2. DAFTAR ISI
Daftar Isi………………………………………………………………………...……...… 2
Latar Belakang…………………………………………………………………...………. 3
Pokok Masalah…………………………………………………………………...…….… 3
Pendahuluan……………………………………………………………………...………. 4
Pembahasan…………….………………………………………………………...………. 5
Akhlak Tercela (Madzmumah)………………………………………….………. 5
Akhlak Terpuji (Mahmudah)……...………….…….…………………...……… 6
Kesimpulan…….………………………………………………………………...……...... 9
Daftar Pustaka….………………………………………………………………………... 10
2
3. I. Latar Belakang
Sasaran pertama yang dituju oleh Islam adalah membangun “manusia yang
shalih” yang pantas menjadi khalifah di bumi, yang telah dimuliakan oleh Allah
dengan semulia-mulianya, yang telah diciptakan-Nya dalam penciptaan yang paling
baik dan yang ditaklukan untuknya semua apa yang ada dilangit dan apa yang ada di
bumi. Ia adalah Manusia yang lengkap padanya karakteristik kemanusiaan dan
terangkat dari karakter binatang ternak ataupun binatang buas. Manusia yang shalih
inilah yang merupakan dasar keluarga yang shalih, masyarakat yang shalih dan umat
yang shalih.
Untuk menjadi manusia yang shalih tentu kita perlu mempelajari apa yang harus
dilakukan dan apa yang harus dihindari atau ditinggalkan, karena hidup manusia tidak
hanya mengarah kepada kesempurnaan jiwa dan kesuciannya, tapi kadang pula
mengarah kepada keburukan. Hal tersebut bergantung kepada beberapa hal yang
mempengaruhinya, yang akan di jelaskan dalam pembahasan ini. Dan dalam
pembahasan ini Akhlak tercela didahulukan terlebih dahulu dibandingkan dengan
akhlak yang terpuji agar kita melakukan terlebih dahulu usaha takhliyah, yaitu
mengosongkan atau membersihkan diri/jiwa dari sifat-sifat tercela sambil mengisinya
(takhliyah) dengan sifat-sifat terpuji. Kemudian kita melakukan tajalli, yaitu
mendekatkan diri kepada Allah.
II. Pokok Masalah
Pada dasarnya setiap manusia menyukai kebaikan, dan pada manusia dewasa dan
berakal tentu dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Namun
didalam diri manusia terdapat sifat yang baik dan yang buruk, sehingga dari sifa-sifat
tersebut akan menghasilkan akhlak terpuji dan akhlak tercela. Tetapi untuk dapat
menghindari terjadinya akhlak tercela dan terciptanya akhlak terpuji, maka kita perlu
mempelajarinya. Dengan kita mengetahui apa itu akhlak tercela dan terpuji, faktor
pendorongnya, macam-macamnya, cara mencegah akhlak tercela dan cara
meningkatkan akhlak terpuji, Insya Allah kita akan dapat mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu untuk dapat kita mengetahui mengenai akhlak
tercela dan akhlak terpuji, maka akan dijelaskan dalam makalah kami ini.
3
4. III. Pendahuluan
Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam Islam. Hal ini
dapat dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi Muhammad SAW, yang utama
adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Dalam salah satu hadisnya beliau
menegaskan innama buitstuli utammima makarim al-akhlaq (HR. Ahmad). Yang
artinya yaitu “Hanya saja aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.
Perhatian Islam yang demikian terhadap pembinaan akhlak ini dapat pula dilihat
dari perhatian Islam terhadap pembinaan jiwa yang harus didahulukan dari pada
pembinaan fisik, karena dari jiwa yang baik inilah akan lahir perbuatan-perbuatan
yang baik yang pada tahap selanjutnya akan mempermudah menghasilkan kebaikan
dan kebahagiaan pada seluruh kehidupan manusia, lahir dan batin.
Perhatian Islam dalam pembinaan akhlak selanjutnya dapat dianalisis pada muatan
akhlak yang terdapat pada seluruh aspek ajaran Islam. Ajaran Islam tentang keimanan
sangat berkaitan erat dengan mengerjakan serangkaian amal salih dan perbuatan
terpuji. Iman yang tidak disertai dengan amal salih (akhlak tercela) dinilai sebagai
iman yang palsu, bahkan dianggap sebagai kemunafikan.
IV. Pembahasan
A. Akhlak-Akhlak Tercela (Al-Akhlak Al-Madzmumah)
1. Pengertian
Menurut Imam Ghazali, akhlak yang tercela ini di kenal dengan sifat-
sifat muhlikat, yakni segala tingkah laku manusia yang dapat membawanya
kepada kebinasaan dan kehancuran diri, yang tentu saja bertentangan dengan
fitrahnya untuk selalu mengarah kepada kebaikan.
2. Pendorong Akhlak Tercela
Al-Ghazali menerangkan 4 hal yang mendorong manusia melakukan
perbuatan tercela (maksiat), di antaranya:
4
5. a. Dunia dan isinya, yaitu berbagai hal yang bersifat material (harta, kedudukan)
yang ingin dimiliki manusia sebagai kebutuhan dalam melangsungkan
hidupnya (agar bahagia).
b. Manusia. Selain mendatangkan kebaikan, manusia dapat mengakibatkan
keburukan, seperti istri, anak. Karena kecintaan kepada mereka, misalnya
dapat melalaikan manusia dari kewajibannya terhadap Allah dan terhadap
sesama.
c. Setan (iblis). Setan adalah musuh manusia yang paling nyata, ia menggoda
manusia melalui batinnya untuk berbuat jahat dan menjauhi Tuhan.
d. Nafsu. Nafsu ada kalanya baik (muthmainah) dan ada kalanya buruk
(amarah), akan tetapi nafsu cenderung mengarah kepada keburukan.
3. Pembagian Akhlak tercela
Pada dasarnya sifat dan perbuatan yang tercela dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu:
1. Maksiat Lahir
Maksiat berasal dari bahasa Arab, ma’siyah, artinya “pelanggaran oleh
orang yang berakal balig (mukallaf), karena melakukan perbuatan yang
dilarang, dan meninggalkan pekerjaan yang diwajibkan oleh syariat islam.
Maksiat lahir dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
a. Maksiat lisan, seperti berkata-kata yang tidak memberikan manfaat,
berlebih-lebihan dalam percakapan, berbicara hal yang batil, berdebat
dan berbantah hanya mencari menangnya sendiri tanpa menghormati
orang lain, berkata kotor, mencaci-maki atau melaknat, menghina,
menertawakan, atau merendahkan orang lain, berkata dusta, dan lain
sebagainya.
b. Maksiat telinga, seperti mendengarkan pembicaran orang lain,
mendengarkan nyanyian-nyanyian atau bunyi-bunyi yang dapat
melalaikan ibadah kepada Allah Swt.
c. Maksiat mata, seperti melihat aurat wanita ataupun laki-laki yang
bukan muhrimnya, melihat kemungkaran tanpa beramar makruf nahi
mungkar.
d. Maksiat tangan, seperti menggunakan tangan untuk mencuri, dan
menggunakan tangan untuk mengurangi timbangan.
5
7. Hukum ini pada akhirnya bertujuan untuk mencegah melakukan yang
berikutnya, serta berusaha keras memperbaiki akhlaknya.
B. Akhlak-Akhlak Terpuji (Al-Akhlak Al-Mahmudah)
1. Pengertian
Menurut Al-Ghazali, berakhlak mulia atau terpuji artinya
“menghilangkan semua adat kebiasaan yang tercela yang sudah digariskan
dalam agama Islam serta menjauhkan diri dari perbuatan tercela tersebut,
kemudian membiasakan adat kebiasaan yang baik, melakukannya dan
mencintainya”.
Menurut Hamka, ada beberapa hal yang mendoorng seseorang untuk
berbuat baik, di antaranya:
a. Karena bujukan atau ancaman dari manusia lain
b. Mengharap pujian, atau karena takut mendapat cela
c. Karena kebaikan dirinya (dorongan hati nurani)
d. Mengharap pahala dan surga
e. Mengharap pujian dan takut azab Allah
f. Mengharap keridhaan Allah semata
2. Pembagian Akhlak Terpuji
Akhlak yang terpuji berarti sifat-sifat atau tingkah laku yang sesuai dengan
norma-norma atau ajaran Islam. Akhlak yang terpuji dibagi menjadi 2 bagian,
yaitu:
1. Taat Lahir
Taat lahir berarti melakukan seluruh amal ibadah yang diwajibkan
Tuhan, termasuk berbuat baik kepada sesama manusia dan lingkungan,
dan dikerjakan oleh anggota lahir. Beberap perbuatan yang dikategorikan
taat lahir adalah:
a. Tobat, dikategorikan kepada taat lahir dilihat dari sikap dan tingkah
laku seseorang. Namun sifat penyesalannya merupakan taat batin.
b. Amar makruf dan nahi munkar, perbuatan yang dilakukan kepada
manusia untuk menjalankan kebaikan dan meninggalkan kemaksiatan
dan kemungkaran.
7
8. c. Syukur, berterima kasih terhadap nikmat yang telah dianugrahkan
Allah kepada manusia dan seluruh makhluknya.
2. Taat Batin
Taat Batin adalah segala sifat yang baik, yang terpuji yang dilakukan
oleh anggota batin (hati).
a. Tawakal, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam
menghadapi, menanti, atau menunggu hasil pekerjaan.
b. Sabar, dasarnya adalah keyakinan bahwa semua yang dihadapi adalah
ujian dan cobaan dari Allah Swt.
c. Qana’ah, yaitu merasa cukup dan rela dengan pemberian yang
dianugrahkan oleh Allah.
3. Cara Meningkatkan Akhlak Terpuji
Ada banyak cara yang ditempuh untuk meningkatkan akhlak yang terpuji
secara lahiriah, diantaranya:
a. Pendidikan, dengan pendidikan cara pandang seseorang akan bertambah
luas, tentunya dengan mengenal lebih jauh akibat dari masing-masing
(akhlak terpuji dan tercela).
b. Menaati dan mengikuti peraturan dan UU yang ada di masyarakat dan
negara. Bagi seorang muslim tentunya mengikuti aturan yang digariskan
Allah dalam Al-Qur’an dan Sunah Nabi Muhammad SAW.
c. Kebiasaan, akhlak terpuji dapat ditingkatkan melalui kehendak atau
kegiatan baik yang dibiasakan.
d. Memilih pergaulan yang baik, sebaik-baik pergaulan adalah berteman
dengan para ulama (orang beriman) dan ilmuwan (intelektual).
e. Melalui perjuangan dan usaha. Menurut Hamka, bahwa akhlak terpuji
tidak timbul kalau tidak dari keutamaan, sedangkan keutamaan tercapai
melalui perjuangan.
Sedangkan akhlak yang terpuji batiniah, dapat ditingkatkan melalui
beberapa cara, yaitu:
a. Muhasabah, yaitu selalu menghitung perbuatan-perbuatan yang telah
dilakukannya selama ini, baik perbuatan buruk beserta akibat yang
dilakukannya, ataupun perbuatan baik beserta akibat yang ditimbulkannya.
8
9. b. Mu’aqobah, memberikan hukuman terhadap berbagai perbuatan dan
tindakan yang telah dilakukannya. Hukuman tersebut tentu bersifat
ruhiyah dan berorientasi pada kebajikan, seperti melakukan shalat sunah
yang lebih banyak dibandingkan biasanya, berzikir dan sebagainya.
c. Mu’ahadah, perjanjian dengan hati nurani (batin), untuk tidak mengulangi
kesalahan dan keburukan tindakan yang dilakukan, serta menggantinya
dengan perbuatan-perbuatan baik.
d. Mujahadah, berusaha maksimal untuk melakukan perbuatan yang baik
untuk mencapai derajat ihsan, sehingga mampu mendekatkan diri pada
Allah SWT (muraqabah).
9
10. V. Kesimpulan
Akhlak madzmumah (Akhlak Tercela) adalah suatu tingkah laku yang dapat
membawa manusia kepada kebinasaan dan kehancuran yang didorong oleh beberapa
factor yaitu dunia (harta), manusia, setan, dan nafsu. Akhlak tercela ini dapat
dibedakan menjadi dua bagian yaitu maksiat lahir seperti berbicara hal-hal batil,
menguping pembicaraan orang lain, melihat aurat orang yang bukan muhrimnya, dan
lain-lain. Kemudian maksiat batin yaitu seperti marah, dongkol, dengki, dan
sombong. Dan untuk akhlak tercela tersebut diperlukan 2 cara yaitu perbaikan
pergaulan dan member hukuman bagi yang melakukan perbuatan buruk.
Adapun akhlak mahmudah (Akhlak Terpuji) yaitu menghilangkan semua
kebiasaan yang tercela sebagaimana yang telah digariskan dalam ajaran Islam serta
menjauhkan diri dari perbuatan tercela tersebut, kemudian membiasakan kebiasaan
yang baik, melakukannya dan mencintainya. Akhlak terpuji ini dibagi menjadi 2
bagian yaitu taat lahir seperti tobat, amar makruf dan nahi munkar, dan syukur.
Kemudian taat batin yaitu seperti tawakal, sabar, dan qana’ah. Dan untuk
meningkatkan akhlak terpuji dapat dilakukan dalam beberapa cara yaitu apabila
secara lahiriah, seperti memilih pergaulan yang baik, membiasakan kegiatan yang
baik, dan menaati peraturan yang berlaku baik yang ada di Negara maupun di
masyarakat. Dan apabila secara batiniah yaitu dengan cara muhasabah, mu’aqobah,
mu’ahadah, mujahadah.
10