Dokumen tersebut membahas tentang perkembangan anak usia prasekolah dan sekolah dasar. Terdapat pembahasan mengenai kebutuhan dasar, aspek perkembangan, dan perilaku bermain pada masa tersebut. Aspek perkembangan yang dibahas meliputi fisik, kognitif, bahasa, psikomotorik, dan psikososial.
Tugas Makalah Perkembangan Anak Awal dan Anak Akhir
1. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
“Perkembangan Anak Awal (Prasekolah) dan Akhir (Anak Usia Sekolah)”
Dosen Pengampu : Prawidya Lestari, MPd.I
Disusun Oleh :
Mufatikha Azizah
NIM.2086208013
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA PURWOREJO
2021
2. 2
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Anak diterjemahkan sebagai bagian dari keluarga yang sering dikatakan sebagai
potret dari orang tuanya saat masih kecil. Namun, anak juga identik dengan individu
tersendiri yang tumbuh berkembang secara unik dan tidak dapat diulang setelah usia
bertambah. Anak mengalami lompatan kemajuan yang menakjubkan pada usia
prasekolah, terutama dalam kemajuan fisik, perkembangan social, dan emosional. Anak
usia prasekolah berada pada rentang usia 3-5 tahun. Beberapa perilaku yang tidak ada
sebelumnya sekarang akan muncul dengan sendirinya. Anak usia prasekolah ini sedang
daam proses awal pencarian jati diri. Secara fisik maupun psikis, usia ini adalah usia
yang rentang dengan berbagai penyakit yang dapat menimbulkan masalah dan
mempengaruhi tumbuh kembang anak.
Anak usia sekolah adalah periode perkembangan dari usia anak menjadi remaja,
yang identik dengan masa usia sekolah. Usia anak sekolah ini biasanya ditandai dengan
perubahan fisik pada masa remajanya. Anak usia sekolah dimulai dari umur 5-12tahun.
Anak usia sekolah disebut sebagai masa intelektual, yakni anak mulai berpikir secara
konket dan rasional. Usia 5-12 tahun juga sering disebut usia sekolah, artinya usia
sekolah menjadi pengalaman inti anak usia ini yang menjadi titik pusat perkembangan
fisik, kognitif, dan pskososial.
2. Rumusan Masalah
1. Kebutuhan dasar anak-anak awal dan akhir
2. Aspek perkembangan anak : fisik, kognitif, psikomotorik, bahasa, seni, dan
psikososisal
3. Periode Golden Age
4. Permainan dan tingkah laku bermain
5. Prinsip belajar anak pada masa anak-anak awal dan akhir
6. Tugas-tugas perkembangan masa anak-anak awal dan akhir
7. Strategi guru dalam pembelajaran anak sekolah dasar
3. 3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kebutuhan Dasar Anak Awal dan Akhir
Tumbuh dan kembang anak secara optimal dipengaruhi oleh hasil interaksi antara
faktor genetis, herediter, dan konstitusi dengan faktor lingkungan. Agar faktor
lingkungan memberikan pengaruh yang positif bagi tumbuh kembang anak, maka
diperlukan pemenuhan atas kebutuhan dasar tertentu. Kebutuhan dasar ini dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu asah, asih, dan asuh (Soetjiningsih, 1995, dalam
Nursalam, 2005):
a. Asah (kebutuhan stimulasi)
Stimulasi adalah adanya perangsangan dari lingkungan luar anak, yang berupa
latihan atau bermain. Stimulasi merupakan kebutuhan yang sangat penting
untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang banyak mendapatkan
stimulasi yang terarah akan cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang
kurang mendapatkan stimulasi. Pemberian stimulus ini sudah dapat dilakukan
sejak masa prenatal, dan setelah lahir dengan cara menetekkan bayi pada ibunya
sendiri mungkin. Asah merupakan kebutuhan untuk perkembangan mental
psikososial anak yang dapat dilakukan dengan pendidikan dan pelatihan
(Soetjiningsih, 1995, dalam Nursalam, 2005).
b. Asih (kebutuhan emosi dan kasih sayang)
Pemenuhan kebutuhan emosi dan kasih sayang, dapat dimulai sedini mungkin.
Bahkan sejak anak berada dalam kandungan, perlu dilakukan kontak psikologis
antara ibu dan anak, misalnya dengan mengajak bicara/mengelusnya,
setelalahir, upaya tersebut dapat dilakukan dengan mendekapkan bayi ke dada
ibu segera setalah lahir. Ikatan emosi dan kasih sayang yang eratantara
ibu/orang tua sangatlah penting, karena berguna untuk menentukan perilaku
anak di kemudian hari, merangsang perkembangan otak anak, serta merangsang
perhatian anak terhadap dunia luar. Oleh karena itu, kebutuhan asih ini meliputi:
4. 4
1.) Kasih sayang orang tua
Orang tua yang harmonis akan mendidik dan membimbing anak dengan
penuh kasih sayang. Kasih sayang tidak berarti memanjakan atau tidak
pernah memarahi, tetapi bagaimana orang tua menciptakan hubungan yang
hangat dengan anak, sehingga anak merasa aman dan senang.
2.) Rasa aman
Adanya interaksi yang harmonis antara orang tua dan anak akan
memberikan rasa aman bagi anak untuk melakukan aktivitas sehari-harinya.
3.) Harga diri
Setiap anak ingin diakui keberadaan dan keinginannya. Apabila anak
diacuhkan, maka hal ini dapat menyebabkan frustasi.
4.) Dukungan / dorongan
Dalam melakukan aktivitas, anak perlu memperoleh dukungan dari
lingkungannya. Apabila orang tua sering melarang aktivitas yang akan
dilakukan, maka hal tersebut dapat menyebabkan anak ragu-ragu dalam
melakukan setiap aktivitasnya. Selain itu, orang tua perlu memberikan
dukungan agar anak dapat mengatasi stressor atau masalah yang dihadapi.
5.) Mandiri
Agar anak menjadi pribadi yang mandiri, maka sejak awal anak harus dilatih
untuk tidak selalu tergantung pada lingkungannya. Dalam melatih anak
untuk mandiri tentunya harus menyesuaikan dengan kemampuan dan
perkembangan.
6.) Rasa memiliki .
Anak perlu dilatih untuk mempunyai rasa memiliki terhadap barang-barang
yang dimilikinya, sehingga anak tersebut akan mempunyai rasa tanggung
jawab untuk memelihara barangnya.
5. 5
7.) Kebutuhan akan sukses, mendapatkan kesempatan, dan pengalaman
Anak perlu diberikan kesempatan untuk berkembang sesuai dengan
kemampuan dan sifat-sifat bawaannya. Tidak pada tempatnya jika orang tua
memaksakan keinginannya untuk dilakukan oleh anak tanpa
memperhatikan kemauan anak.
c. Asuh (kebutuhan fisik-biomedis)
Termasuk kebutuhan asuh adalah :
1.) Zat gizi yang mencukupi dan seimbang
Zat gizi yang mencukupi pada anak harus sudah dimulai sejak dalam
kandungan, yaitu dengan pemberian nutrisi yang cukup memadai pada ibu
hamil. Setelah lahir, harus diupayakan pemberian ASI secara eksklusif, yaitu
pemberian ASI saja sampai anak berumur 4-6 bulan. Sejak berumur 6 bulan,
sudah waktunya anak diberikan makanan tambahan atau makanan pendamping
ASI. Pemberian makanan tambahan ini penting untuk melatih kebiasaan makan
yang baik dan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang mulai meningkat pada
masa bayi dan prasekolah, karena pada masa ini pertumbuhan dan
perkembangan yang terjadi adalah sangat pesat, terutama pertumbuhan otak.
2.) Perawatan kesehatan dasar
Untuk mencapai keadaan kesehatan anak yang optimal, diperlukan beberapa
upaya, misalnya imunisasi, kontrol ke Puskesmas / Posyandu secara berkala,
diperiksakan segera bila sakit. Dengan upaya tersebut, keadaan kesehatan anak
dapat dipantau secara dini, sehingga bila ada kelainan maka anak segera
mendapatkan penanganan yang benar.
3.) Pakaian
Anak perlu mendapatkan pakaian yang bersih dan nyaman dipakai. Karena
aktivitas anak lebih banyak, hendaknya pakaian terbuat dari bahan yang
mudah menyerap keringat.
4.) Perumahan
6. 6
Dengan memberikan tempat tinggal yang layak, maka hal tersebut akan
membantu anak untuk bertumbuh dan berkembang secara optimal. Tempat
tinggal yang layak tidak berarti rumah yang berukuran besar, tetapi bagaimana
upaya kita untuk mengatur rumah menjadi sehat, cukup ventilasi, serta terjaga
kebersihan dan kerapiannya, tanpa mempedulikan berapapun ukurannya.
5.) Higiene diri dan lingkungan
Kebersihan badan dan lingkungan yang terjaga berarti sudah mengurangi resiko
tertularnya berbagai penyakit infeksi. Selain itu, lingkungan yang bersih akan
memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan aktivitas bermain
secara aman.
6.) Kesegaran jasmani (olah raga dan rekreasi)
Aktivitas olah raga dan rekreasi digunakan untuk melatih otototot tubuh dan
membuang sisa metabolisme, selain itu juga membantu meningkatkan motorik
anak, dan aspek perkembangan lainnya. Aktivitas olah raga dan rekreasi bagi
anak balita merupakan aktivitas bermain yang menyenangkan.1
2. Aspek Perkembangan Anak Awal/Pra Sekolah
a. Perkembangan Fisik
Pada usia pra sekolah ini banyak perubahan fisik yang terjadi, diantaranya
seperti berikut :
Waktu rata-rata denyut jantung dan pernapasan meturun hanya sedikit
mendekati 90x/menit dan pernapasan 22-24x/menit.
1) Tekanan darah meningkat sedikit ke nilai 95/58 mmH.
2) Berat badan meningkat kira-kira 2,5kg per tahun, sedangkan berat rata-
rata pada usia 5 tahun kira-kira 21kg, hamper 6 kali berat badan lahir.
3) Prasekolah tumbuh 2-3 inci per tahun, Panjang mereka menjadi dua kali
lipat Panjang lahir pada usia 4 tahun, dan berada pada tinggi rata-rata 43
inci pada ulang tahun kelima mereka.
1RS Winarni, Hubungan Orang Tua Dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Anak,
http://digilib.unisayogya.ac.id, diakses pada hari Selasa, 23 Maret 2021.
7. 7
4) Kepala sudah mencapai 90% dari ukuran orang dewasa pada uang
tahun keenam.
Kekurangan nutrisi yang umumnya terjadi pada anak-anak berusia
dibawah 6 tahun adalah kekurangan vitamin A, C, dan zat besi.
Konsumsi karbohidat dan lemak dalam jumlah yang sangat besar dari
makanan yang berlemak dapat menimbulkan kegemukan serta
mengakibatkan anak prasekolah dalam kondisi sangat lapar.
b. Perkembangan Kognitif
Fase perkembangan kognitif anak usia prasekolah dibagi menjadi dua, yaitu
prokonseptual dan intuitive thought.
1. Prokonseptual (2-4 tahun)
Anak mengembangkan kemampuan berbahasa untuk berkomunikasi
dan bermasyarakat. Anak mulai mengembangkan sebab-akibat, trial
and error, dan menginterpretasikan benda/kejadian. Anak mulai
menggunakan simbol kata-kata, mengingat masa lalu, masa sekarang,
dan yang akan datang.
2. Intuitive thought (4-6 tahun)
Anak mampu bermasyarakat, tetapi masih belum mampu berpikir timbal
balik. Selain itu, mereka umumnya banyak meniru perilaku orang
dewasa, tetapi sudah dapat memberi alasan pada tindakan yang
dilakukan.
c. Perkembangan Psikomotorik
Masa prasekolah ini ditandai dengan kelebihan aktivitas motorik yang lincah.
Jadi, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang
berkaitan dengan motorik, seerti menulis, menggambar, melukis, berenang,
memanah, dan lain sebagainya.kematangan perkembangan motorik membuat
mereka sudah siap menerima pelajaran keterampilan.
8. 8
d. Perkembangan Psikososial
Bentuk perkembangan ini diperoleh dengan cara mengkaji lingkungan melalui
kemampuan bereksplorasi terhadap lingkungannya, di mana mereka belajar
mengendalikan diri dan memanipulasi lingkungan. Inisiatif berkembang dengan
teman sekelilingnya, termasuk kemampuan anak dalam berbahasa. Anak mulai
menuntut untuk melakukan tugas. Hasil akhir yang diperoleh berupa suatu
prestasi. Perasaan bersalah akan timbul pada anak jika anak tidak mampu
berprestasi. Rasa bersalah dapat menyebakan anak kurang berorganisasi, ebih
mudah marah, serta mengalami regresi dengan cara kembali ke perkembangan
sebelumnya, seperti mengompol dan mengisap jempol.
e. Perkembangan Bahasa
Bahasa identik dengan sarana komunikasi dengan orang lain. Masa ke 2-2,6
tahun memiliki ciri sebagai berikut :
1. Anak sudah mulai bisa menyusun kalimat tunggal yang sempurna.
2. Anak sudah mampu memahami tentang perbandingan.
3. Anak banyak menanyakan tempat dan nama apa, dimana, darimana, dan
sebagainya.
4. Anak sudah mulai menggunakan mengerjakan kalimat kata-kata berawalan
dan berakhiran.
Sementara itu, tahap usia 2,6-6,0 tahun memiliki ciri sebagai berikut :
5. Anak sudah memggunakan kalimat majemuk beserta anak kalimatnya.
6. Tingkat berpikir anak sudah lebih maju. Anak bertanya tentang waktu, sebab
Akibat dengan pertanyaan kapan, mengapa, bagaimana, dan sebagainya.
f. Perkembangan Perilaku/Adaptasi Sosial Prasekolah
Usia anak prasekolah dapat dikatakan sebagai masa bermain karena setiap
waktunya diidsi dengan kegiatan bermain. Secara psikologis dan pedagogis,
bermain memiliki nila-nilai yang sangat berharga bagi anak,, diantaranya
sebagai berikut.
1. Anak memperoleh perasaan senang, puas, bangga, dan sebagainya.
2. Anak dapat mengembangkan rasa percaya diri dan tanggung jawab.
9. 9
3. Anak dapat berimajinasi secara luas dan kreatif.
4. Anak dapat mengenal aturan bermain.
5. Anak dapat memahami bahwa dirinya dan orang lain sama-sama memiliki
kelebihan dan kekurangan.
6. Anak dapat mengembangkan sikap sportif, tenggang rasa, atau toleransi.
Aspek Perkembangan Anak Akhir/Anak Usia Sekolah
a. Perkembangan Fisik
Pertumbuhan dan perkembangan secara fisik dapat terjadi dalam perubahan
ukuran besar kecilnya fungsi organ, muai dari tingkat sel hingga perubahan
organ. Saat usia sekolah dasar seorang anak akan mengalami pertumbuhan
tinggi badan rata-rata 5 cm per tahun dan berat badan juga akan meningkat rata-
rata 2-3kg per tahun. Pada usia ini, mambentukan jaringan lemak lebih cepat
perkembangannya dibandingkan jaringan otot.
b. Perkembangan Kognitif
Masa usia sekolah ini berada dalam tahap operasional konkret, yaitu
mengekspresikan apa yang dilakukan dengan verbal dan simbol. Selama
periode ini, kemampuan anak belajar konseptual mulai meningkat dengan pesat
dan memiliki kemampuan belajar dari benda, situasi, dan pengalaman.
c. Perkembangan Motorik
Seiring dengan perkembangan fisiknya yang branjak matang, perkembangan
motorik anak telah terkoordinasi dengan baik dengan ciri utama berupa
keselarasan gerakan sesuai dengan kebutuhan. Fase ini ditandai dengan
kelebihan gerak atau aktivitas motori yang lincah. Pada usia sekolah,
kematangan motorik ini pada umunya dicapai karena mereka sudah siap
menerima pelajaran keterampilan.
1. Simulasi motorik kasar yang dapat dilakukan diusia ini adalah
a. Berenang
b. Bermain kasti, basket, dan bola kaki.
c. Lari marathon
d. Lompat jauh, dan keiatan outbond
10. 10
2. Simulasi motorik halus yang dapat dilakukan
a. Bermain alat music
b. Menggambar adan melukis
c. Membuat kerajinan tangan
d. Perkembangan Psikososial
Dalam perkembangan psikososial, anak usia sekolah biasanya telah memguasai
keterampilan yang bersifat teknologi dan social. Usia sekolah ini sangat
dipengaruhi oleh faktor instrinsik, seperti motivasi, kemampuan, dan teman
sebaya. Selain itu, usia ini juga sangat dipengaruhi oleh factor ekstrinsik seperti
penghargaan yang didapat dan keterlibatan orang lain.
e. Perkembangan Bahasa
Dalam usia sekolah, perkembangan bahasa terlihat pada perubahan
perbendaharaan kata dan tata bahasa yang dikuasainya. Pada umumnya, anak
usia sekolah merupakan masa saat kemampuan mengenal dan menguasai
perbendaharaan kata (vocabulary) berkembang pesat. Ada dua faktor yang
mempengaruhi perkembangan Bahasa pada usia ini, yang dapat dilihat dibawah
ini.
No.
Proses Perkembangan
Bahasa Keterangan
1. Proses jadi matang Anak itu menjadi matang (organ suara
sudah berfungsi) untuk berkata-kata.
2. Proses belajar Anak telah matang untuk berbicara lalu
mempelajari bahasa orang lain dengan cara
meniru ucapan yang didengarnya.
f. Perkembangan Moral
Pada anak usia ini secara umum sudah mengenal konsep moral, yaitu dapat
membedakan antara yang salah dan benar. Anak biasanya mengikuti tuntunan
dari orang tua serta lingkungan sosialnya. Di samping itu, anak dapat
mengasosialkan setiap bentuk perilaku dengan konsep benar-salah.2
2 Yeni Lestari, Dodik Aprilinto, & Joko Pramono, Konsep Dasar Keperawatan,(Yogyakarta:ANDI, 2017),
hlm.183-199.diakses pada hari Sabtu, 20 Maret 2021.
11. 11
3. Periode Golden Age
Pada masa golden age, mempunyai keinginan belajar yang luar biasa. Karena
anak senang belajar apa saja, maka anak pun senang belajar membaca. Beberapa
alasan mengapa program pembelajaran bisa dilakukan sedini mungkin, bahkan bisa
dilakukan oleh bayi baru lahir. Hal ini karena pada masa ini merupakan periode
brain growth spurt. Otak merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai pusat
kontrol dan kendali atas semua sistem di dalam tubuh. Dalam perkembangan otak,
ada periode yang dikenal sebagai periode pacu tumbuh otak (brain growth spurt),
yaitu saat di mana otak berkembang sangat cepat. Periode pacu tumbuh otak
pertama kali dimulai ketika bayi masih dalam kandungan ibu (memasuki trimester
ketiga). Periode pacu tumbuh otak kedua terjadi setelah si kecil lahir hingga berusia
36 bulan. Proses pertumbuhan otak berjalan sesuai dengan pertumbuhan badan.
Ketika seorang anak berusia 5 tahun, pertumbuhan otaknya sudah 80% sempurna.
Saat anak usia 6 tahun, proses pertumbuhan otaknya bisa dikatakan sudah
sempurna. (Maimunah Hasan, 2010: 318-319).
Dunia anak merupakan dunia bermain sambil belajar, serta dengan bermain
anak mulai belajar untuk berimajinasi menuangkan segala ide dalam pemikirannya
kedalam sebuah permainan. Peran guru saat di sekolah adalah sebagai fasilitator
dan motifator dalam memberi stimulasi dalam proses pembelajaran untuk anak agar
mampu tumbuh secara optimal sesuai tahap perkembangan anak. Kosa kata
merupakan fondasi yang diperlukan untuk keterampilan literasi yang kuat. Riset
telah menunjukkan berkali-kali bahwa kosakata adalah penting untuk keberhasilan
membaca. Keterampilan literasi dan konstrusi dari kosakata yang akstensif dimulai
sebelum kelahiran dan terus berkembang sepanjang hidup. Semakin banyak kata
yang miliki seorang murid dalam leksikon mentalnya, semakin banyak pula kata-
kata yang akan dia kenali saat membaca dan pemahaman. (Randy Stone, 2013:)
Membaca yang memerlukan pengajaran yang jauh lebih lama, yang memerlukan
perkembangan intelektual yang tinggi, karena dalam membaca terjadi penafsiran
tanda-tanda, dan terjadi modulasi aksen-aksen suara, agar kata-kata tersebut dapat
dipahami dan membaca itu murni tugas mental. Membaca, sebaliknya merupakan
bagian dari sebuah kebudayaan intelektual yang abstrak, yang merupakan
penafsiran ide-ide dari simbol-simbol grafis, dan hanya dapat dikuasai pada masa
berikutnya. (Maria Montessori, 2013: 310-311).
12. 12
Menciptakan suasana yang menyenangkan saat membaca bukan suasana kerja.
Saat anda mulai memahami dasar-dasar dalam membaca kosa kata, membacakan
cerita, kesadaran akan fonologi, dan memecahkan kode yang tertulis-anda akan
melihat bagaimana anak-anak akhirnya menemukan berbagai aspek penting dari
kemampuan membaca saat mereka mencapai batasan tertentu dalam perjalanan
membacanya. Batasan ini termasuk membedakan gambar dalam buku dan benda
nyata, mengenali huruf di antara coretan dan gambar, dan belajar untuk
mengucapkan tulisan yang tercetak di buku. Walaupun semua hal ini penting bagi
perkembangan kemampuan membaca seorang anak, tidak ada satu pun yang harus
dipaksakan dalam usaha untuk membuat sang anak menguasai membaca sebelum
mereka siap dan mampu melakukannya. Usaha untuk memaksakan hal itu hanya
akan menghabiskan waktu dan terlebih parah lagi menjadi rintangan dalam
menolong pertumbuhan anak untuk mengembangkan berbagai aspek paling penting
dalam kemampuan membaca: kecintaan untukmembaca dan membaca cerita yang
penuh imajinasi.Lingkungan yang dipenuhi dengan kebiasaan membacakan cerita
dan membaca “gaya lama” bisa mendorong kemampuan membaca secara alami
yang akan membuka kemampuan dan kesadaran pertumbuhan anak anda sendiri.3
4. Permainan dan Tingkah Laku Bermain
a) Perkembangan Aspek Fisik Motorik Anak Melalui Bermain.
Pada saat anak bermain, terjadi perkembangan fisik motorik anak. Pada saat
anak bermain, dapat merangsang perkembangan motorik halus dan motorik
kasar. Anak juga mendapatkan sistem keseimbangan, misalnya pada saat anak
melompat, atau berayun. Anak juga berkesempatan untuk melihat dari jarak
jauh yang melibatkan koordinasi tangan dan mata. Bermain juga membuat anak
merasa percaya diri, aman, yakin secara fisik.
b) Perkembangan Aspek Kognitif Anak Melalui Bermain
Bermain adalah media penting dalam proses berfikir dalam memberikan
pengalaman berinteraksi dengan lingkungan. Anak akan terlatih menghadapi
dan menciptakan situasi yang nyata melalui percobaan dan perencanaan. Pada
3R Hastuti, Periode Golden Age, http://eprints.ums.ac.id/29617/2/3._BAB_1.pdf, diakses pada hari Rabu,
24 Maret 2021.
13. 13
saat anak membuat aturan bersama dengan temannya, maka pada saat itulah
anak membangun pikiran abstraknya, sehingga anak akan mendapatkan ide-ide
yang lebih kreatif. Dengan pengalaman pada saat bermain, anak juga akan
membangun daya ingat mereka secara tajam. Hal ini pula akan mendorong
terhadap perkembangan bahasa untuk selanjutnya.
c) Perkembangan Aspek Bahasa Anak Melalui Bermain
Anak memperoleh bahasa dengan berbagai cara yaitu dengan meniru,
menyimak, mengekspresikan, dan juga melalui bermain. Pada saat bermain,
anak menggunakan bahasanya dan mengkomunikasikan bahasanya secara
efektif dengan orang lain. Anak akan menggunakan bahasanya untuk
berkomunikasi dengan temannya ataupun sekedar menyatakan pikirannya, dan
secara langsung pada saat itulah anak akan belajar bahasa. Interaksi anak
dengan lingkungan sekitar pada saat bermain, membantu anak memperluas kosa
kata dan memperoleh tata bahasa dalam penggunaannya secara tepat.
d) Perkembangan Aspek Sosial Anak Melalui Bermain
Kegiatan sosialisasi anak ketika bermain, anak akan berinterksi dengan orang
lain, baik teman sebaya, orang dewasa, atau lingkungan. Pada saat itulah anak
berkesempatan mengenal aturan sosial dan mempraktekkannya dalam
interaksinya. Hal ini akan mendorong anak belajar menghadapi perasaan-
perasaan dan perilaku teman mainnya. Mereka akan belajar berunding,
menyelesaikan konflik, dan bahkan berkompetisi. Intinya, pada saat mereka
bermain, mereka akan belajar hidup berdampingan dengan orang lain, dan
mendorong munculnya persahabatan dengan teman sebaya.
e) Perkembangan Aspek Emosional Anak Melalui Bermain
Bermain merupakan media ekspresi persaan dan ide-ide anak. Anak akan
belajar menghadapi kehidupan nyata, dan mengatur emosi perasaanya pada saat
bermain. Hal ini akan mendorong anak untuk memahami diri sendiri (self
awareness).4
5. Prinsip Belajar Pada Masa Anak-anak Awal dan Akhir
4Margi Asih,S.Pd, Mengembangkan PrespektifProfesional,margiasihwibowo.blogspot.com, diakses pada
hari Rabu, 24 Maret 2021.
14. 14
Prinsip-prinsip belajar pada anak awal atau prasekolah sebagai berikut:
a. Bermain Sambil Belajar atau Belajar Seraya Bermain
Bermain merupakan kegiatan yang paling diminati anak. Saat bermain anak
melatih otot besar dan kecil, melatih keterampilan berbahasa, menambah
pengetahuan, melatih cara mengatasi masalah, mengelola emosi, bersosialisasi,
mengenal matematika, sain, dan banyak hal lainnya. Bermain bagi anak juga
sebagai pelepasan energi, rekreasi, dan emosi. Dalam keadaan yang nyaman
semua syaraf otak dalam keadaan rileks sehingga memudahkan menyerap
berbagai pengetahuan dan membangun pengalaman positif. Kegiatan
pembelajaran melalui bermain mempersiapkan anak menjadi anak yang senang
belajar.
b. Berorientasi pada Kebutuhan Anak
Anak sebagai pusat pembelajaran. Seluruh kegiatan pembelajaran di
rencanakan dan dilaksanakan untuk mengembangkan potensi anak. Dilakukan
dengan memenuhi kebutuhan fisik dan psikis anak. Kegiatan pembelajaran
dilaksanakan dengan cara yang menyenangkan sesuai dengan cara berpikir dan
perkembangan kognitif anak. Pembelajaran PAUD bukan berorientasi pada
keinginan lembaga/guru/orang tua.
c. Stimulasi Terpadu
Anak memiliki aspek moral, sosial, emosional, fisik, kognitif, bahasa, dan seni.
Kebutuhan anak juga mencakup kesehatan, kenyamanan, pengasuhan, gizi,
pendidikan, dan perlindungan. Pendidikan Anak Usia Dini memandang anak
sebagai individu utuh, karenanya program layanan PAUD dilakukan secara
menyeluruh dan terpadu. Untuk memenuhi stimulasi yang menyeluruh dan
terpadu, maka penyelenggaraan PAUD harus bekerjasama dengan layanan
kesehatan, gizi, dan pendidikan orang tua. Dengan kata lain layanan PAUD
Holistik Integratif menjadi keharusan yang dipenuhi dalam layanan PAUD.
d. Berorientasi pada Perkembangan Anak
Setiap anak memiliki kecepatan dan irama perkembangan yang berbeda, namun
demikian pada umumnya memiliki tahapan perkembangan yang sama.
Pembelajaran PAUD, pendidik perlu memberikan kegiatan yang sesuai dengan
15. 15
tahapan perkembangan anak, dan memberi dukungan sesuai dengan
perkembangan masing-masing anak. Untuk itulah pentingnya pendidik
memahami tahapan perkembangan anak.
e. Lingkungan Kondusif
Lingkungan adalah guru ketiga bagi anak. Anak belajar kebersihan,
kemandirian, aturan, dan banyak hal dari lingkungan bermain atau ruangan yang
tertata dengan baik, bersih, nyaman, terang, aman, dan ramah untuk
anak. Lingkungan pembelajaran harus diciptakan sedemikian menarik dan
menyenangkan serta demokratis sehingga anak selalu betah dalam lingkungan
sekolah baik di dalam maupun di luar ruangan. Penataan ruang belajar harus
disesuaikan dengan ruang gerak anak dalam bermain sehingga anak dapat
berinteraksi dengan mudah baik dengan pendidik maupun dengan
temannya. Lingkungan belajar hendaknya tidak memisahkan anak dari nilai-
nilai budayanya, yaitu tidak membedakan nilai-nilai yang dipelajari di rumah
dan di sekolah ataupun di lingkungan sekitar.
f. Menggunakan Pendekatan Tematik
Kegiatan pembelajaran dirancang dengan menggunakan pendekatan tematik.
Tema sebagai wadah mengenalkan berbagai konsep untuk mengenal dirinya
dan lingkungan sekitarnya.
g. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM)
Proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan
dapat dilakukan oleh anak yang disiapkan oleh pendidik melalui kegiatan-
kegiatan yang menarik, menyenangkan untuk membangkitkan rasa ingin tahu
anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis, dan menemukan hal-hal
baru. Pengelolaan pembelajaran hendaknya dilakukan secara demokratis,
mengingat anak merupakan subjek dalam proses pembelajaran.
h. Menggunakan Berbagai Media dan Sumber Belajar
Piaget meyakini bahwa anak belajar banyak dari media dan alat yang
digunakannnya saat bermain. Karena itu media belajar bukan hanya yang sudah
jadi berasal dari pabrikan, tetapi juga segala bahan yang ada di sekitar anak,
16. 16
misalnya daun, tanah, batu-batuan, tanaman, dan sebagainya. Penggunaan
berbagai media dan sumber belajar dimaksudkan agar anak dapat bereksplorasi
dengan benda-benda di lingkungan sekitarnya. Anak yang terbiasa
menggunakan alam dan lingkungan sekitar untuk belajar, akan berkembang
lebih peka terhadap kesadaran untuk memelihara lingkungan.5
6. Tugas-tugas Perkembangan Masa Anak-anak Awal dan Akhir
Menurut Havighurst (1961) mengartikan tugas-tugas perkembangan sebagai
“tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang
apabila tugas itu dapat berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan
kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikutnya, sementara apabila gagal, maka
akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan,
penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas
berikutnya.” Tugas perkembangan pada usia kanak-kanak dimulai dari usia 2 (dua)
sampai dengan 13 ( tiga belas tahun). Usia kanak-kanak dibagi menjadi dua (dua)
periode yaitu usia pra sekolah dan usia sekolah. Usia pra sekolah disebut dengan
kanak-kanak awal (early childhood), dan usia sekolah disebut dengan kanak-kanak
akhir (Late childhood).
a. Usia Kanak-kanak Awal (usia 2-6 tahun)
Pada Usia kanak-kanak awal berbagai macam istilah diberikan pada periode
prasekolah ini, yaitu: orang tua sering menyebut periode ini sebagai “problem
age” atau “troublesome age”. Dikatakan demikian sebab pada periode ini orang
tua sering dihadapkan pada problem tingkah laku, misalnya keras kepala, tidak
menurut, negativistis, tempertantrums, mimpi buruk, iri hati, ketakutan yang
irationil (tidak masuk akal) pada siang hari dan sebagainya.Problem tingkah
laku ini, menyebabkan pada periode ini anak-anak tersebut kurang menarik
penampilannya bagi orang tua dibandingkan ketika berada pada periode bayi.
Keadaan ini menyebabkan periode anak-anak prasekolah merupakan masa yang
tidak menarik (not appealing) bagi orang tua. Sifat “ketergantungan” anak pada
periode bayi merupakan hal yang menarik bagi orang tua dan saudara-
saudaranya. Sekarang si anak mulai tidak mau atau menolak tingkah laku kasih
5 Sabyan Prinsip-prinsip Pembelajaran Anak Usia Dini, dalam https://sabyan.org/prinsip-prinsip-
pembelajaran-paud/, diakses pada hari Rabu, 24 Maret 2021.
17. 17
sayang orang tua atau saudara-saudaranya. Para guru atau pendidik menyebut
periode ini sebagai usia pra sekolah (preschool age), yaitu periode persiapan
untuk masuk sekolah dasar. Biasanya anak-anak usia 2-6 tahun memasuki
Taman Kanak-Kanak. Sedangkan para psikolog memberikan istilah kepada
periode prasekolah ini, sebagian usia pra gang (pregang age). Dikatakan
demikian, karena pada periode ini, anak-anak harus mulai belajar dasar-dasar
tingkah laku sosial sebagai persiapan untuk penyesuaian dirinya terhadap
kehidupan sosial yang lebih tinggi nanti setelah dewasa.Selain itu para psikolog
menyebut pula periode prasekolah sebagai periode eksplorasi. Hal ini
disebabkan karena perkembangan yang utama pada periode ini ialah menguasai
dan mengontrol lingkungannya. Mereka selalu ingin mengetahui apa dan
bagaimana lingkungannya itu, bagaimana mereka dapat merupakan bagian dari
lingkungan tersebut. Lingkungan yang dijelajahi tersebut, baik yang merupakan
manusia maupun benda-benda. Cara umum yang dilakukan anak-anak usia 2-6
tahun yaitu dengan bertanya sebab itu sering pula dikenal sebagai usia bertanya
(Questioning age).
Tugas-tugas Perkembangan adalah penyempurnaan pemahaman mengenai
konsep-konsep sosial, konsep-konsep benar dan salah dan seterusnya, dan
belajar membuat hubungan emosional yang makin matang dengan lingkungan
sosial baik di rumah maupun di luar rumah. Tugas perkembangan pada masa
kanak-kanak awal menurut Robert J. Havighurst (1961) (Monks, et al., 1984,
syah syah, 1995; Andrissen, 1974; havighurst adalah sebagai berikut :
1. Toilet Training, hakikat tugas yang harus dipelajari anak yaitu buang air
kecil dan buang air besar yang bisa diterima secara sosial.toilet training
yang berhasil dapat membentuk anak yang berhati-hati, dapatmenguasai
dirinya, mendapatkan pandangan jauh kedepan dan dapat berdiri sendiri.
Tentang toilet training Havighurst berpendapat: “Toilet training is the
first moral training that child received. The stamp of the first moral
training that child later character”.
2. Belajar membedakan jenis kelamin, serta dapat bekerja sama dengan
jenis kelamin lain. Melalui observasi, maka anak akan melihat tingkah
laku yang berbeda jenis kelamin satu dengan lain.
3. Belajar mencapai stabilitas fisologis, manusia pada waktu lahir
sangatlah labil jika dibanding fisik orang dewasa, anak akan cepat sekali
18. 18
merasakan perubahan dari panas ke dingin, oleh karena itu anak harus
belajar menjaga keseimbangan terhadap perubahan.
4. Pembentukan konsep-konsep yang sederhana tentang realitas fisik dan
social.
5. Belajar kontak perasaan dengan orang tua, keluarga, dan orang lain,
menghubungkan diri sendiri secara emosional.
6. Belajar membedakan mana yang baik dan buruk serta mengembangkan
kata hati.
Menurut Hurlock (1993) tugas perkembangan kanak-kanak awal adalah:
1. Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain.
2. Membina sikap yang sehat (positif) terhadap diri sendiri sebagai
seorang individu.
3. Belajar memainkan peran sesuai dengan jenis kelamin.
4. Mengembangkan dasar-dasar ketrampilan, membaca, menulis, dan
menghitung.
5. Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan dalam kedidupan
sehari-hari.
6. Belajar bergaul dengan teman sebaya sesuai dengan etika moral yang
berkembang dimasyarakat.
7. Mengembangkan sikap objektif baik positif dan negative terhadap
kelompok dan masyarakat.
8. Belajar mencapai kemerdekaan atau kebebasan pribadi sehingga
menjadi diri sendiri, mandiri, dan tanggung jawab.
b. Usia Anak Akhir (6-13 tahun)
Masa Kanak-kanak Akhir (Late Chilhood), atau masa anak sekolah ini
berlangsung dari umur 6 tahun sampai umur 12 tahun. Selanjutnya, masa
kanak-kanak akhir atau masa anak sekolah ini disebut dengan masa
intelektual, dimana anak-anak telah siap untuk mendapatkan pendidikan
di sekolah dan perkembangannya berpusat pada aspek intelek. Adapun
Erikson menekankan masa ini sebagai masa timbulnya “sense of
accomplishment” di mana anak-anak pada masa ini merasa siap untuk
menerima tuntutan yang dapat timbul dari orang lain dan
melaksanakan/menyelesaikan tuntutan itu. Kondisi inilah kiranya yang
19. 19
menjadikan anak-anak masa ini memasuki masa keserasian untuk
bersekolah.
Tugas perkembangan pada masa kanak-kanak akhir menurut Robert J.
Havighurst adalah sebagai berikut:
1. Memperlajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk
permainan permainan yang umum.
2. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai
mahluk yang sedang tumbuh.
3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya.
4. Mulai mengembangkan peran social pria atau wanita yang tepat
5. Mengembangkan keterampilan-keterampilan yang diperlukan
untuk kehidupan sehari-hari.
6. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk
kehidupan sehari-hari.
7. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, tata dan
tingkatan nilai.
8. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok social dan
lembaga-lembaga.
9. Mencapai kebebasan pribadi.6
7. Strategi Guru Pembelajaran
Joyce dan Weil (Surya : 2004) mengklasifikasikan model mengajar menjadi
empat rumpun, yaitu :
a) Model pemrosesan informasi
Menekankan proses pembentukan tingkah laku dalam hal memperoleh dan
mengorganisir data, memikirkan dan memecahkan masalah, serta penggunaan
6 Miftahul Jannah, Tugas-tugasPerkembangan Pada Usia Anak-anak,dalam https://www.jurnal.ar-
raniry.ac.id/index.php/equality/article/download/792/622,diakses pada hari Senin, 15 Maret 2021.
20. 20
simbol verbal/ bahasa. Model pemrosesan Informasi menekankan pada aspek
kecakapan siswa untuk memecahkan masalah, dan menekankan aspek berfikir
yang produktif, sedangkan dalam beberapa yang lainnya lebih menekankan
kecapakan intelektual umum. Modelnya seperti model pembelajaran berpikir
induktif, pertumbuhan kognitif.
b) Model mengajar personal
Menekankan pross pengembangan pribadi dan berusaha menggalakkan
kemandirian yang produktif sehingga semakin sadar dan bertanggungjawab
kepada dirinya. Modelnya seperti pengajaran pertemuan kelas.
c) Model Interaksi sosial
Menekankan pada hubungan individu dan lingkungan sosialnya. Seperti kerja
kelompok, role playing, simulasi.
d) Model modifikasi tingkah laku
Menekankan pada perilaku yang terobservasi metode bagaimana memanipulasi
penguatan atau reinforcement. Karakteristik dari model ini adalah dalam hal
penjabaran tugas-tugas yang harus dipelajari menjadi serangkaian perilaku
dalam bentuk yang lebih rinci dan berurutan.
Misalkan pembelajaran ketrampilan, mastery learning.
1. Bentuk-bentuk Strategi Pembelajaran
a. Pendekatan dalam Pembelajaran
Cara guru dalam melakukan suatu kegiatan pembelajaran mungkin
memerlukan pendekatan dan metode yang berbeda dengan pembelajaran
lainnya. Akan tetapi guru yang kreatif, profesional, dan menyenangkan
dituntut untuk memiliki kemampuan mengembangkan pendekatan dan
memilih metode pembelajaran yang efektif, hal ini penting terutama untuk
menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan.
Menurut E. Mulyasa (2005) sedikitnya terdapat lima pendekatan
pembelajaran yang perlu dipahami guru untuk dapat mengajar dengan baik,
yaitu :
1. Pendekatan Kompetensi
21. 21
Dalam hubungannya dengan proses pembelajaran, kompetensi
menunjuk kepada perbuatan (performance) yang bersifat rasional dan
memenuhi spesifikasi tertentu dalam proses pembelajaran. Kompetensi
merupakan indikator yang menunjuk kepada perbuatan yang bisa
diamati, dan sebagai konsep yang mencakup aspek-aspek pengetahuan,
ketrampilan nilai, dan sikap, serta tahap-tahap pelaksanaannya secara
utuh.
2. Pendekatan Keterampilan Proses
Merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses
belajar, aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam memperoleh
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, serta menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Kemampuan-kemampuan yang menunjukkan
keterlibatan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran tersebut dapat
dilihat melalui partisipasi dalam kegiatan pembelajaran berikut:
a. Kemampuan bertanya
b. Kemampuan melakukan pengamatan
c. Kemampuan mengidentifikasi dan mengklasifikasi hasil
pengamatan
d. Kemampuan menafsirkan hasil identifikasi dan klasifikasi
e. Kemampuan menggunakan alat dan bahan utnuk memperoleh
pengalaman secara langsung
f. Kemampuan merencanakan suatu kegiatan penelitian
g. Kemampuan menggunakan dan menerapkan konsep yang telah
dikuasai dalam situasi baru
h. Kemampuan menyajikan suatu hasil pengamatan dan atau hasil
penelitian
3. Pendekatan Lingkungan
22. 22
Merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berusaha untuk
meningkatkan keterlibatan peserta didik melalui pendayagunaa n
lingkungan sebagai sumber belajar. Dalam pendekatan lingkungan,
pelajaran disusun sekitar hubungan dan faidah lingkungan. Pendekatan ini
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan membawa peserta didik ke
lingkungan untuk kepentingan pembelajaran, misalkan metode karya
wisata. Dan yang kedua dengan membawa sumber-sumber dari lingkungan
ke sekolah (kelas) untuk kepentingan pembelajaran, misalkan seperti
narasumber.
4. Pendekatan kontekstual
Yang sering disingkat dengan pembelajaran CTL (contextual teaching and
learning) merupakan salah satu model pembelajaran berbasis kompetensi
yang dapat digunakan untuk mengefektifkan dan menyukseskan
implementasi Kurikulum 2004. Pendekatan ini merupakan konsep
pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi
pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga
para peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi
hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.
5. Pendekatan Tematik (Thematic Approach)
Merupakan salah satu pendekatan pembelajaran untuk mengadakan
hubungan yang erat dan serasi antara berbagai aspek yang mempengaruhi
peserta didik dalam proses belajar dan berpusat pada sebuah pokok atau
persoalan. Pendekatan ini sangat menuntut kreatifitas guru dalam memilih
dan mengembangkan tema pembelajaran, serta menyorotinya dari berbagai
aspek.
2. Bentuk Strategi Pembelajaran
Penggunaan metode atau strategi yang tepat akan turut menentukan
efektifitas dan efisiensi pembelajaran. Selain itu metode atau strategi yang
digunakan harus disesuaikan dengan bahan, tujuan, dan kondisi siswa
dengan melihat kegiatan yang akan dilakukan sehingga nantinya dalam
23. 23
proses pembelajarannya dapat berjalan dengan lancar. Gagne dan Briggs
dalam Ahmad Rohani (2004:35-43), mengelompokkan strategi pengajaran
menjadi 5 segi, yaitu:
a. Pengaturan Guru dan Peserta Didik
Baik dalam pengajaran yang klasikal maupun pengajaran yang
individual hendaknya diciptakan hubungan antara guru dengan peserta
didik yang memiliki sifat-sifat keterbukaan, saling tanggap, saling
bergantung (interdependensis), suasana kebebasan dan saling memenuhi
kebutuhan.
b. Struktur Event Pengajaran
Strategi ini dapat bersifat introvert atau tertutup, artinya segala
sesuatunya telah ditentukan secara relatif ketat. Yang selanjutnya
bersifat exstrovert atau terbuka, artinya apabila tujuan khusus
pengajaran, materi dan prosedur yang akan ditempuh untuk
mencapainya sudah ditentukan, selama kegiatan pengajaran
berlangsung.
c. Peranan Guru Peserta didik dalam Mengolah Pesan
Dalam hal ini ada 2 jenis strategi : pertama pengajaran exspositorik yaitu
pengajaran yang menyampaikan pesan dalam keadaan telah siap. Kedua
pengajaran heuristik atau hipotetik yaitu pengajaran yang mengharuskan
pengolahan oleh peserta didik sendiri. Pengajaran heuristik atau
hipotetik ini ada substrateginya yaitu discovery atau penemuan dan
inquiry atau inkuiri. Discovery yaitu para peserta didik diharuskan
menemukan prinsip atau hubungan yang sebelumnya tidak diketahuinya
yang merupakan akibat dari pengalaman belajarnya (learning
experience) yang telah diatur secara cermat dan seksama oleh guru.
Sedangkan untuk inquiri atau inkuiri adalah peserta didik diberikan
kebebasan menemukan sesuatu melalui proses “asimilasi” yaitu
“memasukkan” hasil pengamatan kedalam struktur kognitif peserta
didik yang telah ada dan proses “akomodasi” yakni mengadakan
perubahan-perubahan atau “penyesuaian” dalam struktur kognitif yang
24. 24
lama hingga cocok/ tepat dan sesuai dengan fenomena baru yang
diamati.
d. Proses Pengolahan Pesan
Berkaitan dengan ini ada 2 macam proses (berpikir) yaitu proses
deduktif dan proses induktif.
5. Tujuan-tujuan Belajar/ Pengajaran
Dalam situasi ini mengklasifikasi kondisi-kondisi belajar dengan
mendasarkan pada tujuan-tujuan belajar yang hendak dicapai. Artinya,
masing-masing tujuan belajar mensyaratkan kondisi-kondisi belajar
tertentu bagi pencapaiannya.7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kebutuhan dasar anak awal dan akhir ada tiga yaitu, asah, asih, dan asuh.
Yang pertama kebutuhan asah atau kebutuhan stimulasi yaitu adanya
perangsangan dari lingkungan luar anak, yang berupa latihan atau bermain.
Kedua kebutuhan asih atau kebutuhan emosi dan kasih sayang, anak awal
7 Aris Armono, Strategi Pembelajaran Guru Sekolah Dasar, dalam lib.unnes.ac.id, diakses pada hari
Kamis, 25 Maret 2021.
25. 25
disebut dengan raja dan ibunya disebut dengan pelayan menurut Al-Ghazali.
Disini ibu harus menuruti kemauan anak tetapi juga harus menurunkan ego
si anak. Tetapi pada masa anak akhir, anak sebagai pelayan dan ibu sebagai
ratu. Ketiga kebutuhan asuh yaitu, makanan yang empat sehat lima
sempurna.
2. Aspek perkembangan anak awal dan akhir yaitu perkembangan fisik yang
pertama berat badan meningkat kira-kira 2,5kg, tinggi badan 2-3 inci. Berat
badan dan tinggi badan anak harus sesuai dengan standar yang sudah
ditentukan oleh bidang kesehatan karena itu mempengaruhi kasehatan
perkembangan dan pertumbuhan anak. Perkembangan kognitif anak
mengembangkan kemampuan berbahasa dan mampu bermasyarakat.
Perkembangan psikomotorik ditandai dengan aktivitas motorik misalkan,
menulis, menggambar, berenang. Perkembangan psikososial disini anak
mampu bereksplorasi terhadap lingkungan msalkan dengan teman
sebayanya. Perkembangan bahasa anak sudah mampu menyusun kata-kata,
mampu memahami tentang perbandingan. Perkembangan perilaku atau
adaptasi mereka mampu beradaptasi dengan teman atau lingkngan baru.
3. Periode golden age, pada masa ini anak mempunyai keinginan belajar yang
luar biasa. Karena masa ini merupakan periode brain growth spurt yaitu saat
dimana otak berkembang sangat cepat.
4. Permainan dan tingkah laku bermain, pada saat anak bermain dapat
merangsang motorik halus dan kasar. Anak juga mendapatkan sistem
keseimbangan, misalnya pada saat anak melompat dan berayun.
5. Prinsip belajar pada masa anak misalnya, bermain sambil belajar atau
belajar seraya bermain. Bermain merupakan kegiatan yang paling diminati
oleh anak. Saat bermain anak juga sambi melatih otot besar dan kecil,
melatih keteramoilan berbahasa, bersosialisasi, mengolah emosi, dan
banyak hal lainnya.
6. Tugas-tugas perkembangan masa anak awa dan akhir, menurut Havighurst
(1961) mengartikan tugas-tugas perkembangan sebagai “tugas yang muncul
pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas
itu dapat berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan
dalam menuntaskan tugas berikutnya, sementara apabila gagal, maka akan
menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan,
26. 26
penolakan masyarakat, dan kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas
berikutnya.”
7. Strategi guru dalam pembelajaran, sebagai guru harus bisa menguasai anak-
anak dalam satu kelas yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda.
Caranya yaitu missal dengan pendekatan membuat mereka senang dan
nyaman ketika bersama kita.
B. Saran
Pada masa prasekolah anak sangat sensitif, ia dapat merasakan apa yang
terkandung dalam hati orang tuanya. Ia suka meniru dan melakukan apa yang
dilihat serta sangat membutuhkan kasih sayang ibunya secara sungguh-
sungguh. Ia ingin meniru ibunya menyapu atau yang linnya. Jika ia laki-laki ia
akan meniru apa yang dilakukan oleh ayahnya. Lingkungan anak pada usia ini
lebih meluas meski masih terpusat pada orang tuannya. Anak usia sekolah akan
terputus struktur dunia anaknya karena sudah masuk sekolah. Bagi sebagian
besar anak, masuk sekolah merupakan pengalaman pertama mereka untuk
menyesuaikan diri dengan orang baru.
27. 27
DAFTAR PUSTAKA
Aris Armono, Strategi Pembelajaran Guru Sekolah Dasar, lib.unnes.ac.id
Miftahul Jannah, Tugas-tugas Perkembangan Pada Usia Anak-anak, dalam
https://www.jurnal.ar-
raniry.ac.id/index.php/equality/article/download/792/622
Sabyan, Prinsip-prinsip Pembelajaran Anak Usia Dini, dalam
https://sabyan.org/prinsip-prinsip-pembelajaran-paud/
RS Winarni, Hubungan Orang Tua Dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Anak,
http://digilib.unisayogya.ac.id
R Hastuti,Periode Golden Age,
http://eprints.ums.ac.id/29617/2/3._BAB_1.pdf
Margi Asih, S.Pd, Mengembangkan Prespektif Profesional,
margiasihwibowo.blogspot.com
Yeni Lestari, Dodik Aprilinto, & Joko Pramono, Konsep Dasar Keperawatan,
(Yogyakarta:ANDI, 2017), hlm.183-199.