Anekdot ini menceritakan tentang kejadian lucu saat upacara bendera di sekolah dasar antara tokoh utama dengan temannya yang kurang pandai, Brando. Tokoh utama mencoba menjelaskan makna lagu Garuda Pancasila kepada Brando namun gagal karena Brando tidak memahami penjelasan tersebut.
2. Pengertian Anekdot
Anekdot adalah suatu teks/cerita
singkat yang menarik karena lucu dan
mengesankan yang mengandung
unsur sindiran.
3. Unsur Anekdot
Berupa teks atau cerita
Terdapat sindiran
Lucu
Adanya partisipan
Singkat
Menarik
Mengesankan
Nyata
4. Struktur Anekdot
Abstraksi, berupa isyarat akan apa yang
akan diceritakan.
Orientasi, pendahuluan atau pembuka,
berupa pengenalan tokoh, waktu, dan
tempat.
Krisis, pemunculan masalah.
Reaksi, tindakan atau langkah yang diambil
untuk merespon masalah.
Koda, perubahan yang terjadi pada tokoh
dan pelajaran yang dapat dipetik dari cerita.
5. Contoh Anekdot (Drama)
Senin pagi di SD Budi Luhur Karang Tengah. Sudah menjadi
rutinitas semua anggota keluarga SD Budi Luhur untuk
melaksanakan upacara bendera pada hari ini. Seperti biasanya,
tanpa ada yang berubah, selalu ada sesi menyanyikan lagu wajib
nasional sebelum pembacaan do’a. Dan kali ini, lagu yang kami
nyanyikan adalah Garuda Pancasila.
Aku : “Garuda pancasila, akulah pendukungmu! Patriot
proklamasi, sedia berkorban untukmu. Pancasila dasar negara,
rakyat adil makmur sentosa. Pribadi bangsaku ... ayo maju, maju!
Ayo maju, maju! Ayo maju, majuuu!” (sambil menggerakkan kedua
tangan seolah-olah berlari)
Dan kali ini aku disuguhi sesuatu yang membuatku terperanjat
kaget. Dan asal muasalnya dari teman yang berbaris di sebelahku –
Brando – julukannya sih, murid paling payah dan bodoh di kelasku.
Semoga saja di kelas 6 ini dia sudah mulai serius belajar untuk
menghadapi UN.
Aku : (menahan tawa) “Wahahahahaha! Kamu maju
6. Aku : “Bukaaann ... maksudnya itu, Indonesia kita yang
maju!”.
Brando : (terbelalak) “Hah? Pulau kita maju?!”.
Aku : (menepuk dahi) “Masya Allah!” (kemudian
menggelengkan kepala) “Bukaan ... peradabannya! Maksud lagu itu,
Indonesia kita bisa menjadi negara nomor satu di dunia, jadi kita
sebagai rakyat harus maju terus menjunjung ilmu, membela negara
kita!”.
Sebenarnya, sih, aku nggak yakin penjelasan ini bisa
ditangkap anak sedangkal dia.
Brando : (terdiam sesaat) “... Nggak ngerti, ah!”.
Aku : “Ya sudah, deh ... selamat berjuang.”.
Aku yakin ucapan itu penuh arti – selamat berjuang untuk
menjunjung ilmu lebih banyak lagi karena kamu sudah jauh
tertinggal dariku (jelaslah, terbodoh sama terpintar itu cermin, tahu!)
– tapi aku sekali lagi yakin, dia sama sekali tidak mengerti maksud
ucapanku. Hahaha.