SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 25
Kelompok IV
1. Muh. Alfiansyah 161050701024
2. Nurqiyamah Hamid 1610507010XX
3. Asmaun 1610507010XX
Sebuah Graph berarah D adalah suatu pasangan berurutan dari dua himpunan V(D) yaitu himpunan berhingga
tak kosong yang anggota-anggotanya disebut titik dan 𝛀(D) yaitu himpunan berhingga (boleh kosong) yang
anggota-anggotanya disebut busur sedemikian sehingga setiap busur merupakan pasangan berurutan
dari dua titik di V(D).
Contoh:
Graph berarah 𝐿 = 𝑉 𝐿 , 𝛀(𝐿)
𝐿 = ( 𝑣1, 𝑣2, 𝑣3, 𝑣4, 𝑣5 , { 𝑣1, 𝑣2 , 𝑣2, 𝑣3 , 𝑣2, 𝑣5 , 𝑣3, 𝑣4 , 𝑣4, 𝑣5 , 𝑣5, 𝑣1 , 𝑣5, 𝑣3 }
JALANKonsep: JEJAK LINTASAN SIRKUIT SIKEL
Istilah sisi pada graph tak berarah diganti dengan istilah busur pada graph berarah
𝑣1
𝑣2
𝑣3
𝑣4𝑣5
𝑃
𝑣1
𝑣2
𝑣3
𝑣4𝑣5
𝑄
𝐢4 = (𝑣2, 𝑣3, 𝑣4, 𝑣5, 𝑣2)
𝑣1
𝑣2
𝑣3
𝑣4𝑣5
𝑅
𝐢4 adalah sikel berarah dengan
panjang 4 pada graph berarah R.
𝐢5 = (𝑣1, 𝑣2, 𝑣3, 𝑣4, 𝑣5, 𝑣1)
𝐢5 adalah sikel berarah dengan
panjang 5 pada graph berarah P.
Sikel Hamilton adalah sebuah
sikel yang memuat semua
titik sebuah graph.
Graph Hamilton adalah
graph yang memuat sikel
hamilton.
Konsep keterhubungan
pada graph berarah
 Terhubung Lemah jika graph
dasarnya terhubung.
 Terhubung Kuat jika untuk setiap dua
titik 𝑣𝑖 dan 𝑣𝑗 di suatu graph berarah
terdapat lintasan berarah dari 𝑣𝑖 ke 𝑣𝑗.
Misalkan D sebuah graph berarah dan 𝑣 ∈ 𝑉 𝐷
Derajat keluar titik v, dilambangkan dengan od(v)
adalah banayaknya busur pada graph berarah D yang
keluar dari titik v.
Derajat masuk titik v, dilambangkan dengan id(v)
adalah banayaknya busur pada graph berarah D yang
menuju ke titik v.
𝑣1
𝑣2
𝑣3
𝑣4
𝑣5
𝐷
π‘œπ‘‘(𝑣1) = 2 𝑖𝑑(𝑣1) = 2
π‘œπ‘‘(𝑣2) = 1 𝑖𝑑(𝑣2) = 1
π‘œπ‘‘(𝑣3) = 1 𝑖𝑑(𝑣3) = 1
π‘œπ‘‘(𝑣4) = 2 𝑖𝑑(𝑣2) = 2
π‘œπ‘‘(𝑣5) = 1 𝑖𝑑(𝑣5) = 1
TEOREMA 10.1:
Jika 𝐷 = (𝑉 𝐷 , 𝛀 𝐷 ) graph berarah maka
π‘£βˆˆπ‘‰(𝐷)
𝑖𝑑 𝑣 = 𝛀 𝐷 =
π‘£βˆˆπ‘‰(𝐷)
π‘œπ‘‘ 𝑣
𝑣1
𝑣2
𝑣5
𝑣3
𝑣4
𝑣7𝑣6 𝑄
Misalkan Q sebuah graph berarah terhubung
lemah. Sebuah sirkuit berarah yang memuat semua
busur Q disebut sirkuit euler berarah.
Jika D memuat sirkuit euler berarah maka D
disebut graph euler.
TEOREMA 10.2:
Misalkan graph-berarah 𝐷 terhubung lemah
dengan paling sedikit satu busur. 𝐷 graph
euler jika dan hanya jika 𝑖𝑑 𝑣 = π‘œπ‘‘ 𝑣
βˆ€ 𝑣 ∈ 𝑉 𝐷 .
𝑣1
𝑣2
𝑣3
𝑣4
𝑣5
𝐷
𝑣1
𝑣2
𝑣3
𝑣4𝑣5
𝑃
Misalkan G sebuah graph (tak berarah). Jika dibentuk graph berarah D dari graph G dengan cara mengganti
setiap sisi G dengan sebuah busur atau dengan cara memberi β€œarah” pada setiap sisi G, maka graph berarah D
disebut sebuah orientasi G.
𝑣1
𝑣2
𝑣5𝑣3
𝑣4
𝑣6
𝐺
𝑣1
𝑣2
𝑣5𝑣3
𝑣4
𝑣6
𝐷1
𝑣1
𝑣2
𝑣5𝑣3
𝑣4
𝑣6
𝐷2
𝐷1 dan 𝐷2 dua orientasi graph G yang berbeda
Sebuah orientasi dari graph komplit disebut graph turnamen. Jadi turnamen adalah graph berarah tanpa gelung
sedemikian hingga setiap dua titik yang berbeda 𝑒 dan 𝑣 dihubungkan oleh busur (𝑒, 𝑣) saja atau busur (𝑣, 𝑒)
saja.
Hanya ada 2 turnamen dengan
tiga titik yang non-isomorfik dan
hanya ada 4 turnamen dengan
empat titik yang non-isomorfik.
Contoh:
Suatu pertandingan sepak bola diikuti oleh enam tim yakni A, B, C, D, E dan F, dalam pertandingan ini setiap
dua tim harus bertanding tepat satu kali dan tidak boleh ada seri. Hasil pertandingan yang diperoleh yakni A
menang melawan B dan D, B menang melawan C, D dan F, C hanya menang melawan A, D menang melawan E
dan F, E hanya kalah melawan D serta F menang melawan A dan C.
𝐹 𝐸
𝐷
𝐢𝐡
𝐴
TEOREMA 10.3:
Misalkan T sebuah turnamen dan 𝑒 adalah
sebuah titik di T dengan π‘œπ‘‘(𝑒) maksimum. Maka
setiap titik 𝑣 di T, terdapat lintasan berarah dari 𝑒
ke 𝑣 di T dengan panjang maksimum dua.
Akan dibuat sistem alur lalulintas satu arah sedemikian sehingga dari
setiap tempat (persimpangan) seorang pengendara dapat mengakses
tempat yang lain lewat sistem yang dibuat.
Dalam konteks teori graph masalah di atas dapat dirumuskan menjadi
sebagai berikut: diberikan sebuah graph (tak berarah) G. Adakah sebuah
orientasi G merupakan graph beraharah terhubung kuat?
Permasalahan
Solusi
Sebuah graph G dikatakan terorientasi jika terdapat sebuah orientasi G yang terhubung kuat.
TEOREMA 10.4:
Sebuah graph G terorientasi jika dan hanya jika graph G terhubung dan tidak memiliki sisi pemutus.
ALGORITMA HOPCROFT DAN TARJAN
Input : Graph G terhubung dan tidak memiliki sisi pemutus.
Step 1 : Pilih 𝑣 ∈ 𝑉(𝐺), dan label titik 𝑣 dengan Ξ» 𝑣 = 1. Tulis 𝐿 = {𝑣} dan π‘ˆ = 𝑉 𝐺 βˆ’ {𝑣}. (L adalah
himpunan titik-titik terlabel. U adalah himpunan titik-titik tak terlabel). Tulis 𝛀 = βˆ… (adalah himpunan
busur yang diperoleh dari pemberian orientasi pada sisi graph G).
Step 2 : Pilih titik π‘₯ di L dengan label maksimum dan berhubungan langsung ke sebuah titik 𝑦 di U.
Lebel titik 𝑦 dengan Ξ» 𝑦 = Ξ» π‘₯ + 1. Ganti L dengan 𝐿 βˆͺ {𝑦} dan π‘ˆ dengan π‘ˆ βˆ’ {𝑦}. Beri orientasi
(arah sis π‘₯𝑦 dari titik π‘₯ ke titik y). Ganti 𝛀 dengan 𝛀 βˆͺ π‘₯, 𝑦 .
Step 3 : Jika 𝐿 β‰  𝑉(𝐺) kembali ke step 2.
Step 4 : 𝐿 = 𝑉 𝐺 (Dalam hal ini, semua titik 𝐺 telah dilabel; dan graph dasar dari graph berarah yang
dibangun oleh semua busur 𝛀 merupakan sebuah pohon rentang dari graph 𝐺. Lebih jauh, sisi-sisi 𝐺
yang belum diberi orientasi menghubungkan dua titik dengan nilai label berbeda).
Untuk setiap sisi 𝑀𝑧 pada graph 𝐺 yang belum diorientasi, jika Ξ» 𝑀 > Ξ» 𝑧 , maka beri orientasi sisi
𝑀𝑧 dari titik 𝑀 ke titik 𝑧.
STOP: β€œDiperoleh sebuah orientasi graph 𝐺”.
Contoh: (Soal Latihan Nomor 10)
Gunakan algoritma Hopcroft dan Tarjan untuk memberi orientasi
pada setiap sisi graph G berikut agar diperoleh graph berarah
terhubung kuat.
𝑣1
𝑣2
𝑣5
𝑣3
𝑣4
𝑣6
Sebuah Network 𝑡 = (𝑽 𝑡 , 𝛀 𝑡 ) adalah sebuah graph berarah sederhana terhubung lemah yang setiap
busurnya dikaitkan dengan bilangan real non-negatif.
Selanjutnya, bilangan real non-negatif yang dikaitkan pada busur (𝑣𝑖, 𝑣𝑗) atau disingkat 𝑖, 𝑗 pada Network
N disebut Kapasitas Busur (𝑣𝑖, 𝑣𝑗) dan dilambangkan dengan c(𝑣𝑖, 𝑣𝑗) atau c 𝑖, 𝑗
 Sebuah titik 𝑠 di network 𝑁 disebut titik sumber
jika 𝑖𝑑 𝑠 = 0.
 Sebuah titik 𝑑 di network 𝑁 disebut titik tujuan jika
π‘œπ‘‘ 𝑑 = 0.
 Sedangkan, titik yang lain disebut titik antara.
𝑣1 𝑣2
𝑣5
𝑣3
𝑣4𝑣6
Misalkan 𝑋 dan π‘Œ dua himpunan bagian 𝑉(𝑁) padan network 𝑁.
Himpunan semua busur 𝑁 yang berawal di 𝑋 dan berujung di π‘Œ dilambangkan dengan 𝐡 𝑋, π‘Œ .
Total kapasitas semua busur di 𝐡(𝑋, π‘Œ) dilambangkan dnegan 𝑐(𝑋, π‘Œ). Dengan demikian: 𝑐 𝑋, π‘Œ =
π‘Žβˆˆπ΅(𝑋,π‘Œ)
𝑐(π‘Ž)
Misalnya dari graph 𝐺:
Jika 𝑋 = {𝑣𝑠, 𝑣1, 𝑣3} dan π‘Œ = 𝑣2, 𝑣4, 𝑣5, 𝑣6, 𝑣 𝑑
Maka 𝐡 𝑋, π‘Œ = { 𝑠, 6 , 1,2 , 1,5 , 3, 𝑑 }
Dan 𝑐 𝑋, π‘Œ = 𝑐 𝑆, 6 + 𝑐 1,2 + 𝑐 1,5 + 𝑐 3, 𝑑
= 5 + 8 + 5 + 5 = 23
𝑣1 𝑣2
𝑣5
𝑣3
𝑣4𝑣6
𝐺
𝑣 𝑣
Misalkan 𝑁 sebuah network dengan titik sumber 𝑠 dan titik tujuan 𝑑.
Misalkan himpunan 𝑋 adalah himpunan bagian tak kosong dari 𝑉(𝑁) dan 𝑋′ = 𝑉 𝑁 βˆ’ 𝑋.
Jika 𝑠 ∈ 𝑋 dan 𝑑 ∈ 𝑋′ maka himpunan busur 𝐡(𝑋, 𝑋′
) disebut sebuah pemutus (s,t) dari network 𝑁.
Misalkan 𝐴 adalah himpunan titik antara pada network 𝑁 dan 𝐴′ adalah sebuah himpunan bagian 𝐴.
Jika 𝑋 = {𝑑} βˆͺ 𝐴 maka 𝐡(𝑋, 𝑋′
) sebuah pemutus (𝑠, 𝑑) pada network 𝑁.
Jadi banyaknya pemutus (𝑠, 𝑑) pada network 𝑁 sama dengan banyaknya himpunan bagian dari
himpunan A yaitu 2 𝑛
dengan 𝑛 = 𝐴 .
Disebut demikian, karena penghapusan semua busur 𝐡(𝑋, 𝑋′
) dari 𝑁, memutus semua lintasan
berarah dari titik 𝑠 ke titik 𝑑 pada network 𝑁.
𝑣1
𝑣2
𝑣 𝑑𝑣𝑠
3
6
5
2
4
𝑁
Graph 𝑁 diketahui memiliki dua titik antara
Sehingga terdapat 22
= 4 pemutus (s,t) pada 𝑁
𝐡 = 𝑣𝑠 , {𝑣1, 𝑣2, 𝑣 𝑑} = 𝑠, 1 , (𝑠, 2)
𝐡 = 𝑣𝑠, 𝑣1 , {𝑣2, 𝑣 𝑑} = 𝑠, 2 , 1,2 , (1, 𝑑)
𝐡 = 𝑣𝑠,𝑣2 , {𝑣1, 𝑣 𝑑} = 𝑠, 1 , (2, 𝑑)
𝐡 = 𝑣𝑠, 𝑣1, 𝑣2 , {𝑣 𝑑} = 1, 𝑑 , (2, 𝑑)
Setiap pemutus (𝑠, 𝑑) pada network 𝑁 mempunyai kapasitas.
Pemutus (𝑠, 𝑑) yang mempunyai kapasitas terkecil disebut
pemutus (𝒔, 𝒕) minimum
Kapasitas dari keempat pemutus tersebut adalah:
c 𝑣𝑠 , {𝑣1, 𝑣2, 𝑣 𝑑} = 𝑐 𝑠, 1 + 𝑐 𝑠, 2 = 3 + 4 = 7
c 𝑣𝑠, 𝑣1 , {𝑣2, 𝑣 𝑑} = 𝑐 𝑠, 2 + 𝑐 1,2 + 𝑐 1, 𝑑 = 4 + 2 + 5 = 11
𝑐 𝑣𝑠,𝑣2 , {𝑣1, 𝑣 𝑑} = 𝑠, 1 + 2, 𝑑 = 3 + 6 = 9
𝑐 𝑣𝑠, 𝑣1, 𝑣2 , {𝑣 𝑑} = 1, 𝑑 + (2, 𝑑) = 5 + 6 = 11
Tampak bahwa 𝐡 = 𝑣𝑠 , {𝑣1, 𝑣2, 𝑣 𝑑} = 𝑠, 1 , (𝑠, 2)
Dengan kapasitas 7 merupakan sebuah pemutus (𝑠, 𝑑)
minimum pada network 𝑁.
Misalkan 𝑁 sebuah network dengan titik sumber 𝑠 dan titik tujuan 𝑑.
Jika 𝑣 adalah sebuah titik 𝑁, maka himpunan semua busur 𝑁 yang keluar dari titik 𝑣 (meninggalkan titik 𝑣)
dilambangkan dengan 𝑢(𝒗) dan himpunan semua busur 𝑁 yang menuju ke titik 𝑣 dilambangkan dengan 𝑰(𝒗).
𝑣5 𝑣4
𝑣3
𝑣2𝑣1
𝑣 𝑑𝑣𝑠
𝐹
20
15
21
9
4 2
24
10
4 10
Untuk titik 𝑣𝑠
𝑂 𝑣𝑠 = 𝑂 𝑠 = {(𝑣𝑠, 𝑣1), (𝑣𝑠, 𝑣5)}={(s,1),(s,5)}
𝐼(𝑣𝑠) = 𝐼 𝑠 = { }
Untuk titik 𝑣3
𝑂 𝑣3 = 𝑂 3 = {(𝑣3, 𝑣2), (𝑣3, 𝑣4)}={(3,2),(3,4)}
𝐼(𝑣3) = 𝐼 3 = {(𝑣1, 𝑣3), (𝑣5, 𝑣3)}={(1,3),(5,3)}
Sebuah flow di network 𝑁 dari titik sumber 𝑠 ke titik
tujuan 𝑑 adalah suatu fungsi 𝑓 yang memetakan
setiap busur (𝑖, 𝑗) di 𝑁 dengan sebuah bilangan non-
negatif yang memenuhi syarat-syarat berikut:
β€’ 0 ≀ 𝑓 𝑖, 𝑗 ≀ 𝑐 𝑖, 𝑗 βˆ€(𝑖, 𝑗) ∈ 𝛀(𝑁) (disebut
β€œkapasitas pembatas”).
β€’ (𝑖,𝑗)βˆˆπ‘‚(𝑠) 𝑓 𝑖, 𝑗 = (𝑖,𝑗)∈𝐼(𝑑) 𝑓 𝑖, 𝑗 (disebut
β€œnilai flow f”)
β€’ (𝑖,𝑗)βˆˆπ‘‚(π‘₯) 𝑓 𝑖, 𝑗 = (𝑖,𝑗)∈𝐼(π‘₯) 𝑓 𝑖, 𝑗 βˆ€π‘₯ ∈
𝑉 𝑁 βˆ’ {𝑠, 𝑑} (disebut β€œkonservasi flow”)
𝑣5 𝑣4
𝑣3
𝑣2
𝑣1
𝑣 𝑑𝑣𝑠
Flow 𝑭 pada 𝑡 dengan nilai 12
20 : 7
15 : 5
21 : 2
9 : 3
8 : 5 2 : 1
24 : 3
10 : 9
4 : 2 10 : 6
𝑣5 𝑣4
𝑣3
𝑣2
𝑣1
𝑣 𝑑𝑣𝑠
Flow 𝑭 pada 𝑡 dengan nilai 27
20 : 20
15 : 7
21 : 16
9 : 3
8 : 4 2 : 2
24 : 18
10 : 9
4 : 4 10 : 6
𝑣5 𝑣4
𝑣3
𝑣2
𝑣1
𝑣 𝑑𝑣𝑠
Flow 𝑭 pada 𝑡 dengan nilai 12
20 : 7
15 : 5
21 : 2
9 : 3
8 : 5 2 : 1
24 : 3
10 : 9
4 : 2 10 : 6
Jika 𝑋 = 𝑣𝑠, 𝑣1 = 𝑠, 1 dan 𝑋′
= {𝑣2, 𝑣3, 𝑣4, 𝑣5, 𝑣 𝑑} = {2,3,4,5, 𝑑}
Maka 𝐡 = 𝑋, 𝑋′ = { 𝑠, 5 , 1,2 , 1,3 ) sebuah pemutus (𝑠, 𝑑) di N
Kapasitas 𝑐 𝑋, 𝑋′
= 𝑐 𝑠, 5 + 𝑐 1,2 + 𝑐 1,3 = 15 + 21+4=30
Terlihat bahwa nilai flow f yaitu 12, tidak melebih kapasitas
pemutus 𝒔, 𝒕 𝑩(𝑿, 𝑿′
).
TEOREMA 10.5:
Misalkan 𝑁 sebuah network dengan titik sumber 𝑠 dan titik tujuan 𝑑. Jika 𝑓 adalah sebuah flow
dan 𝑠 ke 𝑑 pada 𝑁 dengan nilai 𝑓𝑠,𝑑 dan 𝐡(𝑋, 𝑋′) sebuah pemutus 𝑠, 𝑑 pada 𝑁, maka 𝑓𝑠,𝑑 =
𝑓 𝑋, 𝑋′
βˆ’ 𝑓(𝑋′
, 𝑋) ≀ 𝑐(𝑋, 𝑋′
).
Teorema 10.5 menjamin bahwa nilai sebarang flow
pada suatu network 𝑁 dari titik sumber 𝑠 ke titik tujuan
𝑑 tidak akan melebihi kapasitas sebarang pemutus (𝑠, 𝑑)
pada 𝑁.
Jadi, jika terdapat suatu flow 𝑓 di 𝑁 yang nilainya sama
dengan kapasitas suatu pemutus 𝑠, 𝑑 , maka flow f
tersebut adalah flow maksimum dan pemutus (𝑠, 𝑑)
tersebut adalah sebuah pemutus (𝑠, 𝑑) minimum. Jadi
flow 𝑓 bernilai 𝑓𝑠,𝑑 dari titik sumber s ke tujuan 𝑑 pada
network 𝑁 dikatakan Flow Maksimum jika
𝑓𝑠,𝑑 = π‘šπ‘–π‘›{𝑐(𝑋, 𝑋1)/𝐡 𝑋, 𝑋1 suatu pemutus (𝑠, 𝑑)
pada network 𝑁}.
𝑣4
𝑣3
𝑣2
𝑣1
𝑣 𝑑𝑣𝑠 3 : 0
5 : 4
6 : 5
4 : 1
4 : 4
2 : 2
8 : 7
3 : 2
3 : 3
Flow 𝑓2
Perhatikan flow 𝑓2 yang bernilai 9.
Jika 𝑋 = 𝑠, 2 dan 𝑋1 = {1,3,4, 𝑑},
maka 𝐡 𝑋, 𝑋1 = { 𝑠, 1 , 2,3 , 2,4 } adalah
pemutus (𝑠, 𝑑) pada 𝑁 dengan kapasitas
𝑐 𝑋, 𝑋1 = 𝑐 𝑠, 1 + 𝑐 2,3 + 𝑐 2,4 = 4 + 2 + 3
= 9 = π‘›π‘–π‘™π‘Žπ‘– π‘“π‘™π‘œπ‘€π‘“2
Misalkan N sebuah network dan G adalah graph dasar N. Misalkan pada graph G terdapat lintasan 𝑃 =
(𝑣1, 𝑣2, 𝑣3,...,𝑣𝑖, 𝑣𝑖+1, … , 𝑣 𝑛).
Jika (𝑣𝑖, 𝑣𝑖+1) sebuah busur pada N maka busur tersebut dinamakan busur maju terhadap P.
Sebaliknya jika (𝑣𝑖+1, 𝑣𝑖) sebuah busur pada N maka busur tersebut dinamakan busur balik terhadap P.
𝑣4
𝑣3
𝑣2
𝑣1
𝑣 𝑑𝑣𝑠 3 : 0
5 : 4
6 : 5
4 : 1
4 : 4
2 : 2
8 : 7
3 : 2
3 : 3
Flow 𝑓2
Jadi, apakah suatu busur pada N termasuk busur maju atau busur balik, sangat tergantung pada
lintasan P pada graph dasarnya.
Sebagai contoh: misalkan G graph dasar dari network N
pada gambar di samping, maka 𝑃 = (𝑣𝑠, 𝑣2,𝑣1, 𝑣3,𝑣4, 𝑣 𝑑)
adalah sebuah lintasan (𝑣𝑠, 𝑣 𝑑) pada G (perlu dicatat
bahwa P bukan lintasan berarah pada N).
Sehingga terdapat P, busur-busur (𝑣𝑠, 𝑣2) , (𝑣1, 𝑣3) dan
(𝑣4, 𝑣𝑑) merupakan busur-busur maju.
Sementara (𝑣2, 𝑣1) dan (𝑣4, 𝑣3) merupakan busur balik
Misalkan f adalah sebuah flow dari titik sumber s ke titik tujuan t pada network N, dan misalkan G adalah
graph dasar N. Pikirkan sebuah lintasan P pada G. Inkremen sebuah busur a pada N yang berkorespondensi
dengan sebuah sisi P pada G, dilambangkan dengan i(a) dan didefinisikan sebagai berikut:
 Jika a busur maju maka 𝑖 π‘Ž = 𝑐 π‘Ž βˆ’ 𝑓(π‘Ž)
 Jika a busur balik maka 𝑖 π‘Ž = 𝑓(π‘Ž)
Inkremen lintasan 𝑃 disimbolkan dengan 𝑖(𝑃) didefinisikan sebagai berikut:
𝑖 𝑝 = min{𝑖 π‘Ž β”‚π‘Ž π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘™π‘Žβ„Ž π‘π‘’π‘ π‘’π‘Ÿ 𝑁 π‘¦π‘Žπ‘›π‘” π‘π‘’π‘Ÿπ‘ π‘’π‘ π‘’π‘Žπ‘–π‘Žπ‘› π‘‘π‘’π‘›π‘”π‘Žπ‘› 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑃}
Sebuah lintasan P dengan i(P) positif disebut lintasan augmentasi.
Selanjutnya lintasan augmentasi P dari titik s ke titik tujuan t dinamakan
sebuah lintasan peningkatan. Sebagai contoh perhatikan flow f dari titik
sumber s ke titik tujuan t di network N pada gambar disamping. Pikirkan
lintasan 𝑃 = (𝑣𝑠, 𝑣2,𝑣1, 𝑣3,𝑣4, 𝑣 𝑑) .
𝑣4
𝑣3
𝑣2
𝑣1
𝑣 𝑑𝑣𝑠 3 : 1
5 : 2
6 : 2
4 : 1
4 : 3
2 : 1
8 : 4
3 : 1
3 : 2
Flow 𝑓
Lemma 10.6: misalkan f sebuah flow bernilai 𝑓𝑠,𝑑 dari titik sumber s ke titik tujuan t pada network N. Jika
terdapat lintasan P dari titik s ke titik t dengan 𝑖 𝑃 = 𝛿 > 0, didefinisikan fungsi 𝑓1 pada himpunan 𝛀(𝑁)
sebagai berikut: jika a busur maju terhadap P maka 𝑓1 π‘Ž = 𝑓 π‘Ž + 𝛿 sedangkan jika a busur balik terhadap
P maka 𝑓1 π‘Ž = 𝑓 π‘Ž βˆ’ 𝛿, serta𝑓1 π‘Ž = 𝑓(π‘Ž) untuk busur a lainnya. Maka 𝑓1 adalah flow dari titik s ke titik t
pada N dengan nilai 𝑓𝑠,𝑑 + 𝛿
𝑣4
𝑣3
𝑣2
𝑣1
𝑣 𝑑𝑣𝑠 3 : 1
5 : 2
6 : 2
4 : 1
4 : 3
2 : 1
8 : 4
3 : 1
3 : 2
Flow 𝑓
𝑣4
𝑣3
𝑣2
𝑣1
𝑣 𝑑𝑣𝑠 3 : 0
5 : 3
6 : 3
4 : 0
4 : 3
2 : 1
8 : 4
3 : 2
3 : 2
Flow 𝑓′
Algoritma Flow Maksimum
Input: Network 𝑁 = (𝑉, 𝐺) dengan titik sumber s dan titik
tujuan t.
Step 1: Misalkan f sebuah flow dari s ke t pada N (Boleh
dimulai dengan flow bernilai nol, yaitu 𝑓 𝑖, 𝑗 = 0
βˆ€(𝑖, 𝑗) ∈ 𝐼) dilanjutkan ke routin pelabelan.
Step 2: Routin Pelabelan.
1. label 𝑣𝑠 = (𝑠, +, πœ€ 𝑠 = ~) titik 𝑣𝑠 telah terlabel dan
belum teramati. (Note: sebuah titik v dikatakan telah
teramati jika semua titik yang dapat dilabel dari titik v
sudah terlabel).
2. Pilih sebarang titik yang terlabel tetapi belum teramati,
misalkan titik tersebut 𝑣 π‘₯. βˆ€π‘£ π‘¦βˆƒ 𝑦, π‘₯ ∈ 𝛀, 𝑣 𝑦 belum
berlabel dan 𝑓 𝑦, π‘₯ > 0 maka label 𝑣 𝑦 = (π‘₯, βˆ’, πœ€ 𝑦 )
dengan πœ€ 𝑦 = min{πœ€ π‘₯ , 𝑓 𝑦, π‘₯ }. Sekarang titik 𝑣 𝑦
telah terlabel, tetapi belum teramati. βˆ€π‘£ π‘¦βˆƒ π‘₯, 𝑦 ∈
𝛀, 𝑣 𝑦 belum berlabel dan c π‘₯, 𝑦 > 𝑓(π‘₯, 𝑦) maka
label 𝑣 𝑦 = (π‘₯, +, πœ€ 𝑦 ) dengan πœ€ 𝑦 = min{πœ€ π‘₯ ,
𝑐 π‘₯, 𝑦 βˆ’ 𝑓 π‘₯, 𝑦 }. Sekarang titik 𝑣 𝑦 telah terlabel,
tetapi belum teramati. Ubahlah label 𝑣 π‘₯ dengan cara
melingkari tanda + atau -.
3. Ulangi step 2.2 sampai:
a. Titik 𝑣 𝑑 terlabel atau
b. Semua titik teralabel telah teramati tetapi titik 𝑣 𝑑 tak
terlabel.
a. Jika titik 𝑣 𝑑 terlabel, lanjut ke step 3.
b. Jika semua titik terlabel telah teramati tetapi titik 𝑣 𝑑 tak
terlabel maka STOP: β€œflow f adalah flow maksimum pada
network N”.
Step 3: dengan prosedur β€œbalik” tentukan lintasan peningkatan
P dengan i(P) adalah label 𝑣 𝑑.
Step 4: tingkatkan nilai flow f sebesar label 𝑣 𝑑 berdasarkan
lintasan peningkatan-P dengan menggunakan routine
peningkatan.
1. Misal Z=t lanjutkan ke step 4.2.
2. Jika label 𝑣𝑧 = (π‘ž, +, πœ€ 𝑑 ) tingkatkan nilai 𝑓(π‘ž, 𝑧) dengan
πœ€ 𝑑 = 𝑖(𝑃). Jika label 𝑣𝑧 = (π‘ž, βˆ’, πœ€ 𝑑 ) turunkan nilai
𝑓(π‘ž, 𝑧) dengan πœ€ 𝑑 = 𝑖(𝑃)
3. Jika π‘ž = 𝑠 hapus semua label. Pada tahap ini diperoleh flow
f baru dengan nilai 𝑖 𝑃 + π‘›π‘–π‘™π‘Žπ‘– π‘“π‘™π‘œπ‘€ π‘™π‘Žπ‘šπ‘Ž. Ganti flow f
dengan flow f yang baru dan kembali ke step 1.
𝑣4
𝑣3
𝑣2
𝑣1
𝑣 𝑑𝑣𝑠 3 : 1
5 : 2
6 : 2
4 : 1
4 : 3
2 : 1
8 : 4
3 : 1
3 : 2
Flow 𝑓0
Tentukan flow maksimum dari 𝒇 𝟎!
𝑣4
𝑣3
𝑣2
𝑣1
𝑣 𝑑𝑣𝑠 3 : 1
5 : 3
6 : 2
4 : 1
4 : 4
2 : 1
8 : 5
3 : 1
3 : 2
Flow 𝑓1
𝑣4
𝑣3
𝑣2
𝑣1
𝑣𝑑𝑣𝑠 3 : 1
5 : 3
6 : 3
4 : 1
4 : 4
2 : 2
8 : 6
3 : 1
3 : 2
Flow 𝑓2
𝑣4
𝑣3
𝑣2
𝑣1
𝑣 𝑑𝑣𝑠 3 : 1
5 : 3
6 : 4
4 : 1
4 : 4
2 : 2
8 : 6
3 : 2
3 : 3
Flow 𝑓3
𝒗 πŸ’
𝒗 πŸ‘
𝒗 𝟐
𝒗 𝟏
𝒗 𝒕𝒗 𝒔 3 : 0
5 : 4
6 : 5
4 : 1
4 : 4
2 : 2
8 : 7
3 : 2
3 : 3
Flow 𝒇 πŸ’
GRAPH BERARAH DAN NETWORK

Weitere Γ€hnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1Arvina Frida Karela
Β 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Arvina Frida Karela
Β 
GRUP STRUKTUR ALJABAR
GRUP STRUKTUR ALJABARGRUP STRUKTUR ALJABAR
GRUP STRUKTUR ALJABARFely Ramury
Β 
Sub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoSub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoYadi Pura
Β 
INTEGRAL menggunakan MAPLE
INTEGRAL menggunakan MAPLEINTEGRAL menggunakan MAPLE
INTEGRAL menggunakan MAPLEDyas Arientiyya
Β 
Keterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPBKeterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPBHyronimus Lado
Β 
Modul 7 persamaan diophantine
Modul 7   persamaan diophantineModul 7   persamaan diophantine
Modul 7 persamaan diophantineAcika Karunila
Β 
Matematika diskrit
Matematika diskritMatematika diskrit
Matematika diskritPawit Ngafani
Β 
Analisis Real (Barisan dan Bilangan Real) Latihan bagian 2.5
Analisis Real (Barisan dan Bilangan Real) Latihan bagian 2.5Analisis Real (Barisan dan Bilangan Real) Latihan bagian 2.5
Analisis Real (Barisan dan Bilangan Real) Latihan bagian 2.5Arvina Frida Karela
Β 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cUmmu Zuhry
Β 
GEOMETRI RUANG-garis & bidang sejajar, perpotongan tiga buah bidang, dua bida...
GEOMETRI RUANG-garis & bidang sejajar, perpotongan tiga buah bidang, dua bida...GEOMETRI RUANG-garis & bidang sejajar, perpotongan tiga buah bidang, dua bida...
GEOMETRI RUANG-garis & bidang sejajar, perpotongan tiga buah bidang, dua bida...Agung Wee-Idya
Β 
kunci jawaban grup
kunci jawaban grupkunci jawaban grup
kunci jawaban grupchikarahayu
Β 
BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi Nia Matus
Β 
PEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
PEMETAAN STRUKTUR ALJABARPEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
PEMETAAN STRUKTUR ALJABARNailul Hasibuan
Β 
Contoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupContoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupKabhi Na Kehna
Β 

Was ist angesagt? (20)

Pembuktian dalam matematika
Pembuktian dalam matematikaPembuktian dalam matematika
Pembuktian dalam matematika
Β 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Β 
Teori Group
Teori GroupTeori Group
Teori Group
Β 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Β 
GRUP STRUKTUR ALJABAR
GRUP STRUKTUR ALJABARGRUP STRUKTUR ALJABAR
GRUP STRUKTUR ALJABAR
Β 
Sub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoSub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup fakto
Β 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1c
Β 
INTEGRAL menggunakan MAPLE
INTEGRAL menggunakan MAPLEINTEGRAL menggunakan MAPLE
INTEGRAL menggunakan MAPLE
Β 
Keterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPBKeterbagian, KPK & FPB
Keterbagian, KPK & FPB
Β 
Modul 7 persamaan diophantine
Modul 7   persamaan diophantineModul 7   persamaan diophantine
Modul 7 persamaan diophantine
Β 
Matematika diskrit
Matematika diskritMatematika diskrit
Matematika diskrit
Β 
Analisis Real (Barisan dan Bilangan Real) Latihan bagian 2.5
Analisis Real (Barisan dan Bilangan Real) Latihan bagian 2.5Analisis Real (Barisan dan Bilangan Real) Latihan bagian 2.5
Analisis Real (Barisan dan Bilangan Real) Latihan bagian 2.5
Β 
Regula falsi
Regula falsiRegula falsi
Regula falsi
Β 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1c
Β 
Ring
RingRing
Ring
Β 
GEOMETRI RUANG-garis & bidang sejajar, perpotongan tiga buah bidang, dua bida...
GEOMETRI RUANG-garis & bidang sejajar, perpotongan tiga buah bidang, dua bida...GEOMETRI RUANG-garis & bidang sejajar, perpotongan tiga buah bidang, dua bida...
GEOMETRI RUANG-garis & bidang sejajar, perpotongan tiga buah bidang, dua bida...
Β 
kunci jawaban grup
kunci jawaban grupkunci jawaban grup
kunci jawaban grup
Β 
BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi
Β 
PEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
PEMETAAN STRUKTUR ALJABARPEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
PEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
Β 
Contoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupContoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrup
Β 

Γ„hnlich wie GRAPH BERARAH DAN NETWORK

Mata kuliah graf 1 (matematika) semester 5
Mata kuliah graf 1 (matematika) semester 5Mata kuliah graf 1 (matematika) semester 5
Mata kuliah graf 1 (matematika) semester 5ShabrinaEriyanti
Β 
GRAF_PERTEMUAN_PERTAMA.pptx
GRAF_PERTEMUAN_PERTAMA.pptxGRAF_PERTEMUAN_PERTAMA.pptx
GRAF_PERTEMUAN_PERTAMA.pptxDioAlphard
Β 
285975_TEOREMA GRAPH_.ppt
285975_TEOREMA GRAPH_.ppt285975_TEOREMA GRAPH_.ppt
285975_TEOREMA GRAPH_.pptHadiWidjaja4
Β 
Pencerminan geser fix
Pencerminan geser fixPencerminan geser fix
Pencerminan geser fixNia Matus
Β 
Stuktur Diskrit qwertyuiopasdfghjklzxcvb
Stuktur Diskrit qwertyuiopasdfghjklzxcvbStuktur Diskrit qwertyuiopasdfghjklzxcvb
Stuktur Diskrit qwertyuiopasdfghjklzxcvbNabilHamzahA
Β 
Vektor (pertemuan 1)
Vektor (pertemuan 1)Vektor (pertemuan 1)
Vektor (pertemuan 1)Ana Sugiyarti
Β 
Teori graph-1
Teori graph-1Teori graph-1
Teori graph-1Al Otomeza
Β 
Matematika Diskrit graf
Matematika Diskrit grafMatematika Diskrit graf
Matematika Diskrit grafSiti Khotijah
Β 
Matlab 8
Matlab 8Matlab 8
Matlab 8Hastih Leo
Β 
Teori graf-complete
Teori graf-completeTeori graf-complete
Teori graf-completeendah kurnia
Β 
Vektor , matminat kelas 10
Vektor , matminat kelas 10Vektor , matminat kelas 10
Vektor , matminat kelas 10ElisabethYesi
Β 
FUNGSI KOMPLEKS - TURUNAN DAN ATURAN RANTAI
FUNGSI KOMPLEKS - TURUNAN DAN ATURAN RANTAI FUNGSI KOMPLEKS - TURUNAN DAN ATURAN RANTAI
FUNGSI KOMPLEKS - TURUNAN DAN ATURAN RANTAI endahnurfebriyanti
Β 
Tugas matematika peminatan 1
Tugas matematika peminatan 1Tugas matematika peminatan 1
Tugas matematika peminatan 1nico popo
Β 
Transformasi Laplace
Transformasi LaplaceTransformasi Laplace
Transformasi LaplaceFebri Arianti
Β 
Rumus menghitung sudut warna pelangi
Rumus menghitung sudut warna pelangiRumus menghitung sudut warna pelangi
Rumus menghitung sudut warna pelangiSulistiyo Wibowo
Β 

Γ„hnlich wie GRAPH BERARAH DAN NETWORK (20)

Mata kuliah graf 1 (matematika) semester 5
Mata kuliah graf 1 (matematika) semester 5Mata kuliah graf 1 (matematika) semester 5
Mata kuliah graf 1 (matematika) semester 5
Β 
GRAF_PERTEMUAN_PERTAMA.pptx
GRAF_PERTEMUAN_PERTAMA.pptxGRAF_PERTEMUAN_PERTAMA.pptx
GRAF_PERTEMUAN_PERTAMA.pptx
Β 
Babiv Graf
Babiv GrafBabiv Graf
Babiv Graf
Β 
285975_TEOREMA GRAPH_.ppt
285975_TEOREMA GRAPH_.ppt285975_TEOREMA GRAPH_.ppt
285975_TEOREMA GRAPH_.ppt
Β 
VEKTOR
VEKTORVEKTOR
VEKTOR
Β 
Pencerminan geser fix
Pencerminan geser fixPencerminan geser fix
Pencerminan geser fix
Β 
Stuktur Diskrit qwertyuiopasdfghjklzxcvb
Stuktur Diskrit qwertyuiopasdfghjklzxcvbStuktur Diskrit qwertyuiopasdfghjklzxcvb
Stuktur Diskrit qwertyuiopasdfghjklzxcvb
Β 
Vektor (pertemuan 1)
Vektor (pertemuan 1)Vektor (pertemuan 1)
Vektor (pertemuan 1)
Β 
Teori graph-1
Teori graph-1Teori graph-1
Teori graph-1
Β 
Matematika Diskrit graf
Matematika Diskrit grafMatematika Diskrit graf
Matematika Diskrit graf
Β 
Matlab 8
Matlab 8Matlab 8
Matlab 8
Β 
Modul vektor
Modul vektorModul vektor
Modul vektor
Β 
Teori graf-complete
Teori graf-completeTeori graf-complete
Teori graf-complete
Β 
Graph
GraphGraph
Graph
Β 
Vektor , matminat kelas 10
Vektor , matminat kelas 10Vektor , matminat kelas 10
Vektor , matminat kelas 10
Β 
FUNGSI KOMPLEKS - TURUNAN DAN ATURAN RANTAI
FUNGSI KOMPLEKS - TURUNAN DAN ATURAN RANTAI FUNGSI KOMPLEKS - TURUNAN DAN ATURAN RANTAI
FUNGSI KOMPLEKS - TURUNAN DAN ATURAN RANTAI
Β 
Tugas matematika peminatan 1
Tugas matematika peminatan 1Tugas matematika peminatan 1
Tugas matematika peminatan 1
Β 
1.4 Perkalian Silang
1.4 Perkalian Silang1.4 Perkalian Silang
1.4 Perkalian Silang
Β 
Transformasi Laplace
Transformasi LaplaceTransformasi Laplace
Transformasi Laplace
Β 
Rumus menghitung sudut warna pelangi
Rumus menghitung sudut warna pelangiRumus menghitung sudut warna pelangi
Rumus menghitung sudut warna pelangi
Β 

Mehr von Muhammad Alfiansyah Alfi

Pencegahan-dan-Penanganan-Kekerasan-di-Lingkungan-Sekolah.pdf
Pencegahan-dan-Penanganan-Kekerasan-di-Lingkungan-Sekolah.pdfPencegahan-dan-Penanganan-Kekerasan-di-Lingkungan-Sekolah.pdf
Pencegahan-dan-Penanganan-Kekerasan-di-Lingkungan-Sekolah.pdfMuhammad Alfiansyah Alfi
Β 
Laporan Aktualisasi "Pelita Mabit" dengan Penerapan Nilai-nilai Dasar BerAKHL...
Laporan Aktualisasi "Pelita Mabit" dengan Penerapan Nilai-nilai Dasar BerAKHL...Laporan Aktualisasi "Pelita Mabit" dengan Penerapan Nilai-nilai Dasar BerAKHL...
Laporan Aktualisasi "Pelita Mabit" dengan Penerapan Nilai-nilai Dasar BerAKHL...Muhammad Alfiansyah Alfi
Β 
Bab v 2. perbandingan dua besaran dengan satuan yang berbeda
Bab v   2. perbandingan dua besaran dengan satuan yang berbedaBab v   2. perbandingan dua besaran dengan satuan yang berbeda
Bab v 2. perbandingan dua besaran dengan satuan yang berbedaMuhammad Alfiansyah Alfi
Β 
Bab iv 8. remedial dan pengayaan ke-4
Bab iv   8. remedial dan pengayaan ke-4Bab iv   8. remedial dan pengayaan ke-4
Bab iv 8. remedial dan pengayaan ke-4Muhammad Alfiansyah Alfi
Β 
Bab iv 5. menyelesaikan masalah pt lsv
Bab iv   5. menyelesaikan masalah pt lsvBab iv   5. menyelesaikan masalah pt lsv
Bab iv 5. menyelesaikan masalah pt lsvMuhammad Alfiansyah Alfi
Β 
Bab iv 3. menyelesaikan persamaan menggunakan perkalian dan pembagian
Bab iv   3. menyelesaikan persamaan menggunakan perkalian dan pembagianBab iv   3. menyelesaikan persamaan menggunakan perkalian dan pembagian
Bab iv 3. menyelesaikan persamaan menggunakan perkalian dan pembagianMuhammad Alfiansyah Alfi
Β 
Bab iv 2. menyelesaikan persamaan menggunakan penjumlahan dan pengurangan
Bab iv   2. menyelesaikan persamaan menggunakan penjumlahan dan penguranganBab iv   2. menyelesaikan persamaan menggunakan penjumlahan dan pengurangan
Bab iv 2. menyelesaikan persamaan menggunakan penjumlahan dan penguranganMuhammad Alfiansyah Alfi
Β 
Bab iii 8. remedial dan pengayaan ke-3
Bab iii   8. remedial dan pengayaan ke-3Bab iii   8. remedial dan pengayaan ke-3
Bab iii 8. remedial dan pengayaan ke-3Muhammad Alfiansyah Alfi
Β 

Mehr von Muhammad Alfiansyah Alfi (20)

Pencegahan-dan-Penanganan-Kekerasan-di-Lingkungan-Sekolah.pdf
Pencegahan-dan-Penanganan-Kekerasan-di-Lingkungan-Sekolah.pdfPencegahan-dan-Penanganan-Kekerasan-di-Lingkungan-Sekolah.pdf
Pencegahan-dan-Penanganan-Kekerasan-di-Lingkungan-Sekolah.pdf
Β 
Infografis Laporan Aktualisasi.pdf
Infografis Laporan Aktualisasi.pdfInfografis Laporan Aktualisasi.pdf
Infografis Laporan Aktualisasi.pdf
Β 
Laporan Aktualisasi "Pelita Mabit" dengan Penerapan Nilai-nilai Dasar BerAKHL...
Laporan Aktualisasi "Pelita Mabit" dengan Penerapan Nilai-nilai Dasar BerAKHL...Laporan Aktualisasi "Pelita Mabit" dengan Penerapan Nilai-nilai Dasar BerAKHL...
Laporan Aktualisasi "Pelita Mabit" dengan Penerapan Nilai-nilai Dasar BerAKHL...
Β 
ANALISIS KKM
ANALISIS KKMANALISIS KKM
ANALISIS KKM
Β 
PROGRAM SEMESTER KELAS 8
PROGRAM SEMESTER KELAS 8PROGRAM SEMESTER KELAS 8
PROGRAM SEMESTER KELAS 8
Β 
PROGRAM TAHUNAN KELAS 8
PROGRAM TAHUNAN KELAS 8PROGRAM TAHUNAN KELAS 8
PROGRAM TAHUNAN KELAS 8
Β 
SILABUS MATEMATIKA KELAS 8
SILABUS MATEMATIKA KELAS 8SILABUS MATEMATIKA KELAS 8
SILABUS MATEMATIKA KELAS 8
Β 
Bab v 2. perbandingan dua besaran dengan satuan yang berbeda
Bab v   2. perbandingan dua besaran dengan satuan yang berbedaBab v   2. perbandingan dua besaran dengan satuan yang berbeda
Bab v 2. perbandingan dua besaran dengan satuan yang berbeda
Β 
Bab v 1. perbandingan dua besaran
Bab v   1. perbandingan dua besaranBab v   1. perbandingan dua besaran
Bab v 1. perbandingan dua besaran
Β 
Bab iv 8. remedial dan pengayaan ke-4
Bab iv   8. remedial dan pengayaan ke-4Bab iv   8. remedial dan pengayaan ke-4
Bab iv 8. remedial dan pengayaan ke-4
Β 
Bab iv 7. ujian harian ke-4
Bab iv   7. ujian harian ke-4Bab iv   7. ujian harian ke-4
Bab iv 7. ujian harian ke-4
Β 
Bab iv 6. tugas projek ke-4
Bab iv   6. tugas projek ke-4Bab iv   6. tugas projek ke-4
Bab iv 6. tugas projek ke-4
Β 
Bab iv 5. menyelesaikan masalah pt lsv
Bab iv   5. menyelesaikan masalah pt lsvBab iv   5. menyelesaikan masalah pt lsv
Bab iv 5. menyelesaikan masalah pt lsv
Β 
Bab iv 4. konsep pt lsv
Bab iv   4. konsep pt lsvBab iv   4. konsep pt lsv
Bab iv 4. konsep pt lsv
Β 
Bab iv 3. menyelesaikan persamaan menggunakan perkalian dan pembagian
Bab iv   3. menyelesaikan persamaan menggunakan perkalian dan pembagianBab iv   3. menyelesaikan persamaan menggunakan perkalian dan pembagian
Bab iv 3. menyelesaikan persamaan menggunakan perkalian dan pembagian
Β 
Bab iv 2. menyelesaikan persamaan menggunakan penjumlahan dan pengurangan
Bab iv   2. menyelesaikan persamaan menggunakan penjumlahan dan penguranganBab iv   2. menyelesaikan persamaan menggunakan penjumlahan dan pengurangan
Bab iv 2. menyelesaikan persamaan menggunakan penjumlahan dan pengurangan
Β 
Bab iv 1. konsep plsv
Bab iv   1. konsep plsvBab iv   1. konsep plsv
Bab iv 1. konsep plsv
Β 
Bab iii 8. remedial dan pengayaan ke-3
Bab iii   8. remedial dan pengayaan ke-3Bab iii   8. remedial dan pengayaan ke-3
Bab iii 8. remedial dan pengayaan ke-3
Β 
Bab iii 7. ujian harian ke-3
Bab iii   7. ujian harian ke-3Bab iii   7. ujian harian ke-3
Bab iii 7. ujian harian ke-3
Β 
Bab iii 6. tugas projek ke-3
Bab iii   6. tugas projek ke-3Bab iii   6. tugas projek ke-3
Bab iii 6. tugas projek ke-3
Β 

KΓΌrzlich hochgeladen

Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]Abdiera
Β 
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptxppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptxUlyaSaadah
Β 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanssuserc81826
Β 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
Β 
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docxRPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docxSyifaDzikron
Β 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasihssuserfcb9e3
Β 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
Β 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfNURAFIFAHBINTIJAMALU
Β 
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunModul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunnhsani2006
Β 
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxGandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxHansTobing
Β 
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdfPPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdfSBMNessyaPutriPaulan
Β 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdfWahyudinST
Β 
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin LimAsi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin LimNodd Nittong
Β 
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaruSilvanaAyu
Β 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
Β 
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdfEstetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdfHendroGunawan8
Β 
Diagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran BerdifferensiasiDiagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran BerdifferensiasiOviLarassaty1
Β 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
Β 
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.pptPPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.pptBennyKurniawan42
Β 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...NiswatuzZahroh
Β 

KΓΌrzlich hochgeladen (20)

Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
Β 
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptxppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
Β 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
Β 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Β 
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docxRPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
RPP PERBAIKAN UNTUK SIMULASI (Recovered).docx
Β 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Β 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Β 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
Β 
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunModul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
Β 
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxGandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Β 
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdfPPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
Β 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
Β 
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin LimAsi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Β 
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
(NEW) Template Presentasi UGM yang terbaru
Β 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Β 
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdfEstetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Β 
Diagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran BerdifferensiasiDiagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Β 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Β 
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.pptPPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
Β 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Β 

GRAPH BERARAH DAN NETWORK

  • 1. Kelompok IV 1. Muh. Alfiansyah 161050701024 2. Nurqiyamah Hamid 1610507010XX 3. Asmaun 1610507010XX
  • 2. Sebuah Graph berarah D adalah suatu pasangan berurutan dari dua himpunan V(D) yaitu himpunan berhingga tak kosong yang anggota-anggotanya disebut titik dan 𝛀(D) yaitu himpunan berhingga (boleh kosong) yang anggota-anggotanya disebut busur sedemikian sehingga setiap busur merupakan pasangan berurutan dari dua titik di V(D). Contoh: Graph berarah 𝐿 = 𝑉 𝐿 , 𝛀(𝐿) 𝐿 = ( 𝑣1, 𝑣2, 𝑣3, 𝑣4, 𝑣5 , { 𝑣1, 𝑣2 , 𝑣2, 𝑣3 , 𝑣2, 𝑣5 , 𝑣3, 𝑣4 , 𝑣4, 𝑣5 , 𝑣5, 𝑣1 , 𝑣5, 𝑣3 } JALANKonsep: JEJAK LINTASAN SIRKUIT SIKEL Istilah sisi pada graph tak berarah diganti dengan istilah busur pada graph berarah
  • 3. 𝑣1 𝑣2 𝑣3 𝑣4𝑣5 𝑃 𝑣1 𝑣2 𝑣3 𝑣4𝑣5 𝑄 𝐢4 = (𝑣2, 𝑣3, 𝑣4, 𝑣5, 𝑣2) 𝑣1 𝑣2 𝑣3 𝑣4𝑣5 𝑅 𝐢4 adalah sikel berarah dengan panjang 4 pada graph berarah R. 𝐢5 = (𝑣1, 𝑣2, 𝑣3, 𝑣4, 𝑣5, 𝑣1) 𝐢5 adalah sikel berarah dengan panjang 5 pada graph berarah P. Sikel Hamilton adalah sebuah sikel yang memuat semua titik sebuah graph. Graph Hamilton adalah graph yang memuat sikel hamilton. Konsep keterhubungan pada graph berarah  Terhubung Lemah jika graph dasarnya terhubung.  Terhubung Kuat jika untuk setiap dua titik 𝑣𝑖 dan 𝑣𝑗 di suatu graph berarah terdapat lintasan berarah dari 𝑣𝑖 ke 𝑣𝑗.
  • 4. Misalkan D sebuah graph berarah dan 𝑣 ∈ 𝑉 𝐷 Derajat keluar titik v, dilambangkan dengan od(v) adalah banayaknya busur pada graph berarah D yang keluar dari titik v. Derajat masuk titik v, dilambangkan dengan id(v) adalah banayaknya busur pada graph berarah D yang menuju ke titik v. 𝑣1 𝑣2 𝑣3 𝑣4 𝑣5 𝐷 π‘œπ‘‘(𝑣1) = 2 𝑖𝑑(𝑣1) = 2 π‘œπ‘‘(𝑣2) = 1 𝑖𝑑(𝑣2) = 1 π‘œπ‘‘(𝑣3) = 1 𝑖𝑑(𝑣3) = 1 π‘œπ‘‘(𝑣4) = 2 𝑖𝑑(𝑣2) = 2 π‘œπ‘‘(𝑣5) = 1 𝑖𝑑(𝑣5) = 1 TEOREMA 10.1: Jika 𝐷 = (𝑉 𝐷 , 𝛀 𝐷 ) graph berarah maka π‘£βˆˆπ‘‰(𝐷) 𝑖𝑑 𝑣 = 𝛀 𝐷 = π‘£βˆˆπ‘‰(𝐷) π‘œπ‘‘ 𝑣
  • 5. 𝑣1 𝑣2 𝑣5 𝑣3 𝑣4 𝑣7𝑣6 𝑄 Misalkan Q sebuah graph berarah terhubung lemah. Sebuah sirkuit berarah yang memuat semua busur Q disebut sirkuit euler berarah. Jika D memuat sirkuit euler berarah maka D disebut graph euler. TEOREMA 10.2: Misalkan graph-berarah 𝐷 terhubung lemah dengan paling sedikit satu busur. 𝐷 graph euler jika dan hanya jika 𝑖𝑑 𝑣 = π‘œπ‘‘ 𝑣 βˆ€ 𝑣 ∈ 𝑉 𝐷 . 𝑣1 𝑣2 𝑣3 𝑣4 𝑣5 𝐷 𝑣1 𝑣2 𝑣3 𝑣4𝑣5 𝑃
  • 6. Misalkan G sebuah graph (tak berarah). Jika dibentuk graph berarah D dari graph G dengan cara mengganti setiap sisi G dengan sebuah busur atau dengan cara memberi β€œarah” pada setiap sisi G, maka graph berarah D disebut sebuah orientasi G. 𝑣1 𝑣2 𝑣5𝑣3 𝑣4 𝑣6 𝐺 𝑣1 𝑣2 𝑣5𝑣3 𝑣4 𝑣6 𝐷1 𝑣1 𝑣2 𝑣5𝑣3 𝑣4 𝑣6 𝐷2 𝐷1 dan 𝐷2 dua orientasi graph G yang berbeda
  • 7. Sebuah orientasi dari graph komplit disebut graph turnamen. Jadi turnamen adalah graph berarah tanpa gelung sedemikian hingga setiap dua titik yang berbeda 𝑒 dan 𝑣 dihubungkan oleh busur (𝑒, 𝑣) saja atau busur (𝑣, 𝑒) saja. Hanya ada 2 turnamen dengan tiga titik yang non-isomorfik dan hanya ada 4 turnamen dengan empat titik yang non-isomorfik.
  • 8. Contoh: Suatu pertandingan sepak bola diikuti oleh enam tim yakni A, B, C, D, E dan F, dalam pertandingan ini setiap dua tim harus bertanding tepat satu kali dan tidak boleh ada seri. Hasil pertandingan yang diperoleh yakni A menang melawan B dan D, B menang melawan C, D dan F, C hanya menang melawan A, D menang melawan E dan F, E hanya kalah melawan D serta F menang melawan A dan C. 𝐹 𝐸 𝐷 𝐢𝐡 𝐴 TEOREMA 10.3: Misalkan T sebuah turnamen dan 𝑒 adalah sebuah titik di T dengan π‘œπ‘‘(𝑒) maksimum. Maka setiap titik 𝑣 di T, terdapat lintasan berarah dari 𝑒 ke 𝑣 di T dengan panjang maksimum dua.
  • 9. Akan dibuat sistem alur lalulintas satu arah sedemikian sehingga dari setiap tempat (persimpangan) seorang pengendara dapat mengakses tempat yang lain lewat sistem yang dibuat. Dalam konteks teori graph masalah di atas dapat dirumuskan menjadi sebagai berikut: diberikan sebuah graph (tak berarah) G. Adakah sebuah orientasi G merupakan graph beraharah terhubung kuat? Permasalahan Solusi Sebuah graph G dikatakan terorientasi jika terdapat sebuah orientasi G yang terhubung kuat. TEOREMA 10.4: Sebuah graph G terorientasi jika dan hanya jika graph G terhubung dan tidak memiliki sisi pemutus.
  • 10. ALGORITMA HOPCROFT DAN TARJAN Input : Graph G terhubung dan tidak memiliki sisi pemutus. Step 1 : Pilih 𝑣 ∈ 𝑉(𝐺), dan label titik 𝑣 dengan Ξ» 𝑣 = 1. Tulis 𝐿 = {𝑣} dan π‘ˆ = 𝑉 𝐺 βˆ’ {𝑣}. (L adalah himpunan titik-titik terlabel. U adalah himpunan titik-titik tak terlabel). Tulis 𝛀 = βˆ… (adalah himpunan busur yang diperoleh dari pemberian orientasi pada sisi graph G). Step 2 : Pilih titik π‘₯ di L dengan label maksimum dan berhubungan langsung ke sebuah titik 𝑦 di U. Lebel titik 𝑦 dengan Ξ» 𝑦 = Ξ» π‘₯ + 1. Ganti L dengan 𝐿 βˆͺ {𝑦} dan π‘ˆ dengan π‘ˆ βˆ’ {𝑦}. Beri orientasi (arah sis π‘₯𝑦 dari titik π‘₯ ke titik y). Ganti 𝛀 dengan 𝛀 βˆͺ π‘₯, 𝑦 . Step 3 : Jika 𝐿 β‰  𝑉(𝐺) kembali ke step 2. Step 4 : 𝐿 = 𝑉 𝐺 (Dalam hal ini, semua titik 𝐺 telah dilabel; dan graph dasar dari graph berarah yang dibangun oleh semua busur 𝛀 merupakan sebuah pohon rentang dari graph 𝐺. Lebih jauh, sisi-sisi 𝐺 yang belum diberi orientasi menghubungkan dua titik dengan nilai label berbeda). Untuk setiap sisi 𝑀𝑧 pada graph 𝐺 yang belum diorientasi, jika Ξ» 𝑀 > Ξ» 𝑧 , maka beri orientasi sisi 𝑀𝑧 dari titik 𝑀 ke titik 𝑧. STOP: β€œDiperoleh sebuah orientasi graph 𝐺”.
  • 11. Contoh: (Soal Latihan Nomor 10) Gunakan algoritma Hopcroft dan Tarjan untuk memberi orientasi pada setiap sisi graph G berikut agar diperoleh graph berarah terhubung kuat. 𝑣1 𝑣2 𝑣5 𝑣3 𝑣4 𝑣6
  • 12. Sebuah Network 𝑡 = (𝑽 𝑡 , 𝛀 𝑡 ) adalah sebuah graph berarah sederhana terhubung lemah yang setiap busurnya dikaitkan dengan bilangan real non-negatif. Selanjutnya, bilangan real non-negatif yang dikaitkan pada busur (𝑣𝑖, 𝑣𝑗) atau disingkat 𝑖, 𝑗 pada Network N disebut Kapasitas Busur (𝑣𝑖, 𝑣𝑗) dan dilambangkan dengan c(𝑣𝑖, 𝑣𝑗) atau c 𝑖, 𝑗  Sebuah titik 𝑠 di network 𝑁 disebut titik sumber jika 𝑖𝑑 𝑠 = 0.  Sebuah titik 𝑑 di network 𝑁 disebut titik tujuan jika π‘œπ‘‘ 𝑑 = 0.  Sedangkan, titik yang lain disebut titik antara. 𝑣1 𝑣2 𝑣5 𝑣3 𝑣4𝑣6
  • 13. Misalkan 𝑋 dan π‘Œ dua himpunan bagian 𝑉(𝑁) padan network 𝑁. Himpunan semua busur 𝑁 yang berawal di 𝑋 dan berujung di π‘Œ dilambangkan dengan 𝐡 𝑋, π‘Œ . Total kapasitas semua busur di 𝐡(𝑋, π‘Œ) dilambangkan dnegan 𝑐(𝑋, π‘Œ). Dengan demikian: 𝑐 𝑋, π‘Œ = π‘Žβˆˆπ΅(𝑋,π‘Œ) 𝑐(π‘Ž) Misalnya dari graph 𝐺: Jika 𝑋 = {𝑣𝑠, 𝑣1, 𝑣3} dan π‘Œ = 𝑣2, 𝑣4, 𝑣5, 𝑣6, 𝑣 𝑑 Maka 𝐡 𝑋, π‘Œ = { 𝑠, 6 , 1,2 , 1,5 , 3, 𝑑 } Dan 𝑐 𝑋, π‘Œ = 𝑐 𝑆, 6 + 𝑐 1,2 + 𝑐 1,5 + 𝑐 3, 𝑑 = 5 + 8 + 5 + 5 = 23 𝑣1 𝑣2 𝑣5 𝑣3 𝑣4𝑣6 𝐺 𝑣 𝑣
  • 14. Misalkan 𝑁 sebuah network dengan titik sumber 𝑠 dan titik tujuan 𝑑. Misalkan himpunan 𝑋 adalah himpunan bagian tak kosong dari 𝑉(𝑁) dan 𝑋′ = 𝑉 𝑁 βˆ’ 𝑋. Jika 𝑠 ∈ 𝑋 dan 𝑑 ∈ 𝑋′ maka himpunan busur 𝐡(𝑋, 𝑋′ ) disebut sebuah pemutus (s,t) dari network 𝑁. Misalkan 𝐴 adalah himpunan titik antara pada network 𝑁 dan 𝐴′ adalah sebuah himpunan bagian 𝐴. Jika 𝑋 = {𝑑} βˆͺ 𝐴 maka 𝐡(𝑋, 𝑋′ ) sebuah pemutus (𝑠, 𝑑) pada network 𝑁. Jadi banyaknya pemutus (𝑠, 𝑑) pada network 𝑁 sama dengan banyaknya himpunan bagian dari himpunan A yaitu 2 𝑛 dengan 𝑛 = 𝐴 . Disebut demikian, karena penghapusan semua busur 𝐡(𝑋, 𝑋′ ) dari 𝑁, memutus semua lintasan berarah dari titik 𝑠 ke titik 𝑑 pada network 𝑁.
  • 15. 𝑣1 𝑣2 𝑣 𝑑𝑣𝑠 3 6 5 2 4 𝑁 Graph 𝑁 diketahui memiliki dua titik antara Sehingga terdapat 22 = 4 pemutus (s,t) pada 𝑁 𝐡 = 𝑣𝑠 , {𝑣1, 𝑣2, 𝑣 𝑑} = 𝑠, 1 , (𝑠, 2) 𝐡 = 𝑣𝑠, 𝑣1 , {𝑣2, 𝑣 𝑑} = 𝑠, 2 , 1,2 , (1, 𝑑) 𝐡 = 𝑣𝑠,𝑣2 , {𝑣1, 𝑣 𝑑} = 𝑠, 1 , (2, 𝑑) 𝐡 = 𝑣𝑠, 𝑣1, 𝑣2 , {𝑣 𝑑} = 1, 𝑑 , (2, 𝑑) Setiap pemutus (𝑠, 𝑑) pada network 𝑁 mempunyai kapasitas. Pemutus (𝑠, 𝑑) yang mempunyai kapasitas terkecil disebut pemutus (𝒔, 𝒕) minimum Kapasitas dari keempat pemutus tersebut adalah: c 𝑣𝑠 , {𝑣1, 𝑣2, 𝑣 𝑑} = 𝑐 𝑠, 1 + 𝑐 𝑠, 2 = 3 + 4 = 7 c 𝑣𝑠, 𝑣1 , {𝑣2, 𝑣 𝑑} = 𝑐 𝑠, 2 + 𝑐 1,2 + 𝑐 1, 𝑑 = 4 + 2 + 5 = 11 𝑐 𝑣𝑠,𝑣2 , {𝑣1, 𝑣 𝑑} = 𝑠, 1 + 2, 𝑑 = 3 + 6 = 9 𝑐 𝑣𝑠, 𝑣1, 𝑣2 , {𝑣 𝑑} = 1, 𝑑 + (2, 𝑑) = 5 + 6 = 11 Tampak bahwa 𝐡 = 𝑣𝑠 , {𝑣1, 𝑣2, 𝑣 𝑑} = 𝑠, 1 , (𝑠, 2) Dengan kapasitas 7 merupakan sebuah pemutus (𝑠, 𝑑) minimum pada network 𝑁.
  • 16. Misalkan 𝑁 sebuah network dengan titik sumber 𝑠 dan titik tujuan 𝑑. Jika 𝑣 adalah sebuah titik 𝑁, maka himpunan semua busur 𝑁 yang keluar dari titik 𝑣 (meninggalkan titik 𝑣) dilambangkan dengan 𝑢(𝒗) dan himpunan semua busur 𝑁 yang menuju ke titik 𝑣 dilambangkan dengan 𝑰(𝒗). 𝑣5 𝑣4 𝑣3 𝑣2𝑣1 𝑣 𝑑𝑣𝑠 𝐹 20 15 21 9 4 2 24 10 4 10 Untuk titik 𝑣𝑠 𝑂 𝑣𝑠 = 𝑂 𝑠 = {(𝑣𝑠, 𝑣1), (𝑣𝑠, 𝑣5)}={(s,1),(s,5)} 𝐼(𝑣𝑠) = 𝐼 𝑠 = { } Untuk titik 𝑣3 𝑂 𝑣3 = 𝑂 3 = {(𝑣3, 𝑣2), (𝑣3, 𝑣4)}={(3,2),(3,4)} 𝐼(𝑣3) = 𝐼 3 = {(𝑣1, 𝑣3), (𝑣5, 𝑣3)}={(1,3),(5,3)}
  • 17. Sebuah flow di network 𝑁 dari titik sumber 𝑠 ke titik tujuan 𝑑 adalah suatu fungsi 𝑓 yang memetakan setiap busur (𝑖, 𝑗) di 𝑁 dengan sebuah bilangan non- negatif yang memenuhi syarat-syarat berikut: β€’ 0 ≀ 𝑓 𝑖, 𝑗 ≀ 𝑐 𝑖, 𝑗 βˆ€(𝑖, 𝑗) ∈ 𝛀(𝑁) (disebut β€œkapasitas pembatas”). β€’ (𝑖,𝑗)βˆˆπ‘‚(𝑠) 𝑓 𝑖, 𝑗 = (𝑖,𝑗)∈𝐼(𝑑) 𝑓 𝑖, 𝑗 (disebut β€œnilai flow f”) β€’ (𝑖,𝑗)βˆˆπ‘‚(π‘₯) 𝑓 𝑖, 𝑗 = (𝑖,𝑗)∈𝐼(π‘₯) 𝑓 𝑖, 𝑗 βˆ€π‘₯ ∈ 𝑉 𝑁 βˆ’ {𝑠, 𝑑} (disebut β€œkonservasi flow”) 𝑣5 𝑣4 𝑣3 𝑣2 𝑣1 𝑣 𝑑𝑣𝑠 Flow 𝑭 pada 𝑡 dengan nilai 12 20 : 7 15 : 5 21 : 2 9 : 3 8 : 5 2 : 1 24 : 3 10 : 9 4 : 2 10 : 6 𝑣5 𝑣4 𝑣3 𝑣2 𝑣1 𝑣 𝑑𝑣𝑠 Flow 𝑭 pada 𝑡 dengan nilai 27 20 : 20 15 : 7 21 : 16 9 : 3 8 : 4 2 : 2 24 : 18 10 : 9 4 : 4 10 : 6
  • 18. 𝑣5 𝑣4 𝑣3 𝑣2 𝑣1 𝑣 𝑑𝑣𝑠 Flow 𝑭 pada 𝑡 dengan nilai 12 20 : 7 15 : 5 21 : 2 9 : 3 8 : 5 2 : 1 24 : 3 10 : 9 4 : 2 10 : 6 Jika 𝑋 = 𝑣𝑠, 𝑣1 = 𝑠, 1 dan 𝑋′ = {𝑣2, 𝑣3, 𝑣4, 𝑣5, 𝑣 𝑑} = {2,3,4,5, 𝑑} Maka 𝐡 = 𝑋, 𝑋′ = { 𝑠, 5 , 1,2 , 1,3 ) sebuah pemutus (𝑠, 𝑑) di N Kapasitas 𝑐 𝑋, 𝑋′ = 𝑐 𝑠, 5 + 𝑐 1,2 + 𝑐 1,3 = 15 + 21+4=30 Terlihat bahwa nilai flow f yaitu 12, tidak melebih kapasitas pemutus 𝒔, 𝒕 𝑩(𝑿, 𝑿′ ). TEOREMA 10.5: Misalkan 𝑁 sebuah network dengan titik sumber 𝑠 dan titik tujuan 𝑑. Jika 𝑓 adalah sebuah flow dan 𝑠 ke 𝑑 pada 𝑁 dengan nilai 𝑓𝑠,𝑑 dan 𝐡(𝑋, 𝑋′) sebuah pemutus 𝑠, 𝑑 pada 𝑁, maka 𝑓𝑠,𝑑 = 𝑓 𝑋, 𝑋′ βˆ’ 𝑓(𝑋′ , 𝑋) ≀ 𝑐(𝑋, 𝑋′ ).
  • 19. Teorema 10.5 menjamin bahwa nilai sebarang flow pada suatu network 𝑁 dari titik sumber 𝑠 ke titik tujuan 𝑑 tidak akan melebihi kapasitas sebarang pemutus (𝑠, 𝑑) pada 𝑁. Jadi, jika terdapat suatu flow 𝑓 di 𝑁 yang nilainya sama dengan kapasitas suatu pemutus 𝑠, 𝑑 , maka flow f tersebut adalah flow maksimum dan pemutus (𝑠, 𝑑) tersebut adalah sebuah pemutus (𝑠, 𝑑) minimum. Jadi flow 𝑓 bernilai 𝑓𝑠,𝑑 dari titik sumber s ke tujuan 𝑑 pada network 𝑁 dikatakan Flow Maksimum jika 𝑓𝑠,𝑑 = π‘šπ‘–π‘›{𝑐(𝑋, 𝑋1)/𝐡 𝑋, 𝑋1 suatu pemutus (𝑠, 𝑑) pada network 𝑁}. 𝑣4 𝑣3 𝑣2 𝑣1 𝑣 𝑑𝑣𝑠 3 : 0 5 : 4 6 : 5 4 : 1 4 : 4 2 : 2 8 : 7 3 : 2 3 : 3 Flow 𝑓2 Perhatikan flow 𝑓2 yang bernilai 9. Jika 𝑋 = 𝑠, 2 dan 𝑋1 = {1,3,4, 𝑑}, maka 𝐡 𝑋, 𝑋1 = { 𝑠, 1 , 2,3 , 2,4 } adalah pemutus (𝑠, 𝑑) pada 𝑁 dengan kapasitas 𝑐 𝑋, 𝑋1 = 𝑐 𝑠, 1 + 𝑐 2,3 + 𝑐 2,4 = 4 + 2 + 3 = 9 = π‘›π‘–π‘™π‘Žπ‘– π‘“π‘™π‘œπ‘€π‘“2
  • 20. Misalkan N sebuah network dan G adalah graph dasar N. Misalkan pada graph G terdapat lintasan 𝑃 = (𝑣1, 𝑣2, 𝑣3,...,𝑣𝑖, 𝑣𝑖+1, … , 𝑣 𝑛). Jika (𝑣𝑖, 𝑣𝑖+1) sebuah busur pada N maka busur tersebut dinamakan busur maju terhadap P. Sebaliknya jika (𝑣𝑖+1, 𝑣𝑖) sebuah busur pada N maka busur tersebut dinamakan busur balik terhadap P. 𝑣4 𝑣3 𝑣2 𝑣1 𝑣 𝑑𝑣𝑠 3 : 0 5 : 4 6 : 5 4 : 1 4 : 4 2 : 2 8 : 7 3 : 2 3 : 3 Flow 𝑓2 Jadi, apakah suatu busur pada N termasuk busur maju atau busur balik, sangat tergantung pada lintasan P pada graph dasarnya. Sebagai contoh: misalkan G graph dasar dari network N pada gambar di samping, maka 𝑃 = (𝑣𝑠, 𝑣2,𝑣1, 𝑣3,𝑣4, 𝑣 𝑑) adalah sebuah lintasan (𝑣𝑠, 𝑣 𝑑) pada G (perlu dicatat bahwa P bukan lintasan berarah pada N). Sehingga terdapat P, busur-busur (𝑣𝑠, 𝑣2) , (𝑣1, 𝑣3) dan (𝑣4, 𝑣𝑑) merupakan busur-busur maju. Sementara (𝑣2, 𝑣1) dan (𝑣4, 𝑣3) merupakan busur balik
  • 21. Misalkan f adalah sebuah flow dari titik sumber s ke titik tujuan t pada network N, dan misalkan G adalah graph dasar N. Pikirkan sebuah lintasan P pada G. Inkremen sebuah busur a pada N yang berkorespondensi dengan sebuah sisi P pada G, dilambangkan dengan i(a) dan didefinisikan sebagai berikut:  Jika a busur maju maka 𝑖 π‘Ž = 𝑐 π‘Ž βˆ’ 𝑓(π‘Ž)  Jika a busur balik maka 𝑖 π‘Ž = 𝑓(π‘Ž) Inkremen lintasan 𝑃 disimbolkan dengan 𝑖(𝑃) didefinisikan sebagai berikut: 𝑖 𝑝 = min{𝑖 π‘Ž β”‚π‘Ž π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘™π‘Žβ„Ž π‘π‘’π‘ π‘’π‘Ÿ 𝑁 π‘¦π‘Žπ‘›π‘” π‘π‘’π‘Ÿπ‘ π‘’π‘ π‘’π‘Žπ‘–π‘Žπ‘› π‘‘π‘’π‘›π‘”π‘Žπ‘› 𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑃} Sebuah lintasan P dengan i(P) positif disebut lintasan augmentasi. Selanjutnya lintasan augmentasi P dari titik s ke titik tujuan t dinamakan sebuah lintasan peningkatan. Sebagai contoh perhatikan flow f dari titik sumber s ke titik tujuan t di network N pada gambar disamping. Pikirkan lintasan 𝑃 = (𝑣𝑠, 𝑣2,𝑣1, 𝑣3,𝑣4, 𝑣 𝑑) . 𝑣4 𝑣3 𝑣2 𝑣1 𝑣 𝑑𝑣𝑠 3 : 1 5 : 2 6 : 2 4 : 1 4 : 3 2 : 1 8 : 4 3 : 1 3 : 2 Flow 𝑓
  • 22. Lemma 10.6: misalkan f sebuah flow bernilai 𝑓𝑠,𝑑 dari titik sumber s ke titik tujuan t pada network N. Jika terdapat lintasan P dari titik s ke titik t dengan 𝑖 𝑃 = 𝛿 > 0, didefinisikan fungsi 𝑓1 pada himpunan 𝛀(𝑁) sebagai berikut: jika a busur maju terhadap P maka 𝑓1 π‘Ž = 𝑓 π‘Ž + 𝛿 sedangkan jika a busur balik terhadap P maka 𝑓1 π‘Ž = 𝑓 π‘Ž βˆ’ 𝛿, serta𝑓1 π‘Ž = 𝑓(π‘Ž) untuk busur a lainnya. Maka 𝑓1 adalah flow dari titik s ke titik t pada N dengan nilai 𝑓𝑠,𝑑 + 𝛿 𝑣4 𝑣3 𝑣2 𝑣1 𝑣 𝑑𝑣𝑠 3 : 1 5 : 2 6 : 2 4 : 1 4 : 3 2 : 1 8 : 4 3 : 1 3 : 2 Flow 𝑓 𝑣4 𝑣3 𝑣2 𝑣1 𝑣 𝑑𝑣𝑠 3 : 0 5 : 3 6 : 3 4 : 0 4 : 3 2 : 1 8 : 4 3 : 2 3 : 2 Flow 𝑓′
  • 23. Algoritma Flow Maksimum Input: Network 𝑁 = (𝑉, 𝐺) dengan titik sumber s dan titik tujuan t. Step 1: Misalkan f sebuah flow dari s ke t pada N (Boleh dimulai dengan flow bernilai nol, yaitu 𝑓 𝑖, 𝑗 = 0 βˆ€(𝑖, 𝑗) ∈ 𝐼) dilanjutkan ke routin pelabelan. Step 2: Routin Pelabelan. 1. label 𝑣𝑠 = (𝑠, +, πœ€ 𝑠 = ~) titik 𝑣𝑠 telah terlabel dan belum teramati. (Note: sebuah titik v dikatakan telah teramati jika semua titik yang dapat dilabel dari titik v sudah terlabel). 2. Pilih sebarang titik yang terlabel tetapi belum teramati, misalkan titik tersebut 𝑣 π‘₯. βˆ€π‘£ π‘¦βˆƒ 𝑦, π‘₯ ∈ 𝛀, 𝑣 𝑦 belum berlabel dan 𝑓 𝑦, π‘₯ > 0 maka label 𝑣 𝑦 = (π‘₯, βˆ’, πœ€ 𝑦 ) dengan πœ€ 𝑦 = min{πœ€ π‘₯ , 𝑓 𝑦, π‘₯ }. Sekarang titik 𝑣 𝑦 telah terlabel, tetapi belum teramati. βˆ€π‘£ π‘¦βˆƒ π‘₯, 𝑦 ∈ 𝛀, 𝑣 𝑦 belum berlabel dan c π‘₯, 𝑦 > 𝑓(π‘₯, 𝑦) maka label 𝑣 𝑦 = (π‘₯, +, πœ€ 𝑦 ) dengan πœ€ 𝑦 = min{πœ€ π‘₯ , 𝑐 π‘₯, 𝑦 βˆ’ 𝑓 π‘₯, 𝑦 }. Sekarang titik 𝑣 𝑦 telah terlabel, tetapi belum teramati. Ubahlah label 𝑣 π‘₯ dengan cara melingkari tanda + atau -. 3. Ulangi step 2.2 sampai: a. Titik 𝑣 𝑑 terlabel atau b. Semua titik teralabel telah teramati tetapi titik 𝑣 𝑑 tak terlabel. a. Jika titik 𝑣 𝑑 terlabel, lanjut ke step 3. b. Jika semua titik terlabel telah teramati tetapi titik 𝑣 𝑑 tak terlabel maka STOP: β€œflow f adalah flow maksimum pada network N”. Step 3: dengan prosedur β€œbalik” tentukan lintasan peningkatan P dengan i(P) adalah label 𝑣 𝑑. Step 4: tingkatkan nilai flow f sebesar label 𝑣 𝑑 berdasarkan lintasan peningkatan-P dengan menggunakan routine peningkatan. 1. Misal Z=t lanjutkan ke step 4.2. 2. Jika label 𝑣𝑧 = (π‘ž, +, πœ€ 𝑑 ) tingkatkan nilai 𝑓(π‘ž, 𝑧) dengan πœ€ 𝑑 = 𝑖(𝑃). Jika label 𝑣𝑧 = (π‘ž, βˆ’, πœ€ 𝑑 ) turunkan nilai 𝑓(π‘ž, 𝑧) dengan πœ€ 𝑑 = 𝑖(𝑃) 3. Jika π‘ž = 𝑠 hapus semua label. Pada tahap ini diperoleh flow f baru dengan nilai 𝑖 𝑃 + π‘›π‘–π‘™π‘Žπ‘– π‘“π‘™π‘œπ‘€ π‘™π‘Žπ‘šπ‘Ž. Ganti flow f dengan flow f yang baru dan kembali ke step 1.
  • 24. 𝑣4 𝑣3 𝑣2 𝑣1 𝑣 𝑑𝑣𝑠 3 : 1 5 : 2 6 : 2 4 : 1 4 : 3 2 : 1 8 : 4 3 : 1 3 : 2 Flow 𝑓0 Tentukan flow maksimum dari 𝒇 𝟎! 𝑣4 𝑣3 𝑣2 𝑣1 𝑣 𝑑𝑣𝑠 3 : 1 5 : 3 6 : 2 4 : 1 4 : 4 2 : 1 8 : 5 3 : 1 3 : 2 Flow 𝑓1 𝑣4 𝑣3 𝑣2 𝑣1 𝑣𝑑𝑣𝑠 3 : 1 5 : 3 6 : 3 4 : 1 4 : 4 2 : 2 8 : 6 3 : 1 3 : 2 Flow 𝑓2 𝑣4 𝑣3 𝑣2 𝑣1 𝑣 𝑑𝑣𝑠 3 : 1 5 : 3 6 : 4 4 : 1 4 : 4 2 : 2 8 : 6 3 : 2 3 : 3 Flow 𝑓3 𝒗 πŸ’ 𝒗 πŸ‘ 𝒗 𝟐 𝒗 𝟏 𝒗 𝒕𝒗 𝒔 3 : 0 5 : 4 6 : 5 4 : 1 4 : 4 2 : 2 8 : 7 3 : 2 3 : 3 Flow 𝒇 πŸ’