1. Inquiry Kognitif
Teoriinquiry kognitifternyatabelajarmengenai problemsolving.Peserta
didikterlibatbaik dalammenciptakanteori-teoribaru ataumenciptakanteori
lamayangdikembangkanselama berabad-abadyangsangatmemotivasi
mereka.Mungkinhasilterbaik dalam pendekatan inquirikognitifuntuk belajaradalah
bahwa peserta didikbelajar tentangbelajar. Artinya, mereka mampumenerapkan
strategipenyelidikan untuksituasibaru
Instruksi berdasarkan teori kognitif adalah penyelidikan yang berpusat kepada
pelajar dan berbasis dari suatu permasalahan, sebagai kebalikannya berpusatdari
instruktur dan berbasis solusi. Modus dari hal tersebut adalah investigasi dan induktif.
Instruktur mengatakan, "di sini ada beberapa data. Apa pertanyaan muncul? bukan di sini
adalah aturan. Berikut adalah beberapa contoh dari aturan. Dari contoh akan memperkuat
pemahaman Anda tentang aturan. Instruktur yang menggunakan teori penyelidikan
kognitif memiliki beberapa tujuan dalam pikirannya, termasuk mengajarkan
keterampilan kepada peserta didik,yang terpenting adalah:
• Belajar aturan umum atau teori (konten)
• Mendapatkan aturan umum atau teori (proses)
• Mengetahui apa yang ingin ditanyakan di derivasi
• Pengujian dan membela teori berasal.
• Memprediksi efek af aturan turunan atau teori dalam kasus-kasus baru
Teori ini jugamengidentifikasi10strategiyangdigunakan dalammendukungtujuan.
Ini termasukmemilihcontoh ynag positifdan negatif,lalumenghasilkankasushipotetis, dan
membentukhipotesis, melakukan "penjebakan" kepada peserta didik didalamkesalahan
mereka dalam bernalar, danmempertanyakanotoritas.
Inquiry dalammengajaryang penting adalah untukkeefektifandalamstrukturkontrol
yangdigunakandalam instrukturuntuk mengelolapengalaman belajar.
Strukturkontrolterdiri dariempat bagianutama:
1. Kasuspemilihanstrategi, termasukmemprioritaskandanmelakukan peruntunan.
2. Satu set harapanprioritasyang membentuksebuah modeldari siswa,yaitu apa
cirikhas siswayang membawa pengalamanpembelajaran(learning)dalam halpengetahuan
sebelumnya.
3. Agendasequencing(peruntunan)kemajuan siswa dalam proses pembelajaran yaitu,
mengoreksisatu kesalahanmenggunakan logikapada suatu waktu tertentu.
2. 4. Seperangkataturan prioritasyang digunakandalam menentukanurutandi
manainstrukturhadir untuk membenahikesalahandan kelalaiandalam pemikiransiswa.
Collins dan teman-temantelahdibangun di atasteoripenyelidikanbelajaruntuk
mengembangkan aplikasiteoritis yang terkait, termasukkondisi kognisidankognitif(di
mana situasi pembelajaranyang terjaditermasuk dalam konteksdan
budayaaktivitasotentikyang terkaitpenting untukprosessbelajar).
Latar Belakang
Teori Kognitif inquiry dikembangkan pada akhir 1980-an oleh Allan Collins dan
Albert Stevens, yang ketat menganalisis dialog antara instruktur(pengajar) dan peserta
didik dalam menguasai interaksi mereka.Collins dan Stevens menggunakan
penelitiannya yang berasal dari tujuan, strategi, dan teori penyelidikan kognitif yaitu
teori deskriptif yang erat mereka amati. Pada suatu saat, teori itu bias preskriptif dalam
konteks nonexperts.
Penyelidikan kognitif adalah salah satu teori belajar yang lebih baru muncul, hal
itu didasarkan pada praktek pengajaran klasik yang menelusuri langkah awal mereka
untuk teori Socrates (filsuf Yunani, c.469-399 SM) yang menggunakan dialog atau
dialektika, Socrates menarik pengetahuan yang ada dari dalam peserta didik dengan
melakukan serangkaian pertanyaan dan memeriksajawaban mereka. Dengan cara
ini,secara efektif membimbing para pendengarnya untuk menemukan wawasan filosofis
dalam berbagai kondisi manusia (Plato, 1924)
Selama abad pertengahan, tercatat filsuf-teolog Peter Abelard (1079-1142) juga
menggunakan teknik dialectric berbasis pengajaran, yang dikembangkan dalam
risalahnya "Sic et Non" (yea and nay). Metode Abelard terdiri dari menempatkan posisi
pelajar dan melawan tesis yang pada prinsipnya menerangkan bahwa kebenaran yang
akan dicapai hanya dapat dengan diskusi dialektika argumen yang itu tampaknya
bertentangan.
Teori penyelidikan kognitif menemukan akar yang saat ini dalam penelitian
pendidikan berdasarkan pada premis bahwa peserta didik belajar dengan
melakukan(learning by doing). (Dewey, 1990; Vygotsky, 1978). Teori Permintaan
kognitif tidak cocok dengan obyektivisme atau konstruktivisme, dua kategori filosofis
3. dengan teori belajar yang sebagian besar diberi label (lihat bab 11). Sebenarnya,
penyelidikan kognitif efektif dikenal sebagai "konstruktivis" (di mana pembelajar
memberikansumber daya lingkungan belajar untuk membangun realitas mereka sendiri),
meskipun memiliki dasar-dasar yang kuat yang berhubungan dengan suatu sudut
pandang"objektivis" (di mana peserta didik diharapkan untuk mempelajari apa yang
dianggap kebenaran objektif)
Sebagian besar instruktur diamati oleh Collins dan Stevens yang beroperasi di
lingkungan pelajar pre-adult. Namun demikian, jelas bahwa tujuan, strategi dan struktur
yang didukung oleh teori penyelidikan kognitif berlaku di seluruh populasi pengetahuan
dan pembelajar (Collins & Stevens, 1989)
Perkembangan Baru Dalam Teori Belajar Kognitif
Collins terus menulis pada faktor-faktor lain yang mempengaruhi pembelajaran
yaitu bekerja sama dengan orang lain, (Pikirannya pada letak kognisi dan kognitif yang
dibahas dalam "Letak Kognisi dan Magang Kognitif" halaman 202). Perkembangan baru
dalam beberapa ajaran yang sama dengan teori pengajaran kognitif nya adalah
penyelidikan, dan dengan demikian juga dapat memberikan bimbingan untuk desainer
dan instruktur(pengajar) (Brown, Collins, & Duguid, 1989)
Pikiran Terus Bertanya Untuk Ingin Tahu
Jeritan slogan pemasaran sebuah surat kabar tabloid yang dijual terutama di tokotoko kelontong. Ini secara tidak sadar telah mengucapkan suatu kebenaran tentang
pelajar yang merupakan inti dari teori Collin pada pengajaran tentang penyelidikan
kognitif. Kita semua, sebagai instruktur(pengajar), dengan sungguh-sungguh bermimpi
memiliki peserta didik yang termotivasi bersemangat untuk belajar sebagaimana kita
ingin mengajar mereka. Kita tahu bahwa peserta didik yang memiliki rasa tertarik dan
penasaran adalah sukacita untuk mengajar. Bagaimana kemudian, jika sebuah Negara
menanykan kepada kita cara menanamkan bertanya tentang pikiran peserta didik ?
Sebuah pertanyaan yang lebih menantang adalah bagaimana mengajar peserta didik agar
sadar untuk mengasumsikan modus penyelidikan yang didorong untuk meningkatkan
efektivitas proses belajar mereka. Teori Inquiry kognitif Collin membantu menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang universal dengan menyediakan alat yang kita dapat
menggunakannya tidak hanya untuk merangsang peserta didik kami, tetapi juga untuk
4. mengajar mereka bagaimana untuk mengasumsikan pola pikir bertanya untuk
memecahkan masalah.
Singkatnya, teori penyelidikan kognitif pengajaran bergantung pada peserta didik
untuk membawa rasa ingin tahu yang alami, berbasis pengetahuan tambahan dari
pengalaman masa lalu, dan intuisi yang kuat. Pada gilirannya, instruktur(pengajar)
diharapkan tegas dalam merancang dan mengelola lingkungan belajar, sehingga pelajar
dapat menemukan skenario untuk memandu menemuan. Bersama-sama, seorang
instruktur(pengajar) menggunakan metode penyelidikan dan pelajar yang disertai dengan
sedikit rasa ingin tahu, pengalaman, dan intuisi dapat menciptakan sinergi belajar yang
dinamis. Kekuatan ini berasal dari campuran dalam meningkatkan dan mengasah
pendekatan alami pengelola rasa ingin tahu pelajar secara inquiry.
Kognitif Inquiry Dan Dipandu dengan Penemuan
Teknik Inquiry kognitif dapat digunakan secara efektif bersama-sama dengan
pendekatan "penemuan" untuk proses pembelajaran. Kedua metode menggunakan
paradigma penalaran induktif.
Metode Inquiry diawali dengan pertanyaan, berikutnya instruksi, biasanya
terstruktur dengan serangkaian pertanyaan tambahan yang akan membawa pelajar untuk
memahami jawaban atas pertanyaan awal. Dalam modus penemuan, pelajar tidak
disajikan dengan aturan umum setelah itu pelajar telah diharapkan menemukan hal itu
(Collinand stevens, 1989). Perbedaan antara kedua pendekatan adalah tingkat
keterlibatan instruktur(pengajar) dalam proses. Instruktur(pengajar) menggunakan
pendekatan inkuiri murni secara aktif akan membentuk proses dengan techniques
pertanyaan yang kompleks (dibahas dalam "mengajar strategi inqury" pada halaman
199). Instruktur(pengajar) menggunakan metode penemuan biasanya menggunakan
pendekatan yang kurang terstruktur, yang memungkinkan peserta didik kebebasan untuk
menemukan konten baru dengan cara mereka sendiri.
Sementara perbedaan di atas mungkin penting dalam membahas teori belajar
dengan berbagai teknik heuristik yang penyelidikan dan penemuannya berguna baik
bagi instruktur interaktif yang ingin menggerakkan peserta didik dalam pembelajaran
partisipatif dan bukan pasif.
5. Tujuan Mengajar Inquiry
Pengajar Inquiry berupaya untuk mencapai tujuan dalam mempersiapkan dan
melaksanakan sesi belajar mereka. Tujuan pertama adalah untuk mengajar peserta didik
tentang aturan umum atau teori-fokus konten. Tujuan kedua adalah untuk mengajar
peserta didik bagaimana memperoleh aturan umum atau teori-fokus proses (Collins dan
stevens, 1989).
Mengajar Aturan Umum Atau Teori
Contoh aturan umum atau teori adalah hubungan jarak dari suhu laut dan udara.
Dalam mengajar aturan umum atau teori, instruktur penyelidikan mempunyai dua subtujuan yang mendukung tujuan utama:
1. Mendeteksi dan memperbaiki hipotesis valid mengenai kasus instan.
2. Membuat prediksi dalam kasus-kasus baru.
Dalam mengajar tentang aturan atau teori, instruktur(pengajar) sering membuat
hipotesis yang valid dan kemudian mencoba untuk mendapatkan peserta didik yang
mampu mengenali dan kemudian memperbaikinya. Ketika pembelajar menghadapi
kesalahan mereka sendiri mengenai logika, mereka mungkin akan jatuh ke dalam
perangkap yang sama di kemudian hari. memberikan peserta didik dengan skenario yang
baru atau kasus memungkinkan mereka untuk menggunakan aturan yang berasal di awal
pelajaran untuk menangani masalah baru dalam meningkatnya kesulitan dan meminta
peserta didik untuk memprediksi jawaban mereka.
Mengajar dengan Cara Menurunkan Aturan Umum Atau Teori.
Subtujuan pengajaran yang mendukung tujuan utama adalah sebagai berikut:
1. Mencari dan mengajukan pertanyaan yang tepat
2.Menjelaskan sifat teori
3.Menguji aturan atau teori
4.Verbalisasi aturan turunan atau teori.
Mengajar peserta didik jenis yang tepat dimulai dari pertanyaan dimana tujuan
bertanya pada dasarnya merupakan suatu fungsi dari domain pengetahuan tertentu yang
akan diajarkan. Misalnya, ketika mengajar moralitas, aturan yang diturunkan dapat
dievaluasi dengan menanyakan seberapa adil perilaku mereka. Pertanyaan tentang efek
yang berbeda dalam hal input atau perubahan keadaan pada hasil yang tepat.
6. Untuk mengajarkan tentang menurunkan aturan atau teori, penting juga mendidik
peserta didik tentang berbagai bentuk dalam mengambil aturan. Sekali lagi, bentuk
tertentu tergantung pada domain pengetahuan.
Pengujian teori yang diperoleh adalah subtujuan penting dalam pengajaran tentang
bagaimana untuk mendapatkan teori. Menerapkan teori yang diturunkan ke dunia nyata
adalah salah satu cara ini bisa dilakukan.
Akhirnya, guru dalam melakukan penyelidikan bersusah payah untuk memiliki
aturan pembelajaran tentang tantangan yang berasal dari teori. Di sini, strategi otoritas
interogasi sangat penting.
Strategi Mengajar Inquiry
1. Memilih Contoh Positif dan negatif
Strategi ini digunakan terutama pada inti faktor relevan.Jenis positif adalah bentuk
di mana semua faktor memiliki nilai tertentu yang konsisten dengan variabel yang dicari.
Sebagai contoh, jika variabel yang dicari adalah pemimpin yang mendorong perilaku
yang diinginkan, maka jenis positifnya merupakan pemimpin yang mendorong dan
memberi penghargaan pada perilaku tersebut secara konsisten. Sementara perilaku
pengawasan negatif merupakan sikap yang sama sekali tidak memberikan faktor yang
relevan.
2. Memvariasikan Kasus Secara Sistematis
Strategi ini merupakan strategi yang baik untuk menyoroti faktor yang relevan
yang harus dikecualikan atau dipertimbangkan oleh siswa dalam penyelidikan. Guru
menghadirkan kasus yang bervariasi dari faktor-faktor yang relevan secara sistematik.
Sebagai contoh, ketika mengajar tentang motivasi, guru dapat menghadirkan kasus-kasus
perilaku motivasi yang bervariasi, seperti tipe dan manfaat.
3. Memilih Contoh yang Berlawanan
Strategi lain yang digunakan adalah memilih contoh yang berlawanan. Strategi ini
menuntut siswa untuk memperhatikan perbedaan dari faktor-faktor yang mempengaruhi
variabel di bawah pertimbangan.Contohnya, ketika siswa berdiskusi tentang pekerja
motivasi dan mengusulkan aturan tentang pengawas-pengawas yang dibutuhkan untuk
mengenal dan memberi penghargaan pada aksi yang diinginkan, guru kemudian memberi
contoh yang berlawanan dari pengawas yang terus-menerus memuji meskipun dengan
contoh-contoh yang sedikit dari aksi yang diinginkan. Guru kemudian bertanya kepada
7. siswa apakah kebiasaan ini akan menghasilkan pekerja yang termotivasi. Dengan
memberikan contoh yang berlawanan dapat mengilustrasikan ketidakcukupan dari faktor
yang diterima sendiri atau dapat mendemonstrasikan bahwa faktor yang diterima
merupakan faktor yang tidak penting.
4. Menggeneralisasikan Kasus secara Hipotesis
Strategi ini digunakan guru untuk melatih pemikiran siswa. Strategi ini menuntut
siswa untuk mempertimbangkan satu atau lebih faktor yang akan diterima. Sebagai
contoh, ketika pelajar berdiskusi peran dari keberadaan pemeriksaan dengan bawahan
sebagai alat memotivasi, guru dapat mengatur kasus ke kasus untuk membantu siswa
memisahkan faktor kritis pada pengadaan beberapa pemeriksaan. Satu kasus mungkin
pengawas akan mengadakan pemeriksaan di tempat umum, kemungkinan lain adalah di
mana pengawas memeriksa prestasi dari pekerja dan mengakhiri percakapan dengan
ringkas.
5. Membuat Hipotesis
Membuat siswa supaya membangkitkan kaidah-kaidah yang berkaitan dengan
faktor yang berbeda pada variabel dibawah diskusi merupakan strategi yang sangat
berguna pada pembelajaran inquiry.Hal ini merupakan langkah yang kritis diantara caracara pembelajaran pada lingkungan inquiry.Ketika kasus tertentu diperiksa, siswa dapat
terdorong untuk membuat perluasan yang diaplikasikan pada masing-masing kasus.
6. Menguji Hipotesis
Ketika hipotesis terbentuk, guru memberi dorongan pada siswa untuk
mengujinya.Pegujian ini seharusnya dilakukan secara sistematis supaya dapat
mengevaluasi bermacam-macam faktor yang dapat digunakan untuk merumuskan
masalah.
7. Memikirkan Alternatif Prediksi
Guru sering bertanya pada siswa untuk mempertimbangkan tingkat yang berbeda
dari nilai-nilai untuk faktor di bawah pertimbangan. Contohnya, ketika berdiskusi
tentang tujuan pengaturan sebagai alat yang memotivasi, faktor yang dipertimbangkan
mungkin adalah tingkatan yang mana pekerja mendukung tujuan tertentu. Guru dapat
meminta siswa untuk mempertimbangkan kondisi dari dukungan yang tinggi, medium,
dan lambat.
8. Menguji Siswa
Salah satu strategi paling menyenangkan dan efektif adalah mengizinkan
penyelidikan pada proses dengan jalur yang salah sampai kemudian siswa bertanya pada
8. guru hingga ia dapat menemukan dan dapat mengulangi langkah yang sama tanpa
terjebak oleh kesalahan sebelumnya. Cara lain untuk melakukan strategi ini adalah
mengambil pengamatan siswa, menjelaskan kaidah atau hipotesis yang benar kemudian
menyarankan contoh yang berlawanan yang dapat mendemonstrasikan kekurangan
kaidah tersebut.
9. Menelusuri Konsekuensi-konsekuensi
Ketika pelajar berdasar pada konsep yang salah, guru menggunakan pertanyaan
dan membolehkan siswa menelusuri akibat dari kesalahan konsep tersebut pada
kesimpulan.ketika siswa menemukan akibat dari adanya kesalahan tersebut, efeknya
mereka telah men”debug” teori itu. Mereka telah belajar dua hal: siswa belajar
mengevaluasi teori dengan menguji akibat-akibatnya, dan siswa akan tercegah dari
membuat kesalahan yang sama pada penyelidikan selanjutnya
10. Mempertanyakan Kekuasaan
Mempertanyakan kekuasaan pada siswa yang dilakukan oleh guru, mendorong
mereka untuk tidak melihat guru ataupun buku sebagai sesuatu yang benar, tetapi lebih
sebagai menerima kaidah-kaidah yang mereka uji sendiri dengan kepuasan mereka
sendiri.Hasil penting dari strategi ini adalah siswa belajar untuk berpikir dengan tepat
dan mempertanyakan faktor-faktor yang muncul kemudian.
Pengontrolan Dialog Inquiry
Proses inquiry menghabiskan waktu yang banyak, jika tidak diatur dengan efektif
oleh guru, tujuan yang diharapkan bisa saja tidak tercapai. Berikut beberapa strategi
yang dapat membantu proses inquiry
a. strategi memilih dan mengurutkan kasus dalam mendukung tujuan yang
ingin dicapai:
1. memilih kasus dari yang sederhana sampai kasus yang rumit
2. memilih kasus dari yang abstrak hingga yang konkrit
3. memilih dari yang lebih penting dan lebih sering ditemukan sampai yang
sedikit penting dan jarang ditemukan
Pada semua kasus, strategi-strategi ini mengubah siswa dari yang memiliki sedikit
pengalaman hingga menemukan kaidah ataupun teori yang belum mereka temukan
sebelumnya, hal ini merupakan salah satu tujuan terpenting dari pengajaran inquiry.
b. membangun siswa dengan model priori
9. supaya lebih efektif, guru seharusnya tidak hanya mempunyai gambaran lengkap
tentang tingkat pengalaman dan pengetahuan siswa sebelumnya, tetapi juga kemampuan
mengukur dan mengubah cara siswa belajar berdasarkan respon pada pertanyaanpertanyaan yang diajukan selama proses inkuiri. Guru yang terampil dapat mengarahkan
pelajar ke tepi dasar pengalamannya secara strategis, di mana informasi baru dapat
ditemukan dan dimasukkan.
c. pengaturan dan Pemeliharaan Agenda Pembelajaran
selama proses pembelajaran inquiry, guru dapat menemukan bahwa siswa bekerja
di bawah kesalahan atau kelalaian dalam proses pemikiran. Karena kesalahan ini hanya
dapat dihilangkan satu per satu, guru membutuhkan waktu yang diprioritaskan untuk
mengurus kesalahan pemikiran ini.
Langkah-langkah dalam meluruskan proses inkuiri :
1. mendahulukan untuk membenarkan error sebelum membenarkan kelalaian,
sebab error lebih rumit dibandingkan dengan kelalaian
2. membenarkan langkah sebelumnya, sebelum langkah selanjutnya, untuk
meluruskan
urutan yang rasional.
3. menyediakan pembenaran dengan langkah yang lebih pendek, supaya lebih
mudah untuk diselesaikan sehingga hanya membutuhkan waktu yang singkat
4. mendahulukan untuk membenarkan faktor yang lebih penting daripada faktor
yang
kurang penting
Peletakkan Kesadaran (Keadaan Kognitif) dan Teori Pembelajaran
Allan Collins, yang berkolaborasi dengan lainnya, telah melanjutkan untuk
meneliti pengaruh bermacam factor eksternal pada teori proses pembelajaran. Tinjauan
dari tulisan terbarunya mengusulkan bahwa ia terutama focus pada penelitian
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mendesain lingkungan pembelajaran yang
efektif di sekolah dasar, menengah, dan perkuliahan (Brown et al., 1989). Meski
demikian, penemuannya dapat di terapkan pada lingkungan pembelajaran orang dewasa,
termasuk kelompok kursus pelatihan.
Penelitiannya tentang peletakkan kesadaran dan teori belajar berguna untuk meluaskan
pandangan pendidik pada pembelajaran termasuk factor terhadapnya pada kelas
tradisional. Pada banyak contoh, pelatihan kerja telah menggunakan peletakkan
10. kesadaran (dengan melatih orang pada keadaan kerja yang sesungguhnya) dan teori
belajar (dengan meletakkan orang baru dengan ahli untuk bekerja berdampingan).
Peletakkan Kesadaran (Keadaan Kognitif)
Collins menantang pendidik tradisional untuk bergerak terhadap pengajaran ilmu
sederhana untuk mencakup dimana dan bagaimana ilmu itu digunakan. Beserta dengan
yang lain (Peters, 1987), ia mengkritisi sekolah traditional yang memisahkan ilmu dari
konteks dimana ilmu itu akan digunakan, lalu lambatnya kemajuan si belajar. Ia
menyarankan bahwa aktivitas dan kondisi selaras dengan pembelajaran dan kesadaran. Ia
mendasarkan pemikirannya pada penelitian teori tentang cara si belajar memperolah ilmu
paling efektif. Ia memulai dengan membandingkan metode sekolah tradisional yang
biasanya digunakan untuk mengajar perbendaharaan kata dihubungkan dengan cara
bagaimana anak belajar arti kata di luar sekolah dalam situasi yang sebenarnya (Miller &
Gildea, 1987;Lave, 1988b). Ia lalu menyamakan bahasa pada semua pengetahuan.
Akhirnya, dengan mempertimbangkan pengetahuan sebagai alat, ia membuat analogi:
Banyak orang mendapatkan alat, tapi belum tahu bagaimana menggunakannya karena
mereka tidak diterapkan pada konteks dunia nyata dimana meraka digunakan secara
nyata.
Collins menyatakan dengan tegas bahwa praktisi dari kemampuan istimewa
membentuk komunitas pada kondisi social penuh dan rasa kebudayaan.. Lalu proses
mendapatkan kemampuan yang dibutuhkan untuk menjadi anggota komunitas ini perlu
juga memasukkan pembudayaan yang mengidentifikasi layaknya anggota komunitas asli,
mampu menunjukkan tugas asli seperti yang dilakukan anggota asli. Pada arti
sebenarnya, kemudian, pembelajaran yang efektif tidak hanya mendapatkan hukum
pengetahuan, tetapi melakukan pula di lingkungan sekitar tertentu yang menunjukkan
aktivitas sesungguhnya (Lave, 1988a).
Teori Pembelajaran
Collins membangun idenya tentang peletakkan kesadaran dan tugas otentik untuk
membuat medel teori kognitif yang lain. Sekali lagi, ia berkolaborasi dengan orang lain,
menuju pada ide masa lampau tentang metode mengajar efektif. Seperti teori inquiry
kognitifnya yang mempunyai dasar dialog klasik Socratic, ia memfokuskan pada
keahlian pembelajaran, suatu cara untuk melatih pemula dari zaman pertengahan dan
baru-baru ini, layaknya dasar sebagaimana membangun model belajar(Collins, Brown, &
11. Newman, 1989). Akan tetapi, teori pembelajaran Collins sangat berbeda dari bentuk
tradisional dari keahlian pembelajaran yang mengenalkan kebanyakan masyarakat
sekarang membutuhkan kemampuan adalah cukup berbeda dari kemampuan berorientasi
klasik fisik dimana mereka melibatkan kontibusi besar dari symbol dan aktivitas dasar
computer. Model Collins menjelaskan lingkungan pembelajaran ideal yang terdiri dari
empat fondasi : isi, metode, rangkaian, dan ilmu masyarakat.
Secara tradisional, isi dipelajari terdiri dari konsep, fakta, dan prosedur. Collins
menambah beberapa hal di atas : tips dan trik dari keterampilan, strategi managemen
kognitif, seperti pengaturan tujuan, strategi perencanaan, pemantauan, penilaian, dan
pembenahan. Di samping itu, Collins memasukkan strategi belajar ke dalam syarat
konten. Strategi ini termasuk mengetahui bagaimana cara belajar, terutama pada
lingkungan baru; pencarian lebih banyak pengetahuan pada objek yang sudah dikenali;
dan penataan ulang pengetahuan dengan jalan yang berbeda. Definisi konten ini
memperkenankan si belajar untuk berfungsi efektif tanpa terpengaruh aturan.
Model Collins termasuk bermacam metode mengajar, menekankan pada
pengamatan, penarikan, atau menemukan kebiasaan ahli pada konteks. Semua metode
yang disarankan mendorong kemandiran dan penjelajahan si belajar. Instruktur
menyediakan si belajar dengan “scaffolding”(alat bantu tugas), dan
“fading”(memperkenankan siswa mengontrol belajar mereka secara bertahap).
Perangkaian juga termasuk bagian terpenting dari pembelajaran pada model teori
pembelajaran. Tujuannya adalah performa yang bagus, dan untuk menggerakkan si
belajar pada level perangkaian dari tugas yang sederhana ke kompleks, dan keadaan
tunggal menuju yang lebih bermacam. Instruktur juga mengatur proses belajar untuk
memberikan si belajar perasaan secara keseluruhan sebelum memasuki hal yang lebih
rinci.
Syarat kunci dari aturan Collins adalah lingkungan belajar meniru dunia nyata
dalam hal teknologi, social, waktu, dan aspek motivasi.Itu bukan sekedar pengetahuan,
tapi juga konteks social dunia nyata dimana keberadaan pengetahuan sangatlah penting
(Resnick, 1988).Contohnya, pada kehidupan nyata, tugas harus diselesaikan melalui
pemecahan masalah melalui interaksi dengan orang lain, sehingga aspek ini perlu
siterapkan dalam lingkungan belajar.
Sebuah sekolah di Colorado, AS, dapat dijadikan contoh mengenai penerapan
dunia nyata dalam teori pembelajaran. Sebuah program, empat semester, 11 jam kredit,
mempelajari beberapa kemampuan dasar teknik, tapi dalam konteks kerja proyek. Si
12. belajar bekerja dalam tim yang terdiri dari empat sampai lima orang umtuk
menyelesaikan masalah dalam kehidupan nyata, dan praktik langsung pada industry dan
pemerintahan. Proyek sesungguhnya juga menyediakan konteks dimana siswa belajar
dan mempraktekkan secara lisan dan tertulis tentang teknik komunkasi dan kerja sama.
Berdasar pada fakta kualitatif dan kuantitatif, program ini berefek positif pada
kemampuan si belajar untuk belajar dan bekerja pada lingkungan nyata dan pengalaman
langsung dimana mereka harus membuat pengetahuan dan pemahaman sendiri, lebih dari
sekedar menggantungkan diri pada orang lain ataupun ceramah perkuliahan (Pavelich,
Olds, & Miller, 1994).
Penggunaan Terbaik
Salah satu kekuatan teory kognitif inquiry adalah alat mengajar yang berkekuatan
menguraikan suatu pengetahuan. Para ahli yang dipelajari Collins and Stevens
menggunakan metode pengamatan (inquiry) dan penjelajahan (discovery) dalam
mengajar beragam bidang studi dalam cakupan aritmatik dan geografi untuk
pembelajaran moral dan peneyelesaian masalah. Metode inquiry efektif terutama
pengajaran tentang hubungan sebab-akibat.Karakteristk ini bertanggung jawab pada
penggunaan yang lebih luas pada pengajaran bidang ilmiah. Keseluruhan dasar maupun
tambahan ilmu lmiah dan kurikulum pembelajaran social dibangun berdasar metode
pengajaran berbasis teori kognitif inquiry. Tindakan dari inquiry terhadap hubungan
sebab-akibat merupakan pemikiran paling efektif. Pertanyaan keahlian secara hati-hati,
membentuk dialog yang efektif antara instuktur-si belajar, dapat digunakan dalam
pencarian pembelajaran ranah non-ilmiah seperti kepemimpinan, kerjasama kelompok,
kemampuan managerial, pemasaran dan penjualan, keuangan, pemeliharaan dan
keamanan, pengembangan produk, dan pelatihan peningkatan kemampuan.
Faktanya, menggunakan metode inquiry dalam untuk mengajar orang dewasa
bagaimana cara memecahkan masalah sangat efektif dalam pelatihan lngkungan kerja.
Setelah itu, pada dumia kerja dimana pegawai dan manager terus menerus diharapkan
untuk menyelesaikan masalah menggunakan tambahan pengalaman dan keahlian
mereka.Karena pembelajaran metode inquiry cenderung untuk diingat lebih lama
daripada subjek yang dipelajari secara terdidik, metode ini dapat digunakan dengan baik
untuk mengajar pentransferan kemampuan yang sangat penting. Contoh klasik dari
penggunaan ini dalam pengajaran operator nuklir untuk menggunakan variable operasi
mereka dalam memilih metodologi dalam penanganan situasai darurat.
13. Terdapat sedikitnya empat pemikiran yang harus disadari dalam aplikasi teknik
inquiry.Pertama, semanjur apapun meode inquiry, mereka tidak dapat berdiri sendiri
sebagai alat pengajaran. Metode instruksi lain perlu digunakan sebagai penghubung
dengan inquiry, seperti pengorganisasian lanjut, demonstrasi, dan perkuliahan. Proses
inquiri membutuhkan konteks isi dan latar belakang pengetahuan dimana dengannya bisa
terjadi. Kedua, proses inquiry dipertimbangkan kurang efektif dalam hubungan dengan
waktu ketimbang metode penjelasan langsung. Proses ini butuh waktu banyak bagi si
belajar untuk mengejar pemikiran yang berhubungan, menemukan dan mencocokkan
kontradiksi logis dalam alasan mereka, dan akhirnya mengambil aturan atau teori yang
dipikirkan. Tentu saja, pemikiran secara hati-hati tentang scenario dari inquiry dan
pengaplikasian rangkaian pertanyaan dapat sedikit mempersingkat proses. Ketiga,
sumber fisik untuk menemani dan mendukung proses inquiry bisa menjadi luas, terutama
ketika dibutuhkan suatu percobaan. Akhirnya pendugaan rangkaian pertanyaan tanpa
putus menjadi melelahkan bahkan pada si belajar dengan rasa ingin tahu tinggi, terutama
pada pembelajaran orang dewasa dimana pendekatan pragmatis lebih berguna.
Metode berdasar teori kognitif inquiry paling baik digunakan ketika:
a. Meningkatkan kemampuan berpikir, di samping pengetahuan materi dibutuhkan.
b. Waktu dan sumber yang cukup, termasuk kemampuan instruktur pada metode
inquiry tersedia.
c. Si belajar mempunyai latar belakang yang diinginkan dan pengetahuan yang lebh
prioritas berdasar ranah yang dipikirkan.
d.
Ketegasan untuk Menggunakan Metode Teori Inquiry
Untuk memutuskan apakah untuk menggunaka kognitif inquiry pada aktivitas
pembelajaran, designer instruksi sebaiknya menjawab pertanyaan pada table di bawah
ketika membutuhkan analisa. Jika jawaban positif, teori kognitif inquiry merupakan
metode efektif dalam desain istruksional.
Pertanyaan Analisis
Apakah kamu mau si belajar belajar untuk diri mereka
sendiri? Apakah mereka nyaman dengan cara belajar
individual?
Apakah si belajar butuh kemampuan berpikir untuk
mencapai keberhaslan proses inquiry?
Iya
Tidak
14. Apakah si belajar mengutamakan pengalaman dan
pengetahuan berdasar persiapan mereka pada proses
inquiry dengan memperhatikan teori?
Apakah instruksi mengijinkan kebutuhan waktu dalam
proses pengajaran waktu?
Apakah ada akses pada sumber yang dbutuhkan untuk
mendukung proses inquiry?
10.1 Tabel Penegasan Teori Inquiry
Desain pembelajaran berdasar teori inquiry sangat menantang karena rangkaian
yang teliti, dan memang, ketepatan pengajaran inquiry bergantung pada fasilitas
instruktur pada metode ini dan kemajuan si belajar terhadap tujuan.Lalu, aturan keras
pada aktivitas belajar tidak bisa dibentuk.
Keberhasilan pengalaman pembelajaran berdasar metode inquiry membutuhkan
pendekatan antara desainer instruksional dan instruktur itu sendiri. Hal ini dapat
dijangkau dengan baik dengan menyediakan konteks yang banyak dari materi bidang
studi:
a. Bimbingan khusus pada aturan dan teori yang dipelajari
b. Variable yang digunakan dalam pembentukan aturan
c. Factor yang dapat mempengaruhi nilai variable
d. Penyampaian kasus yang banyak-hipotesis dan sebaliknya-dan rangkaian yang di
sarankan
e. Bermacam contoh tandingan yang instruktur dapat pada pembmbngan proses
inquiry.
Tantangan pada desainer adalah dalam berpikir melalui proses inquiry untuk melihat
bagian penting aturan dari awal hingga akhir dan untuk menyediakan instruktur dengan
mater yang dibutuhkan untuk mencapa tujuan pembelajaran pada suatu bagian.
Contoh Tindakan
Mari lihat contoh instruktur inquiry menggunakan strategi inquiry untuk
mengajar orang dewasa secara interacktif tentang pembentukan kelompok.Ia
menunjukkan sebuah video yang menggambarkan sebuah tim yang berjuang melawan
kegagalan, kemudian menunjukkan kelompuk yang sama sebagai organisasi yang baik
dan mempunyai fungsi yang maksimal, unit yang sukses. Sebelum menunjukkan video,
15. ia menyuruh kelas untuk membuat daftar kebiasaan khusus berdasar pada pengamatan
mereka sebagaimana mereka melihat kedua scenario. Ia memulai proses inquiry:
Inquiry Instructor (II): Kalian semua telah membuat daftar panjang dari kebiasaan
kelompok dari video. Dapatkah kita memulai untuk membuat komentar tentang
kebiasaan yang membentuk kedua situasi kelompok?
Class Member (CM) : Tentu saja. Keberhasilan kelompok ditentukan komunkasi yang
baik satu sama lain. Tidak ada yang berkomunikas dengan tim lain.
II : OK. Ada yang berpendapat mengapa hal itu bisa terjadi?
CM : Mungkin kelompok yang dapat berkomunikasi dengan baik dapat bertahan lama.
Mereka saling memahami.
II : Coba lihat factor waktu terhadap kebersamaan suatu kelompok. Berapa banyak yang
kamu tahu tentang penyajian kelompok yang telah bertahan lama, dan masih mempunyai
masalah komunikasi?
CM : Saya tentu punya. Kebersamaan waktu hanyalah satu factor. Masih banyak factor
lain.
II : Dapatkah kalian mengidentifikasi factor lain yang kelihatannya dapat menyebabkan
komunikas yang baik antar anggota kelompok?
CM : Bagamana tentang ini? Keberhasilan anggota kelompok dilihat dari rasa
mempunyai tujuan yang mereka komitmenkan bersama. Kelompok lan mempunyai
perbedaan pendapat tentang tujuan mereka.
II : Betul, mari ambil perkiraan kasus tentang kelompok yang hanya bertahan dalam
waktu singkat, tetap mereka satupemikiran dalam tujuan. Apakah menurut kamu
kelompok ini mempunya kemungkinan untuk berhasil?
CM : Ya. Itu seperti terlihat bahwa waktu kebersamaan begitu penting, tap komitmen
pada suatu tujuan lebih penting.
II : Bagaimana pemikiran lain tentang aturan ini?
Dan berlangsunglah proses inquiry. Dengan segera si belajar di peroleh dan
diutamakan dengan daftar aturan penting yang berpengaruh pada kebiasaan tim yang
efektif. Selanjutnya, mereka akan menggunaka aturan yang diperoleh untuk
mengembangkan proses pembentukan tim. Saat dialog, instruktur inquiry harus
berpikiran pada tujuannya tentang membelajarkan si belajar aturan khusus tentang
pembentukan tim, dan pada waktu yang bersamaan dia mengajar kemampuan mereka
tentang bagaimana berpikir sistematis pada cara memperoleh aturan berdasar percobaan.
16. Strategi yang digunakan oleh instruktur inquiry : Pertama, dia menggunakan
video untuk menunjukkan positif dan negative suatu bagian; lalu ia memvariasi masalah
secara sistematis untuk memaksa kelas untuk melihat factor variable. Ia juga
mengenalkan hipotesis masalah untuk membuat mereka menilai hubungan penting satu
factor dengan factor lain. Jika anggota kelas telah membawa kebiasaan mengamati
dengan cara yang berbeda, instruktur inquiry akan menggunakan kemampuannya dalam
mengontrol dialog inquiry untuk menyesuaikan acara dengan tujuan yang ingn dicapai.
Ia akan memilih masalah dengan factor yang berbeda untuk membantu si belajar menilai
pengaruh yang kuat terhadap factor ini pada proses pembentukan tim.
Pedoman Penerapan
Langkah Desain Instruksi
1
Buat daftar aturan atau teori yang kamu inginkan dalam mengajar
2
Identifikasi masalah realistis dan merangsang si belajar umtuk bekerja
padanya dimana memperkenankan mereka mendapatkan aturan atau teori.
3
Khususkan aktivitas inquiry dimana si belajar dapat mengadakan pencarian
aturan atau teori.
4
Buat daftar factor yang mempengaruhi nilai dari variable yang dipikirkan
5
Kembangkan scenario dan masalah yang cukup bervariasi dan
penggabungan factor untuk mengatur kemajuan si belajar secara efektif
ketika dialog.
6
Kembangkan contoh yang bertentangan yang membantu si belajar
mengidentifikasi factor tepat yang berpengaruh kuat terhadap harga
variable.
7
Kembangkan hipotesis masalah yang merangsang si belajar untuk
memikirkan ranah dari faktor