penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu-isu hukum yang dihadapi
2. PENELITIAN HUKUM DOKTRINAL
(NORMATIF)
1. Karakter Normatif Ilmu Hukum
Ilmu hukum memiliki karakter yang khas. Ciri
khas ilmu hukum adalah sifatnya yang
normatif. Ciri yang demikian menyebabkan
sementara kalangan yang tidak memahami
kepribadian ilmu hukum itu mulai meragukan
hakikat keilmuan hukum. Keraguan itu
disebabkan karena dengan sifat yang normatif
ilmu hukum bukanlah ilmu empiris.
3. Sarjana Hukum (juris) Indonesia
berusaha mengempiriskan ilmu hukum
melalui kajian-kajian sosiologik. Hal ini
merupakan salah satu sebab terjadinya
berbagai kerancuan dalam usaha
pengembangan ilmu hukum. Sebagian juris
Indonesia kehilangan kepribadiannya dan
konsekuensi selanjutnya ialah
pembangunan hukum melalui pembentukan
hukum yang tidak ditangani secara
profesional.
4. Usaha mengilmiahkan ilmu hukum secara
empiris, ialah menerapkan metode-metode
penelitian sosial dalam kajian hukum normatif.
Metode ilmu sosial dapat digunakan dalam
fundamental research yang memandang hukum
sebagai penomena sosial. Kajian hukum
diempiriskan antara lain dengan merumuskan
format-format penelitian hukum yang
dilatarbelakangi oleh metode penelitian ilmu
sosial yang notabene adalah penelitian empiris.
5. Kejanggalan-kejanggalan yang ditemukan antara
lain memaksakan format penelitian ilmu sosial
dalam penelitian hukum normatif seperti :
Rumusan masalah dalam kalimat tanya. Kata-
kata bagaimana, seberapa jauh, dan lain-lain,
dipaksakan dalam rumusan masalah penelitian
hukum normatif.
Sumber data, teknik pengumpulan data dan
analisis data. Tanpa disadari bahwa data
bermakna empiris, sedangkan penelitian hukum
normatif tidak mengumpulkan data; dan
6. Populasi dan sampling. Seorang peneliti
hukum normatif tidak boleh membatasi
kajiannya hanya pada satu undang-undang
tersebut dengan perundang-undangan lainnya.
Dengan demikian populasi dan sampling tidak
dikenal dalam penelitian hukum normatif.
Penelitian hukum normatif seringkali juga
diklasifikasikan sebagai penelitian kualitatif.
Perbedaan antara penelitian kualitatif dan
penelitian kuantitatif adalah pada sifat data,
karena penelitian itu menyangkut data dan
konsekuesinya pada analisisnya.
7. Oleh karena penelitian itu menyangkut data
dengan sendirinya merupakan penelitian empiris.
Kesalahpahaman terhadap penelitian
hukum ialah karena penelitian hukum normatif
tidak menggunakan analisis kualitatif (statistik),
serta merta penelitian hukum dikualifikasikan
sebagai penelitian kualitatif.
Dengan predikat itu penelitian hukum
dianggap kurang ilmiah karena tidak kuantitatif,
tidak menggunakan statistik. Penelitian hukum
normatif semestinya tidaklah diidentifikasikan
dengan penelitian kualitatif.
8. Penulisan mengenai metode penelitian hukum di
Indonesia tampaknya tidak beranjak dari hakikat
keilmuan hukum tetapi dari sudut pandang ilmu sosial,
yaitu bagaimana suatu metode penelitian dapat
digunakan dalam penelitian hukum. Langkah demikian
akan sangat menyulitkan dan dapat mengaburkan ilmu
hukum itu sendiri.
Menetapkan metode penelitian hukum atau dalam
cakupan luas dikatakan sebagai pengkajian ilmu hukum,
seharusnya beranjak dari hakikat keilmuan hukum. Ada
dua pendekatan yang dapat dilakukan untuk
menjelaskan hakikat keilmuan hukum dan dengan
sendirinya membawa konsekuensi pada metode
kajiannya.
9. Dua pendekatan tersebut ialah :
Dua pendekatan tersebut ialah :
1.Pendekatan dari sudut falsafah ilmu
2. Pendekatan dari sudut pandang teori hukum.
Falsafah ilmu membedakan ilmu dari dua
sudut pandangan, yaitu pandangan positivistic yang
melahirkan ilmu empiris dan pandangan normatif
yang melahirkan ilmu normatif. Dari sudut ini ilmu
hukum memiliki dua sisi tersebut. Pada satu sisi
ilmu hukum dengan karakter aslinya sebagai ilmu
normatif dan pada sisi lain ilmu hukum memiliki
segi-segi empiris. Sisi empiris itulah yang menjadi
kajian ilmu hukum empiris seperti sociological
jurisprudence, dan socio legal jurisprudence.
10. Dengan demikian dari sudut pandang ini, ilmu
hukum dibedakan atas ilmu hukum normatif
dan ilmu hukum empiris. Ilmu hukum normatif
metode kajiannya khas, sedangkan ilmu
hukum empiris dapat dikaji melalui penelitian
kualitatif atau kuantitatif, tergantung sifat
datanya.
Dari sudut pandang teori hukum, ilmu hukum
dibagi atas tiga lapisan utama, yaitu :
dogmatik hukum, teori hukum (dalam arti
sempit) dan filsafat hukum.
11. Temuan normatif tersebut telah
membawa pengaruh yang luar biasa dalam
kehidupan ekonomi, karena dengan temuan
itu suatu usaha tidaklah semata tergantung
pada usia pemilik modal yang notabene
terbatas, sedangkan suatu badan usaha tidak
mengenal usia tua.
Temuan lain dalam hukum pidana
misalnya tentang tanggung jawab korporasi
dan dalam hukum administrasi tentang asas-
asas umum pemerintahan yang baik, dan
lain-lain.
12. Ketiga lapisan tersebut dan juga praktik hukum
masing-masing mempunyai karakter yang khas dengan
sendirinya juga memiliki metode yang khas. Persoalan
tentang metode dalam ilmu hukum merupakan bidang
kajian teori hukum (dalam arti sempit).
Dengan pendekatan yang obyektif, ditetapkan
metode mana yang paling tepat dalam pengkajian ilmu
hukum. Sikap yang mengunggulkan penelitian hukum
empiris dan meremehkan penelitian hukum normatif
adalah sikap yang tidak benar. Sikap demikian menutup
mata pada pola kerja ilmu hukum dan hasil-hasil yang
dicapai oleh ilmu hukum normatif.
Sebagai contoh temuan ilmu hukum normatif antara
lain tentang badan hukum sebagai subjek hukum.
13. Dengan tidak bermaksud untuk meremehkan
hasil-hasil yang telah dicapai oleh studi-studi hukum
empiris kiranya cukup banyak kritik yang diajukan
terhadap studi-studi hukum empiris.
Satu contoh misalnya kritik dari Lord Lloyd O
Hamstead dalam “Lloyd’s Introduction to
Jurisprudence” 1986. Mengatakan bahwa studi socio-
legal menekankan arti penting menempatkan hukum
dalam konteks sosialnya, tentang penggunaan metode-
metode penelitian, tentang pengakuan bahwa banyak
permasalahan hukum tradisional pada hakikatnya
bersifat empiris dan murni konseptual.
Tema utamanya adalah kesenjangan (the gap)
antara “Law in the books” and “law in action”. Namun
demikian studi-studi tersebut hanya sampai pada
tingkatan menggambarkan “kesenjangan” tetapi
jarang menjelaskan.
14. Seorang peneleliti harus menentukan satu
sikap, yaitu janganlah mengempiriskan segi-segi
normatif ilmu hukum dan sebaliknya janganlah
menormatifkan segi-segi empiris dalam
penelitian hukum.
Dalam kajian normatif sebaiknya
berpegang pada tradisi keilmuan hukum itu
sendiri, sedangkan dalam kajian ilmu hukum
empiris sebaiknya digunakan metode-metode
penelitian empiris yang sesuai.
15. 2. Terminologi Ilmu Hukum
Dalam bahasa Belanda, dan bahasa Inggris
digunakan istilah berikut :
Rechtswetenschap (Belanda)
Rechtstheorie (Belanda)
Jurisprudence (Inggris)
Legal science (Inggris)
Jurisprudent (Jerman)
16. Kepustakaan bahasa Indonesia tidak tajam dalam
penggunaan istilah. Istilah ilmu hukum tampaknya begitu
saja disejajarkan dengan istilah-istilah dalam bahasa asing
seperti dalam bahasa Belanda : rechtswetenschap,
rechtstheorie, dan dalam kepustakaan berbahasa Inggris
dikenal istilah-istilah seperti : jurisprudence, legal
science.
Istilah Belanda rechtswetenschap dalam arti sempit
adalah dogmatic hukum atau ajaran hukum (de rechtsleer)
yang tugasnya adalah deskripsi hukum positif,
sistematisasi hukum positif dan dalam hal tersebut juga
eksplanasi. Dengan demikian dogmatik hukum tidak
bebas nilai tetapi syarat nilai. Rechtswetenschap dalam
arti luas meliputi : dogmatic hukum, teori hukum (dalam
arti sempit) dan filsafat hukum.
17. Rechtstheorie juga mengandung makna
sempit dan luas. Dalam arti sempit
rechtstheorie adalah lapisan ilmu hukum yang
berada di antara dogmatik hukum dan filsafat
hukum. Teori hukum dalam arti ini merupakan
ilmu eksplanasi hukum.
Teori hukum merupakan ilmu yang
sifatnya interdispliner. Dalam arti luas,
rechtstheorie digunakan dalam arti yang sama
dengan rechtswetenschap dalam arti luas.
18. Istilah Inggris jurisprudence, legal
science, dan legal philosophy mempunyai
makna yang berbeda dengan istilah-istilah
Belanda seperti yang telah diuraikan di atas.
Dari sudut pandang filsafat ilmu.
Menggunakan istilah rechtswetenschappen
(Ilmu-ilmu hukum), merumuskan bahwa
semua disiplin yang obyeknya. Hukum
adalah ilmu hukum.
19. Dari segi obyeknya Ilmu hukum
dibedakan atas:
Ilmu Hukum Normatif
Ilmu Hukum Empiris
2. Jenis Ilmu Hukum
20. UNTUK ILMU HUKUM EMPIRIS:
1. Sociological jurisprudence : law in action # law in the books
Studi sociological jurisprudence memfokuskan diri pada
problema kesenjangan antara law in book dan law in action.
Kritik terhadap studi ini adalah bahwa mereka hanya
memaparkan kesenjangan tetapi tidak menjelaskan kenapa
terjadi kesenjangan, sehingga tidak ada solusi.
2. Socio – legal studies
Studi ini melihat hubungan timbal balik antara hukum dan
masyarakat. Yang disatu sisi pengaruh hukum terhadap
masyarakat dan disisi lain pengaruh masyarakat terhadap
hukum.
21. Hanya kelompok yurislah yang kompeten untuk
menduduki profesi hukum seperti hakim, jaksa dan
advokad. Di Belanda kualitas yuris melekat pada gelar
Mr. (Meester in the rechten), dalam sistem anglo-
Amerika karakter melekat pada gelar LL.M (Master of
laws atau Legume Magister).
Lulusan pendidikan tinggi hukum di Indonesia
dengan gelar yang tidak langsung menunjuk pada gelar
yuris. Seperti lulusan S1 bergelar sarjana hukum (S.H),
lulusan S2 awalnya bergelar M.S (Magister Sains).
Kemudian M.H (Magister Hukum). Tidak jelas
menunjukkan karakter yuris.
22. Perbedaan antara ilmu hukum normatif dengan
ilmu hukum empiris oleh D.H.M Meawissen
digambarkan sebagai berikut:
Ilmu hukum empiris secara tegas
membedakan fakta dari norma.
Bagi ilmu hukum empiris, gejalah hukum
harus murni, yaitu fakta sosial.
Bagi ilmu hukum empiris, metode yang
digunakan adalah metode ilmu empiris.
Ilmu hukum empiris merupakan ilmu yang
bebas nilai.
23. J.J.H. Bruggink menggambarkan perbedaan antara
ilmu hukum empiris dengan ilmu hukum normatif
sebagai berikut :
Pandangan positivistik : Ilmu hukum
empirik
Pandangan normatif: Ilmu hukum
normatif
Hubungan dasar Subyek - obyek Subyek - obyek
Sikap ilmuwan Penonton (toeschouwer) Partisipan (doelnemer)
PERSPEKTIF EKSTERN INTERN
Teori kebenaran Korespondensi Pragmatik
Proposisi Hanya informatif atau empiris Normatif dan evaluatif
Metode Hanya metode yang bisa diamati
pancaindera
Juga metode lain
Moral Non kognitif Kognitif
Hubungan antar moral
dan hukum
Pemisahan tegas Tidak ada pemisahan
Ilmu Hanya sosiologi hukum empiris dan
teori hukum empiris
Ilmu hukum dalam arti luas
24. Beberapa perbedaan mendasar antara ilmu hukum normatif
dan ilmu hukum empiris:
Pertama-tama dari hubungan dasar sikap ilmuwan, dan
yang sangat penting adalah teori kebenaran.
Dalam ilmu hukum empiris sikap ilmuwan adalah
sebagai penonton yang mengamati gejalah-gejalah obyeknya
yang ditangkap oleh pancaindra.
Dalam ilmu hukum normatif, yuris secara aktif
menganalisis norma, sehingga peranan subyek sangat
menonjol.
Dari segi kebenaran ilmiah, kebenaran hukum empiris
adalah kebenaran korespondensi, artinya bahwa sesuatu itu
benar karena didukung oleh fakta (correspond to reality).
Dalam ilmu hukum normatif dengan dasar kebenaran
pragmatik yang pada dasarnya adalah konsensus sejawat
keahlian.
25. Hukum dikonsepkan sebagai gejala empirik yang
teramati di alam pengalaman, tidak lagi
dimaknakan sebagai norma yang eksis di dalam
suatu sistem legitimasi yang formal.
Dari segi substansi, hukum sebagai suatu
kekuatan sosial yang nyata di dalam masyarakat ,
yang mungkin saja akan efektif atau tidak efektif
untuk membentuk pola perilaku aktual
masyarakat. Segi strukturnya hukum sebagai
institusi peradilan yg kerjanya mentranspormasi
materi hukum in abstracto
26. 4. Lapisan Ilmu Hukum
J. Gijssels dan Marck van Hoecke mengemukakan lapisan
ilmu hukum.
Secara kronologis perkembangan ilmu hukum diawali
oleh filsafat dan disusul dogmatic hukum (ilmu hukum positif).
Dua disiplin tersebut memiliki perbedaan yang sangat extrem.
Filsafat hukum sangat spekulatif, sedangkan hukum positif
sangat teknis. Dalam hubungan dengan itu dibutuhkan disiplin
tengah yang menjembatani filsafat hukum dan ilmu hukum
positif.
Disiplin tengah tersebut mula-mula berbentuk ajaran
hukum umum (algemene rechtsleer) yang berisi ciri-ciri umum
seperti asas-asas hukum dari berbagai sistem hukum. Dari ajaran
hukum umum berkembang menjadi teori hukum.
Disiplin baru ini tidak hanya dengan fokus ciri-ciri yang
sama tetapi juga permasalahan yang sama dari berbagai sistem
hukum.
27. Lapisan Ilmu Hukum
Praktik Hukum
Dogmatik hukum, teori hukum, filsafat hukum
pada akhirnya harus diarahkan kepada praktik
hukum. Praktik hukum menyangkut dua aspek
utama yaitu pembentukan hukum dan penerapan
hukum.
Filsafat Hukum
Teori Hukum
Dogmatik Hukum
28. Permasalahan penerapan hukum antara lain
mengenai: interprestasi hukum, kekosongan hukum
(leemten in het recht), antinomy dan norma yang kabur
(vage normen).
Hubungan antara filsafat hukum, teori hukum dan
dogmatic hukum dapat digambarkan dalam gambar
berikut ini.
Gambar di bawah ini menunjukkan bahwa hukum
positif didukung oleh ilmu hukum positif, teori hukum
dan filsafat hukum.
Tiap lapisan ilmu hukum memiliki karakteristik
khusus mengenai: konsep, eksplanasi dan sifat atau
hakikat keilmuannya. Hal tersebut dapat diuraikan
dalam Gambar berikut.
29. Sebagai ilustrasi, dalam Pasal 13 UU No. 5 Tahun 1986
dirumuskan Keputusan Tata Usaha Negara adalah penetapan
tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat Tata Usaha
Negara, yang merupakan tindakan Hukum Tata Usaha Negara
yang bersifat konkrit, individual dan final.
Filsafat Hukum
Meta - teori
Filsafat Hukum
Meta - teori
Filsafat Hukum
teori teoriteori
Hukum Positif
30. Gambar Hubungan Filsafat Hukum, Teori
Hukum dan Dogmatik Hukum
Lapisan Ilmu
Hukum
Konsep Eksplanasi Sifat
Filsafat Hukum
(FH)
Grondbegrippen Reflektif Spekulatif
Teori Hukum (TH) Algemene
begrippen
Analitis -> Normatif
Dogmatik Hukum
(DH)
Technischjuridisch
begrippen
Teknis yuridis Normatif
Gambar Karakteristik Lapisan Ilmu Hukum
31. Keputusan Tata Usaha Negara merupakan
konsep teknis, namun unsur-unsur Keputusan
Tata Usaha Negara harus ditelusuri dalam ranah
teori hukum, dalam hal ini teori Hukum
Administrasi.
Contoh : untuk menjelaskan unsur tindakan
Hukum Tata Usaha Negara haruslah pertama-
tama menjawab pertanyaan apakah yang
dimaksud Hukum Tata Usaha Negara. Konsep
Hukum Tata Usaha Negara adalah konsep teori,
jadi merupakan konsep umum (algemene
begrippen).
32. H. P.H. Visser Thooft menggambarkan lapisan
ilmu hukum sebagai berikut (Gambar 5).
Teori Hukum (Rechts Theorie)
Ilmu Hukum Praktik
(Praktische rechtswetenschap)
Ilmu-ilmu Hukum lain
(Andere rechtswetenschappen)
Filsafat Hukum (Rechts Filosofie)
Gambar Lapisan Ilmu Hukum Menurut H.P.H Visser Thooft
33. Membandingkan gambar dari Visser dengan
gambar dari J.J.H. Bruggink, yang merujuk pada
pendapat J. Gijssels dan Mark Van Hoecke dapat
disimpulkan bahwa dogmatic hukum (ilmu hukum
positif) adalah ilmu hukum praktis. Fungsi ilmu praktis
adalah problem solving. Dengan demikian, dogmatic
hukum sebagai ilmu hukum praktis tujuannya adalah
legal problem solving. Untuk tujuan tersebut dibutuhkan
ars, yang merupakan keterampilan ilmiah.
Art itu dibutuhkan para yuris untuk menyusun
legal opinion sebagai output dari langkah legal problem
solving. Art yang dimaksud adalah legal reasoning atau
legal argumentation.
34. 5. Penyusunan Proposal Penelitian
A. MERUMUSKAN JUDUL PENELITIAN
Judul suatu penelitian hukum normatif
merupakan refleksi terhadap tema sentral
yang menjadi obyak penelitian. Judul
dibuat singkat dan jelas sehingga tidak
menimbulkan interpretasi yang
menyimpang dari materi yang akan diteliti.
35. B. LATAR BELAKANG
MASALAH
Merefleksikan motivasi yang mendorong
diadakannya suatu penelitian hukum. Penelitian yang
baik harus memberikan manfaat praktis dan teoritis.
Harus berisi uraian tentang apa yang menjadi pokok
permasalahan yang diangkat sehingga permasalahan
itu penting untuk diteliti. Harus ditunjukkan letak
permasalahan yang akan diteliti dalam konteks teori,
serta apa sumbangan terhadap permasalahan yang
lebih luas.
36. C. RUMUSAN MASALAH
Harus dibuat dalam suatu kalimat yang sejelas
mungkin, karena rumusan masalah akan menentukan
arah penelitian yang dikehendaki. Rumusan konkret
permasalahan yang akan diteliti harus dilandasi oleh
pemikiran teoritis.
Rumusan masalah dalam penelitian hukum
normatif tidak harus dalam suatu kalimat tanya (?),
namun dapat juga dalam bentuk pernyataan. Rumusan
masalah untuk suatu penelitian hukum normatif tidak
sama dengan penelitian hukum empiris.
37. 5. Penyusunan Proposal Penelitian
A. MERUMUSKAN JUDUL PENELITIAN
Judul suatu penelitian hukum normatif
merupakan refleksi terhadap tema sentral
yang menjadi obyak penelitian. Judul
dibuat singkat dan jelas sehingga tidak
menimbulkan interpretasi yang
menyimpang dari materi yang akan diteliti.
38. B. LATAR BELAKANG
MASALAH
Merefleksikan motivasi yang mendorong
diadakannya suatu penelitian hukum. Penelitian yang
baik harus memberikan manfaat praktis dan teoritis.
Harus berisi uraian tentang apa yang menjadi pokok
permasalahan yang diangkat sehingga permasalahan
itu penting untuk diteliti. Harus ditunjukkan letak
permasalahan yang akan diteliti dalam konteks teori,
serta apa sumbangan terhadap permasalahan yang
lebih luas.
39. C. RUMUSAN MASALAH
Harus dibuat dalam suatu kalimat yang sejelas
mungkin, karena rumusan masalah akan menentukan
arah penelitian yang dikehendaki. Rumusan konkret
permasalahan yang akan diteliti harus dilandasi oleh
pemikiran teoritis.
Rumusan masalah dalam penelitian hukum
normatif tidak harus dalam suatu kalimat tanya (?),
namun dapat juga dalam bentuk pernyataan. Rumusan
masalah untuk suatu penelitian hukum normatif tidak
sama dengan penelitian hukum empiris.
40. C. KEASLIAN PENELITIAN
Disertasi adalah suatu karya ilmiah, seorang
peneliti harus memberikan pertanggung jawa ban
ilmiah bahwa penelitian yang dilakukan dijamin
keasliannya.
Peneliti harus memilih konsentrasi tertentu yang
menarik perhatian dan belum dilakukan oleh peneliti
sebelumnya. Keaslian penelitian adalah tempat
seorang peneliti memberikan pertanggungjawaban
ilmiah terhadap keaslian karyanya.
41. E. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian senantiasa mengikuti apa
yang telah menjadi rumusan masalah dan
menjelaskan apa yang ingin diperoleh dalam
proses penelitian.
Tujuan penelitian harus jelas dan tegas serta
memiliki keterkaitan dengan rumusan masalah.
42. F. Manfaat Penelitian
Berisi uraian tentang temuan baru yang di
upayakan dan akan dihasilkan dalam penelitian
serta apa manfaat temuan bagi perkembangan
ilmu pengetahuan dan atau praktik hukum.
Uraian manfaat penelitian hendaknya dirinci
baik manfaat praktis maupun teoritis yang
dihasilkan dalam penelitian.
43. G. TINJAUAN PUSTAKA
Berisi uraian teoritis yang menjadi pisau analisis
terhadap pemecahan permasalahan hukum yang
diteliti.
Memuat uraian sistematis tentang teori dasar yang
relevan terhadap fakta hukum dan hasil penelitian
sebelumnya.
Kejujuran akademis mewajibkan peneliti untuk
memaparkan dan menunjukkan sumber-sumber teori
yang digunakannya.
44. h. Metode Penelitian
a. tipe penelitian
b. Pendekatan masalah
b. bahan hukum
c. prosedur pengumpulan bahan hukum
d. pengolahan dan analisis bahan hukum
e. Pertanggungjawaban sistimatika
45. 5. Penyusunan Proposal Penelitian
A. MERUMUSKAN JUDUL PENELITIAN
Judul suatu penelitian hukum normatif
merupakan refleksi terhadap tema sentral
yang menjadi obyak penelitian. Judul
dibuat singkat dan jelas sehingga tidak
menimbulkan interpretasi yang
menyimpang dari materi yang akan diteliti.
46. B. LATAR BELAKANG
MASALAH
Merefleksikan motivasi yang mendorong
diadakannya suatu penelitian hukum. Penelitian yang
baik harus memberikan manfaat praktis dan teoritis.
Harus berisi uraian tentang apa yang menjadi pokok
permasalahan yang diangkat sehingga permasalahan
itu penting untuk diteliti. Harus ditunjukkan letak
permasalahan yang akan diteliti dalam konteks teori,
serta apa sumbangan terhadap permasalahan yang
lebih luas.
47. C. RUMUSAN MASALAH
Harus dibuat dalam suatu kalimat yang sejelas
mungkin, karena rumusan masalah akan menentukan
arah penelitian yang dikehendaki. Rumusan konkret
permasalahan yang akan diteliti harus dilandasi oleh
pemikiran teoritis.
Rumusan masalah dalam penelitian hukum
normatif tidak harus dalam suatu kalimat tanya (?),
namun dapat juga dalam bentuk pernyataan. Rumusan
masalah untuk suatu penelitian hukum normatif tidak
sama dengan penelitian hukum empiris.
48. C. KEASLIAN PENELITIAN
Disertasi adalah suatu karya ilmiah, seorang
peneliti harus memberikan pertanggung jawa ban
ilmiah bahwa penelitian yang dilakukan dijamin
keasliannya.
Peneliti harus memilih konsentrasi tertentu yang
menarik perhatian dan belum dilakukan oleh peneliti
sebelumnya. Keaslian penelitian adalah tempat
seorang peneliti memberikan pertanggungjawaban
ilmiah terhadap keaslian karyanya.
49. E. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian senantiasa mengikuti apa
yang telah menjadi rumusan masalah dan
menjelaskan apa yang ingin diperoleh dalam
proses penelitian.
Tujuan penelitian harus jelas dan tegas serta
memiliki keterkaitan dengan rumusan masalah.
50. F. Manfaat Penelitian
berisi uraian tentang temuan baru yang di
upayakan dan akan dihasilkan dalam penelitian
serta apa manfaat temuan bagi perkembangan
ilmu pengetahuan dan atau praktik hukum.
Uraian manfaat penelitian hendaknya dirinci
baik manfaat praktis maupun teoritis yang
dihasilkan dalam penelitian.
51. G. TINJAUAN PUSTAKA
Berisi uraian teoritis yang menjadi pisau analisis
terhadap pemecahan permasalahan hukum yang
diteliti.
Memuat uraian sistematis tentang teori dasar yang
relevan terhadap fakta hukum dan hasil penelitian
sebelumnya.
Kejujuran akademis mewajibkan peneliti untuk
memaparkan dan menunjukkan sumber-sumber teori
yang digunakannya.
52. h. Metode Penelitian
a. tipe penelitian
b. Pendekatan masalah
b. bahan hukum
c. prosedur pengumpulan bahan hukum
d. pengolahan dan analisis bahan hukum
e. Pertanggungjawaban sistimatika
53. 5. Penyusunan Proposal Penelitian
A. MERUMUSKAN JUDUL PENELITIAN
Judul suatu penelitian hukum normatif
merupakan refleksi terhadap tema sentral
yang menjadi obyak penelitian. Judul
dibuat singkat dan jelas sehingga tidak
menimbulkan interpretasi yang
menyimpang dari materi yang akan diteliti.
54. B. LATAR BELAKANG
MASALAH
Merefleksikan motivasi yang mendorong
diadakannya suatu penelitian hukum. Penelitian yang
baik harus memberikan manfaat praktis dan teoritis.
Harus berisi uraian tentang apa yang menjadi pokok
permasalahan yang diangkat sehingga permasalahan
itu penting untuk diteliti. Harus ditunjukkan letak
permasalahan yang akan diteliti dalam konteks teori,
serta apa sumbangan terhadap permasalahan yang
lebih luas.
55. C. RUMUSAN MASALAH
Harus dibuat dalam suatu kalimat yang sejelas
mungkin, karena rumusan masalah akan menentukan
arah penelitian yang dikehendaki. Rumusan konkret
permasalahan yang akan diteliti harus dilandasi oleh
pemikiran teoritis.
Rumusan masalah dalam penelitian hukum
normatif tidak harus dalam suatu kalimat tanya (?),
namun dapat juga dalam bentuk pernyataan. Rumusan
masalah untuk suatu penelitian hukum normatif tidak
sama dengan penelitian hukum empiris.
56. C. KEASLIAN PENELITIAN
Disertasi adalah suatu karya ilmiah, seorang
peneliti harus memberikan pertanggung jawa ban
ilmiah bahwa penelitian yang dilakukan dijamin
keasliannya.
Peneliti harus memilih konsentrasi tertentu yang
menarik perhatian dan belum dilakukan oleh peneliti
sebelumnya. Keaslian penelitian adalah tempat
seorang peneliti memberikan pertanggungjawaban
ilmiah terhadap keaslian karyanya.
57. E. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian senantiasa mengikuti apa
yang telah menjadi rumusan masalah dan
menjelaskan apa yang ingin diperoleh dalam
proses penelitian.
Tujuan penelitian harus jelas dan tegas serta
memiliki keterkaitan dengan rumusan masalah.
58. F. Manfaat Penelitian
berisi uraian tentang temuan baru yang di
upayakan dan akan dihasilkan dalam penelitian
serta apa manfaat temuan bagi perkembangan
ilmu pengetahuan dan atau praktik hukum.
Uraian manfaat penelitian hendaknya dirinci
baik manfaat praktis maupun teoritis yang
dihasilkan dalam penelitian.
59. G. TINJAUAN PUSTAKA
Berisi uraian teoritis yang menjadi pisau analisis
terhadap pemecahan permasalahan hukum yang
diteliti.
Memuat uraian sistematis tentang teori dasar yang
relevan terhadap fakta hukum dan hasil penelitian
sebelumnya.
Kejujuran akademis mewajibkan peneliti untuk
memaparkan dan menunjukkan sumber-sumber teori
yang digunakannya.
60. h. Metode Penelitian
a. tipe penelitian
b. Pendekatan masalah
b. bahan hukum
c. prosedur pengumpulan bahan hukum
d. pengolahan dan analisis bahan hukum
e. Pertanggungjawaban sistimatika
61. 5. Penyusunan Proposal Penelitian
A. MERUMUSKAN JUDUL PENELITIAN
Judul suatu penelitian hukum normatif
merupakan refleksi terhadap tema sentral
yang menjadi obyak penelitian. Judul
dibuat singkat dan jelas sehingga tidak
menimbulkan interpretasi yang
menyimpang dari materi yang akan diteliti.
62. B. LATAR BELAKANG
MASALAH
Merefleksikan motivasi yang mendorong
diadakannya suatu penelitian hukum. Penelitian yang
baik harus memberikan manfaat praktis dan teoritis.
Harus berisi uraian tentang apa yang menjadi pokok
permasalahan yang diangkat sehingga permasalahan
itu penting untuk diteliti. Harus ditunjukkan letak
permasalahan yang akan diteliti dalam konteks teori,
serta apa sumbangan terhadap permasalahan yang
lebih luas.
63. C. RUMUSAN MASALAH
Harus dibuat dalam suatu kalimat yang sejelas
mungkin, karena rumusan masalah akan menentukan
arah penelitian yang dikehendaki. Rumusan konkret
permasalahan yang akan diteliti harus dilandasi oleh
pemikiran teoritis.
Rumusan masalah dalam penelitian hukum
normatif tidak harus dalam suatu kalimat tanya (?),
namun dapat juga dalam bentuk pernyataan. Rumusan
masalah untuk suatu penelitian hukum normatif tidak
sama dengan penelitian hukum empiris.
64. C. KEASLIAN PENELITIAN
Disertasi adalah suatu karya ilmiah, seorang
peneliti harus memberikan pertanggung jawa ban
ilmiah bahwa penelitian yang dilakukan dijamin
keasliannya.
Peneliti harus memilih konsentrasi tertentu yang
menarik perhatian dan belum dilakukan oleh peneliti
sebelumnya. Keaslian penelitian adalah tempat
seorang peneliti memberikan pertanggungjawaban
ilmiah terhadap keaslian karyanya.
65. E. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian senantiasa mengikuti apa
yang telah menjadi rumusan masalah dan
menjelaskan apa yang ingin diperoleh dalam
proses penelitian.
Tujuan penelitian harus jelas dan tegas serta
memiliki keterkaitan dengan rumusan masalah.
66. F. Manfaat Penelitian
berisi uraian tentang temuan baru yang di
upayakan dan akan dihasilkan dalam penelitian
serta apa manfaat temuan bagi perkembangan
ilmu pengetahuan dan atau praktik hukum.
Uraian manfaat penelitian hendaknya dirinci
baik manfaat praktis maupun teoritis yang
dihasilkan dalam penelitian.
67. G. TINJAUAN PUSTAKA
Berisi uraian teoritis yang menjadi pisau analisis
terhadap pemecahan permasalahan hukum yang
diteliti.
Memuat uraian sistematis tentang teori dasar yang
relevan terhadap fakta hukum dan hasil penelitian
sebelumnya.
Kejujuran akademis mewajibkan peneliti untuk
memaparkan dan menunjukkan sumber-sumber teori
yang digunakannya.
68. h. Metode Penelitian
a. tipe penelitian
b. Pendekatan masalah
b. bahan hukum
c. prosedur pengumpulan bahan hukum
d. pengolahan dan analisis bahan hukum
e. Pertanggungjawaban sistimatika
69. 5. Penyusunan Proposal Penelitian
A. MERUMUSKAN JUDUL PENELITIAN
Judul suatu penelitian hukum normatif
merupakan refleksi terhadap tema sentral
yang menjadi obyak penelitian. Judul
dibuat singkat dan jelas sehingga tidak
menimbulkan interpretasi yang
menyimpang dari materi yang akan diteliti.
70. B. LATAR BELAKANG
MASALAH
Merefleksikan motivasi yang mendorong
diadakannya suatu penelitian hukum. Penelitian yang
baik harus memberikan manfaat praktis dan teoritis.
Harus berisi uraian tentang apa yang menjadi pokok
permasalahan yang diangkat sehingga permasalahan
itu penting untuk diteliti. Harus ditunjukkan letak
permasalahan yang akan diteliti dalam konteks teori,
serta apa sumbangan terhadap permasalahan yang
lebih luas.
71. C. RUMUSAN MASALAH
Harus dibuat dalam suatu kalimat yang sejelas
mungkin, karena rumusan masalah akan menentukan
arah penelitian yang dikehendaki. Rumusan konkret
permasalahan yang akan diteliti harus dilandasi oleh
pemikiran teoritis.
Rumusan masalah dalam penelitian hukum
normatif tidak harus dalam suatu kalimat tanya (?),
namun dapat juga dalam bentuk pernyataan. Rumusan
masalah untuk suatu penelitian hukum normatif tidak
sama dengan penelitian hukum empiris.
72. C. KEASLIAN PENELITIAN
Disertasi adalah suatu karya ilmiah, seorang
peneliti harus memberikan pertanggung jawa ban
ilmiah bahwa penelitian yang dilakukan dijamin
keasliannya.
Peneliti harus memilih konsentrasi tertentu yang
menarik perhatian dan belum dilakukan oleh peneliti
sebelumnya. Keaslian penelitian adalah tempat
seorang peneliti memberikan pertanggungjawaban
ilmiah terhadap keaslian karyanya.
73. E. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian senantiasa mengikuti apa
yang telah menjadi rumusan masalah dan
menjelaskan apa yang ingin diperoleh dalam
proses penelitian.
Tujuan penelitian harus jelas dan tegas serta
memiliki keterkaitan dengan rumusan masalah.
74. F. Manfaat Penelitian
berisi uraian tentang temuan baru yang di
upayakan dan akan dihasilkan dalam penelitian
serta apa manfaat temuan bagi perkembangan
ilmu pengetahuan dan atau praktik hukum.
Uraian manfaat penelitian hendaknya dirinci
baik manfaat praktis maupun teoritis yang
dihasilkan dalam penelitian.
75. G. TINJAUAN PUSTAKA
Berisi uraian teoritis yang menjadi pisau analisis
terhadap pemecahan permasalahan hukum yang
diteliti.
Memuat uraian sistematis tentang teori dasar yang
relevan terhadap fakta hukum dan hasil penelitian
sebelumnya.
Kejujuran akademis mewajibkan peneliti untuk
memaparkan dan menunjukkan sumber-sumber teori
yang digunakannya.
76. h. Metode Penelitian
a. tipe penelitian
b. Pendekatan masalah
b. bahan hukum
c. prosedur pengumpulan bahan hukum
d. pengolahan dan analisis bahan hukum
e. Pertanggungjawaban sistimatika
77. C. RUMUSAN MASALAH
Harus dibuat dalam suatu kalimat yang sejelas
mungkin, karena rumusan masalah akan menentukan
arah penelitian yang dikehendaki. Rumusan konkret
permasalahan yang akan diteliti harus dilandasi oleh
pemikiran teoritis.
Rumusan masalah dalam penelitian hukum
normatif tidak harus dalam suatu kalimat tanya (?),
namun dapat juga dalam bentuk pernyataan. Rumusan
masalah untuk suatu penelitian hukum normatif tidak
sama dengan penelitian hukum empiris.
78. C. RUMUSAN MASALAH
Harus dibuat dalam suatu kalimat yang sejelas
mungkin, karena rumusan masalah akan menentukan
arah penelitian yang dikehendaki. Rumusan konkret
permasalahan yang akan diteliti harus dilandasi oleh
pemikiran teoritis.
Rumusan masalah dalam penelitian hukum
normatif tidak harus dalam suatu kalimat tanya (?),
namun dapat juga dalam bentuk pernyataan. Rumusan
masalah untuk suatu penelitian hukum normatif tidak
sama dengan penelitian hukum empiris.
79. C. KEASLIAN PENELITIAN
Disertasi adalah suatu karya ilmiah, seorang
peneliti harus memberikan pertanggung jawa ban
ilmiah bahwa penelitian yang dilakukan dijamin
keasliannya.
Peneliti harus memilih konsentrasi tertentu yang
menarik perhatian dan belum dilakukan oleh peneliti
sebelumnya. Keaslian penelitian adalah tempat
seorang peneliti memberikan pertanggungjawaban
ilmiah terhadap keaslian karyanya.
80. E. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian senantiasa mengikuti apa
yang telah menjadi rumusan masalah dan
menjelaskan apa yang ingin diperoleh dalam
proses penelitian.
Tujuan penelitian harus jelas dan tegas serta
memiliki keterkaitan dengan rumusan masalah.
81. F. Manfaat Penelitian
berisi uraian tentang temuan baru yang di
upayakan dan akan dihasilkan dalam penelitian
serta apa manfaat temuan bagi perkembangan
ilmu pengetahuan dan atau praktik hukum.
Uraian manfaat penelitian hendaknya dirinci
baik manfaat praktis maupun teoritis yang
dihasilkan dalam penelitian.
82. G. TINJAUAN PUSTAKA
Berisi uraian teoritis yang menjadi pisau analisis
terhadap pemecahan permasalahan hukum yang
diteliti.
Memuat uraian sistematis tentang teori dasar yang
relevan terhadap fakta hukum dan hasil penelitian
sebelumnya.
Kejujuran akademis mewajibkan peneliti untuk
memaparkan dan menunjukkan sumber-sumber teori
yang digunakannya.
83. h. Metode Penelitian
a. tipe penelitian
b. Pendekatan masalah
b. bahan hukum
c. prosedur pengumpulan bahan hukum
d. pengolahan dan analisis bahan hukum
e. Pertanggungjawaban sistimatika