Dokumen tersebut membahas tentang prosedur analisis kuantitatif untuk menentukan kadar besi pada sampel garam tunjung (FeSO4.7H2O) dengan cara mengoksidasi besi (II) menjadi besi (III) yang lebih stabil, kemudian diendapkan sebagai besi (III) hidroksida dan dipijarkan menjadi besi (III) oksida untuk ditimbang.
4. Teori
Besi merupakan logam yang paling banyak terdapat dialam. Besi juga diketahui
sebagai unsur yang paling banyak membentuk bumi, yaitu kira-kira 4,7 - 5 % pada kerak
bumi. Besi adalah logam yang dihasilkan dari bijih besi dan jarang dijumpai dalam keadaan
bebas, kebanyakan besi terdapat dalam batuan dan tanah sebagai oksida besi, seperti oksida
besi magnetit ( Fe3O4) mengandung besi 65 %, hematite ( Fe2O3 ) mengandung 60 – 75 %
besi, limonet ( Fe2O3 . H2O ) mengandung besi 20 % dan siderit (Fe2CO3).
Besi secara farmakologi digunakan sebagai zat penambah darah bagi penderita
anemia. Salah satu bentuk garam besi yang digunakan sebagai komponen zat aktif dalam
sediaan penambah darah adalah besi(II) sulfat, yaitu bentuk besi bervalensi dua atau ferro.
Hal ini berkaitan dengan kondisi tubuh manusia yang lebih mudah menyerap besi dua
daripada besi bervalensi tiga. Sifat kimia besi yang sangat dikenal adalah mudah teroksidasi
oleh oksigen dari udara dan oksidator lainnya, sehingga besi umumnya dijumpai sebagai
besi bervalensi tiga. Pada kondisi tertentu dimana kurang kontak dengan udara, besi berada
sebagai besi bervalensi dua.
5. Besi digunakan sebagai katalis. Ion besi sebagai katalis pada reaksi ion persulfat
dan ion iodida. Besi merupakan sebuah contoh yang baik dalam hal penggunaan senyawa
logam transisi. Sebagai katalis karena kemampuan senyawa logam transisi tersebut untuk
mengubah tingkat oksidasi. Ion-ion yang paling sederhana dalam larutan adalah :
- [Fe(H2O)6]2+
- [Fe(H2O)6]3+
Kedua-keduanya bersifat asam, tetapi besi ( III ) lebih kuat asamnya. Ion
hidroksida ( katakanlah dari larutan natrium hidroksida ) dapat menghilangkan ion hirogen
dari ligan air dan kemudian melekat pada ion besi. Setelah ion hidrogen dihilangkan, akan
diperoleh kompleks netral. Kompleks netral ini tidak larut dalam air dan terbentuk
endapan.
Besi sangat mudah dioksidasi pada kondisi yang bersifat basa. Oksigen di udara
mengoksidasi endapan besi ( II ) hidroksida menjadi besi ( III ) hidroksida. Warna endapan
yang menjadi gelap berasal dari efek yang sama. Ammonia dapat berperan sebagai basa
atau ligan. Pada kasus ini, amonia berperan sebagai basa, menghilangkan ion hodrogen.
Kejadian yang sama terjadi ketika menambahkan larutan natrium hidroksida. Natrium
kembali berubah warna yang menunjukkan kompleks Fe ( II ) hidroksida teroksidasi oleh
udara menjadi Fe(III) hidroksida.
6. Jika kamu menambahkan larutan natrium karbonat ke larutan yang mengandung
heksaaquobesi (III), dengan pasti akan diperoleh endapan seperti jika ditambahkan larutan
natrium hidroksida atau amonium hidroksida. Saat ini, ion karbonat yang menghilangkan ion
hidrogen dari ion heksaaquo dan menghasilkan kompleks netral.
Besi dari larutan garam tunjung (FeSO4.7H2O) dapat diendapkan sebagai besi(II)
hidroksida, akan tetapi besi ini tidak mantap dan mudah teroksidasi menjadi besi (III),
sehingga bila dipijarkan sisa pijarnya tidak murni sebagai FeO. Oleh karena itu besi harus
diendapkan sebagai besi(III) hidroksida.Sebagai pengoksida dapat dipakai HNO3, H2O, atau
air brom. Sebenarnya HNO3 kurang baik karena mudah terjadi kopresipitasi.pH
pengendapan tidak boleh terlalu tinggi untuk menghindari pengendapan hidroksida lain
terutama bila contoh alam yang biasa mengandung Mg, sehingga dapat mengendap sebagai
Mg(OH)2. Oleh karena itu ditambahkan NH4Cl 10%sebagai pendapar. Pengendapan
dilakukan pada suhu 70-80°C untuk mendapatkan jel/selai yang baik
7. Dasar
Garam besi(II) yang tidak mantap dioksidasikan dengan HNO3,air Brom atau
menjadi Fe(III) yang mantap. Kemudian Fe(III) diendapkan dengan NH4OH
menjadi endapan selai yang berwarna coklat Fe(OH)3 yang setelah dipijarkan
menjadi Fe2O3 yang berwarna hhitam coklat.
9. Alat dan Bahan
Alat Alat yang Diperlukan :
Piala gelas 400 dan 800 mL.
Pengaduk
Kaca arloji
Tabung Reaksi
Labu semprot
Tutup kaca
Pembakar teklu
Pembakar meker / tanur
Kaki tiga
Kasa asbes
Gelas ukur 10 mL dan 50 mL.
Termometer
Pipet tetes
Corong
Penyangga corong
Tabung reaksi
Cawan porselin
Segitiga porselin
Gegep besi
Neraca analitik
Oven
Desikator
Neraca Sauter
10. Bahan – Bahan yang Diperlukan :
Sampel garam tunjung Fe2SO4.7H2O
Air suling
HNO3 4N / H2O2 3% / Air Brom
NH4Cl 10%
NH4OH 2N
AgNO3 0,1%
HCl 4N
BaCl2 0,5 N
AgNO3 0,1%
11. Cara Kerja
1. Sampel garam tunjung ditimbang sebanyak ± 0,5 gram menggunakan neraca analitik.
2. Sampel dimasukkan ke piala gelas 400 mL.
3. Sampel dilarutkan dengan 25 mL air suling.
4. Ditambahkan 5 mL HNO3 4N.
5. Piala gelas beserta isinya dididihkan dengan api kecil sampai terbentuk larutan berwarna
kuning/sindur.
6. Dilakukan uji oksidasi dengan meneteskan NH4OH 2N ke cairan jernih. Apabila
terbentuk endapan kecokelatan itu menandakan besi (II) telah teroksidasi menjadi besi
(III). Bila terbentuk endapan hitam kehijauan itu menandakan besi (II) belum menjadi
besi (III), sehingga harus ditambahkan HNO3 4N sebanyak 5 mL lagi, dididihkan
kemudian diuji kembali.
7. Diencerkan dengan air suling hingga volume akhirnya 100 mL.
8. Larutan dipanaskan hingga 70 – 80 0C menggunakan termometer.
9. Ditambahkan NH4Cl 10 % 15 mL.
10. Larutan diendapkan dengan NH4OH 2N sedikit demi sedikit hingga berlebih ( sampai
cairan induk jernih).
12. 11. Endapan disaring dengan kertas saring Whatman no.541, kemudian dicuci dengan air
panas, dienaptuangkan.
12. Dilakukan uji pengotor sulfat dan klorida sampai larutan bebas uji pengotor.
13. Kertas saring berisi endapan dikeringkan didalam oven kemudian dilipat.
14. Setelah dilipat, kertas saring dimasukkan ke cawan porselin yang telah diketahui bobot
kosongnya.
15. Cawan + endapan di perarang dan diabukan menggunakan pembakar teklu dan dipijarkan
menggunakan pembakar meker atau tanur.
16. Cawan porselin beserta sisa pijarnya didinginkan di desikator.
17. Cawan + abu ditimbang menggunakn neraca sauter sebagai bobot cawan + abu.
18. Serangkaian tahapan pemijaran, pendinginan, penimbangan dilakukan hingga tercapai
bobot tetap Fe2O3.
13. Pembahasan
Besi dari garam besi (II) dapat diendapkan sebagai hidroksidanya. Akan tetapi, besi ini
tidak mantap dan mudah teroksidasi menjadi besi (III), karena garam besi (II) dari sampel Fero sulfat
hepta hidrat (FeSO4.7H2O) bersifat tidak stabil, oleh karena itu Fe(II) harus di oksidasikan terlebih
dahulu menjadi Fe(III) yang lebih stabil. sehingga bila dipijarkan sisa pijarnya tidak murni sebagai
FeO. Maka dari itu, besi harus diendapkan sebagai besi (III) hidroksida.
Sebelum pendidihan, ditambahkan oksidator. Sebagai pengoksidasi dapat dipakai HNO3,
H202, atau air brom,tapi untuk kebutuhan laboratoriumm saat ini HNO3 lah yg lebih mudah di dapat
dibandingkan dengan H202 ataupun air brom maka digunakanlah HNO3 sebagai pengoksidasi
walaupun HNO3 kurang baik karen mudah terjadi kopresipitasi. Sebenarnya tanpa oksidator pun
Fe(II) sudah bisa teroksidasi menjadi Fe(III) tapi resikonya jika tidak memakai oksidator adalah Fe
tidak teroksidasi secara sempurna menjadi Fe(III),ada yg sebagian teroksidasi menjadi Fe(III) dan ada
juga yg masih sebagai Fe(II),maka dari itu penggunaan oksidator sangat pengting agar Fe(II)
semuanya dapat troksidasi sempurna menjadi Fe(III).
Setelah pendidihan, dilakukan uji oksidasi, yaitu uji yang dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana oksidasi besi (II) menjadi besi (III). Ciri utama untuk membedakan antara keduanya
adalah warna endapan yang terbentuk. Endapan Fe(OH)2 berwarna hitam kehijauan, sedangkan
Fe(OH)3 berwarna merah kecokelatan. Apabila yang terbentuk adalah endapan hitam kehijauan,
berarti penambahan HNO3 4N masih kurang sehingga masih perlu ditambah 5 mL, kemudian
dididihkan dan diuji kembali. Namun jika endapan yang terbentuk berwarna merah kecokelatan,
berarti larutan besi (II) telah teroksidasi menjadi besi (III).
14. Endapan Fe(OH)3 merupakan endapan selai kecokelatan yang optimal pembentukannya
pada suhu berkisar antara 70 – 80 0C. Oleh karena itu, suhu harus diatur agar pembentukan endapan
semakin baik. Karena jika kurang dari suhu 700c maka proses pengendapan akan berlangsung lama
dan endapan tidak sempurna,sedangkan jika lebih dari suhu 800c maka akan terjadi hidrolisis dan jika
terjadi hidrolisis,maka dapat diatasi dengan melarutkan kembali dengan menambahkan HCl dan
dilakukan pengendapan ulang.
Sebagai pengendap digunakan basa lemah NH4OH, karena jika memakai basa kuat seperti
NaOH dan KOH maka pH terlalu tinggi sehingga dapat mengakibatkan mengendapnya hidroksida
lain terutama cuplikan (sampel) alam yang biasanya mengandung Mg, sehingga dapat mengendap
sebagai Mg(OH)2. Maka dari itu penggunaan basa lemah ditujukan agar pH tidak terlalu tinggi.
Selain sebagai pengendap NH4OH juga sebagai pasangan pendapar untuk NH4Cl 10% , yang mana
NH4Cl 10% sebagai penyangga (buffer) serta sebagai koagulan (pembentuk endapan selai/jel yang
menggumpal).
Endapan Fe(OH)3 disaring dengan menggunakan kertas saring Whatman no.541. Oleh
karena endapan ini kecil kelarutannya dalam air suling suhu biasa maupun panas, maka digunakan air
suling panas untuk mencuci endapan ini dikarenakan air suling panas memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan air suling biasa, diantaranya air suling panas lebih mudah melarutkan pengotor
sehingga endapan lebih cepat bersih, dan biasanya air suling panas biasanya lebih mudah melewati
pori-pori kertas saring sehingga memudahkan dan mempercepat proses penyaringan.
Setelah dipijarkan, endapan besi (III) hidroksida akan terurai menjadi besi (III) oksida dan
air konstitusi. Air konstitusi adalah air yang dihasilkan ketika suatu senyawa memecah, namun di
dalam senyawa tersebut tidak terikat dalam bentuk H2O. Sisa pijar kemudian ditimbang untuk
mengetahui kadar prakteknya.
15. Pencucian endapan untuk menghilangkan pengotor CL- dan SO4
2- digunakan
air uling panas,karena logam Fe merupakan logam yg dapat larutdalam air suling panas.
1. Ketika melalukan uji sulfat (menghilangkan pengotor sulfat) digunakan pereaksi HCl
dan BaCl2. Digunakan pereaksi BaCl2 adalah merupakan indikator untuk mengetahui
masih adakah SO4 dalam endapan atau tidak, jika masih terdapat endapan maka akan
diketahui dengan terbentuknya endapan BaSO4 yg berwarna putih.
SO4 +BaCl2 -> BaSO4 + Cl-
2. Dan pada uji CL-(menghilangkan pengotor klorida) digunakan pereaksi HNO3 dan
terlebih dahulu menjadi Fe(III) yg lebih stabil dan terbentuklah endapn Fe(OH)3 yg
berwarna merah kecoklatan.dan setelah dipijarkan AgNo3 .
Cl+HNO3+AgNo3.penggunaan AgNo3 sebagai indikator untuk mengetahui masih
terdapat pengotor klorida atau tidak,jika masih terdapat maka akan diketahui dengan
terbentuknya endapan AgCl yang berwarna putih.
Cl+AgNO3 -> AgCl+ NO3
-
17. Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan air brom?
2. Bagaimana proses oksidasi Fe(II) menjadi Fe(III)?
3. Dapatkah Fe(II) diendapkan tanpa melalui oksidasi ?
4. Bagaimana bentuk endapan apabila pengendapan dilakukan
pada suhu lebih atau kurang dari 70-80 oC?
5. Apa fungsi NH4OH dan NH4Cl?
18. Kesimpulan
Jadi dalam penetapan ini jika ingin mendapatkan
endapan yang baik, penambahan reaksi dan proses
oksidasi harus dilakukan dengan baik dan benar. Serta
pelu memperhatikan pH larutan dan suhu supaya
endapan tidak rusak.
19. Daftar Pustaka / Sumber
http://gravimet.blogspot.com/2013/06/kadar-fe-dalam-garam-tunjung.html
http://noerarifinyusuf.blogspot.com/2014/07/penetapan-kadar-besi-fe-dalam-garam.html
http://apaadanya1234.blogspot.com/2014/05/style-definitions-table.html
Iskandar, Inowyatye, dkk. Analisis Gravimetri.2014.Bogor: SMK – SMAK Bogor