Teks tersebut membahas tiga jenis kecerdasan yaitu IQ (Intelligence Quotient/Kecerdasan Intelektual), EQ (Emotional Quotient/Kecerdasan Emosi), dan SQ (Spiritual Quotient/Kecerdasan Spiritual). IQ berkaitan dengan kemampuan kognitif seperti logika dan penyelesaian masalah, EQ berkaitan dengan kemampuan mengendalikan emosi dan hubungan antarpersonal, sedangkan SQ berkaitan dengan nilai-nilai
1. TEORI BELAJAR KECERDASAN BERGANDA
( MULTIPLE INTELLINGENCES )
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran
Dosen Pengampu : Andhika Ayu W. M.Pd
Oleh:
1. Diyah Sri Hariyanti
(1051500083)
2. Yenti Sri Astuti
(1051500082)
3. Muslikhah R.M.
(1051500088)
4. Sidiq Widodo
(1051500096)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO
2011
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa,karena atas karunia-Nya
makalah ini bisa terselesaikan dengan baik.
Salah satu karakteristik penting dari individu yang perlu difahami oleh guru sebagai
pendidik adalah bakat dan kecerdasan individu. Guru yang tidak memahami kecerdasan anak
didik akan memiliki kesulitan dalam memfasilitasi proses pengembangan potensi individu
menjadi yang dicita-citakan. Generalisasi terhadap kemampuan dan potensi individu
memberikan dampak negatif yaitu siswa tidak memiliki kesempatan untuk mengebangkan
secara optimal potensi yang ada pada dirinya.Oleh karena itu pembelajaran ini di harapkan
dapat meningkatkan bakat dan kecerdasaan terutama di kalangan mutu pendidikan nasional
saat ini.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada rekan-rekan yang
telah membantu menyelesaikan makalah ini,serta saran dan kritik dari pembaca, penulis
harapkan demi kesempuraan makalah ini
Akhirnya,kami berharap makalah ini bermanfaat bagi seluruh civitas
akademika,khususnya bagi para mahasiswa agar dapat mengikuti proses belajar mengajar di
universitas secara efektif.
Sukoharjo,7 desember 2011
penulis
4. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu pengertian kecerdasan yang paling banyak digunakan adalah konsep
kecerdasan yang dipaparkan oleh Wechsler. Kecerdasan menurut Wechsler didefenisikan
sebagai konsep generik yang melibatkan kemampuan individual untuk berbuat dengan tujuan
tertentu. Sedangkan menurut Chaplin (1975) kecerdasan merupakan kemampuan
menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif.
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, dikenal ada 3 jenis kecerdasan, yaitu:
kecerdasan intelektual(IQ), kecerdasan emosional(EQ), kecerdasan spiritual (SQ).
Kecerdasan intelektual diperkenalkan oleh Alfred Binet, ahli psikologi Prancis abad
ke-20. Dalam kecerdasan ini, kajiannya hanya sebatas kemampuan individu yang bertautan
dengan aspek kognitif saja. Kemudian timbul kajian Emosional Quotient(EQ) oleh pakar
psikologi, Daniel Goleman(1997). Emosional Quotient(EQ) dianggap sebagai faktor penting
yang dapat mempengaruhi prestasi seseorang. Goelman mengemukakan bahwa kecerdasan
emosi merujuk pada kemampuan mengenali diri sendiri dan orang lain.
Pada dasarnya kecerdasan intelektual(IQ) dan kecerdasan emosional(EQ) berpangkal pada
kecerdasan spiritual(SQ) yang dapat membuat seseorang tidak hanya mengejar kesuksesan
dunia dengan IQ dan EQ yang ia miliki untuk dirinya sendiri dengan menghalalkan segala
cara. Karena itu, Spiritual Quotient(SQ) merupakan pengendali terhadap segala sesuatu yang
dikerjakan oleh manusia.
Kecerdasan intelektual (IQ) yang tinggi tidak menjamin seseorang dapat meraih
kesuksesan sesuai yang dia inginkan. Karena seseorang yang mempunyai tingkat
intelektualitas yang tinggi namun memiliki kecerdasan emosi (EQ) yang rendah maka sering
kali ia gagal karena tidak bisa mengendalikan emosi, berempati dan bertindak sesuai dengan
situasi yang dihadapi. Namun, kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosi (EQ) harus
dilandasi dengan kecerdasan spiritual (SQ) yang mengontrol segala perilaku manusia baik
sebagai makhluk individu maupun sosial. Oleh karena itu, sekolah maupun perkuliahan
sebagai salah satu lembaga pendidikan yang akan memasok kebutuhan sumber daya manusia
pada masyarakat, berusaha menghasilkan lulusan yang tidak hanya unggul di bidangnya tapi
5. juga memiliki sikap dan perilaku yang beretika. Karena itu dalam sekolah dan perkuliahan
juga diberikan mata pelajaran yang menunjang terbentuknya karakter peserta didik seperti;
agama, kewarganegaraan, dan kegiatan ekstrakulikuler yang ada di sekolah atau di kampus.
Salah satu karakteristik penting dari individu yang perlu difahami oleh guru sebagai
pendidik adalah bakat dan kecerdasan individu. Guru yang tidak memahami kecerdasan anak
didik akan memiliki kesulitan dalam memfasilitasi proses pengembangan potensi individu
menjadi yang dicita-citakan. Generalisasi terhadap kemampuan dan potensi individu
memberikan dampak negatif yaitu siswa tidak memiliki kesempatan untuk mengebangkan
secara optimal potensi yang ada pada dirinya. Akibat penanganan salah seperti yang
dilakukan oleh sistem persekolahan saat ini kita telah kehilangan bakat-bakat cemerlang.
Individu-individu yang cerdas tidak dapat mengembangkan potensi diri mereka secara
optimal.
Teori Kecerdasan Ganda (Multiple Inteligence) yang dikemukakan oleh Howard
Gardner seorang professor psikologi dari Harvard University akan dijadikan acuan untuk
lebih memahami bakat dan kecerdasan individu. Tulisan ini bertujuan untuk membahas dan
lebih memahami tentang upaya yang perlu dilakukan oleh guru dan pendidik dalam
membantu memfasilitasi pengembangan potensi individu peseta didik.
6. BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian IQ, EQ dan SQ
1. IQ (Intellegence Questiont)
Kecerdasan Intelektual/Intelligence Questient (IQ) merupakan kecerdasan
dasar yang berhubungan dengan proses kognitif, pembelajaran (kecerdasan
intelektual) kecenderungan menggunakan kemampuan matematis-logis dan bahasa,
pada umumnya hanya mengembangkan kemampuan kognitif (menulis, membaca,
menghafal, menghitung dan menjawab). Kecerdasan ini sering kita kenal dengan
kecerdasan rasional, karena menggunakan potensi rasio dalam memecahkan masalah.
Tingkat kecerdasan intelektual seseorang dapat di uji melalui tes, yakni dengan ujian
daya ingat, daya nalar, penguasaan kosa kata, ketepatan menghitung, dan
menganalisis data.
Kecerdasan Intelektual muncul sejak dalam kehidupan keluarga dan
masyarakat, sejak sejak anak berada di dalam kandungan(masa pranata) sampai
tumbuh menjadi dewasa. Kecerdasan rasional ini merupakan aspek psikologis yang
dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas seseorang dalam perolehan pembelajaran.
Proses kerja Intelligence Questient(IQ) terkenal dengan linier. Pertanyaan
menimbulkan jawaban dalam hal yang begitu mirip dengan cara neuron (sel saraf
mencari) neuron lain.(Covey, Steven, 2004).
Intelegensi adalah suatu konsep yang dioperasionalisasikan dengan suatu alat
ukur, dan keluaran dari alat ukur inilah yang berupa IQ. Angka yang keluar adalah
angka berdasarkan satuan tertentu. Semacam ‟gram‟ untuk berat dan ‟meter‟ untuk
jarak. Konsep inilah yang harus diluruskan agar tidak menimbulkan beragam
penafsiran, IQ adalah satuan ukur.
Ketika disadari seiring berjalannya waktu, manusia mulai menyadari bahwa
faktor emosi tidak kalah pentingnya dalam mendukung sebuah kesuksesan, bahkan
dipandang lebih penting dari pada kecerdasan intelegensi. Daniel Goleman, walaupun
7. bukan pencetus pertama, telah mempopulerkan pada pertengahan 1990-an. Konsep
kecerdasan emosi ini dioperasionalkan menjadi alat ukur dan keluarannya disebut
EQ.
2. EQ (Emotional Quotient )
Kecerdasan emosi atau dikenal dengan istilah Emotional Quotient (EQ)
adalah kemampuan untuk mengerti dan mengendalikan emosi. Termasuk di dalamnya
kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain di sekitarnya. EQ ini tidak
saling bertabrakan dengan IQ karena memang punya wilayah „kekuasaan‟ yang
berbeda. IQ umumnya berhubungan dengan kemampuan berpikir kritis dan analitis,
dan diasosiasikan dengan otak kiri. Sementara, EQ lebih banyak berhubungan dengan
perasaan dan emosi (otak kanan). Kalau ingin mendapatkan tingkah laku yang cerdas
maka kemampuan emosi juga harus diasah. Untuk dapat berhubungan dengan orang
lain secara baik kita memerlukan kemampuan untuk mengerti dan mengendalikan
emosi diri dan orang lain secara baik. Di sinilah fungsi dari kecerdasan emosi.
Melalui kecerdasan emosi diharapkan semua unsur yang terlibat dalam
pendidikan dan pembelajaran dapat memahami diri dan lingkungannyasecara tepat,
memiliki rasa percaya diri (PD) , tidak iri hati, dengki, cemas, takut, murung, tidak
mudah putus asa, dan tidak mudah marah.
3. SQ (Spiritual Quotient)
Kecerdasan Spiritual (SQ) merupakan kemampuan individu terhadap
mengelola nilai-nilai, norma-norma dan kualitas kehidupan dengan memanfaatkan
kekuatan-kekuatan pikiran bawah sadar atau lebih dikenal dengan suara hati (God
Spot).
Kecerdasan Spiritual (SQ) yang memadukan antara kecerdasan intelektual dan
emosional menjadi syarat penting agar manusia lebih memaknai hidup dan menjalani
hidup penuh berkah. Terutama pada masa sekarang, dimana manusia modern
terkadang melupakan mata hati dalam melihat segala sesuatu.
Manusia modern adalah manusia yang mempunyai kualitas intelektual yang
memadai, karena telah menempuh pendidikan yang memadai pula. Salah satu ciri
8. yang kental dalam diri manusia modern adalah suka membaca. Namun, terkadang
kualitas intelektual tersebut tidak dibarengi dengan kualitas iman atau emosional
yang baik, sehingga berkah yang diharapkan setiap manusia dalam hidupnya tidak
dapat diperoleh.
B. Teori kecerdasan menurut Howard Gadner
Pada tahun 1983, seorang ahli psikologi bernama Howard Gardner dari
Manchester Instituit of Technology (MIT) dalam bukunya Frames of Mind,
mengembangkan model kecerdasan selama lebih dari dua puluh tahun dengan
menjelajahi berbagai disiplin ilmu, seperti neoubiologi, antropologi, psikologi, filsafat
dan sejarah. Ia menemukan bahwa dalam diri manusia terdapat berbagai potensi
kecerdasan. Tipe kecerdasan yang dikembangkannya adalah kecerdasan majemuk
(Multiple Intellegences). Kecerdasan majemuk ini dikembangkannya berdasarkan hasil
penelitian para pakar lainnya, yaitu Jean Piaget. Gardner akhirnya sampai pada suatu
kesimpulan bahwa kecerdasan bukanlah sesuatu yang bersifat tetap, dan bukanlah unit
kepemilikan tunggal. Kecerdasan merupakan serangkaian kemampuan dan keterampilan
yang dapat dikembangkan.
Kecerdasan ada pada setiap manusia tetapi dengan tingkat yang berbeda-beda.
Titik tekan dari teori kecerdasan majemuk Gadner terletak pada kemampuan untuk
menyelesaikan masalah dan untuk menciptakan suatu produk atau karya. Secara lebih
terperinci dapat dinyatakan sebagai berikut :
a.
Kemampuan untuk menciptakan suatu produk yang efektif atau menyumbangkan
pelayanan yang bernilai dalam suatu budaya.
b.
Sebuah perangkat keterampilan menemukan atau menciptakan bagi seseorang dalam
memecahkan permasalahan dalam hidupnya.
c.
Potensi untuk menemukan jalan keluar dari masalah-masalah yang melibatkan
penggunaan pemahaman baru.
Berdasarkan kesimpulan itu, Gardner memperkenalkan kecerdasan majemuk
(Multiple Intellegences) yang terbagi menjadi 8 kecerdasan yaitu:
9. 1. Kecerdasan Bahasa (Linguistic intelligence)
Yaitu kecerdasan yang berkaitan dengan penguasaan kosa kata atau bahasa
lisan maupun tulis, dan secara luas, komunikasi. Contoh orang yang memiliki
kecerdasan bahasa yaitu pengarang, penyair, wartawan, pembicara, pembaca berita.
William Shakespeare, Martin Luther King Jr, Soekarno, Putu Wijaya, Taufiq Ismail,
Hilman “Lupus” Hariwijaya merupakan tokoh yang berhasil menunjukkan
kecerdasan ini hingga puncak, demikian pula para jurnalis hebat, ahli bahasa,
sastrawan, orator pasti memiliki kecerdasan ini.
2. Kecerdasan Matematis/Logis (logical/mathematical intelligence)
Yaitu
kecerdasan
yang
berkaitan
erat
dengan
berpikir
deduktif-
induktif/beralasan, numerasi, dan pola-pola berpikir abstrak. Ciri ragam kecerdasan
ini adalah pada kemampuan memecahkan berbagai masalah abstrak dan memahami
hubungan sebab akibat. Bentuk kecerdasan ini termasuk yang paling mudah
distandarisasikan dan diukur. Kecerdasan ini sebagai pikiran analitik dan sainstifik
dan bisa melihatnya dalam diri ahli sains, programmer komputer, akuntan, banker dan
tentu saja ahli matematika. Tokoh-tojoh yang terkenal antara lain Madame Currie,
Blaise Pascal, B.J. Habibie.
3. Kecerdasan Spasial (visual/spatial intelligence)
Orang yang memiliki kecerdasan spasial adalah orang yang memiliki
kapasitas dalam berfikir secara tiga dimensi. Contoh – contoh orang yang memiliki
kecerdasan spasial adalah pelaut, pilot, pematung, pelukis daan arsitek. Kecerdasan
spasial memungkinkan individu dapat mempersepsikan gambar-gambar baik internal
maupun eksternal dan mengartikan atau mengkomunikasikan informasi grafis.
4. Kecerdasan Kinestetik (Kinesthetic intelligence)
Yaitu kecerdasan yang berkaitan dengan gerak fisik (gerak tubuh dan anggota
tubuh), termasuk syaraf otak motorik yang mengontrol gerak tubuh dan anggota
tubuh. Bentuk kecerdasan ini memungkinkan terjadinya hubungan antara pikiran dan
10. tubuh yang diperlukan untuk berhasil dalam aktivitas-aktivitas seperti menari,
melakukan pantomim, berolahraga, seni bela diri dan memainkan drama.Sebut saja
Michael Jordan, Martha Graham (penari balet), dan Susi Susanti adalah mereka yang
unggul dengan kecerdasan kinestetiknya.
5. Kecerdasan Musikal (Musical/rhythmic intelligence)
Yaitu kecerdasan yang yang berkaitan dengan nada, irama, pola titi nada, dan
warna nada. Kecerdasan ini berupa tingkatan sensitivitas pada pola-pola suara dan
kemampuan untuk merespon musik secara emosional.Bentuk kecerdasan ini sangat
menyenangkan, karena musik memiliki kapasitas untuk mengubah kesadaran kita,
menghilangkan stress dan meningkatkan fungsi otak.Tokoh-tokoh yang sudah
mengembangkan kecerdasan ini misalnya Stevie Wonder, Melly Goeslow, dan Titik
Puspa.
6. Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal intelligence)
Kecerdasan interpersonal adalah kapasitas yang dimiliki oleh seseorang untuk
dapat memahami dan dapat melakukan interaksi secara fektif dengan orang lain.
Kecerdasan interpersonal akan dapat dilihat dari beberapa oranng seperti guru yang
sukses, pekerja sosial, aktor, politisi. Saat ini orang mulai menyadari bahwa
kecerdasan interpersonal merupakan salah satu faktor yang sangat kesuksesan
seseorang.
7. Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal intelligence)
Adalah kecerdasan yang berkenaan dengan pengetahuan diri. Ciri kecerdasan
ini adalah kemampuan untuk memahami diri sendiri dan kemampuan untuk
bertanggung jawab atas konsep-diri, sikap perilaku, perasaan, dan tindakan yang
dilakukan. Bentuk kecerdasan ini merupakan kemampuan untuk memahami dan
mengartikulasikan cara kerja terdalam dari karakter dan kepribadian. Kecerdasan ini
sering dinamakan dengan kebijaksanaan. Berkaitan dengan jurusan psikologi atau
filsafat. Tokoh-tojoh sukses yang dapat dikenalkan untuk memperkaya kecerdasan ini
adalah para pemimpin keagamaan dan para psikolog.
11. 8. Kecerdasan Naturalis (Naturalist Intelligence)
Adalah kecerdasan yang terkait dengan kemahiran dalam mengenali dan
mengklasifikasi banyak spesies flora dan fauna dalam lingkungan seseorang.
Kecerdasan ini meningkatkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap lingkungan
alam dan fenomenanya. Contohnya formasi awan dan gunung. Bagi mereka yang
tinggal di daerah perkotaan, kemampuan membedakan benda mati seperti mobil,
rumah, dan sampul kaset (CD).
C. Kegiatan untuk meningkatkan kecerdasan ganda
Sejumlah cara atau metode dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuankemampuan individu. Setiap metode digunakan untuk meningkatkan jenis kecerdasan
yang spesifik yaitu:
1. Meningkatkan kecerdasan bahasa dapat dilakukana dengan cara mengadakan
permainan merangkai kata, membuat buku harian atau menulis tentang apa saja yang
ada dalam pikiran setiap harinya sebanyak 250 kata, dan sediakan waktu untuk
bercerita secara teratur dengan keluarga atau sahabat.
2. Cara untuk meningkatkan kecerdasan spasial yaitu seringlah berlatih permainan
gambar tiga dimensi, puzzle, kubus, dan teka-teki visual lainnya, dekorasi ulang
interior dan taman rumah, buatlah struktur benda dengan logo, atau bahan mainan
tiga dimensi lainnya.
3. Meningkatkan kecerdasan matematis logis dapat dilakukan dengan cara berlatih
menghitung soal-soal matematika sederhana di kepala ( berapa 21 X 40 dalam 5
detik), pelajari cara menggunakan sempoa, sering-seringlah mengisi teka-teki
silang/asah otak lainnya.
4. Kecerdasan musikal dapat dilatih dengan cara mengunjungi konser atau pertunjukan
musik, bernyanyilah di kamar mandi atau di manapun yang memungkinkan untuk
bersenandung, luangkan waktu selama satu jam setiap minggu untuk mendengarkan
gaya musik yang tidak dikenal akrab (western, jazz, country, world music ,dll).
5. Meningkatkan kecerdasan kinestetik dapat dilakukan dengan carai bergabung dan
berlatih bersama dengan klub olahraga di lingkungan, pelajarilah kegiatan dansa,
12. kumpulkanlah berbagai macam benda yang memiliki beragam tekstur dan bentuknya
khas, cobalah kenali benda-benda tersebut dengan mata tertutup.
6. Cara atau metode yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal
yaitu belilah kotak kartu nama, penuhi dengan nama kontak bisnis, teman, kenalan,
kerabat, dan orang lain, serta tetaplah menjalin hubungan dengan mereka; luangkan
waktu selama 15 menit setiap hari untuk mempraktekkan mendengarkan secara aktif
dengan pasangan hidup atau sahabat dekat; bekerjasamalah dengan satu orang atau
lebih dalam sebuah proyek yang berdasarkan pada kesamaan minat (seni kain perca,
pemain bass, penulisan artikel tentang pantai).
7. Meningkatkan kecerdasan intrapersonal dapat dilakukan dengan cara pilihlah tokoh
favorit yang positif, dan baca serta jadikan mereka sebagai kawan imajinasi dalam
memecahkan suatu permasalahan yang membutuhkan waktu pemahaman yang
dalam, lakukanlah sesuatu yang menyenangkan diri sekurang-kurangnya sekali
sehari, luangkan waktu sekitar sepuluh menit setiap sore hari untuk meninjau kembali
secara mental berbagai macam perasaan dan gagasan yang dialami.
8. Metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan naturalis antara lain
peliharalah hewan favorit, tingkatkan frekuensi melihat acara-acara mengenai
program flora dan fauna, (ini yang paling mudah) cobalah untuk menahan dari untuk
tidak merusak lingkungan, seperti mencorat-coret meja, menginjak rumput kantor,
memetik bunga yang sedang tumbuh.
D. Faktor – Faktor Penting dalam Implementasi Teori Kecerdasan Ganda
Implementasi teori kecerdasan ganda dalam aktivitas pembelajaran memerlukan
dukungan komponen-komponen sistem persekolahan sebagai berikut :
1. Orang tua murid
Komponen masyarakat, dalam hal ini orang tua murid, perlu memberikan
dukungan yang optimal agar implementasi teori kecerdasan ganda di sekolah dapat
berhasil. Orang tua, dalam konteks pengembangan kecerdasan ganda perlu
memeberikan sedikit kebebasan pada anak mereka untuk dapat memilih kompetensi
yang ingin dikembangkan sesuai dengan kecerdasan dan bakat yang mereka miliki.
13. 2. Guru
Guru memegang peran yang sangat penting dalam implementasi teori
kecerdasan ganda. Agar implementasi teori kecerdasan ganda dapat mencapai hasil
seperti yang diinginkan ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu :
a. Kemampuan guru dalam mengenali kecerdasan individu siswa
b. Kemampuan mengajar dan memanfaatkan waktu mengajar secara proporsional.
Kemampuan guru dalam mengenali kecerdasan ganda yang dimiliki oleh
siswa merupakan hal yang sangat penting. Faktor ini akan sangat menentukan dalam
merencanakan proses belajar yang harus ditempuh oleh siswa. Ada banyak cara yang
dapat dilakukan oleh guru untuk mengenali kecerdasan spesifik yang dimiliki oleh
siswa. Semakin dekat hubungan antara guru dengan siswa, maka akan semakin
mudah bagi para guru untuk mengenali karakteristik dan tingkat kecerdasan siswa.
3. Kurikulum
Setelah mengetahui kecerdasan setiap individu siswa, maka langkah –
langkah berikutnya adalah merancang kegiatan pembelajaran. Armstrong (2004)
mengemukakan proporsi waktu
yang
dapat
digunakan oleh guru
dalam
mengimplementasikan teori kecerdasan ganda yaitu :
a. 30 % pembelajaran langsung
b. 30 % belajar kooperatif
c. 30% belajar independent
Implementasi teori kecerdasan ganda membawa implikasi bahwa guru bukan
lagi berperan sebagai sumber (resources), tapi harus lebih berperan sebagai manajer
kegiatan pembelajaran.Dalam menerapkan teori kecerdasan ganda, sistem sekolah
perlu menyediakan guru-guru yang kompeten dan mampu membawa anak
mengembangkan potensi-potensi kecerdasan yang mereka miliki. Guru musik
misalnya, selain mampu memainkan instrumen musik, ia juga harus mampu
mengajarkannya sehimgga dapat menjadi panutan yang baik bagi siswa yang
memiliki kecerdasan musikal.
14. Sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda juga perlu menyediakan
fasilitas pendukung selain guru yang berkualitas.Fasilitas tersebut dapat digunakan
oleh guru dan siswa dalam meningkatkan kecerdasan-kecerdasan yang spesifik.
Fasilitas
dapat
berbentuk
media
pembelajaran dan peralatan
serta
perlengkapan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan
ganda. Contoh fasilitas pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kecerdasan ganda antara lain : peralatan musik, peralatan olah raga dan media
pembelajaran yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan spesifik.
4. Sistem penilaian
Sistem penilaian yang diperlukan oleh sekolah yang menerapkan teori
kecerdasan ganda berbeda dengan sistem penilaian yang digunakan pada sekolah
konvensional. Sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda pada dasarnya
berasumsi bahwa semua individu itu cerdas. Penilaian yang digunakan tidak
berorientasi pada input dari proses pembelajaran tapi lebih berorientasi pada proses
dan kemajuan (progress) yang diperlihatkan oleh siswa dalam mempelajari suatu
keterampilan yang spesifik. Metode penilaian yang cocok dengan sistem seperti ini
adalah metode penilaian portofolio.Sistem penilaian portofolio menekankan pada
perkembangan bertahap yang harus dilalui oleh siswa dalam mempelajari sebuah
keterampilan atau pengetahuan.
16. DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, T., 2002. Sekolah Para Juara : Menerapkan Multiple Intelegences di Dunia
Pendidikan.Bandung : Kaifa
Budiningsih, C. Asri, 2005. Belajar dan Pembelajaran.Jakarta : Rineka Cipta.
Campbel, L, et al. 1996. Teaching and Learning through Multiple
Intelegences.Massachusetts : Allyn and Bacon
Dalton, J. 1990. Creative Thinking and Cooperative Talk in Small Group.Australia : Thomas
Nelson
Dryden, G.S. 1999. Revolusi Cara Belajar : Keajaiban Pikiran. Bandung : Kaifa
Meier, Dave. 2000. The Accerated Learning Handbook : A Creative Guide to Designing and
Delivering Faster, More Effective Training Programs. Massachusetts : Allyn and
Bacon