SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 213
Downloaden Sie, um offline zu lesen
PERJALANAN SUCI
DI TANAH VRAJA
Bhagératha Däsaù
PERJALANAN SUCI
DI TANAH VRAJA
PERJALANAN SUCI
DI TANAH VRAJA
Penulis:
Bhagératha Däsaù
Layout/Penyelaras Akhir:
Lakñmé Näräyana Däsaù
Penerbit:
Narayana Smrti Press
Jl. Sudarsan Chakra No. 3 Maguwoharjo
Yogyakarta
Cetakan Pertama: Februari 2011
13,7 x 20,5 cm
xx + 189 halaman
.
Hak Cipta pada Penulis
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang:
Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin
tertulis dari penulis atau penerbit
Daftar isi
Persembahan .................................................................................... vii
Ucapan Terimakasih ......................................................................... ix
Prakata ............................................................................................. xi
Pendahuluan .................................................................................... xv
Sepuluh jenis kesalahan terhadap Dhäma ....................................... xxiii
Kunjungan Çré Caitanya Ke Våndävana ............................................ 1
Maöhurä ........................................................................................... 17
Gokula ............................................................................................... 35
Våndävana ......................................................................................... 63
Varñäëä .............................................................................................. 147
Nanda Grama .................................................................................... 159
Jabaran Waktu Keberadaan Tuhan Çré Kåñëa Selama Di Planet
Bumi Lima Ribu Tahun Yang Lalu .................................................... 187
v
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
vi
Persembahan
Kepada
vii
Param pujya
Çré Çrémad Añöottara-çata A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupäda
(Pendiri dan acarya masyarakat kesadaran Krsna internasional)
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
viii
Buku ini juga dipersembahkan
kepada
Guru kerohanian hamba
Param pujya
Çréla Bhakti Räghava Swami Maharaj
Ucapan Terimakasih
Atas karunia Çré Çré Guru dan Gauraìga, saya ingin mengucapkan
terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada H.D.G. A.C Bhaktivedanta
Swami Prabhupäda karena atas karunia beliau, tanah suci yang sangat
rahasia telah terungkap dikalangan kita yang berada dalam kebodohan
yang paling gelap dunia material. Saya juga ingin mengucapkan
terimakasih yang tidak terhingga kepada guru kerohanian saya, H.H.
Bhakti Räghava Swami Maharäj, karena atas karunia dan bimbingan
beliau, saya telah mendapat kesempatan menimba pendidikan dan tingal
di tempat suci Vraja bumi untuk belajar dibawah H.G. Gopé Paräëadhana
Prabhu, seorang murid senior Çréla Prabhupäda. Kepada H.G. Gopé-
paräëadhana, yang telah memberikan begitu banyak inspirasi dan
semangat kepada saya dalam pengabdian suci selama belajar dibawah
beliau di Çré Govardhana dham – Vraja mandal. Kepada Kiçora Kåñëa
Prabhu, saudara seguru saya yang tidak henti-hentinya memberikan
semangat kepada saya selama berada di tanah suci Bharata-bumi.
Ucapan terimakasi juga saya sampaikan kepada beberapa penyembah
yang telah banyak membantu saya sehingga buku ini bisa terbit. H.G.
Lakñmé Näräyana Prabhu, yang telah meluangkan waktu untuk layout
dan membantu mengedit buku ini. Kepada H.G. Çrénidhi Prabhu,
yang juga telah meluangkan cukup banyak waktu untuk membantu
pengeditan. Dan kepada banyak Vaisnava lainnya yang tidak bisa saya
ix
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
x
sebutkan namanya satu per satu, yang telah memberikan saya semangat
dan dukungan untuk menulis dan menerbitkan buku “Perjalanan Suci di
Tanah Vraja” ini. Terakhir, yang tidak kalah pentingnya, kepada semua
Vaisnava, khususnya para pembaca semoga mendapatkan inspirasi lebih
dalam untuk mengetahui lebih banyak lélä dan tempat rahasia spiritual,
Çré Vraja mandala.
Hare Krsna
Prakata
Saya sangat puas dan senang saat membaca buku pertama Çrémän
Bhagératha däsa berjudul “Perjalanan Suci di Tanah Vraja” yang ditulis
dalam Bahasa Indonesia. Sebelum saya berkomentar pada buku ini,
pertama-tama saya ingin sedikit berbicara tentang si penulis.
Penulis muda ini awalnya ketemu kesadaran Krsna di Bali – Indonesia
ketika dia masih duduk di kelas dua sekolah dasar. Atas pergaulan yang
baik dari para penyembah seperti Dhåtätmä däsa, Kiçora Kåñëa däsa dan
yang lainnya, dengan perkembangan yang pesat dia mengembangkan
keterikatan kuat dalam pengabdian suci dan pergaulan pada para
penyembah. Ketika berada di Kåñëa Balaräma Mandir di Denpasar, kami
mendapatkan kesempatan untuk ketemu satu sama lain sekitar tahun
1998-1999. Saat itu dia tidak begitu fasih dalam berbahasa inggris. Namun
dia meperlihatkan semangat yang kuat untuk belajar dan melayani.
Segera setelah lulus sekolah dia bergabung sebagai brahmacari asram.
Berkeinginan untuk memberikan kesempatan kepada beberapa
penyembah dari Indonesia untuk lebih akrab dan dekat berhubungan
dengan kebudayaan Veda, pada tahun 2004 kami mengatur beasiswa
untuk program pendidikan yoga selama tiga tahun untuk Kiçora Däsa
xi
Oà Surabhyai namaù Oà Çré-gurave namaù
dan Bhagératha Däsa. Atas karunia Yang Maha Kuasa, pada saat itu
program gurukula BBT untuk program belajar bahasa sansekerta,
Çrémad-Bhägavatam Vidyäpéöham, dicanangkan akan segera dibuka.
Gurukula tradisional ini dipimpin oleh H.G. Gopéparäëadhana däsa,
seorang murid senior Çréla Prabhupäda dan salah satu dari senior editor
Sanskrit di BBT. Ini adalah suatu kesempatan yang jarang dan khusus
bagi Bhagératha däsa untuk dapat diterima dalam program belajar tiga
tahun mereka. Atas karunia Kåñëa, meskipun relatif masih sangat awam
dalam bahasa inggris, dia diterima sebagai murid angkatan pertama
dimana kebanyakan muridnya berasal dari negara-negara asing. Karena
gurukula memerlukan pujari untuk memuja Çré Çré Gaura Nitäi, para
otoritas meminta Bhagératha Däsa untuk melakukan pelayanan tersebut.
Karena belum menerima brähmaëa dékñä, maka diputuskan untuk
melaksanakan upacara yajïa di Govardhana yang dilakukan langsung
oleh Gopéparäëadhana däsa.
Selama tiga tahun belajar, Çrémän Bhagératha däsa terbukti sebagai murid
yang tekun. Atas pergaulan dengan para penyembah dari negara asing,
dia mengembangkan bahasa ingrisnya dengan pesat. Sebagai kepala
pujari (pendeta) untuk gurukula, dia memuja Çré Çré Gaura Nitäi dengan
penuh perhatian. Dia tinggal di daerah Govardhana. Tetapi secara teratur
dia mengunjungi berbagai tempat suci di Vraja, sebuah penemuan
dunia baru di setiap kunjungan. Pada waktu inilah dia mempelajari
bahasa sansekerta dimana dia menekuninya dengan serius sehinga
menguasainya dengan cepat. Atas karunia Çré Çré Gaura Nitai, dia juga
mendapat kesempatan melayani Çré Çré Kåñëa Balaräma di dalam bentuk
dua Çré Giriräja Govardhana çiläs. Dia lulus dari Çrémad-Bhägavatam
Vidyäpéöham pada tahun 2008 dan menerima gelar Bhagavat-çästré.
Buku yang telah dia tulis membawa pembaca pada sebuah perjalanan
suci ke tempat suci yang paling menarik diantara semua tempat suci,
Çré Vraja Dhama, dimana setiap hari Tuhan Çré Kåñëa melakukan nitya-
lélä, kegiatan kekal, dengan rekan kekalNya yaitu para gopa dan gopé
di tepi sungai Yamunä dan di dua belas hutan Våndävana. Hal ini
mengingatkan pada perjalanan Jéva Gosvämé di Navadvépa didampingi
oleh Tuhan Nityänanda yang dijelaskan dengan baik oleh Bhaktivinoda
Thakura dalam karyanya Çré Navadvépa-dhäma-mähätmyam pada
bagian Parikramä-khaëòa. Perjalanan yang dibawakan untuk kita oleh
Bhagératha Däsa mencangkup semua tempat penting di Vraja diawali
xii
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
dengan uraian Mathurä dan diikuti dengan semua tempat utama Kåñëa lélä
di Gokula, Våndävana, Varñäëä dan Nanda gräma. Penulis menguraikan
berbagai kuil dan kegiatan yang berhubungan dengan Tuhan Çré Kåñëa
yang memberikan pembaca gambaran yang hidup tentang dunia rohani
dengan menyajikan foto-foto kuil, kuëòa dan banyak hal lain di dalam
buku ini.
SiapapunyangmembacadeskripsiiniakandiingatkanpadakegiatanTuhan
sehari-hari berikut: “Tuhan Çré Kåñëa meniup serulingNya dengan keras
sambil Beliau memasuki hutan di Çré Våndävana, sehingga memberikan
kebahagiaan yang tidak terbayangkan pada semua penduduk desanya,
Vraja-dhäma. Kegiatan sederhana ini, yaitu kejenakaan memasuki hutan,
bermain seruling dan sebagainya, dilakukan setiap hari di tanah spiritual
Våndävana.” [SB 10.15.2]. Çréla Prabhupäda juga menjelaskan bahwa
tempat suci yang hadir di Bhauma Våndävana (di dunia material) ini
tidak berbeda dengan Goloka Våndävana (di dunia rohani) dan juga
tidak berbeda dengan Kåñëa sendiri: “Tempat-tempat yang berada di
dunia ini tidak berbeda dengan tempat aslinya karena tempat-tempat itu
merupakan cerminan tempat suci yang asli yang berada di dunia rohani.
Tempat-tempat itu sama dengan Kåñëa sendiri dan sama-sama patut
dipuja. Tuhan Çré Caitanya menyatakan bahwa Tuhan Çré Kåñëa, yang
menjadikan dirinya sebagai putra raja Vraja patut dipuja dan begitu juga
Våndävana Dhäma juga sama-sama patut dipuja.” [CC Adi 5.18]
Bagi mereka yang secara fisik belum mendapatkan kesempatan
mengunjungi Vraja, buku ini akan memberikan pengenalan yang sangat
bagus. Bagi mereka yang beruntung telah berkunjung ke Vraja, buku ini
akan membantu untuk mengingat kembali meditasi yang dalam pada Çré
Våndävana Dhäma. Penemuan tempat suci di tanah suci Våndävana adalah
kelanjutan pelayanan yang dilakukan oleh Çré Caitanya Mahäprabhu yang
secara pribadi mengirim muridnya yang paling utama, enam gosvami
Våndävana, untuk mencari tempat tempat suci ini dan terus mengundang
roh-roh yang terikat untuk menghidupkan kembali hubungan mereka
dengan dunia spiritual yang telah terputus.
Kita harus berterimakasi kepada Çrémän Bhagératha däsa karena
telah menulis secara ekstensif tentang tempat suci yang paling mulia,
Våndävana Dhäma. Kita berdoa semoga Tuhan Çré Kåñëa, tujuan dan
acuan meditasi bagi para penduduk Våndävana, akan berkarunia kepada
xiii
Prakata
penulis dan pembaca sehingga bisa mengembangkan cinta bhakti rohani
kepada Kåñëa yang telah terpendam.
Çrémän Bhagératha däsa saat ini tinggal di Bali dan sekarang sudah
menikah dengan Çrémati Tusmila Permana Dewi (bhaktin), yang juga
berasal dari Bali. Dia sekali-kali berkunjung ke India untuk mengantar
para penyembah berziarah di dalam dan di sekitar Vraja. Segera setelah
tiba di Indonesia, dia berkecimpung di dalam menyelenggarakan
pendidikan Varnasrama dan traditional gurukula di Gianyar-Bali. Dia
telah membantu untuk mengorganisir global varnasrama seminar
tahunan di Bali selama dua kali dalam 2 tahun berturut-turut.
Kåñëe matir astu,		
Bhakti Räghava Swami
xiv
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
Pendahuluan
oà ajïäna-timirändhasya
jïänäïjana-çaläkayä
cakñur unmélitaà yena
tasmai çré-gurave namaù
Hamba dilahirkan di dalam kebodohan yang gelap, tetapi guru
kerohanian hamba telah membuka mata hamba dengan penerangan
berupa pengetahuan. Hamba bersujud dengan hormat kepada beliau.
nama oà viñëu-pädäya kåñëa-preñöhäya bhü-tale
çrémate bhaktivedänta-svämin iti nämine
namas te särasvate deve gaura-väëé-pracäriëe
nirviçeña-çünyavädi-päçcätya-deça-täriëe
“Hamba bersujud dengan hormat kepada Çré Çrémad A.C. Bhaktivedanta
swami Prabhupäda, yang sangat dicintai oleh Tuhan Çré Kåñëa karena
beliau sepenuhnya berlindung pada kaki padma-Nya. Sembah sujud
hamba kepada anda, O tuanku, pelayan Çréla Bhaktisiddhänta Sarasvaté
Gosvämé. Anda sangat berkarunia dengan mengajarkan ajaran Çré
Caitanya dan membebaskan negara-negara barat yang penuh dengan
filsafat mäyävädé dan çünyavädé (Tuhan tidak berbentuk pribadi dan sifat
kekosongan)”.
xv
Vrajendra-nandanaà vande sa-rämaà jaladä prabham
Çré-dämädyaiù parivritaà sakhya-prema-pariplutam
“Hamba menghaturkan sembah sujud kepada Vrajendra-Nandana yang
warna kulitNya bagaikan awan menjelang hujan, beliau yang di temani
oleh Çré Balaräma dan dikelilingi oleh anak-anak pengembala sapi yang
di pimpin oleh Çré Däma. Beliau di banjiri oleh rasa cinta bhakti rohani
anak gembala sapi”.
çré-kåñëa-Caitanya prabhu-nityänanda çré-advaita
gadädhara çréväsädi-gaura-bhakta-vånda
“Hamba bersujud kepada Çré Kåñëa Chaitanya, Prabhu Nityänanda,
Çré Advaita, Gadädhara, Çréväsa, dan semua yang berada di dalam garis
pengabdian suci bhakti”.
hare kåñëa hare kåñëa kåñëa kåñëa hare hare
hare räma hare räma räma räma hare hare
vraja-väsé-gaëa, pracäraka-dhana,
pratiñöhä-bhikñuka tä’rä nahe ‘çava’
präëa äche tä’r, se-hetu pracär,
pratiñöhäçä-héna-’kåñëa-gäthä’ saba
“Harta karun yang paling berharga dari para pelayan Tuhan yang
mengajarkan kesadaran Kåñëa, mereka sebenarnya merupakan
kepribadian yang kekal yang tingal di Vraja-dhäm. Mereka tidak
pernah mendapatkan sesuatu untuk diri mereka hanya untuk reputasi
material yang tidak berharga yang hanya kelihatan berharga bagi orang
yang bagaikan mayat. Para vraja-väsé sepenuhnya hidup, karena itu
mereka mengajarkan hanya untuk memberikan kehidupan kepada
orang material yang bagaikan mayat berjalan. Semua nyanyian yang
dinyanyikan oleh para vraja-väsé tentang keagungan Tuhan Çré Kåñëa
sebenarnya bebas dari bintik-bintik keinginan kemasyuran material”.
(“Duñöa-Mana”, karya tulis Çréla Bhaktisiddhänta Sarasvaté)
Vraja juga kadang kadang di kenal denga nama “tanah kemunculan Çré
Kåñëa” karena Çré Kåñëa berlila di tempat ini lima ribu tahun yg lalu.
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
xvi
Tidak ada perbedaan antara tempat dan kegiatan kepribadian Tuhan
Yang Maha Esa Çré Kåñëa dengan diri Beliau sendiri. Karena itu untuk
memberikan kesempatan kepada para makhluk hidup, khususnya umat
manusia, agar mendapat kesempatan untuk mendengar kegiatanNya,
Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa muncul disertai oleh rekan-rekanNya,
tempat tingal yang kekal dan lain lain. Di dalam Çrémad Bhagavad Gétä,
bab 4 sloka 9 Tuhan Çré Kåñëa bersabda:
janma karma ca me divyam
evaà yo vetti tattvataù
tyaktvä dehaà punar janma
naiti mäm eti so ‘rjuna
“Orang yang mengetahui sifat rohani kemunculan dan kegiatanKu tidak
akan dilahirkan lagi setelah meningalkan badannya melainkan akan
mencapi tempat tingalKu, wahai Arjuna”.
Ada begitu banyak tempat di bumi ini yang sangat indah secara material
danTuhanmempunyaikuasapenuhuntukmunculdanberliladimanapun
beliau inginkan. Karena beliau adalah Yang Maha Kuasa, maka tidak
seorangpun akan mampu melarang Beliau. Tetapi tetap beliau memilih
untuk muncul dan berlila di Vraja-dhäma. Tuhan memilih Vraja-dhäma
karena di sana ada penyembah murniNya. Hanya itulah alasan Beliau
untuk muncul di suatu tempat. Kalau hanya untuk membunuh Kamsa,
atau raksasa yang lainnya, Tuhan tidak perlu turun ke bumi ini. Hanya
dengan memerintahkan Devi Mäyä atau dewa kematian, Yamaraj, beliau
mampu membunuh para raksasa dengan mudah. Tetapi karena beliau
ingin memuaskan dan menikmati bersama penyembahNya maka beliau
muncul di muka bumi ini.
Karena rasa cinta bhakti yang murni para Gopé dan Gopa di Våndävana,
Tuhan Çré Kåñëa memilih Vraja sebagai tempat favoritNya. Di Vraja
Dhäma, beliau mempunyai tiga tempat favorit karena tempat itu
memberikan fasilitas yang khusus kepada Kåñëa dan penyembahNya
menikmati kegiatan mereka. Tempat itu adalah tepi sungai Yamunä,
bukit Govardhana dan hutan Våndävana.
Çré Kåñëa melakukan léläNya yang rohani di Vraja-dhäma lima ribu
tahun yang lalu. Beliau muncul di Mathurä di dalam penjara yang berada
Pendahuluan
xvii
dibawah kekuasaan Kaàsa. Setelah beberapa jam dari kemunculan
Beliau, Vasudeva membawaNya ke Gokul ke rumah Nanda Maharaj.
Setelah kurang lebih 3 atau 4 tahun, karena rasa sayang para vrajavasi,
takut jika Kåñëa digangu oleh raksasa yang sering berusaha membunuh
Kåñëa, yang dimulai dari Raksasi Pütanä, mereka pindah ke seberang
sungai Yamunä menuju Nanda-gaon (Nanda Grama). Di sana Kåñëa
bersama Balaräma melakukan aktivitasNya selama kurang lebih sampai
berumur 10 tahun. Dari Nanda Grama Kåñëa pindah ke Mathurä untuk
memuaskan para penyembah Beliau yang di Mathurä. Setelah beberapa
tahun meluangkan waktu beliau di Mathurä, kurang lebih pada waktu
Beliau berumur 28 sampai 29 tahun, Beliau mendirikan kota di tengah
lautan di Dvaraka, di daerah bagian barat India.
Meskipun kejadian ini telah terjadi lima ribu tahun silam, namun
Kåñëa dalam aprakåta lélä (kegiatan yang terselubung), Beliau masih
berada di Vraja-dhäma sampai saat ini dan kalau seseorang mempunyai
kualifikasi, mereka masih bisa melihat Kåñëa sedang bermain-main di
Bukit Govardhan bersama anak anak gembala sapi. Diantara tempat-
tempat suci di mana Tuhan Çré Visnu melakukan léläNya, hanya di
Vraja-dhäma Beliau menginjakan kaki padmaNya setiap hari tanpa alas
kaki. Beliau mengembalakan sapi setiap hari dan berkeliling di hutan
Våndävana, bukit Govardhan dan tempat-tempat lainya tanpa alas kaki.
Jadi tanah suci Våndävana sebenarnya penuh dengan debu bekas jejak
kaki Çré Kåñëa secara langsung. Bahkan sampai sekarang kita bisa melihat
di beberapa tempat di bukit Govardhana dan tempat lainya, jejak kaki
Çré Kåñëa yang berbekas di atas batu (Govardhan sila). Selain itu, Çré
Caitanya Mahäprabhu dan para pengikut Beliau, para Gosvämé dan lain
lain, lima ratus tahun yang lalu, mengadakan perjalanan di Vraja-dhäma
tanpa alas kaki. Mereka berkeliling di Vraja-dhäma dan menginjakan
kaki padma mereka. Debu yang menyentuh kaki padma para vaisnava
yang agung seperti itu bisa mengangkat seluruh alam semesta pulang ke
dunia rohani.
Meskipun keagungan Vraja-dhäma tidak bisa dibandingkan dengan
tempat suci manapun di alam semesta material ini, namun keberadaan
dan keagungan Vraja sempat terpendam selama beberapa ribu tahun
setelah Kåñëa menutup léläNya di bumi ini. Banyak tempat yang penting
yang berhubungan dengan kegiatan rohani Çré Kåñëa di Vraja, termasuk
Rädhä Kunda, tempat suci tertingi di seluruh alam semesta, sempat
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
xviii
terlupakan dan bahkan tidak ada yang tahu dimana lokasi tempat-tempat
tersebut. Melihat keadaan seperti itu, Çré Caitanya Mahäprabhu, yang
merupakan Çré Kåñëa sendiri, secara pribadi datang ke Våndävana untuk
menggali atau menemukan tempat-tempat suci tersebut. Beliau juga
mengirim para pengikutNya seperti Lokanath Gosvämé, Rupa Gosvämé,
Sanatan Gosvämé dan lain-lain, yang tidak lain merupakan para rekan
pribadi Çré Kåñëa yang muncul dalam lélä Beliau sebagai Çré Caitanya,
untuk melajutkan pencaharian terhadap tempat-tempat dimana Çré
Kåñëa melakukan kegiatanNya di Vraja bumi.
Mungkin orang akan berpikir, Bagaimana kita bisa mempercayai kalau
itu adalah tempat yang sama dimana Kåñëa melakukan kegiatanNya di
Vraja sedangkan mereka, para Gosvämé, tidak hadir lima ribu tahun
yang lalu? Kåñëa bersifat kekal, maka beliau juga mempunyai rekan
yang kekal. Rekan rekan beliau tersebut selalu muncul bersama beliau
dalam berbagai bentuk. Atas keinginan Kåñëa, para penyembahNya bisa
mengingat segala sesuatu yang terjadi di masa lampau, masa sekarang
dan masa yang akan datang. Jadi karena lima ribu tahun silam Kåñëa
dan para gopé dan gopa berlila di tempat ini, hanya Kåñëa, gopa dan
gopilah yang bisa memastikan dimana tempat mereka berlila. Seperti
yang disampaikan sebelumnya, para gosvämé tidak lain dari gopa dan
gopé yang menjelma di dalam lila Çré Caitanya sebagai orang yang
berada dalam pelepasan ikatan (Gosvämé atau para sannyasi). Jadi atas
keinginan Çré Caitanya, yang merupakan Çré Kåñëa pribadi, mereka
mengingat tempat-tempat dimana mereka melakukan lélä lima ribu
tahun lalu. Karena itu tidak ada hal yang perlu diragukan lagi mengenai
kebenaran pendapat mereka. Selain itu para goswami juga mengunakan
dasar sastra yang dapat dipercaya untuk memastikan tempat-tempat
tersebut seperti Puräëa, itihasa dan lain lain.
Vraja-dhäma yang berada di bumi ini tidaklah berbeda dengan Goloka
Våndävana. Ketika Kåñëa turun ke bumi, Beliau membawa tempat tingal
Beliau yang kekal ke dunia material ini. Meskipun Goloka di bumi ini
dengan yang ada di dunia rohani tidak berbeda, namun dinyatakan
bahwa Vraja-dhäma di dunia material lebih berkarunia dari pada goloka
Våndävana di dunia rohani. Di dunia rohani, hanya roh-roh yang
sepenuhnya bebas dari pencemaran dunia material dan memiliki cinta
bhakti yang murni kepada Çré Kåñëa yang akan diizinkan untuk masuk.
Sedangkan orang yang masih memiliki bahkan sedikit motif material
Pendahuluan
xix
tidak akan diizinkan bahkan hanya untuk mendekati perbatasan Goloka
sekalipun. Sedangkan Vraja yang sama, yang bermanifestasi di bumi
ini, mengijinkan dan memberikan kesempatan bahkan kepada para
raksasa atau orang yang sangat berdosa sekalipun untuk masuk ke Vraja
dhäma. Çréman Gopi Parana Dhana Prabhu, seorang murid senior Çréla
Prabhupäda, sering menjelaskan bahwa, Kadang kadang ada orang naik
bus atau kereta api yang secara tidak sengaja berhenti dan turun di vraja
hanya untuk membeli teh atau kopi. Meskipun secara tidak sengaja
seperti itu, karena telah menginjakan kakinya di tanah suci Vraja,
mereka sebenarnya secara tidak sadar telah mendapatkan keuntungan
yang tidak bisa dibandingkan dengan mengunjungi ribuan tempat suci
lainnya dan mandi di berbagai tempat suci dimuka bumi ini.
Di dalam buku kecil ini saya berusaha menguraikan segelintir dari
keagungan tempat-tempat di Vraja-dhäma. Disini tidak akan diuraikan
semua tempat di Vraja, tetapi hanya akan menguraikan beberapa tempat
yang memungkinkan untuk dikunjungi. Buku ini dimaksudkan untuk
memberikan informasi dan tuntunan untuk mereka yang berkunjung
ke Vraja dalam waktu yang singkat dan juga untuk mereka yang belum
pernah mengunjungi Vraja sehingga mereka mendapat kesempatan
merasakan dan menikmati keindahan Vraja di dalam meditasi mereka.
Selain itu, buku ini juga dimaksudkan untuk menambah keyakinan kita
pada kisah-kisah yang diuraikan di dalam kitab suci adalah merupakan
sejarah yang memang benar-benar nyata dan bukan sekedar dongeng
atau mitologi, dengan bukti yang masih kita dapat lihat sampai sekarang
seperti yang akan diuraikan di sini.
Cerita-cerita dalam buku ini dimaksudkan untuk membantu para
pembaca untuk bermeditasi pada kegiatan Kåñëa. Berkunjung ke
tempat suci dimaksudkan untuk mengingat kegiatan Kåñëa atau para
penyembahnya di tempat-tempat tersebut. Berkunjung ke tempat suci,
seperti Çréla Prabhupada sampaikan, bukan hanya untuk mandi dan
berpikir bahwa saya sekarang sudah disucikan dan bebas dari dosa. Tapi
hal yang paling penting adalah mendapat pergaulan dari para sadhu atau
orang suci yang tingal di tempat-tempat suci tersebut dan menikmati
manisnya kegiatan Çré Kåñëa dari mereka atau dari karya-karya yang
mereka tingalkan untuk kita. Kisah-kisah yang disampaikan di dalam
buku kecil ini diambil dari berbagai sumber khususnya dari buku-buku
Prabhupäda dan dari para Gosvämé dan pengikut mereka.
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
xx
Pesan terakhir yang ingin saya sampaikan kepada para pembaca yang
mungkin bisa dijadikan bahan renungan adalah, sangat sulit untuk
datang ke India, ke tempat-tempat suci di India seperti Våndävana,
Çrédhäma Mäyäpura, Jagannätha Puré dan lain lain. Tetapi yang lebih
sulit lagi dari itu adalah setelah kembali dari tempat suci dan tiba di
tempat tingal masing-masing. Karena itu kita perlu belajar banyak di
tempat suci dari pergaulan para vaisnava dan mengambil hikmah dari
kunjungan ke tempat suci.
Semoga persembahan kecil dan sederhana ini akan berguna untuk
kemajuan kehidupan spiritual para pembaca. Hare Kåñëa
Oà namo bhagavate väsudeväya
Oà Çri rämakåñëäbhyaà namaù
Om tat sat.
Däsa Däsänu Däsaù
Bhagératha däsaù
Pendahuluan
xxi
xxii
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
Sepuluh jenis kesalahan terhadap Dhäma
Seperti halnya nama suci yang tidak berbeda dengan Tuhan Çré Kåñëa,
begitu juga dhäma atau tempat suci tidaklah berbeda dengan Kepribadian
Tuhan Yang Maha Esa. Sastra menyatakan, “abhinnatvän näma-näminoù”,
tidak ada perbedaan antara Tuhan dengan hal-hal yang berhubungan
dengan Beliau seperti tempatNya ber-lila, paraphernalia yang beliau pakai
dan lain-lain. Karena itu kita mesti berhati-hati ketika kita berkunjung
ke tempat-tempat suci. Ada banyak hal yang perlu kita perhatikan ketika
kita berada di tempat suci. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal
dari kunjungan ke tempat suci, selain mendapat pergaulan dengan para
penyembah Tuhan dan mendengarkan kegiatan rohani Tuhan di setiap
tempat, kita perlu memperhatikan berbagai jenis kesalahan terhadap
tempat suci yang mesti kita hindari. Dalam hal ini Çréla Bhaktivinoda
Öhäkura memberi pernyataan untuk menghindari sepuluh jenis
kesalahan terhadap Dhäma.
Sepuluh jenis kesalahan terhadap tempat suci (dhäma aparadha) adalah
sebagai berikut:
1. Tidak menghormati seorang guru yang telah mengungkapkan dhäma
kepada para muridnya.
2. Berpikir bahwa tempat suci (dhäma) bersifat sementara.
3. Melakukan kekerasan terhadap setiap penduduk dhäma atau para
pengunjung atau berpikir bahwa mereka adalah orang-orang biasa.
xxiii
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
xxiv
4. Melakukan kegiatan-kegiatan material selama berada atau tinggal di
tempat suci.
5. Mencari uang dengan mengkomersialkan pemujaan arca dan
nyanyian nama suci Tuhan di tempat suci
6. Berpikir bahwa tempat suci merupakan bagian dari suatu Negara atau
provinsi yang material seperti Bengal, atau berpikir bahwa tempat
suci dimana Tuhan ber-lila sama dengan tempat perziarahan yang
berhubungan dengan para dewa atau berusaha untuk mengukur
atau membatasi areal tempat suci.
7. Melakukan kegiatan berdosa selama berada atau tinggal di tempat
suci.
8. Menganggap bahwa Våndävana berbeda dengan Navadvépa.
9. Menghina kesusastraan atau kitab suci atau buku-buku yang
mengagungkan tempat suci.
10. Tidak yakin pada tempat suci atau berpikir bahwa keagungan tempat
suci adalah suatu imajinasi.
Selama kita tidak memperhatikan kesepuluh kesalahan diatas, maka kita
tidak akan pernah bisa masuk kedalam dhäma atau tempat suci yang
sejati dan mendapatkan hasil sempurna dalam pelaksanaan tirtha yatra.
Bab I
Kunjungan Çré Caitanya Ke Våndävana
Lima ratus tahun yang lalu, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa Çré Kåñëa
muncul sebagai Çré Kåñëa Caitanya di daerah India Timur, tepatnya
di Çrédhäma Mäyäpura, Nawadvip, Bengala bagian barat. Salah satu
tujuan Beliau adalah untuk membangkitkan kembali keagungan Vraja-
dhäma yang saat itu sudah hampir tidak dikenal lagi oleh masyarakat
umum dan bahkan mereka yang tingal di daerah tersebut. Atas perintah
beliau, para Gosvämé Våndävana melakukan research sehinga akhirnya
saat ini kita dapat dengan mudah mengenali tempat-tempat dimana
Kåñëa melakukan kegiatanNya. Sebelum para Gosvämé khususnya
enam Gosvämé yang dipimpin oleh Çré Rüpa dan Çré Sanätana datang
ke Våndävana, Çré Caitanya maharaprabhu secara pribadi datang ke
Våndävan untuk menemukan tempat-tempat yang telah terlupakan di
Våndävana. Seperti misalnya Rädhä Kunda dan Syäma Kunda yang telah
hilang, namun Çré Kåñëa Caiatanya menemukan kembali tempat tersebut
yang nantinya direnovasi oleh Çré Raghunätha Däsa Gosvämé.
Sebelum kita memasuki daerah Våndävana, merupakan suatu hal yang
sangat penting untuk mendengarkan kisah perjalanan Çré Caitanya serta
saat beliau berada di Våndävana. Dengan demikian kita bisa mendapat
kesempatan untuk mendengar dan mengerti bagaimana hendaknya
perasaan seseorang saat berkunjung ke Våndävana. Selain itu, dengan
mendengarkan kisah Çré Caianya Mahäprabhu ini, kita bisa mengikuti
1
jejak kaki padma Beliau dan berdoa kepadaNya yang merupakan Yuga-
avatar,avatarayangpaling berkaruniadi jamanini, semogaBeliau bersedia
memberikan karuniaNya agar kita bisa mengagumi dan menghormati
Vraja-dhäma semaksimal mungkin.
Çré Caitanya Mahäprabhu beberapa kali berusaha keras datang ke
Våndävana. Saat beliau berada di Navadvépa, Çré Caitanya pernah berusah
berangakat ke Våndävana, tetapi atas aturan Çré Nityänanda prabhu beliau
berhasil menggiring Çré Caitanya ke Çantipur, rumah Çré Advaitäcarya.
Setelah beliau mengambil sannyas, Çré Caitanya berkeinginan untuk
tingal di Våndävana tetapi atas keinginan Saci, ibuNya, Çré Caitanya
akhirnya tingal di Jagannätha puré. Saat berada di Jagannätha Puré,
beliau juga berusaha untuk berangkat ke Våndävana beberapa kali,
namun selalu digagalkan oleh penyembah-penyembah Beliau di sana
karena mereka tidak ingin berpisah denganNya. Bahkan pada akhirnya,
ketika beliau sudah di dalam perjalanan ke Våndävana, setelah bertemu
dengan perdana mentri Aurang zeb di Räma-keli, Rüpa dan Sanätana,
atas anjuran dan permintaan mereka, Çré Caitanya Mahäprabhu kembali
lagi ke jagannätha puré dan mengurungkan niatNya untuk berangkat
ke Våndävana. Sehinga pada akhirnya, suatu hari ketika musim gugur
tiba, Çré Caitanya memutuskan untuk berangkat ke Våndävana sendirian
tanpa ditemani oleh siapaun.
Sebelum berangkat ke Våndävana, Çré Caitanya mendiskusikan hal ini
dengan Çréla Svarüpa Dämodara dan Ramananda Raya. Ketika beliau
menyampaikan niatnya utnuk berangkat ke Våndävana sendirian, Çréla
Svarüpa Dämodara meminta Çré Caitanya untuk mengajak paling tidak
satu pelayan yang bisa melayani Beliau di perjalanan. Çré Caitanya setuju
dengan perminataan Çréla Svarüpa Dämodara namun dengan syarat,
Beliau tidak akan mengajak salah satu dari rekan terdekatNya dan juga
orang tersebut harus benar-benar mempunyai pikiran yang tenang.
Akhirnya Çréla Svarüpa Dämodara mengirim Balabhadra Bhaööäcärya.
Çréla Svarüpa Dämodara berkata ”Ini adalah Balabhadra Bhattäcarya yang
mempunyai rasa cinta dan kasih sayang yang sangat dalam kepada Anda.
Selain itu dia adalah orang yang sangat jujur, terpelajar dan sangat maju
di dalam kesadaran Kåñëa. Akhirnya Çré Caitanya menerima masukan
Çréla Svarüpa Dämodara dan setuju mengajak Balabhadra bersama Beliau
di dalam perjalanan ke Våndävana. Di malam hari, Çré Caitanya darsan
pada Çré Jagannätha dan sebelum malam berakhir, beliau mulai berangkat
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
2
ke Våndävana. Untuk menghindari masyarakat umum, Çré Caitanya tidak
mengambil jalan umum melainkan mengambil jalan di dalam hutan
Jhärikaëòa.
Seperti biasanya, Çré Caitanya selalu menyanyi dan menari bahkan di
dalam hutan sekalipun dimana terdapat begitu banyak binatang buas
di berbagai tempat. Ketika Çré Caitanya berjalan sambil menari dan
menyanyikan nama suci, beberapa harimau dan gajah yang ada didepan
Beliau memberikan jalan kepadaNya. Setelah beberapa saat, binatang-
binatang di hutan seperti macan, singa, babi hutan, gajah, rhinocaurus,
mulai menari dan menyanyi bersama beliau. Balabhadra yang saat itu
menemani Tuhan Çré Caitanya, merasa sangat takut melihat binatang
buas tersebut, tetapi karena pengaruh rohani Çré Caitanya, semua
binatang berdiri di satu sisi bersama beliau dan menari. Suatu hari dalam
perjalanan di hutan, ada seekor harimau yang sedang tidur tepat di
depan Çré Caitanya Mahäprabhu. Çré Caitanya Mahäprabhu yang saat itu
berada di dalam kebahagiaan rohani tidak menghiraukan macan tersebut
melainkan hanya melanjutkan perjalananNya. Kemudian tiba-tiba Beliau
menyentuh harimau tersebut dengan kakiNya. Ketika itu, Çré Caitanya
berkata “ucapkan nama suci Çré Kåñëa! “. Membangunkan harimau yang
sedang tidur merupakan hal yang sangat berbahaya yang diumpamakan
seperti mengundang kematian. Tetapi bagi Çré Caitanya Mahäprabhu,
harimau itu sama sekali bukan suatu yang berbahaya tetapi malahan
Binatang-binatang pun ikut menari ketika Çré Caitanya menyanyikan
nama suci Tuhan di hutan
Kunjungan Çré Caitanya Ke Våndävana
3
harimaunya langsung bangun dari tidur dan mulai menari sambil
mengucapkan “ Kåñëa ! Kåñëa!”.
Suatu hari ketika beliau sedang
mandi dan mengucapkan
gayatri mantra di dalam
sungai, sekelompok gajah
gila datang kesungai tersebut
untuk minum air. Dapat kita
bayangkan, bahkan satu gajah
gila saja bisa mengancurkan
seluruh desa, dan sekarang Çré
Caitanya yang sedang berada
di dalam sungai sendirian
mesti menemui gerombolan
gajah gila. Ketika Çré Caitanya
mengucapkan mantra gayatri,
gajah-gajah gila tersebut tiba
tepat di depan Çré Caitanya.
Tuhan Çré Caitanya secara langsung memercikan air pada gajah-gajah
tersebut sambil berkata “ucapkan nama suci Çré Kåñëa”. Gajah-gajah
yang terkena air yang dipercikan oleh Çré Caitanya mulai menari dan
mengucapkan “Kåñëa!! Kåñëa!!”. Çré Kåñëa Caitanya Mahäprabhu adalah
Kåñëa sendiri yang mengambil posisi sebagai seorang penyembah yang
sangat maju atau seorang mahä-bhägavata. Di dalam Bhagavad Gita,
diuraikan bahwa seorang bhägavata tidak membedakan makhluk hidup
dari segi badan tetapi mereka melihat semua makhluk hidup sebagai sang
roh yang merupakan percikan terkecil Tuhan yang maha esa.
vidyä-vinaya-sampanne
brähmaëe gavi hastini
çuni caiva çva-päke ca
paëòitäù sama-darçinaù
“Para resi yang rendah hati, berdasarkan pengetahuan yang sejati, melihat
seorang brahmana yang bijaksana dan lemah lembut, seekor sapi, seekor
gajah, seekor anjing dan orang yang makan anjing dengan penglihatan
yang sama. (Bg 5.18)
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
4
Seorang mahä-bhägavata tidak melihat perbedaan antara seekor gajah,
harimau maupun anjing. Çréla Prabhupäda menguraikan di dalam hal ini
bahwa seseorang yang maju di dalam pengetahuan rohani atau seorang
mahä-bhägavata tidak mempunyai rasa takut, tidak iri kepada siapapun
dan selalu sibuk di dalam pengabdian suci. Orang seperti itu melihat
semua makhluk hidup sebagai percikan terkecil Yang Maha Kuasa yang
melakukan pengabdian kepada Kåñëa sesuai dengan kemampuan mereka
berdasarkan keinginan Tuhan Yang Maha Esa. Ini adalah tes untuk
seseorang bisa diangap maju di dalam kehidupan rohani. Kåñëa berada di
dalam hati setiap makhluk hidup, ”sarvasya cähaà hådi sanniviñöo”, orang-
orang suci yang maju di dalam kerohanian mengerti dan menginsyapi
hal ini. Karena itu, Çré Kåñëa yang berada di dalam hati semua makhluk
hidup menghilhami makhluk hidup yang lain dari dalam hati mereka
bahwa orang ini adalah mahä-bhägavata dan hendaknya jangan diganggu.
Contoh ini diperlihatkan di sini oleh Çré Caitanya Mahäprabhu.
Çréla Prabhupäda juga menguraikan bahwa kita hendaknya jangan
meniru tindakan para mahä-bhägavata seperti itu dan mencoba datang
ke hutan dan menendang harimau yang sedang tidur dan berusaha
untuk menyuruh mereka mengucapkan maha mantra. Sebelum harimau
tersebut mengucapkam maha mantra, mungkin harimau itu akan
bersyukur pada Tuhan terlebih dahulu bahwa hari ini Tuhan sudah
membawakan mangsa ke depan matanya tanpa dikejar dan menyergap
kita dalam sekejap. Saat ini mungkin sangat sulit menemukan harimau
di hutan, tetapi ada banyak harimau materialistik di hutan dunia modern
yang lebih berbahaya dari pada harimau di dalam hutan Jharikhaëòa.
Jadi, kita memang harus berhati-hati didalam proses mengajarkan
kesadaran Kåñëa. Itu tidak berarti kita mesti mengorbankan prinsip kita
untuk berkompromi dengan mereka. Kita tetap mempertahankan prinsip
dan saat yang sama harus sangat cerdas di dalam melakukan sesuatu
sesuai dengan desa, kala, patra (tempat, waktu dan keadaan). Ada istilah
“anusara” yang berarti mengikuti dan “anukara” yang berarti meniru.
Anusara adalah sikap yang sangat dipuji oleh para acarya sedangkan
anukara semestinya dihindari. Jadi sikap yang mestinya kita kembangkan
adalah mengikuti jejak kaki padma para acarya semampu kita. Hati para
mahä-bhägavata sepenuhnya bebas dari pencemaran dunia material
sehinga mereka menjadi kelihatan sama sekali tidak berbahaya bahkan
bagi binatang sekalipun. Di dalam posisi seperti itu, mereka sepenuhnya
bebas dari rasa iri dan dengki pada makhluk hidup lain sehinga bahkan
Kunjungan Çré Caitanya Ke Våndävana
5
binatang buas sekalipun merasa tenang dan damai berada dekat mereka.
Ketika Çré Caitanya Mahäprabhu melewati hutan, beliau sepenuhnya
berpikir tentang Kåñëa dan mencari-cari Kåñëa dimana-mana.
Ketika para gajah mulai mengucapkan nama suci atas pengaruh kekuatan
rohani Çré Caitanya Mahäraprabhu, beberapa diantara mereka terjatuh
dan beberapa diantaranya berteriak dalam kebahagian rohani. Melihat
kejadian ini, Balabhadra terheran-heran sendiri. Ketika Çré Caitanya mulai
melanjutkan perjalananNya, mendengar suara Çré Caitaya Mahäprabhu
yang sangat manis, rusa-rusa hadir dari berbagai tempat dan mulai
mengikuti Çré Caitanya dari belakang. Setelah beberapa lama, beberapa
harimau muncul dan ikut bersama rusa-rusa mengikuti Çré Caitanya.
Para rusa tersebut juga terbebas dari rasa takut pada harimau-harimau
yang biasanya sebagai pemangsa mereka. Hal ini merupakan pengaruh
rohani orang yang sudah maju di dalam pengabdian suci. Bahkan mereka
yang secara alami bermusuhan bisa menjadi sahabat di dalam pergaulan
dengan orang suci yang maju di dalam pengabdian suci bhakti. Ini
merupakan contoh yang sangat kongkrit yang diperlihatkan oleh Çré
Caitanya di dalam hutan Jharikhaëòa. Melihat para rusa dan harimau
yang mengikuti beliau, Çré Caitanya teringat dengan tanah Vraja. Beliau
mulai menyanyikan sloka dari Çrémad Bhagavatam skanda sepuluh bab
13 ayat 60, yang menguraikan keagungan Våndävana Dhäma sebagai
berikut:
yatra naisarga-durvairäù
sahäsan nå-mågädayaù
miträëéväjitäväsa-
druta-ruö-tarñaëädikam
“Våndävana merupakan tempat tingal rohani Kepribadian Tuhan. Tidak
ada istilah kelaparan, kehausan maupun amarah di tempat tersebut.
Meskipun secara alami bermusuhan, umat manusia dan binatang
berbahaya hidup bersama di dalam hubungan persahabatan yang rohani”.
Seperti biasanya, Çré Caitanya Mahprabhu mulai menyuruh mereka
untuk mengucapkan nama Kåñëa. Mendengar permintaan Çré Caitanya
Mahäprabhu seperti itu, semua binatang yang mengikuti Çré Caitanya
bersama-sama mengucapkan” Kåñëa! Kåñëa! Dan menari bersama-
sama. Sekali lagi Balabhadra terkagum melihat semua kejadian ini.
Para harimau bukan hanya menyanyi dan menari bersama para rusa
namun mereka saling berpelukan sambil mengucapkan nama suci. Çré
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
6
Caitanya hanya tersenyum melihat semua hal ini kemudian meningalkan
mereka di hutan dan melanjutkan perjalananNya. Berbagai jenis burung
seperti merak mulai mengikuti Çré Caitanya yang sedang melanjutkan
perjalananNya. Ketika beliau menyanyikan nama suci, berbagai jenis
tumbuhan menjalar dan pepohonan menjadi sangat berbahagia.
Çréla Prabhupada menjelaskan bahwa pengucapan “Hare Kåñëa mantra”
merupakan proses yang sangat menakjubkan yang bahkan mampu
menembus telinga tumbuh-tumbuhan. Suatu hari Çré Haridäs Thakur
ditanya oleh Çré Caitanya tentang bagaimana tumbuh-tumbuhan bisa
dibebaskan di jaman kali yuga. Çré Haridäs Thakur menjawab bahwa
dengan pengucapan nama suci dengan keras bersama-sama, maka ini
tidak hanya akan menguntungkan mereka yang mengucapkan tetapi
semua seranga, pohon-pohon dan tumbuhan menjalar yang ada di
sekitarnya. Prabhupada menguraikan bahwa hendaknya seseorang tidak
merasa tergangu dengan pengucapan maha mantra karena hal ini sangat
menguntungkan bagi mereka yang mendengarkan nama suci tersebut.
Dengan demikian, semua makhluk hidup, baik yang bergerak dan yang
tidak bergerak di hutan Jharikhaëòa menjadi tergila-gila pada nama suci
begitu mendengar Çré Caitanya Mahäprabhu mengucapkan nama suci.
Ketika Çré Caitanya Mahäprabhu melewati hutan Jharikhaëòa, beliau
berpikir bahwa hutan ini adalah hutan Våndävana. Melihat beberapa bukit
yang mengelilingi hutan Jharikhaëòa, beliau berpikir bahwa ini adalah
bukit Govardhana dan ketika beliau melihat sungai di hutan tersebut,
beliau berpikir bahwa itu adalah Yamunä. Dengan demikian, diuraikan
bahwa dimanapun beliau berada, beliau hanya melihat Våndävana. Beliau
melihat Vraja-dhäma dimana-mana karena beliau sendiri membawa
Vraja-dhäma kemana-mana. Sebagai pengikut Çré Caitanya Mahäprabhu,
kita juga bisa mengikuti jejak kaki padma Beliau dengan bermeditasi
pada Våndävana ketika kita melihat hal-hal yang berhubungan atau mirip
dengan uraian Våndävana-dhäma. Dengan demikian kita secara otomatis
dan berangsur-angsur berada di dalam meditasi pada Våndävana-dhäma
meskipun kita berada jauh dari Våndävana-dhäma yang sejati dimana
Kåñëa melakukan lélä beliau lima ribu tahun silam. Karena Çré Kåñëa
bersifat mutlak, maka segala sesuatu yang berhubungan denganNya
adalah identik denganNya. Dengan berpikir tentang Våndävana-dhäma
maka kita juga berpikir tentang Kåñëa. Kita melihat sebuah contoh
yang diberikan oleh Çréla Rüpa Gosvämépäda, dimana ada seseorang
yang melakukan pelayanan kepada Kåñëa hanya di dalam pikiran yang
Kunjungan Çré Caitanya Ke Våndävana
7
sebenarnya sama dengan pelayanan secara fisik. Sama halnya dengan
bermeditasi pada dhäma atau tempat suci, maka kita secara tidak sadar
sebenarnya sudah berada di dhäma tersebut. Ini adalah keunikan hal-hal
rohani. Proses ini diperlihatkan oleh Çré Caitanya di dalam lélä Beliau,
seperti yang sudah diuraikan tadi, yaitu Beliau berpikir bahwa melihat
sungai sebagai sungai Yamunä, bukit sebagai bukit Govardhan dan lain-
lain.
Setelah melewati hutan, Çré Caitanya mulai memasuki sebuah desa.
Ketika penduduk desa mendengar Çré Caitanya Mahäprabhu menyanyi
dan menari, atas pengaruh aura rohaniNya, orang-orang tersebut
juga mulai mengucapkan nama suci Çré Kåñëa. Ketika seseorang
mengucapakan nama suci yang mereka dengar dari Çré Caitanya, mereka
juga diikuti oleh orang ketiga yang mendengar nama suci dari orang
yang telah mendengar nama suci dari Çré Caitanya. Çréla Prabhupäda
menguraikan bahwa orang yang mendengar nama suci dari Çré Caitanya
menjadi sepenuhnya disucikan dan mereka yag mendengar nama suci
dari orang yang sudah di sucikan juga menjadi disucikan. Seperti ini,
garis perguruan paramparä juga berlagsung turun-temurun.
Balabhadra bhattäcarya mengumpulkan bahan makanan seperti sayur-
sayuran, buah-buah, akar-akaran dan kemudian mempersembahkannya
kepadaÇréCaitanyaMahäprabhu.KetikaÇréCaitanyamelewatipedesaaan,
Beliau biasanya diundang oleh para brahmana untuk menerima makanan
di rumah mereka. Ada beberapa diantaranya yang memberikan beras
kepada Balabadra Bhattäcarya, ada yang memberikan susu, susu asam
dan ada yang memberikan ghee dan juga batangan tebu. Balabhadra
memasak dari bahan makanan yang dikumpulkan dari dalam hutan dan
Çré Caitanya Mahäprabhu dengan sangat senang hati menikmati makanan
tersebut. Tuhan Çré Caitanya sangat menikmati sayuran yang dipetik dari
hutan. Dari sini kita bisa belajar bahwa Tuhan Çré Kåñëa sangat senang
dengan makanan yang tumbuh alami tanpa suatu yang berbau kimiawi
sintetis. Bahan kimia sebenarnya mencemari ibu bumi dan hal ini sangat
menyakiti badan ibu bumi. Kåñëa tidak bisa menahan penderitaan yang
dialami oleh ibu bumi yang merupakan saÿah satu dari pelayan beliau
yang sangat mulia. Karena itu, persembahan yang diperoleh tanpa
menyakiti ibu bumi akan sangat memuaskan Çré Kåñëa atau Çré Caitanya
Mahäprabhu.
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
8
Çré Caitanya mandi tiga kali sehari. Kadang-kadang di pagi hari dan di
sore hari Beliau menghangatkan badanNya dekat api. Çré Balabhadräcarya
melayani Çré Caitanya Mahäprabhu dengan penuh rasa kasih sayang
sebagai seorang pelayan dan melakukan pelayanan yang sederhana.
Kadang-kadang Çré Caitanya Mahäprabhu membicarakan perasaan
beliau kepada Çré Balabadra dan kadang kadang beliau mengagungkan
Bhaööäcärya atas pelayaanannya. Tetapi sebagai penyembah yang tunduk
hati, Balabhadräcarya selalu merasa hanya melakukan pelayanan yang
sangat sederhana dan merasa dirinya sangat beruntung mendapat
kesempatan untuk melayani Çré Caitanya.
Çré Caitanya Mahäprabhu melanjutkan perjalanan dan akhirnya
sampai di Käçé. Di sana Beliau mandi di sebuah tempat yang disebut
Maëikarëikä. Maëikarëikä adalah sebuah tempat dimana Çré Viçvanäth
(Çiva) menyembuhkan seseorang dari penyakit kehidupan dunia material
dengan membisikkan nama suci Çré Räma melalui telinga seseorang.
Saat itu, Tapana Miçra, salah satu dari rekan Çré Caitanya Mahäprabhu
sedang mandi di sungai Gaìga dan kebetulan melihat Çré Caitanya
disana. Tapana Miçra mendengar bahwa Çré Caitanya telah mengambil
sannyas dan Beliau sangat bahagia dapat bertemu dengan Çré Caitanya
di sini. Tapana Miçra langsung menghaturkan sembah sujud kepada Çré
Caitanya dengan menjatuhkan badanya ke tanah dan memegang kaki
padma Çré Caitanya. Kemudian Tapana Miçra mengajak Çré Caitanya
darsan pada Çré Viçvesvara dan kemudian darsan pada Çré Bindu
Mädhava. Kemudian dengan perasaan yang sangat bahagia, Tapana Miçra
mengajak Çré Caitanya ke rumahnya. Saat itu, Candraçekhara juga hadir
untuk menemui Çré Caitanya Mahäprabhu. Çré Caitanya tinggal di Käçi
selama sepuluh hari. Semasa beliau tinggal di Käçi, ada seorang sannyasi
Mäyävädé, Çré Prakäçänanda Sarasvaté menjelek-jelekkan Çré Caitanya
Mahäprabhu. Dia mengatakan bahwa Çré Caitanya adalah seorang sanyasi
yang berpura-pura dan merupakan ahli ilmu hitam yang bisa mengontrol
orang yang ditemuiNya. Kemudian ketika brahmana yang mendengar
ini menyampaikan kepada Çré Caitanya Mahäprabhu, Beliau hanya
tersenyum dan mulai mengagungkan nama suci Çré Hari dan menguraikan
kemalangan para Mäyävädé yang tidak mendapat kesempatan merasakan
manisnya nama suci Çré Hari. Uraian ini diuraikan dengan panjang lebar
dan sangat indah di dalam madhya lélä, Caitanya Caritämåta oleh Çré
Kåñëa Däsa Kaviraj Gosvämé.
Kunjungan Çré Caitanya Ke Våndävana
9
Kemudian dari Käçi, Çré Caianya Mahäprabhu melanjutkan perjalanan
sehinga sampai di Prayäg. Di sini Beliau mandi di pertemuan antara
Gaìga dan Yamunä. Begitu Çré Caitanya melihat Yamunä, beliau langsung
menceburkan diriNya sehinga Balabadra Bhaööäcärya dengan sangat
kesulitan harus mengangkat Çré Caitanya dari sungai. Beliau tinggal di
Prayäg selama tiga hari dan menyebarkan nama suci kepada banyak orang
di tempat itu. Saat melanjutkan perjalanan ke Mathurä, Çré Caitanya
sering melewati sungai Yamunä. Begitu beliau melihat sungai Yamunä,
beliau langsung jatuh pingsan berulang kali di dalam kebahagian rohani.
Akhirnya setelah melalui perjalanan seperti itu, Çré Caitanya sampai di
Mathurä. Begitu beliau melihat Mathurä, beliau langsung menjatuhkan
badanNya ke tanah dan menghaturkan sembah sujud pada tanah
Mathurä.
Ketika Beliau memasuki kota Mathurä, pertama-tama Beliau mandi
di Viçräma Ghat di tepi sungai Yamunä di Mathurä. Kemudian beliau
mengunjungi tempat kemunculan Çré Kåñëa dan darsan pada Çré Keçava
Ji. Seperti biasanya, Çré Caitanya menari dan menyanyi dimana nyanyian
dan tarianNya menyebabkan banyak orang terkagum-kagum. Tiba-
tiba, saat Çré Caitanya menyanyi dan menari, ada seorang brahmana
bersujud pada kaki padmaNya dan mulai menari bersamaNya. Kemudian
mereka berdua (Çré Caitanya dan Brahmana) menari dan menyanyi,
“Kåñëa! Kåñëa!”. Melihat kejadian ini, semua orang mengucapkan,
Hari!Hari!!!Hari! Hari, Jay Çré Hari!!! Kemudian pujari Çré Kesavadev ji
mempersembahkan untaian bunga yang dipakai oleh Çré Kesava kepada
Çré Caitanya. Ketika mereka melihat Çré Caianya Mahäprabhu menari
dengan kebahagian rohani seperti itu, orang-orang pada kagum dan saling
berbincang satu dengan yang lainnya. Beberapa diantaranya berkata
“Rasa cinta kasih rohani seperti itu bukan hal yang biasa”. Beberapa
orang berkata, “Hanya dengan melihat Çré Caitanya, orang akan menjadi
gila di dalam kebahagiaan rohani dan akan menari dan menyanyi sambil
menangis. Tidak diragukan lagi bahwa orang ini pasti Çré Kåñëa yang
muncul kembali untuk membebaskan penduduk Mathurä..”
Setelah beberapa saat Çré Caitanya Mahäprabhu duduk di tempat yang
tenang dan mulai bertanya kepada brahmana yang menari bersama
beliau, dari manakah dia mendapatkan rasa cinta kasih kepada Kåñëa
yang begitu dalam tersebut? Brahmana tua tersebut menjawab bahwa
beliau menerima cinta bhakti rohani kepada Kåñëa dari Çré Mädhavendra
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
10
Puré yang saat itu datang ke Mathurä. Begitu Çré Caitanya Mahäprabhu
mendengar bahwa brahmana itu adalah murid Çré Mädhavendra Puré,
Çré Caitanya langsung menghaturkan sembah sujud kepada brahmana
tersebut. Melihat Çré Caitanya Mahäprabhu bersujud kepada dirinya,
brahmana tersebut juga menghaturkan sembah sujud kepada Çré Caitanya
sebagai seorang sanyasi. Brahmana ini menyampaikan kepada Çré
Caitanya bahwa hanya orang yang berhubungan dengan Çré Mädhavendra
Puré yang mempunyai ciri-ciri kebahagiaan rohani seperti itu. Kemudian
Çré Balabadra Bhaööäcärya menguraikan hubungan Çré Caitanya dengan
Mädhavendra Puré kepada brahmana tersebut. Mendengar hal ini,
brahmana ini menjadi sangat bahagia. Dia mengundang Çré Caitanya agar
bersedia prasad di rumahnya. Brahmana tersebut meminta Bhaööäcärya
untuk memasak untuk Çré Caitanya Mahäprabhu, namun Çré Caitanya
bilang ”karena Mädhavendra Puré sudah pernah makan di rumah anda,
dengan demikian anda bisa masak untuk saya, ini adalah permintan
saya.”
Meskipun secara kasta, seorang sanyasi tidak makan makanan yang
diberikan oleh kelas brahmana tersebut, tetapi karena Mädhavendra Puré
melihat brahmana ini mengembangkan sifat sebagai seorang vaisnava,
maka beliau bersedia untuk menerima brahmana itu sebagai muridnya
danbersediamakandirumahbrahmanaini.Tetapikarenaberpikirtentang
posisi Çré Caitanya Mahäprabhu, brahmana ini berusaha menjelaskan
posisinya. Dia akan sangat senang mempersembahkan makanan kepada
beliau, tetapi orang umum akan menghina tingkah laku Çré Caitanya.
Tetapi Çré Caitanya meyakinkan brahmana itu sehingga akhirya bersedia
untuk memasak untuk Beliau.
Setelah menerima prasad dari brahmana tersebut, banyak penduduk
Mathurä yang datang untuk menemui Çré Caitanya. Ketika orang-orang
berkumpul, Çré Caitanya mulai mengangkat tanganNya dan mengucapkan
“Hari Bol!”. Semua yang hadir saat itu mengikuti Çré Caitanya dan
mengucapkan nama Çré Hari dengan penuh rasa cinta kasih. Çré Caitanya
mandi di 24 ghat (temat permandian) di tepi sungai Yamunä dan
brahman tersebut menunjukan tempat-tempat peziarahan di Mathurä.
Kedua puluh empat ghat tersebut adalah : (1) Avimukta, (2) Adhirüòha,
(3) Guhya-tértha, (4) Prayäga-tértha, (5) Kanakhala-tértha, (6) Tinduka,
(7) Sürya-tértha, (8) Vaöa-svämé, (9) Dhruva-ghäöa, (10) Åñi-tértha, (11)
Mokña-tértha, (12) Bodha-tértha, (13) Gokarëa, (14) Kåñëa-gaìgä, (15)
Kunjungan Çré Caitanya Ke Våndävana
11
Vaikuëöha, (16) Asi-kuëòa, (17) Catuù-sämudrika-küpa, (18) Akrüra-
tértha, (19) Yäjïika-vipra-sthäna, (20) Kubjä-küpa, (21) Raìga-sthala,
(22) Maïca-sthala, (23) Mallayuddha-sthäna and (24) Daçäçvamedha.
Çré Caitanya Mahäprabhu juga mengunjungi berbagai tempat suci di
tepi sungai Yamunä di daerah Mathurä termasuk Svayambhu, Viçräma-
ghäöa, Dérgha Viñëu, Bhüteçvara, Mahävidyä and Gokarëa. Ketika Beliau
berkeinginan untuk mengunjungi hutan Våndävana, Beliau mengajak
brahmana tersebut bersamaNya.
Çré Caitanya Mahäprabhu mengunjungi berbagai tempat termasuk
Madhuvana, Tälavana, Kumudavana and Bahulävana. Beliau mandi di
setiap tempat suci dengan rasa kebahagian rohani. Ketika beliau melewati
Våndävana, beberapa sapi yang sedang digembalakan mengelilingi beliau
dan mulai menatap beliau sambil menguak. Melihat sapi-sapi yang
mengelilingi diriNya, Çré Caitanya masuk kedalam kebahagiaan rohani
yang lebih dalam dan saat itu sapi-sapi mulai menjilat badan rohani
Çré Caitanya. Çré Caitanya sangat memperhatikan sapi-sapi tersebut
dan karena tidak bisa meningalkan pergaulan Çré Caitanya, para sapi
mengikuti Çré Caitanya. Dengan kesulitan para gembala sapi menahan
sapi-sapi tersebut. Çré Caitanya mulai mengucapkan nama suci, dan
ketika para rusa dan merak mendengar suara beliau yang manis, mereka
semua datang menemui Çré Caitanya. Ketika para kelinci dan rusa-rusa
mendekati Çré Caitanya, mereka juga mulai menjilat badan Çré Caitanya
dengan penuh rasa kasih sayang seperti para sapi tadi. Berbagai jenis
binatang seperti lebah, burung-burung parkit dan merak mulai menari di
depan Çré Caitanya. Melihat kehadiran Çré Caitanya di Våndävana, bahkan
pepohonan menjadi penuh dengan kebahagian rohani dan menangis yang
tangisannya keluar berupa madu dari batang-batang mereka. Pepohonan
dan tumbuhan menjalar penuh dengan bunga dan buah-buahan
menyambut kedatangan Tuhan mereka yang telah lama pergi. Dengan
demikian, semua makhluk hidup, baik yang bergerak maupun yang tidak
bergerak menjadi penuh dengan rasa bahagia bagaikan seorang teman
ketemu dengan teman setelah begitu lama berpisah.
Melihatkebahagianmereka,ÇréCaitanyaMahäprabhujugamenjadisangat
bahagia dan mulai memeluk mereka satu sama lain di dalam kebahagiaan
rohani. Badan beliau tidak terkontrol dan selalu mengucapkan, Kåñëa!
Kåñëa!... Ketika beliau melihat dua ekor burung parkit di atas cabang
pohon, beliau merasa ingin mendengarkan sesuatu dari mereka dan
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
12
kemudian kedua burung tersebut terbang ke tangan Çré Caitanya dan
mulai menceritakan kegiatan Kåñëa. Kemudian setelah beberapa saat Çré
Caitanya Mahäprabhu melihat seekor merak yang sedang menari. Ketika
beliau menatap warna kebiru-biruan dari merak tersebut, Beliau langsung
teringatpadaKåñëasehinggalangsungjatuhpingsandidalamkebahagiaan
rohani. Melihat Çré Caitanya jatuh pingsan, brahmana dan Balabhadra
Bhaööäcärya merasa gelisah dan mulai memercikan air pada Beliau sambil
mengipasi badanNya. Kemudian mereka mulai mengucapkan nama
Kåñëa pada telinga Çré Caitanya sehinga membuat Beliau kembali sadar.
Setelah kembali pada kesadaranNya, Çré Caitanya langsung berguling-
guling di tanah karena kebahagian rohani yang dalam. Karena berguling
di tanah, badan Çré Caitanya terlukai oleh banyak duri-duri di hutan
Våndävana sehinga Balabadra harus menghentikan dan menenangkan
Beliau. Seperti biasa, beliau terus mengucapkan nama, Kåñëa! Kåñëa!
Sambil menari. Beliau melanjutkan perjalanan bersama brahmana
dan Balabadra Bhaööäcärya. Si brahmana ini sangat keheranan melihat
kebahagian rohani yang diperlihatkan oleh Çré Caitanya dan sangat
resah dengan keadaanNya. Ketika Çré Caitanya berada di Jagannätha
puré, Beliau selalu berada di
dalam kebahagian rohani,
tetapi di dalam perjalanan di
Våndävana, rasa rindu kepada
Kåñëa ratusan kali lipat
bertambah. Ini hanya salah
satu uraian dari kunjungan
Çré Caitanya di dalam satu
tempat di Våndävana dan
Çré Kåñëa Däsa kaviraja
menguraikan bahwa sangat
mustahil untuk menguraikan
kejadian di beberapa tempat
lainya.
Çré Caitanya Mahäprabhu
melakukan perjalanan di
berbagai hutan di Våndävana
dan memuaskan semua
makhluk hidup di sana dan
juga secara pribadi Tuhan
Gambar: Çré Caitanya mandi di Rädhä
Kunda
Kunjungan Çré Caitanya Ke Våndävana
13
Çré Caitanya merasa puas dengan melihat mereka. Akhirnya suatu hari
beliau sampai di sebuah desa yang disebut dengan Ärit-gräma. Ärit-grama
juga dikenal dengan nama Ariñöä-gräma dimana Ariñöäsura dibunuh oleh
Çré Kåñëa. Disini Çré Caitanya bertanya pada penduduk lokal dimana
kedudukan Çré Rädhä Kunda. Namun sangat disayangkan bahwa tempat
Rädhä Kunda saat itu sudah terlupakan sehinga tidak seorang pun bisa
memberi tahu Çré Caitanya keberadaan Rädhä Kunda. Brahmana yang
menemani beliau ternyata juga tidak tahu-menahu keberadaan tempat
tersebut. Çré Caitanya Mahäprabhu dapat mengerti bahwa tempat suci
ini sudah tidak lagi tampak. Sebagai kepribadian yang maha mengetahui
segalasesuatu,beliausecarapribadimampumengenalidimanasebenarnya
Rädhä Kunda dan Çyäma Kunda. Beliau menemukan Rädhä Kunda yang
saat itu merupakan sebuah tanah sawah yang terdapat sedikit air. Ketika
orang-orang melihat Tuhan Çré Caitanya mandi di kolam kecil tersebut,
orang-orang di sekitarnya menjadi sangat keheranan namun beliau tetap
mandi di sana dan menyampaikan doa pujian kepada Çré Rädhä Kunda.
yathä Rädhä priyä viñëos
tasyäù kuëòaà priyaà tathä
sarva-gopéñu saivaikä
viñëor atyanta-vallabhä
“Seperti halnya Çrémati Rädhärani yang paling dicintai oleh Çré Kåñëa
diantara para gopi, begitu juga kolam beliau yang dikenal dengan nama
Rädhä Kunda juga sangat disayangi olehNya. Diantara para gopi, Çrémati
Rädhäräëé merupakan yang paling dicintai oleh Kåñëa”.
Setelah mengucapkan doa pujian kepada Çré Rädhä Kunda, Çré Caitanya
menari dan menyanyi dengan kebahagian rohani di tepi Rädhä Kunda
sambil mengingat kegiatan Çré Kåñëa. Kemudian Çré Caitanya Mahäprabhu
menandai badan beliau dengan tilak dari lumpur di Rädhä kunda dan
mengumpulkan beberapa lumpur untuk dibawa bersama beliau.
Kemudian dari Rädhä Kunda beliau menuju ke danau Sumana. Melihat
bukit Govardhana dari tempat itu, beliau menjadi sangat gembira. Beliau
bersujud kepada Govardhana bagaikan tongkat yang terjatuh. Kemudian
beliau berlari dan memeluk batu di bukit Govardhana. Akhirnya beliau
sampai di desa Govardhana dan darsan pada Çré Harideva. Harideva
merupakan arca Vigraha yang di sthanakan oleh Çré Vajranäbha, yang
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
14
terletak di bagian barat matura. Çré Caitanya mulai menari dan menyanyi
penuh dengan kebahagian rohani di depan arca Harideva. Mendengar
kegiatan beliau, para penduduk setempat datang dan melihat beliau.
melihat kebahagian rohani dan ketampanan Çré Caitanya, semua
orang yang hadir menjadi sangat heran. Pujari Çré Harideva menerima
Çré Caitanya dengan sangat baik. Çré Bhaööäcärya memasak untuk Çré
Caitanya Mahäprabhu di Brahma-kunda, yang terletak di dekat Harideva
Mandir. Setelah mandi di Brahma-kunda, Çré Caitanya menerima prasad
yang telah dimasak oleh Çré Balabadra Bhaööäcärya.
Çré Caitanya Mahäprabhu tinggal semalam di Haridev mandir. Beliau
berpikir, “Karena Aku tidak akan memanjat bukit Govardhana,
bagaimana Aku bisa darsan pada Çré Gopäla Raya JI?” Berpikir seperti ini,
beliau hanya bisa diam. Mengerti keinginan Çré Caitanya Mahäprabhu,
Arca Gopäla Ji, mempermainkan para penduduk setempat sehinga beliau
diarak ke bawah dari puncak bukit. Çré Gopäla Ji mengirim kabar burung
yang menyatakan bahwa pasukan muslim akan segera datang untuk
menyerang kuil ini. Karena itu penduduk setempat bersama dengan para
pujari Gopäla Ji, menggusung Gopäla Ji dengan tandu turun dari bukit
Govardhana. Pada saat itu, Tuhan Çré Caitanya bisa darsan pada Çré Gopäla
Ji tanpa menginjakkan kaki di atas bukit Govardhana yang tidak berbeda
dengan badan Çré Kåñëa sendiri. Sambil menari dan menyanyikan nama
suci menemui Çré Gopal Ji, Çré Caitanya masuk kedalam kebahagian
rohani yang dalam sehinga air mata beliau mengalir bagaikan aliran
sungai Gaìga yang deras. Beliau kelihatan seperti orang yang gila
pada kekasihnya yang akhirnya tiba-tiba ketemu dengan kekasih yang
dirindukan. Dalam keadaan gila rohani seperti ini Tuhan Çré caitanya
berkeliling mengunjungi berbagai tempat di Våndävana dhäma di dalam
perasaan pelayan dan pelayan dari penduduk Vraja dhäma.
Jay Çré Caitanya mahäprabhu
Jay Çré Harinama Sankirtan .........ki jay
Kunjungan Çré Caitanya Ke Våndävana
15
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
16
Bab II
Maöhurä
Parikrama dapat dilakukan dari berbagai tempat. Namun dalam buku ini
saya sengaja mengajak pembaca untuk memulai parikrama (mengelilingi
tempat suci) dari Maöhurä dengan alasan kita bisa mengingat kegiatan
Kåñëa dari awal dimana Kåñëa muncul dan kemudian dibawa ke Gokula
oleh Vasudeva. Kemudian dari Gokula Kåñëa diajak menuju ke Nanda
Gaon oleh Mahäräja Nanda. Sehingga sedikit tidaknya kita akan berusaha
untuk mengunjungi tempat-tempat tersebut satu persatu secara teratur
sesuai dengan perjalanan Çré Kåñëa selama ber-lélä di Vraja Dham.
Pertama-tama marilah kita menghaturkan sembah sujud kepada tempat
tinggal abadi Tuhan Çré Kåñëa, Çré Maöhurä dhäma.
harir api bhajamanebhyaù
präyo muktià dadäti na tu bhaktim
vihita-tad-unnati-satraà
maöhure dhanyaà namämi tväm
”Biasanya Tuhan Çré Hari, Çré Viñëu, menganugrahkan “Mukti”
(pembebasan), namun Beliau tidak begitu mudah menganugrahi
“bhakti” ( pengabdian) kepada pemujanya. Oh Maöhurä! Engkau adalah
kepribadian yang mujur dan yang menganugrahkan yajïa agung berupa
bhakti. Hamba menghaturkan sembah sujud hamba kepada anda”.
17
Maöhurä adalah tempat suci yang sangat penting diantara tempat-tempat
suci yang harus dikunjungi oleh para Vaisnava. Maöhurä berada +150
km di sebelah selatan New Delhi, ibu kota India. Menurut Çréla Rüpa
Goswämé di dalam Upadeçämåta, beliau menyatakan bahwa Maöhurä
bahkan lebih tinggi kedudukannya dari Vaikuntha dimana Tuhan dalam
bentuk Beliau sebagai Näräyana bertempat tinggal. Kenapa? karena
Kepribadian Tuhan Yang Asli, Çré Kåñëa, muncul di tempat ini. Karena
begitu agungnya tempat ini, orang yang hanya melihat tempat ini saja
akan terbebaskan dari dosa-dosa yang mereka lakukan di dalam hidup
mereka. Di dalam Maöhurä mähätmya, keagungan Maöhurä diuraikan
sebagai berikut:
suryodare tamo naçyed
yatha vajra-bhayan nagaù
tarkñaà dåñöva yatha sarpa
megha vata-hata iva
tattva-jïanad yatha duhkhaà
siàhaà dåñöva yatha mågaù
tatha papäni naçyanti
Maöhurä-darçanat kñanat
”Seperti halnya kegelapan dihilangkan oleh terbitnya matahari, seperti
gajah yang takut terhadap ankusa (tongkat pengendali gajah), ular
yang takut begitu melihat Garuda, rasa duka yang dilenyapkan oleh
pengetahuan dan seekor rusa merasa takut melihat seekor singa, begitu
juga dosa-dosa akan dihancurkan hanya dengan melihat Maöhurä
Dhama”.
Meskipun demikian, tujuan kita mengunjungi Maöhurä bukanlah untuk
menghancurkan dosa yang telah kita perbuat kemudian melakukan
dosa lagi dan datang kembali ke tempat suci untuk membersihkan dosa.
“präyaçcittam atho ‘pärthaà manye kuïjara-çaucavat”, prayascita atau
penyucian diri seperti itu merupakan penyucian diri yang tidak berguna
yang bagaikan gajah mandi, (SB 6.1.10). Tujuan kita ke tempat suci adalah
untuk mendengarkan manisnya kegiatan Tuhan dan ajaran-ajaran dari
para sadhu atau orang-orang suci, yang bagaikan minuman kekekalan
yang mampu menganugrahkan kehidupan kekal kepada si pendengar.
Tentu saja mengunjungi tempat suci akan secara otomatis memberikan
efek samping seperti yang diuraikan diatas yaitu orang akan terbebaskan
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
18
dari dosa-dosa. Tetapi kita harus mengerti bahwa pembersihan dosa
seperti itu itu bukanlah tujuan utama kita.
Tempat tempat di Maöhurä
1. Janmasthäna ( Kåñëa Janma Bhümi)
Lima ribu tahun yang lalu Çré Kåñëa muncul di tempat ini dari kandungan
ibu Devaké. Pada jaman Vajranäbha, kuil yang sangat indah dibangun di
tempat ini dan Arca Çré Keçava deva disthänaakan di tempat ini. Namun
sayang sekali kuil tersebut dihancurkan oleh orang-orang Islam. Setelah
kuil tersebut dihancurkan, sejumlah kuil dibangun lagi oleh beberapa
raja Hindu berulang kali, akan tetapi setelah beberapa waktu dihancurkan
kembali oleh raja Islam. Akhirnya kuil yang masih berdiri sampai saat ini
adalah kuil yang di bangun sekitar tahun 1951. kuil ini sangat megah dan
di dalam kuil, Çré Çré Rädhä-Kåñëa dipuja sebagai istadeva.
Gambar: Krsna Janmasthan mandir, Maöhurä
Maöhurä
19
Karena diserang oleh raja Islam, arca Keçava deva yang asli yang dulunya
di sthänakan oleh Vajranäbha dilarikan oleh penduduk Hindu setempat
ke tempat yang aman. Saat ini arca yang asli tersebut berada di Radjdhani,
sebuah kota dekat Maöhurä. Saat ini Pratibhu murti Çré Keçava Deva
(Replika arca yang sebenarnya tidak berbeda dengan yang asli) masih
di puja di salah satu kuil di dalam area janma sthänaa. Kuil ini dikenal
dengan nama “pratibhü keçava deo mandir”
Keçava Deva adalah salah satu dari empat deva yang disthänaakan oleh
Vajranäbha di empat penjuru Vraja Bhümi sebagai Içtadeva di keempat
penjuru. Diurakan bahwa Vajranäbha memahat 16 arca secara pribadi
yang disthänaakan di Vraja Bhümi. Arca ini terbuat dari batu pilihan yang
sangat langka yang disebut dengan nama “batu Braja”. Beliau memahat
empat deva, dua nätha, dua Gopäla, empat mähädeva, dan empat Devé.
Masing masing diantaranya adalah sebagai berikut:
• Keempat deva adalah:
1.	Hari Deva (disthänaakan di Govardhan). Saat ini arca yang asli tidak
diketahui keberadaanya.
2.	Govinda Deva (disthänaakan di Våndävana). Saat ini arca asli Çré-Çré
Rädhä Govinda ji dipuja di Jayapur. Jayapur adalah sebuah kota yang
terletak di Rajasthäna, dekat Maöhurä.
3.	Baladeva, juga di kenal dengan nama Dauji dan Baldeo. Arca ini
adalah satu-satunya arca yang asli dari keempat deva yang masih
sampai sekarang di Vraja . Beliau di puja di desa Baldeo, di Mahavan
(+18 km dari Maöhurä). Tempat ini terletak dekat dengan Gokula.
4.	Keçavadeva (di Maöhurä).
• Dua nätha adalah:
1.	Çrénäth ji, yang ditemukan oleh Madhavendra Puri di Govardhan
dan disthänaakan di atas bukit Govardhan. Saat ini beliau di puja di
Näthadvar, rajasthäna.
2.	Gopénäth ji yang saat ini berada di Jayapur.
• Dua Gopäla adalah:
1.	Madana Gopäla (Madana Mohan) yang di puja oleh Çré Sanätana
Gosvämé di Våndävana. Saat ini Madana Gopäla berada dan dipuja di
Karoli.
2.	Saksi Gopäla, arca yang lari ke Orisa untuk menjadi saksi atas janji
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
20
yang diberikan oleh seorang brahmana tua kepada brahmana muda
dari daerah Orissa. Saat ini Beliau di puja di Kota kecil Saksi Gopal,
Orissa, di daerah bagian timur India.
• Empat Mähädeva atau Siva lingga adalah :
1.	Cakraleçvara Mähädeva di Govardhan
2.	Kamesvara Mähädeva di Kämyavana.
3.	Bhutesvara Mähädeva di Maöhurä
4.	Gopeçvara Mähädeva di Våndävana
• Empat Devé adalah:
1.	Manasi Devé di Govardhan
2.	Vrnda Devé di Kamavan
3.	Pathala Devé di Maöhurä
4.	Yogamäyä Devé di Våndävana.
Selain Hari Deva, kelima belas arca yang lainnya masih dapat kita lihat
sampai saat ini. Masing-masing arca tersebut akan diuraikan sambil kita
mengunjungi tempat-tempat yang berhubungan dengan masing-masing
arca tersebut.
Janmasthänaadalahsalahsatutempatyangsangatketatuntukdikunjungi.
Untuk masuk ke dalam, para pengunjung dilarang membawa alat-alat
eletronik, khususnya kamera dan hand-phone. Jika kita ingin perjalanan
memasuki tempat ini lancar, usahakan untuk tidak membawa barang-
barang yang terbuat dari logam. Akan lebih baik bila tas dan barang
lainnya diletakkan di bus atau di mobil, kecuali japa mala.
Tempat dimana Tuhan Çré Kåñëa muncul di dalam sebuah penjara.
Disini kita akan melihat lorong kecil untuk masuk ke tempat tersebut.
Sebelum memasuki tempat ini kita akan darsan terlebih dahulu kepada
Çré Yogamäya Devé. Yogamäyä Devé adalah saudari Çré Kåñëa, Çrématé
Durga Devé, yang muncul dari kandungan ibu Yaçodä di Gokulaa. Bayi
tersebut ditukar oleh Vasudeva dan dibawa ke dalam penjara di Maöhurä.
Vasudeva dan Devaké berharap bahwa Kaàsa akan mengurungkan
niatnya untuk membunuh anak mereka karena bayi yang lahir adalah bayi
wanita. Ketika Kaàsa mengetahui bahwa bayi ke delapan Devaké telah
lahir, meskipun bayi tersebut adalah bayi wanita, Kaàsa tetap berusaha
untuk membunuhnya. Akan tetapi ketika Kaàsa melemparkannya,
Maöhurä
21
bayi tersebut langsung terbang dan berubah wujud dalam bentuk
Durga berlengan delapan. Jadi arca ini dimaksudkan untuk mengingat
Beliau. sebelum darsan kepada Kåñëa, kita hendaknya memohon berkat
dari Devé Yogamäyä agar dianugrahi penglihatan rohani sehingga kita
dapat mengerti kegiatan Kåñëa. Atas aturan Yogamäyä, Vraja-dhama
terselubungi dari penglihatan material kita. Hanya atas karunia beliau
kita akan mampu merasakan keindahan dan keagungan Vraja bhümi.
Setelah darsan dan berdoa kepada Yogamäyä Devé, kita akan memasuki
lorong kecil yang panjangnya hanya beberapa meter. Lorong ini tepat
berada di sebelah kanan kita ketika kita darsan pada Çré Yogamäyä. Di
dalam lorong kecil inilah Çré Kåñëa, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa
muncul lima ribu tahun yang lalu. Di sini kita dapat melihat arca Çré
Viñëu berlengan empat dan gambar ibu Devaké dan Vasudeva sedang
berdoa kepada Çré Viñëu. Di sini juga terdapat gambar Kåñëa sebagai bayi
di depan mereka berdua. Kita dapat pula melihat Çrémad Bhagävatam
yang berhubungan dengan lila ini di tulis dalam tulisan Deva-nägaré di
atas tembok di dalam ruangan ini.
Setelah keluar dari Garbha Sthäna, ruangan di mana bayi Kåñëa muncul,
kita akan melihat kuil yang sangat megah yang sebelumnya kita lihat
dari jalan raya. Kuil tersebut adalah kuil Çré Çré Rädhä Kåñëa, kuil
yang dibangun sekitar tahun 1951. Kita dapat darsan dan menikmati
keindahan mandir tersebut yang dihiasi dengan lukisan-lukisan indah
yang berhubungan dengan kegiatan Kåñëa dan kisah-kisah dari Purana,
Ramayana, Mahabharata dan lain-lain. Selain Rädhä Kåñëa, terdapat
beberapa arca yang dipuja disini. Kemudian kita bisa berkeliling dan
darsan di beberapa kuil yang dibangun di dalam areal Janma sthäna.
Keçava Deva, salah satu dari empat deva yang di sthanakan oleh
Vajranäbha terletak diluar tembok kuil Janma sthäna. Saat ini Pratibhü-
murti Çré Keçava Deva dipuja di kuil ini. Arca Keçava Deva yang sangat
tampan terbuat dari batu marmer hitam.
Çré Kåñëa Janma lila
yadä yadä hi dharmasya
glänir bhavati bhärata
abhyutthänam adharmasya
tadätmänaà såjämy aham
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
22
“Kapanpun dan dimanapun dharma merosot dan hal-hal yang
bertentangan dengan Dharma merajalela maka saat itu aku akan muncul,
oh putra keluarga Bharata”.(Bg. 4.7)
Ketika bumi ini dikuasai oleh raja-raja yang tidak bertangung jawab,
Ibu Bumi merasa berat untuk menanggung dosa-dosa yang diperbuat
oleh mereka. Karena hal itu, ibu bumi yang mengambil bentuk sebagai
seekor sapi dengan wajah yang sedih dan air mata mengalir dari matanya,
menghadap Dewa Brahma dan menyampaikan kesulitan yang beliau
alami dalam menanggung beban orang-orang berdosa yang beliau
pikul. Mendengar keluhan Ibu bumi, Dewa Brahma bersama para deva
lainya termasuk Pertivi (ibu bumi) menuju ke tepi lautan susu untuk
memohon perlindungan dari Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Di tepi
lautan susu, para dewa mulai memuja Çré Viñëu, penguasa alam semesta,
Dewanya para dewa dan Kepribadian yang membinasakan kesengsaraan
setiap orang, dengan memanjatkan pujian dari mantra-mantra Veda yang
dikenal dengan doa Puruña Sükta. Sambil bermeditasi, dewa Brahma
mendengar suara dari langit (akasa vani) bahwa Tuhan Çré Viñëu akan
segera turun ke bumi di dinasti Yadu. Para dewa diperintahkan untuk
ikut turun ke bumi bersama dengan sakti mereka masing- masing sebagai
anggota keluarga Yadu untuk menemani Beliau dalam melakukan lélä-
Nya. Selain itu Tuhan juga menginformasikan kepada para dewa bahwa
bagian dari diri Beliau yaitu Saìkarñaëa juga akan muncul segera sebelum
kemunculan Beliau. Mendengarkan hal ini, dewa Brahma bersama para
dewa lainya termasuk ibu bhümi menjadi sangat bahagia dan kembali ke
tempat mereka masing-masing.
Pada saat itu Mahäräja Çürasenä dari keluarga Yadu, memerintah di kota
Maöhurä. Dibawah pemerintahan Mahäräja Surasena, Maöhurä dijadikan
ibu kota bagi keluarga Yadu. Suatu ketika, Vasudeva dari dinasti Sura
menikahi Devaké, putri Mahäräja Devaka dari keluarga Yadu. Di hari
pernikahan itu, ayah Devaké, Mahäräja Devaka, karena rasa sayang
kepada putrinya, ia mengirimkan ratusan gajah yang dihiasi dengan
kalung emas, ribuan kuda, sekitar delapan belas ribu kereta dan dua
ratus orang dayang yang masing-masing dihiasi dengan perhiasan yang
mewah untuk menemani putrinya sebagai mas kawin. Kaàsa, putra
Ugrasena, yang sangat mencintai Devaké, adiknya, dengan tujuan untuk
memuaskan adiknya, Kaàsa mengambil posisi sebagai kusir kereta yang
akan membawa kedua mempelai ke rumah mempelai laki-laki. Pada
Maöhurä
23
saat Kaàsa mulai mengendarai kereta sebagai Kusir kedua mempelai,
terdengar suara dari langit:
“asyäs tväm añöamo garbho hantä yäà vahase ‘budha” yang artinya, “Oh
Kaàsa, kamu benar-benar orang bodoh dan biadab, anak kedelapan
dari Devaké, orang yang sekarang kamu ajak, adalah maut yang akan
membunuhmu”.
Mendengar pernyataan dari langit ini, Kaàsa menganggap bahwa Sang
Penguasa berada pada pihaknya. Dia tidak menyadari bahwa suara ini
disabdakan hanya untuk memancing amarahnya sehingga dia akan
menganiaya Devaké sehingga Tuhan Çré Kåñëa akan segera muncul untuk
menyelamatkan penyembahNya dan membinasakan para asura seperti
Kaàsa serta raksasa lainnya. Meskipun ini merupakan hari pernikahan
adik kesayangannya, namun setelah mendengar berita tersebut dari
akasa vani, Kaàsa, yang secara alami berwatak asura dan disertai dengan
pergaulannya dengan orang-orang yang berwatak sama, tanpa rasa malu
menjambak rambut Devaké dan dengan pedang di tangannya, dia siap
membunuh adiknya.
Seseorang mungkin berpikir, mengapa para Deva sepertinya berpihak
pada Kaàsa dengan memberitahukan kepadanya bahwa anak kedelapan
Devaké akan membunuhnya yang akhirnya memancing amarah Kaàsa.
Padahal jika akasa vani ini tidak ada, mungkin kemunculan Çré Kåñëa
tidak akan terganggu dan Devaké tidak perlu kehilangan enam putra
pertamanya. Jawabannya adalah dengan melakukan pengabdian kepada
penyembah murni maka Tuhan Yang Maha Esa akan menganugerahkan
perlindungan kepada orang tersebut. Karena itu, sengaja maupun tidak
sengaja, bila seseorang melakukan pelayanan kepada penyembah, maka
orang tersebut akan berada di bawah perlindungan Kepribadian Tuhan
Yang Maha Esa. Vasudeva dan Devaké merupakan penyembah murni
yang kekal dari Çré Kåñëa. Dengan demikian bila seorang raksasa seperti
Kaàsa melakukan pelayanan kepada mereka baik sengaja maupun tidak
sengaja, maka Kåñëa berkewajiban untuk melindungi Kaàsa sehingga
beliau tidak akan dapat membunuh Kaàsa. Dengan demikian tujuan
Kåñëa muncul ke dunia material untuk membunuh para raksasa tidak
akan terpenuhi. Hal ini merupakan aturan Çré Kåñëa dimana akasa vani
disampaikan kepada Kaàsa sehingga Kaàsa tidak mendapat kesempatan
untuk melayani Devaké dan Vasudeva dengan menjadi kusir kereta di hari
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
24
pernikahan mereka. Berhubungan dengan enam putra pertama Devaké,
ini merupakan hukuman yang memang harus diterima oleh enam rsi
yang telah melakukan kesalahan kepada deva Brahma. Sudah menjadi
takdir enam kepribadian tersebut harus dibunuh oleh Kalanemi, yang
telah menjelma menjadi Kaàsa.
Melihat Kaàsa hendak membunuh istrinya, Devaké, Vasudeva berusaha
menasehati Kaàsa. Dengan menggunakan berbagai alasan dia memohon
agar kaàsa mengurungkan niatnya untuk membunuh Devaké khususnya
di hari pernikahanya yang sangat bertuah. Tetapi segala nasehat baik yang
disampaikan oleh Vasudeva tidak dihiraukan oleh Kaàsa yang berwatak
raksasa. Akhirnya untuk menyelamatkan Devaké untuk sementara waktu,
Vasudeva berjanji kepada Kaàsa bahwa dia akan menyerahkan semua
anak yang lahir dari kandungan Devaké kepada Kaàsa dan Kaàsa dapat
melakukan apapun yang ingin dilakukannya terhadap bayi tersebut.
Kaàsa yang mengenal Vasudeva dengan baik merasa yakin bahwa
Vasudeva tidak akan mengingkari janjinya. Dengan kecerdasannya, dia
menimbang-nimbang bahwa apa yang disampaikan oleh Vasudeva adalah
benar. Kaàsa berpikir:
“Kesalahan tidak berada pada Devaké maupun Vasudeva tetapi pada
Viñëu yang akan mengunakan badan adikku sebagai jalan untuk berusaha
membunuhku. Tetapi Viñëu tidak mengenal siapa Kaàsa, pangeran gagah
yang ditakuti oleh raja-raja yang agung sekalipun. Karena itu, tanpa
membunuh Devaké saya akan membunuh Viñëu, hanya perlu menunggu
waktu saja. Begitu Viñëu lahir saya akan membunuhnya sebelum dia
tumbuh dewasa”. Berpikir demikian Kaàsa mengurungkan niatnya
untuk membunuh Devaké melainkan meminta maaf dan mengirim
Devaké ke keluarga Vasudeva.
Waktu telah berlalu, Devaké melahirkan seorang putra. Untuk menepati
janjinya, Vasudeva dengan tabah membawa bayi pertama tersebut untuk
diserahkan kepada Kaàsa. Melihat kejujuran Vasudeva, Kaàsa sangat
kagum terhadap sifat yang dimilikinya. Untuk menepati kata-kata yang
diucapkannya, dia bahkan bersedia mengorbankan anaknya sendiri demi
menegakkan dharma sebagai seorang ksatria. Karena Kaàsa berpikir
bahwa dia hanya akan dibunuh oleh anak kedelapan Devaké maka Kaàsa
berpikir bahwa dia tidak memiliki urusan dengan bayi mereka yang
pertama dan mengirim bayi itu kembali bersama Vasudeva. Walaupun
Maöhurä
25
Kaàsa kelihatan baik hati kepada Vasudeva, karena pergaulan Kaàsa
hanya dengan para raksasa, Vasudeva meragukan kebaikan Kaàsa dan
berpikir bahwa Kaàsa pasti akan segera merubah keputusannya.
Suatu hari Närada Muni datang menemui Kaàsa dan memberitahunya
bahwa semua raja jahat yang menjadi beban bumi akan segera
dihancurkan dengan kemunculan Çré Viñëu. Maha Rsi Närada juga
menyampaikan bahwa untuk menyambut kemunculan Çré Viñëu, para
Dewa muncul di keluarga Yadu. Pertanyaan mungkin akan muncul,
mengapa Närada Muni menginformasikan kepada Kaàsa bahwa mereka
akan segera terbunuh oleh Çré Viñëu? karena hal itu, Kaàsa dapat saja
membunuh bayi-bayi Devaké dan menganiaya para Yadu.
Närada Muni sebagai penyembah yang agung, seorang Vaisnava yang
penuh rasa kasih sayang, tidak tega melihat kekacauan yang dilakukan
oleh para raja yang jahat. Beliau menginginkan kemunculan Çré Kåñëa
sesegera mungkin. Karena itu dengan informasi yang diberikan oleh
Närada maka hal itu akan memancing kekejaman Kaàsa terhadap para
Yadu yang merupakan penyembah Çré Viñëu. Karena penyembahNya
dianiaya seperti itu, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa tidak akan
mentoleransi penganiayaan tersebut dan akan segera muncul untuk
membinasakan para raksasa dari muka bumi ini dengan segera.
Setelah keberangkatan Närada muni, Kaàsa memikirkan kata-kata
Devaåñi Närada dengan serius dan menganggap bahwa semua keluarga
Yadu adalah penjelmaan para Dewa dan berpikir bahwa Viñëu mungkin
akan lahir sebagai salah satu dari putra Devaké. Takut akan kematian,
Kaàsa mulai menganiaya Devaké dan Vasudeva dan memasukan mereka
ke dalam penjara. Dibawah perlindungan Jarasanda dan kerja sama
dengan para raksasa seperti Pütanä, Pralamba, Keçi, Baka, Aghäsura,
Tåëävarta, Narakäsura, Bäëäsura dan lain-lain, Kaàsa juga mulai
menganiaya semua keluarga Yadu yang tidak menuruti perintahnya.
Karena rasa iri kepada keluarga yang berhubungan dengan dinasti Yadu,
dia bahkan memenjarakan ayahnya sendiri, Ugrasena.
Karena rasa loba untuk memuaskan keinginannya, orang-orang jahat
seperti Kaàsa, rela untuk membunuh siapapun termasuk ayah, ibu,
suami, istri, sanak keluarga dan yang lainnya. Selama seseorang berusaha
memuaskan indrianya, orang-orang seperti itu akan menganggap musuh
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
26
yang sangat kejam dan para raksasa sekalipun sebagai kawan. Sikap
sikap seperti itu secara alami akan tumbuh dan berkembang di dalam
hati para avaisnava atau orang yang bukan penyembah Viñëu. Mereka
selalu iri kepada Çré Viñëu dan penyembahNya dan selalu berusaha untuk
mencari jalan untuk menghalangi dan menghancurkan para penyembah.
Meskipun orang seperti itu mungkin lahir di keluarga bangsawan
terhormat atau dari keluarga brahmana yang saleh, bila seseorang tidak
melakukan atau menolak pengabdian suci kepada Çré Viñëu, mereka
akan jatuh dari kedudukan mereka dan akan melakukan hal-hal yang
menjijikkan berdasarkan standar kitab suci Veda.
Setelah enam bayi Devaké dibunuh oleh Kaàsa, Çré Ananta, bagian dari
badan Çré Kåñëa secara langsung masuk ke dalam kandungan Devaké
sebagaiputraketujuhnya.UntukmelindungiparaYadudaripenganiayaan
yang dilakukan oleh Kaàsa, Kåñëa memerintahkan kepada Yogamäyä
untuk memindahkan Ananta ke dalam kandungan Rohini Devé, salah
satu dari istri Vasudeva yang pada saat itu berlindung di Gokula bersama
keluarga Nanda Mahäräja. Karena bayi yang berada di dalam kandungan
Devaké dipindahkan oleh Yogamäyä, maka orang-orang berpikir bahwa
Devaké mengalami keguguran. Karena proses kelahiranya, Sri Balaram
dikenal dengan berbagai nama seperti yang diuraikan di dalam Srimad
Bhagävatam sebagai berikut:
garbha-saìkarñaëät taà vai prähuù saìkarñaëaà bhuvi
rämeti loka-ramaëäd balabhadraà balocchrayät
”Putra Rohini Dewi juga akan dikenal dengan nama Sankarsana karena
dipindahkan (san-kås) dari kandungan Devaké ke dalam kandungan
Rohini. Beliau juga akan dikenal dengan nama Räma karena beliau
mampu menyenangkan seluruh penduduk Gokulaa dan dengan nama
Balabhadra, karena kekuatan fisik yang dimilikiNya”.
Setelah kejadian ini, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa masuk ke
dalam hati Vasudeva. Karena Kepribadian Tuhan berada di dalam badan
Vasudeva, badanya menjadi secerah matahari. Kemudian Vasudeva
melalui pikiranya mengirimkan Kepribadian Tuhan kedalam pikiran
Devaké. Badan Devaké mulai berubah dan bercahaya bagaikan ufuk timur
yang diterangi oleh mentari pagi karena Tuhan, Sang Pengendali, asal
mula ciptaan dan sebab segala sebab berada dalam kandungannya.
Maöhurä
27
Kaàsa yang menyadari hal tersebut menjadi sangat resah dan berpikir
bahwa badan Devaké yang bersinar seperti itu pasti disebabkan oleh
Viñëu yang saat ini berada di dalam kandungannya. Namun berpikir
akan reputasinya, dia tidak ingin membunuh wanita yang sedang hamil
dan memutuskan untuk menunggu sampai bayi itu lahir. Setiap saat, di
dalam kamar, di atas singasana kerajaan, pada saat makan, saat menjelang
tidur dan di mana pun dia berada, yang dia lihat hanyalah Viñëu dan
selalu berpikir bahwa Viñëu akan membunuhnya setiap saat.
Para Dewa yang dipimpin oleh Dewa Brahma dan Siva, datang ke tempat
dimana Devaké dan Vasudeva dipenjarakan dan memanjatkan doa-doa
mereka kepada Çré Kåñëa yang berada di dalam kandungan Devaké. Di
dalam doa mereka, para dewa memuji Kepribadian Tuhan Yang Maha
Esa. Para dewa juga memuji keberuntungan Devaké dan Vasudeva
karena Tuhan Çré Kåñëa sendiri bersedia menjadi putra mereka. Setelah
memanjatkan doa-doa pujian kepada Tuhan, para dewa kembali ke
tempat mereka masing masing.
Pada hari menjelang kemunculan Çré Kåñëa, alam secara otomatis
memperlihatkan tanda-tanda kemujuran. Bintang Rohini mulai muncul,
begitujugabintangmujurlainnyasepertiAsvinidanlain-lain.Kedaanalam
semesta menjadi penuh kedamaian. Dihiasi dengan bintang-bintang yang
berkedap-kedip yang tidak terhalangi oleh awan, langit kelihatan sangat
indah. Sungai mengalir dengan airnya yang jernih dan menyejukkan.
Danau dan kolam penuh dengan bunga padma yang sangat indah.
Pohon-pohon bunga dengan daunnya yang rimbun dan hijau berbunga
mewarnai alam dan sangat menyenangkan untuk dilihat. Harumnya
bunga dibawa oleh hembusan angin yang sangat menyenangkan indria
penciuman dan segarnya aliran air memuaskan indria rabaan berhembus
di berbagai tempat. Ketika para brahmana melaksanakan yajïa, api yajïa
berkobar tanpa tergangu oleh hembusan angin yang tidak pernah mereka
alami selama beberapa waktu itu. karena berada di bawah raja-raja yang
jahat seperti Kaàsa, para brahmana dilarang untuk memuja Çré Viñëu.
Karena itu para brahmana yang melaksanakan yajïa dengan sembunyi-
sembunyi selalu merasa gelisah. Tetapi pada hari ini, di hari menjelang
munculnya Tuhan Çré Kåñëa, mereka semua merasa puas dan bebas dari
rasa takut. Ketika Tuhan akan segera muncul, para penduduk surga mulai
memainkan alat musik mereka untuk menyambut kemunculan Yang
Maha Kuasa. Para Apsarä mulai menari, para Kinnara dan Gandharva
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
28
menyanyi memuji kebesaran Tuhan dan para siddha memanjatkan doa-
doa pujian yang menguntungkan.
Kemudian di tengah malam, dimana semua penduduk sedang tidur lelap,
Çré Kåñëa yang berada di dalam hati setiap makhluk hidup muncul dari hati
Devaké. Kemunculan Beliau menghapuskan kegelapan malam bagaikan
kemunculan bulan purnama di ufuk timur dan menerangi semesta di
malam hari. Tuhan muncul dalam bentuk Beliau yang berlengan empat,
yang masing-masing tanganNya memegang saìka, cakra, gadä dan padma.
Beliau dihiasi dengan pakaian berwarna kuning, dadaNya dihiasi dengan
permata bernama Kaustubha. Warna badanNya yang kehitam-hitaman,
yang bagaikan warna awan menjelang hujan, dihiasi dengan berbagai
permata yang sangat berharga. KepalaNya dihiasi dengan mahkota yang
sangat indah. Beliau menggunakan ikat pinggang yang bercahaya, gelang
kaki, gelang tangan dan lain lain. Dihiasi seperti ini badan beliau kelihatan
sangat indah dan menawan. Melihat bayi yang sangat menakjubkan ini,
Vasudeva merasa sangat bahagia dan di dalam pikirannya dia bermeditasi
memberikan banyak hadiah kepada brahmana dan mengadakan
festival yang megah dalam rangka menyambut kelahiran anak yang
sangat menakjubkan sebagai
putranya. Setelah beberapa
saat, Vasudeva menyadari
bahwa Beliau adalah
Kepribadian Tuhan Yang
Maha Esa sendiri. Sadar
seperti itu, Vasudeva bersama
Istrinya, Devaké, mulai
memanjatkan doa pujian
kepada Yang Maha Kuasa,
yang berada di depannya.
Setelah menyampaikan
doa pujian kepada Tuhan,
dibingungkan oleh tenaga
Yogamäyä, Vasudeva dan
Devaké yang berperan
sebagai orang tua, yang tahu
bahwa Kaàsa akan datang
untuk membunuh putranya,
meminta Çré Viñëu untuk
Maöhurä
29
menyembunyikan wujudNya yang berlengan empat dan megambil
bentuk berlengan dua seperti bayi biasa. Mendengar permintaan Vasudeva
dan Devaké, Kepribadian Tuhan bersedia mengambil wujud sebagai bayi
biasa dan kemudian memerintahkan Vasudeva untuk membawa dan
menyembunyikan diriNya di Vraja bhümi, di rumah Nanda Mahäräja.
Beliau juga menjelaskan bahwa Vasudeva dan Devaké sudah menjadi
orang tua Beliau beberapa kali di dalam penjelmaanNya sebelumnya.
Sekarang Beliau memilih mereka kembali untuk menjadi orang tuaNya.
Setelah Kåñëa mengambil wujud seperti bayi biasa, Vasudeva memutuskan
untuk membawa bayinya ke Gokulaa, di seberang sungai Yamunä. Pada
saat itu, atas aturan tenaga khayalan Kåñëa, semua penjaga pintu penjara
dan penghuni istana tidur lelap. Rantai yang mengikat Vasudeva terbuka
dengan sendirinya dan kemudian pintu penjara terbuka. Karena hujan
yang deras, petir menggema, saat itu Ananta Deva memperbesar dan
memperbanyak kepala padmaNya untuk memayungi Kåñëa yang sedang
dibawa oleh Vasudeva. Dipancing oleh air hujan yang deras dan angin
yang keras, sungai Yamunä kelihatan sangat ganas dengan gelembung
-gelembung yang muncul di permukaannya yang kelihatan seperti air
panas mendidih. Tetapi ketika Vasudeva menyeberangi sungai, setelah
menyentuh kaki padma Çré Kåñëa, Yamunä membelah badan beliau
menjadi dua bagian dan memberikan jalan kepada Vasudeva untuk
lewat bagaikan lautan memberikan jalan kepada Çré Rämacandra untuk
membuat jembatan ke Laìka. Ketika Vasudeva sampai di Gokulaa, di
malam yang gelap, dia melihat semua penduduk Gokula sedang tidur
lelap dan tidak ada seorang pun tahu kedatangannya ke Gokulaa secara
menyelinap. Vasudeva langsung masuk ke rumah Nanda Mahäräja
dan meletakkan putranya di dekat Yaçodä kemudian mengambil bayi
perempuan yang baru lahir dari Yaçodä. Karena kelelahan melahirkan
bayi, Yaçodä langsung tertidur sehingga tidak tahu apakah bayi yang
lahir laki-laki atau perempuan. Jadi Yaçodä tidak menyadari bahwa
bayinya sebenarnya di tukar oleh Vasudeva. Dalam hal ini, para Acarya
menguraikan bahwa sebenarnya ibu Yaçodä melahirkan dua anak, satu
putra dan satu putri. Tetapi karena tenaga khayalan Kåñëa, Vasudeva tidak
melihat putra Yaçodä melainkan hanya melihat seorang bayi perempuan.
Setelah Vasudeva menaruh Kåñëa di dekat Ibu Yaçodä dan mengambil
bayi wanita, Väsudeva-Kåñëa masuk kedalam badan Våndävana-Kåñëa
sehingga ketika ibu Yaçodä sadar, Beliau melihat hanya satu bayi laki-
laki.
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
30
Kembali ke Penjara, Vasudeva menempatkan bayi perempuan itu di
pangkuan Devaké. Kemudian segala sesuatu kembali seperti semula,
pintu mulai terkunci dan rantai mulai mengikat Vasudeva seperti semula
sehingga sepertinya semua kejadian ini tidak pernah terjadi di mata
Kaàsa dan pengikutnya.
Ketika para penjaga pintu gerbang penjara mendengar tangisan bayi dari
dalam penjara, mereka berlari untuk menginformasikan hal ini kepada
Kaàsa. Mendengar hal ini, Kaàsa yang sudah tidak sabar menunggu
kelahiran bayi kedelapan dari Devaké mulai mengambil tindakan. Dia
segera bangun dari singgasananya dan menuju ke penjara. Kaàsa berpikir,
“Ini adalah käla, sang waktu, yang telah lahir untuk membunuhku namun
sebelum itu aku akan menghabisiNya terlebih dahulu”. Dengan perasaan
takut dan resah, Kaàsa masuk ke dalam penjara untuk menemui Devaké.
Sebagai wanita yang tidak berdaya, Devaké memohon kepadaKaàsa untuk
tidak membunuh bayinya yang kedelapan karena bayi yang lahir adalah
seorang perempuan. Namun Kaàsa yang kejam tidak menghiraukan
permintaan Devaké dan mengambil bayi dari tangan Devaké secara
paksa. Dengan memegang kaki bayi tersebut, Kaàsa melemparkannya
ke atas batu. Namun bayi yang merupakan Yogamäyä sendiri, terlepas
dari tangan Kaàsa dan terbang ke atas kemudian muncul di langit
dalam bentuk Dewi Durgä berlengan delapan yang memegang senjata
di masing-masing tangannya. Durgä Devé bersabda, “Oh Kaàsa, kamu
orang bodoh. Apa artinya bagimu bila kamu membunuhku. Kepribadian
Tuhan Yang Maha Esa, Çré Viñëu, yang merupakan musuh bebuyutanmu
dan yang akan menghabisi nyawamu, telah lahir di suatu tempat di muka
bumi ini. Karena itu jangan membunuh bayi-bayi yang tidak berdosa”.
Setelah bersabda demikian Beliau menghilang dari pandangan Kaàsa.
Mendengar kata-kata Durgä Devé, Kaàsa berpikir bahwa Durgä
sebenarnya memihak pada dirinya. Karena dia memuja Durgä dan Çiva
setiap saat, Kaàsa berpikir bahwa sekarang Durgä Devé telah berkarunia
untuk memberitahukan bahwa Viñëu telah muncul di suatu tempat.
Kaàsa kemudian mendekati Devaké dan Vasudeva. Kaàsa meminta
maaf atas kekeliruan yang telah dia lakukan dan melepaskan mereka
dari dalam penjara. Setelah ini, mengingat sabda Durgä Devé, Kaàsa
mulai mengirim banyak raksasa untuk mengacaukan kurban suci yang
dilakukan untuk Viñëu dan membunuh bayi yang lahir sepuluh hari dari
hari tersebut.
Maöhurä
31
Di Gokulaa, karena mendapatkan seorang putra yang memiliki ciri
ciri yang menakjubkan, yang lahir di hari yang sangat mujur, dengan
rasa kasih sayang dan rasa cinta yang dalam kepada putranya, Nanda
Mahäräja mengadakan festival besar di Gokulaa. Semua penduduk
Gokulaa menikmati ketampanan bayi yang baru lahir itu. Sampai saat ini
di India, khususnya para Vaisnava, merayakan hari kemunculan Kåñëa
dengan sangat meriah yang di kenal dengan hari “Kåñëa jayanti” atau
dikenal pula dengan nama “Kåñëa janmastami”.
Çré Kåñëa Janmastami ki jay
2. Viçräm Ghat
Tempat ini terletak di tepi sungai Yamunä di Maöhurä. Kita dapat
mengunjungi tempat ini langsung dari Janmasthäna atau pada saat
kita kembali dari Gokulaa. Ini tergantung pada waktu yang kita miliki.
Bila waktu untuk darsan di Gokulaa dan Dauji mandir terlalu mepet,
akan lebih baik bila kita mengunjungi Viçräm Ghat setelah datang dari
Gokulaa. Tempat ini berada beberapa kilometer dari Janmasthäna. Setiap
supir bus, supir taxi maupun kendaraan sewaan lokal mengetahui tempat
ini.
Gambar: tepi sungai Yamunä di Viçrama Ghat
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
32
Setelah Çré Kåñëa dan Çré Balaram membunuh Kaàsa di Kaàsa tila,
mereka beristirahat di sini. Di sebutkan juga di dalam Purana bahwa
setelah membunuh Hiraëyäkña, Çré Varähadeva beristirahat di sini. Viçräm
ghat juga muncul di dalam Çré Caitanya Caritamrta, karya Çré Kåñëa
Däsa Goswami. Diuraikan bahwa sebelum memasuki kota Maöhurä, Çré
Caitanya Mahaprabhu mandi terlebih dahulu di tempat ini seperti yang
telah diuraikan di dalam bab sebelumnya.
Di tempat ini kita bisa darsan pada arca Çré-Çré Kåñëa Balaram. Di sini
juga terdapat kuil yang dipersembahkan kepada Çrémati Yamunä Devé
dan saudara Beliau, Yamaraj. Yamaraj dan Kalindi (Yamunä) adalah
putra dan putri dewa Surya. Kita dapat beristirahat di sini sejenak dan
menikmati sejuknya air sungai Yamunä dimana kaki padma Çré Hari,
Kåñëa, yang diidam-idamkan oleh para yogi yang agung menyentuh air
sungai ini setiap hari sambil bermain-main bersama para gopi dan gopa
di Våndävana. Kita hendaknya memohon karunia dari Ibu Yamunä di
sini dengan mandi di dalam badan Beliau dalam bentuk air. Dinyatakan
bahwa Yamunä seratus kali lebih suci dari Gangga. Di dalam Varaha
Purana, Çré Varahadev menguraikan keagungan Yamunä kepada Ibu
pertiwi sebagai berikut,
gaìgä çata-guëä proktä
mäthure mama maëòale
yamunä viçrutä Devé
nätra käryä vicäraëä
“Oh Dewi Pertiwi! seratus kali lebih suci dari sungai suci Ganga adalah
Sungai Yamunä yang mengalir di tempat tinggalku yang abadi, Maöhurä.
Tidak seorangpun perlu meragukan hal ini”.
Jadi bila kita mandi di sungai Yamunä satu kali sama dengan mandi
seratus kali di Sungai Ganga. Untuk itu hendaknya kita jangan menyia-
nyiakan kesempatan untuk mandi di sungai suci Yamunä.
Yamunä Devé Kijay.
3. Keçava gaudiya maöha
Sebagai pengikut ISKCON, kita harus selalu merasa berhutang kepada
H.D.G. Çréla Prabhupäda. Karena itu kita harus selalu berusaha melayani
Maöhurä
33
beliau dalam segala hal khususnya dalam menyebarkan kesadaran
Kåñëa ke seluruh pelosok kota dan desa. Disamping itu kita harus selalu
berusaha mengingat kegiatan beliau yang rohani yang tidak pernah
tercemari oleh sifat-sifat alam material. Çré Keçava Gaudiya Maöha adalah
tempat yang sangat bersejarah bagi kita di ISKCON karena H.D.G.
A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupäda, pendiri dan acarya ISKCON
menerima diksa sanyasi di tempat ini dari saudara seguru beliau, His
Holiness Keçava Mahäräja. Di sini, Çré Çré Rädhä-Vinoda-Vihari ji di
puja. Arca Çré Caitanya Mahäprabhu yang di puja adalah arca yang secara
pribadi disumbangkan oleh Çréla Prabhupäda.
Tempat-tempat lain yang mungkin di kunjungi di Maöhurä adalah: Ranga
Bhümi (tempat dimana Kaàsa di bunuh oleh Kåñëa di atas bukit Kaàsa-
tila, Rangesvar Mähädeva temple (Siva linga yang di puja oleh Kaàsa
sebelum pentas gulat diadakan), dan juga Bhutesvar mandir.
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
34
Bab III
Gokula
Gokula adalah tempat di mana Nanda Mahäräja bertempat tinggal
sebelum pindah ke Nanda-gaon. Tempat ini berada di seberang sungai
Yamunä jika dari Maöhurä. Bila kita datang kemari dari Maöhurä, kita
akan melewati jembatan yang sangat indah dan kita dapat melihat
pemandangan sungai Yamunä yang mengalir dengan deras di bawah
jembatan tersebut.
Menurut Çréla Viçvanätha Cakravarté Thakur, di dalam buku beliau yang
berjudul särärtha-darçini, dijelaskan bahwa sebelum pindah ke Gokula,
Parjanya, kakek Çré Kåñëa dan para putranya termasuk Nanda Mahäräja,
Upananda, beserta keluarga lainya pernah tinggal di Nandiçvara di
Nanda-Gaon. Namun karena merasa takut terhadap raksasa Arisöäsura
(raksasa yang mengambil wujud dalam bentuk sapi jantan), mereka
pindah ke Gokula. Di sini mereka tinggal selama beberapa tahun sampai
Kåñëa muncul sebagai anak Nanda Mahäräja dan Yaçodä mata. Tetapi
setelah kemunculan Kåñëa, banyak raksasa yang menyerang Gokula
dan berusaha membunuh Kåñëa. Untuk menghindari hal ini Upananda,
kakak Nanda Mahäräja, salah satu orang yang dituakan di Gokula dan
juga orang yang sangat terpelajar, karena rasa sayangnya kepada Kåñëa,
ia menganjurkan agar mereka pindah dari Gokula sehingga Kåñëa tidak
akan diganggu lagi oleh para raksasa.
35
Sebenarnya Kåñëa sebagai paramätmä yang bersemayam di dalam hati
setiap makhluk hidup, menyemangatkan Upanada dari dalam hatinya
untuk menyampaikan ide ini kepada para Vrajavasi, karena Kåñëa
berkeinginanuntukmenikmatitempat-tempatdiseberangsungaiYamunä
seperti hutan Våndävana dan bukit Govardhan. Karena mereka masih
merasa takut terhadap raksasa Aristasura, Upananda menganjurkan
untuk pindah ke hutan Våndävana dimana para sapi bisa menikmati
manisnya air sungai Yamunä dan rumput hijau dari bukit Govardhana.
Saat itu mereka sempat tinggal di Chatikara (+ 6 km dari Våndävana)
selama beberapa bulan. Dan setelah Kåñëa membunuh raksasa Aristasura,
mereka memutuskan untuk kembali ke Nandéçvar di Nanda-gaon.
Tempat-tempat di daerah Gokula:
1. Kuil utama di Gokula (Istana Nanda Mahäräja/Nanda Bhavan)
Istana ini dibangun lima ribu tahun yang lalu ketika Nanda Mahäräja
bertempat tinggal di sini. Ada 84 pilar yang menyangga bangunan ini.
Dijelaskan bahwa 80 pilar dibangun oleh Visvakarma, arsitek para Dewa
di surga dan yang empat lainya diciptakan oleh Dewa Brahma. Sebenarnya
84 pilar ini menunjukan 8.400.000 jenis kehidupan yang ada di alam
semesta material. Jadi setiap pilar mewakili 100.000 jenis kehidupan
di alam semesta material ini. Di dalam kuil kita bisa darsan pada arca
Kåñëa yang sedang di ayunkan, Çré Balaräma ji, Nanda Mahäräja dan ibu
Yaçodä. Beberapa informasi juga menyatakan bahwa Balaräma, kakak Çré
Kåñëa dilahirkan oleh ibu Rohiné di sini. Balaräma pada awalnya berada
di dalam kandungan ibu Devaké, tetapi atas kehendak Kåñëa, Beliau
dipindahkan dari dalam kandungan ibu Devaké ke dalam kandungan Ibu
Rohiné. Karena itu beliau juga di kenal dengan nama Saìkarñaëa (Beliau
yang di pindahkan dari satu tempat ke tempat lain). Di dalam Çrémad
Bhagävatam skanda sepuluh bab dua, Çré Kåñëa bersabda kepada Yoga
maya sebagai berikut:
devakyä jaöhare garbhaà
çeñäkhyaà dhäma mämakam
tat sannikåñya rohiëyä
udare sanniveçaya
Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
36
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja
Perjalanan Suci di Tanah Vraja

Weitere ähnliche Inhalte

Mehr von Ngarayana ナㇻヤナ

Panchagavya (uses benefits and preparation)
Panchagavya (uses benefits and preparation)Panchagavya (uses benefits and preparation)
Panchagavya (uses benefits and preparation)Ngarayana ナㇻヤナ
 
Kiat pan lagas raja godal mewariskan benang kusut
Kiat pan lagas   raja godal mewariskan benang kusutKiat pan lagas   raja godal mewariskan benang kusut
Kiat pan lagas raja godal mewariskan benang kusutNgarayana ナㇻヤナ
 
Kiat pan lagas i godogan dan raksasa bakasura
Kiat pan lagas   i godogan dan raksasa bakasuraKiat pan lagas   i godogan dan raksasa bakasura
Kiat pan lagas i godogan dan raksasa bakasuraNgarayana ナㇻヤナ
 
Kiat pan lagas guru belog megandong krama bali angkih-angkih
Kiat pan lagas   guru belog megandong krama bali angkih-angkihKiat pan lagas   guru belog megandong krama bali angkih-angkih
Kiat pan lagas guru belog megandong krama bali angkih-angkihNgarayana ナㇻヤナ
 

Mehr von Ngarayana ナㇻヤナ (20)

Panchagavya (uses benefits and preparation)
Panchagavya (uses benefits and preparation)Panchagavya (uses benefits and preparation)
Panchagavya (uses benefits and preparation)
 
The rescue of dharmaksetra
The rescue of dharmaksetraThe rescue of dharmaksetra
The rescue of dharmaksetra
 
Vedic eco village november-2017
Vedic eco village november-2017Vedic eco village november-2017
Vedic eco village november-2017
 
Amsu story
Amsu storyAmsu story
Amsu story
 
Etiket vaisnava
Etiket vaisnavaEtiket vaisnava
Etiket vaisnava
 
Kehidupan berasal dari kehidupan
Kehidupan berasal dari kehidupanKehidupan berasal dari kehidupan
Kehidupan berasal dari kehidupan
 
Prahlad maharaj
Prahlad maharajPrahlad maharaj
Prahlad maharaj
 
Narada bulletin april 2017
Narada bulletin april 2017Narada bulletin april 2017
Narada bulletin april 2017
 
Yashodapur eco village 2017
Yashodapur eco village 2017Yashodapur eco village 2017
Yashodapur eco village 2017
 
Kiat pan lagas raja godal mewariskan benang kusut
Kiat pan lagas   raja godal mewariskan benang kusutKiat pan lagas   raja godal mewariskan benang kusut
Kiat pan lagas raja godal mewariskan benang kusut
 
Kiat pan lagas i godogan dan raksasa bakasura
Kiat pan lagas   i godogan dan raksasa bakasuraKiat pan lagas   i godogan dan raksasa bakasura
Kiat pan lagas i godogan dan raksasa bakasura
 
Kiat pan lagas guru belog megandong krama bali angkih-angkih
Kiat pan lagas   guru belog megandong krama bali angkih-angkihKiat pan lagas   guru belog megandong krama bali angkih-angkih
Kiat pan lagas guru belog megandong krama bali angkih-angkih
 
Di luar kelahiran dan kematian
Di luar kelahiran dan kematianDi luar kelahiran dan kematian
Di luar kelahiran dan kematian
 
Hari raya hindu mitologi vs itihasa
Hari raya hindu  mitologi vs itihasaHari raya hindu  mitologi vs itihasa
Hari raya hindu mitologi vs itihasa
 
Neraka
NerakaNeraka
Neraka
 
Manusia mendarat
Manusia mendaratManusia mendarat
Manusia mendarat
 
Kerja (karma)
Kerja (karma)Kerja (karma)
Kerja (karma)
 
Kali yuga
Kali yugaKali yuga
Kali yuga
 
Jesus belajar dan wafat di india
Jesus belajar dan wafat di indiaJesus belajar dan wafat di india
Jesus belajar dan wafat di india
 
Dari material ke Spiritual
Dari material ke SpiritualDari material ke Spiritual
Dari material ke Spiritual
 

Perjalanan Suci di Tanah Vraja

  • 1. PERJALANAN SUCI DI TANAH VRAJA Bhagératha Däsaù
  • 2.
  • 4. PERJALANAN SUCI DI TANAH VRAJA Penulis: Bhagératha Däsaù Layout/Penyelaras Akhir: Lakñmé Näräyana Däsaù Penerbit: Narayana Smrti Press Jl. Sudarsan Chakra No. 3 Maguwoharjo Yogyakarta Cetakan Pertama: Februari 2011 13,7 x 20,5 cm xx + 189 halaman . Hak Cipta pada Penulis Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang: Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penulis atau penerbit
  • 5. Daftar isi Persembahan .................................................................................... vii Ucapan Terimakasih ......................................................................... ix Prakata ............................................................................................. xi Pendahuluan .................................................................................... xv Sepuluh jenis kesalahan terhadap Dhäma ....................................... xxiii Kunjungan Çré Caitanya Ke Våndävana ............................................ 1 Maöhurä ........................................................................................... 17 Gokula ............................................................................................... 35 Våndävana ......................................................................................... 63 Varñäëä .............................................................................................. 147 Nanda Grama .................................................................................... 159 Jabaran Waktu Keberadaan Tuhan Çré Kåñëa Selama Di Planet Bumi Lima Ribu Tahun Yang Lalu .................................................... 187 v
  • 6. Perjalanan Suci Di Tanah Vraja vi
  • 7. Persembahan Kepada vii Param pujya Çré Çrémad Añöottara-çata A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupäda (Pendiri dan acarya masyarakat kesadaran Krsna internasional)
  • 8. Perjalanan Suci Di Tanah Vraja viii Buku ini juga dipersembahkan kepada Guru kerohanian hamba Param pujya Çréla Bhakti Räghava Swami Maharaj
  • 9. Ucapan Terimakasih Atas karunia Çré Çré Guru dan Gauraìga, saya ingin mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada H.D.G. A.C Bhaktivedanta Swami Prabhupäda karena atas karunia beliau, tanah suci yang sangat rahasia telah terungkap dikalangan kita yang berada dalam kebodohan yang paling gelap dunia material. Saya juga ingin mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga kepada guru kerohanian saya, H.H. Bhakti Räghava Swami Maharäj, karena atas karunia dan bimbingan beliau, saya telah mendapat kesempatan menimba pendidikan dan tingal di tempat suci Vraja bumi untuk belajar dibawah H.G. Gopé Paräëadhana Prabhu, seorang murid senior Çréla Prabhupäda. Kepada H.G. Gopé- paräëadhana, yang telah memberikan begitu banyak inspirasi dan semangat kepada saya dalam pengabdian suci selama belajar dibawah beliau di Çré Govardhana dham – Vraja mandal. Kepada Kiçora Kåñëa Prabhu, saudara seguru saya yang tidak henti-hentinya memberikan semangat kepada saya selama berada di tanah suci Bharata-bumi. Ucapan terimakasi juga saya sampaikan kepada beberapa penyembah yang telah banyak membantu saya sehingga buku ini bisa terbit. H.G. Lakñmé Näräyana Prabhu, yang telah meluangkan waktu untuk layout dan membantu mengedit buku ini. Kepada H.G. Çrénidhi Prabhu, yang juga telah meluangkan cukup banyak waktu untuk membantu pengeditan. Dan kepada banyak Vaisnava lainnya yang tidak bisa saya ix
  • 10. Perjalanan Suci Di Tanah Vraja x sebutkan namanya satu per satu, yang telah memberikan saya semangat dan dukungan untuk menulis dan menerbitkan buku “Perjalanan Suci di Tanah Vraja” ini. Terakhir, yang tidak kalah pentingnya, kepada semua Vaisnava, khususnya para pembaca semoga mendapatkan inspirasi lebih dalam untuk mengetahui lebih banyak lélä dan tempat rahasia spiritual, Çré Vraja mandala. Hare Krsna
  • 11. Prakata Saya sangat puas dan senang saat membaca buku pertama Çrémän Bhagératha däsa berjudul “Perjalanan Suci di Tanah Vraja” yang ditulis dalam Bahasa Indonesia. Sebelum saya berkomentar pada buku ini, pertama-tama saya ingin sedikit berbicara tentang si penulis. Penulis muda ini awalnya ketemu kesadaran Krsna di Bali – Indonesia ketika dia masih duduk di kelas dua sekolah dasar. Atas pergaulan yang baik dari para penyembah seperti Dhåtätmä däsa, Kiçora Kåñëa däsa dan yang lainnya, dengan perkembangan yang pesat dia mengembangkan keterikatan kuat dalam pengabdian suci dan pergaulan pada para penyembah. Ketika berada di Kåñëa Balaräma Mandir di Denpasar, kami mendapatkan kesempatan untuk ketemu satu sama lain sekitar tahun 1998-1999. Saat itu dia tidak begitu fasih dalam berbahasa inggris. Namun dia meperlihatkan semangat yang kuat untuk belajar dan melayani. Segera setelah lulus sekolah dia bergabung sebagai brahmacari asram. Berkeinginan untuk memberikan kesempatan kepada beberapa penyembah dari Indonesia untuk lebih akrab dan dekat berhubungan dengan kebudayaan Veda, pada tahun 2004 kami mengatur beasiswa untuk program pendidikan yoga selama tiga tahun untuk Kiçora Däsa xi Oà Surabhyai namaù Oà Çré-gurave namaù
  • 12. dan Bhagératha Däsa. Atas karunia Yang Maha Kuasa, pada saat itu program gurukula BBT untuk program belajar bahasa sansekerta, Çrémad-Bhägavatam Vidyäpéöham, dicanangkan akan segera dibuka. Gurukula tradisional ini dipimpin oleh H.G. Gopéparäëadhana däsa, seorang murid senior Çréla Prabhupäda dan salah satu dari senior editor Sanskrit di BBT. Ini adalah suatu kesempatan yang jarang dan khusus bagi Bhagératha däsa untuk dapat diterima dalam program belajar tiga tahun mereka. Atas karunia Kåñëa, meskipun relatif masih sangat awam dalam bahasa inggris, dia diterima sebagai murid angkatan pertama dimana kebanyakan muridnya berasal dari negara-negara asing. Karena gurukula memerlukan pujari untuk memuja Çré Çré Gaura Nitäi, para otoritas meminta Bhagératha Däsa untuk melakukan pelayanan tersebut. Karena belum menerima brähmaëa dékñä, maka diputuskan untuk melaksanakan upacara yajïa di Govardhana yang dilakukan langsung oleh Gopéparäëadhana däsa. Selama tiga tahun belajar, Çrémän Bhagératha däsa terbukti sebagai murid yang tekun. Atas pergaulan dengan para penyembah dari negara asing, dia mengembangkan bahasa ingrisnya dengan pesat. Sebagai kepala pujari (pendeta) untuk gurukula, dia memuja Çré Çré Gaura Nitäi dengan penuh perhatian. Dia tinggal di daerah Govardhana. Tetapi secara teratur dia mengunjungi berbagai tempat suci di Vraja, sebuah penemuan dunia baru di setiap kunjungan. Pada waktu inilah dia mempelajari bahasa sansekerta dimana dia menekuninya dengan serius sehinga menguasainya dengan cepat. Atas karunia Çré Çré Gaura Nitai, dia juga mendapat kesempatan melayani Çré Çré Kåñëa Balaräma di dalam bentuk dua Çré Giriräja Govardhana çiläs. Dia lulus dari Çrémad-Bhägavatam Vidyäpéöham pada tahun 2008 dan menerima gelar Bhagavat-çästré. Buku yang telah dia tulis membawa pembaca pada sebuah perjalanan suci ke tempat suci yang paling menarik diantara semua tempat suci, Çré Vraja Dhama, dimana setiap hari Tuhan Çré Kåñëa melakukan nitya- lélä, kegiatan kekal, dengan rekan kekalNya yaitu para gopa dan gopé di tepi sungai Yamunä dan di dua belas hutan Våndävana. Hal ini mengingatkan pada perjalanan Jéva Gosvämé di Navadvépa didampingi oleh Tuhan Nityänanda yang dijelaskan dengan baik oleh Bhaktivinoda Thakura dalam karyanya Çré Navadvépa-dhäma-mähätmyam pada bagian Parikramä-khaëòa. Perjalanan yang dibawakan untuk kita oleh Bhagératha Däsa mencangkup semua tempat penting di Vraja diawali xii Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
  • 13. dengan uraian Mathurä dan diikuti dengan semua tempat utama Kåñëa lélä di Gokula, Våndävana, Varñäëä dan Nanda gräma. Penulis menguraikan berbagai kuil dan kegiatan yang berhubungan dengan Tuhan Çré Kåñëa yang memberikan pembaca gambaran yang hidup tentang dunia rohani dengan menyajikan foto-foto kuil, kuëòa dan banyak hal lain di dalam buku ini. SiapapunyangmembacadeskripsiiniakandiingatkanpadakegiatanTuhan sehari-hari berikut: “Tuhan Çré Kåñëa meniup serulingNya dengan keras sambil Beliau memasuki hutan di Çré Våndävana, sehingga memberikan kebahagiaan yang tidak terbayangkan pada semua penduduk desanya, Vraja-dhäma. Kegiatan sederhana ini, yaitu kejenakaan memasuki hutan, bermain seruling dan sebagainya, dilakukan setiap hari di tanah spiritual Våndävana.” [SB 10.15.2]. Çréla Prabhupäda juga menjelaskan bahwa tempat suci yang hadir di Bhauma Våndävana (di dunia material) ini tidak berbeda dengan Goloka Våndävana (di dunia rohani) dan juga tidak berbeda dengan Kåñëa sendiri: “Tempat-tempat yang berada di dunia ini tidak berbeda dengan tempat aslinya karena tempat-tempat itu merupakan cerminan tempat suci yang asli yang berada di dunia rohani. Tempat-tempat itu sama dengan Kåñëa sendiri dan sama-sama patut dipuja. Tuhan Çré Caitanya menyatakan bahwa Tuhan Çré Kåñëa, yang menjadikan dirinya sebagai putra raja Vraja patut dipuja dan begitu juga Våndävana Dhäma juga sama-sama patut dipuja.” [CC Adi 5.18] Bagi mereka yang secara fisik belum mendapatkan kesempatan mengunjungi Vraja, buku ini akan memberikan pengenalan yang sangat bagus. Bagi mereka yang beruntung telah berkunjung ke Vraja, buku ini akan membantu untuk mengingat kembali meditasi yang dalam pada Çré Våndävana Dhäma. Penemuan tempat suci di tanah suci Våndävana adalah kelanjutan pelayanan yang dilakukan oleh Çré Caitanya Mahäprabhu yang secara pribadi mengirim muridnya yang paling utama, enam gosvami Våndävana, untuk mencari tempat tempat suci ini dan terus mengundang roh-roh yang terikat untuk menghidupkan kembali hubungan mereka dengan dunia spiritual yang telah terputus. Kita harus berterimakasi kepada Çrémän Bhagératha däsa karena telah menulis secara ekstensif tentang tempat suci yang paling mulia, Våndävana Dhäma. Kita berdoa semoga Tuhan Çré Kåñëa, tujuan dan acuan meditasi bagi para penduduk Våndävana, akan berkarunia kepada xiii Prakata
  • 14. penulis dan pembaca sehingga bisa mengembangkan cinta bhakti rohani kepada Kåñëa yang telah terpendam. Çrémän Bhagératha däsa saat ini tinggal di Bali dan sekarang sudah menikah dengan Çrémati Tusmila Permana Dewi (bhaktin), yang juga berasal dari Bali. Dia sekali-kali berkunjung ke India untuk mengantar para penyembah berziarah di dalam dan di sekitar Vraja. Segera setelah tiba di Indonesia, dia berkecimpung di dalam menyelenggarakan pendidikan Varnasrama dan traditional gurukula di Gianyar-Bali. Dia telah membantu untuk mengorganisir global varnasrama seminar tahunan di Bali selama dua kali dalam 2 tahun berturut-turut. Kåñëe matir astu, Bhakti Räghava Swami xiv Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
  • 15. Pendahuluan oà ajïäna-timirändhasya jïänäïjana-çaläkayä cakñur unmélitaà yena tasmai çré-gurave namaù Hamba dilahirkan di dalam kebodohan yang gelap, tetapi guru kerohanian hamba telah membuka mata hamba dengan penerangan berupa pengetahuan. Hamba bersujud dengan hormat kepada beliau. nama oà viñëu-pädäya kåñëa-preñöhäya bhü-tale çrémate bhaktivedänta-svämin iti nämine namas te särasvate deve gaura-väëé-pracäriëe nirviçeña-çünyavädi-päçcätya-deça-täriëe “Hamba bersujud dengan hormat kepada Çré Çrémad A.C. Bhaktivedanta swami Prabhupäda, yang sangat dicintai oleh Tuhan Çré Kåñëa karena beliau sepenuhnya berlindung pada kaki padma-Nya. Sembah sujud hamba kepada anda, O tuanku, pelayan Çréla Bhaktisiddhänta Sarasvaté Gosvämé. Anda sangat berkarunia dengan mengajarkan ajaran Çré Caitanya dan membebaskan negara-negara barat yang penuh dengan filsafat mäyävädé dan çünyavädé (Tuhan tidak berbentuk pribadi dan sifat kekosongan)”. xv
  • 16. Vrajendra-nandanaà vande sa-rämaà jaladä prabham Çré-dämädyaiù parivritaà sakhya-prema-pariplutam “Hamba menghaturkan sembah sujud kepada Vrajendra-Nandana yang warna kulitNya bagaikan awan menjelang hujan, beliau yang di temani oleh Çré Balaräma dan dikelilingi oleh anak-anak pengembala sapi yang di pimpin oleh Çré Däma. Beliau di banjiri oleh rasa cinta bhakti rohani anak gembala sapi”. çré-kåñëa-Caitanya prabhu-nityänanda çré-advaita gadädhara çréväsädi-gaura-bhakta-vånda “Hamba bersujud kepada Çré Kåñëa Chaitanya, Prabhu Nityänanda, Çré Advaita, Gadädhara, Çréväsa, dan semua yang berada di dalam garis pengabdian suci bhakti”. hare kåñëa hare kåñëa kåñëa kåñëa hare hare hare räma hare räma räma räma hare hare vraja-väsé-gaëa, pracäraka-dhana, pratiñöhä-bhikñuka tä’rä nahe ‘çava’ präëa äche tä’r, se-hetu pracär, pratiñöhäçä-héna-’kåñëa-gäthä’ saba “Harta karun yang paling berharga dari para pelayan Tuhan yang mengajarkan kesadaran Kåñëa, mereka sebenarnya merupakan kepribadian yang kekal yang tingal di Vraja-dhäm. Mereka tidak pernah mendapatkan sesuatu untuk diri mereka hanya untuk reputasi material yang tidak berharga yang hanya kelihatan berharga bagi orang yang bagaikan mayat. Para vraja-väsé sepenuhnya hidup, karena itu mereka mengajarkan hanya untuk memberikan kehidupan kepada orang material yang bagaikan mayat berjalan. Semua nyanyian yang dinyanyikan oleh para vraja-väsé tentang keagungan Tuhan Çré Kåñëa sebenarnya bebas dari bintik-bintik keinginan kemasyuran material”. (“Duñöa-Mana”, karya tulis Çréla Bhaktisiddhänta Sarasvaté) Vraja juga kadang kadang di kenal denga nama “tanah kemunculan Çré Kåñëa” karena Çré Kåñëa berlila di tempat ini lima ribu tahun yg lalu. Perjalanan Suci Di Tanah Vraja xvi
  • 17. Tidak ada perbedaan antara tempat dan kegiatan kepribadian Tuhan Yang Maha Esa Çré Kåñëa dengan diri Beliau sendiri. Karena itu untuk memberikan kesempatan kepada para makhluk hidup, khususnya umat manusia, agar mendapat kesempatan untuk mendengar kegiatanNya, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa muncul disertai oleh rekan-rekanNya, tempat tingal yang kekal dan lain lain. Di dalam Çrémad Bhagavad Gétä, bab 4 sloka 9 Tuhan Çré Kåñëa bersabda: janma karma ca me divyam evaà yo vetti tattvataù tyaktvä dehaà punar janma naiti mäm eti so ‘rjuna “Orang yang mengetahui sifat rohani kemunculan dan kegiatanKu tidak akan dilahirkan lagi setelah meningalkan badannya melainkan akan mencapi tempat tingalKu, wahai Arjuna”. Ada begitu banyak tempat di bumi ini yang sangat indah secara material danTuhanmempunyaikuasapenuhuntukmunculdanberliladimanapun beliau inginkan. Karena beliau adalah Yang Maha Kuasa, maka tidak seorangpun akan mampu melarang Beliau. Tetapi tetap beliau memilih untuk muncul dan berlila di Vraja-dhäma. Tuhan memilih Vraja-dhäma karena di sana ada penyembah murniNya. Hanya itulah alasan Beliau untuk muncul di suatu tempat. Kalau hanya untuk membunuh Kamsa, atau raksasa yang lainnya, Tuhan tidak perlu turun ke bumi ini. Hanya dengan memerintahkan Devi Mäyä atau dewa kematian, Yamaraj, beliau mampu membunuh para raksasa dengan mudah. Tetapi karena beliau ingin memuaskan dan menikmati bersama penyembahNya maka beliau muncul di muka bumi ini. Karena rasa cinta bhakti yang murni para Gopé dan Gopa di Våndävana, Tuhan Çré Kåñëa memilih Vraja sebagai tempat favoritNya. Di Vraja Dhäma, beliau mempunyai tiga tempat favorit karena tempat itu memberikan fasilitas yang khusus kepada Kåñëa dan penyembahNya menikmati kegiatan mereka. Tempat itu adalah tepi sungai Yamunä, bukit Govardhana dan hutan Våndävana. Çré Kåñëa melakukan léläNya yang rohani di Vraja-dhäma lima ribu tahun yang lalu. Beliau muncul di Mathurä di dalam penjara yang berada Pendahuluan xvii
  • 18. dibawah kekuasaan Kaàsa. Setelah beberapa jam dari kemunculan Beliau, Vasudeva membawaNya ke Gokul ke rumah Nanda Maharaj. Setelah kurang lebih 3 atau 4 tahun, karena rasa sayang para vrajavasi, takut jika Kåñëa digangu oleh raksasa yang sering berusaha membunuh Kåñëa, yang dimulai dari Raksasi Pütanä, mereka pindah ke seberang sungai Yamunä menuju Nanda-gaon (Nanda Grama). Di sana Kåñëa bersama Balaräma melakukan aktivitasNya selama kurang lebih sampai berumur 10 tahun. Dari Nanda Grama Kåñëa pindah ke Mathurä untuk memuaskan para penyembah Beliau yang di Mathurä. Setelah beberapa tahun meluangkan waktu beliau di Mathurä, kurang lebih pada waktu Beliau berumur 28 sampai 29 tahun, Beliau mendirikan kota di tengah lautan di Dvaraka, di daerah bagian barat India. Meskipun kejadian ini telah terjadi lima ribu tahun silam, namun Kåñëa dalam aprakåta lélä (kegiatan yang terselubung), Beliau masih berada di Vraja-dhäma sampai saat ini dan kalau seseorang mempunyai kualifikasi, mereka masih bisa melihat Kåñëa sedang bermain-main di Bukit Govardhan bersama anak anak gembala sapi. Diantara tempat- tempat suci di mana Tuhan Çré Visnu melakukan léläNya, hanya di Vraja-dhäma Beliau menginjakan kaki padmaNya setiap hari tanpa alas kaki. Beliau mengembalakan sapi setiap hari dan berkeliling di hutan Våndävana, bukit Govardhan dan tempat-tempat lainya tanpa alas kaki. Jadi tanah suci Våndävana sebenarnya penuh dengan debu bekas jejak kaki Çré Kåñëa secara langsung. Bahkan sampai sekarang kita bisa melihat di beberapa tempat di bukit Govardhana dan tempat lainya, jejak kaki Çré Kåñëa yang berbekas di atas batu (Govardhan sila). Selain itu, Çré Caitanya Mahäprabhu dan para pengikut Beliau, para Gosvämé dan lain lain, lima ratus tahun yang lalu, mengadakan perjalanan di Vraja-dhäma tanpa alas kaki. Mereka berkeliling di Vraja-dhäma dan menginjakan kaki padma mereka. Debu yang menyentuh kaki padma para vaisnava yang agung seperti itu bisa mengangkat seluruh alam semesta pulang ke dunia rohani. Meskipun keagungan Vraja-dhäma tidak bisa dibandingkan dengan tempat suci manapun di alam semesta material ini, namun keberadaan dan keagungan Vraja sempat terpendam selama beberapa ribu tahun setelah Kåñëa menutup léläNya di bumi ini. Banyak tempat yang penting yang berhubungan dengan kegiatan rohani Çré Kåñëa di Vraja, termasuk Rädhä Kunda, tempat suci tertingi di seluruh alam semesta, sempat Perjalanan Suci Di Tanah Vraja xviii
  • 19. terlupakan dan bahkan tidak ada yang tahu dimana lokasi tempat-tempat tersebut. Melihat keadaan seperti itu, Çré Caitanya Mahäprabhu, yang merupakan Çré Kåñëa sendiri, secara pribadi datang ke Våndävana untuk menggali atau menemukan tempat-tempat suci tersebut. Beliau juga mengirim para pengikutNya seperti Lokanath Gosvämé, Rupa Gosvämé, Sanatan Gosvämé dan lain-lain, yang tidak lain merupakan para rekan pribadi Çré Kåñëa yang muncul dalam lélä Beliau sebagai Çré Caitanya, untuk melajutkan pencaharian terhadap tempat-tempat dimana Çré Kåñëa melakukan kegiatanNya di Vraja bumi. Mungkin orang akan berpikir, Bagaimana kita bisa mempercayai kalau itu adalah tempat yang sama dimana Kåñëa melakukan kegiatanNya di Vraja sedangkan mereka, para Gosvämé, tidak hadir lima ribu tahun yang lalu? Kåñëa bersifat kekal, maka beliau juga mempunyai rekan yang kekal. Rekan rekan beliau tersebut selalu muncul bersama beliau dalam berbagai bentuk. Atas keinginan Kåñëa, para penyembahNya bisa mengingat segala sesuatu yang terjadi di masa lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang. Jadi karena lima ribu tahun silam Kåñëa dan para gopé dan gopa berlila di tempat ini, hanya Kåñëa, gopa dan gopilah yang bisa memastikan dimana tempat mereka berlila. Seperti yang disampaikan sebelumnya, para gosvämé tidak lain dari gopa dan gopé yang menjelma di dalam lila Çré Caitanya sebagai orang yang berada dalam pelepasan ikatan (Gosvämé atau para sannyasi). Jadi atas keinginan Çré Caitanya, yang merupakan Çré Kåñëa pribadi, mereka mengingat tempat-tempat dimana mereka melakukan lélä lima ribu tahun lalu. Karena itu tidak ada hal yang perlu diragukan lagi mengenai kebenaran pendapat mereka. Selain itu para goswami juga mengunakan dasar sastra yang dapat dipercaya untuk memastikan tempat-tempat tersebut seperti Puräëa, itihasa dan lain lain. Vraja-dhäma yang berada di bumi ini tidaklah berbeda dengan Goloka Våndävana. Ketika Kåñëa turun ke bumi, Beliau membawa tempat tingal Beliau yang kekal ke dunia material ini. Meskipun Goloka di bumi ini dengan yang ada di dunia rohani tidak berbeda, namun dinyatakan bahwa Vraja-dhäma di dunia material lebih berkarunia dari pada goloka Våndävana di dunia rohani. Di dunia rohani, hanya roh-roh yang sepenuhnya bebas dari pencemaran dunia material dan memiliki cinta bhakti yang murni kepada Çré Kåñëa yang akan diizinkan untuk masuk. Sedangkan orang yang masih memiliki bahkan sedikit motif material Pendahuluan xix
  • 20. tidak akan diizinkan bahkan hanya untuk mendekati perbatasan Goloka sekalipun. Sedangkan Vraja yang sama, yang bermanifestasi di bumi ini, mengijinkan dan memberikan kesempatan bahkan kepada para raksasa atau orang yang sangat berdosa sekalipun untuk masuk ke Vraja dhäma. Çréman Gopi Parana Dhana Prabhu, seorang murid senior Çréla Prabhupäda, sering menjelaskan bahwa, Kadang kadang ada orang naik bus atau kereta api yang secara tidak sengaja berhenti dan turun di vraja hanya untuk membeli teh atau kopi. Meskipun secara tidak sengaja seperti itu, karena telah menginjakan kakinya di tanah suci Vraja, mereka sebenarnya secara tidak sadar telah mendapatkan keuntungan yang tidak bisa dibandingkan dengan mengunjungi ribuan tempat suci lainnya dan mandi di berbagai tempat suci dimuka bumi ini. Di dalam buku kecil ini saya berusaha menguraikan segelintir dari keagungan tempat-tempat di Vraja-dhäma. Disini tidak akan diuraikan semua tempat di Vraja, tetapi hanya akan menguraikan beberapa tempat yang memungkinkan untuk dikunjungi. Buku ini dimaksudkan untuk memberikan informasi dan tuntunan untuk mereka yang berkunjung ke Vraja dalam waktu yang singkat dan juga untuk mereka yang belum pernah mengunjungi Vraja sehingga mereka mendapat kesempatan merasakan dan menikmati keindahan Vraja di dalam meditasi mereka. Selain itu, buku ini juga dimaksudkan untuk menambah keyakinan kita pada kisah-kisah yang diuraikan di dalam kitab suci adalah merupakan sejarah yang memang benar-benar nyata dan bukan sekedar dongeng atau mitologi, dengan bukti yang masih kita dapat lihat sampai sekarang seperti yang akan diuraikan di sini. Cerita-cerita dalam buku ini dimaksudkan untuk membantu para pembaca untuk bermeditasi pada kegiatan Kåñëa. Berkunjung ke tempat suci dimaksudkan untuk mengingat kegiatan Kåñëa atau para penyembahnya di tempat-tempat tersebut. Berkunjung ke tempat suci, seperti Çréla Prabhupada sampaikan, bukan hanya untuk mandi dan berpikir bahwa saya sekarang sudah disucikan dan bebas dari dosa. Tapi hal yang paling penting adalah mendapat pergaulan dari para sadhu atau orang suci yang tingal di tempat-tempat suci tersebut dan menikmati manisnya kegiatan Çré Kåñëa dari mereka atau dari karya-karya yang mereka tingalkan untuk kita. Kisah-kisah yang disampaikan di dalam buku kecil ini diambil dari berbagai sumber khususnya dari buku-buku Prabhupäda dan dari para Gosvämé dan pengikut mereka. Perjalanan Suci Di Tanah Vraja xx
  • 21. Pesan terakhir yang ingin saya sampaikan kepada para pembaca yang mungkin bisa dijadikan bahan renungan adalah, sangat sulit untuk datang ke India, ke tempat-tempat suci di India seperti Våndävana, Çrédhäma Mäyäpura, Jagannätha Puré dan lain lain. Tetapi yang lebih sulit lagi dari itu adalah setelah kembali dari tempat suci dan tiba di tempat tingal masing-masing. Karena itu kita perlu belajar banyak di tempat suci dari pergaulan para vaisnava dan mengambil hikmah dari kunjungan ke tempat suci. Semoga persembahan kecil dan sederhana ini akan berguna untuk kemajuan kehidupan spiritual para pembaca. Hare Kåñëa Oà namo bhagavate väsudeväya Oà Çri rämakåñëäbhyaà namaù Om tat sat. Däsa Däsänu Däsaù Bhagératha däsaù Pendahuluan xxi
  • 22. xxii Perjalanan Suci Di Tanah Vraja
  • 23. Sepuluh jenis kesalahan terhadap Dhäma Seperti halnya nama suci yang tidak berbeda dengan Tuhan Çré Kåñëa, begitu juga dhäma atau tempat suci tidaklah berbeda dengan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Sastra menyatakan, “abhinnatvän näma-näminoù”, tidak ada perbedaan antara Tuhan dengan hal-hal yang berhubungan dengan Beliau seperti tempatNya ber-lila, paraphernalia yang beliau pakai dan lain-lain. Karena itu kita mesti berhati-hati ketika kita berkunjung ke tempat-tempat suci. Ada banyak hal yang perlu kita perhatikan ketika kita berada di tempat suci. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari kunjungan ke tempat suci, selain mendapat pergaulan dengan para penyembah Tuhan dan mendengarkan kegiatan rohani Tuhan di setiap tempat, kita perlu memperhatikan berbagai jenis kesalahan terhadap tempat suci yang mesti kita hindari. Dalam hal ini Çréla Bhaktivinoda Öhäkura memberi pernyataan untuk menghindari sepuluh jenis kesalahan terhadap Dhäma. Sepuluh jenis kesalahan terhadap tempat suci (dhäma aparadha) adalah sebagai berikut: 1. Tidak menghormati seorang guru yang telah mengungkapkan dhäma kepada para muridnya. 2. Berpikir bahwa tempat suci (dhäma) bersifat sementara. 3. Melakukan kekerasan terhadap setiap penduduk dhäma atau para pengunjung atau berpikir bahwa mereka adalah orang-orang biasa. xxiii
  • 24. Perjalanan Suci Di Tanah Vraja xxiv 4. Melakukan kegiatan-kegiatan material selama berada atau tinggal di tempat suci. 5. Mencari uang dengan mengkomersialkan pemujaan arca dan nyanyian nama suci Tuhan di tempat suci 6. Berpikir bahwa tempat suci merupakan bagian dari suatu Negara atau provinsi yang material seperti Bengal, atau berpikir bahwa tempat suci dimana Tuhan ber-lila sama dengan tempat perziarahan yang berhubungan dengan para dewa atau berusaha untuk mengukur atau membatasi areal tempat suci. 7. Melakukan kegiatan berdosa selama berada atau tinggal di tempat suci. 8. Menganggap bahwa Våndävana berbeda dengan Navadvépa. 9. Menghina kesusastraan atau kitab suci atau buku-buku yang mengagungkan tempat suci. 10. Tidak yakin pada tempat suci atau berpikir bahwa keagungan tempat suci adalah suatu imajinasi. Selama kita tidak memperhatikan kesepuluh kesalahan diatas, maka kita tidak akan pernah bisa masuk kedalam dhäma atau tempat suci yang sejati dan mendapatkan hasil sempurna dalam pelaksanaan tirtha yatra.
  • 25. Bab I Kunjungan Çré Caitanya Ke Våndävana Lima ratus tahun yang lalu, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa Çré Kåñëa muncul sebagai Çré Kåñëa Caitanya di daerah India Timur, tepatnya di Çrédhäma Mäyäpura, Nawadvip, Bengala bagian barat. Salah satu tujuan Beliau adalah untuk membangkitkan kembali keagungan Vraja- dhäma yang saat itu sudah hampir tidak dikenal lagi oleh masyarakat umum dan bahkan mereka yang tingal di daerah tersebut. Atas perintah beliau, para Gosvämé Våndävana melakukan research sehinga akhirnya saat ini kita dapat dengan mudah mengenali tempat-tempat dimana Kåñëa melakukan kegiatanNya. Sebelum para Gosvämé khususnya enam Gosvämé yang dipimpin oleh Çré Rüpa dan Çré Sanätana datang ke Våndävana, Çré Caitanya maharaprabhu secara pribadi datang ke Våndävan untuk menemukan tempat-tempat yang telah terlupakan di Våndävana. Seperti misalnya Rädhä Kunda dan Syäma Kunda yang telah hilang, namun Çré Kåñëa Caiatanya menemukan kembali tempat tersebut yang nantinya direnovasi oleh Çré Raghunätha Däsa Gosvämé. Sebelum kita memasuki daerah Våndävana, merupakan suatu hal yang sangat penting untuk mendengarkan kisah perjalanan Çré Caitanya serta saat beliau berada di Våndävana. Dengan demikian kita bisa mendapat kesempatan untuk mendengar dan mengerti bagaimana hendaknya perasaan seseorang saat berkunjung ke Våndävana. Selain itu, dengan mendengarkan kisah Çré Caianya Mahäprabhu ini, kita bisa mengikuti 1
  • 26. jejak kaki padma Beliau dan berdoa kepadaNya yang merupakan Yuga- avatar,avatarayangpaling berkaruniadi jamanini, semogaBeliau bersedia memberikan karuniaNya agar kita bisa mengagumi dan menghormati Vraja-dhäma semaksimal mungkin. Çré Caitanya Mahäprabhu beberapa kali berusaha keras datang ke Våndävana. Saat beliau berada di Navadvépa, Çré Caitanya pernah berusah berangakat ke Våndävana, tetapi atas aturan Çré Nityänanda prabhu beliau berhasil menggiring Çré Caitanya ke Çantipur, rumah Çré Advaitäcarya. Setelah beliau mengambil sannyas, Çré Caitanya berkeinginan untuk tingal di Våndävana tetapi atas keinginan Saci, ibuNya, Çré Caitanya akhirnya tingal di Jagannätha puré. Saat berada di Jagannätha Puré, beliau juga berusaha untuk berangkat ke Våndävana beberapa kali, namun selalu digagalkan oleh penyembah-penyembah Beliau di sana karena mereka tidak ingin berpisah denganNya. Bahkan pada akhirnya, ketika beliau sudah di dalam perjalanan ke Våndävana, setelah bertemu dengan perdana mentri Aurang zeb di Räma-keli, Rüpa dan Sanätana, atas anjuran dan permintaan mereka, Çré Caitanya Mahäprabhu kembali lagi ke jagannätha puré dan mengurungkan niatNya untuk berangkat ke Våndävana. Sehinga pada akhirnya, suatu hari ketika musim gugur tiba, Çré Caitanya memutuskan untuk berangkat ke Våndävana sendirian tanpa ditemani oleh siapaun. Sebelum berangkat ke Våndävana, Çré Caitanya mendiskusikan hal ini dengan Çréla Svarüpa Dämodara dan Ramananda Raya. Ketika beliau menyampaikan niatnya utnuk berangkat ke Våndävana sendirian, Çréla Svarüpa Dämodara meminta Çré Caitanya untuk mengajak paling tidak satu pelayan yang bisa melayani Beliau di perjalanan. Çré Caitanya setuju dengan perminataan Çréla Svarüpa Dämodara namun dengan syarat, Beliau tidak akan mengajak salah satu dari rekan terdekatNya dan juga orang tersebut harus benar-benar mempunyai pikiran yang tenang. Akhirnya Çréla Svarüpa Dämodara mengirim Balabhadra Bhaööäcärya. Çréla Svarüpa Dämodara berkata ”Ini adalah Balabhadra Bhattäcarya yang mempunyai rasa cinta dan kasih sayang yang sangat dalam kepada Anda. Selain itu dia adalah orang yang sangat jujur, terpelajar dan sangat maju di dalam kesadaran Kåñëa. Akhirnya Çré Caitanya menerima masukan Çréla Svarüpa Dämodara dan setuju mengajak Balabhadra bersama Beliau di dalam perjalanan ke Våndävana. Di malam hari, Çré Caitanya darsan pada Çré Jagannätha dan sebelum malam berakhir, beliau mulai berangkat Perjalanan Suci Di Tanah Vraja 2
  • 27. ke Våndävana. Untuk menghindari masyarakat umum, Çré Caitanya tidak mengambil jalan umum melainkan mengambil jalan di dalam hutan Jhärikaëòa. Seperti biasanya, Çré Caitanya selalu menyanyi dan menari bahkan di dalam hutan sekalipun dimana terdapat begitu banyak binatang buas di berbagai tempat. Ketika Çré Caitanya berjalan sambil menari dan menyanyikan nama suci, beberapa harimau dan gajah yang ada didepan Beliau memberikan jalan kepadaNya. Setelah beberapa saat, binatang- binatang di hutan seperti macan, singa, babi hutan, gajah, rhinocaurus, mulai menari dan menyanyi bersama beliau. Balabhadra yang saat itu menemani Tuhan Çré Caitanya, merasa sangat takut melihat binatang buas tersebut, tetapi karena pengaruh rohani Çré Caitanya, semua binatang berdiri di satu sisi bersama beliau dan menari. Suatu hari dalam perjalanan di hutan, ada seekor harimau yang sedang tidur tepat di depan Çré Caitanya Mahäprabhu. Çré Caitanya Mahäprabhu yang saat itu berada di dalam kebahagiaan rohani tidak menghiraukan macan tersebut melainkan hanya melanjutkan perjalananNya. Kemudian tiba-tiba Beliau menyentuh harimau tersebut dengan kakiNya. Ketika itu, Çré Caitanya berkata “ucapkan nama suci Çré Kåñëa! “. Membangunkan harimau yang sedang tidur merupakan hal yang sangat berbahaya yang diumpamakan seperti mengundang kematian. Tetapi bagi Çré Caitanya Mahäprabhu, harimau itu sama sekali bukan suatu yang berbahaya tetapi malahan Binatang-binatang pun ikut menari ketika Çré Caitanya menyanyikan nama suci Tuhan di hutan Kunjungan Çré Caitanya Ke Våndävana 3
  • 28. harimaunya langsung bangun dari tidur dan mulai menari sambil mengucapkan “ Kåñëa ! Kåñëa!”. Suatu hari ketika beliau sedang mandi dan mengucapkan gayatri mantra di dalam sungai, sekelompok gajah gila datang kesungai tersebut untuk minum air. Dapat kita bayangkan, bahkan satu gajah gila saja bisa mengancurkan seluruh desa, dan sekarang Çré Caitanya yang sedang berada di dalam sungai sendirian mesti menemui gerombolan gajah gila. Ketika Çré Caitanya mengucapkan mantra gayatri, gajah-gajah gila tersebut tiba tepat di depan Çré Caitanya. Tuhan Çré Caitanya secara langsung memercikan air pada gajah-gajah tersebut sambil berkata “ucapkan nama suci Çré Kåñëa”. Gajah-gajah yang terkena air yang dipercikan oleh Çré Caitanya mulai menari dan mengucapkan “Kåñëa!! Kåñëa!!”. Çré Kåñëa Caitanya Mahäprabhu adalah Kåñëa sendiri yang mengambil posisi sebagai seorang penyembah yang sangat maju atau seorang mahä-bhägavata. Di dalam Bhagavad Gita, diuraikan bahwa seorang bhägavata tidak membedakan makhluk hidup dari segi badan tetapi mereka melihat semua makhluk hidup sebagai sang roh yang merupakan percikan terkecil Tuhan yang maha esa. vidyä-vinaya-sampanne brähmaëe gavi hastini çuni caiva çva-päke ca paëòitäù sama-darçinaù “Para resi yang rendah hati, berdasarkan pengetahuan yang sejati, melihat seorang brahmana yang bijaksana dan lemah lembut, seekor sapi, seekor gajah, seekor anjing dan orang yang makan anjing dengan penglihatan yang sama. (Bg 5.18) Perjalanan Suci Di Tanah Vraja 4
  • 29. Seorang mahä-bhägavata tidak melihat perbedaan antara seekor gajah, harimau maupun anjing. Çréla Prabhupäda menguraikan di dalam hal ini bahwa seseorang yang maju di dalam pengetahuan rohani atau seorang mahä-bhägavata tidak mempunyai rasa takut, tidak iri kepada siapapun dan selalu sibuk di dalam pengabdian suci. Orang seperti itu melihat semua makhluk hidup sebagai percikan terkecil Yang Maha Kuasa yang melakukan pengabdian kepada Kåñëa sesuai dengan kemampuan mereka berdasarkan keinginan Tuhan Yang Maha Esa. Ini adalah tes untuk seseorang bisa diangap maju di dalam kehidupan rohani. Kåñëa berada di dalam hati setiap makhluk hidup, ”sarvasya cähaà hådi sanniviñöo”, orang- orang suci yang maju di dalam kerohanian mengerti dan menginsyapi hal ini. Karena itu, Çré Kåñëa yang berada di dalam hati semua makhluk hidup menghilhami makhluk hidup yang lain dari dalam hati mereka bahwa orang ini adalah mahä-bhägavata dan hendaknya jangan diganggu. Contoh ini diperlihatkan di sini oleh Çré Caitanya Mahäprabhu. Çréla Prabhupäda juga menguraikan bahwa kita hendaknya jangan meniru tindakan para mahä-bhägavata seperti itu dan mencoba datang ke hutan dan menendang harimau yang sedang tidur dan berusaha untuk menyuruh mereka mengucapkan maha mantra. Sebelum harimau tersebut mengucapkam maha mantra, mungkin harimau itu akan bersyukur pada Tuhan terlebih dahulu bahwa hari ini Tuhan sudah membawakan mangsa ke depan matanya tanpa dikejar dan menyergap kita dalam sekejap. Saat ini mungkin sangat sulit menemukan harimau di hutan, tetapi ada banyak harimau materialistik di hutan dunia modern yang lebih berbahaya dari pada harimau di dalam hutan Jharikhaëòa. Jadi, kita memang harus berhati-hati didalam proses mengajarkan kesadaran Kåñëa. Itu tidak berarti kita mesti mengorbankan prinsip kita untuk berkompromi dengan mereka. Kita tetap mempertahankan prinsip dan saat yang sama harus sangat cerdas di dalam melakukan sesuatu sesuai dengan desa, kala, patra (tempat, waktu dan keadaan). Ada istilah “anusara” yang berarti mengikuti dan “anukara” yang berarti meniru. Anusara adalah sikap yang sangat dipuji oleh para acarya sedangkan anukara semestinya dihindari. Jadi sikap yang mestinya kita kembangkan adalah mengikuti jejak kaki padma para acarya semampu kita. Hati para mahä-bhägavata sepenuhnya bebas dari pencemaran dunia material sehinga mereka menjadi kelihatan sama sekali tidak berbahaya bahkan bagi binatang sekalipun. Di dalam posisi seperti itu, mereka sepenuhnya bebas dari rasa iri dan dengki pada makhluk hidup lain sehinga bahkan Kunjungan Çré Caitanya Ke Våndävana 5
  • 30. binatang buas sekalipun merasa tenang dan damai berada dekat mereka. Ketika Çré Caitanya Mahäprabhu melewati hutan, beliau sepenuhnya berpikir tentang Kåñëa dan mencari-cari Kåñëa dimana-mana. Ketika para gajah mulai mengucapkan nama suci atas pengaruh kekuatan rohani Çré Caitanya Mahäraprabhu, beberapa diantara mereka terjatuh dan beberapa diantaranya berteriak dalam kebahagian rohani. Melihat kejadian ini, Balabhadra terheran-heran sendiri. Ketika Çré Caitanya mulai melanjutkan perjalananNya, mendengar suara Çré Caitaya Mahäprabhu yang sangat manis, rusa-rusa hadir dari berbagai tempat dan mulai mengikuti Çré Caitanya dari belakang. Setelah beberapa lama, beberapa harimau muncul dan ikut bersama rusa-rusa mengikuti Çré Caitanya. Para rusa tersebut juga terbebas dari rasa takut pada harimau-harimau yang biasanya sebagai pemangsa mereka. Hal ini merupakan pengaruh rohani orang yang sudah maju di dalam pengabdian suci. Bahkan mereka yang secara alami bermusuhan bisa menjadi sahabat di dalam pergaulan dengan orang suci yang maju di dalam pengabdian suci bhakti. Ini merupakan contoh yang sangat kongkrit yang diperlihatkan oleh Çré Caitanya di dalam hutan Jharikhaëòa. Melihat para rusa dan harimau yang mengikuti beliau, Çré Caitanya teringat dengan tanah Vraja. Beliau mulai menyanyikan sloka dari Çrémad Bhagavatam skanda sepuluh bab 13 ayat 60, yang menguraikan keagungan Våndävana Dhäma sebagai berikut: yatra naisarga-durvairäù sahäsan nå-mågädayaù miträëéväjitäväsa- druta-ruö-tarñaëädikam “Våndävana merupakan tempat tingal rohani Kepribadian Tuhan. Tidak ada istilah kelaparan, kehausan maupun amarah di tempat tersebut. Meskipun secara alami bermusuhan, umat manusia dan binatang berbahaya hidup bersama di dalam hubungan persahabatan yang rohani”. Seperti biasanya, Çré Caitanya Mahprabhu mulai menyuruh mereka untuk mengucapkan nama Kåñëa. Mendengar permintaan Çré Caitanya Mahäprabhu seperti itu, semua binatang yang mengikuti Çré Caitanya bersama-sama mengucapkan” Kåñëa! Kåñëa! Dan menari bersama- sama. Sekali lagi Balabhadra terkagum melihat semua kejadian ini. Para harimau bukan hanya menyanyi dan menari bersama para rusa namun mereka saling berpelukan sambil mengucapkan nama suci. Çré Perjalanan Suci Di Tanah Vraja 6
  • 31. Caitanya hanya tersenyum melihat semua hal ini kemudian meningalkan mereka di hutan dan melanjutkan perjalananNya. Berbagai jenis burung seperti merak mulai mengikuti Çré Caitanya yang sedang melanjutkan perjalananNya. Ketika beliau menyanyikan nama suci, berbagai jenis tumbuhan menjalar dan pepohonan menjadi sangat berbahagia. Çréla Prabhupada menjelaskan bahwa pengucapan “Hare Kåñëa mantra” merupakan proses yang sangat menakjubkan yang bahkan mampu menembus telinga tumbuh-tumbuhan. Suatu hari Çré Haridäs Thakur ditanya oleh Çré Caitanya tentang bagaimana tumbuh-tumbuhan bisa dibebaskan di jaman kali yuga. Çré Haridäs Thakur menjawab bahwa dengan pengucapan nama suci dengan keras bersama-sama, maka ini tidak hanya akan menguntungkan mereka yang mengucapkan tetapi semua seranga, pohon-pohon dan tumbuhan menjalar yang ada di sekitarnya. Prabhupada menguraikan bahwa hendaknya seseorang tidak merasa tergangu dengan pengucapan maha mantra karena hal ini sangat menguntungkan bagi mereka yang mendengarkan nama suci tersebut. Dengan demikian, semua makhluk hidup, baik yang bergerak dan yang tidak bergerak di hutan Jharikhaëòa menjadi tergila-gila pada nama suci begitu mendengar Çré Caitanya Mahäprabhu mengucapkan nama suci. Ketika Çré Caitanya Mahäprabhu melewati hutan Jharikhaëòa, beliau berpikir bahwa hutan ini adalah hutan Våndävana. Melihat beberapa bukit yang mengelilingi hutan Jharikhaëòa, beliau berpikir bahwa ini adalah bukit Govardhana dan ketika beliau melihat sungai di hutan tersebut, beliau berpikir bahwa itu adalah Yamunä. Dengan demikian, diuraikan bahwa dimanapun beliau berada, beliau hanya melihat Våndävana. Beliau melihat Vraja-dhäma dimana-mana karena beliau sendiri membawa Vraja-dhäma kemana-mana. Sebagai pengikut Çré Caitanya Mahäprabhu, kita juga bisa mengikuti jejak kaki padma Beliau dengan bermeditasi pada Våndävana ketika kita melihat hal-hal yang berhubungan atau mirip dengan uraian Våndävana-dhäma. Dengan demikian kita secara otomatis dan berangsur-angsur berada di dalam meditasi pada Våndävana-dhäma meskipun kita berada jauh dari Våndävana-dhäma yang sejati dimana Kåñëa melakukan lélä beliau lima ribu tahun silam. Karena Çré Kåñëa bersifat mutlak, maka segala sesuatu yang berhubungan denganNya adalah identik denganNya. Dengan berpikir tentang Våndävana-dhäma maka kita juga berpikir tentang Kåñëa. Kita melihat sebuah contoh yang diberikan oleh Çréla Rüpa Gosvämépäda, dimana ada seseorang yang melakukan pelayanan kepada Kåñëa hanya di dalam pikiran yang Kunjungan Çré Caitanya Ke Våndävana 7
  • 32. sebenarnya sama dengan pelayanan secara fisik. Sama halnya dengan bermeditasi pada dhäma atau tempat suci, maka kita secara tidak sadar sebenarnya sudah berada di dhäma tersebut. Ini adalah keunikan hal-hal rohani. Proses ini diperlihatkan oleh Çré Caitanya di dalam lélä Beliau, seperti yang sudah diuraikan tadi, yaitu Beliau berpikir bahwa melihat sungai sebagai sungai Yamunä, bukit sebagai bukit Govardhan dan lain- lain. Setelah melewati hutan, Çré Caitanya mulai memasuki sebuah desa. Ketika penduduk desa mendengar Çré Caitanya Mahäprabhu menyanyi dan menari, atas pengaruh aura rohaniNya, orang-orang tersebut juga mulai mengucapkan nama suci Çré Kåñëa. Ketika seseorang mengucapakan nama suci yang mereka dengar dari Çré Caitanya, mereka juga diikuti oleh orang ketiga yang mendengar nama suci dari orang yang telah mendengar nama suci dari Çré Caitanya. Çréla Prabhupäda menguraikan bahwa orang yang mendengar nama suci dari Çré Caitanya menjadi sepenuhnya disucikan dan mereka yag mendengar nama suci dari orang yang sudah di sucikan juga menjadi disucikan. Seperti ini, garis perguruan paramparä juga berlagsung turun-temurun. Balabhadra bhattäcarya mengumpulkan bahan makanan seperti sayur- sayuran, buah-buah, akar-akaran dan kemudian mempersembahkannya kepadaÇréCaitanyaMahäprabhu.KetikaÇréCaitanyamelewatipedesaaan, Beliau biasanya diundang oleh para brahmana untuk menerima makanan di rumah mereka. Ada beberapa diantaranya yang memberikan beras kepada Balabadra Bhattäcarya, ada yang memberikan susu, susu asam dan ada yang memberikan ghee dan juga batangan tebu. Balabhadra memasak dari bahan makanan yang dikumpulkan dari dalam hutan dan Çré Caitanya Mahäprabhu dengan sangat senang hati menikmati makanan tersebut. Tuhan Çré Caitanya sangat menikmati sayuran yang dipetik dari hutan. Dari sini kita bisa belajar bahwa Tuhan Çré Kåñëa sangat senang dengan makanan yang tumbuh alami tanpa suatu yang berbau kimiawi sintetis. Bahan kimia sebenarnya mencemari ibu bumi dan hal ini sangat menyakiti badan ibu bumi. Kåñëa tidak bisa menahan penderitaan yang dialami oleh ibu bumi yang merupakan saÿah satu dari pelayan beliau yang sangat mulia. Karena itu, persembahan yang diperoleh tanpa menyakiti ibu bumi akan sangat memuaskan Çré Kåñëa atau Çré Caitanya Mahäprabhu. Perjalanan Suci Di Tanah Vraja 8
  • 33. Çré Caitanya mandi tiga kali sehari. Kadang-kadang di pagi hari dan di sore hari Beliau menghangatkan badanNya dekat api. Çré Balabhadräcarya melayani Çré Caitanya Mahäprabhu dengan penuh rasa kasih sayang sebagai seorang pelayan dan melakukan pelayanan yang sederhana. Kadang-kadang Çré Caitanya Mahäprabhu membicarakan perasaan beliau kepada Çré Balabadra dan kadang kadang beliau mengagungkan Bhaööäcärya atas pelayaanannya. Tetapi sebagai penyembah yang tunduk hati, Balabhadräcarya selalu merasa hanya melakukan pelayanan yang sangat sederhana dan merasa dirinya sangat beruntung mendapat kesempatan untuk melayani Çré Caitanya. Çré Caitanya Mahäprabhu melanjutkan perjalanan dan akhirnya sampai di Käçé. Di sana Beliau mandi di sebuah tempat yang disebut Maëikarëikä. Maëikarëikä adalah sebuah tempat dimana Çré Viçvanäth (Çiva) menyembuhkan seseorang dari penyakit kehidupan dunia material dengan membisikkan nama suci Çré Räma melalui telinga seseorang. Saat itu, Tapana Miçra, salah satu dari rekan Çré Caitanya Mahäprabhu sedang mandi di sungai Gaìga dan kebetulan melihat Çré Caitanya disana. Tapana Miçra mendengar bahwa Çré Caitanya telah mengambil sannyas dan Beliau sangat bahagia dapat bertemu dengan Çré Caitanya di sini. Tapana Miçra langsung menghaturkan sembah sujud kepada Çré Caitanya dengan menjatuhkan badanya ke tanah dan memegang kaki padma Çré Caitanya. Kemudian Tapana Miçra mengajak Çré Caitanya darsan pada Çré Viçvesvara dan kemudian darsan pada Çré Bindu Mädhava. Kemudian dengan perasaan yang sangat bahagia, Tapana Miçra mengajak Çré Caitanya ke rumahnya. Saat itu, Candraçekhara juga hadir untuk menemui Çré Caitanya Mahäprabhu. Çré Caitanya tinggal di Käçi selama sepuluh hari. Semasa beliau tinggal di Käçi, ada seorang sannyasi Mäyävädé, Çré Prakäçänanda Sarasvaté menjelek-jelekkan Çré Caitanya Mahäprabhu. Dia mengatakan bahwa Çré Caitanya adalah seorang sanyasi yang berpura-pura dan merupakan ahli ilmu hitam yang bisa mengontrol orang yang ditemuiNya. Kemudian ketika brahmana yang mendengar ini menyampaikan kepada Çré Caitanya Mahäprabhu, Beliau hanya tersenyum dan mulai mengagungkan nama suci Çré Hari dan menguraikan kemalangan para Mäyävädé yang tidak mendapat kesempatan merasakan manisnya nama suci Çré Hari. Uraian ini diuraikan dengan panjang lebar dan sangat indah di dalam madhya lélä, Caitanya Caritämåta oleh Çré Kåñëa Däsa Kaviraj Gosvämé. Kunjungan Çré Caitanya Ke Våndävana 9
  • 34. Kemudian dari Käçi, Çré Caianya Mahäprabhu melanjutkan perjalanan sehinga sampai di Prayäg. Di sini Beliau mandi di pertemuan antara Gaìga dan Yamunä. Begitu Çré Caitanya melihat Yamunä, beliau langsung menceburkan diriNya sehinga Balabadra Bhaööäcärya dengan sangat kesulitan harus mengangkat Çré Caitanya dari sungai. Beliau tinggal di Prayäg selama tiga hari dan menyebarkan nama suci kepada banyak orang di tempat itu. Saat melanjutkan perjalanan ke Mathurä, Çré Caitanya sering melewati sungai Yamunä. Begitu beliau melihat sungai Yamunä, beliau langsung jatuh pingsan berulang kali di dalam kebahagian rohani. Akhirnya setelah melalui perjalanan seperti itu, Çré Caitanya sampai di Mathurä. Begitu beliau melihat Mathurä, beliau langsung menjatuhkan badanNya ke tanah dan menghaturkan sembah sujud pada tanah Mathurä. Ketika Beliau memasuki kota Mathurä, pertama-tama Beliau mandi di Viçräma Ghat di tepi sungai Yamunä di Mathurä. Kemudian beliau mengunjungi tempat kemunculan Çré Kåñëa dan darsan pada Çré Keçava Ji. Seperti biasanya, Çré Caitanya menari dan menyanyi dimana nyanyian dan tarianNya menyebabkan banyak orang terkagum-kagum. Tiba- tiba, saat Çré Caitanya menyanyi dan menari, ada seorang brahmana bersujud pada kaki padmaNya dan mulai menari bersamaNya. Kemudian mereka berdua (Çré Caitanya dan Brahmana) menari dan menyanyi, “Kåñëa! Kåñëa!”. Melihat kejadian ini, semua orang mengucapkan, Hari!Hari!!!Hari! Hari, Jay Çré Hari!!! Kemudian pujari Çré Kesavadev ji mempersembahkan untaian bunga yang dipakai oleh Çré Kesava kepada Çré Caitanya. Ketika mereka melihat Çré Caianya Mahäprabhu menari dengan kebahagian rohani seperti itu, orang-orang pada kagum dan saling berbincang satu dengan yang lainnya. Beberapa diantaranya berkata “Rasa cinta kasih rohani seperti itu bukan hal yang biasa”. Beberapa orang berkata, “Hanya dengan melihat Çré Caitanya, orang akan menjadi gila di dalam kebahagiaan rohani dan akan menari dan menyanyi sambil menangis. Tidak diragukan lagi bahwa orang ini pasti Çré Kåñëa yang muncul kembali untuk membebaskan penduduk Mathurä..” Setelah beberapa saat Çré Caitanya Mahäprabhu duduk di tempat yang tenang dan mulai bertanya kepada brahmana yang menari bersama beliau, dari manakah dia mendapatkan rasa cinta kasih kepada Kåñëa yang begitu dalam tersebut? Brahmana tua tersebut menjawab bahwa beliau menerima cinta bhakti rohani kepada Kåñëa dari Çré Mädhavendra Perjalanan Suci Di Tanah Vraja 10
  • 35. Puré yang saat itu datang ke Mathurä. Begitu Çré Caitanya Mahäprabhu mendengar bahwa brahmana itu adalah murid Çré Mädhavendra Puré, Çré Caitanya langsung menghaturkan sembah sujud kepada brahmana tersebut. Melihat Çré Caitanya Mahäprabhu bersujud kepada dirinya, brahmana tersebut juga menghaturkan sembah sujud kepada Çré Caitanya sebagai seorang sanyasi. Brahmana ini menyampaikan kepada Çré Caitanya bahwa hanya orang yang berhubungan dengan Çré Mädhavendra Puré yang mempunyai ciri-ciri kebahagiaan rohani seperti itu. Kemudian Çré Balabadra Bhaööäcärya menguraikan hubungan Çré Caitanya dengan Mädhavendra Puré kepada brahmana tersebut. Mendengar hal ini, brahmana ini menjadi sangat bahagia. Dia mengundang Çré Caitanya agar bersedia prasad di rumahnya. Brahmana tersebut meminta Bhaööäcärya untuk memasak untuk Çré Caitanya Mahäprabhu, namun Çré Caitanya bilang ”karena Mädhavendra Puré sudah pernah makan di rumah anda, dengan demikian anda bisa masak untuk saya, ini adalah permintan saya.” Meskipun secara kasta, seorang sanyasi tidak makan makanan yang diberikan oleh kelas brahmana tersebut, tetapi karena Mädhavendra Puré melihat brahmana ini mengembangkan sifat sebagai seorang vaisnava, maka beliau bersedia untuk menerima brahmana itu sebagai muridnya danbersediamakandirumahbrahmanaini.Tetapikarenaberpikirtentang posisi Çré Caitanya Mahäprabhu, brahmana ini berusaha menjelaskan posisinya. Dia akan sangat senang mempersembahkan makanan kepada beliau, tetapi orang umum akan menghina tingkah laku Çré Caitanya. Tetapi Çré Caitanya meyakinkan brahmana itu sehingga akhirya bersedia untuk memasak untuk Beliau. Setelah menerima prasad dari brahmana tersebut, banyak penduduk Mathurä yang datang untuk menemui Çré Caitanya. Ketika orang-orang berkumpul, Çré Caitanya mulai mengangkat tanganNya dan mengucapkan “Hari Bol!”. Semua yang hadir saat itu mengikuti Çré Caitanya dan mengucapkan nama Çré Hari dengan penuh rasa cinta kasih. Çré Caitanya mandi di 24 ghat (temat permandian) di tepi sungai Yamunä dan brahman tersebut menunjukan tempat-tempat peziarahan di Mathurä. Kedua puluh empat ghat tersebut adalah : (1) Avimukta, (2) Adhirüòha, (3) Guhya-tértha, (4) Prayäga-tértha, (5) Kanakhala-tértha, (6) Tinduka, (7) Sürya-tértha, (8) Vaöa-svämé, (9) Dhruva-ghäöa, (10) Åñi-tértha, (11) Mokña-tértha, (12) Bodha-tértha, (13) Gokarëa, (14) Kåñëa-gaìgä, (15) Kunjungan Çré Caitanya Ke Våndävana 11
  • 36. Vaikuëöha, (16) Asi-kuëòa, (17) Catuù-sämudrika-küpa, (18) Akrüra- tértha, (19) Yäjïika-vipra-sthäna, (20) Kubjä-küpa, (21) Raìga-sthala, (22) Maïca-sthala, (23) Mallayuddha-sthäna and (24) Daçäçvamedha. Çré Caitanya Mahäprabhu juga mengunjungi berbagai tempat suci di tepi sungai Yamunä di daerah Mathurä termasuk Svayambhu, Viçräma- ghäöa, Dérgha Viñëu, Bhüteçvara, Mahävidyä and Gokarëa. Ketika Beliau berkeinginan untuk mengunjungi hutan Våndävana, Beliau mengajak brahmana tersebut bersamaNya. Çré Caitanya Mahäprabhu mengunjungi berbagai tempat termasuk Madhuvana, Tälavana, Kumudavana and Bahulävana. Beliau mandi di setiap tempat suci dengan rasa kebahagian rohani. Ketika beliau melewati Våndävana, beberapa sapi yang sedang digembalakan mengelilingi beliau dan mulai menatap beliau sambil menguak. Melihat sapi-sapi yang mengelilingi diriNya, Çré Caitanya masuk kedalam kebahagiaan rohani yang lebih dalam dan saat itu sapi-sapi mulai menjilat badan rohani Çré Caitanya. Çré Caitanya sangat memperhatikan sapi-sapi tersebut dan karena tidak bisa meningalkan pergaulan Çré Caitanya, para sapi mengikuti Çré Caitanya. Dengan kesulitan para gembala sapi menahan sapi-sapi tersebut. Çré Caitanya mulai mengucapkan nama suci, dan ketika para rusa dan merak mendengar suara beliau yang manis, mereka semua datang menemui Çré Caitanya. Ketika para kelinci dan rusa-rusa mendekati Çré Caitanya, mereka juga mulai menjilat badan Çré Caitanya dengan penuh rasa kasih sayang seperti para sapi tadi. Berbagai jenis binatang seperti lebah, burung-burung parkit dan merak mulai menari di depan Çré Caitanya. Melihat kehadiran Çré Caitanya di Våndävana, bahkan pepohonan menjadi penuh dengan kebahagian rohani dan menangis yang tangisannya keluar berupa madu dari batang-batang mereka. Pepohonan dan tumbuhan menjalar penuh dengan bunga dan buah-buahan menyambut kedatangan Tuhan mereka yang telah lama pergi. Dengan demikian, semua makhluk hidup, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak menjadi penuh dengan rasa bahagia bagaikan seorang teman ketemu dengan teman setelah begitu lama berpisah. Melihatkebahagianmereka,ÇréCaitanyaMahäprabhujugamenjadisangat bahagia dan mulai memeluk mereka satu sama lain di dalam kebahagiaan rohani. Badan beliau tidak terkontrol dan selalu mengucapkan, Kåñëa! Kåñëa!... Ketika beliau melihat dua ekor burung parkit di atas cabang pohon, beliau merasa ingin mendengarkan sesuatu dari mereka dan Perjalanan Suci Di Tanah Vraja 12
  • 37. kemudian kedua burung tersebut terbang ke tangan Çré Caitanya dan mulai menceritakan kegiatan Kåñëa. Kemudian setelah beberapa saat Çré Caitanya Mahäprabhu melihat seekor merak yang sedang menari. Ketika beliau menatap warna kebiru-biruan dari merak tersebut, Beliau langsung teringatpadaKåñëasehinggalangsungjatuhpingsandidalamkebahagiaan rohani. Melihat Çré Caitanya jatuh pingsan, brahmana dan Balabhadra Bhaööäcärya merasa gelisah dan mulai memercikan air pada Beliau sambil mengipasi badanNya. Kemudian mereka mulai mengucapkan nama Kåñëa pada telinga Çré Caitanya sehinga membuat Beliau kembali sadar. Setelah kembali pada kesadaranNya, Çré Caitanya langsung berguling- guling di tanah karena kebahagian rohani yang dalam. Karena berguling di tanah, badan Çré Caitanya terlukai oleh banyak duri-duri di hutan Våndävana sehinga Balabadra harus menghentikan dan menenangkan Beliau. Seperti biasa, beliau terus mengucapkan nama, Kåñëa! Kåñëa! Sambil menari. Beliau melanjutkan perjalanan bersama brahmana dan Balabadra Bhaööäcärya. Si brahmana ini sangat keheranan melihat kebahagian rohani yang diperlihatkan oleh Çré Caitanya dan sangat resah dengan keadaanNya. Ketika Çré Caitanya berada di Jagannätha puré, Beliau selalu berada di dalam kebahagian rohani, tetapi di dalam perjalanan di Våndävana, rasa rindu kepada Kåñëa ratusan kali lipat bertambah. Ini hanya salah satu uraian dari kunjungan Çré Caitanya di dalam satu tempat di Våndävana dan Çré Kåñëa Däsa kaviraja menguraikan bahwa sangat mustahil untuk menguraikan kejadian di beberapa tempat lainya. Çré Caitanya Mahäprabhu melakukan perjalanan di berbagai hutan di Våndävana dan memuaskan semua makhluk hidup di sana dan juga secara pribadi Tuhan Gambar: Çré Caitanya mandi di Rädhä Kunda Kunjungan Çré Caitanya Ke Våndävana 13
  • 38. Çré Caitanya merasa puas dengan melihat mereka. Akhirnya suatu hari beliau sampai di sebuah desa yang disebut dengan Ärit-gräma. Ärit-grama juga dikenal dengan nama Ariñöä-gräma dimana Ariñöäsura dibunuh oleh Çré Kåñëa. Disini Çré Caitanya bertanya pada penduduk lokal dimana kedudukan Çré Rädhä Kunda. Namun sangat disayangkan bahwa tempat Rädhä Kunda saat itu sudah terlupakan sehinga tidak seorang pun bisa memberi tahu Çré Caitanya keberadaan Rädhä Kunda. Brahmana yang menemani beliau ternyata juga tidak tahu-menahu keberadaan tempat tersebut. Çré Caitanya Mahäprabhu dapat mengerti bahwa tempat suci ini sudah tidak lagi tampak. Sebagai kepribadian yang maha mengetahui segalasesuatu,beliausecarapribadimampumengenalidimanasebenarnya Rädhä Kunda dan Çyäma Kunda. Beliau menemukan Rädhä Kunda yang saat itu merupakan sebuah tanah sawah yang terdapat sedikit air. Ketika orang-orang melihat Tuhan Çré Caitanya mandi di kolam kecil tersebut, orang-orang di sekitarnya menjadi sangat keheranan namun beliau tetap mandi di sana dan menyampaikan doa pujian kepada Çré Rädhä Kunda. yathä Rädhä priyä viñëos tasyäù kuëòaà priyaà tathä sarva-gopéñu saivaikä viñëor atyanta-vallabhä “Seperti halnya Çrémati Rädhärani yang paling dicintai oleh Çré Kåñëa diantara para gopi, begitu juga kolam beliau yang dikenal dengan nama Rädhä Kunda juga sangat disayangi olehNya. Diantara para gopi, Çrémati Rädhäräëé merupakan yang paling dicintai oleh Kåñëa”. Setelah mengucapkan doa pujian kepada Çré Rädhä Kunda, Çré Caitanya menari dan menyanyi dengan kebahagian rohani di tepi Rädhä Kunda sambil mengingat kegiatan Çré Kåñëa. Kemudian Çré Caitanya Mahäprabhu menandai badan beliau dengan tilak dari lumpur di Rädhä kunda dan mengumpulkan beberapa lumpur untuk dibawa bersama beliau. Kemudian dari Rädhä Kunda beliau menuju ke danau Sumana. Melihat bukit Govardhana dari tempat itu, beliau menjadi sangat gembira. Beliau bersujud kepada Govardhana bagaikan tongkat yang terjatuh. Kemudian beliau berlari dan memeluk batu di bukit Govardhana. Akhirnya beliau sampai di desa Govardhana dan darsan pada Çré Harideva. Harideva merupakan arca Vigraha yang di sthanakan oleh Çré Vajranäbha, yang Perjalanan Suci Di Tanah Vraja 14
  • 39. terletak di bagian barat matura. Çré Caitanya mulai menari dan menyanyi penuh dengan kebahagian rohani di depan arca Harideva. Mendengar kegiatan beliau, para penduduk setempat datang dan melihat beliau. melihat kebahagian rohani dan ketampanan Çré Caitanya, semua orang yang hadir menjadi sangat heran. Pujari Çré Harideva menerima Çré Caitanya dengan sangat baik. Çré Bhaööäcärya memasak untuk Çré Caitanya Mahäprabhu di Brahma-kunda, yang terletak di dekat Harideva Mandir. Setelah mandi di Brahma-kunda, Çré Caitanya menerima prasad yang telah dimasak oleh Çré Balabadra Bhaööäcärya. Çré Caitanya Mahäprabhu tinggal semalam di Haridev mandir. Beliau berpikir, “Karena Aku tidak akan memanjat bukit Govardhana, bagaimana Aku bisa darsan pada Çré Gopäla Raya JI?” Berpikir seperti ini, beliau hanya bisa diam. Mengerti keinginan Çré Caitanya Mahäprabhu, Arca Gopäla Ji, mempermainkan para penduduk setempat sehinga beliau diarak ke bawah dari puncak bukit. Çré Gopäla Ji mengirim kabar burung yang menyatakan bahwa pasukan muslim akan segera datang untuk menyerang kuil ini. Karena itu penduduk setempat bersama dengan para pujari Gopäla Ji, menggusung Gopäla Ji dengan tandu turun dari bukit Govardhana. Pada saat itu, Tuhan Çré Caitanya bisa darsan pada Çré Gopäla Ji tanpa menginjakkan kaki di atas bukit Govardhana yang tidak berbeda dengan badan Çré Kåñëa sendiri. Sambil menari dan menyanyikan nama suci menemui Çré Gopal Ji, Çré Caitanya masuk kedalam kebahagian rohani yang dalam sehinga air mata beliau mengalir bagaikan aliran sungai Gaìga yang deras. Beliau kelihatan seperti orang yang gila pada kekasihnya yang akhirnya tiba-tiba ketemu dengan kekasih yang dirindukan. Dalam keadaan gila rohani seperti ini Tuhan Çré caitanya berkeliling mengunjungi berbagai tempat di Våndävana dhäma di dalam perasaan pelayan dan pelayan dari penduduk Vraja dhäma. Jay Çré Caitanya mahäprabhu Jay Çré Harinama Sankirtan .........ki jay Kunjungan Çré Caitanya Ke Våndävana 15
  • 40. Perjalanan Suci Di Tanah Vraja 16
  • 41. Bab II Maöhurä Parikrama dapat dilakukan dari berbagai tempat. Namun dalam buku ini saya sengaja mengajak pembaca untuk memulai parikrama (mengelilingi tempat suci) dari Maöhurä dengan alasan kita bisa mengingat kegiatan Kåñëa dari awal dimana Kåñëa muncul dan kemudian dibawa ke Gokula oleh Vasudeva. Kemudian dari Gokula Kåñëa diajak menuju ke Nanda Gaon oleh Mahäräja Nanda. Sehingga sedikit tidaknya kita akan berusaha untuk mengunjungi tempat-tempat tersebut satu persatu secara teratur sesuai dengan perjalanan Çré Kåñëa selama ber-lélä di Vraja Dham. Pertama-tama marilah kita menghaturkan sembah sujud kepada tempat tinggal abadi Tuhan Çré Kåñëa, Çré Maöhurä dhäma. harir api bhajamanebhyaù präyo muktià dadäti na tu bhaktim vihita-tad-unnati-satraà maöhure dhanyaà namämi tväm ”Biasanya Tuhan Çré Hari, Çré Viñëu, menganugrahkan “Mukti” (pembebasan), namun Beliau tidak begitu mudah menganugrahi “bhakti” ( pengabdian) kepada pemujanya. Oh Maöhurä! Engkau adalah kepribadian yang mujur dan yang menganugrahkan yajïa agung berupa bhakti. Hamba menghaturkan sembah sujud hamba kepada anda”. 17
  • 42. Maöhurä adalah tempat suci yang sangat penting diantara tempat-tempat suci yang harus dikunjungi oleh para Vaisnava. Maöhurä berada +150 km di sebelah selatan New Delhi, ibu kota India. Menurut Çréla Rüpa Goswämé di dalam Upadeçämåta, beliau menyatakan bahwa Maöhurä bahkan lebih tinggi kedudukannya dari Vaikuntha dimana Tuhan dalam bentuk Beliau sebagai Näräyana bertempat tinggal. Kenapa? karena Kepribadian Tuhan Yang Asli, Çré Kåñëa, muncul di tempat ini. Karena begitu agungnya tempat ini, orang yang hanya melihat tempat ini saja akan terbebaskan dari dosa-dosa yang mereka lakukan di dalam hidup mereka. Di dalam Maöhurä mähätmya, keagungan Maöhurä diuraikan sebagai berikut: suryodare tamo naçyed yatha vajra-bhayan nagaù tarkñaà dåñöva yatha sarpa megha vata-hata iva tattva-jïanad yatha duhkhaà siàhaà dåñöva yatha mågaù tatha papäni naçyanti Maöhurä-darçanat kñanat ”Seperti halnya kegelapan dihilangkan oleh terbitnya matahari, seperti gajah yang takut terhadap ankusa (tongkat pengendali gajah), ular yang takut begitu melihat Garuda, rasa duka yang dilenyapkan oleh pengetahuan dan seekor rusa merasa takut melihat seekor singa, begitu juga dosa-dosa akan dihancurkan hanya dengan melihat Maöhurä Dhama”. Meskipun demikian, tujuan kita mengunjungi Maöhurä bukanlah untuk menghancurkan dosa yang telah kita perbuat kemudian melakukan dosa lagi dan datang kembali ke tempat suci untuk membersihkan dosa. “präyaçcittam atho ‘pärthaà manye kuïjara-çaucavat”, prayascita atau penyucian diri seperti itu merupakan penyucian diri yang tidak berguna yang bagaikan gajah mandi, (SB 6.1.10). Tujuan kita ke tempat suci adalah untuk mendengarkan manisnya kegiatan Tuhan dan ajaran-ajaran dari para sadhu atau orang-orang suci, yang bagaikan minuman kekekalan yang mampu menganugrahkan kehidupan kekal kepada si pendengar. Tentu saja mengunjungi tempat suci akan secara otomatis memberikan efek samping seperti yang diuraikan diatas yaitu orang akan terbebaskan Perjalanan Suci Di Tanah Vraja 18
  • 43. dari dosa-dosa. Tetapi kita harus mengerti bahwa pembersihan dosa seperti itu itu bukanlah tujuan utama kita. Tempat tempat di Maöhurä 1. Janmasthäna ( Kåñëa Janma Bhümi) Lima ribu tahun yang lalu Çré Kåñëa muncul di tempat ini dari kandungan ibu Devaké. Pada jaman Vajranäbha, kuil yang sangat indah dibangun di tempat ini dan Arca Çré Keçava deva disthänaakan di tempat ini. Namun sayang sekali kuil tersebut dihancurkan oleh orang-orang Islam. Setelah kuil tersebut dihancurkan, sejumlah kuil dibangun lagi oleh beberapa raja Hindu berulang kali, akan tetapi setelah beberapa waktu dihancurkan kembali oleh raja Islam. Akhirnya kuil yang masih berdiri sampai saat ini adalah kuil yang di bangun sekitar tahun 1951. kuil ini sangat megah dan di dalam kuil, Çré Çré Rädhä-Kåñëa dipuja sebagai istadeva. Gambar: Krsna Janmasthan mandir, Maöhurä Maöhurä 19
  • 44. Karena diserang oleh raja Islam, arca Keçava deva yang asli yang dulunya di sthänakan oleh Vajranäbha dilarikan oleh penduduk Hindu setempat ke tempat yang aman. Saat ini arca yang asli tersebut berada di Radjdhani, sebuah kota dekat Maöhurä. Saat ini Pratibhu murti Çré Keçava Deva (Replika arca yang sebenarnya tidak berbeda dengan yang asli) masih di puja di salah satu kuil di dalam area janma sthänaa. Kuil ini dikenal dengan nama “pratibhü keçava deo mandir” Keçava Deva adalah salah satu dari empat deva yang disthänaakan oleh Vajranäbha di empat penjuru Vraja Bhümi sebagai Içtadeva di keempat penjuru. Diurakan bahwa Vajranäbha memahat 16 arca secara pribadi yang disthänaakan di Vraja Bhümi. Arca ini terbuat dari batu pilihan yang sangat langka yang disebut dengan nama “batu Braja”. Beliau memahat empat deva, dua nätha, dua Gopäla, empat mähädeva, dan empat Devé. Masing masing diantaranya adalah sebagai berikut: • Keempat deva adalah: 1. Hari Deva (disthänaakan di Govardhan). Saat ini arca yang asli tidak diketahui keberadaanya. 2. Govinda Deva (disthänaakan di Våndävana). Saat ini arca asli Çré-Çré Rädhä Govinda ji dipuja di Jayapur. Jayapur adalah sebuah kota yang terletak di Rajasthäna, dekat Maöhurä. 3. Baladeva, juga di kenal dengan nama Dauji dan Baldeo. Arca ini adalah satu-satunya arca yang asli dari keempat deva yang masih sampai sekarang di Vraja . Beliau di puja di desa Baldeo, di Mahavan (+18 km dari Maöhurä). Tempat ini terletak dekat dengan Gokula. 4. Keçavadeva (di Maöhurä). • Dua nätha adalah: 1. Çrénäth ji, yang ditemukan oleh Madhavendra Puri di Govardhan dan disthänaakan di atas bukit Govardhan. Saat ini beliau di puja di Näthadvar, rajasthäna. 2. Gopénäth ji yang saat ini berada di Jayapur. • Dua Gopäla adalah: 1. Madana Gopäla (Madana Mohan) yang di puja oleh Çré Sanätana Gosvämé di Våndävana. Saat ini Madana Gopäla berada dan dipuja di Karoli. 2. Saksi Gopäla, arca yang lari ke Orisa untuk menjadi saksi atas janji Perjalanan Suci Di Tanah Vraja 20
  • 45. yang diberikan oleh seorang brahmana tua kepada brahmana muda dari daerah Orissa. Saat ini Beliau di puja di Kota kecil Saksi Gopal, Orissa, di daerah bagian timur India. • Empat Mähädeva atau Siva lingga adalah : 1. Cakraleçvara Mähädeva di Govardhan 2. Kamesvara Mähädeva di Kämyavana. 3. Bhutesvara Mähädeva di Maöhurä 4. Gopeçvara Mähädeva di Våndävana • Empat Devé adalah: 1. Manasi Devé di Govardhan 2. Vrnda Devé di Kamavan 3. Pathala Devé di Maöhurä 4. Yogamäyä Devé di Våndävana. Selain Hari Deva, kelima belas arca yang lainnya masih dapat kita lihat sampai saat ini. Masing-masing arca tersebut akan diuraikan sambil kita mengunjungi tempat-tempat yang berhubungan dengan masing-masing arca tersebut. Janmasthänaadalahsalahsatutempatyangsangatketatuntukdikunjungi. Untuk masuk ke dalam, para pengunjung dilarang membawa alat-alat eletronik, khususnya kamera dan hand-phone. Jika kita ingin perjalanan memasuki tempat ini lancar, usahakan untuk tidak membawa barang- barang yang terbuat dari logam. Akan lebih baik bila tas dan barang lainnya diletakkan di bus atau di mobil, kecuali japa mala. Tempat dimana Tuhan Çré Kåñëa muncul di dalam sebuah penjara. Disini kita akan melihat lorong kecil untuk masuk ke tempat tersebut. Sebelum memasuki tempat ini kita akan darsan terlebih dahulu kepada Çré Yogamäya Devé. Yogamäyä Devé adalah saudari Çré Kåñëa, Çrématé Durga Devé, yang muncul dari kandungan ibu Yaçodä di Gokulaa. Bayi tersebut ditukar oleh Vasudeva dan dibawa ke dalam penjara di Maöhurä. Vasudeva dan Devaké berharap bahwa Kaàsa akan mengurungkan niatnya untuk membunuh anak mereka karena bayi yang lahir adalah bayi wanita. Ketika Kaàsa mengetahui bahwa bayi ke delapan Devaké telah lahir, meskipun bayi tersebut adalah bayi wanita, Kaàsa tetap berusaha untuk membunuhnya. Akan tetapi ketika Kaàsa melemparkannya, Maöhurä 21
  • 46. bayi tersebut langsung terbang dan berubah wujud dalam bentuk Durga berlengan delapan. Jadi arca ini dimaksudkan untuk mengingat Beliau. sebelum darsan kepada Kåñëa, kita hendaknya memohon berkat dari Devé Yogamäyä agar dianugrahi penglihatan rohani sehingga kita dapat mengerti kegiatan Kåñëa. Atas aturan Yogamäyä, Vraja-dhama terselubungi dari penglihatan material kita. Hanya atas karunia beliau kita akan mampu merasakan keindahan dan keagungan Vraja bhümi. Setelah darsan dan berdoa kepada Yogamäyä Devé, kita akan memasuki lorong kecil yang panjangnya hanya beberapa meter. Lorong ini tepat berada di sebelah kanan kita ketika kita darsan pada Çré Yogamäyä. Di dalam lorong kecil inilah Çré Kåñëa, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa muncul lima ribu tahun yang lalu. Di sini kita dapat melihat arca Çré Viñëu berlengan empat dan gambar ibu Devaké dan Vasudeva sedang berdoa kepada Çré Viñëu. Di sini juga terdapat gambar Kåñëa sebagai bayi di depan mereka berdua. Kita dapat pula melihat Çrémad Bhagävatam yang berhubungan dengan lila ini di tulis dalam tulisan Deva-nägaré di atas tembok di dalam ruangan ini. Setelah keluar dari Garbha Sthäna, ruangan di mana bayi Kåñëa muncul, kita akan melihat kuil yang sangat megah yang sebelumnya kita lihat dari jalan raya. Kuil tersebut adalah kuil Çré Çré Rädhä Kåñëa, kuil yang dibangun sekitar tahun 1951. Kita dapat darsan dan menikmati keindahan mandir tersebut yang dihiasi dengan lukisan-lukisan indah yang berhubungan dengan kegiatan Kåñëa dan kisah-kisah dari Purana, Ramayana, Mahabharata dan lain-lain. Selain Rädhä Kåñëa, terdapat beberapa arca yang dipuja disini. Kemudian kita bisa berkeliling dan darsan di beberapa kuil yang dibangun di dalam areal Janma sthäna. Keçava Deva, salah satu dari empat deva yang di sthanakan oleh Vajranäbha terletak diluar tembok kuil Janma sthäna. Saat ini Pratibhü- murti Çré Keçava Deva dipuja di kuil ini. Arca Keçava Deva yang sangat tampan terbuat dari batu marmer hitam. Çré Kåñëa Janma lila yadä yadä hi dharmasya glänir bhavati bhärata abhyutthänam adharmasya tadätmänaà såjämy aham Perjalanan Suci Di Tanah Vraja 22
  • 47. “Kapanpun dan dimanapun dharma merosot dan hal-hal yang bertentangan dengan Dharma merajalela maka saat itu aku akan muncul, oh putra keluarga Bharata”.(Bg. 4.7) Ketika bumi ini dikuasai oleh raja-raja yang tidak bertangung jawab, Ibu Bumi merasa berat untuk menanggung dosa-dosa yang diperbuat oleh mereka. Karena hal itu, ibu bumi yang mengambil bentuk sebagai seekor sapi dengan wajah yang sedih dan air mata mengalir dari matanya, menghadap Dewa Brahma dan menyampaikan kesulitan yang beliau alami dalam menanggung beban orang-orang berdosa yang beliau pikul. Mendengar keluhan Ibu bumi, Dewa Brahma bersama para deva lainya termasuk Pertivi (ibu bumi) menuju ke tepi lautan susu untuk memohon perlindungan dari Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Di tepi lautan susu, para dewa mulai memuja Çré Viñëu, penguasa alam semesta, Dewanya para dewa dan Kepribadian yang membinasakan kesengsaraan setiap orang, dengan memanjatkan pujian dari mantra-mantra Veda yang dikenal dengan doa Puruña Sükta. Sambil bermeditasi, dewa Brahma mendengar suara dari langit (akasa vani) bahwa Tuhan Çré Viñëu akan segera turun ke bumi di dinasti Yadu. Para dewa diperintahkan untuk ikut turun ke bumi bersama dengan sakti mereka masing- masing sebagai anggota keluarga Yadu untuk menemani Beliau dalam melakukan lélä- Nya. Selain itu Tuhan juga menginformasikan kepada para dewa bahwa bagian dari diri Beliau yaitu Saìkarñaëa juga akan muncul segera sebelum kemunculan Beliau. Mendengarkan hal ini, dewa Brahma bersama para dewa lainya termasuk ibu bhümi menjadi sangat bahagia dan kembali ke tempat mereka masing-masing. Pada saat itu Mahäräja Çürasenä dari keluarga Yadu, memerintah di kota Maöhurä. Dibawah pemerintahan Mahäräja Surasena, Maöhurä dijadikan ibu kota bagi keluarga Yadu. Suatu ketika, Vasudeva dari dinasti Sura menikahi Devaké, putri Mahäräja Devaka dari keluarga Yadu. Di hari pernikahan itu, ayah Devaké, Mahäräja Devaka, karena rasa sayang kepada putrinya, ia mengirimkan ratusan gajah yang dihiasi dengan kalung emas, ribuan kuda, sekitar delapan belas ribu kereta dan dua ratus orang dayang yang masing-masing dihiasi dengan perhiasan yang mewah untuk menemani putrinya sebagai mas kawin. Kaàsa, putra Ugrasena, yang sangat mencintai Devaké, adiknya, dengan tujuan untuk memuaskan adiknya, Kaàsa mengambil posisi sebagai kusir kereta yang akan membawa kedua mempelai ke rumah mempelai laki-laki. Pada Maöhurä 23
  • 48. saat Kaàsa mulai mengendarai kereta sebagai Kusir kedua mempelai, terdengar suara dari langit: “asyäs tväm añöamo garbho hantä yäà vahase ‘budha” yang artinya, “Oh Kaàsa, kamu benar-benar orang bodoh dan biadab, anak kedelapan dari Devaké, orang yang sekarang kamu ajak, adalah maut yang akan membunuhmu”. Mendengar pernyataan dari langit ini, Kaàsa menganggap bahwa Sang Penguasa berada pada pihaknya. Dia tidak menyadari bahwa suara ini disabdakan hanya untuk memancing amarahnya sehingga dia akan menganiaya Devaké sehingga Tuhan Çré Kåñëa akan segera muncul untuk menyelamatkan penyembahNya dan membinasakan para asura seperti Kaàsa serta raksasa lainnya. Meskipun ini merupakan hari pernikahan adik kesayangannya, namun setelah mendengar berita tersebut dari akasa vani, Kaàsa, yang secara alami berwatak asura dan disertai dengan pergaulannya dengan orang-orang yang berwatak sama, tanpa rasa malu menjambak rambut Devaké dan dengan pedang di tangannya, dia siap membunuh adiknya. Seseorang mungkin berpikir, mengapa para Deva sepertinya berpihak pada Kaàsa dengan memberitahukan kepadanya bahwa anak kedelapan Devaké akan membunuhnya yang akhirnya memancing amarah Kaàsa. Padahal jika akasa vani ini tidak ada, mungkin kemunculan Çré Kåñëa tidak akan terganggu dan Devaké tidak perlu kehilangan enam putra pertamanya. Jawabannya adalah dengan melakukan pengabdian kepada penyembah murni maka Tuhan Yang Maha Esa akan menganugerahkan perlindungan kepada orang tersebut. Karena itu, sengaja maupun tidak sengaja, bila seseorang melakukan pelayanan kepada penyembah, maka orang tersebut akan berada di bawah perlindungan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Vasudeva dan Devaké merupakan penyembah murni yang kekal dari Çré Kåñëa. Dengan demikian bila seorang raksasa seperti Kaàsa melakukan pelayanan kepada mereka baik sengaja maupun tidak sengaja, maka Kåñëa berkewajiban untuk melindungi Kaàsa sehingga beliau tidak akan dapat membunuh Kaàsa. Dengan demikian tujuan Kåñëa muncul ke dunia material untuk membunuh para raksasa tidak akan terpenuhi. Hal ini merupakan aturan Çré Kåñëa dimana akasa vani disampaikan kepada Kaàsa sehingga Kaàsa tidak mendapat kesempatan untuk melayani Devaké dan Vasudeva dengan menjadi kusir kereta di hari Perjalanan Suci Di Tanah Vraja 24
  • 49. pernikahan mereka. Berhubungan dengan enam putra pertama Devaké, ini merupakan hukuman yang memang harus diterima oleh enam rsi yang telah melakukan kesalahan kepada deva Brahma. Sudah menjadi takdir enam kepribadian tersebut harus dibunuh oleh Kalanemi, yang telah menjelma menjadi Kaàsa. Melihat Kaàsa hendak membunuh istrinya, Devaké, Vasudeva berusaha menasehati Kaàsa. Dengan menggunakan berbagai alasan dia memohon agar kaàsa mengurungkan niatnya untuk membunuh Devaké khususnya di hari pernikahanya yang sangat bertuah. Tetapi segala nasehat baik yang disampaikan oleh Vasudeva tidak dihiraukan oleh Kaàsa yang berwatak raksasa. Akhirnya untuk menyelamatkan Devaké untuk sementara waktu, Vasudeva berjanji kepada Kaàsa bahwa dia akan menyerahkan semua anak yang lahir dari kandungan Devaké kepada Kaàsa dan Kaàsa dapat melakukan apapun yang ingin dilakukannya terhadap bayi tersebut. Kaàsa yang mengenal Vasudeva dengan baik merasa yakin bahwa Vasudeva tidak akan mengingkari janjinya. Dengan kecerdasannya, dia menimbang-nimbang bahwa apa yang disampaikan oleh Vasudeva adalah benar. Kaàsa berpikir: “Kesalahan tidak berada pada Devaké maupun Vasudeva tetapi pada Viñëu yang akan mengunakan badan adikku sebagai jalan untuk berusaha membunuhku. Tetapi Viñëu tidak mengenal siapa Kaàsa, pangeran gagah yang ditakuti oleh raja-raja yang agung sekalipun. Karena itu, tanpa membunuh Devaké saya akan membunuh Viñëu, hanya perlu menunggu waktu saja. Begitu Viñëu lahir saya akan membunuhnya sebelum dia tumbuh dewasa”. Berpikir demikian Kaàsa mengurungkan niatnya untuk membunuh Devaké melainkan meminta maaf dan mengirim Devaké ke keluarga Vasudeva. Waktu telah berlalu, Devaké melahirkan seorang putra. Untuk menepati janjinya, Vasudeva dengan tabah membawa bayi pertama tersebut untuk diserahkan kepada Kaàsa. Melihat kejujuran Vasudeva, Kaàsa sangat kagum terhadap sifat yang dimilikinya. Untuk menepati kata-kata yang diucapkannya, dia bahkan bersedia mengorbankan anaknya sendiri demi menegakkan dharma sebagai seorang ksatria. Karena Kaàsa berpikir bahwa dia hanya akan dibunuh oleh anak kedelapan Devaké maka Kaàsa berpikir bahwa dia tidak memiliki urusan dengan bayi mereka yang pertama dan mengirim bayi itu kembali bersama Vasudeva. Walaupun Maöhurä 25
  • 50. Kaàsa kelihatan baik hati kepada Vasudeva, karena pergaulan Kaàsa hanya dengan para raksasa, Vasudeva meragukan kebaikan Kaàsa dan berpikir bahwa Kaàsa pasti akan segera merubah keputusannya. Suatu hari Närada Muni datang menemui Kaàsa dan memberitahunya bahwa semua raja jahat yang menjadi beban bumi akan segera dihancurkan dengan kemunculan Çré Viñëu. Maha Rsi Närada juga menyampaikan bahwa untuk menyambut kemunculan Çré Viñëu, para Dewa muncul di keluarga Yadu. Pertanyaan mungkin akan muncul, mengapa Närada Muni menginformasikan kepada Kaàsa bahwa mereka akan segera terbunuh oleh Çré Viñëu? karena hal itu, Kaàsa dapat saja membunuh bayi-bayi Devaké dan menganiaya para Yadu. Närada Muni sebagai penyembah yang agung, seorang Vaisnava yang penuh rasa kasih sayang, tidak tega melihat kekacauan yang dilakukan oleh para raja yang jahat. Beliau menginginkan kemunculan Çré Kåñëa sesegera mungkin. Karena itu dengan informasi yang diberikan oleh Närada maka hal itu akan memancing kekejaman Kaàsa terhadap para Yadu yang merupakan penyembah Çré Viñëu. Karena penyembahNya dianiaya seperti itu, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa tidak akan mentoleransi penganiayaan tersebut dan akan segera muncul untuk membinasakan para raksasa dari muka bumi ini dengan segera. Setelah keberangkatan Närada muni, Kaàsa memikirkan kata-kata Devaåñi Närada dengan serius dan menganggap bahwa semua keluarga Yadu adalah penjelmaan para Dewa dan berpikir bahwa Viñëu mungkin akan lahir sebagai salah satu dari putra Devaké. Takut akan kematian, Kaàsa mulai menganiaya Devaké dan Vasudeva dan memasukan mereka ke dalam penjara. Dibawah perlindungan Jarasanda dan kerja sama dengan para raksasa seperti Pütanä, Pralamba, Keçi, Baka, Aghäsura, Tåëävarta, Narakäsura, Bäëäsura dan lain-lain, Kaàsa juga mulai menganiaya semua keluarga Yadu yang tidak menuruti perintahnya. Karena rasa iri kepada keluarga yang berhubungan dengan dinasti Yadu, dia bahkan memenjarakan ayahnya sendiri, Ugrasena. Karena rasa loba untuk memuaskan keinginannya, orang-orang jahat seperti Kaàsa, rela untuk membunuh siapapun termasuk ayah, ibu, suami, istri, sanak keluarga dan yang lainnya. Selama seseorang berusaha memuaskan indrianya, orang-orang seperti itu akan menganggap musuh Perjalanan Suci Di Tanah Vraja 26
  • 51. yang sangat kejam dan para raksasa sekalipun sebagai kawan. Sikap sikap seperti itu secara alami akan tumbuh dan berkembang di dalam hati para avaisnava atau orang yang bukan penyembah Viñëu. Mereka selalu iri kepada Çré Viñëu dan penyembahNya dan selalu berusaha untuk mencari jalan untuk menghalangi dan menghancurkan para penyembah. Meskipun orang seperti itu mungkin lahir di keluarga bangsawan terhormat atau dari keluarga brahmana yang saleh, bila seseorang tidak melakukan atau menolak pengabdian suci kepada Çré Viñëu, mereka akan jatuh dari kedudukan mereka dan akan melakukan hal-hal yang menjijikkan berdasarkan standar kitab suci Veda. Setelah enam bayi Devaké dibunuh oleh Kaàsa, Çré Ananta, bagian dari badan Çré Kåñëa secara langsung masuk ke dalam kandungan Devaké sebagaiputraketujuhnya.UntukmelindungiparaYadudaripenganiayaan yang dilakukan oleh Kaàsa, Kåñëa memerintahkan kepada Yogamäyä untuk memindahkan Ananta ke dalam kandungan Rohini Devé, salah satu dari istri Vasudeva yang pada saat itu berlindung di Gokula bersama keluarga Nanda Mahäräja. Karena bayi yang berada di dalam kandungan Devaké dipindahkan oleh Yogamäyä, maka orang-orang berpikir bahwa Devaké mengalami keguguran. Karena proses kelahiranya, Sri Balaram dikenal dengan berbagai nama seperti yang diuraikan di dalam Srimad Bhagävatam sebagai berikut: garbha-saìkarñaëät taà vai prähuù saìkarñaëaà bhuvi rämeti loka-ramaëäd balabhadraà balocchrayät ”Putra Rohini Dewi juga akan dikenal dengan nama Sankarsana karena dipindahkan (san-kås) dari kandungan Devaké ke dalam kandungan Rohini. Beliau juga akan dikenal dengan nama Räma karena beliau mampu menyenangkan seluruh penduduk Gokulaa dan dengan nama Balabhadra, karena kekuatan fisik yang dimilikiNya”. Setelah kejadian ini, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa masuk ke dalam hati Vasudeva. Karena Kepribadian Tuhan berada di dalam badan Vasudeva, badanya menjadi secerah matahari. Kemudian Vasudeva melalui pikiranya mengirimkan Kepribadian Tuhan kedalam pikiran Devaké. Badan Devaké mulai berubah dan bercahaya bagaikan ufuk timur yang diterangi oleh mentari pagi karena Tuhan, Sang Pengendali, asal mula ciptaan dan sebab segala sebab berada dalam kandungannya. Maöhurä 27
  • 52. Kaàsa yang menyadari hal tersebut menjadi sangat resah dan berpikir bahwa badan Devaké yang bersinar seperti itu pasti disebabkan oleh Viñëu yang saat ini berada di dalam kandungannya. Namun berpikir akan reputasinya, dia tidak ingin membunuh wanita yang sedang hamil dan memutuskan untuk menunggu sampai bayi itu lahir. Setiap saat, di dalam kamar, di atas singasana kerajaan, pada saat makan, saat menjelang tidur dan di mana pun dia berada, yang dia lihat hanyalah Viñëu dan selalu berpikir bahwa Viñëu akan membunuhnya setiap saat. Para Dewa yang dipimpin oleh Dewa Brahma dan Siva, datang ke tempat dimana Devaké dan Vasudeva dipenjarakan dan memanjatkan doa-doa mereka kepada Çré Kåñëa yang berada di dalam kandungan Devaké. Di dalam doa mereka, para dewa memuji Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Para dewa juga memuji keberuntungan Devaké dan Vasudeva karena Tuhan Çré Kåñëa sendiri bersedia menjadi putra mereka. Setelah memanjatkan doa-doa pujian kepada Tuhan, para dewa kembali ke tempat mereka masing masing. Pada hari menjelang kemunculan Çré Kåñëa, alam secara otomatis memperlihatkan tanda-tanda kemujuran. Bintang Rohini mulai muncul, begitujugabintangmujurlainnyasepertiAsvinidanlain-lain.Kedaanalam semesta menjadi penuh kedamaian. Dihiasi dengan bintang-bintang yang berkedap-kedip yang tidak terhalangi oleh awan, langit kelihatan sangat indah. Sungai mengalir dengan airnya yang jernih dan menyejukkan. Danau dan kolam penuh dengan bunga padma yang sangat indah. Pohon-pohon bunga dengan daunnya yang rimbun dan hijau berbunga mewarnai alam dan sangat menyenangkan untuk dilihat. Harumnya bunga dibawa oleh hembusan angin yang sangat menyenangkan indria penciuman dan segarnya aliran air memuaskan indria rabaan berhembus di berbagai tempat. Ketika para brahmana melaksanakan yajïa, api yajïa berkobar tanpa tergangu oleh hembusan angin yang tidak pernah mereka alami selama beberapa waktu itu. karena berada di bawah raja-raja yang jahat seperti Kaàsa, para brahmana dilarang untuk memuja Çré Viñëu. Karena itu para brahmana yang melaksanakan yajïa dengan sembunyi- sembunyi selalu merasa gelisah. Tetapi pada hari ini, di hari menjelang munculnya Tuhan Çré Kåñëa, mereka semua merasa puas dan bebas dari rasa takut. Ketika Tuhan akan segera muncul, para penduduk surga mulai memainkan alat musik mereka untuk menyambut kemunculan Yang Maha Kuasa. Para Apsarä mulai menari, para Kinnara dan Gandharva Perjalanan Suci Di Tanah Vraja 28
  • 53. menyanyi memuji kebesaran Tuhan dan para siddha memanjatkan doa- doa pujian yang menguntungkan. Kemudian di tengah malam, dimana semua penduduk sedang tidur lelap, Çré Kåñëa yang berada di dalam hati setiap makhluk hidup muncul dari hati Devaké. Kemunculan Beliau menghapuskan kegelapan malam bagaikan kemunculan bulan purnama di ufuk timur dan menerangi semesta di malam hari. Tuhan muncul dalam bentuk Beliau yang berlengan empat, yang masing-masing tanganNya memegang saìka, cakra, gadä dan padma. Beliau dihiasi dengan pakaian berwarna kuning, dadaNya dihiasi dengan permata bernama Kaustubha. Warna badanNya yang kehitam-hitaman, yang bagaikan warna awan menjelang hujan, dihiasi dengan berbagai permata yang sangat berharga. KepalaNya dihiasi dengan mahkota yang sangat indah. Beliau menggunakan ikat pinggang yang bercahaya, gelang kaki, gelang tangan dan lain lain. Dihiasi seperti ini badan beliau kelihatan sangat indah dan menawan. Melihat bayi yang sangat menakjubkan ini, Vasudeva merasa sangat bahagia dan di dalam pikirannya dia bermeditasi memberikan banyak hadiah kepada brahmana dan mengadakan festival yang megah dalam rangka menyambut kelahiran anak yang sangat menakjubkan sebagai putranya. Setelah beberapa saat, Vasudeva menyadari bahwa Beliau adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa sendiri. Sadar seperti itu, Vasudeva bersama Istrinya, Devaké, mulai memanjatkan doa pujian kepada Yang Maha Kuasa, yang berada di depannya. Setelah menyampaikan doa pujian kepada Tuhan, dibingungkan oleh tenaga Yogamäyä, Vasudeva dan Devaké yang berperan sebagai orang tua, yang tahu bahwa Kaàsa akan datang untuk membunuh putranya, meminta Çré Viñëu untuk Maöhurä 29
  • 54. menyembunyikan wujudNya yang berlengan empat dan megambil bentuk berlengan dua seperti bayi biasa. Mendengar permintaan Vasudeva dan Devaké, Kepribadian Tuhan bersedia mengambil wujud sebagai bayi biasa dan kemudian memerintahkan Vasudeva untuk membawa dan menyembunyikan diriNya di Vraja bhümi, di rumah Nanda Mahäräja. Beliau juga menjelaskan bahwa Vasudeva dan Devaké sudah menjadi orang tua Beliau beberapa kali di dalam penjelmaanNya sebelumnya. Sekarang Beliau memilih mereka kembali untuk menjadi orang tuaNya. Setelah Kåñëa mengambil wujud seperti bayi biasa, Vasudeva memutuskan untuk membawa bayinya ke Gokulaa, di seberang sungai Yamunä. Pada saat itu, atas aturan tenaga khayalan Kåñëa, semua penjaga pintu penjara dan penghuni istana tidur lelap. Rantai yang mengikat Vasudeva terbuka dengan sendirinya dan kemudian pintu penjara terbuka. Karena hujan yang deras, petir menggema, saat itu Ananta Deva memperbesar dan memperbanyak kepala padmaNya untuk memayungi Kåñëa yang sedang dibawa oleh Vasudeva. Dipancing oleh air hujan yang deras dan angin yang keras, sungai Yamunä kelihatan sangat ganas dengan gelembung -gelembung yang muncul di permukaannya yang kelihatan seperti air panas mendidih. Tetapi ketika Vasudeva menyeberangi sungai, setelah menyentuh kaki padma Çré Kåñëa, Yamunä membelah badan beliau menjadi dua bagian dan memberikan jalan kepada Vasudeva untuk lewat bagaikan lautan memberikan jalan kepada Çré Rämacandra untuk membuat jembatan ke Laìka. Ketika Vasudeva sampai di Gokulaa, di malam yang gelap, dia melihat semua penduduk Gokula sedang tidur lelap dan tidak ada seorang pun tahu kedatangannya ke Gokulaa secara menyelinap. Vasudeva langsung masuk ke rumah Nanda Mahäräja dan meletakkan putranya di dekat Yaçodä kemudian mengambil bayi perempuan yang baru lahir dari Yaçodä. Karena kelelahan melahirkan bayi, Yaçodä langsung tertidur sehingga tidak tahu apakah bayi yang lahir laki-laki atau perempuan. Jadi Yaçodä tidak menyadari bahwa bayinya sebenarnya di tukar oleh Vasudeva. Dalam hal ini, para Acarya menguraikan bahwa sebenarnya ibu Yaçodä melahirkan dua anak, satu putra dan satu putri. Tetapi karena tenaga khayalan Kåñëa, Vasudeva tidak melihat putra Yaçodä melainkan hanya melihat seorang bayi perempuan. Setelah Vasudeva menaruh Kåñëa di dekat Ibu Yaçodä dan mengambil bayi wanita, Väsudeva-Kåñëa masuk kedalam badan Våndävana-Kåñëa sehingga ketika ibu Yaçodä sadar, Beliau melihat hanya satu bayi laki- laki. Perjalanan Suci Di Tanah Vraja 30
  • 55. Kembali ke Penjara, Vasudeva menempatkan bayi perempuan itu di pangkuan Devaké. Kemudian segala sesuatu kembali seperti semula, pintu mulai terkunci dan rantai mulai mengikat Vasudeva seperti semula sehingga sepertinya semua kejadian ini tidak pernah terjadi di mata Kaàsa dan pengikutnya. Ketika para penjaga pintu gerbang penjara mendengar tangisan bayi dari dalam penjara, mereka berlari untuk menginformasikan hal ini kepada Kaàsa. Mendengar hal ini, Kaàsa yang sudah tidak sabar menunggu kelahiran bayi kedelapan dari Devaké mulai mengambil tindakan. Dia segera bangun dari singgasananya dan menuju ke penjara. Kaàsa berpikir, “Ini adalah käla, sang waktu, yang telah lahir untuk membunuhku namun sebelum itu aku akan menghabisiNya terlebih dahulu”. Dengan perasaan takut dan resah, Kaàsa masuk ke dalam penjara untuk menemui Devaké. Sebagai wanita yang tidak berdaya, Devaké memohon kepadaKaàsa untuk tidak membunuh bayinya yang kedelapan karena bayi yang lahir adalah seorang perempuan. Namun Kaàsa yang kejam tidak menghiraukan permintaan Devaké dan mengambil bayi dari tangan Devaké secara paksa. Dengan memegang kaki bayi tersebut, Kaàsa melemparkannya ke atas batu. Namun bayi yang merupakan Yogamäyä sendiri, terlepas dari tangan Kaàsa dan terbang ke atas kemudian muncul di langit dalam bentuk Dewi Durgä berlengan delapan yang memegang senjata di masing-masing tangannya. Durgä Devé bersabda, “Oh Kaàsa, kamu orang bodoh. Apa artinya bagimu bila kamu membunuhku. Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Çré Viñëu, yang merupakan musuh bebuyutanmu dan yang akan menghabisi nyawamu, telah lahir di suatu tempat di muka bumi ini. Karena itu jangan membunuh bayi-bayi yang tidak berdosa”. Setelah bersabda demikian Beliau menghilang dari pandangan Kaàsa. Mendengar kata-kata Durgä Devé, Kaàsa berpikir bahwa Durgä sebenarnya memihak pada dirinya. Karena dia memuja Durgä dan Çiva setiap saat, Kaàsa berpikir bahwa sekarang Durgä Devé telah berkarunia untuk memberitahukan bahwa Viñëu telah muncul di suatu tempat. Kaàsa kemudian mendekati Devaké dan Vasudeva. Kaàsa meminta maaf atas kekeliruan yang telah dia lakukan dan melepaskan mereka dari dalam penjara. Setelah ini, mengingat sabda Durgä Devé, Kaàsa mulai mengirim banyak raksasa untuk mengacaukan kurban suci yang dilakukan untuk Viñëu dan membunuh bayi yang lahir sepuluh hari dari hari tersebut. Maöhurä 31
  • 56. Di Gokulaa, karena mendapatkan seorang putra yang memiliki ciri ciri yang menakjubkan, yang lahir di hari yang sangat mujur, dengan rasa kasih sayang dan rasa cinta yang dalam kepada putranya, Nanda Mahäräja mengadakan festival besar di Gokulaa. Semua penduduk Gokulaa menikmati ketampanan bayi yang baru lahir itu. Sampai saat ini di India, khususnya para Vaisnava, merayakan hari kemunculan Kåñëa dengan sangat meriah yang di kenal dengan hari “Kåñëa jayanti” atau dikenal pula dengan nama “Kåñëa janmastami”. Çré Kåñëa Janmastami ki jay 2. Viçräm Ghat Tempat ini terletak di tepi sungai Yamunä di Maöhurä. Kita dapat mengunjungi tempat ini langsung dari Janmasthäna atau pada saat kita kembali dari Gokulaa. Ini tergantung pada waktu yang kita miliki. Bila waktu untuk darsan di Gokulaa dan Dauji mandir terlalu mepet, akan lebih baik bila kita mengunjungi Viçräm Ghat setelah datang dari Gokulaa. Tempat ini berada beberapa kilometer dari Janmasthäna. Setiap supir bus, supir taxi maupun kendaraan sewaan lokal mengetahui tempat ini. Gambar: tepi sungai Yamunä di Viçrama Ghat Perjalanan Suci Di Tanah Vraja 32
  • 57. Setelah Çré Kåñëa dan Çré Balaram membunuh Kaàsa di Kaàsa tila, mereka beristirahat di sini. Di sebutkan juga di dalam Purana bahwa setelah membunuh Hiraëyäkña, Çré Varähadeva beristirahat di sini. Viçräm ghat juga muncul di dalam Çré Caitanya Caritamrta, karya Çré Kåñëa Däsa Goswami. Diuraikan bahwa sebelum memasuki kota Maöhurä, Çré Caitanya Mahaprabhu mandi terlebih dahulu di tempat ini seperti yang telah diuraikan di dalam bab sebelumnya. Di tempat ini kita bisa darsan pada arca Çré-Çré Kåñëa Balaram. Di sini juga terdapat kuil yang dipersembahkan kepada Çrémati Yamunä Devé dan saudara Beliau, Yamaraj. Yamaraj dan Kalindi (Yamunä) adalah putra dan putri dewa Surya. Kita dapat beristirahat di sini sejenak dan menikmati sejuknya air sungai Yamunä dimana kaki padma Çré Hari, Kåñëa, yang diidam-idamkan oleh para yogi yang agung menyentuh air sungai ini setiap hari sambil bermain-main bersama para gopi dan gopa di Våndävana. Kita hendaknya memohon karunia dari Ibu Yamunä di sini dengan mandi di dalam badan Beliau dalam bentuk air. Dinyatakan bahwa Yamunä seratus kali lebih suci dari Gangga. Di dalam Varaha Purana, Çré Varahadev menguraikan keagungan Yamunä kepada Ibu pertiwi sebagai berikut, gaìgä çata-guëä proktä mäthure mama maëòale yamunä viçrutä Devé nätra käryä vicäraëä “Oh Dewi Pertiwi! seratus kali lebih suci dari sungai suci Ganga adalah Sungai Yamunä yang mengalir di tempat tinggalku yang abadi, Maöhurä. Tidak seorangpun perlu meragukan hal ini”. Jadi bila kita mandi di sungai Yamunä satu kali sama dengan mandi seratus kali di Sungai Ganga. Untuk itu hendaknya kita jangan menyia- nyiakan kesempatan untuk mandi di sungai suci Yamunä. Yamunä Devé Kijay. 3. Keçava gaudiya maöha Sebagai pengikut ISKCON, kita harus selalu merasa berhutang kepada H.D.G. Çréla Prabhupäda. Karena itu kita harus selalu berusaha melayani Maöhurä 33
  • 58. beliau dalam segala hal khususnya dalam menyebarkan kesadaran Kåñëa ke seluruh pelosok kota dan desa. Disamping itu kita harus selalu berusaha mengingat kegiatan beliau yang rohani yang tidak pernah tercemari oleh sifat-sifat alam material. Çré Keçava Gaudiya Maöha adalah tempat yang sangat bersejarah bagi kita di ISKCON karena H.D.G. A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupäda, pendiri dan acarya ISKCON menerima diksa sanyasi di tempat ini dari saudara seguru beliau, His Holiness Keçava Mahäräja. Di sini, Çré Çré Rädhä-Vinoda-Vihari ji di puja. Arca Çré Caitanya Mahäprabhu yang di puja adalah arca yang secara pribadi disumbangkan oleh Çréla Prabhupäda. Tempat-tempat lain yang mungkin di kunjungi di Maöhurä adalah: Ranga Bhümi (tempat dimana Kaàsa di bunuh oleh Kåñëa di atas bukit Kaàsa- tila, Rangesvar Mähädeva temple (Siva linga yang di puja oleh Kaàsa sebelum pentas gulat diadakan), dan juga Bhutesvar mandir. Perjalanan Suci Di Tanah Vraja 34
  • 59. Bab III Gokula Gokula adalah tempat di mana Nanda Mahäräja bertempat tinggal sebelum pindah ke Nanda-gaon. Tempat ini berada di seberang sungai Yamunä jika dari Maöhurä. Bila kita datang kemari dari Maöhurä, kita akan melewati jembatan yang sangat indah dan kita dapat melihat pemandangan sungai Yamunä yang mengalir dengan deras di bawah jembatan tersebut. Menurut Çréla Viçvanätha Cakravarté Thakur, di dalam buku beliau yang berjudul särärtha-darçini, dijelaskan bahwa sebelum pindah ke Gokula, Parjanya, kakek Çré Kåñëa dan para putranya termasuk Nanda Mahäräja, Upananda, beserta keluarga lainya pernah tinggal di Nandiçvara di Nanda-Gaon. Namun karena merasa takut terhadap raksasa Arisöäsura (raksasa yang mengambil wujud dalam bentuk sapi jantan), mereka pindah ke Gokula. Di sini mereka tinggal selama beberapa tahun sampai Kåñëa muncul sebagai anak Nanda Mahäräja dan Yaçodä mata. Tetapi setelah kemunculan Kåñëa, banyak raksasa yang menyerang Gokula dan berusaha membunuh Kåñëa. Untuk menghindari hal ini Upananda, kakak Nanda Mahäräja, salah satu orang yang dituakan di Gokula dan juga orang yang sangat terpelajar, karena rasa sayangnya kepada Kåñëa, ia menganjurkan agar mereka pindah dari Gokula sehingga Kåñëa tidak akan diganggu lagi oleh para raksasa. 35
  • 60. Sebenarnya Kåñëa sebagai paramätmä yang bersemayam di dalam hati setiap makhluk hidup, menyemangatkan Upanada dari dalam hatinya untuk menyampaikan ide ini kepada para Vrajavasi, karena Kåñëa berkeinginanuntukmenikmatitempat-tempatdiseberangsungaiYamunä seperti hutan Våndävana dan bukit Govardhan. Karena mereka masih merasa takut terhadap raksasa Aristasura, Upananda menganjurkan untuk pindah ke hutan Våndävana dimana para sapi bisa menikmati manisnya air sungai Yamunä dan rumput hijau dari bukit Govardhana. Saat itu mereka sempat tinggal di Chatikara (+ 6 km dari Våndävana) selama beberapa bulan. Dan setelah Kåñëa membunuh raksasa Aristasura, mereka memutuskan untuk kembali ke Nandéçvar di Nanda-gaon. Tempat-tempat di daerah Gokula: 1. Kuil utama di Gokula (Istana Nanda Mahäräja/Nanda Bhavan) Istana ini dibangun lima ribu tahun yang lalu ketika Nanda Mahäräja bertempat tinggal di sini. Ada 84 pilar yang menyangga bangunan ini. Dijelaskan bahwa 80 pilar dibangun oleh Visvakarma, arsitek para Dewa di surga dan yang empat lainya diciptakan oleh Dewa Brahma. Sebenarnya 84 pilar ini menunjukan 8.400.000 jenis kehidupan yang ada di alam semesta material. Jadi setiap pilar mewakili 100.000 jenis kehidupan di alam semesta material ini. Di dalam kuil kita bisa darsan pada arca Kåñëa yang sedang di ayunkan, Çré Balaräma ji, Nanda Mahäräja dan ibu Yaçodä. Beberapa informasi juga menyatakan bahwa Balaräma, kakak Çré Kåñëa dilahirkan oleh ibu Rohiné di sini. Balaräma pada awalnya berada di dalam kandungan ibu Devaké, tetapi atas kehendak Kåñëa, Beliau dipindahkan dari dalam kandungan ibu Devaké ke dalam kandungan Ibu Rohiné. Karena itu beliau juga di kenal dengan nama Saìkarñaëa (Beliau yang di pindahkan dari satu tempat ke tempat lain). Di dalam Çrémad Bhagävatam skanda sepuluh bab dua, Çré Kåñëa bersabda kepada Yoga maya sebagai berikut: devakyä jaöhare garbhaà çeñäkhyaà dhäma mämakam tat sannikåñya rohiëyä udare sanniveçaya Perjalanan Suci Di Tanah Vraja 36