahli warisnya, seorang pengurus, atau kuasa hukumnya dengan disertai alasan-alasan yang jelas, mencantumkan tanggal diterima, pelaksanaan penagihan, atau keputusan yang digugat dan dilampirkan salinan dokumen yang digugat. Pasal 23 ayat (2) UU KUP menyatakan bahwa Gugatan Wajib Pajak atau Penanggung Pajak dapat dilakukan terhadap hal-hal yg tlah diatur dlm UU tsb. 4. Peninjauan Kembali (PK) Peninjauan kembali ke Mahkamah Agung merupakan upaya hukum luar biasa setelah adanya puusan yang berkekuatan hukum tetap atau ada ha lain yang ditentukan undang-undang. Ketentuan Pasal 91 UU Pengadilan Pajak menyatakan bahwa permohonan PK hanya dapat diajukan berdasarkan lima alasan yaitu: Apabila putusan Pengadilan Pajak didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu yg oleh hakim pidana dinyatakan palsu, bukti tertulis baru yang penting dan bersifat menentukan, elah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari pada yang dituntut, mengetahui suatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa dipertimbangkan sebab-sebabnya, erdapat suatu putusan yang nyata-nyata tidak sesuai dengan ketentuan peraturan