Makalah ini membahas perancangan arsitektur teknologi informasi Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung (RSMB) menggunakan metodologi TOGAF (The Open Group Architecture Framework). TOGAF digunakan untuk mengembangkan empat domain arsitektur yaitu bisnis, data, aplikasi, dan teknologi guna membangun sistem informasi terpadu yang mendukung operasional RSMB."
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
68 256-1-pb
1. Perancangan Arsitektur Teknologi Informasi Rumah
Sakit dengan TOGAF (The Open Group Architecture
Framework) (Studi Kasus : RSMB)
Riffa Rufaida#1
#
Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung
Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia
1
riffa.rufaida@gmail.com
Abstract— Rumah sakit pada masa ini memanfaatkan dukungan
teknologi berupa sistem informasi, dengan tujuan untuk
mempermudah kegiatan, salah satunya adalah Rumah Sakit
Muhammadiyah Bandung (RSMB). Sistem pada RSMB masih
berupa sistem yang berdiri sendiri, terpisah, dan lingkup
terbatas pada unit organisasi yang memanfaatkannya sehingga
kurang mendukung keberjalanan rumah sakit. Untuk mengatasi
hal ini, dibuat perancangan arsitektur teknologi informasi dari
rumah sakit sebagai arahan bagi pembangunan sistem informasi
terpadu.
Metodologi yang digunakan adalah TOGAF (The Open Group
Architecture Framework), dengan bagian inti TOGAF, yaitu
TOGAF ADM (Architecture Development Method). Makalah ini
berisi hasil tahap perancangan pada TOGAF ADM yang berupa
empat domain arsitektur, yaitu arsitektur bisnis, arsitektur data,
arsitektur aplikasi, serta arsitektur teknologi pada keadaan
RSMB saat ini dan keadaan target yang ingin dicapai. Selain itu,
terdapat deskripsi arsitektur melalui model struktural yang
dimiliki oleh TOGAF, serta arahan bagi RSMB untuk
menghilangkan selisih dari kedua keadaan yang ada sekaligus
mencapai keadaan pada arsitektur target.
Keywords— enterprise architecture, business architecture, data
architecture, information system architecture, rumah sakit,
technology architecture, TOGAF
I. PENDAHULUAN
Definisi rumah sakit menurut Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia adalah penyedia layanan kesehatan dasar,
spesialis, maupun pelatihan. Dalam menjalankan fungsinya,
rumah sakit harus dapat mengefisiensikan kerjanya karena
berhubungan dengan nyawa manusia. Rumah sakit dalam
menjalankan kegiatannya akan dipermudah pula dengan
adanya sistem informasi.
Sistem informasi secara sederhana adalah sebuah
kombinasi terorganisasi dari manusia, perangkat keras,
perangkat lunak, jaringan komunikasi, data, serta peraturan
maupun prosedur. Kombinasi tersebut menyimpan,
menghasilkan, mengubah, dan menyebarkan informasi di
dalam sebuah organisasi [2]. Setiap elemen dalam sistem
informasi, termasuk manusia, data hingga kepada aplikasi dan
perangkat lunak harus saling berkoordinasi dengan baik,
efisien, dan seefektif mungkin dalam menjalankan fungsinya.
Salah satu dari rumah sakit yang memanfaatkan dukungan
teknologi di antaranya adalah Rumah Sakit Muhammadiyah
Bandung (RSMB). RSMB pada saat ini telah memanfaatkan
sistem yang masing-masing berdiri terpisah, tidak terintegrasi,
dan lingkupnya terbatas untuk fungsi yang memanfaatkannya.
Hal ini membuat tidak efisiennya proses yang melibatkan
sistem di rumah sakit, dan memunculkan kesadaran akan
kebutuhan sebuah sistem informasi terintegrasi bagi RSMB,
untuk mendukung kegiatannya.
Sistem informasi sebagai bagian dari pemanfaatan
teknologi informasi di organisasi, dalam pembangunannya
akan mengikuti arsitektur teknologi informasi. Arsitektur ini
ada yang telah direncanakan dari sebelumnya, dan ada yang
terbentuk begitu saja karena adanya kebutuhan akan sistem
informasi. Pembuatan sistem yang tidak didasarkan pada
arsitektur teknologi informasi dapat menghasilkan sistem
pendukung teknologi informasi yang tidak sesuai dengan
organisasi [1].
Oleh karena itu, adanya sebuah arsitektur untuk
pembangunan teknologi informasi akan mengarahkan
organisasi sehingga memiliki sistem informasi terpadu dan
terintegrasi yang mendukung tujuan organisasi. Keberadaan
arsitektur teknologi informasi tercakup dalam arsitektur
enterprise.
Salah satu framework yang dapat dimanfaatkan dalam
membangun arsitektur enterprise adalah TOGAF (The Open
Group Architecture Framework). TOGAF memiliki
metodologi pengembangan desain arsitektur yang disebut
dengan Architecture Development Method (ADM). TOGAF
memiliki kelebihan dapat memenuhi seluruh kebutuhan
pengembangan arsitektur enterprise sebesar 92% [4]. Hal ini
membuat TOGAF ADM dimanfaatkan dalam membangun
desain arsitektur yang dibutuhkan rumah sakit untuk
membangun sistem informasi terpadu.
Sistem informasi terpadu akan menjadi pendukung bagi
organisasi, karena arsitektur teknologi informasi dibangun
dengan melihat proses-proses yang terjadi di dalam organisasi
sebagai satu kesatuan, serta turut memperhitungkan tujuan
organisasi. Sistem informasi terpadu yang dibangun menjadi
lebih terarah dan sesuai dengan keberjalanan proses bisnis
pada rumah sakit, serta dapat memenuhi tujuan keberadaannya
Jurnal Sarjana Institut Teknologi Bandung bidang Teknik Elektro dan Informatika
Volume 1, Number 1, April 2012
10
2. untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari pekerjaan
manusia.
II. TEORI PENDUKUNG
A. TOGAF (The Open Group Architecture Framework)
The Open Group Architecture Framework (TOGAF)
merupakan framework dan metode untuk arsitektur enterprise
yang menyediakan metodologi untuk menganalisis arsitektur
bisnis secara keseluruhan [3]. Terdapat empat domain
arsitektur yang diterima secara umum sebagai bagian dari
keseluruhan arsitektur enterprise [3]. Keempat domain
tersebut telah telah didukung oleh TOGAF, yaitu :
1. Arsitektur bisnis
Arsitektur ini mendefinisikan strategi bisnis, peraturan,
organisasi, dan kunci dari proses bisnis.
2. Arsitektur data
Arsitektur ini mendeskripsikan struktur dari aset data pada
organisasi.
3. Arsitektur aplikasi
Arsitektur menyediakan cetak biru sistem aplikasi untuk di-
deploy, interaksinya dan hubungannya kepada inti bisnis
proses dari organisasi.
4. Arsitektur teknologi
Arsitektur mendeskripsikan komponen perangkat lunak
perangkat keras yang dibutuhkan untuk mendukung arsitektur
bisnis, data dan aplikasi.
B. TOGAF ADM (Architecture Development Method)
Bagian inti dari TOGAF merupakan metodologi untuk
mengembangkan desain arsitektur yang disebut Architecture
Development Method (ADM). TOGAF ADM ini memiliki
sembilan fase [3], yaitu :
1. Fase Preliminary : Framework and Principles
Fase ini berisi deksripsi aktivitas persiapan dan inisiasi
yang dibutuhkan untuk menyesuaikan arsitektur enterprise
dengan arahan bisnis. Di dalamnya termasuk definisi dari
framework arsitektur yang spesifik organisasi, dan definisi
dari prinsip-prinsip. Prinsip yang dimaksud merupakan prinsip
yang terdapat pada arsitektur yang akan menjadi arahan bagi
arsitektur di bawah organisasi.
2. Fase A : Architecture Vision
Fase ini berfungsi untuk mendefinisikan lingkup, visi, dan
memetakan strategi keseluruhan dalam pengerjaan arsitektur.
Aktifitas yang ada di dalamnya termasuk identifikasi
stakeholder, pembuatan Architecture vision, dan mendapatkan
persetujuan dari pihak yang terlibat. Architecture vision berisi
penjelasan mengenai bagaimana kapabilitas dari arsitektur
target akan membantu dalam mencapai goal bisnis.
3. Fase B : Business Architecture
Fase ini berisi deskripsi dari arsitektur bisnis saat ini
(baseline) serta pengembangan dari target arsitektur bisnis.
Arsitektur bisnis mendeskripsikan strategi dari produk atau
jasa, aspek organisasi, fungsi, proses, informasi, maupun
geografis dari lingkungan bisnis. Seluruh aspek tersebut
didasarkan pada prinsip bisnis, goal bisnis, dan taktik strategis.
4. Fase C : Information System Architectures
Fase ini mendeskripsikan arsitektur sistem informasi,
termasuk di dalamnya pengembangan dari arsitektur data dan
aplikasi. Tahapan ini akan fokus kepada identifikasi dan
definisi dari arsitektur aplikasi dan data, yang mendukung
arsitektur bisnis dari enterprise.
5. Fase D : Technology Architectures
Fase ini berisi deskripsi dari pengembangan arsitektur
teknologi untuk proyek. Fase arsitektur teknologi memetakan
komponen aplikasi yang didefinisikan pada fase arsitektur
aplikasi ke dalam komponen teknologi, yaitu berupa
komponen perangkat lunak dan perangkat keras.
6. Fase E : Opportunities and Solutions
Fase ini akan mengembangkan strategi akhir, menetapkan
apa yang akan dibeli, dibangun, atau digunakan kembali, dan
juga bagaimana target arsitektur yang telah dibuat akan
diimplementasikan. Pada fase ini akan dimulai rencana
implementasi dan identifikasi dari cara realisasi arsitektur
yang telah didefinisikan pada fase sebelumnya. Fase ini
memiliki fokus kepada struktur yang akan
mengimplementasikan arsitektur target.
7. Fase F : Migration Planning
Fase yang berisi rencana migrasi dan proyek, yang
merealisasikan sebagian atau seluruh arsitektur transisi yang
telah diidentifikasi pada fase E. Secara detail fase ini memiliki
formula dari kumpulan aksi sekuensial yang detail, untuk
melakukan perubahan arsitektur dengan dukungan dari
rencana implementasi dan migrasi. Fase ini akan
memfinalisasikan rencana implementasi dan migrasi yang
untuk dilakukan pada organisasi.
8. Fase G : Implementation Governance
Fase ini berisi aktivitas untuk membuat rekomendasi
terhadap seluruh proyek implementasi, mengelola kontrak
arsitektur pada proses implementasi dan deployment, serta
memastikan solusi telah di-deploy dengan sukses. Fase ini
menetapkan hubungan antara arsitektur dan organisasi
implementasi melalui kontrak arsitektur.
9. Fase H : Architecture Change Management
Fase terakhir ini memantau sistem yang berjalan untuk
perubahan yang perlu dilakukan dan menetapkan waktu untuk
memulai siklus baru, mengulang ke tahap preliminary. Fase
ini berisi penetapan prosedur untuk mengatur perubahan ke
arsitektur yang baru.
10. Requirements Management
Requirements management akan fokus kepada proses
pengelolaan requirement arsitektur sepanjang tahapan
TOGAF ADM. Proses ini bukan merupakan bagian dari fase
dasar dan menjadi pusat pada struktur TOGAF ADM
keseluruhan. Hal ini disebabkan oleh TOGAF ADM yang
secara kontinu diarahkan oleh proses pengelolaan
requirements. Di dalamnya merupakan proses dinamis dimana
requirement untuk arsitektur enterprise dan perubahannya
diidentifikasi, disimpan, dan digunakan pada fase TOGAF
ADM yang sesuai.
TOGAF ADM dengan sembilan fase dasarnya memiliki
struktur sebagai berikut [3] :
Perancangan Arsitektur Teknologi Informasi Rumah Sakit dengan TOGAF
11
3. Gambar 1. Struktur dasar TOGAF ADM
C. TOGAF Architecture Content Framework
Eksekusi dari langkah TOGAF ADM akan menghasilkan
output dari masing-masing fase. Konsep TOGAF architecture
content framework menyediakan model struktural untuk
konten arsitektur. Model ini memungkinkan produk utama
dari arsitektur selalu dapat didefinisikan, distrukturkan, serta
dipresentasikan. Konsep ini dimanfaatkan untuk melengkapi
TOGAF ADM dalam mendeskripsikan arsitektur.
Architecture Content Framework ini memiliki tiga kategori
untuk mendeskripsikan tipe produk arsitektur berdasarkan
konteks penggunaannya [3], yaitu :
• Deliverable
Sebuah produk yang spesifik dan secara formal telah di-
review, disetujui, dan ditandatangani oleh stakeholder. Ini
merepresentasikan keluaran dari proyek dan akhirnya
diarsipkan pada penyelesaian proyek, atau diubah ke
Architecture repository sebagai model referensi, standar,
maupun snapshot dari architecture landscape pada sebuah
waktu.
• Artifact (Artifak)
Produk yang lebih detail dan mendeskripsikan arsitektur
dari sebuah aspek spesifik. Biasanya diklasifikasikan sebagai
katalog (daftar hal-hal tertentu), matriks (menunjukkan relasi
antara hal-hal tertentu), dan diagram (gambar dari hal-hal
tertentu). Sebuah deliverable arsitektur dapat memiliki banyak
artifak dan artifak membentuk konten dari architecture
repository.
• Building Block
Komponen bisnis atau komponen TI (Teknologi Informasi)
yang potensial untuk digunakan kembali dan dapat
digabungkan dengan building block lain untuk menghasilkan
arsitektur dan solusi. Building block secara sederhana
merupakan objek dari suatu tipe khusus pada TOGAF
Architecture Content Framework.
D. Content Metamodel
Content metamodel atau konten metamodel menyediakan
definisi dari tipe building block yang ada dalam arsitektur,
menunjukkan bagaimana cara mendeskripsikan building block
dan menggambarkan keterkaitan antara satu dengan lainnya.
Secara akurat, konten metamodel menyediakan struktur
formal dari hasil pengerjaan arsitektur untuk memastikan
konsistensi dengan ADM, serta menyediakan arahan bagi
organisasi.
Arsitektur TOGAF mendasarkan arsitekturnya dalam
definisi building blocks pada katalog, menspesifikasikan
relasinya melalui matriks, dan menyediakan diagram yang
menggambarkan arsitektur. Konsep konten metamodel
memiliki subbagian, yaitu :
• Core and Extension Content
Pengenalan terhadap core metamodel serta modul
ekstensinya untuk mendeskripsikan mengenai arsitektur
dengan detail. Core metamodel menyediakan konten arsitektur
untuk mendukung traceability pada artifak. Modul ekstensi
dimanfaatkan untuk mendukung kebutuhan penjelasan
arsitektur yang lebih spesifik dan bersifat opsional.
• Core Metamodel Entities
Pengenalan entitas core content metamodel dari TOGAF,
menunjukkan tujuan dari masing-masing entitas, serta
hubungan kunci yang mendukung traceability dari arsitektur.
Konten metamodel ini merupakan basis dari metamodel yang
formal, entitas core metamodel adalah aktor, komponen
aplikasi, layanan bisnis, entitas data, fungsi, organisasi,
platform service, role, serta komponen teknologi.
• Catalog, Matrix, and Diagram Concept
Penjelasan mengenai konsep katalog, matriks, dan diagram.
Konten metamodel merupakan teknik untuk menstrukturkan
informasi arsitektur. Hal ini diwujudkan dengan konsep
mengenai building block, katalog, matriks, dan diagram.
Building block merupakan objek dari suatu tipe spesifik pada
metamodel. Katalog merupakan daftar dari building blocks
dalam tipe spesifik. Matriks merupakan tabel yang
menunjukkan hubungan antara entitas metamodel. Diagram
adalah penggambaran konten arsitektur dalam bentuk grafis.
Konten metamodel secara detail memiliki bagian core
content metamodel -yang mendeskripsikan entitas metamodel.
Ini akan membentuk core content metamodel-, core
architecture artifacts -yang mendaftarkan artifak untuk
melengkapi core content metamodel-, serta full content
metamode -yang mendeskripsikan entitas metamodel yang
membentuk ekstensi dari konten metamodel-. Deskripsi
arsitektur secara formal pada makalah ini akan fokus dan
memanfaatkan konsep core content metamodel.
III. ANALISIS
A. Analisis Organisasi RSMB
Riffa Rufaida
12
4. Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung merupakan rumah
sakit Islam tertua di Kota Bandung yang berdiri pada tahun
1968. Rumah sakit berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Pengurus Wilayah Muhammadiyah Jawa Barat.
RSMB sejak dulu hingga saat ini terus berupaya menjadi
refleksi dari pengabdian Organisasi Muhammadiyah di Jawa
Barat dalam melayani kesehatan masyarakat.
RS Muhammadiyah memiliki visi “Terwujudnya rumah
sakit Islam yang maju, memiliki kemampuan yang handal,
mampu bersaing, memberikan pelayanan yang memuaskan
bagi pelanggan maupun masyarakat”. Adapun visi yang
difokuskan untuk tahun 2010-2014, yaitu “Menjadi salah satu
rumah sakit yang Islami serta menjadi rumah sakit yang
mampu menerapkan prinsip good corporate governance”.
Sedangkan misi yang diusung oleh rumah sakit adalah sebagai
berikut :
a. Memiliki sistem pelayanan rumah sakit profesional,
mandiri, dan Islami,
b. Menuju manajemen rumah sakit yang berbasis
syariah,
c. Mewujudkan RS Muhammadiyah sebagai center of
excellence rumah sakit Islam di Jawa Barat,
d. Memiliki akuntabilitas, kredibilitas yang tinggi,
transparan, dan responsif,
e. Mengembangkan pola pendanaan yang bersumber
dari dana eksternal yang Islami.
Visi RSMB berfokus kepada kemampuan yang dimiliki
rumah sakit sehingga tercipta pelayanan yang memuaskan dan
kemampuan handal serta mampu bersaing. Pada era saat ini
dimana teknologi melaju dengan pesat, rumah sakit harus
dapat memanfaatkannya, untuk meningkatkan efisiensi
maupun efektivitas dari proses operasional yang ada di rumah
sakit. Proses yang efisien dan efektif tentu akan
mempersingkat waktu dan mempermudah dalam mengurusi
administrasi layanan kesehatan sehingga masyarakat dapat
memperoleh layanan kesehatan dengan segera. Hal ini tentu
akan meningkatkan kepuasan dari masyarakat yang
mengonsumsi layanan kesehatan RSMB.
Pemanfaatan teknologi dalam meningkatkan kinerja
pelayanan rumah sakit diwujudkan melalui salah satu misi
yang diemban oleh rumah sakit, yaitu sistem pelayanan rumah
sakit yang profesional, mandiri, dan Islami. Pada saat ini,
RSMB memiliki dukungan teknologi dalam keberjalanannya.
Dukungan teknologi yang telah digunakan saat ini adalah
billing system bagi fungsi Rawat Jalan dan Rawat Inap, serta
sistem informasi Rekam Medis.
Secara keseluruhan, dukungan sistem tersebut pada RSMB
belum terintegrasi. Hal ini mengakibatkan terjadinya double
entry pada data, duplikasi basis data, dan peluang human
error yang tinggi saat input data. Selain itu, proses yang
dialami oleh pasien menjadi lebih kompleks dan memakan
waktu karena tidak adanya sistem terpadu yang mengelola
seluruh proses di rumah sakit.
Di sisi lain, rumah sakit kompetitor dari RSMB telah
memanfaatkan teknologi dan memberikan pelayanan yang
lebih unggul. Hal ini akan membuat kepercayaan konsumen
berkurang dan RSMB harus berusaha keras dalam menjadi
center of excellence rumah sakit di Bandung. Segala hal ini
telah mendorong kesadaran RSMB akan dibutuhkannya
sebuah sistem informasi terpadu bagi rumah sakit.
Kesadaran ini dituangkan dalam strategi rumah sakit, yaitu
pengemasan pelayanan rumah sakit dengan pembenahan pada
sistem operasional. Akibat dari pembenahan ini adalah proses
pelayanan yang lebih efektif dan efisien, kemudian dilengkapi
dengan sistem informasi yang tepat dan efisien. Strategi ini
sesuai dengan pemanfaatan teknologi berupa sistem informasi
terpadu, untuk mencapai misi dari rumah sakit.
B. Analisis Kebutuhan Perancangan Arsitektur
Pengembangan sistem terpadu bagi pelayanan di rumah
sakit harus dilakukan secara terintegrasi dan terencana
sehingga dapat saling mendukung untuk peningkatan kinerja
rumah sakit. Sebuah sistem informasi akan mengikuti sebuah
arsitektur teknologi informasi. Sebuah arsitektur teknologi
informasi, yang menggambarkan sebuah sistem informasi
terpadu, akan menjadi pedoman rumah sakit dalam
mengimplementasikan sistem terpadu yang dibutuhkan di
rumah sakit.
Keberadaan arsitektur teknologi informasi, yang tercakup
dalam arsitektur enterprise, dapat dijadikan arahan dalam
pembangunan sistem terpadu dengan analisis terhadap
organisasi sebagai satu kesatuan terintegrasi, dan turut
memperhitungkan tujuan organisasi. Sistem yang dibangun
menjadi lebih terarah dan meningkatkan kinerja rumah sakit
dalam mewujudkan visi dan misi.
Arsitektur enterprise menetapkan pemetaan langkah-
langkah organisasi untuk mencapai tujuan melalui lingkungan
teknologi informasi yang efisien. Arsitektur enterprise, yang
mengandung arsitektur teknologi informasi, akan
mengoptimalkan keterhubungan antara operasi bisnis dan
teknologi informasi yang mendukung operasi tersebut.
Pembangunan sistem informasi terpadu sesuai kebutuhan
rumah sakit dapat diarahkan dengan adanya arsitektur
teknologi informasi. Arsitektur ini akan mengandung
beberapa domain, yaitu arsitektur bisnis, data, aplikasi, dan
teknologi. Arsitektur akan berisi keadaan saat ini dan keadaan
ideal target yang ingin dicapai oleh rumah sakit, beserta
komponen aktivitas yang didapatkan dari analisis terhadap
selisih dua keadaan tersebut. Aktivitas serta deskripsi dari
arsitektur domain yang dihasilkan ini yang akan menjadi
pedoman bagi rumah sakit untuk mengembangkan sistem
informasi terpadu.
Metode yang dimanfaatkan dalam perancangan arsitektur
teknologi informasi ini adalah TOGAF ADM, dengan acuan
bahwa dari penelitian sebelumnya telah dihasilkan keunggulan
yang dimiliki TOGAF ADM dibandingkan metodologi
perancangan arsitektur lainnya.
Organisasi rumah sakit yang kompleks membuat
perancangan arsitektur akan fokus pada bagian fungsi utama
dalam rumah sakit. Fungsi tersebut merupakan fungsi utama
layanan kesehatan, atau perawatan di rumah sakit, yang terdiri
atas fungsi Instalasi Gawat Darurat (IGD), Rawat Jalan, serta
Rawat Inap. Fokus ini diharapkan memberikan gambaran
solusi mengenai sistem informasi terpadu yang dibutuhkan
Perancangan Arsitektur Teknologi Informasi Rumah Sakit dengan TOGAF
13
5. rumah sakit. Hal ini karena layanan kesehatan utama yang
dimiliki rumah sakit berpusat pada fungsi utama tersebut.
Di sisi lain, perancangan arsitektur dengan metodologi
TOGAF ADM memiliki berbagai fase yang memfasilitasi
organisasi untuk merancang, mengimplementasikan, hingga
melakukan pengelolaan pada arsitektur rumah sakit yang telah
dibuat. Keadaan rumah sakit pada saat ini memiliki titik berat
pada kebutuhan akan adanya desain arsitektur bagi sistem
informasi terpadu yang sesuai dengan rumah sakit. Kebutuhan
ini mendorong fokus pengerjaan saat ini untuk menghasilkan
arsitektur yang dibutuhkan, sehingga metodologi TOGAF
ADM yang dilaksanakan terbatas pada fase perancangan
arsitektur domain. Dari sembilan fase TOGAF ADM beserta
preliminary dan requirement managements, fase pembuatan
arsitektur domain berada pada fase B (Business Architecture),
fase C (Information System Architecture), serta fase D
(Technology Architecture).
IV.PERANCANGAN
A. Fase B : Business Architecture
Fase ini berisi arsitektur bisnis yang akan digunakan untuk
mendukung Architecture vision. Tahap ini sendiri memiliki
beberapa tujuan, yaitu untuk mendeskripsikan baseline dari
arsitektur bisnis dan mengembangkan target arsitektur bisnis,
menganalisa gap yang ada di antara keduanya, dan
menggunakan kakas dan teknik yang sesuai untuk
mendeskripsikan hasil tersebut.
Deskripsi model baseline maupun target arsitektur bisnis
diarahkan dengan core content metamodel. Berdasarkan
konsep core content metamodel, entitas yang dimiliki oleh
arsitektur bisnis adalah unit organisasi, aktor, role, fungsi,
serta layanan bisnis. Core content tersebut didapatkan dari
hasil analisis terhadap RSMB kemudian didaftarkan pada
katalog yang menjadi deskripsi dari arsitektur bisnis.
1) Gap Analysis
Pada langkah ini dilakukan analisis terhadap selisih (gap)
yang ada pada arsitektur bisnis target dan baseline dengan
pembuatan gap matrix. Matriks ini membantu
mengidentifikasi building blocks yang tidak berubah, baru,
ataupun tereliminasi. Pembuatan matriks ini memanfaatkan
katalog yang telah dibuat pada arsitektur target serta baseline.
Daftar katalog yang dianalisis ke dalam gap matrix
merupakan konten utama (core content) dari arsitektur. Pada
arsitektur bisnis, core content tersebut adalah unit organisasi,
aktor, role, fungsi, proses, serta business service. Masing-
masing memiliki gap matrix yang membandingkan core
content pada deskripsi arsitektur baseline dan target.
Analisis gap matrix pada core content unit organisasi di
menampilkan adanya sebuah unit tersendiri, yaitu Unit
Teknologi Informasi yang memiliki hubungan dalam lingkup
fungsi utama. Keadaan pada RSMB saat ini belum memiliki
unit dukungan TI yang formal dan struktural. Gap dapat diisi
dengan pembentukan Unit Teknologi Informasi secara formal
dan struktural, sehingga terdapat deskripsi kerja yang jelas
dan dapat mendukung peningkatan pemanfaatan teknologi di
RSMB dalam mencapat tujuannya.
Selisih dari core content fungsi memperlihatkan
keberadaan fungsi Teknologi Informasi (TI) pada arsitektur
target. Sesuai dengan arsitektur target yang memaksimalkan
dukungan teknologi pada RSMB, diperlukan adanya sebuah
fungsi TI untuk menyediakan layanan tersebut. Sedangkan
selisih tersebut dapat dihilangkan dengan pembuatan fungsi TI
pada organisasi.
Analisis gap matrix pada core content role menggambarkan
munculnya role baru, yaitu TI pada lingkup pengerjaan. Untuk
mencapai hal ini diperlukan definisi dan pembagian kerja,
serta hak, kewajiban, serta wewenang di antara masing-
masing role yang ada di RSMB. Di sisi lain, core content
fungsi menambahkan fungsi TI pada RS. Penambahan ini juga
memerlukan deskripsi dan pembagian kerja yang jelas untuk
masing-masing fungsi.
Analisis terhadap selisih core content aktor
menggambarkan bertambahnya aktor yang berinteraksi
dengan TI dan berada pada lingkup fungsi utama. Aktor
tersebut adalah dokter, perawat dan staf TI. Dokter dan
perawat dalam keterhubungannya dengan komponen TI perlu
diberikan pelatihan dasar dan pengertian mengenai keterkaitan
lingkup kerjanya dengan TI. Staf TI pada sisi lain memerlukan
pengertian yang lebih mengenai pelayanan medik untuk dapat
memberikan dukungan secara penuh dari TI kepada layanan
kesehatan RS.
Analisis gap matrix pada core content layanan bisnis
RSMB menunjukkan adanya gap terkait cara bagaimana
sebuah layanan dijalankan, dan adanya layanan baru terkait
teknologi informasi. Cara menjalankan sebuah layanan pada
arsitektur target, terutama layanan yang bukan terkait tindakan
medis, memanfaatkan teknologi informasi untuk
meningkatkan efisiensi. Gap ini dapat diisi dengan pembuatan
sebuah sistem informasi terpadu pada RSMB.
Secara garis besar analisis gap matrix dari core content
memiliki gap yang disebabkan oleh adanya pengembangan
unit dan fungsi teknologi informasi pada RSMB. Hal ini
mengacu kepada goal RSMB untuk memiliki sistem
pelayanan kesehatan yang profesional dan mengembangkan
dukungan teknologi informasi. Proses fungsi utama pelayanan
medik pada rumah sakit berkembang, menjadi terkait dan
membutuhkan dukungan teknologi informasi. Perubahan
tersebut adalah penambahan yang dilakukan untuk
mengakomodasi adanya elemen teknologi informasi di RSMB.
Elemen teknologi informasi ini dapat dimanfaatkan untuk
sebuah sistem terpadu yang mendukung keseluruhan
operasional RS.
2) Komponen Roadmap
Langkah berikutnya adalah roadmap dari komponen bisnis.
Roadmap ini berguna untuk memprioritaskan aktivitas dalam
fase berikutnya serta dimanfaatkan sebagai materi mentah
untuk mendukung roadmap pada fase berikutnya. Salah satu
content dalam roadmap adalah project list. Project list secara
singkat mendaftarkan proyek apa yang akan memenuhi
pencapaian arsitektur target dari domain arsitektur.
Riffa Rufaida
14
6. Oleh karena itu, pada tahap ini dilakukan pemanfaatan dari
hasil analisis gap matrix untuk dapat menghasilkan project list
bagi architecture roadmap. Secara singkat, didapatkan daftar
proyek dari komponen bisnis sebagai berikut :
1. Pembentukan Unit Teknologi Informasi
Pembentukan unit ini untuk menghilangkan gap dari
keberadaan unit maupun fungsi Teknologi Informasi.
2. Pelatihan Teknologi Informasi
Layanan pada arsitektur target RSMB membuat
dukungan sistem informasi semakin erat dalam
RSMB. Selain dukungan teknis, diperlukan
kemampuan dari personel rumah sakit agar dapat
mengoperasikan teknologi yang digunakan.
3. Pelatihan Pelayanan Kesehatan bagi Teknologi
Informasi
Dukungan teknis dari unit Teknologi Informasi perlu
diselaraskan dengan pengetahuan personel mengenai
layanan bisnis yang terdapat di rumah sakit, beserta
dengan aliran proses layanan kesehatan yang dimiliki
rumah sakit.
4. Pendefinisian SOTK (Susunan Organisasi dan Tata
Kerja)
Unit yang baru dibuat harus memiliki deskripsi kerja
dan tanggung jawab yang jelas dan formal sehingga
dapat memaksimalkan keberadaan unit tersebut.
5. SI Terpadu RSMB
Layanan yang memaksimalkan dukungan teknologi
pada rumah sakit dapat diwujudkan dengan adanya
sebuah sistem informasi yang terpadu di RSMB.
B. Fase C : Information System Architecture – Data
Architecture
Tujuan arsitektur data adalah untuk mendefinisikan tipe
utama dan sumber data yang dibutuhkan untuk mendukung
bisnis. Data ini harus didefinisikan dengan baik sehingga
dapat dimengerti oleh stakeholder, lengkap dan konsisten,
serta stabil. Arsitektur data ini tidak terkait dengan desain
basis data, dan bukan untuk mendesain sistem penyimpanan
logis atau fisik.
Fase ini akan menghasilkan deskripsi dari arsitektur data di
RSMB. Deskripsi model baseline dan target arsitektur
diarahkan dengan core content metamodel. Komponen core
content metamodel pada arsitektur data adalah entitas data.
Entitas data merupakan enkapsulasi data dari sebuah objek
data. Hasil analisis entitas data tersebut pada fungsi utama
RSMB dimasukkan ke dalam katalog yang menjadi deskripsi
dari arsitektur data baseline maupun target.
1) Gap Analysis
Pada langkah ini dilakukan analisis terhadap selisih (gap)
yang ada pada arsitektur data target dan baseline. Identifikasi
selisih dilakukan dengan pembuatan gap matrix. Pada
arsitektur data, entitas data merupakan core content yang
mendeskripsikan kebutuhan data pada arsitektur. Oleh karena
itu, analisis gap yang ada antara arsitektur baseline dan target
dilakukan dengan pembuatan matriks gap untuk entitas data.
Analisis selisih menghasilkan terdapat banyak entitas data
baru pada arsitektur target. Hal ini karena terjadinya
pemecahan subtipe dari entitas arsitektur baseline untuk
memudahkan relasi yang ada, dalam membangun sistem
terpadu bagi rumah sakit. Selain itu, pemecahan dilakukan
untuk memudahkan terjadinya referensi dan pengaksesan bagi
kebutuhan fungsional sistem di rumah sakit. Sistem ini
ditujukan sebagai sistem yang berbasis rekam medik dan
merupakan sistem informasi terpadu bagi rumah sakit.
Selisih yang teridentifikasi dapat dihilangkan dengan
adanya proses perubahan sistem yang digunakan pada rumah
sakit, yang didukung dengan migrasi data dari sistem lama ke
sistem baru. Migrasi dilakukan untuk menjaga data yang telah
tersimpan dalam sistem lama tidak hilang dan tetap dimiliki
RSMB pada sistem baru. Aliran perubahan data dari aplikasi
baseline ke aplikasi target ini tergambarkan dalam diagram
migrasi data. Terdapat tiga komponen dalam migrasi data,
yaitu source staging, transformation and data quality, dan
target staging. Berdasarkan dokumen [3] langkah yang
terdapat dalam migrasi data adalah sebagai berikut :
1. Ekstraksi data dari aplikasi sumber (aplikasi pada
arsitektur baseline)
2. Pembuatan profile dari data aplikasi sumber
3. Operasi transformasi data, termasuk proses
penjagaan kualitas data, yaitu :
a. Standardisasi, normalisasi, de-duplicate
sumber data (data cleansing)
b. Match, merge, dan consolidate data dari
sumber yang berbeda-beda
c. Pemetaan sumber ke target
4. Pengisian data dari sumber ke sistem atau aplikasi
target
2) Komponen Roadmap
Langkah berikutnya dari pembuatan arsitektur serta analisis
gap adalah roadmap dari komponen data. Roadmap ini
berguna untuk memprioritaskan aktivitas dalam fase
berikutnya serta dimanfaatkan sebagai materi mentah untuk
mendukung roadmap pada fase opportunities and solution.
Analisis dari selisih menghasilkan sebuah proyek yang
perlu dilakukan untuk menghilangkan gap yang ada antara
arsitektur baseline dan target. Pada akhirnya, komponen data
pada roadmap memiliki proyek untuk pelaksanaan migrasi
data dari aplikasi atau sistem baseline ke target, yaitu proyek
Migrasi Data. Proyek ini merupakan sebuah proyek yang
sejalan dengan proyek SI Terpadu RSMB, sehingga migrasi
yang dilakukan mendukung dan merupakan bagian dari
pembuatan sistem tersebut.
C. Fase C : Information System Architecture – Application
Architecture
Arsitektur ini menyediakan desain untuk sistem aplikasi di
rumah sakit, hubungan diantaranya, beserta keterkaitannya
terhadap proses bisnis utama rumah sakit. Arsitektur ini
bertujuan untuk mendaftarkan sistem aplikasi pokok yang
dibutuhkan untuk memroses data dan mendukung kegiatan
bisnis organisasi.
Perancangan Arsitektur Teknologi Informasi Rumah Sakit dengan TOGAF
15
7. Aplikasi pada konteks ini bukan merupakan sistem
komputer, tetapi kumpulan kapabilitas logical yang mengelola
data dan mendukung fungsi bisnis pada arsitektur bisnis.
Aplikasi dan kapabilitasnya dapat didefinisikan tanpa
referensi ke suatu teknologi spesifik. Aplikasi bersifat stabil
dan biasanya tidak sering berubah, di sisi lain teknologi yang
digunakan untuk mengimplementasikannya berubah dari
waktu ke waktu, berdasarkan teknologi yang tersedia dan
kebutuhan bisnis yang berubah.
Deskripsi dari arsitektur aplikasi diarahkan dengan core
content metamodel. Berdasarkan konsep core content
metamodel, core content pada arsitektur aplikasi adalah
komponen logical aplikasi. Komponen logical aplikasi
merupakan enkapsulasi dari fungsional aplikasi yang
independen terhadap implementasi spesifik. Core content
tersebut didapatkan dari hasil analisis terhadap RSMB
kemudian didaftarkan pada katalog yang menjadi deskripsi
dari arsitektur aplikasi.
1) Gap Analysis
Pada langkah ini dilakukan analisis terhadap selisih (gap)
yang ada pada arsitektur aplikasi target dan baseline.
Identifikasi gap dilakukan dengan analisis selisih dari core
content arsitektur aplikasi, yaitu komponen logical aplikasi,
pada arsitektur baseline dan target.
Arsitektur aplikasi target dideskripsikan melalui katalog,
matriks, serta diagram sesuai dengan arahan pada tahap
sebelumnya. Arsitektur aplikasi target memperlihatkan
pengembangan fungsionalitas yang diperlukan rumah sakit
untuk sesuai kebutuhan pada sistem informasi terpadu.
Analisis pada arsitektur aplikasi baseline dan target
menghasilkan banyaknya kapabilitas baru untuk dimiliki oleh
sistem di RS. Hal ini dikarenakan target RSMB untuk
memiliki sistem informasi terpadu. Sistem pada arsitektur
target memiliki kemampuan pengelolaan yang dibutuhkan
oleh rumah sakit dan mengelaborasikannya dalam sebuah
sistem informasi terpadu. Aplikasi pada konteks selisih
merupakan logical application components sehingga merujuk
kepada fungsionalitas aplikasi, dimana sistem secara fisik
akan berupa sebuah sistem yang memiliki banyak modul
untuk mendukung masing-masing fungsionalitas tersebut.
Selisih antara arsitektur baseline dan target dapat
dihilangkan dengan pengembangan sistem informasi terpadu
untuk diaplikasikan secara keseluruhan pada RSMB. Hal ini
akan membuat fungsionalitas yang telah teridentifikasi dapat
dipenuhi. Sistem informasi ini memanfaatkan target arsitektur
data dan arsitektur aplikasi sebagai acuan dalam perancangan
sistem. Hal ini memungkinkan pembuatan sistem teknologi
informasi yang mendukung kegiatan RSMB dan membantu
dalam pemenuhan visi misi rumah sakit.
2) Komponen Roadmap
Langkah berikutnya adalah roadmap dari komponen
aplikasi. Analisis selisih menghasilkan sebuah proyek yang
diperlukan untuk menghilangkan gap antara arsitektur
baseline dan target. Proyek ini menjadi komponen aplikasi
pada roadmap, yaitu proyek untuk pembangunan sistem
informasi terpadu bagi RSMB, atau proyek SI Terpadu RSMB.
D. Fase D : Technology Architecture
Fase ini memetakan komponen sistem informasi ke
komponen teknologi. Komponen ini terdiri atas perangkat
keras dan perangkat lunak, tersedia dari market atau
terkonfigurasi dalam platform teknologi RSMB. Arsitektur
teknologi mendefinisikan realisasi fisik dari sebuah solusi
arsitektur. Hal ini mengakibatkan arsitektur teknologi
berhubungan erat ke perencanaan implementasi dan migrasi.
Deskripsi dari baseline arsitektur teknologi diarahkan
dengan core content metamodel. Konsep core content
metamodel menetapkan platform services dan komponen
physical teknologi sebagai struktur formal dari arsitektur
teknologi. Core content tersebut didapatkan dari hasil analisis
terhadap RSMB kemudian didaftarkan pada katalog yang
menjadi deskripsi dari arsitektur teknologi.
1) Gap Analysis
Pada langkah ini dilakukan analisis terhadap selisih yang
ada pada arsitektur teknologi target dan baseline. Core content
berupa platform services dan physical technology component
pada arsitektur baseline dan target dibandingkan untuk
memperoleh selisih dari keduanya.
Deskripsi platform services pada arsitektur target tidak
berubah dari baseline sehingga tidak ada gap. Hal ini karena
kebutuhan kapabilitas teknologi di RSMB target ataupun
baseline adalah sama. Platform services mendefinisikan
kapabilitas teknologi agar RSMB memiliki infrastruktur yang
mendukung aplikasi. Definisi ini memiliki komponen yang
sama pada kedua arsitektur.
Sedangkan pada komponen physical teknologi, deskripsi
pada arsitektur target telah menyatakan mengenai perubahan
yang ada. Perubahan tersebut adalah berupa penambahan
dukungan teknologi fisik untuk digunakan di RSMB.
Perubahan ini terkait dengan infrastruktur teknologi, dimana
lokasi dengan dukungan teknologi bertambah. Hal ini karena
sistem informasi terpadu dibutuhkan untuk berada pada
lokasi-lokasi tersebut. Penambahan ini untuk digunakan dalam
keseluruhan RS, dilakukan dengan menambah seluruh
komponen teknologi yang ada sesuai kebutuhan pada lokasi di
RSMB.
Selain itu, sistem harus memiliki availibility tinggi
sehingga diperlukan back-up dari sistem, aplikasi maupun
basis data. Perubahan terakhir adalah perbedaan dalam sistem
informasi perangkat lunak karena arsitektur target memiliki
sistem informasi terpadu yang menggantikan beberapa
aplikasi sekaligus yang ada di baseline.
Hasil analisis dari perubahan di atas, sebagai selisih dari dua
arsitektur, dapat dihilangkan dengan beberapa cara. Pertama-
tama, untuk memenuhi kebutuhan teknologi berupa
penambahan dukungan teknologi pada lokasi di RS serta
adanya sistem back-up di RSMB, dapat dilalakukan proyek
yang berfokus kepada pengadaan bagi dukungan teknologi
yang dibutuhkan. Setelah itu, untuk memiliki sebuah sistem
Riffa Rufaida
16
8. terpadu di RSMB, dapat dilakukan proyek pembuatan sistem
informasi terpadu rumah sakit bagi RSMB.
2) Komponen Roadmap
Langkah berikutnya adalah roadmap dari komponen
teknologi. Analisis selisih sebelumnya telah menghasilkan
cara untuk mencapai arsitektur target yang diinginkan. Cara
tersebut diturunkan menjadi komponen roadmap yang berasal
dari arsitektur teknologi, yaitu berupa proyek Pengadaan
Dukungan Teknologi (Infrastruktur tambahan dan Back-Up),
serta proyek SI Terpadu RSMB.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Makalah ini menghasilkan empat arsitektur domain,
yaitu arsitektur bisnis, data, aplikasi, serta teknologi,
yang dimanfaatkan sebagai arsitektur teknologi
informasi dengan metodologi fase perancangan pada
TOGAF ADM, didukung dengan konsep TOGAF
Architecture Content Framework untuk deskripsi
struktur arsitektur.
2. Makalah yang dilakukan pada RSMB dengan fokus
Instalasi Gawat Darurat, Rawat Jalan, serta Rawat
Inap menghasilkan :
a. Arsitektur bisnis target yang mendefinisikan
core entities berupa 6 role dengan 8 aktor
pada 5 unit organisasi. Unit dalam lingkup
tersebut memiliki 7 fungsi bisnis dan
menjalankan 12 service bisnis pada RSMB.
b. Arsitektur data target yang mendefinisikan
11 entitas data pada lingkup pengerjaan di
rumah sakit, yang dapat dipetakan terhadap
6 komponen logical serta 11 komponen
physical.
c. Arsitektur aplikasi target yang
mendefinisikan 14 komponen logical
aplikasi dalam rumah sakit sesuai dengan
lingkup pengerjaan.
d. Arsitektur teknologi target yang memiliki 15
komponen physical teknologi secara umum.
e. Selisih antara arsitektur baseline dan target
yang didefiniskan dalam analisis selisih
pada masing-masing arsitektur.
f. Arsitektur roadmap yang dihasilkan sebagai
langkah lanjutan dari analisis selisih untuk
mencapai arsitektur target yang diinginkan
memiliki 7 komponen.
B. Saran
1. Makalah ini menggunakan sebagian fase dari
TOGAF ADM, yaitu tahap perancangan, fase
preliminary hingga fase D. Struktur dari TOGAF
ADM adalah fase A hingga H, dengan dukungan
preliminary dan requirement management. Hasil
makalah ini dapat dikembangkan sesuai dengan
keseluruhan fase pada TOGAF ADM. Hal ini akan
bermanfaat bagi rumah sakit dengan implementasi
arsitektur yang telah dibuat, pengelolaan arsitektur
yang dimiliki rumah sakit, dan peningkatan kesiapan
rumah sakit terhadap perubahan.
2. Definisi arsitektur dengan metodologi TOGAF ADM
memiliki banyak artifak, tetapi dalam pengerjaan
belum dapat dipastikan bahwa setiap artifak memiliki
traceability dan lengkap. Oleh karena itu, dibutuhkan
suatu metode untuk digunakan sebagai jejak dari
artifak yang dihasilkan. Hal ini akan memastikan
kelengkapan dan terjaganya traceability.
3. Pelaksanaan metodologi tahap perancangan dari
TOGAF ADM dapat dikembangkan di RSMB,
dengan mengaplikasikannya ke fungsi lain pada
rumah sakit. Hasil arsitektur ini dapat dijadikan dasar
dan dikembangkan terus-menerus sehingga pada
akhirnya seluruh fungsi pada rumah sakit telah
memiliki arsitektur. Hal ini akan membuat RSMB
mampu merealisasikan arsitektur ke dalam sistem
terintegrasi yang telah melingkupi keseluruhan
fungsi rumah sakit.
REFERENCES
[1] Greenslade, C., “TOGAF – The Continuing Story”, 2002.
[2] O’Brien, J.A. Introduction to Information Systems, 13th
ed., New York,
NY: McGraw-Hill, 2007.
[3] The Open Group, “TOGAF Version 9 The Open Group Architecture
Framework (TOGAF)”, The Open Group, 2009.
[4] Yunis, R. and Surendro, K., “Implementasi Enterprise Architecture
Perguruan Tinggi”, Program Studi Teknik Informatika, STEI ITB.
Perancangan Arsitektur Teknologi Informasi Rumah Sakit dengan TOGAF
17