Dokumen tersebut membahas sejarah pengelolaan konservasi sumberdaya alam perairan di Indonesia sejak abad ke-19 hingga pengertian, klasifikasi, nilai, kendala, dan identifikasi lahan basah serta konservasi lahan gambut dan mangrove.
3. Sejarah Pengelolaan Konservasi Sumberdaya
Alam Perairan Di Indonesia (Termasuk Laut)
• Ordonansi Perlindungan Binatang-binatang Liar
tahun 1931
• Ordonansi Perburuan tahun 1931.
• Ordonansi Perburuan Jawa dan Madura tahun 1940
dan Ordonansi Perlindungan Alam tahun 1941.
• Bahkan pada akhir abad ke 19 Pemerintah Hindia
Belanda telah menetapkan beberapa kawasan
konservasi seperti Cagar Alam Cibodas pada tahun
1885.
4. 2. Rumusan Permasalahan
• Bagaimana sistem konservasi pada
lahan basah (Gambut).
• Bagaimana sistem konservasi pada
lahan basah didaerah pantai.
5. Sejarah Lahan Basah
• Lahan basah merupakan komponen
penting beraneka ekosistem karena
berfungsi menyimpan air banjir,
memperbaiki mutu air, dan menyediakan
habitat bagi margasatwa (Cassel, 1997).
• Pengembangan pertanian paling banyak
menghilangkan lahan basah.
• Tidak ada catatan tentang nasib lahan
basah di Indonesia
6. Pengertian Lahan Basah
• Lahan basah merupakan suatu tempat yang
cukup basah selama waktu cukup panjang bagi
pengembangan vegetasi dan organisme lain
yang beradaptasi khusus (Maltby, 1986).
• Terdapat tiga parameter yang mempengaruhi
lahan basah yaitu
hidrologi,
vegetasi hidrofitik dan
tanah hidrik (Cassel, 1997).
12. Studi Kasus Mangrove Sebagai Peredam
Gelombang Laut dan Abrasi Pantai
• Wilayah pesisir merupakan wilayah interaksi antara
darat dan laut. Wilayah ini memiliki peran yang sangat
penting tidak hanya sebagai benteng pelindung daratan,
akan tetapi juga sebagai tempat produktif bagi
perdagangan dan transportasi, perikanan, budidaya
perairan, pertambangan serta pariwisata.
• Untuk melindungi pantai dari terjangan gelombang laut
dan abrasi serta mengembalikan peran dan fungsi
ekosistem pesisir yang telah rusak, setidaknya ada dua
sistem perlakuan yang umum dilakukan dalam
mereduksi dan memperlemah energi gelombang laut
yaitu dengan membangun sarana pemecah ombak
seperti sea-wall, break-water dll. (hard engineering) dan
penanaman mangrove (soft engineering).
13.
14. Konservasi Lahan Gambut
• Lahan gambut adalah lahan yang
terbentuk dari proses dekomposisi
tanaman atau serasah organik secara
anaerobik(Ernawati Nur Khusnul Pulau Sumatera
Chotimah : 2002). 8,9 juta Ha
• Gambut adalah tanah yang Pulau
mengandung bahan organik lebih kalimantan 6,3
dari 30 %, sedangkan lahan gambut
adalah lahan yang ketebalan juta Ha
gambutnya lebih dari 50 cm. Lahan Pulau Irian 10,9
yang ketebalan gambutnya kurang
dari 50 cm disebut lahan bergambut. juta Ha
15. Pengembangan Lahan Gambut
• Pengembangan lahan gambut untuk
budidaya pertanian sampai saat ini
belum menampakkan hasil yang
signifikan.
• Pengembangan tanaman hortikultura
dan tanaman industri seperti
padi,nanas,kelapa sawit,dll.(Ernawati
Nur Khusnul Chotimah,Huston : 2002).
16.
17. • Untuk menghindari penurunan permukaan tanah
(subsidence) tanah gambut melalui oksidasi
biokimia, permukaan tanah harus dipertahankan
agar tidak gundul.
• Beberapa vegetasi seperti halnya rumput-rumputan
atau leguminose dapat dibiarkan untuk tumbuh
disekeliling tanaman kecuali pada lubang tanam
pokok seperti halnya pada perkebunan kelapa sawit
dan kopi. Beberapa jenis legume menjalar seperti
Canavalia maritima dapat tumbuh dengan unsur
hara minimum dan menunjukkan toleransi yang
tinggi terhadap kemasaman.
20. KESIMPULAN
Untuk Studi Kasus pertama,dalam melindungi
pantai dari terjangan gelombang laut dan abrasi
serta mengembalikan peran dan fungsi ekosistem
pesisir yang telah rusak, setidaknya ada dua sistem
yaitu dengan membangun sarana pemecah ombak
seperti sea-wall, break-water. (hard engineering)
dan penanaman mangrove (soft engineering).
Untuk Studi Kasus kedua, ada 3 prinsip yang
digunakan dalam pemanfaatan lahan gambut:
pemanfaataan berkelanjutan, pengawetan, dan
perlindungan