1. Dokumen ini memberikan panduan shalat berjamaah, kegiatan majelis taklim, dan madrasah diniyah/TPQ selama pandemi Covid-19. Shalat berjamaah dan menghadiri majelis ilmu adalah amalan utama agama Islam namun perlu disesuaikan dengan kondisi pandemi.
2. Tidak merapatkan barisan dalam shalat jamaah dan majelis ilmu dilakukan untuk mencegah penularan, namun tidak mengurangi pahala at
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
Panduan salat berjamaah, kegiatan majelis taklim, dan madrasah diniyah tpq
1. 1
PANDUAN
SHALAT BERJAMA’AH, KEGIATAN MAJELIS TAKLIM, DAN MADRASAH
DINIYAH/TPQ DALAM SITUASI PANDEMI COVID-19
MAJELIS ULAMA INDONESIA
PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
TAHUN 2020
1. Shalat berjamaah dan menghadiri majelis ilmu adalah amalan utama dalam syariat
Islam. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallama bersabda:
اًع ِاجَرَو اًبِاهَذ ،ٌةَنَسَح ُهَل ُبَتْكُت ٌةَوْطَخَو ،ًةَئِيَس وُحََْت ٌةَوْطَخَف ِةَاعَمَْاْل ِدِجْسَم ََلِإ َاحَر ْنَم
”Barangsiapa yang berangkat menuju masjid untuk shalat berjamaah, maka satu
langkah akan menghapus dosa dan langkah berikutnya dicatat sebagai kebaikan, baik
pada saat berangkat maupun kembali.” (HR. Ahmad).”
ْسَمْلا ىَتَأ َُُّث ،ُلُجَّالر َرَّهَطَت اَذِإْطُخ ِلُكِب ،ُهُبِاتَك َْوأ ُاهَبِاتَكُهَل َبَتَك،َة ََلَّالص ىَعْرَي َد ِجَرَْْع ِد ِجْسَمْلا ََلِإ اَوهُطََْ ةَو
َّّتَح ِهِتْيَب ْنِم ُجُرََْ ِنيِح ْنِم َنيِلَصُمْلا َنِم ُبَتْكُيَو ، ِتِانَقْلاَكَة ََلَّالص ىَعْرَي ُدِاعَقْلاَو ،اتَنَسَحِإ ََ ِجْرَيِهْيَل
”Jika seseorang bersuci kemudian pergi ke masjid untuk memelihara shalatnya, maka
dicatat baginya sebanyak sepuluh kebaikan untuk setiap langkahnya ke masjid. Dan
orang yang duduk (menunggu shalat) untuk memelihara shalatnya, dia seperti orang
yang melaksanakan ketaatan dan dicatat sebagai orang yang mengerjakan shalat
ketika keluar dari rumahnya sampai kembali lagi.“ (HR. Ahmad).”
ِِف َجَرَخ ْنَمِبَلَطََ ِجْرَي َّّتَح ِهللا ِلْيِبَس ِِف َوُهَف ِمْلِعْلا
”Barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah hingga ia
pulang”. (HR. Turmudzi).”
ََلِإ اًقْيِرَط ِهِب ُهللا َلَّهَس اًمْلِع ِهْيِف ُسِمَتْلَي اًقْيِرَط َكَلَس ْنَمَِّةنَْاْل
”Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari suatu ilmu. Niscaya Allah
memudahkannya ke jalan menuju surga”. (HR. Turmudzi)”.
2. Meluruskan dan merapatkan barisan (shaf) dalam shalat berjamaah dan majelis ilmu
adalah sunah. Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda:
ِامَََت ْنِم ِفَّالص َةَيِوْسَت َّنِإَف , ْمُكَفوُفُص اوُّوَسَِلةَّالص
2. 2
“Luruskanlah shaf-shaf kalian, karena lurusnya shaf adalah kesempurnaan shalat”
(HR. al-Bukhari).”
يِرْهَظ ِاءَرَو ْنِم ْمُكاَأر ِإّنَف ؛ اوُّاصَرَتَو ْمُكَفوُفُص اوُيمَِقأ
“Lurus dan rapatkan shaf-shaf kalian, karena aku dapat melihat kalian dari belakang
punggungku. (HR. al-Bukhari)”
Praktik kesunahan merapatkan barisan dalam shalat jama’ah menurut Ibnu Hajar
sebagai berikut:
َْوأ ِهِسْفَنِب ِامَمِإلا َنِم َوُهَو دََحأ ِلُكِل َكِلَذِب ُرَْمألاَو ِفْوُفُّالص ُةَيِوْسَت ُّبَحَتْسُيَوَمِدْيِعَالو َََم ،ِِاَبِتَِْلِل ٌدِكك ُهُنْوُذْْأ
أن إَل اَهْيِف َْنيِمِائَالق ْيِاذ ََتَو ِجَرَالف ُّدَسَو ، ِلََّوألاَف ِلََّوألا ُامََْتِإ اَ
ِِب ُادَرُمالَو .اَهِكْرَت ىَلَعقءْيَش ْ
ِِف َفِلْوُخ ْنِْأَف ال
َهِرُك َكِلَذ ْنِم.
“Disunnahkan untuk merapikan shaf shalat bagi setiap orang dan hendaknya imam
atau yang mewakili imam selalu memerintahkan untuk merapihkan shaf . Perintah ini
lebih ditekankan dilakukan imam atau orang yang diberi izin untuk itu (merapatkan
shaf), disertai peringatan bagi orang yang meninggalkannya. Yang dimaksud
merapatkan di sini adalah menyempurnakan shaf pertama dan shaf seterusnya,
menutup celah, dan meluruskan posisi berdiri dalam shaf. Jika dilanggar hukumnya
makruh”. (Minhajul Qawim: 164).
3. Untuk menghindari penularan penyakit, tidak merapatkan barisan (shaf) dalam shalat
berjamaah dan majelis ilmu, tidak mengurangi pahala shalat berjama’ah dan
keutamaan mencari ilmu.
Menurut Imam Ramli dalam kondisi normal (tidak ada pandemi Covid-19), tidak
merapikan shaf shalat berjamaah hukumnya makruh, tetapi masih mendapatkan
keutamaan berjamaah. Sedangkan menurut Imam Ibnu Hajar Al-Haitami tidak
mendapatkan keutamaan shalat berjama'ah.
ُةَلْيِضَف ُهْتَاتَفَو ،َهِرُك َكِلَذ ْنِم ءْيَش ْ
ِِف َفَلاَخ ْنِإَفْنِعَو .)حجر (ابن حج َدْنِع ِةَاعَمَاْلُّلُك ِيِلْمَّالر ِِاَهِْال َد
ِفْوُفُّالص َةَيِوْسَت ََّّلِإ اَهِتَلْيِضَفِل ٌتِوَفُم ُةَاعَمَاْل ُثْيَح ْنِم هْوُرْكَم
“Menurut Ibnu Hajar Al-Haitami apabila menyalahi ketentuan shalat berjamaah diatas,
maka hukumnya makruh dan tidak mendapatkan keutamaan berjama’ah. Sedangkan
menurut Imam as-Syihab ar-Ramli, semua kemakruhkan dalam berjama’ah bisa
menghilangkan fadlilah jama’ah, kecuali meluruskan shaf” (Busyra al-Karim, 379).”
Dalam kondisi tidak normal, tidak merapatkan barisan dalam shalat berjama'ah, dan
menggunakan masker hukumnya tidak makruh dan tetap mendapatkan pahala
keutamaan berjama'ah.
ْهَرْكُي ْمَل ِامَرَاحل ِد ِجْسَملِِب ِرَاحل ِتْقَوَكرْذُعِل ِةَجَرَالف ِدَس ْنَع ْمُهُرَُّخََت َناَك ْنِإِلُةَلْيِضَالف ُمُهُتْوُفَت ََلَف ِِْْصْقَّالت ِمَدَع
“Jika mereka tidak mengisi shaf yang kosong karena ada uzur seperti cuaca panas
di Masjidil Haram, maka tidak makruh karena tidak ada unsur kelalaian. Selain itu
mereka tidak kehilangan keutamaan shalat berjama’ah (Nihayatuz Zain,119).”
3. 3
Hukum menjaga jarak dalam shalat berjamaah bisa menjadi wajib dengan alasan
untuk menghindari bahaya bagi diri sendiri atau orang lain. Rasulullah Shollallahu
alaihi wasallama bersabda:
َّلاررر َّلو ررر
“Jangan membuat bahaya kepada diri sendiri dan orang lain (HR. Ahmad)”.
4. Dengan memperhatikan penjelasan diatas, maka pelaksanaan shalat berjamaah dan
kegiatan majelis taklim dalam situasi pendemi COVID-19 hendaknya mengikuti
protokol kesehatan diantaranya sebagai berikut:
a. Telah berwudhu di rumah masing-masing
b. Membawa sajadah dan al-Quran masing-masing
c. Mengatur jarak antar makmun atau jama’ah minimal 1 meter
d. Menggunakan masker selama berada di masjid dan menghadiri majelis taklim
e. Membiasakan cuci tangan dengan sabun ketika masuk dan keluar masjid/
majelis taklim
f. Setelah shalat berjamaah tidak dilanjutkan dengan bersalam-salaman
g. Tidak datang ke masjid, majelis taklim atau kerumunan lainnya saat sakit atau
kurang sehat
h. Pengurus masjid atau majelis taklim melakukan pengecekan suhu tubuh
jama’ah dan menyediakan sabun atau hand sanitizer.
Jakarta, 10 Syawal 1441 H
02 Juni 2020 M