SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Ciri-ciriSalmonella sp.
Gambar 1. Mikroskopis kumanS al monell a sp. (http//.
www.Mikrobiologi Lab.com)
Salmonella sp. adalah bakteri batang lurus, gram negatif, tidak
berspora, bergerak dengan flagel peritrik, berukuran 2-4 μm x 0.5-0,8 μm.
Salmonella sp. tumbuh cepat dalam media yang sederhana (Jawet’z,
dkk, 2005), hampir tidak pernah memfermentasi laktosa dan sukrosa,
membentuk asam dan kadang gas dari glukosa dan manosa, biasanya
memporoduksi hidrogen sulfide atau H2S, pada biakan agar koloninya
besar bergaris tengah 2-8milimeter, bulat agak cembung, jernih, smooth,
pada media BAP tidak menyebabkan hemolisis, pada media Mac Concey
koloniSal monel l a sp. Tidak memfermentasi laktosa (NLF),
konsistensinya smooth (WHO,2003)
Salmonella sp. tahan hidup dalam air yang dibekukan dalam
waktu yang lama, bakteri ini resisten terhadap bahan kimia tertentu
5
8
(misalnya hijau brillian, sodium tetrathionat, sodium deoxycholate) yang
menghambat pertumbuhan bakteri enterik lain, tetapi senyawa tersebut
berguna untuk ditambahkan pada media isolasiS al monell a sp. pada
sampel feses.
Klasifikasi kumanS al monell a sp. sangat kompleks, biasanya
diklasifikasikan menurut dasar reaksibiokimia, serotipe yang diidentifikasi
menurut struktur antigen O, H dan Vi yang spesifik (Jawet’z,dkk, 2005 ;
Bennasar,A., et al, 2000), menurut reaksi biokimianya,S al monell a sp.
dapat diklasifikasikan menjadi tiga spesies yaitu S. typhi, S. enteritidis, S.
cholerasuis, disebut bagan kauffman-white (Irianto, 2006). Berdasarkan
serotipenya di klasifikasikan menjadi empat serotipe yaitu S. paratyphi A
(Serotipe group A), S. paratyphi B (Serotipe group B), S. paratyphi C
(Serotipe group ), dan S. typhi dari Serotipe group D (Jawet’z,2005).
Perbedaan karakteristik dari masing-masing spesiesSal monel l a
sp. berdasarkan sifat-sifat biokimianya dapat dilihat pada tabel 1 sebagai
berikut:
6
8
Tabel 1. Perbedaan KarakteristikS al monell a sp.
No Sifat BiokimiaSa lmo n e lla
typhi
Salmonella
paratyphiA
Salmonella
paratyphiB
Salmonella
paratyphiC
1. Indol- - - -
2. MR+ + + +
3. Vp- - - -
4. Citrat - - + -
5. Motilitas+ + + +
6. Urease- - - -
7. TSIA K/A G (-),
H2S (+)
K/A G (+),
H2S (-)
K/A G (+),
H2S (+)
K/A G (+),
H2S (+)
8. Glukosa A, G (-) A, G (+) A, G (+) A, G (+)
9. Laktosa- - - -
11. Sukrosa- - - -
(WHO,2003).
B. Patogenesis
S. typhi, S. paratyphi A, B dan C merupakan penyebab infeksi
utama pada manusia, bakteri ini selalu masuk melalui jalan oral, biasanya
dengan cara mengkontaminasi makanan dan minuman. Diantara faktorfaktor
yang dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap infeksi
Salmonella sp adalah keasaman lambung, flora normal dalam usus dan
ketahanan usus lokal (Jawet’z,2005).
C. Cara Penularan
Pola penyebaran penyakit ini adalah melalui saluran cerna
(mulut, esofagus, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar). Sty phi ,
paratyphi A, B, dan C masuk ke tubuh manusia bersama bahan makanan
atau minuman yang tercemar (Fathiariani, 2009). Saat kuman masuk ke
saluran pencernaan manusia, sebagian kuman mati oleh asam lambung
dan sebagian kuman masuk ke usus halus. Dari usus halus kuman
7
8
beraksi sehingga bisa ” menjebol” usus halus. Setelah berhasil
melampaui usus halus, kuman masuk ke kelenjar getah bening, ke
pembuluh darah, dan ke seluruh tubuh (terutama pada organ hati,
empedu, dan lain-lain). Sehingga feses dan urin penderita bisa
mengandung kuman S. typhi, S. paratyphi A, B dan C yang siap
menginfeksi manusia lain melalui makanan atau minuman yang
tercemari. Pada penderita yang tergolong carrier kumanS al monell a bisa
ada terus menerus di feses dan urin sampai bertahun-tahun (Widianto,
2009).
Setelah memasuki dinding usus halus, S. typhi, S. paratyphi A,
B dan C mulai melakukan penyerangan melalui system limfa ke limfa
yang menyebabkan pembengkakan pada urat dan setelah satu periode
perkembangbiakan bakteri tersebut kemudian menyerang aliran darah.
Aliran darah yang membawa bakteri juga akan menyerang liver, kantong
empedu, limfa, ginjal, dan sumsum tulang dimana bakteri ini kemudian
berkembangbiak dan menyebabkan infeksi organ-organ ini. Melalui
organ-organ yang telah terinfeksi inilah mereka terus menyerang aliran
darah yang menyebabkan bakteremia sekunder. Bakteremia sekunder ini
bertanggung jawab sebagaipenyebab terjadinya demam dan penyakit
klinis (Wardani, 2008).
D. Demam Tipoid
Demam tipoid atau typhoid fever,atau thypus abdominalis,
merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi S. typhi. Demam
8
tifoid merupakan masalah kesehatan utama di negara berkembang, tidak
hanya karena insiden dan angka kematiannya yang tinggi, tetapi juga
karena waktu yang diperlukan agar penderita " fully recover " dapat
berbulan-bulan (Sjahrurachman, A.,2009).
Demam tipoid juga merupakan penyakit masyarakat dengan
standar hidup dan kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi
secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah tropik.
Sumber penularan penyakit demam tifoid adalah penderita yang aktif,
penderita dalam fase konvalesen, dan kronik karier.
Demam Tifoid atau typhus abdominalis, typhoid fever atau
enterik fever adalah penyakit sistemik yang akut yang mempunyai
karakteritik demam, sakit kepala dan ketidakenakan abdomen
berlangsung lebih kurang 3 minggu yang juga disertai gejala-gejala perut
pembesaran limpa dan erupsi kulit. Demam tifoid (termasuk para-tifoid)
dsebabkan oleh kuman Salmonella typhi, S paratyphi A, B dan C
(Purwanto,2009).
E. Metode Pemeriksaan Demam Tipoid
1. Kultur Gal
Diagnosis pasti penyakit demam tipoid yaitu dengan melakukan
isolasi bakteri Salmonella typhi, paratyphi A, B dan C dari spesimen yang
berasaldari darah, feses,dan urin penderita demam tipoid.
9
8
Pengambilan spesimen darah sebaiknya dilakukan pada minggu
pertama timbulnya penyakit, karena kemungkinan untuk positif mencapai
80-90%, khususnya pada pasien yang belum mendapat terapi antibiotik.
Pada minggu ke-3 kemungkinan untuk positif menjadi 20-25% dan
minggu ke-4 hanya 10-15%.
2. Widal
Penentuan kadar aglutinasi antibodi terhadap antigen O dan H
dalam darah (antigen O muncul pada hari ke 6-8, dan antibodi H muncul
pada hari ke 10-12).
Pemeriksaan Widal memberikan hasil negatif sampai 30% dari
sampel biakan positif penyakit tifus, sehingga hasil tes Widal negatif
bukan berartidapat dipastikan tidak terjadi infeksi.
Pemeriksaan tunggal penyakit tifus dengan tes Widal kurang
baik karena akan memberikan hasil positif bila terjadi: infeksi berulang
karena bakteriSal monel l a sp., imunisasi penyakit tifus sebelumnya,
Infeksi lainnya seperti malaria dan lain-lain.
3. TubexRTF
Pemeriksaan Anti S. typhi IgM dengan reagen TubexRTF
sebagai solusi pemeriksaan yang sensitif, spesifik, praktis untuk
mendeteksi penyebab demam akibat infeksi bakteri S. typhi Pemeriksaan
Anti S. typhi IgM dengan reagen TubexRTF dilakukan untuk mendeteksi
antibody terhadap antigen lipopolisakarida O9 yang sangat spesifik
terhadap bakteri S. typhi.
10
8
Pemeriksaan ini sangat bermanfaat untuk deteksi infeksi akut
lebih dini dan sensitive, karena antibodi IgM muncul paling awalyaitu
setelah 3-4 hari terjadinya demam sensitivitasnya > 95% (Prasetyo,dkk,
2009).
4. Metode Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA)
Uji Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) dipakai untuk
melacak antibodi IgG, IgM dan IgA terhadap antigen LPS O9, antibodi
IgG terhadap antigen flagella d (Hd) dan antibodi terhadap antigen ViS.
typhi. Uji ELISA yang sering dipakai untuk mendeteksi adanya antigen S.
yphi dalam spesimen klinis adalah double antibody sandwichE LIS A .
Chaicumpa dkk (1992) mendapatkan sensitivitas uji ini sebesar 95%
pada sampel darah, 73% pada sampel feses dan 40% pada sampel
sumsum tulang.
5. Pemeriksaan Dipstik
Uji serologis dengan pemeriksaan dipstik dikembangkan di
Belanda dimana dapat mendeteksi antibodi IgM spesifik terhadap antigen
LPS S. typhi dengan menggunakan membran nitroselulosa yang
mengandung antigen S. typhi sebagaipita pendeteksi dan antibodi IgM
anti-human immobilized sebagai reagen kontrol. Metode ini mempunyai
sensitivitas sebesar 63% bila dibandingkan dengan kultur darah (13.7%)
dan uji Widal (35.6%). Kendala yang sering dihadapi pada penggunaan
metode PCR ini meliputi risiko kontaminasi yang menyebabkan hasil
positif palsu yang terjadi bila prosedur teknis tidak dilakukan secara
11
8
cermat,adanya bahan-bahan dalam spesimen yang bisa menghambat
proses PCR antara lain hemoglobin dan heparin dalam spesimen darah
serta bilirubin dan garam empedu dalam spesimen feses,biaya yang
cukup tinggi dan teknis yang relatif rumit (Prasetyo,dkk., 2009).
http://www.scribd.com/doc/42718100/Bakteri-Salmonella-Sp
Salmonella
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Bakteria
Filum: Proteobakteria
Kelas: Gamma Proteobakteria
Ordo: Enterobakteriales
Famili: Enterobakteriakceae
Genus: Salmonella
Lignieres 1900
Spesies
S. bongori
S. enterica
Salmonella adalah suatu genus bakteri enterobakteria gram-negatif berbentuk tongkat yang
menyebabkan tifoid, paratifod, dan penyakit foodborne.[1] Spesies-spesies Salmonella dapat
bergerak bebas dan menghasilkan hidrogen sulfida.[2] Salmonella dinamai dari Daniel Edward
Salmon, ahli patologi Amerika, walaupun sebenarnya, rekannya Theobald Smith (yang terkenal
akan hasilnya pada anafilaksis) yang pertama kali menemukan bakterium tahun 1885 pada tubuh
babi.[3][4]
Daftar isi
[sembunyikan]
 1 Patogenitas
 2 Mediatumbuh
 3 Referensi
 4 Pranalaluar
[sunting] Patogenitas
Salmonella adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan melalui makanan (foodborne
diseases).[5] Pada umumnya, serotipe Salmonella menyebabkan penyakit pada organ
pencernaan.[5] Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella disebut salmonellosis.[5] Ciri-ciri orang
yang mengalami salmonellosis adalah diare, keram perut, dan demam dalam waktu 8-72 jam
setelah memakan makanan yang terkontaminasi oleh Salmonella.[5] Gejala lainnya adalah
demam, sakit kepala, mual dan muntah-muntah.[5] Tiga serotipe utama dari jenis S. enterica
adalah S. typhi, S. typhimurium, dan S. enteritidis.[6] S. typhi menyebabkan penyakit demam tifus
(Typhoid fever), karena invasi bakteri ke dalam pembuluh darah dan gastroenteritis, yang
disebabkan oleh keracunan makanan/intoksikasi.[6] Gejala demam tifus meliputi demam, mual-
mual, muntah dan kematian.[6] S. typhi memiliki keunikan hanya menyerang manusia, dan tidak
ada inang lain.[6] Infeksi Salmonella dapat berakibat fatal kepada bayi, balita, ibu hamil dan
kandungannya serta orang lanjut usia. Hal ini disebabkan karena kekebalan tubuh mereka yang
menurun.[7] Kontaminasi Salmonella dapat dicegah dengan mencuci tangan dan menjaga
kebersihan makanan yang dikonsumsi.[7]
Media tumbuh
Untuk menumbuhkan Salmonella dapat digunakan berbagai macam media, salah satunya adalah
media Hektoen Enteric Agar (HEA).[8] Media lain yang dapat digunakan adalah SS agar, bismuth
sulfite agar, brilliant green agar, dan xylose-lisine-deoxycholate (XLD) agar.[9] HEA merupakan
media selektif-diferensial.[8] Media ini tergolong selektif karena terdiri dari bile salt yang
berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan beberapa gram negatif,
sehingga diharapkan bakteri yang tumbuh hanya Salmonella.[8] Media ini digolongkan menjadi
media diferensial karena dapat membedakan bakteri Salmonella dengan bakteri lainnya dengan
cara memberikan tiga jenis karbohidrat pada media, yaitu laktosa, glukosa, dan salisin, dengan
komposisi laktosa yang paling tinggi.[8] Salmonella tidak dapat memfermentasi laktosa, sehingga
asam yang dihasilkan hanya sedikit karena hanya berasal dari fermentasi glukosa saja.[9] Hal ini
menyebabkan koloni Salmonella akan berwarna hijau-kebiruan karena asam yang dihasilkannya
bereaksi dengan indikator yang ada pada media HEA, yaitu fuksin asam dan bromtimol blue.[9]

More Related Content

What's hot

Soal kedokteran tropis 2012
Soal kedokteran tropis 2012Soal kedokteran tropis 2012
Soal kedokteran tropis 2012
Rasy Alzi
 
Mikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologiMikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologi
Rfr Egha
 
Enterobacter sakazakii Analis Kesehatan
Enterobacter sakazakii Analis KesehatanEnterobacter sakazakii Analis Kesehatan
Enterobacter sakazakii Analis Kesehatan
Medical Laboratory
 
Makalah miktoganisme pada mulut dan gigi
Makalah miktoganisme pada mulut dan gigiMakalah miktoganisme pada mulut dan gigi
Makalah miktoganisme pada mulut dan gigi
Septian Muna Barakati
 
Mikrobiologi Bakteri
Mikrobiologi BakteriMikrobiologi Bakteri
Mikrobiologi Bakteri
kikikamila
 

What's hot (19)

Soal kedokteran tropis 2012
Soal kedokteran tropis 2012Soal kedokteran tropis 2012
Soal kedokteran tropis 2012
 
Bakteriologi klinik
Bakteriologi klinikBakteriologi klinik
Bakteriologi klinik
 
MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI "BAKTERI"
MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI "BAKTERI"MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI "BAKTERI"
MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI "BAKTERI"
 
kelompok B bakteri
kelompok B bakterikelompok B bakteri
kelompok B bakteri
 
Mikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologiMikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologi
 
Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureusStaphylococcus aureus
Staphylococcus aureus
 
persentasi kuliah mikrobiologi dasar "Bakteri"
persentasi kuliah mikrobiologi dasar "Bakteri"persentasi kuliah mikrobiologi dasar "Bakteri"
persentasi kuliah mikrobiologi dasar "Bakteri"
 
Bakteri Penyebab Penyakit Pernafasan
Bakteri Penyebab Penyakit PernafasanBakteri Penyebab Penyakit Pernafasan
Bakteri Penyebab Penyakit Pernafasan
 
Bakteri
BakteriBakteri
Bakteri
 
Enterobacter sakazakii Analis Kesehatan
Enterobacter sakazakii Analis KesehatanEnterobacter sakazakii Analis Kesehatan
Enterobacter sakazakii Analis Kesehatan
 
Makalah miktoganisme pada mulut dan gigi
Makalah miktoganisme pada mulut dan gigiMakalah miktoganisme pada mulut dan gigi
Makalah miktoganisme pada mulut dan gigi
 
Dasar Bakteriologi
Dasar BakteriologiDasar Bakteriologi
Dasar Bakteriologi
 
Mengenal Bakteri
Mengenal BakteriMengenal Bakteri
Mengenal Bakteri
 
Acinetobacter
Acinetobacter Acinetobacter
Acinetobacter
 
Bakteri
Bakteri Bakteri
Bakteri
 
Bakteriologi dasar kuliah
Bakteriologi dasar   kuliahBakteriologi dasar   kuliah
Bakteriologi dasar kuliah
 
Bakteri
BakteriBakteri
Bakteri
 
Pncegahan dan Pengendalian Infeksi
Pncegahan dan Pengendalian InfeksiPncegahan dan Pengendalian Infeksi
Pncegahan dan Pengendalian Infeksi
 
Mikrobiologi Bakteri
Mikrobiologi BakteriMikrobiologi Bakteri
Mikrobiologi Bakteri
 

Similar to Indah

Makalah demam tyfoid
Makalah demam tyfoidMakalah demam tyfoid
Makalah demam tyfoid
Nova Ci Necis
 
194982607 demam-tifoid
194982607 demam-tifoid194982607 demam-tifoid
194982607 demam-tifoid
FELIXDEO
 
47701333 typus-abdominalis
47701333 typus-abdominalis47701333 typus-abdominalis
47701333 typus-abdominalis
Mo Nas
 
Tyfoid presentation
Tyfoid presentationTyfoid presentation
Tyfoid presentation
Yuliana
 
Kharakteristik salmonella thypii
Kharakteristik salmonella thypiiKharakteristik salmonella thypii
Kharakteristik salmonella thypii
Yasirecin Yasir
 

Similar to Indah (20)

Mikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologiMikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologi
 
demam tifoid amee
demam tifoid ameedemam tifoid amee
demam tifoid amee
 
180219037-PPT-DEMAM-TIFOID-pptx.pptx
180219037-PPT-DEMAM-TIFOID-pptx.pptx180219037-PPT-DEMAM-TIFOID-pptx.pptx
180219037-PPT-DEMAM-TIFOID-pptx.pptx
 
Makalah demam tyfoid
Makalah demam tyfoidMakalah demam tyfoid
Makalah demam tyfoid
 
194982607 demam-tifoid
194982607 demam-tifoid194982607 demam-tifoid
194982607 demam-tifoid
 
47701333 typus-abdominalis
47701333 typus-abdominalis47701333 typus-abdominalis
47701333 typus-abdominalis
 
Streptococcus beta hemolitikus grup a
Streptococcus beta hemolitikus grup aStreptococcus beta hemolitikus grup a
Streptococcus beta hemolitikus grup a
 
Tyfoid presentation
Tyfoid presentationTyfoid presentation
Tyfoid presentation
 
Salmonela
SalmonelaSalmonela
Salmonela
 
CRS Demam Tifoid.pptx
CRS Demam Tifoid.pptxCRS Demam Tifoid.pptx
CRS Demam Tifoid.pptx
 
Journal reading_Parasit Usus Pada HIV - Copy.pptx
Journal reading_Parasit Usus Pada HIV - Copy.pptxJournal reading_Parasit Usus Pada HIV - Copy.pptx
Journal reading_Parasit Usus Pada HIV - Copy.pptx
 
Askep Demam Thypoid
Askep Demam ThypoidAskep Demam Thypoid
Askep Demam Thypoid
 
INFEKSI ASAL AIR
INFEKSI ASAL AIRINFEKSI ASAL AIR
INFEKSI ASAL AIR
 
Samonella thypi
Samonella thypiSamonella thypi
Samonella thypi
 
Demam tifoid
Demam tifoidDemam tifoid
Demam tifoid
 
Belibis a17 demam_tifoid
Belibis a17 demam_tifoidBelibis a17 demam_tifoid
Belibis a17 demam_tifoid
 
Kharakteristik salmonella thypii
Kharakteristik salmonella thypiiKharakteristik salmonella thypii
Kharakteristik salmonella thypii
 
What is Epidemic?
What is Epidemic?What is Epidemic?
What is Epidemic?
 
REFERAT TORCH
REFERAT TORCHREFERAT TORCH
REFERAT TORCH
 
Tifoid
TifoidTifoid
Tifoid
 

Indah

  • 1. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ciri-ciriSalmonella sp. Gambar 1. Mikroskopis kumanS al monell a sp. (http//. www.Mikrobiologi Lab.com) Salmonella sp. adalah bakteri batang lurus, gram negatif, tidak berspora, bergerak dengan flagel peritrik, berukuran 2-4 μm x 0.5-0,8 μm. Salmonella sp. tumbuh cepat dalam media yang sederhana (Jawet’z, dkk, 2005), hampir tidak pernah memfermentasi laktosa dan sukrosa, membentuk asam dan kadang gas dari glukosa dan manosa, biasanya memporoduksi hidrogen sulfide atau H2S, pada biakan agar koloninya besar bergaris tengah 2-8milimeter, bulat agak cembung, jernih, smooth, pada media BAP tidak menyebabkan hemolisis, pada media Mac Concey koloniSal monel l a sp. Tidak memfermentasi laktosa (NLF), konsistensinya smooth (WHO,2003) Salmonella sp. tahan hidup dalam air yang dibekukan dalam waktu yang lama, bakteri ini resisten terhadap bahan kimia tertentu 5 8 (misalnya hijau brillian, sodium tetrathionat, sodium deoxycholate) yang menghambat pertumbuhan bakteri enterik lain, tetapi senyawa tersebut berguna untuk ditambahkan pada media isolasiS al monell a sp. pada sampel feses. Klasifikasi kumanS al monell a sp. sangat kompleks, biasanya diklasifikasikan menurut dasar reaksibiokimia, serotipe yang diidentifikasi menurut struktur antigen O, H dan Vi yang spesifik (Jawet’z,dkk, 2005 ; Bennasar,A., et al, 2000), menurut reaksi biokimianya,S al monell a sp. dapat diklasifikasikan menjadi tiga spesies yaitu S. typhi, S. enteritidis, S. cholerasuis, disebut bagan kauffman-white (Irianto, 2006). Berdasarkan serotipenya di klasifikasikan menjadi empat serotipe yaitu S. paratyphi A (Serotipe group A), S. paratyphi B (Serotipe group B), S. paratyphi C (Serotipe group ), dan S. typhi dari Serotipe group D (Jawet’z,2005). Perbedaan karakteristik dari masing-masing spesiesSal monel l a sp. berdasarkan sifat-sifat biokimianya dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut: 6 8 Tabel 1. Perbedaan KarakteristikS al monell a sp. No Sifat BiokimiaSa lmo n e lla typhi Salmonella paratyphiA Salmonella paratyphiB Salmonella paratyphiC 1. Indol- - - - 2. MR+ + + + 3. Vp- - - - 4. Citrat - - + - 5. Motilitas+ + + +
  • 2. 6. Urease- - - - 7. TSIA K/A G (-), H2S (+) K/A G (+), H2S (-) K/A G (+), H2S (+) K/A G (+), H2S (+) 8. Glukosa A, G (-) A, G (+) A, G (+) A, G (+) 9. Laktosa- - - - 11. Sukrosa- - - - (WHO,2003). B. Patogenesis S. typhi, S. paratyphi A, B dan C merupakan penyebab infeksi utama pada manusia, bakteri ini selalu masuk melalui jalan oral, biasanya dengan cara mengkontaminasi makanan dan minuman. Diantara faktorfaktor yang dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap infeksi Salmonella sp adalah keasaman lambung, flora normal dalam usus dan ketahanan usus lokal (Jawet’z,2005). C. Cara Penularan Pola penyebaran penyakit ini adalah melalui saluran cerna (mulut, esofagus, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar). Sty phi , paratyphi A, B, dan C masuk ke tubuh manusia bersama bahan makanan atau minuman yang tercemar (Fathiariani, 2009). Saat kuman masuk ke saluran pencernaan manusia, sebagian kuman mati oleh asam lambung dan sebagian kuman masuk ke usus halus. Dari usus halus kuman 7 8 beraksi sehingga bisa ” menjebol” usus halus. Setelah berhasil melampaui usus halus, kuman masuk ke kelenjar getah bening, ke pembuluh darah, dan ke seluruh tubuh (terutama pada organ hati, empedu, dan lain-lain). Sehingga feses dan urin penderita bisa mengandung kuman S. typhi, S. paratyphi A, B dan C yang siap menginfeksi manusia lain melalui makanan atau minuman yang tercemari. Pada penderita yang tergolong carrier kumanS al monell a bisa ada terus menerus di feses dan urin sampai bertahun-tahun (Widianto, 2009). Setelah memasuki dinding usus halus, S. typhi, S. paratyphi A, B dan C mulai melakukan penyerangan melalui system limfa ke limfa yang menyebabkan pembengkakan pada urat dan setelah satu periode perkembangbiakan bakteri tersebut kemudian menyerang aliran darah. Aliran darah yang membawa bakteri juga akan menyerang liver, kantong empedu, limfa, ginjal, dan sumsum tulang dimana bakteri ini kemudian berkembangbiak dan menyebabkan infeksi organ-organ ini. Melalui organ-organ yang telah terinfeksi inilah mereka terus menyerang aliran darah yang menyebabkan bakteremia sekunder. Bakteremia sekunder ini bertanggung jawab sebagaipenyebab terjadinya demam dan penyakit klinis (Wardani, 2008).
  • 3. D. Demam Tipoid Demam tipoid atau typhoid fever,atau thypus abdominalis, merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi S. typhi. Demam 8 tifoid merupakan masalah kesehatan utama di negara berkembang, tidak hanya karena insiden dan angka kematiannya yang tinggi, tetapi juga karena waktu yang diperlukan agar penderita " fully recover " dapat berbulan-bulan (Sjahrurachman, A.,2009). Demam tipoid juga merupakan penyakit masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah tropik. Sumber penularan penyakit demam tifoid adalah penderita yang aktif, penderita dalam fase konvalesen, dan kronik karier. Demam Tifoid atau typhus abdominalis, typhoid fever atau enterik fever adalah penyakit sistemik yang akut yang mempunyai karakteritik demam, sakit kepala dan ketidakenakan abdomen berlangsung lebih kurang 3 minggu yang juga disertai gejala-gejala perut pembesaran limpa dan erupsi kulit. Demam tifoid (termasuk para-tifoid) dsebabkan oleh kuman Salmonella typhi, S paratyphi A, B dan C (Purwanto,2009). E. Metode Pemeriksaan Demam Tipoid 1. Kultur Gal Diagnosis pasti penyakit demam tipoid yaitu dengan melakukan isolasi bakteri Salmonella typhi, paratyphi A, B dan C dari spesimen yang berasaldari darah, feses,dan urin penderita demam tipoid. 9 8 Pengambilan spesimen darah sebaiknya dilakukan pada minggu pertama timbulnya penyakit, karena kemungkinan untuk positif mencapai 80-90%, khususnya pada pasien yang belum mendapat terapi antibiotik. Pada minggu ke-3 kemungkinan untuk positif menjadi 20-25% dan minggu ke-4 hanya 10-15%. 2. Widal Penentuan kadar aglutinasi antibodi terhadap antigen O dan H dalam darah (antigen O muncul pada hari ke 6-8, dan antibodi H muncul pada hari ke 10-12). Pemeriksaan Widal memberikan hasil negatif sampai 30% dari sampel biakan positif penyakit tifus, sehingga hasil tes Widal negatif bukan berartidapat dipastikan tidak terjadi infeksi. Pemeriksaan tunggal penyakit tifus dengan tes Widal kurang baik karena akan memberikan hasil positif bila terjadi: infeksi berulang karena bakteriSal monel l a sp., imunisasi penyakit tifus sebelumnya, Infeksi lainnya seperti malaria dan lain-lain. 3. TubexRTF Pemeriksaan Anti S. typhi IgM dengan reagen TubexRTF sebagai solusi pemeriksaan yang sensitif, spesifik, praktis untuk mendeteksi penyebab demam akibat infeksi bakteri S. typhi Pemeriksaan Anti S. typhi IgM dengan reagen TubexRTF dilakukan untuk mendeteksi antibody terhadap antigen lipopolisakarida O9 yang sangat spesifik terhadap bakteri S. typhi. 10
  • 4. 8 Pemeriksaan ini sangat bermanfaat untuk deteksi infeksi akut lebih dini dan sensitive, karena antibodi IgM muncul paling awalyaitu setelah 3-4 hari terjadinya demam sensitivitasnya > 95% (Prasetyo,dkk, 2009). 4. Metode Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) Uji Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) dipakai untuk melacak antibodi IgG, IgM dan IgA terhadap antigen LPS O9, antibodi IgG terhadap antigen flagella d (Hd) dan antibodi terhadap antigen ViS. typhi. Uji ELISA yang sering dipakai untuk mendeteksi adanya antigen S. yphi dalam spesimen klinis adalah double antibody sandwichE LIS A . Chaicumpa dkk (1992) mendapatkan sensitivitas uji ini sebesar 95% pada sampel darah, 73% pada sampel feses dan 40% pada sampel sumsum tulang. 5. Pemeriksaan Dipstik Uji serologis dengan pemeriksaan dipstik dikembangkan di Belanda dimana dapat mendeteksi antibodi IgM spesifik terhadap antigen LPS S. typhi dengan menggunakan membran nitroselulosa yang mengandung antigen S. typhi sebagaipita pendeteksi dan antibodi IgM anti-human immobilized sebagai reagen kontrol. Metode ini mempunyai sensitivitas sebesar 63% bila dibandingkan dengan kultur darah (13.7%) dan uji Widal (35.6%). Kendala yang sering dihadapi pada penggunaan metode PCR ini meliputi risiko kontaminasi yang menyebabkan hasil positif palsu yang terjadi bila prosedur teknis tidak dilakukan secara 11 8 cermat,adanya bahan-bahan dalam spesimen yang bisa menghambat proses PCR antara lain hemoglobin dan heparin dalam spesimen darah serta bilirubin dan garam empedu dalam spesimen feses,biaya yang cukup tinggi dan teknis yang relatif rumit (Prasetyo,dkk., 2009). http://www.scribd.com/doc/42718100/Bakteri-Salmonella-Sp Salmonella Klasifikasi ilmiah
  • 5. Kerajaan: Bakteria Filum: Proteobakteria Kelas: Gamma Proteobakteria Ordo: Enterobakteriales Famili: Enterobakteriakceae Genus: Salmonella Lignieres 1900 Spesies S. bongori S. enterica Salmonella adalah suatu genus bakteri enterobakteria gram-negatif berbentuk tongkat yang menyebabkan tifoid, paratifod, dan penyakit foodborne.[1] Spesies-spesies Salmonella dapat bergerak bebas dan menghasilkan hidrogen sulfida.[2] Salmonella dinamai dari Daniel Edward Salmon, ahli patologi Amerika, walaupun sebenarnya, rekannya Theobald Smith (yang terkenal akan hasilnya pada anafilaksis) yang pertama kali menemukan bakterium tahun 1885 pada tubuh babi.[3][4] Daftar isi [sembunyikan]  1 Patogenitas  2 Mediatumbuh  3 Referensi  4 Pranalaluar [sunting] Patogenitas Salmonella adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan melalui makanan (foodborne diseases).[5] Pada umumnya, serotipe Salmonella menyebabkan penyakit pada organ pencernaan.[5] Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella disebut salmonellosis.[5] Ciri-ciri orang yang mengalami salmonellosis adalah diare, keram perut, dan demam dalam waktu 8-72 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi oleh Salmonella.[5] Gejala lainnya adalah
  • 6. demam, sakit kepala, mual dan muntah-muntah.[5] Tiga serotipe utama dari jenis S. enterica adalah S. typhi, S. typhimurium, dan S. enteritidis.[6] S. typhi menyebabkan penyakit demam tifus (Typhoid fever), karena invasi bakteri ke dalam pembuluh darah dan gastroenteritis, yang disebabkan oleh keracunan makanan/intoksikasi.[6] Gejala demam tifus meliputi demam, mual- mual, muntah dan kematian.[6] S. typhi memiliki keunikan hanya menyerang manusia, dan tidak ada inang lain.[6] Infeksi Salmonella dapat berakibat fatal kepada bayi, balita, ibu hamil dan kandungannya serta orang lanjut usia. Hal ini disebabkan karena kekebalan tubuh mereka yang menurun.[7] Kontaminasi Salmonella dapat dicegah dengan mencuci tangan dan menjaga kebersihan makanan yang dikonsumsi.[7] Media tumbuh Untuk menumbuhkan Salmonella dapat digunakan berbagai macam media, salah satunya adalah media Hektoen Enteric Agar (HEA).[8] Media lain yang dapat digunakan adalah SS agar, bismuth sulfite agar, brilliant green agar, dan xylose-lisine-deoxycholate (XLD) agar.[9] HEA merupakan media selektif-diferensial.[8] Media ini tergolong selektif karena terdiri dari bile salt yang berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan beberapa gram negatif, sehingga diharapkan bakteri yang tumbuh hanya Salmonella.[8] Media ini digolongkan menjadi media diferensial karena dapat membedakan bakteri Salmonella dengan bakteri lainnya dengan cara memberikan tiga jenis karbohidrat pada media, yaitu laktosa, glukosa, dan salisin, dengan komposisi laktosa yang paling tinggi.[8] Salmonella tidak dapat memfermentasi laktosa, sehingga asam yang dihasilkan hanya sedikit karena hanya berasal dari fermentasi glukosa saja.[9] Hal ini menyebabkan koloni Salmonella akan berwarna hijau-kebiruan karena asam yang dihasilkannya bereaksi dengan indikator yang ada pada media HEA, yaitu fuksin asam dan bromtimol blue.[9]