Dokumen tersebut merupakan bahan pelatihan untuk fasilitator musrenbang tahunan daerah. Bahan pelatihan ini membahas tentang kerangka regulasi, sistem, mekanisme dan proses perencanaan dan penganggaran tahunan daerah, peranan fasilitator dan teknik fasilitasi, serta panduan praktis untuk memfasilitasi forum SKPD, musrenbang kecamatan dan desa.
Suplemen HUD Magz Edisi 5 /2015. Kota BATAM Menyongsong MEA 2015
Bahan Pelatihan Fasilitator Forum SKPD dan Musrenbang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Panduan Pelatihan
1. Seri Pelatihan Fasilitator Musrenbang Tahunan Daerah
Bahan Pelatihan Fasilitator
Forum SKPD dan Musrenbang
Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD)
Panduan Pelatihan
i
Local Governance Support Program
2. Bahan Pelatihan Fasilitator
Forum SKPD dan Musrenbang Rencana
Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
Local Governance Support Program
December 2007
i
3. Bahan Pelatihan ini disusun oleh Local Governance Support Program (LGSP], Desember 2007.
Pendanaan: USAID (United States Agency for International Development) Dilaksanakan oleh Research
Triangle Institute, Indonesia.
LGSP USAID Strategic Participatory Planning Team dibentuk khusus untuk memberikan advokasi,
pelatihan, dan pendampingan kepada Pemerintah Daerah, DPRD, Organisasi Masyarakat Sipil (NGO,
CBO dan CSO) dalam bidang perencanaan pembangunan daerah baik yang bersifat perencanaan jangka
panjang (RPJPD), perencanaan jangka menengah (RPJMD dan Renstra SKPD), maupun rencana tahunan
(RKPD, Renja SKPD, RKA SKPD); diagnostic assessment kemampuan perencanaan daerah; seminar,
workshops dan focus group discussions konsultasi publik perencanaan daerah.
TIM STRATEGIC PARTICIPATORY PLANNING terdiri atas Widjono Ngoedijo Ph.D (Advisor), Engkus Ruswana
(Senior Planning Specialist) dan Indira Sari (Planning Specialist); Planning Specialists di kantor regional
LGSP terdiri atas Agus Irawan Setiawan (NSRO), Rahmat Djalle (WPRO), Sri Pantjawati Handayani (WJRO),
Hartanto Ruslan (CJRO), Nurman Sillia (EJRO), Undang Suryana (SSRO), Susila Utama dan Joni Chandra
(NARO).
LGSP mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Pemerintah Daerah atas informasi
perencanaan yang diberikan untuk memperkaya substansi bahan pelatihan dan pendampingan ini.
PENDAPAT DAN PANDANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM BAHAN PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN INI
TIDAK SELALU MENCERMINKAN PENDAPAT DAN PANDANGAN USAID
Untuk informasi lebih lanjut hubungi :
LGSP
Jakarta Stock Exchange Building
Tower 1, 29th Floor
Jl. Jend. Sudirman Kav. 52-53
Jakarta 12190
Phone: +62 21 515 1755-57
Facs: +62 21 515 1752
E-mail: info@lgsp.or.id
Http://www.lgsp.or.id
ii
4. ABSTRAKSI
Bahan Pelatihan ini dirancang untuk memberikan pengetahuan dasar, pendekatan, metodologi, dan
keterampilan perencanaan yang diperlukan untuk memfasilitasi penyusunan Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD), khususnya untuk memfasilitasi penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan
Pembangunan (Musrenbang) dan Forum SKPD.
Bahan Pelatihan ini terdiri dari (10) sepuluh bagian, yaitu sebagai berikut:
Bagian 1 memuat tinjauan tujuan dan sasaran pelatihan
Bagian 2 memuat tinjauan kerangka regulasi, system, mekanisme, dan proses perencanaan dan
penganggaran tahunan daerah, dan contoh penyusunan kalender penyusunan RKPD
dan Renja SKPD
Bagian 3 memuat peran dan fungsi fasilitator, pengetahuan, keterampilan, dan kualifikasi yang
diperlukan untuk menjadi fasilitator, dasar-dasar teknik fasilitasi, dan ruang lingkup kerja
fasilitator dalam proses perencanaan dan penganggaran tahunan daerah
Bagian 4 memuat ruang lingkup kerja fasilitator dalam penyelenggaraan Forum SKPD dan
Musrenbang RKPD, metoda fasilitasi yang diperlukan, rancangan agenda Forum SKPD
dan Musrenbang RKPD, dan agenda pelatihan fasilitator Forum SKPD dan Musrenbang
RKPD.
Bagian 5 memuat ruang lingkup kerja fasilitator dalam penyelenggaraan Musrenbang Kecamatan,
rancangan agenda Musrenbang Kecamatan, dan agenda pelatihan fasilitator Musrenbang
Kecamatan.
Bagian 6 memuat ruang lingkup kerja fasilitator dalam penyelenggaraan Musrenbang Desa/
Kelurahan, rancangan agenda Musrenbang Desa/Kelurahan, dan agenda pelatihan
fasilitator Musrenbang Desa/Kelurahan
Bagian 7 memuat template/form yang diusulkan/disarankan dapat digunakan dalam fasilitasi
penyelenggaraan Musrenbang dan Forum SKPD. Terdapat sekitar 19 template/form yang
diusulkan/disarankan untuk memandu dan memfasilitasi proses dalam Forum SKPD
dan Musrenbang pada berbagai tingkatan.
Bagian 8 memuat latihan kerja yang memungkinkan fasilitator memahami pengetahuan
perencanaan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengembangkan Daftar Skala
Prioritas dan penyusunan RKA SKPD
Bagian 9 memuat beberapa lampiran Permendagri 13/2006 yang merupakan format dan tablel-
tabel penting untuk digunakan dalam fasilitasi penyelenggaraan Musrenbang dan Forum
SKPD.
Bagian 10 memuat Kepmendagri tentang Pedoman Penilaian dan Evaluasi Penyelenggaraan
Musrenbang dan sejumlah makalah yang disusun LGSP yang dapat digunakan sebagai
referensi dalam fasilitasi penyelenggaraan Musrenbang dan Forum SKPD.
iii
5. ABSTRACT
This guideline is designed to provide basic understanding, approaches, methodology and necessary
planning skills to facilitate the preparation of Local Government Annual Work Program and Budget
(Rencana Kerja Pemerintah Daerah) especially to facilitate the implementation of Musrenbang (the
Multi Stakeholders Consultation Forum for Regional Development Plan) and Forum SKPD (the Stake-
holders Consultation Forum for LGU Work Program and Budget).
The guideline comprises of 10(ten) sections as follows:
Section 1 Provides an overview of the training goals and objectives.
Section 2 Provides an overview of regulatory framework, system, mechanism and process
of Local Government Planning, especially the LG Annual Work Program and
Budget; the calendar for RKPD preparation
Section 3 Describes the role and function of facilitators; educational, knowledge, skills and
personal qualification required to become facilitators; understanding of basic
techniques and skills of facilitation
Section 4 Describes the scope of work for the facilitation of Musrenbang RKPD and Forum SKPD;
facilitation method required; development of agenda for Musrenbang and Forum SKPD;
and Agenda for Training of Facilitators in Musrenbang and Forum SKPD
Section 5 Describes the scope of work for the facilitation of Musrenbang Kecamatan; development
of agenda for Musrenbang Kecamatan and; agenda for training of Facilitators
Section 6 Describes the scope of work for the facilitation of Musrenbang Desa/Kelurahan;; develop-
ment of agenda for Musrenbang Desa/Kelurahan and; agenda for training of facilitators in
Musrenbang Desa/Kelurahan
Section 7 Provides suggested planning templates and forms to be used in facilitating the implemen-
tation of Musrenbang and Forum SKPD. About 19 templates/forms are suggested to
guide and facilitate different stages of the Musrenbang and Forum SKPD processes.
Section 8 Provides work exercises to equip facilitators with necessary planning knowledge and
skills to develop Daftar Skala Prioritas (the Priority List of Program and activities) and
RKA SKPD (LG unit work activity budget)
Section 9 Annexes provide PERMENDAGRI 13/2006 key forms and tables that can be used in
facilitating the implementation of Musrenbang and Forum SKPD.
Section 10 Provides relevant regulations and a number of working papers prepared by LGSP that can
be used as references in facilitating the implementation of Musrenbang and Forum SKPD
iv
6. DAFTAR ISI
BAHAN PELATIHAN FASILITATOR FORUM SKPD
DAN MUSRENBANG RENCANA KERJA
PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
ABSTRAKSI ................................................................................................................... iii
ABSTRACT .................................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ vii
Bagian 1. Overview Tujuan dan Sasaran Pelatihan ......................................................... 1
Overview Tujuan dan Sasaran Pelatihan .............................................................................. 2
Bagian 2. Tinjauan Kerangka Regulasi, Sistem, Mekanisme, Proses Perencanaan dan
Penganggaran Tahunan Daerah ................................................................................... 5
2.1 Tinjauan Kerangka Regulasi, Sistem, Mekanisme, Proses Perencanaan dan Penganggaran
Tahunan Daerah (cek bahan presentasi) .................................................................... 6
2.2 Bagan Alir Penyusunan Dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan Rencana
Kerja SKPD (Renja SKPD)...................................................................... 10
2.3 Kalender Penyusunan RKPD ...................................................................................... 12
Bagian 3. Peranan Fasilitator dan Dasar-Dasar Teknik Fasilitasi .................................... 13
3.1 Peranan, Fungsi Fasilitator, dan Dasar-dasar Teknik Fasilitasi ......................................... 14
3.2 Ruang Lingkup Kerja Fasilitator dalam Perencanaan dan Penganggaran Tahunan Daerah..... 28
Bagian 4. Fasilitasi Forum SKPD dan Musrenbang RKPD ................................................. 33
4.1 Ruang Lingkup Kerja Fasilitator dalam Penyelenggaraan Forum SKPD dan Musrenbang
RKPD ...................................................................................................................... 34
4.2 Metoda Fasilitasi dalam Forum SKPD dan Musrenbang RKPD ..................................... 36
4.3 Rancangan Agenda Forum SKPD Kabupaten/Kota ....................................................... 41
4.4 Rancangan Agenda Musrenbang RKPD .................................................................... 42
4.5 Agenda Pelatihan Fasilitator Forum SKPD dan Musrenbang RKPD ................................ 44
Bagian 5. Fasilitasi Musrenbang Kecamatan ................................................................. 45
5.1 Strategi Fasilitasi Efektif Musrenbang Kecamatan dan Musrenbang Desa/Kelurahan.... 46
5.2 Ruang Lingkup Kerja bagi Fasilitator dalam Penyelenggaraan Musrenbang Kecamatan.... 49
5.3 Rancangan Agenda Musrenbang Kecamatan ............................................................... 51
5.4 Rancangan Agenda Pelatihan Fasilitator Musrenbang Kecamatan ..................................... 52
Bagian 6. Fasilitasi Musrenbang Desa/Kelurahan ......................................................... 55
6.1 Ruang Lingkup Kerja bagi Fasilitator dalam Penyelenggaraan Musrenbang Desa ......... 56
6.2 Rancangan Agenda Musrenbang Desa .......................................................................... 59
6.3 Rancangan Agenda Pelatihan Calon Pelatih (TOT) Fasilitator Musrenbang Desa/
Kelurahan ................................................................................................................. 60
Bagian 7 Template/Form yang Digunakan Dalam Fasilitasi ........................................... 61
Daftar Template/Form yang Digunakan ............................................................................ 62
T-2 Pembentukan Tim Penyusun RKPD .......................................................................... 63
T-3 Penyusunan Rencana Kerja Penyiapan Dokumen RKPD ............................................. 66
T-4 Review RPJMD dan Pencapaian RKPD tahun berjalan ............................................... 68
T-5 Review Usulan Program dan Kegiatan SKPD Tahun Lalu dan Prioritas untuk Tahun
Rencana (prakiraan maju) ........................................................................................... 69
T-7 Analisis Kondisi dan Permasalahan Daerah Eksisting .................................................. 74
T-17 Identifikasi Stakeholder ............................................................................................... 83
v
7. T-18 Penentuan Stakeholder untuk Konsultasi Publik .......................................................... 86
T-19 Penetapan Jadwal dan Tata Cara Penyelenggaraan Forum SKPD dan Musrenbang ....... 88
T -23 Musrenbang Desa/Kelurahan ................................................................................... 81
T-24 Berita Acara Hasil Kesepakatan Musrenbang Desa/Kelurahan ...................................... 92
T-25 Musrenbang Kecamatan ....................................................................................... 93
T-26 Berita Acara Hasil Kesepakatan Musrenbang Kecamatan....................................... 95
T-27 Pembahasan Forum SKPD ................................................................................... 96
T-28 Berita Acara Hasil Kesepakatan Forum SKPD ........................................................... 102
T-32 Musrenbang RKPD ............................................................................................ 103
T-33 Naskah Kesepakatan Hasil Musrenbang RKPD .................................................... 105
T-40 Prototype Daftar Isi Renja SKPD ............................................................................... 107
K-3a Konsultasi dengan Delegasi Musrenbang untuk Pembahasan Rancangan KUA ......... 108
K-10b Konsultasi dengan Delegasi Musrenbang untuk Pembahasan Rancangan PPAS ......... 109
K-26 Sosialisasi Ranperda kepada Masyarakat .............................................................. 110
K-27 Berita Acara Hasil Sosialisasi Ranperda APBD Kepada Masyarakat ......................... 111
Bagian 8 Latihan Kerja ................................................................................................. 113
• Latihan Kerja 1, Musrenbang Kecamatan: Pengembangan Format Daftar Skala Prioritas ... 114
• Latihan Kerja 2, Penyusunan Rencana Kerja Anggaran SKPD ....................................... 123
Bagian 9 Lampiran ...................................................................................................... 127
• Lampiran A.I Permendagri 13/2006 tentang Kode dan Klasifikasi Urusan Pemerintah Daerah
dan Organisasi ....................................................................................................... 128
• Lampiran A.V Permendagri 13/2006 tentang Kode dan Klasifikasi Fungsi ..................... 131
• Lampiran A.VI Permendagri 13/2006 tentang Kode dan Klasifikasi Belanja Daerah Menurut
Fungsi untuk Keselarasan dan Keterpaduan Keuangan Negara ...................................... 132
• Lampiran A.VII Permendagri 13/2006 tentang Kode dan Daftar Program dan Kegiatan Menurut
Urusan Pemerintahan Daerah ..................................................................... 134
• LAMPIRAN A.I.a : Permendagri 59/2007 tentang Kode dan Klasifikasi Urusan Pemerintahan
Daerah dan Organisasi..................................................................... . 176
• LAMPIRAN A.VI.a : Permendagri 59/2007 tentang Kode dan Klasifikasi Belanja Daerah
Menurut Fungsi untuk Keselarasan dan Keterpaduan Pengelolaan Keuangan
Negara...................................................................................................................... 179
• LAMPIRAN A.VII.a : Permendagri 59/2007 tentang Kode rekening sesuai kebutuhan
obyektif...................................................................................................................... 181
• LAMPIRAN A.X.a : Permendagri 59/2007 tentang Format Kebijakan Umum
APBD...................................................................................................................... 183
• Lampiran A.X Permendagri 13/2006 tentang Format KUA .......................................... 185
• LAMPIRAN A.XI.a : Permendagri 59/2007 tentang Format Prioritas dan Plafon Anggaran
Sementara PPAS ................................................................................................. 188
• Lampiran A.XI Permendagri 13/2006 tentang Format PPAS ....................................... 195
• Formulir RKA-SKPD 2.2.1 ...................................................................................... 197
• Formulir RKA-SKPD 2.2 ......................................................................................... 198
Bagian 10 Referensi .................................................................................................... 199
10.1 Keputusan Menteri Dalam Negeri No 050-187/Kep/Bangda/2007 tentang Pedoman
Penilaian dan Evaluasi Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan
(Musrenbang) ......................................................................................................... 200
10.2 Potret Penyelenggaraan Musrenbang RKPD Kabupaten/Kota .................................... 251
10.3 Penyusunan Pagu Indikatif untuk Perencanaan Tahunan Daerah ................................ 255
10.4 Penyusunan KUA dan PPAS ......................................................................................... 266
10.5 Klinik Konsultasi Perencanaan dan Penganggaran Daerah ......................................... 271
10.6 Titik Kritis Perencanaan dan Penganggaran Tahunan serta Solusi yang Diajukan ........... 277
10.7 Contoh Perdes APBDes ............................................................................................ 279
10.8 Contoh Format Penyusunan APBDes ............................................................................ 285
vi
8. KATA PENGANTAR
Local Governance Support Program (LGSP) merupakan sebuah program bantuan bagi pemerintah
Republik Indonesia yang diberikan oleh United States Agency for International Development (USAID).
Program ini dirancang untuk menunjukkan bahwa melalui sistem pemerintahan yang terdesentralisasi,
masyarakat di daerah dapat mempercepat proses pembangunan yang demokratis dan meningkatkan
kinerja serta transparansi pemerintah dalam penyediaan pelayanan publik. LGSP memberikan bantuan
teknis bagi masyarakat dan pemerintah daerahnya dengan membantu mereka mencapai tujuan melalui
penyusunan prioritas pembangunan dan penyediaan pelayanan publik secara demokratis. Untuk itu
LGSP bekerjasama dengan mitra-mitra dari pemerintah daerah, DPRD, media dan organisasi
masyarakat, yang tersebar di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatra Utara, Sumatra Barat,
Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Papua Barat.
Reformasi desentralisasi yang dimulai pada Tahun 2001, merupakan perwujudan dari komitmen
Indonesia menuju pemerintahan daerah yang demokratis dan pembangunan yang berkelanjutan.
Dikeluarkannya Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah menjadi penanda terbukanya
kesempatan luas bagi usaha pembangunan daerah dan bagi partisipasi warga yang lebih besar dalam
tata kelola pemerintahan. Sejak awal penerapan kebijakan tersebut, masyarakat dan pemerintah
daerah telah menjawab kesempatan tersebut dengan antusias dan kreativitas yang luar biasa hingga
menghasilkan capaian dan inovasi yang luar biasa pula.
Di bidang perencanaan dan penganggaran daerah terdapat perubahan dan perkembangan regulasi,
paradigma, pendekatan dan metodologi perencanaan pembangunan daerah yang sangat dinamis.
Perubahan ini menuntut penguatan kemampuan dan kapasitas pemerintah daerah, legislatif dan
organisasi masyarakat sipil sesuai peranan dan fungsi masing-masing pihak dalam proses penyusunan
perencanaan pembangunan daerah. Dalam konteks ini, LGSP telah mengembangkan Bahan
Pelatihan Fasilitator Forum SKPD dan Musrenbang Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD) yang bertujuan menyiapkan fasilitator yang kompeten untuk membantu Pemerintah Daerah
dalam menyelenggarakan proses demokratis dan partisipatif dalam penyusunan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD). Bahan dirancang bagi memungkinkan fasilitator memahami kerangka
regulasi yang berpengaruh pada proses perencanaan partisipatif; pengetahuan perencanaan dan
penganggaran daerah dan; ketrampilan tentang metoda dan teknik fasilitasi yang sesuai dengan
tahapan perencanaan. Bahan mencakup fasilitasi proses perencanaan partisipatif di peringkat
kabupaten/kota dalam Forum SKPD dan Musrenbangda, fasilitasi Musrenbang Kecamatan dan fasilitasi
Musrenbang Desa/Kelurahan
Semoga buku ini bermanfaat dan dapat digunakan secara meluas.
Desember , 2007
Judith Edstrom DR. Widjono Ngoedijo
Chief of Party, Planning Advisor,
USAID-LGSP USAID – LGSP
RTI International RTI International
vii
10. 1.1. TUJUAN DAN SASARAN PELATIHAN FASILITATOR
PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PARTISIPATIF
TAHUNAN DAERAH
Pelatihan ini dirancang untuk dapat membina kader pembangunan di daerah yang diharapkan dapat
berperan aktif sebagai fasilitator maupun mediator pada proses-proses partisipasi publik dalam rangka
penyusunan rencana tahunan daerah. Oleh karenanya dalam pelatihan ini selain untuk memberikan
wawasan dalam hal perencanaan pembangunan partisipatif yang efektif, pengetahuan tentang metoda
dan teknis fasilitasi juga akan membincangkan tentang pengalaman mengenai berbagai isu yang
berkaitan dengan penyusunan rencana pembangunan daerah, sebagai masukan bagi pendampingan
penyusunan rancangan pembangunan tahunan daerah.
TUJUAN PELATIHAN
Adapun tujuan pelatihan adalah sebagai berikut:
• Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang peran dan fungsi fasilitator yang disertai dengan
teknis dan metoda untuk memfasilitasi proses penyusunan dokumen perencanaan tahunan daerah.
• Memberikan pemahaman atas proses penyusunan rencana pembangunan tahunan daerah (RKPD,
Renja SKPD, KUA, PPAS, RKA SKPD) dan mekanisme konsultasi publik (Musrenbang, Forum
SKPD, FGD)
• Memberikan pemahaman tentang teknik atau tata cara untuk meningkatkan kualitas konsultasi
publik dalam perencanaan daerah (baik di tingkat kelurahan/kecamatan, kabupaten/kota, forum
SKPD)
• Mendapatkan masukan dari daerah berkenaan dengan isu seputar penyusunan perencanaan
tahunan daerah yang dihadapi dan ditemui di daerah.
• Mendapatkan masukan, komentar, dan saran untuk penyempurnaan pelaksanaan Musrenbang
ataupun konsultasi publik dalam rangka penyusunan dokumen rencana tahunan daerah.
SASARAN PELATIHAN
Sasaran yang ingin dicapai dengan pelatihan ini adalah menyiapkan kader-kader pembangunan di
daerah, sebagai pelaku pembangunan yang diharapkan dapat melanjutkan dan menyebarkan proses-
proses perencanaan pembangunan partisipatif di daerah dalam rangka mengusung dan mewujudkan
tata kepemerintahan yang baik (good governance) sehingga perencanaan pembangunan menjadi
milik bersama antara pemerintah daerah dan masyarakatnya
PESERTA PELATIHAN
Pelatihan ini diikuti oleh unsur-unsur perwakilan daerah kabupaten dan kota yang berada dalam
wilayah dampingan LGSP, baik dari unsur perangkat daerah maupun unsur nonpemerintah daerah
(masyarakat, swasta, NGO, perwakilan Universitas) yang ditunjuk dan disepakati daerah, agar kelak
dapat melakukan pendampingan untuk memfasilitasi proses penyusunan dokumen perencanaan dan
penganggaran di daerahnya.
2
11. MATERI PELATIHAN
No MATERI TUJUAN DAN SASARAN SUBTANSI
1 Tinjauan Kerangka Regulasi, Peserta memahami kerangka regulasi yang berlaku,
Sistem, Mekanisme, Proses sistem, mekanisme dan alur proses perencanaan
Perencanaan dan tahunan daerah.
Penganggaran Tahunan Daerah
2 Peranan Fasilitator dan Dasar- Peserta memahami peranan, fungsi fasilitator, dan ruang
dasar Teknik Fasilitasi lingkup kerjanya dalam memfasilitasi proses
penyusunan rencana tahunan daerah, serta memahami
dasar-dasar teknik fasilitasi.
3 Fasilitasi Forum SKPD dan Peserta memahami ruang lingkup kerja fasilitator dalam
Musrenbang RKPD Penyelenggaraan Forum SKPD dan Musrenbang RKPD,
memahami metoda fasilitasi yang dapat diterapkan
dalam fasilitasi Forum SKPD dan Musrenbang RKPD,
serta mengetahui contoh/prototype rancangan agenda
Musrenbang RKPD.
4 Fasilitasi Musrenbang Peserta memahami ruang lingkup kerja fasilitator dalam
Kecamatan Penyelenggaraan Musrenbang Kecamatan, memahami
kapasitas dan kemampuan yang diperlukan untuk
mengorganisasikan Musrenbang Kecamatan yang
memenuhi kaidah demokratis dan partisipatif.
5 Fasilitasi Musrenbang Desa/ Peserta memahami ruang lingkup kerja fasilitator dalam
Kelurahan Penyelenggaraan Musrenbang Desa/Kelurahan.
6 Template/Form yang Digunakan Peserta memahami dan dapat menggunakan template/
dalam Fasilitasi form untuk mendukung proses fasilitasi Musrenbang.
7 Latihan Kerja Terdiri atas Latihan Kerja 1 dan Latihan Kerja 2.
Latihan Kerja 1 tentang Pengembangan Format Daftar
Skala Prioritas (DSP). Latihan ini bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan, kompetensi, dan
keterampilan fasilitator untuk mengembangkan format
(DSP) untuk mengevaluasi, menilai, menseleksi, dan
memprioritisasi usulan program dan kegiatan.
Latihan Kerja 2 tentang Penyusunan RKA-SKPD.
Latihan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan,
kompetensi, dan keterampilan fasilitator dalam
menyusun program, kegiatan, dan anggaran dalam For-
mat RKA-SKPD sesuai Permendagri 13/2006 dan
perubahannya (Permendagri 59/2007)
8 Lampiran Mengemukakan beberapa Lampiran Permendagri 13/
2006 yang akan diacu dalam proses perumusan pro-
gram dan kegiatan.
9 Referensi Menyediakan referensi-referensi yang dinilai penting
dalam mendukung fungsi dan kerja fasilitator dalam
fasilitasi Musrenbang/Forum SKPD dan dalam
memperkaya wawasan dan pemahaman fasilitator
tentang berbagai aspek perencanaan dan penganggaran
tahunan daerah.
3
13. Bagian 2
Tinjauan Kerangka Regulasi, Sistem,
Mekanisme, Proses Perencanaan dan
Penganggaran Tahunan Daerah
5
14. 2.1. TINJAUAN REGULASI, SISTEM, MEKANISME, PROSES
PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
TAHUNAN DAERAH
ENGKUS RUSWANA
SENIOR PLANNING SPECIALIST, NATIONAL OFFICE
JENIS DAN HIRARKI PERATURAN PERUNDANG- – PP-39/2006 tentang Tata cara
UNDANGAN Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Berdasarkan UU No 10/2004 tentang – PP-40/2006 tentang Tata Cara
Pembentukan Peraturan Perundangan, jenis dan Penyusunan Rencana Pembangunan
hirarki peraturan perundangan adalah sbb: Nasional (pasal 4, 5, 10,12,15, 23)
1) Undang-undang Dasar Republik Indonesia – PP-3/2007 tentang LPPD kepada
1945 Pemerintah, LKPKD kepada DPRD, dan
2) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Informasi LPPD kepada masyrakat.
undang (PERPU) – PP-8/2007 tentang Investasi Pemerintah
3) Peraturan Pemerintah – PP-21/2007 tentang Perubahan ketiga
4) Peraturan Presiden atas PP-24/2004 tentang Kedudukan
5) Peraturan Daerah Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan
Anggota DPRD.
– PP-38/2007 tentang Pembagian Urusan
INSTRUMEN HUKUM PERENCANAAN DAN Pemerintahan
PENGANGGARAN DAERAH – PP-41/2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah
• UNDANG-UNDANG
– UU-17/2003 tentang Keuangan Negara
(pasal 17 – 20). • PERATURAN PRESIDEN
– UU-1/2004 tentang Perbendaharaan – Perpres-7/2005 tentang RPJM Nasional
Negara 2004-2009
– UU-15/2004 tentang – Perpres-perpres tentang RKP yang
Pertanggungjawaban Keuangan diterbitkan setiap tahun oleh Presiden.
Negara – Perpres-perpres tentang DAU Daerah
– UU-25/2004 tentang SPPN Provinsi dan Kab/Kota yang diterbitan
– UU-32/2004 tentang Pemerintahan setiap tahun oleh Presiden
Daerah, (terutama psl 150 – 154 dan
psl 179 – 199). • KETENTUAN PENUNJANG :
– UU-33/2004 tentang Perimbangan – Permendagri No 13/2006 tentang
Keuangan antara Pusat dan Daerah, Pengelolaan Keuangan Negara
(terutama pasal 66 – 86). – Permendagri No 57/2007 tentang
Petunjuk Teknis Penataan Organisasi
• PERATURAN PEMERINTAH: Perangkat Daerah
– PP-20/2004 tentang Penyusunan RKP – Permendagri No 59/2007 tentang
– PP-21/2004 tentang Penyusunan RKA- Perubahan Permendagri 13/2006
Kementerian Negara dan Lembaga tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
– PP-55/2005 tentang Dana Perimbangan – SEB Meneg PPN/Kepala Bappenas-
– PP-58/2005 tentang Pengelolaan Mendagri tentang Petunjuk Teknis
Keuangan Daerah Penyelenggaraan Musrenbang Tahunan
– PP-65/2005 tentang Pedoman yang diterbutkan setiap tahun
Penyusunan dan Penerapan SPM – SE Mendagri tentang Pedoman
– PP-72/2005 tentang Desa Penyusunan APBD tahun rencana dan
– PP-73/2005 tentang Kelurahan Pertanggungjawaban Pelaksanaan
– PP-79/2005 tentang Pedoman APBD tahun sebelumnya, yang
Pembinaan dan Pengawasan diterbitkan setiap tahun oleh Mendagri.
Penyelenggaraan Pemerintahan di – SE Mendagri No.140/640/SJ tentang
Daerah Pedoman Alokasi Dana Desa
– Kepmenkes No.1457 tentang SPM
Bidang Kesehatan untuk Kabupaten/
Kota
6
15. – Kepmendiknas No.129a/U/2004 ALUR PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
tentang SPM Bidang Pendidikan DI DAERAH
– Kemen LH No.197/2004 tentang SPM
Bidang Lingkungan Hidup di Daerah
Kabupaten dan Daerah Kota.
• Acuan lain yang perlu diperhatikan:
– Buku Pegangan Penyelenggaraan
Pemerintahan dan Pembangunan
Daerah (Handbook).! diterbitkan setiap
tahun oleh Bappenas
– Grand Strategi Implementasi Otonomi
Daerah (Dalam Koridor UU-32 Tahun
2004)
– Millennium Development Goals
– Prinsip-prinsip Good Governance
– RUU tentang Pelayanan Publik
– Renstra Departemen Kesehatan
– Renstra Departemen Pendidikan
Nasional Khusus tentang proses perencanaan dan
penganggaran di daerah, alur prosesnya
diilustrasikan pada bagan di atas.
PRINSIP-PRINSIP PENYUSUNAN
PERENCANAAN
KANDUNGAN MATERI RKPD
" Teknokratis (Strategis) ! rencana strategis
masa depan, disusun secara sistimatis Dokumen RKPD memuat hal-hal berikut:
berdasarkan teknis perencanaan. – Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah
" Demokratis dan Partisipatif ! Proses – Arah Kebijakan Keuangan Daerah
pengambilan keputusan dan konsensus – Daftar Prioritas Pembangunan Daerah
melibatkan stakeholders luas dan intensif – Program dan kegiatan dirinci menurut
" Politis ! proses melalui konsultasi Fungsi/SKPD, wilayah kerja dengan pagu
melibatkan masyarakat dan kekuatan politis indikatif dan sumber pendanaan
(kepala daerah dan DPRD) dan legalisasi – Daftar usulan kebijakan/regulasi pada
melalui PERDA. tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi maupun
" Bottom-up planning ! mengakomodasi Nasional
aspirasi/kepentingan pembangunan – Rancangan Pendanaan untuk Alokasi
masyarakat dan daerah, sesuai kondisi dan Dana Desa
potensi daerah. – Unit pelaksana kegiatan dan program
" Top-down planning ! sinergi dengan
perencanaan di atasnya serta
memperhatikan tujuan-tujuan PROSES PENYUSUNAN PERENCANAAN DAN
pembangunan nasional PENGANGGARAN TAHUNAN
Proses perencanaan dan penganggaran
ALUR PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN tahunan daerah beserta jadwalnya dapat dilihat
pada bagan berikut:
Menurut UU No 25/2004, alur perencanaan dan
penganggaran diilustrasikan pada bagan
berikut:
7
16. PROSES PENYUSUNAN APBD $ “Partisipatif” (Masyarakat berperan
dalam proses pengambilan keputusan;
$ “Keterbukaan” (akses masyarakat
terhadap informasi yang benar);
$ “Akuntabilitas” (dapat
dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat)
# Tujuan Partisipasi Masyarakat (UU-32/2004)
$ Mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat
$ Menciptakan rasa memiliki terhadap
pemerintahan dan tanggungjawab
pembangunan
$ Menjamin keterbukaan, akuntabilitas
dan kepentingan umum
$ Mendapatkan aspirasi masyarakat dan
RANGKAIAN PROSES MUSRENBANG $ Sebagai wahana untuk agregasi
KABUPATEN/KOTA kepentingan dan mobilisasi dana
ASPEK LEGALITAS YANG MENGATUR
PARTISIPASI PUBLIK DALAM PERENCANAAN
DAN PENGANGGARAN
• UU-25/2004 tentang SPPN
– Pasal 2 ! azas SPPN bertujuan
mengoptimalkan partisipasi masyarakat
– Pasal 9-12; 16-18; 22-27 ! kedudukan
Musrenbang dalam proses
perencanaan
– Penjelasan UU-25/2004 bagian Umum
butir 3 ! pendekatan dalam
keseluruhan rangkaian perencanaan
PERSIAPAN YANG PERLU DILAKUKAN DAERAH • UU-32/2004 tentang Pemerintahan Daerah
– Pasal 139 ! hak masyarakat dalam
• Menyiapkan dana dan logistik penyiapan atau pembahasan
• Pembentukan Tim (RKPD, Renja SKPD) dan rancangan Perda
Struktur Tim, misal : – Pasal 150-151 ! upaya mendorong
– Tim Penyusun partisipasi masyarakat.
– Tim Konsultasi
– Tim PembahasTerfokus (FGD) • UU-10/2004 tentang Pembentukan
– Tim Fasilitator Peraturan Perundangan.
• Identifikasi dan analisis stakeholders – Pasal ! hak masyarakat memberikan
• Menyiapkan agenda/kalender penyusunan masukan dalam penyiapan atau
dokumen perencanaan RKPD pembahasan rancangan PERDA
• Menyiapkan panduan/pedoman penyusunan
rencana, serta pelaksanaan forum SKPD • PP-40/2006 tentang Tata Cara Penyusunan
dan musrenbang Rencana Pembangunan Nasional (pasal 4,
5, 10,12,15, 23)
PERANSERTA MASYARAKAT • SEB Meneg PPN/Kepala BAPPENAS dan
MENDAGRI tentang Petunjuk Teknis
# Asas penting yang membuka peranserta Pelaksanaan (diterbitkan setiap tahun).
dalam UU 25/2004
$ “Kepentingan Umum”
(mendahulukan kesejahteraan umum
secara aspiratif, akomodatif dan
selektif);
8
17. ISU KUNCI PARTISIPASI PUBLIK DALAM meningkatkan partisipasi publik dalam
PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN proses perencanaan dan penganggaran
pembangunan daerah.
• Keterbatasan kemampuan organisasi
• Kekurangjelasan peranan, fungsi dan masyarakat sipil untuk menjalankan peran
jurisdiksi partisipasi publik dalam proses yang efektif dalam proses perencanaan dan
perencanaan dan penganggaran penganggaran daerah
• Peraturan perundangan hanya mengatur
partisipasi publik sebatas perencanaan KEBUTUHAN PENGUATAN LEGALITAS
dalam bentuk: jaring aspirasi/konsultasi PARTISIPASI PUBLIK DALAM PERENCANAAN
publik dan partisipasi dalam forum SKPD & DAN PENGANGGARAN
musrenbang
Perlunya ketentuan yang mengatur agar:
• Kekurangefektifan Musrenbang untuk • Keterlibatan wakil CSO dalam Tim Penyusun
mempengaruhi proses alokasi anggaran dokumen perencanaan dan penganggaran
• Partisipasi masyarakat dalam proses • Dalam proses penyusunan perencanaan
formulasi, implementasi, pemantauan dan dan penganggaran dilakukan FGD yang
evaluasi anggaran, transparansi dan melibatkan CSO yang berkompeten
akuntabilitas merupakan elemen vital untuk • Konsultasi publik terlebih dahulu sebelum
menciptakan keadilan sosial dan keputusan penetapan dari setiap dokumen
mengurangi konflik. perencanaan dan anggaran
• Terdapat prakarsa di sejumlah daerah untuk
9
18. 2.2. BAGAN ALIR PENYUSUNAN DOKUMEN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
DAN RENCANA KERJA SKPD (RENJA SKPD)
10
22. 3.1. PERAN DAN FUNGSI FASILITATOR
DALAM PERENCANAAN DAERAH DAN DASAR-DASAR
TEKNIK FASILITASI
WIDJONO NGOEDIJO
PLANNING ADVISOR
DEDI HARYONO
WJRO-TRAINING & PUBLICATION SPECIALIST
SRI PANTJAWATI HANDAYANI
WJRO-PLANNING SPECIALIST
Proses perencanaan partisipatif melibatkan diperlukan untuk membangun kesepa-
berbagai kelompok stakeholder dan haman dan mencapai kesepakatan.
menggunakan berbagai mekanisme pertemuan
seperti musyawarah pembangunan daerah (2) Meningkatkan partisipasi dan produktivitas
(musrenbangda), focus group discussions, forum konsultasi.
konsultasi, kelompok kerja untuk terwujudnya Perencanaan dan metoda fasilitasi serta
pertukaran informasi dan pemikiran; terjadinya implementasinya merupakan prasyarat
dialog dan pembahasan tentang berbagai isu, penting untuk keberhasilan proses dan
strategi, kebijakan dan program serta mekanisme partisipasi. Fasilitasi menjamin
kesepakatan tentang tindakan yang perlu terselenggaranya pertemuan dan konsultasi
dilakukan. Namun berbagai mekanisme yang fokus, terstruktur baik dalam kaitan
pertemuan partisipatif tersebut di atas hanya dengan pencapaian tujuan pertemuan,
akan mencapai tujuannya apabila difasilitasi yaitu sehingga partisipasi stakeholder menjadi
diorganisasikan, distrukturkan, difokuskan dan optimal.
diberikan dukungan yang memadai. Oleh karena
itu peranan fasilitator dalam proses Prinsip-prinsip dalam Fasilitasi
perencanaan partisipatif memegang peranan
sangat penting. Adapun prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan
dalam fasilitasi:
Dengan demikian, dalam proses perencanaan (1) Setiap partisipan memiliki legitimasi untuk
partisipatif, peranan fasilitator sangat penting mengekspresikan dan menegosiasikan
untuk: aspirasi dan kepentingannya
1) Mengorganisasikan proses dialog dan (2) Perlu ada ’logical framework’. Fasilitasi perlu
pembahasan dilandasi logical framework yang merujuk
2) Menstrukturkan kesepakatan tindakan yang pada proses pengambilan keputusan
perlu dilakukan strategis, untuk memastikan diskusi yang
3) Memfokuskan pembahasan fokus dan terdapatnya hasil-hasil yang nyata
4) Mendukung agar proses pertukaran dari pertemuan. Untuk itu, fasilitator perlu
informasi dan pemikiran dapat berlangsung dapat memastikan diskusi tetap berada pada
jalur pembahasan serta efisien dan efektif
Tujuan Fasilitasi dalam penggunaan waktu/manajemen
waktu
Tujuan utama fasilitasi adalah sebagai berikut: (3) Fasilitator mempunyai peranan untuk
memastikan bahwa proses dan mekanisme
(1) Menciptakan suasana pertemuan yang partisipatif menghasilkan keluaran yang
konstruktif dan interaktif . diharapkan
Fasilitasi yang baik menciptakan suasana (4) Fasilitator idealnya memiliki pengetahuan
pertemuan yang mendorong peserta untuk dan pengalaman memberikan fasilitasi dan
menyampaikan pendapat dan aspirasinya kemampuan untuk mengaplikasikan teknik
secara bebas berbasis saling menghormati, fasilitasi pada substansi yang dibahas
dimana masing-masing peserta ber- (5) Fasilitator mampu mengidentifikasi
partisipasi secara aktif dalam diskusi dan ’technical tools’ yang tepat (seperti ruang
pemecahan masalah. Fasilitasi menghi- pertemuan yang memenuhi syarat,
langkan hambatan atau kendala dan penyusunan agenda pertemuan, program
menciptakan suasana informal yang kegiatan, persiapan makalah, materi,
14
23. logistik, alat peraga, meta plan, flip charts akan dilakukan tindak lanjut atau
dsb yang diperlukan) implementasi hasil pertemuan.
Langkah- Langkah Fasilitasi Fungsi (Tim) Fasilitator:
Adapun langkah- langkah utama dalam fasilitasi: Fungsi (tim) fasilitator dalam Perencanaan dan
(1) Tetapkan secara jelas maksud dan tujuan Penganggaran Tahunan Daerah adalah sebagai
pertemuan, apa keluaran utama yang harus berikut:
dihasilkan dan proses yang diperlukan. Mendorong dan menjembatani sinergitas
Untuk ini dapat disiapkan Kerangka Acuan tiga pilar Pemda-DPRD-Masyarakat dalam
(Terms of Reference) pertemuan proses penyelenggaraan pembangunan.
(2) Gunakan teknis visualisasi dan moderasi Mendorong dan memfasilitasi terbitnya
yang efektif untuk mengorganisasikan peraturan perundangan yang memenuhi
pendapat, prakarsa atau gagasan secara kriteria good governance.
partisipatif Mencermati dan mengkritisi proses
(3) Berusaha mendengar semua kontribusi penyelenggaraan pembangunan, khusus-
pemikiran peserta dan mencoba nya di bidang perencanaan dan
mensarikan/menyimpulkan atau mengorga- penganggaran (kabupaten/kota, kecamatan,
nisasikan pendapat dan gagasan yang desa)
dikemukakan. Dalam kegiatan musrenbang, dapat
(4) Siapkan ’logical structure’ diskusi untuk berfungsi :
memastikan fokus pembahasan dan Membantu/mendampingi Tim Penye-
terdapatnya hasil yang nyata dari pertemuan. lenggara Musrenbang dalam :
(5) Ciptakan suasana yang menyenangkan dan 1. Menyusun agenda dan jadwal
informal untuk mendorong terwujudnya musrenbang mulai dari tingkat
interaksi yang bebas di antara peserta desa/kelurahan sampai dengan
pertemuan Musrenbang Kab/Kota.
(6) Usahakan agar setiap partisipan berbicara 2. Menyusun kriteria pemilihan
dan memberikan kontribusi dengan stakeholder/peserta Musrenbang
memberikan apresiasi atas apa yang untuk setiap tingkatan Musrenbang.
dikemukakan dan dukungan emosional 3. Menyusun panduan penyeleng-
(7) Ciptakan dialog yang positif dan konstruktif garaan untuk setiap tingkatan
(8) Konsolidasikan hasil pembahasan ke arah Musrenbang.
pencapaian kesepakatan (konsensus) 4. Menyiapkan bahan/materi Mus-
(9) Ciptakan kondisi kondusif untuk terdapatnya renbang
komitmen pada akhir pertemuan untuk 5. Mengelola pelaksanaan dan paska
menindaklanjuti atau mengimplementa- Musrenbang
sikan hasil pertemuan. Partisipan perlu Memandu dan memantau pelaksanaan
mengetahui secara jelas apa tindakan Musrenbang
selanjutnya yang akan dilakukan. Untuk itu Membantu para delegasi/peserta dalam
perlu disusun Naskah Kesepakatan yang menjalankan tugasnya di forum
ditandatangani seluruh partisipan. Selain itu, Musrenbang
fasilitator perlu memastikan adanya Memandu dan memantau tindaklanjut
pencatatan nama, alamat, dan kontak pelaksanaan Musrenbang.
partisipan agar memudahkan pada saat
PERAN SEORANG FASILITATOR
Mampu menjaga obyektifitasnya
Peran utama dari seorang fasilitator adalah menjaga keobyektifitas proses dari seluruh tahapan. Sementara di
satu sisi peran fasilita-tor lebih seperti seorang konduktor orkestra yang ingin menghasillkan musik kelas dunia,
sisi lainnya lebih mirip wasit yang tidak memihak yang sadar akan pentingnya meme-lihara sikap netral terhadap
apa yang akan dihasilkan oleh kelompok. Seorang fasilitator akan mengenyam-ping-kan pendapat pribadinya
atas pendapat kelompok, bersikap hati-hati untuk tidak mem-be-ri-kan reaksi negatif terhadap pendapat orang
lain, serta menjaga untuk tidak terpengaruh dengan data yang dihasilkan kelompok. Sikap netral ini mencakup
kemampuan untuk meredam kritik, kemarahan dan frustasi dengan sikap tidak menantang jika energi kelompok
dirasakan memuncak.
Kemampuan atau peran menyelaraskan keragaman penda-pat dalam kelompok lebih merupakan sebuah tuntutan
yang harus melekat dalam diri seorang fasilitator. Yang diper-lukan tidak hanya meto-do-logi, tapi juga pemahaman
dasar mengenai kehidupan dan kebijakan mutlak serta kebesaran setiap manusia. Hal ini memerlukan sikap
mental yang kokoh, selalu berpikiran positif terha-dap suatu situasi, dan terbiasa untuk mem-berikan jawaban
“ya” terlebih dahulu sebe-lum menjawab “tidak”.
15
24. KUALIFIKASI FASILITATOR Keterampilan
Untuk dapat mengkoordinasikan dan Memiliki keterampilan fasilitasi atau
memandu pelaksanaan Musrenbang telah berpengalaman dalam menfasil-
secara efisien dan efektif, seorang itasi pertemuan, forum, lokakarya atau
fasilitator perlu memenuhi kriteria focus group discussions. Keterampilan
sebagai berikut: lain yang diperlukan adalah kemimpinan,
keterampilan presentasi, kompilasi dan
Pendidikan analisis informasi perencanaan (berfikir
strategis), komunikasi verbal maupun
Sekurang-kurangnya adalah lulusan tertulis, kemampuan memberikan
Sarjana (S1) atau yang setaraf alasan, argumentasi, negosiasi, dan
dengan latar belakang pendidikan lebih dihargai yang memiliki keterampilan
berkaitan dengan administrasi, komputerisasi.
perencanaan, sosial, ekonomi, politik
pembangunan atau bidang-bidang Sikap, Nilai dan Kualitas
lain berkaitan dengan pembangunan Personal
daerah. Untuk fasilitator Musrenbang
Kecamatan/Desa/Kelurahan Fasilitator perlu menunjukkan sikap
sekurang-kurangnya lulusan Sarjana dan menjunjung nilai-nilai yang
Muda dengan latar belakang diperlukan untuk mewujudkan tata
pendidikan seperti di atas. kelola pemerintahan daerah yang baik
seperti keberpihakan pada kelompok
Pengetahuan masyarakat miskin, penguatan peranan
perempuan dalam pembangunan,
Memiliki pengetahuan berkaitan pencapaian sasaran MDGs (Millennium
dengan desentralisasi dan otonomi Development Goals), komitmen untuk
daerah, berbagai aspek berkaitan mendorong partisipasi masyarakat
dengan pemerintahan daerah seperti secara optimal dalam pengambilan
peraturan dan perundangan, keputusan pembangunan daerah,
perencanaan, penganggaran, keadilan sosial, efisiensi penggunaan
administrasi, organisasi dan tata sumber daya dan dana, pemberan-
kelola pemerintahan daerah, peranan tasan KKN, konservasi sumber daya
legislatif dan organisasi masyarakat alam, keanekaragaman budaya lokal
sipil dalam pembangunan daerah. dan pembangunan daerah berkelan-
jutan. Ia juga perlu menunjukkan etika
Pengetahuan khusus professional yang tinggi.
Fasilitator perlu memliki pengetahuan Fasilitator perlu juga memiliki kualitas
tentang tata cara penyusunan personal seperti motivasi, komitmen
program, kegiatan SKPD, indikator dan entusiasme yang tinggi untuk
kinerja kegiatan dan rencana kerja memandu Musrenbang, kemauan
anggaran (RKA-SKPD) sesuai belajar, mendengar, dan kemampuan
dengan PERMENDAGRI 13/2006 dan berdaptasi terhadap situasi pertemuan
perubahannya (PERMENDAGRI 59/ yang dihadapi; memiliki integritas yang
2007). tinggi dan mampu bekerjasama
dengan berbagai pihak untuk mencapai
suatu kesepakatan (consensus) hasil
Musrenbang
16
25. DASAR-DASAR TEKNIK FASILITASI
BAHTIAR FITANTO
EJRO-TRAINING & PUBLICATION SPECIALIST
Peran dan Sikap Fasilitator melibatkan masyarakat di dalamnya. Dalam
kerangka tersebut peran fasilitator menjadi salah
Dunia fasilitasi menjadi kian mengemuka satu hal yang cukup mengemuka. Dan
belakangan ini seiring dengan berkembangnya karenanya fasilitator kemudian menjadi sebuah
era otonomi daerah. Proses pembangunan profesi pilihan yang cukup menjanjikan masa
dengan semangat partisipasi melatarbelakangi depan bagi sebagian orang.
semakin berkembangnya proses-proses yang
Pemberdayaan Masyarakat dan Pola budaya yang pertama umumnya cenderung
Mitos Pembangunan melihat persoalan kemasyarakatan sebagai
permasalahan yang njlimet (rumit) dan seringkali
Dalam ranah pemberdayaan masyarakat, Cham- terjebak pada keadaan tidak mampu memberikan
bers (dalam Nasution, 1998) menyatakan bahwa saran secara konkret bagi pembangunan
terdapat dua pola budaya dari luar sistem masyarakat. Sedangkan pola budaya kedua,
masyarakat (community system) yang akan lebih memandang persoalan masyarakat
melahirkan bias atau persepsi yang salah sebagai fenomena lingkungan sekitar yang
terhadap sistem dan komponen-komponen mudah diatasi secara teknis semata. Sehingga
sistem masyarakat yang diharapkan menjadi pendekatan yang dilakukan adalah seringkali
intended beneficiaries dari program pendekatan proyek pembangunan dan bantuan
pengembangan masyarakat (community devel- sosial-materi belaka.
opment programs). Kedua pola budaya tersebut
adalah: (1) pola budaya negatif ilmuwan yang Kedua pola pendekatan budaya ini tidak selalu
melakukan kajian-kajian kritis yang sepertinya berhasil melahirkan pola pendekatan yang
tidak terbatasi oleh waktu; dan (2) pola budaya terpadu diantara keduanya. Masing-masing pola
positif para agen pembangunan (baik pemerintah budaya tersebut cuma menunjukkan sisi
maupun non-pemerintah) yang umumnya persepsional mereka saja terhadap masyarakat,
terbatasi oleh waktu dan harapan terhadap hasil bukan didasarkan pada realitas yang terjadi pada
nyata yang cepat kelihatan.
17
26. masyarakat. Kenjlimetan pola budaya yang
pertama dan ketergesaan pola kedua seringkali Atas dasar pijak hal tersebut, maka kemudian
tidak dapat menjawab persoalan dinamika menyeruaklah peran fasilitator sebagai sebuah
masyarakat. Kedua pola budaya ini kemudian tantangan yang dibutuhkan untuk
melahirkan bias dalam pembangunan. mempertemukan berbagai perbedaan pandang
secara damai. Peran fasilitator menjadi penting
Zaltman dan Duncan (dalam Nasution, 1998) manakala semakin banyak orang yang
menyebut kedua bias tersebut sebagai bias membutuhkan mengambil keputusan secara
rasional (rasionalistic bias) dan bias teknokrasi berkelompok atau secara bersama-sama harus
(technocratic bias). Rasionalistic bias adalah merencanakan, membuat inovasi, implementasi
bias yang terjadi karena para ilmuwan merasa dan berbagi tanggung jawab. Fasilitatorlah yang
bahwa tugas yang mereka emban hanya sebatas memiliki tanggungjawab untuk mengerahkan
memberikan informasi tentang perubahan- energi yang luar biasa tersebut untuk membuat
perubahan yang perlu dilakukan oleh sesuatu yang tidak mungkin mereka putuskan
masyarakat. Para ilmuwan ini yakin bahwa sendirian.
secara otomatis masyarakat akan melakukan
informasinya karena sangat logis. Bias ini
mencerminkan kenaifan pandangan sebagian Apa itu Fasilitator?
ilmuwan dan agen pembangunan tentang sistem
kepercayaan dan sistem nilai masyarakat Fasilitasi adalah membuat lebih mudah atau
tentang perubahan. Sedangkan technocratic tidak terlalu sulit.
bias adalah bias yang lahir sebagai akibat
keyakinan sebagian ilmuwan dan agen Fasilitator adalah orang yang membuat kerja
pembangunan bahwa anggota masyarakat pasti kelompok menjadi lebih mudah karena
dapat mengimplementasikan berbagai gagasan kemampuannya dalam menstrukturkan dan
perubahan yang didesain oleh ilmuwan atau memandu partisipasi anggota-anggota
agen pembangunan. kelompok. Pada umumnya fasilitator bekerja
dalam sebuah pertemuan atau diskusi. Akan
Bias ini seringkali menjadi suatu persimpangan tetapi seorang fasilitator juga dapat bekerja di
jalan antara persepsi ilmuwan atau agen luar pertemuan. Tetapi pada prinsipnya seorang
pembangunan yang meyakini masyarakat yang fasilitator harus mengambil peran netral (dengan
harus mengikuti rekomendasinya sebagai suatu banyak bertanya dan banyak mendengarkan)
hal yang logis dengan persepsi masyarakat ketika membantu sebuah kelompok atau
tentang perubahan dimasa depan. Karenanya, pertemuan.
seringkali pada akhirnya ditempuh jalan pintas
untuk mengatasi persimpangan yang terjadi. Fasilitasi adalah pertemuan sekelompok orang
Jalan pintas yang diambil tersebut pada yang menghadirkan fasilitator sebagai
umumnya didasarkan pada mitos-mitos tentang perancang dan pengelola proses kelompok agar
pemberdayaan masyarakat dengan pondasi kelompok dapat mencapai tujuannya. Sebuah
berbagai bias-bias di atas. Jelas bahwa mitos fasilitasi juga bisa berarti sebuah pertemuan
bukanlah realitas yang terjadi dalam masyarakat antara dua orang fasilitator dan satu orang lain
Karenanya hampir bisa dipastikan pembangunan yang menerima bantuan dan panduan dalam
masyarakat yang dilakukan akan menemui prosesnya.
kegagalan dalam memberdayakan masyarakat
itu sendiri karena tidak dibangun di atas realitas. Kelompok adalah kumpulan individu-individu
yang karena alasan-alasan tertentu
Dengan dasar filosofi semacam ini, maka jelas memutusakan untuk bersama. Waktu hidup
sekali bahwa konsep community based devel- kelompok ada yang pendek ada pula yang
opment sangat menekankan pada peran serta panjang dan bentuknya ada yang sesuai dengan
masyarakat, baik pada tataran perencanaan rencana awal tapi ada juga yang terbentuk
pembangunan sampai dengan tahap dalam perjalanan proses.
implementasinya. Hanya dengan mendudukkan
masyarakat sebagai subyek pembangunan Tim (team) adalah sejenis kelompok yang
maka akan terciptalah apa yang disebut sebagai anggota dan pimpinannya sangat dekat dalam
development for society (pembangunan untuk bekerja sama menncapai hasil kesepakatan
masyarakat) dan bukannya society for develop- yang menguntungkan. Kata ‘tim’ berimplikasi
ment (masyarakat untuk pembangunan) seperti pada kemandirian dan sinergi; tim juga bisa
yang selama ini pembangunan kita rasakan. dibayangkan seperti kelompok yang berfungsi
18
27. dengan sangat baik. Dalam situasi pencapaian
tujuan dan tugas sebagai sebuah kelompok,
sebuah tim dapat berubah menjadi satu unit
kohesif dan mampu memperbaiki keahlian Lantai 3 Ketrampilan merancang proses:
- Merancang struktur dan alur pertemuan
anggota timnya.
Ketrampilan mengelola dinamika kelompok:
Lantai 2 - Mendorong dialog multi arah
Keahlian fasilitasi dewasa ini telah menjadi alat
komunikasi yang sangat penting, terutama bagi Ketrampilan komunikasi interpersonal:
kelompok-kelompok atau tim yang memerlukan Lantai 1 - Menyimak, bertanya, menggali, merangkum
untuk membuat sebuah keputusan atau
kesepakatan bersama serta memerlukan setiap Sikap dasar fasilitator:
Lantai Dasar - Mengolah kecerdasan emosional
masukan, dukungan, kreatiftas dan kolaborasi. - Minat, empati, percaya pada kelompok, positif
Fasilitasi adalah Ilmu Sekaligus Seni
Seorang fasilitator bekerja dengan Tim memerlukan fasilitator untuk pertemuan-
mengaplikasikan satu set keahlian spesifik dan pertemuan mereka, sama pentingnya dengan
metode, teknologi kelompok, digabung dengan pengajaran dan pelatihan kerjasama tim.
perhatian cermat dan sensitifitas pada orang lain. Memfasilitasi sebuah kelompok membutuhkan
Dengan cara itu, maka seorang fasilitator akan pengetahuan bagaimana sebuah tim membangun
membawa kelompok pada penampilan diri dari waktu ke waktu dan kemampuan untuk
terbaiknya. mengejar dan mendemonstrasikan pada tim
proses dan metode kelompok. Dibanyak
Keahlian fasilitator meramu teknologi kelompok kelompok atau organisasi, pemimpin tim
dengan gaya pribadinya, diselingi dengan biasanya juga berperan sebagai fasilitator tim
kreatifitas dan energi, maka akan menciptakan pada saat yang bersamaan.
sebuah seni fasilitasi. Dengan semacam ini,
maka kelompok yang difasilitasi akan dapat Peran fasilitator tidak hanya dibutuhkan dalam
beroperasi dengan fleksibilitas dan kreatifitas kelompok masyarakat ataupun dalam pertemuan
maksimum dalam batasan yang realistik. yang melibatkan banyak orang dengan latar
belakang yang berbeda. Bahkan bagi sebuah
perusahaan dan organisasi, yang harus
Tingkatan Fasilitasi mendengarkan masukan-masukan klien, sup-
plier dan pihak-pihak lain yang terkait dengan
Ada tiga tahapan perkembangan fasilitator secara pekerjaan atau bisnis mereka. Dan itu artinya,
umum. Dan semakin tinggi tingkatannya, akan akan dibutuhkan banyak pertemuan-pertemuan,
semakin rumit tugas yang diembannya. tatap muka, kerjasama tim dengan orang-orang
Biasanya dipisahkan dengan 1) Fasilitator yang beragam serta dari berbagai tingkatan
Pertemuan, 2) Fasilitator Kelompok/Tim, dan 3) manajemen. Dalam kelompok dengan beragam
Fasilitator Organisasi. anggota semacam ini, maka peran fasilitator
akan sangat dibutuhkan. Yakni, seseorang yang
Pada tingkatan dasar, atau fasilitator pertemuan, bisa mengelola pertemuan, mengantarkan
peran fasilitator lebih banyak berguna untuk diskusi, dan memindahkan orang dari diskusi
mengarahkan sebuah diskusi atau pertemuan. ke konsensus.
Pada tahapan selanjutnya, fasilitator pada
tingkat kelompok/tim diperlukan untuk bekerja Siapapun yang memimpin pertemuan hendaklah
dengan tim yang sudah berjalan, tim-tim mandiri, orang yang netral, tidak merasa terancam oleh
dan tim proyek lintas fungsi. Sedangkan pada berbagai macam opini dan perbedaan pendapat
tingkatan berikutnya, yaitu fasilitator organisasi, para anggota pertemuan.
memiliki keahlian yang tinggi, berpengalaman
dalam memfasilitasi berbagai pertemuan,
mengerti secara benar topik-topik yang menjadi Fasilitasi dan Kepemimpinan
bahasan dan kultur yang dihadapi oleh sebuah
organisasi. Fasilitator pada tingkatan ini Sebuah fasilitasi yang efektif akan membuat
seringkali menghasilkan gagasan-gagasan besar kerja kelompok menjadi lebih mudah. Seorang
perubahan kelompok. fasilitator tidak hanya membantu untuk
mendiskusikan sebuah isu, tetapi juga harus
memandu kelompok untuk merancang dan
19
28. mencapai hasil-hasil yang belum teridentifikasi Fasilitator memang mengambil resiko, seperti juga
sebelumnya. Anggota kelompok hendaknya seorang pemimpin, tetapi hanya di arena proses
didiorong untuk sampai mereka merasa terlibat kelompok terjadi.
dan berguna dalam sebuah pertemuan,
bukannya merasa membuang-buang waktu Pemimpin yang dapat berperan sebagai fasilitator
hanya untuk sebuah pertemuan. meramu perannya sebagai pemimpin visioner
dan pengatur dengan peimimpin yang
Salah satu ciri fasilitasi yang efektif adalah bisa mendengarkan dan memberdayakan. Sebagai
dilihat pada keterlibatan anggota secara aktif pemimpin yang fasilitatif, dia akan selalu
dan adanya perasaan memiliki dan berguna, melibatkan pengikutnya semaksimal mungkin
metode-metode fasilitasi dapat digunakan secara dalam pembentukan visi dan misi, serta
tepat, dan hasil-hasil terukur yang dapat dicapai membangun sebauh tim yang kohesif. Dari sisi
dan berkontribusi pada kemajuan kelompok. ini, fasilitasi tidak bisa dipisahkan dari
pendekatan kepemimpinan.
Fasilitator harus berhati-hati agar tidak mudah
menyelahkan peserta pertemuan akan Nilai-nilai Dasar Partisipasi
kegagalan-kegagalan hasil sebuah pertemuan,
ataupun juga mudah mencela hasil-hasil yang Secara umum ada 4 nilai yang perlu diperhatikan
dicapai dalam sebuah pertemuan. fasilitator:
Bagaimanapun juga, tanggungjawab terpenting
yang diemban seorang fasilitator adalah Partisipasi Penuh
menghormati kebebasan berpendapat dalam Kadang-kadang ada sebagian orang yang tidak
kelompok, seraya mengingatkan keuntungan mengatakan apa yang mereka pikirkan
dan kerugian yang akan mereka raih dari hasil sesungguhnya. Seringkali terjadi proses editing
keputusan yang diambil. Perlu untuk selalu sebelum seseorang mengungkapkan
mengingat bahwa tanggung jawab fasilitator pendapatnya. Fasilitator harus berhati-hati
adalah mengantarkan kelompok untuk mencapai terhadap hal-hal seperti ini, dan seorang fasilitator
tujuannya dengan menggunakan metode yang harus dapat membantu orang yang
berkualitas. mengalaminya agar dia dapat mengungkapkan
hal yang dipikirkannya secara terbuka dan
Fasilitator memimpin kelompok dengan menjaga pendapatnya agar tidak mendapatkan
memberikan kelompok alat dan metode untuk serangan pendapat yang prematur dari peserta
menolong anggota kelompok belajar produktif diskusi yang lain.
secara bersama-sama. Seorang fasilitator,
bagaimanapun juga bukanlah orang yang akan
menentukan visi dan kehendak kelompok.
Karena sebenarnya hal tersebut adalah peran
seorang pemimpin. Dalam bekerja, seorang
fasilitator bekerja netral terhadap visi dan misi
yang dipegang kelompok.
Fasilitator haruslah selalu mengingatkan peserta
agar mereka tidak mengangapnya sebagai
seorang pemimpin- mengajarkan pada kelompok
untuk tidak bergantung padanya. Fasilitator
harus melepaskan kehendak mempengaruhi
keputusan dan keinginan untuk dilihat sebagai
“sang ahli”.
Hal ini karena anggota kelompok dalam sebuah
proses tersebut sedang meningkatkan Kesepahaman Mutual
keterampilan mereka dalam mengambil keputusan Kelompok tidak akan dapat mencapai pemikiran
dan memecahkan masalah dalam kelompok. Para yang terbaik bila tidak ada saling mengerti antara
fasilitator memang mempengaruhi kesuksesan satu dengan yang lain. Seorang fasilitator harus
kelompok, tetapi tidak pada substansi pekerjaan membantu kelompok untuk menyadari
kelompok, mereka hanya terlibat dalam panduan produktivitas tim dibangun atas dasar
proses, keterampilan kelompok dan struktur. kesepahaman yang saling menguntungkan.
20
29. Solusi Inklusif Fasilitator adalah manajer proses kelompok.
Banyak orang yang terjebak dengan cara berpikir Fasilitator berperan dalam mengelola proses dan
konvensional, dimana dalam memecahkan bersikap netral terhadap isi diskusi. Proses
masalah dan memecahkan konflik cenderung bagaimana anggota kelompok berkerja bersama,
masih memilih salah satu atau dua usulan dari bagaimana anggota berinteraksi satu sama lain,
peserta. Fasilitator berpengalaman harus tahu bagaimana keputusan dibuat dan bagaimana
bagaimana mengelola kelompok agar seluruh anggota hadir.
menemukan ide-ide yang inovatif. Fasilitator
harus memahami mekanisme membangun Perlu dicatat bahwa proses dan isi selalu hadir
kesepakatan yang berkelanjutan. Ketika setiap waktu dalam kerja-kerja kelompok, dan
kelompok menemukan ide-ide baru yang inovatif fasilitator harus memandu dan mengelola proses
tersebut, maka kadang mereka akan memiliki supaya kelompok dapat memfokuskan energi
harapan yang lebih baik akan efektifitas dan kreatifitas mereka pada isi atau materi
kelompok. pembicaraan. Untuk memandu proses, fasilitator
akan menggunakan berbagai metode untuk
Berbagi Tanggungjawab memperjelas dan mempermudah kelompok
Banyak hal yang menjadi penyebab kegagalan mencapai hasil yang diharapkan.
pertemuan yang melibatkan banyak pihak. Salah
satu diantara penyebab tersebut antara lain
adalah peserta yang mendominasi pertemuan. Tanggung Jawab Fasilitator
Seorang fasilitator memiliki kesempatan da
tanggungjawab dalam hal mengajari anggota Fasilitator yang efektif memiliki tanggungjawab:
kelompok cara mendesain dan mengelola shar- - Selalu netral atas isi atau materi pertemuan;
ing yang efektif, pemecahan masalah dan proses - Merancang partisipasi;
pengambilan keputusan. Ingatkan akan kerugian - Memastikan keseimbangan partisipasi;
memiliki agenda yang buruk dan ketidakjelasan - Mendorong dialog diantara peserta;
tujuan pertemuan yang ingin diraih. - Menyediakan struktur dan proses untuk kerja
kelompk;
- Mendorong perbedaan pandangan ke arah
Peran Fasilitator yang positif;
- Mendengarkan secara aktif dan mendorong
Fasilitasi berasal dari kata “facile” yang berarti peserta yang lain untuk melakukan hal yang
“mudah” yang artinya “membuat sesuatu sama;
menjadi lebih mudah”. Peran fasilitator membuat - Mencatat, mengorganisir, dan meringkas
kelompok menjadi sukses dan mudah dengan masukan dari anggota;
menggunakan proses kelompok yang efektif. - Mendorong kelompok untuk mengevaluasi
Fasilitator akan menganjurkan anggota sendiri perkembangan dan kemajuan kerja;
kelompok menggunakan metode yang paling - Melindungi anggota kelompok dan idenya dari
efektif untuk mnyelesaikan tugas secara efisien serangan atau pengabaian perhatian;
dan bermanfaat, dengan tetap memberi waktu - Meyakinkan bahwa kelompok itu kumpulan
kepada ide-ide atau alternatif lain. Fasilitator pengetahuan, pengalaman dan kreatifitas.
menempatkan dirinya sebagai seorang Gunakan metode dan teknik fasilitasi untuk
pemandu, pembantu dan katalisator untuk menggali sumberdaya ini.
membantu kelompok menyelesaikan
pekerjaannya.
Menciptakan Perubahan
Dimana Saja
Fasilitator dan pemimpin dituntut untuk memiliki
cita rasa kemanusiaan dan spirit dalam
organisasi. Dengan proses partisipatif yang
dirancangnya, seorang fasilitator mampu
mendorong kelompok untuk aktif berkreasi dan
berinovasi. Peran ini tidak hanya terbatas pada
ruangan pelatihan saja. Melainkan juga dapat
dimainkan dalam kehidupan sehari-hari.
21
30. Jika dengan kreatifitas dan inovasi kelompok aspek-aspek yang hanya berkaitan dengan
dapat dibangun oleh fasilitasi, maka dengan anda.
sendirinya fasilitator mampu menciptakan
berbagai perubahan dengan menggunakan alat, Empati
metode, teknik dan keterampilan yang Sebagai fasilitator anda haruslah mampu
dikuasainya. Kemampuan ini sangat penting dan menempatkan diri dalam situasi yang dihadapi
bermanfaat ketika fasilitator berada dalam orang lain guna memahami perspektif yang
situasi seperti di Indonesia sekarang ini. mereka miliki terhadap isu-isu tertentu.
Fasilitasi dapat membantu perorangan atau
kelompok untuk merencanakan sesuatu dan Empati menjadi sangat penting ketika kita
memecahkan masalah. bekerja dengan komunitas untuk bisa mengerti
keragaman kondisi, situasi dan kepentingan
Maka, dapat dibayangkan seandainya, mereka. Hal ini terkadang sulit untuk dilakukan,
kemampuan fasilitasi akan semakin banyak karena kita harus bebas daripersepsi orang lain
tersebar, maka, anda akan dapat bayangkan dan harus bekerja keras untuk menempatkan
betapa banyak ide dan inovasi baru yang akan diri kita dalam posisi tertentu.
keluar pada berbagai pertemuan. Akan semakin
banyak terobosan terhadap berbagai macam Tantangan terbesar dalam hal ini, bila anda
kebuntuan ide. Hal ini tentu saja akan mendorong memfasilitasi sebuah kelompok, maka anda
terjadinya berbagai perubahan sosial, karena harus bisa berempati kepada banyak orang
sesungguhnya, fasilitator juga adalah ‘agen secara bersama-sama. Tetapi bila anda bisa
perubahan’. mengembangkan sikap ini, maka ganjarannya
adalah orang akan lebih percaya kepada anda
dan karenanya mereka juga akan responsif. Yang
Sikap Dasar Fasilitator sulit adalah bersikap empati dengan menjaga
kenetralan.
Sikap seseorang adalah merupakan kombinasi
dari nilai yang dianut, keyakinan, opini, Berpikir Positif
pendidikan dan pengalaman masa lalu yang Hal ini berarti bahwa apapun pendapat,
membentuknya. Sikap ditunjukkan dengan pandangan, perilaku, jender ataupun latar
beragam cara, antara lain lewat pendapat, kata- belakang seseorang, anda harus selalu
kata, nada suara, bahasa tubuh, raut muka dan menghormati keunikan setiap individu dan
perilaku dalam kelompok. menghargai potensi yang dimilikinya. Anda harus
menerima orang lain apa adanya ketika anda
Ada beberapa sikap dasar yang harus dimiliki bekerja sebagai seorang fasilitator. Bila anda
oleh seorang fasilitator. Mengapa sikap dasar dapat menghargai perbedaan-perbedaan ini,
ini penting? Karena, setiap fasilitator pastilah maka anda akan mampu untuk memfasilitasi
menghadapi berbagai kelompok dengan latar mereka.
belakang yang beragam. Karenanya, setiap
fasilitator haruslah memiliki beberapa sikap dasar Percaya
berikut. Hal ini berarti sebagai fasilitator Anda harus
mempercayai potensi kelompok yang Anda
Minat fasilitasi untuk mempunyai kemampuan dalam
Cobalah anda merenung sejenak, bagaimana menemukan jalan atau solusi atas
bila anda dengan sangat antusias bercerita permasalahannya sendiri. Hal ini berarti bahwa,
kepada orang lain, sedangkan ternyata orang apapun komposisi kelompok itu, Anda selalu
tersebut tidak terlalu memperdulikan anda? Kecil percaya bahwa jawaban atas permasalahan
sekali kemungkinannya anda ingin untuk adalah ada pada kelompok itu sendiri. Sebagai
bertemu dengan dia lagi. fasilitator anda tinggal mendorong proses bagi
kelompok tersebut untuk menemukan
Orang lain akan lebih merasa nyaman dan permasalahannya sendiri.
percaya diri bercerita dan berpendapat, bila anda
juga memberikan perhatian yang sesuai. Mereka Tentu keempat sikap tersebut hanyalah sebagian
akan merasa diperhatikan bila anda juga dari berbagai sikap yang harus dimiliki oleh
memberikan kepedulian yang sesuai, seperti seorang fasilitator. Tetap, bila anda bisa
misalnya kehidupan mereka, jadi janganlah menguasai keempat sikap dasar yang esensial
hanya memberikan perhatian terbatas kepada tersebut, anda sudah memiliki sikap dasar untuk
22
31. memfasilitasi sebuah kelompok. Jika sikap anda masalah yang sedang dibahas dan secara
tidak mendukung, maka anda sendiri pasti juga perlahan mendorong kelompok untuk
akan mengahadapi kesulitan. menganalisis masalah tersebut.
Kombinasi pertanyaan-pertanyaan secara
Keterampilan Dasar Fasilitator sekuensi seperti yang digambarkan dalam
metode ORIK (Objektif, Reflektif, Interaktif,
Dalam banyak hal seringkali seorang fasilitator Keputusan) bisa membantu kita. Paling penting,
masih memaksakan pandangannya terhadap pastikan ketika kita bertanya tidak memasukkan
kelompok yang difasilitasinya. Hal ini seringkali gagasan-gagasan kita sendiri seperti, “Menurut
terjadi karena fasilitator merasa lebih banyak saya, menggunakan X adalah cara terbaik,
memiliki pengalaman daripada kelompok yang bagaimana menurut Anda?”.
difasilitasinya dikarenakan pengalaman
memfasilitasinya di masa lampau dengan
berbagai permasalahan serupa. METODE DISKUSI/ORIK
Fasilitator hendaknya menyadari bahwa Obyektif
seringkali kelompok yang difasilitasi terdiri dari
$ panca indera, nyata
orang-orang yang jauh berpengalaman. Pada
saat seperti ini cara pandang kita sebaiknya
dikesampingkan. Lebih penting bagi fasilitator Reflektif
untuk mengeksplorasi ide-ide mereka dan tetap
netral dalam memandu proses kelompok untuk $ perasaan, emosi
menemukan solusi bersama.
Interpretatif
$ pikiran, analisis
Keputusan
$ tindak lanjut
Seni Menggali Lebih Dalam
(Probing)
Teknik adalah salah satu keterampilan yang
wajib dimiliki oleh seorang fasilitator. Teknik ini
digunakan untuk menggali lebih dalam lagi dan
Sebagai fasilitator hendaknya kita menyadari menjaga agar orang-orang yang berdiskusi untuk
bahwa tugas yang kita emban lebih banyak tetap berbicara. Di samping itu, teknik probing
mengekplorasi dengan melontarkan berbagai ini sangat diperlukan untuk menghindarkan
pertanyaan-pertanyaan menganalisis untuk diskusi dari kemacetan.
menemukenali permasalahan kelompok yang
sebenarnya, ketimbang memberikan banyak Teknik ini akan menunjukkan perbedaan positif
pandangan-pandangan pribadi yang dimiliki. diantara kegiatan fasilitasi pada tingkat kualitas
dan kedalaman. Sepeti misalnya pada saat
kelompok terjebak pada kemacetan atau diskusi
Seni Bertanya: ORIK yang semakin melebar maka teknik probing ini
dapat digunakan untuk memindahkan diskusi
Fasilitator tidak boleh memberikan jawaban kita kepada hal-hal yang lebih detil dan spesifik.
sendiri terhadap masalah sebuah kelompok.
Lalu bagaimana kita bisa membantu mereka? Beberapa cara probing untuk membantu
Sebagai titik awal kita bisa menggunakan kelompok antara lain:
beberapa pertanyaan untuk merinci lebih jauh • Mencari akar masalah;
23
32. • Mencerahkan anggota kelompok yang lain; Anda dapat menggunakan teknik ini untuk
• Mengeksplorasi perhatian atau gagasan; menaikkan kesepahaman dalam kelompok,
• Mendorong anggota kelompok untuk tetapi jangan sampai menggunakan teknik ini
mengekplorasi gagasan secara lebih untuk memasukkan opini anda sendiri. Juga,
mendalam dan untuk menolong proses hindari kesan bahwa anda berusaha untuk
berpikir mereka sendiri; memperbaiki atau menambahkan apa yang telah
• Membuka kelompok agar lebih jujur dikatakan oleh peserta diskusi.
membagi informasi dan perhatian;
• Menaikkan tingkat kepercayaan dalam Dalam bahasa yang sederhana, parafrase
kelompok; digunakan sebagai penghormatan terhadap or-
• Membongkar fakta-fakta kunci yang belum ang yang berpendapat, dan sebagai fasilitator
keluar; anda mendengar langsung dan menghargai apa
• Meningkatkan kreatifitas dan berpikir positif. yang diungkapkan peserta tersebut.
Komunikasi non verbal juga dapat dilakukan Parafrase paling tepat digunakan untuk
untuk melakukan probing, yaitu antara lain membantu kalimat-kalimat peserta yang tidak
dengan menganggukkan kepala, menjaga kontak jelas, terlalu abstrak, konsep tidak terang, atau
mata langsung, dan tetap berdiam diri untuk mempunyai terlalu banyak ide. Dalam beberapa
beberapa saat. Cara-cara ini digunakan untuk kasus, seni membuat ikhstisar ini tidak perlu
menggali lebih dalam lagi pendapat peserta. dilakukan terutama jika anda sudah mencatat
input anggota di flip chart atau white board.
Teknik verbal juga dilakukan untuk hal yang sama, Hindari memparafrase setiap input orang. Teknik
misalnya dapat menggunakan kalimat terbaik yang bisa dilakukan adalah mendengar
sederhana, “O ya?” atau “Hmm…”, tetapi juga secara aktif dan merekam kata-kata kunci dari
bisa saja pertanyaan atau permintaan langsung, pembicara.
seperti “Kenapa begitu?”, “Bisa diberikan
contoh?”. Beberapa hal yang perlu dipegang sebagai dasar
melakukan parafrase antara lain adalah:
Namun Anda harus menggunakan probing ini parafrase hanya untuk memeriksa pamahaman;
secara selektif sebagai pembuka jalan saja. jangan menggunakan parafrase untuk
Karena bila terlalu banyak melakukan probing memperbaiki kalimat-kalimat pembicara; hindari
yang tidak tepat justru akan menimbulkan menambah atau mengubah apa yang dikatakan
beberapa hal yang seharusnya dihindari. Antara pembicara; jika meungkin gunakan kata-kata si
lain adalah anggota kelompok merasa pembicara setepat mungkin; dan parafrase
diinterograsi, anggota kelompok lain merasa digunakan ketika anda pikir ada anggota
menjadi kurang terperhatikan karena terlalu kelompok yang tidak mendengar apa yang
banyak probing pada salah satu orang, dikatakan si pembicara.
kehilangan netralitas (terutama bila memiliki
agenda tersembunyi), dan probing dapat
membuat berputar-putar pada satu tempat saja, Seni Mengaitkan Pernyataan
tidak bisa kemana-mana. dan Komentar
Teknik ini seringkali disebut dengan teknik ref-
Seni Membuat Ikhtisar (Parafrase) erencing back, yaitu teknik untuk mengkait-
kaitkan pernyataan peserta dengan pernyataan
Teknik ini adalah teknik mengulang pendapat peserta yang lain sebelum-sebelumnya. Ketika
dengan menggunakan bahasa anda sendiri. peserta pertemuan mengemukakan sebuah
Parafrase sangat berguna untuk memeriksa pendapat yang mirip dengan komentar yang telah
pemahaman dengan orang yang berpendapat. dikatakan sebelum-sebelumnya, anda bisa
Ketika fasilitator mengulang kalimat-kalimat si mengatakan, “Ini mungkin masih berkaitan
pembicara, peserta yang lain juga akan saling dengan pernyataan yang dikatakan Andri tadi.
memeriksa pemahaman mereka atas pendapat Andri bagaimana pendapat anda?”.
peserta yang mengajukan pendapat. Jika anda
salah menangkap pesan yang dimaksud, maka Referencing back mendorong anggota untuk
anda dapat langsung melakukan perbaikan mengetahui dan membangun di atas salah satu
terhadap kesalahpahaman tersebut. Contoh ide yang lain. Teknik ini juga mendorong
kalimat parafrase tersebut adalah, “Baik, Supri. partisipan untuk mendengarkan satu sama lain.
Kalau tidak salah, anda tadi mengatakan…”. Di samping itu, teknik ini dapat digunakan untuk
24
33. tidak setuju dan menunjuk perbedaan yang ada Anda bisa mengecek berbagai pendapat bukan
di antara pendapat-pendapat peserta. Teknik ini hanya pada apa yang dikatakan melainkan juga
juga mendorong peserta untuk saling pada bahasa non verbalnya karena seringkali
mendengarkan satu dengan yang lain. Karena pendapat juga dipengaruhi oleh bagaimana cara
kadangkala peserta mengulang pembicaraan pendapat tersebut diungkapkan. Misalnya untuk
yang telah ada karena mereka tidak mendengar tataran individu, anda dapat mengecek pada
pendapat yang telah muncul sebelumnya atau intonasi suara, gaya komunikasi, ekspresi
ingin mengungkapkan ide tersebut dengan cara muka, kontak mata, gerakan tubuh, dan postur
yang lain. tubuh.
Sedangkan pada tingkatan kelompok anda dapat
Dengan mengungkapkan apa yang telah mengecek beberapa hal berikut: siapa
diungkapkan peserta sebelumnya, maka mengatakan apa? Siapa melakukan apa? Siapa
sebenarnya forum pertemuan telah didorong melihat siapa ketika mengatakan sesuatu?
untuk lebih teliti dan menyimak apa-apa Siapa menghindari terjadinya kontak mata?
pendapat yang telah muncul sebelumnya. Para Siapa duduk di dekat siapa? Bagaimana tingkat
peserta didorong untuk mendengar lebih teliti energi kelompok? Bagaimana tingkat minat
dan mengkait-kaitkan komentar-komentar kelompok?
mereka dengan peserta yang lain.
Pengamatan yang baik akan membantu anda
Keuntungan lain yang dapat anda peroleh dari untuk mendapatkan gambaran tentang perasaan
menerapkan referencing back adalah dapat dan sikap para peserta serta memantau
dikatakan bahwa ini menunjukkan perhatian dinamika, proses-proses dan partisipasi
anda kepada setipa komentar yang muncul dari kelompok. Karena itu sangat penting bagi
peserta. Disamping itu tentu saja hal ini seorang fasilitator untuk mengembangkan
membuktikan bahwa anda mendengarkan dan keterampilan mengamati jenis-jenis komunikasi
menyimak secara aktif setiap pendapat yang non-verbal. Sebaiknya Anda melakukannya
muncul. Karena kadangkala, banyak fasilitator dalam waktu yang singkat tanpa diketahui oleh
atau peserta yang mengabaikan komentar or- peserta-peserta yang lain.
ang lain dan menganggapnya sebagai sebuah
komentar yang tidak pernah diungkapkan.
Seni Menyimak
Teknik referencing back adalah juga teknik yang
bagus untuk menyeimbangkan partisipasi, Banyak fasilitator melewatkan substansi
karena sebagai fasilitator anda dapat memilih komunikasi “dua arah”, yang sejatinya sangat
pendapat dari peserta yang sangat pendiam atau penting dalam meningkatkan kesepahaman
seseorang yang berada dalam posisi yang tidak antara berbagai pihak. Keterampilan menyimak
berkuasa dalam organisasi. Hal ini adalah adalah keterampilan kunci seorang fasilitator. Hal
sebagai cara anda untuk memberi respek dan ini sangat penting bagi seorang fasilitator karena
penghargaan karena telah membagi gagasan. cara Anda menyimak akan mempunyai arti yang
sangat paenting bagi orang yang berbicara dan
membantu meningkatkan kualitas komunikasi
Seni Mengamati (Observing) antara Anda dan orang itu.
Teknik observasi atau pengamatan adalah Disamping itu, fasilitator juga bertanggungjawab
kemampuan untuk mengamati apa yang sedang untuk meningkatkan kualitas komunikasi dalam
terjadi tanpa menghakimi tanda-tanda non ver- kelompok dan membantu anggota kelompok
bal seseorang dan kelompok secara obyektif. untuk saling menyimak dengan lebih baik.
Hal ini terjadi karena seringkali orang lebih
mudah mengembalikan kata-kata dibandingkan Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
dengan perilaku kita. Sebagai fasilitator, menyimak antara lain adalah:
pengamatan memberikan peluang bagi anda • Tunjukkan empati dan minat. Artinya Anda
untuk mengetahui apa yang dipikirkan orang lain sedang menyimak. Gunakan bahasa tubuh
tidak hanya dari apa yang dikatakan, tetapi juga anda sebagai pesan bahwa Anda sedang
dari perilakunya. Karena sebenarnya perilaku memperhatikan dan mencoba memahami
non verbal dapat mengungkapkan sesuatu pesan apa yang mereka pikirkan. Perhatikan kata-
secara cukup kuat. katanya yang utama, jangan banyak bicara
25