Dokumen tersebut membahas pentingnya etika komunikasi dalam dunia digital. Beberapa poin pentingnya adalah menjaga netralitas aparatur pemerintah, mempertajam intuisi kewaspadaan terhadap informasi online, serta menganalisis enam komponen komunikasi untuk mencegah penyebaran berita palsu.
4. masyarakat bisa menggunakan informasi kredibel untuk
mengambil keputusan (informed consent).
Membantu pengguna mendapat pertimbangan/informasi
yang diperlukan agar bisa ambil bagian dalam menciptakan
komunitas yang baik
Mendorong penciptaan komunikasi terbuka agar ada
transparansi & akuntabilitas untuk mencegah konflik
kepentingan & korupsi
Mengembangkah pemahaman bersama: meningkatkan
integrasi sosial, solidaritas dan pembentukan identitas diri.
5. NETRALITAS
APARATURPEMERINTAH
• DAPAT MEMBENTUK KEADABAN PUBLIK
>> TERCIPTA BILA APARATUR PEMERINTAH
BERSIKAP NETRAL
• TIDAK BOLEH CONDONG KE PARTAI POLITIK,
KELOMPOK /SUKU TERTENTU
termasuk mencegah pemberian komentar like, comment,
love,agree, thumb up, share
• MENGGUNAKAN MEDIA DIGITAL UNTUK
PENGEMBANGAN PELAYANAN PUBLIK
(BERORIENTASI PELAYANAN)
8. Menjaga
Keseimbangan antara
kebebasan berekspresi
& tanggung jawab
• Menjaga netralitas
aparatur pemerintah
• Mempertajam intuisi
kewaspadaan (alarming
intuition) di internet
Dalam dunia Digital
Rentan
penyalahggunaan &
peretasan
• Data pribadi,
kelompok, organisasi,
(serangan phising,
carding, ransomware,
SIM Swap)
9. Mengingatkan
tanggung-jawab
pembuat konten
medsos di dua dunia:
fisik & maya
• Mencegah dampak
negatif terhadap
psikologi pengguna
• Hanya mengunggah
informasi berkualitas/etis
• Kebohongan jadi biasa
tanpa implikasi moral
• Obsesi viral tapi tak
bermoral.
Menghindari
pencitraan demi
insentif instan (like,
love, etc).
Menghindari Situs
‘darknet’:
• Pornografi, jual-beli
narkoba, prostitusi,
pedofilia, perdagangan
manusia
14. Kendali informasi dipegang oleh
netizen yang tidak tunduk ke
deontologi jurnalisme
sehingga lemah dalam verifikasi,
independensi & akuntabilitas.
MEDIASOSIAL
INFORMASI
18. LIMAPERT
ANY
AANAGARPEDULIETIKA
Apakah saya peduli terhadap reputasi/kebaikan pihak lain?
Apakah saya memperlakukan orang sebagai tujuan dalam hak-haknya,
bukan hanya menjadikan objek konten?
Apakah mereka yang diuntungkan lebih banyak dari pada yang
dirugikan?
Apakah kegiatan saya di medsos mengarah ke kebaikan masyarakat,
membangun nilai, dan menciptakan harmoni masyarakat?
Apakah orang-orang yang ada dalam situasi paling tersingkir atau korban
mendapatkan sesuatu dari unggahan gambar atau informasi saya?
21. Apa yang seharusnya saya lakukan ketika membuat
konten, membagikan dan menggunakan media sosial?
Apa batas-batas tindakan saya dalam penggunaan media
sosial?
Siapa diuntungkan/dirugikan dalam kegiatan atau
tindakan saya di media sosial?
Nilai apa yang saya perjuangkan dalam aktivitas saya
di medsos?
24. “Orang yang sudah divaksin menunjukkan
gelombang bluetooth. Bagi yang sudah di vaksin
coba di tes. Caranya, jauhkan seluler/jaringan
sekitar yang ada jaringan bluetooth kemudian
nyalakan browsing bluetooth. Jika muncul
angka^kode itu adalah kode vaksin Anda.
Selamat bagi Yang sudah di vaksin, Anda jadi mayat
hidup yang terkoneksi dengan signal 5G yang
dikendalikan oleh Zionis serta pemerintah RRC.”
CONTOHINFORMASIYANGDICURIGAIHOAX
37. Menolak untuk melakukan verifikasi fakta dan tidak peduli perbedaan
fakta-opini
1
Rasa penasaran membuat haus berita sehingga mudah menelan hoax,
yang dipicu oleh FOMO (Fear of Missing Out)
Hanya mau menerima berita yang sesuai dengan ideologinya (Ilusi Muller-Lyer)
Echo Chamber: gagasan anggota kelompok menggema berulang2 di telinga
sesama (ideologi) anggota komunitas sehingga memperteguh keyakinan ->
membuat tidak terbuka lagi terhadap gagasan pihak lain
Bahasa tidak mengacu ke kebenaran: berbohong dan tidak menimbulkan rasa
bersalah
Jurnalisme yang dilakukan warga tidak memperdulikankan deontologi
jurnalisme
2
3
4
5
6
39. 1
2
3
4
Bagi pihak yang anti-pemerintah informasi
semacam itu menguntungkan
Kelompok-kelompok yang tidak suka dengan etnis
tertentu mendapatkan semacam alasan untuk semakin
mengobarkan kebencian
Kelompok-kelompok yang menganggap Covid-19
sebagai ‘konspirasi’ semakin mendapat alasan untuk
membenarkan pendapat mereka
Kelompok-kelompok anti-vaksin memperoleh bahan
untuk mengobarkan keresahan/ketakutan agar terus
menolak vaksinasi.
41. VERIFIKASI FAKTA : www.fullfact.org
PECAHKAN FILTER BUBBLE KITA UNTUK
BERANI MELIHAT PERSPEKTIF LAIN!
CEK KEMBALI. APAKAH MEDIA ARUS
UTAMA MEMBERITAKANNYA ?
1
2
3
4
PERIKSA INFORMASI DENGAN ANALISIS
ENAM KOMPONEN KOMUNIKASINYA
43. Merasa lebih bebas melakukan
apa saja di internet tanpa
hambatan. Seolah Internet
adalah ruang tanpa otoritas,
status sosial, norma, dan moral.
ODE (ONLINE
DISINHIBITION EFFECT)
FOMO (FEAR OF
MISSING OUT)
MOTIVASI
UNGGAHAN KONTEN
Merasakan takut berlebihan
akan ketinggalan bila tidak
mengikuti perkembangan
informasi melalui gadgetnya
Intinya mendapatkan love,
share, like, mengutamakan
viral.> Kualitas dan etis
dikesampingkan.
ALARMING
INTUITION
Lemahnya intuisi
kewaspadaan di internet
sehingga rentan sekali
untuk mudah dalam
meyakini sesuatu.
45. ILUSIMULLER-LYER
Ilusi Muller-Lyer, dua proses kognitif dalam menilai/memecahkan
masalah:
1. “melihat bahwa…” →berpikir intuitif (otomatis): intuisi bisa dorong ,
berpikir “mengapa”, tapi tidak tergantung pada penalaran.
2. “berpikir mengapa…” →tidak otomatis, orang harus sadar betul
A B
46. Teknik-Teknik Provokatif Media Sosial
Teknik-teknik agresif yang merugikan pihak lain
Dekontekstualisasi
Melepaskan suatu pernyataan dari konteksnya, yang
dimaksudkan untuk menciptakan kambing hitam atau
memancing emosi publik.
2
Teknik digital untuk memodifikasi hasil fotografi yang digunakan
sebagai sarana pembunuhan karakter lawan
Image manipulation/editing (photoshop, Gimp)
1
Berupa unggahan pesan jahil atau membakar dengan sengaja
di blog, kelompok, forum untuk provokasi respon kemarahan.
Trolling
3
47. Teknik manipulatif menarik perhatian publik
Teknik-Teknik Provokatif Media Sosial
Gaya bahasa yang dipakai untuk menarik perhatian
audience
Komunikasi phatique
1
Berita yang sensasional, padahal menjebak karena isinya tidak
sesuai dan hanya untuk memancing perhatian audience.
Memasang headlines
2
48. Teknik Argumentasi yang menyesatkan
Teknik-Teknik Provokatif Media Sosial
Argumen yang mendasarkan pada data yang minim,
tetapi kesimpulannya sensasional.
Argumen ekstrapolasi
1
Argumen yang diungkap dengan mengulang-ulang pernyataan
seakan menjadi benar
Argumen ad infinitum
2
Informasi yang dipersenjatai (weaponized information)
informasi untuk memengaruhi persepsi penerima agar skeptis
atau berubah keyakinan/sikapnya.
3
menyederhanakan argumen agar bisa jadi karikatur provokatif
Skematisasi
4
50. ECHO CHAMBER GASLIGHTING
Gagasan anggota kelompok
yang menggema berulang
di telinga sesama anggota
komunitas dianggap benar
& memperteguh sistem
keyakinan hal ini membuat
kita tidak lagi terbuka
terhadap gagasan pihak
lain.
Rekayasa psikologis dalam
hubungan antar-pribadi.
Perekayasa melemahkan
rasa percaya diri korban yang
membuat korban
mempertanyakan ingatan,
sudut pandang &
kewarasannya : korban
menjadi mudah dipengaruhi
& diindoktrinasi.
51. NETRALITAS:
“KRITISPENUH
INISIATIF”
Aparatur pemerintah harus menelusuri sumber berita
Memastikan profesionalitas sumber berita.
Penggunaan medsos ke verifikasi fakta.
Menghidupkan kembali cerita benar (feature)
Menundukkan naluri agresif agar nalar lebih diutamakan dari
pada emosi yang kasar.