Dokumen tersebut membahas tentang nilai dalam tiga bagian. Pertama, menjelaskan dua kelompok nilai yaitu nilai nurani dan nilai yang harus dipraktikkan. Kedua, mendefinisikan ontologi, epistemologi, dan aksiologi nilai. Ketiga, menjelaskan tiga pendekatan dalam memahami hakikat nilai yaitu bersifat subjektif, bersifat objektif logis, dan merupakan unsur objektif.
1. RENDRA FAHRURROZIE | NIM: 2016.01.0073
BATANG TUBUH
PENGETAHUAN NILAI
November 2019 | Semester 7B | STIT Sirojul Falah Bogor
2. GARISBESAR NILAI
Nilai dibagi dalam dua kelompok:
1. Nilai nilai-nilai nurani (value of being)
Nilai yang ada dalam diri manusia, kemudian berkembang menjadi perilaku dan cara kita
memperlakukan orang lain.
Yang termasuk dalam nilai-nilai nurani adalah kejujuran, keberanian, cinta damai,
keandalan diri, potensi, disiplin, tahu batas, kemurnian, dan kesesuaian.
2. Nilai-nilai merupakan kenyataan-kenyataan
Nilai yang harus dipraktikkan atau dibagi, yang akhirnya akan diterima sebanyak yang
diberikan (Zaim Elmubarok, 2009: 7).
Nilai-nilai ini dapat dilihat dalam hal, seperti setia, dapat dipercaya, hormat, cinta, kasih,
sayang, peka, tidak egois, baik hati, ramah, adil, dan murah hati. Nilai-nilai tersebut
diterapkan di sekolah dasar, sekolah menengah, dan perguruan tinggi. Dalam hal ini, nilai
harus menjadi core (intisari) dalam pendidikan.
(2)
3. 1. Ontologi Nilai
• Menurut Aryani (2010: 108), hakikat nilai adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan.
• Rujukan ini dapat berupa norma, etika, peraturan perundang-undangan, adat kebiasaan, aturan
agama, dan rujukan lainnya yang memiliki harga dan dirasakan berharga bagi seseorang, nilai
bersifat abstrak, berada di belakang fakta, melahirkan tindakan, melekat dalam moral seseorang,
muncul sebagai ujung proses psikologis, dan berkembang ke arah yang lebih kompleks.
• Struktur nilai dapat dipahami berdasarkan hal-hal berikut.
1. Kategori nilai dasar, yaitu: nilai logis (benar-salah), etis (baik-buruk) dan estetis (indah-
tidak indah).
2. Kategori wilayah kajian, yaitu nilai ekonomi, nilai politik, nilai sosial, nilai agama, dan nilai
budaya.
3. Klasifikasi nilai, yaitu nilai terminal dan nilai instrumental, nilai subjektif dan nilai objektif,
nilai intrinsik dan nilai ekstrinsik, serta nilai personal dan nilai sosial.
4. Hierarki nilai, yaitu nilai kenikmatan, nilai kehidupan, nilai kejiwaan, dan nilai kerohanian.
WILAYAH BATANG TUBUH
FILSAFAT NILAI
(3)
4. 2. Epistomologi Nilai
• Epistemologi nilai membicarakan tiga hal, yaitu objek nilai, cara memperoleh nilai, dan ukuran
nilai (Aryani, 2010: 109).
1. Objek Nilai;
Objek nilai dapat diidentifikasi sebagai istilah rujukan yang dapat menentukan pilihan
seseorang dalam menetapkan tujuan hidup dan tindakan-tindakan yang diarahkan
pada pencapaian tujuan itu. Rujukan nilai ini terdapat dalam:
1) ajaran agama dan perilaku religius;
2) logika, filsafat, dan karakter berpikir filosofis;
3) teori ilmu pengetahuan dan sikap ilmiah;
4) norma dan perilaku etis;
5) adat kebiasaan dan perilaku taat adat;
6) Karya seni dan perilaku estetis.
WILAYAH BATANG TUBUH
FILSAFAT NILAI
(4)
5. 2. Epistomologi Nilai
2. Cara Memperoleh Nilai;
Cara memperoleh nilai melalui dua bagian, yaitu:
a) melalui otak dan fungsi akal, yakni dengan memfungsikan otak melalui kontemplasi,
berpikir rasional, logis, dan empiris;
b) melalui hati dan fungsi rasa, yakni dengan memfungsikan hati melalui meditasi,
thariqat, atau riyadhah.
3. Ukuran Kebenaran Nilai
Ukuran kebenaran nilai, seperti yang sering dipakai dalam filsafat ilmu, digunakan unt
uk menetapkan kualitas nilai, bukan ukuran kebenaran nilai.
1. Logik-theistik, yakni ukuran benar salah dalam derajat kebenaran, kebaikan, dan keindahan yang bersumber
dari Tuhan.
2. Logik-humanistik, yakni ukuran benar salah dalam derajat kebenaran, kebaikan, dan keindahan yang bersumbe
r dari manusia sendiri.
3. Logik-empirik-theistik, yakni dalam proses pencapaian kualitas nilai ditempuh secara ilmiah, dengan menganda
lkan kecerdasan akal dalam berpikir logis, membuat hipotesis dan menguji hipotesis dalam wilayah empiris, nam
un kebenaran dicapai dari hasil telaah secara ilmiah hingga pada nilai rujukan ilahiah yang bersumber dari wahyu
.
WILAYAH BATANG TUBUH
FILSAFAT NILAI
(5)
6. 3. Aksiologi Nilai
Bagian dari nilai ini menjelaskan tentang kegunaan pengetahuan nilai dan cara pengetahuan nilai
menyelesaikan masalah. Akan tetapi, aksiologi dapat pula dikatakan sebagai teori tentang cara
menggunakan teori-teori nilai.
1. Kegunaan Pengetahuan Nilai
Kegunaan pengetahuan nilai bagi kehidupan manusia dapat dilacak dari posisi nilai yang berada dalam tiga wilayah pengetahuan
manusia, yaitu sebagai berikut.
a) Nilai pada wilayah filsafat: untuk menentukan cara hidup dalam bermasyarakat dan beragama.
b) Nilai pada wilayah ilmu pengetahuan: untuk mempercepat kesadaran nilai dan memperbaiki tingkah laku manusia.
c) Nilai pada wilayah mistik: untuk mencerahkan batin dalam kesadaran beragama.
2. Cara Pengetahuan Nilai
Cara pengetahuan nilai menyelesaikan masalah kehidupan manusia dengan cara membagi nilai ke dalam tiga wilayah, yaitu:
a) nilai pada wilayah filsafat dengan cara menelaah akar permasalahan atas lahirnya nilai (baik-buruk, benar-salah, indah-tidak
indah);
b) nilai pada wilayah ilmu pengetahuan dengan cara penyadaran nilai (keteladanan, pembiasaan, penanaman, penilaian jangka
panjang, dan lain-lain);
c) nilai pada wilayah mistik dengan cara berzikir, puasa, shalat, dan lain-lain.
WILAYAH BATANG TUBUH
FILSAFAT NILAI
(6)
7. PENDEKATAN-PENDEKATAN NILAI
DALAM AKSIOLOGI
Pertanyaan mengenai hakikat nilai dapat dijawab dengan tiga macam
pendekatan:
1. Nilai sepenuhnya berhakikat subjektif.
Ditinjau dari sudut pandang ini, nilai merupakan reaksi yang diberikan oleh manusia
sebagai pelaku dan keberada-annya bergantung pada pengalaman pengalaman
mereka. Yang demikian dapat dinamakan subjektivitas.
2. Nilai-nilai merupakan kenyataan-kenyataan
Orang dapat pula mengatakan bahwa nilai-nilai ini merupakan kenyataan-kenyataan
ditinjau dari segi ontologi, tetapi tidak terdapat dalam ruang dan waktu. Nilai-nilai
tersebut merupakan esensi-esensi logis dan dapat diketahui melalui akal. Pendirian
ini dinamakan objektivisme logis.
3. Nilai-nilai merupakan unsur-unsur objektif
Bahwa nilai-nilai merupakan unsur-unsur objektif yang menyusun kenyataan.
(7)