Kompartementalisasi Unit Peternakan Ruminansia Pada Situasi Wabah PMK dan LSD - Bogor, 20-21 Maret 2023
6.53
KOMPARTEMENTALISASI UNIT
PETERNAKAN RUMINANSIA PADA
SITUASIWABAH PMK DAN LSD
Drh Tri Satya Putri Naipospos, MPhil, PhD
Komisi Ahli Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat
Veteriner dan Karantina Hewan
Tindak Lanjut Kompartementalisasi pada UPT, UPTD dan
Industri Perbibitan dan Produksi Ternak Ruminansia
Direktorat Kesehatan Hewan - Bogor. 20-21 Maret 2023
KOMPARTEMENTALISASI
• KOMPARTEMEN – Definisi WOAH adalah satu atau lebih perusahaan
peternakan di bawah suatu sistim manajemen biosekuriti umum yang berisi
subpopulasi hewan dengan status kesehatan berbeda yang berkaitan dengan
suatu penyakit tertentu atau penyakit-penyakit tertentu yang memerlukan
surveilans, pengendalian penyakit dan tindakan-tindakan biosekuriti yang
diterapkan untuk tujuan perdagangan internasional [catatan: dalam konteks
Indonesia untuk tujuan perdagangan dalam negeri] atau tujuan pengendalian
penyakit.
• Subpopulasi hewan tersebut dapat dipisahkan oleh:
• batas alam (natural barrier); ATAU
• batas geografis buatan (artificial geographical barrier); ATAU
• penerapan manajemen biosekuriti yang tepat.
7/1/20XX Pitch deck title 2
RENCANA BIOSEKURITI
7/1/20XX Pitch deck title 3
• KONSEP:
• ZONASI berlaku untuk subpopulasi hewan yang
didefinisikan terutama berdasarkan geografis;
• KOMPARTEMENTALISASI berlaku untuk subpopulasi
hewan yang didefinisikan terutama oleh manajemen
dan praktik budidaya yang terkait dengan biosekuriti.
• Dalam praktiknya, pertimbangan khusus dan manajemen
yang tepat, termasuk RENCANA BIOSEKURITI memiliki
peran penting dalam penerapan kedua konsep tersebut.
KONSEP KOMPARTEMENTALISASI
• Rencana biosekuriti mempertimbangkan:
• Peternakan dan unit fungsional lainnya yang membentuk kompartemen.
• Jalur yang menghubungkan komponen dalam kompartemen.
• Faktor-faktor epidemiologi, infrastruktur, surveilans.
• Sistim produksi dalam komponen kompartemen.
• Struktur dan distribusi populasi hewan.
• Tindakan-tindakan biosekuriti yang diberlakukan.
• Surveilans internal dan eksternal.
• Status kesehatan hewan di daerah yang berdekatan.
• Sistim manajemen biosekuriti untuk seluruh komponen kompartemen.
• Audit secara periodik.
7/1/20XX Pitch deck title 4
RENCANA BIOSEKURITI
• SOP untuk pengelolaan kompartemen dan untuk bereaksi terhadap
keadaan darurat (emergency).
• Pelatihan staf dan bagaimana menerapkan SOP ke dalam praktik
manajemen dan budidaya (husbandry practices).
• Sistim surveilans atau monitoring kepatuhan oleh staf.
• Rencana untuk melakukan reaksi jika terjadi keadaan darurat (rencana
kontinjensi):
• prosedur pelaporan – Otoritas veteriner
• Audit SOP sesuai dengan rencana biosekuriti dan sesuai dengan risiko
yang ada.
7/1/20XX Pitch deck title 5
SOP UNTUK KOMPARTEMENTALISASI
• Area-area di mana SOP perlu dikembangkan & diimplementasikan:
• Pengendalian pergerakan/lalu lintas hewan;
• Catatan/rekording kesehatan hewan;
• Pengendalian pergerakan manusia;
• Pengendalian atas pergerakan kendaraan dan peralatan;
• Keamanan sumber-sumber pakan dan air;
• Pelatihan personil;
• Hal-hal lain sesuai kebutuhan manajemen.
7/1/20XX Pitch deck title 6
PENULARAN LSD
7/1/20XX Pitch deck title 7
• Penularan virus LSD
terjadi terutama oleh
vektor insekta (kiri);
• Cara penularan lain
(kanan) dianggap
memainkan peran minor.
FAKTOR RISIKO PENYEBARAN LSD
• Faktor risiko yang terkait dengan penyebaran LSD termasuk iklim yang
hangat dan lembab, kondisi yang mendukung kelimpahan populasi vektor,
seperti yang terlihat setelah hujan musiman dan introduksi hewan baru ke
dalam kelompok.
• Besaran kelompok (herd size}, populasi vektor, jarak ke sungai/danau,
migrasi kelompok, transportasi hewan terinfeksi ke dalam wilayah bebas
penyakit, padang penggembalaan dan sumber air bersama, semuanya dapat
menigkatkan prevalensi penyakit (Gari et al., 2010; Ince et al., 2016; Sevik
& Dogan, 2017).
• Selain itu, arah dan kekuatan angin kemungkinan berkontribusi pada
penyebaran virus (Chihota et al., 2003; Rouby & Aboulsoud, 2016).
7/1/20XX Pitch deck title 8
SKEMA PERKEMBANGAN INFEKSI DAN KLINIS PMK
PADA INDIVIDU SAPI
Model dinamika PMK
diindikasikan dengan
huruf:
• S = rentan;
• L = laten;
• I1 = infeksi subklinis;
• I2 = subklinis-infeksi;
• I3 = infeksi klinis;
• C = klinis tetapi tidak
lagi infeksius; dan
• R = non-infeksius
klinis sembuh.
7/1/20XX Pitch deck title 9
Perkembangan penyakit
Perkembangan infeksi
Rentan
Rentan Laten Infeksius Non-infeksius sembuh
Inkubasi Klinis Klinis sembuh
Pendedahan efektif
Sumber: Cabezas A.H. et al., 2020.
PENULARAN PMK
• Penyebaran melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi adalah
metoda penyebaran yang paling penting.
• Hewan mengkontaminasi lingkungannya (pakan & air) dan kemampuan virus
untuk bertahan hidup dalam bahan kering seperti hay dan jerami dapat
mengarah penyebaran penyakit melalui cara ditelan (ingestion).
• Keberadaan virus dalam air susu induk sapi yang terinfeksi pada titer hingga
100,000 partikel per ml dapat menjadi sumber infeksi tidak langsung
lainnya.
• Hewan terinfeksi mengeluarkan volume aerosol infektif yang besar. Aerosol
infektif ini dapat tersebar oleh aliran angin dan air untuk jarak yang cukup
jauh hingga 100 km, di mana kelembaban relatif di atas 60-70%.
7/1/20XX Pitch deck title 10
PRASYARAT KOMPARTEMENTALISASI
• Otoritas veteriner yang kredibel
• Identifikasi dan penelusuran
• Surveilans
• Kapasitas diagnostik
• Catatan/dokumentasi
7/1/20XX Pitch deck title 11
PERAN OTORITAS VETERINER
• Otovet bertanggung jawab untuk sertifikasi dan jaminan.
• Otovet bertanggung jawab untuk infrastruktur nasional yang esensial:
• Dokter hewan pemerintah dalam jangkauan kompartemen;
• Infrastruktur laboratorium untuk pengujian sampel.
• Otovet mengawasi pembentukan dan manajemen kompartemen.
• Otovet memastikan surveilans nasional yang efektif dan memahami situasi
penyakit.
• Otovet membantu manajer kompartemen untuk menyusun rencana biosekuriti,
terutama menjelaskan faktor-faktor epidemiologis dan jalur-jalur risiko.
• Otovet mengaudit prosedur dan proses.
• Otovet membantu untuk mengkaji SOP.
7/1/20XX Pitch deck title 12
IDENTIFIKASI HEWAN DAN PENELUSURAN
• Wajib (mandatory).
• Direkomendasikan untuk penerapan per
individu daripada kelompok.
• Semua pergerakan/lalu lintas masuk dan
keluar harus disertifikasi oleh otoritas
veteriner dan harus dicatat di peternakan.
• Identifikasi individu hewan adalah kunci untuk
penerapan tindakan-tindakan biosekuriti.
7/1/20XX Pitch deck title 13
SURVEILANS
• Internal
• Menyediakan dasar (baseline) untuk status awal penyakit dari
kompartemen dan menelusuri perubahan dari waktu ke waktu.
• Eksternal
• Menyediakan dasar (baseline) untuk status penyakit dari lingkungan
di sekitarnya, khususnya unit epidemiologi yang dekat dengan
kompartemen dan menelusuri perubahan dari waktu ke waktu.
• Surveilans juga menyediakan dukungan tambahan dan dasar untuk
penyesuaian SOP secara bekelanjutan.
7/1/20XX Pitch deck title 14
LABORATORIUM DIAGNOSTIK
• Pengiriman sampel yang regular ke
laboratorium yang ditunjuk:
• menyediakan rekam jejak tidak
adanya penyakit.
• Konfirmasi hasil oleh laboratorium
nasional terakreditasi:
• meningkatkan kepercajaan diri pada
hasil laboratorium.
7/1/20XX Pitch deck title 15
DOKUMENTASI
• Menyediakan bukti tentang biosekuriti,
surveilans, penelusuran (traceability), dan bahwa
praktik-praktik manajemen diterapkan secara
efektif.
• Pergerakan/lalu lintas hewan, sumber pakan,
pergerakan kendaraan, catatan produksi,
kematian, kesakitan, uji laboratorium,
pengobatan, buku log pengunjung, obat-obatan.
• semuanya penting untuk evaluasi status
kompartemen, termasuk oleh mitra dagang.
7/1/20XX Pitch deck title 16
PERAN MANAJEMEN KOMPARTEMEN
• Kembangkan rencana biosekuriti dengan
bantuan Otoritas veteriner.
• Tingkatkan kesadaran dari pemilik dan para
pekerja terhadap prinsip-prinsip biosekuriti.
• Lapor secara cepat jika ada penyakit atau
kecurigaan terhadap penyakit ke Otovet.
• Manajemen biosekuriti pada semua
komponen dari kompartemen, dan
distandarisasi menggunakan SOP.
7/1/20XX Pitch deck title 17
STANDAR KOMPARTEMEN PMK
• Persyaratan yang harus dipenuhi selama 12 bulan terakhir:
• Kompartemen telah bebas infeksi virus (sero-surveilans);
• Vaksinasi terhadap PMK tidak diizinkan & hewan yang divaksinasi
dalam setahun terakhir tidak dapat dimasukkan ke dalam
kompartemen;
• Sistim identifikasi dan penelusuran telah tersedia.
• Untuk persetujuan awal, tidak ada kasus PMK (bahkan jika ada
subklinis pada hewan yang rentan) terjadi dalam jarak 10 km dari
kompartemen dalam 3 bulan terakhir:
• tidak dapat dipraktikkan di wilayah yang berada dalam jarak 10
km dari peternakan dengan kerbau liar.
7/1/20XX Pitch deck title 18
PROSPEK KOMPARTEMEN BEBAS PENYAKIT
• Tepat untuk sistim produksi intensif, misalnya
peternakan pejantan, peternakan sapi perah.
• Dengan pembatasan, misalnya untuk peternakan
sapi potong (feedlot) yang mengeluarkan sapi untuk
dibudidayakan.
• Tidak tepat untuk sistim produksi yang ekstensif.
• Didorong oleh industri (industry driven), di mana
peternak memimpin arah kompartementalisasi.
• Biasanya didorong oleh pasar (market driven), di
mana dibutuhkan ketrampilan dalam penjualan.
7/1/20XX Pitch deck title 19
APA KESULITAN PENANGANAN PMK DAN LSD?
• Peternak sapi/kerbau belum sepenuhnya meyakini vaksinasi sebagai alat
pengendalian penyakit dan bahkan tidak ingin hewannya divaksinasi.
• Sapi/kerbau yang diperdagangkan antar pulau, sapi/kerbau yang dijual di pasar
hewan, dan alat transportasi hewan adalah sumber penyebaran utama virus PMK ke
peternak baru.
• Vaksin LSD tidak tersedia cukup untuk semua sapi/kerbau yang berada di daerah
tertular.
• Terlalu banyak jenis vaksin PMK yang disediakan, tanpa memperhatikan efisiensi
vaksin terutama antara strain dan tingkat imunitas yang diharapkan.
• Peternak khawatir terjadi dampak samping vaksinasi berupa keguguran atau
penurunan produksi susu.
• Petugas lapang mengalami kesulitan dalam menangkap hewan atau kekurangan
tenaga kerja untuk melakukan vaksinasi.
7/1/20XX Pitch deck title 20
PENUTUP (1)
• Dalam situasi wabah LSD dan PMK, daerah-daerah endemik dan tertular pada
umumnya menjadi sasaran pembatasan pergerakan/lalu lintas hewan dan produk
hewan, sehingga tanpa manajemen yang ketat dan sistematis dalam hal masuk
ke dan keluar dari kompartemen akan dapat menjadi hambatan dalam
mempertahankan status kompartemen bebas penyakit hewan menular lainnya
atau bahkan dapat menimbulkan wabah baru di kompartemen.
• Keberadaan hewan carrier dan subklinis PMK menyebabkan kesulitan untuk
membuktikan bahwa baik hewan yang tidak divaksinasi atau divaksinasi benar-
benar tidak dimasukkan ke dalam suatu kompartemen. Bahkan virus dapat
bertahan hidup dalam orofaring beberapa hewan untuk jangka waktu lama
setelah sembuh (untuk sapi, virus dapat dideteksi hingga 2 tahun setelah
terpapar infeksi, pada domba sekitar 6 bulan).
7/1/20XX Pitch deck title 21
PENUTUP (2)
• Penularan LSD merupakan implikasi dari hewan hidup, baik secara alami, atau
“dibantu manusia” (human assisted), ditambah dengan “dibawa vektor” (vector-
borne), atau melalui kontak. Meskipun penularan via kontak tidak efektif,
arthropoda memainkan peran signifikan dalam penularan mekanis. Dalam situasi
wabah, tidak ada bukti yang konklusif mengenai cara penularan yang paling
dominan, sehingga secara ilmiah tidak dapat digunakan pendekatan
kompartemen bebas LSD. Dampak penularan LSD juga bisa menganggu
keberadaan kompartemen bebas penyakit hewan menular lainnya.
• Bagaimana menjelaskan jalur penularan LSD di Indonesia?
• Februari 2022 di Riau – Agustus 2022 di Jawa tengah – Desember 2022
di Jawa Timur – Januari 2023 di Sumsel – Februari 2023 di Kalteng –
Maret 2023 di Lampung dan Babel.
7/1/20XX Pitch deck title 22