2. Chapter 1 : Tanah
Seperti yang dikemukakan A E Johnston
(1997) kesuburan tanah tergantung dari
factor yang kompleks, dan sedikit sekali
adanya pemahaman, interaksi antara factor
biologi, kimia, dan fisik tanah. Dia
mengemukakan ada perbedaan antara
produksi pertanian dan kesuburan tanah yaitu
◦ Kesuburan tanah yang telah ada merupakan
factor pemuas, dengan iklim yang
mempengaruhi produktivitas pertanian
yang bisa dikendalikan dengan input seperti
N dan bahan kimia untuk mengendalikan
gulma, hama dan penyakit.
◦ Tapi kesuburan tanah sering kali
dikendalikan oleh factor –faktor yang sulit
dimanipulasi dalam jangka waktu pendek,
sebagai contoh keasaman tanah dan
keadaan hara tanaman.
<Ringkasan Buku K.F. Isherwook>
3. Chapter 2 : Deplesi Nutrisi
“kehilangan kesuburan tanah di banyak Negara
berkembang menggambarkan ancaman
terhadap produksi pangan dan bisa
menghasilkan bencana yang kurang lebih
serius dibandingkan degradasi lingkungan
lainnya.” Tanah pertanian kehilangan
kesuburannya dikarenakan deplesi hara
tanaman , dalam beberapa kasus , tanaman
kehilangan hara, sebuah ancaman nyata untuk
ketahanan pangan dan kehidupan orang
banyak . kehilangan kesuburan mengurangi
kemampuan tanah untuk menyerap air dan
mengakibatkan terjadinya kekeringan (FAO,
press release, April 1990)
Tanah produktif dan subur merupakan sumber
pembangun untuk petani dan seluruh aspek
lingkungan.
Objek petani adalah mempertahankan
produktivitas tanahnya, yaitu mempertahankan
struktur fisik, kandungan bahan organic, aerasi
yang baik, dan tingkat kelembapan rata – rata.
pH optimal, dan kondisi unsure hara.
<Ringkasan Buku K.F. Isherwood>
4. Chapter 3 : Dampak Pemupukan
terhadap Struktur Tanah
Kadang-kadang penggunaan pupuk berbahan
mineral memiliki effek terhadap struktur
tanah. Dari hasil penelitian jangka panjang, ini
bukan buktinya. Proses aggregasi dari bagian
akar yang telah meningkat kemampuan
proliferasi membuat tanah lebih viable, lebih
mudah diolah dan menyerao air
Dampak positif dari pengaplikasian pupuk
dalam jangka waktu lama terhadap tingkat
bahan organic tanah dan kondisi fisik tanah
penting, meskipun ada effek dari factor
tertentu yang harus dipertimbangkan.
Di Jepang (A. Suzuki , 1997) setelah 50 tahun
pemupukan NPK tidak menimbulkan
pengurangan selama bertahun – tahun pada
plot yang dipupuk. Lahan tanpa pemupukan
berkisar 40 % dari plot yang dipupuk.
<Ringkasan Buku K.F. Isherwood>
5. Chapter 4 : Kemasaman
Tanah
Penggunaan residu dalam tingkat normal tidak
menghindari terjadinya pengasaman, namun hanya
memperlambat proses.
Effek pengasaman pupuk nitrogen bisa dipulihkan jika
lime secara ekonomi tersedia dan diaplikasikan.
Diwilayah dengan suhu panas, lime diaplikasikan dalam
jumlah berton-ton per ha, namun waktu aplikasinya
tidak sesering pupuk, memberikan kondisi optimum
untuk pertumbuhan tanaman diiklim panas.
Didaerah tropic dan lembab, lime dibutuhkan dalam
jumlah tinggi dan effeknya tidak bertahan lama karena
adanya leaching (pencucian akibat air hujan). Meskipun
peningkatan tanaman dilahan dapat terkadang
diperoleh dengan pengaplikasian lime yang minimal
dikarenkan alleviasi racun alummnium dan atau
kekurangan calcium dan diperhatikan penggunaannya
agar tidak menimbulkan pemakaian yang terlalu
berlebihan (R.J.Haynes and R.Naidu,1998).
Dibeberapa Negara berkembang , pengapuran di sektor
pertanian tidak tersedia sehingga solusinya hanya
pengembangan kultivar yang tahan secara langsung dan
tidak langsung terhadap keasaman tanah
<Ringkasan Buku K.F. Isherwood>