Makalah ini membahas tentang zakat, termasuk pengertian dan filosofi zakat, macam-macam zakat dan nishab menurut mazhab Syafi'i, perbedaan antara infaq, shadaqah, zakat dan hibah, fungsi dan hikmah zakat, serta penerima zakat.
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang ketiga, zakat merupakan suatu
ibadah yang paling penting kerap kali dalam Al-Qur’an, Allah menerangkan zakat
beriringan dengan menerangkan shalat. Pada delapan puluh dua tempat Allah
menyebut zakat beriringan dengan urusan shalat ini menunjukan bahwa zakat dan
shalat mempunyai hubungan yang rapat sekali dalam hal keutamaannya shalat
dipandang seutama-utama ibadah badaniyah zakat dipandang seutama-utama ibadah
maliyah. Zakat juga salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab
itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi
syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori ibadah (seperti shalat, haji, dan
puasa) yang telah diatur secara rinci dan paten berdasarkan al-Qur'an dan as-Sunnah,
sekaligus merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat
berkembang sesuai dengan perkembangan umat manusia.
Karena itu kita akan membahas lebih dalam mengenai pengertian Zakat dan
filosofinya, macam – macam zakat dan nishabnya menurut Madzhab Syafiiyyah An –
Nahdliyah, perbedaan Infaq, Shadaqah, Zakat dan Hibah, fungsi dan hikmah zakat,
para mustahik penerima zakat, infaq dan shadaqah serta sejarah zakat. Makalah
Agama Islam 3 disusun untuk menyelesaikan tugas yang diberikan kepada kami dan
membantu agar mendapat nilai yang baik dan juga memahami tentang materi ini.
Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Kritik dan saran
yang bersifat membangun akan kami terima dengan baik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dalam makalah ini tersusun sebagai berikut :
a) Apa pengertian Zakat dan filosofinya?
b) Apa macam – macam zakat dan nishabnya menurut Madzhab Syafiiyyah An –
Nahdliyah ?
c) Apa perbedaan Infaq, Shadaqah, Zakat dan Hibah ?
d) Apa fungsi dan hikmah zakat ?
e) Siapa para mustahik penerima zakat, infaq dan shadaqah ?
f) Bagaimana sejarah zakat ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan masalah tersebut tujuan penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut:
a. Untuk menjelaskan pengertian Zakat dan filosofinya
2. b. Untuk menjelaskan macam – macam zakat dan nishabnya menurut Madzhab
Syafiiyyah An – Nahdliyah
c. Untuk menjelaskan perbedaan Infaq, Shadaqah, Zakat dan Hibah
d. Untuk menjelaskan fungsi dan hikmah Zakat
e. Untuk menjelaskan para mustahik penerima zakat, infaq dan shadaqah
f. Untuk menjelaskan sejarah Zakat
3. BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Zakat dan Filosofinya
Pengertian Zakat
Dalam Al-Quran dan hadis disebutkan, “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka,
dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk
mereka. Dan Allah Maha mendengar lagi maha mengetahui” (QS. at-Taubah[9]:
103); “Sedekah dak akan mengurangi harta” (HR. Tirmizi).
Menurut istilah, dalam kitab al-Hawi, al-Mawardi mendefinisikan zakat dengan nama
pengambilan tertentu dari harta yang tertentu, menurut sifat-sifat tertentu, dan untuk
diberikan kepada golongan tertentu. Sedangkan secara harfiah zakat berarti
“tumbuh”, “berkembang”, “menyucikan”, atau “membersihkan”. Sedangkan secara
terminologi syari’ah, zakat merujuk pada aktivitas memberikan sebagian kekayaan
dalam jumlah dan perhitungan tertentu untuk orang-orang tertentu sebagaimana
ditentukan.
Filosofi Zakat
Zakat adalah salah satu dari lima rukum Islam. Perintah zakat merupakan salah satu
yang paling sering disebut di dalam Al-Qur’an. Biasanya perintah zakat itu selalu
digandeng dengan perintah shalat “…aqiimush sholaata wa-aatuz zakataa…”
(…dirikan shalat dan tunaikanlah zakat..)
Di dalam pembahasan fiqih di kitab – kitab klasik, zakat dibahas begitu panjangg dan
lebar, baik syarat – syaratnya, kategorisasinya, subyek yang berzakat serta pihak –
pihak yang dizakati (mustahiqqin). Ia menempati prioritas bahasan yang lumayan
serius. Karena begitulah yang juga tertulis di dalam Al-Qur’an, bahwa zakat
merupakan realitas kebijakan sosial sekaligus kesalehan individual.
2.2 Macam – macam zakat dan nishabnya menurut Madzhab Syafiiyyah An –
Nahdliyah
1. Zakat Fitrah
Zakat fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan umat Muslim menjelang hari
raya Idul Fitri atau pada bulan Ramadan. Zakat fitrah dapat dibayar dengan
setara 3,5 liter (2,5 kilogram) makanan pokok dari daerah yang bersangkutan.
Makanan pokok di Indonesia adalah nasi, maka yang dapat dijadikan sebagai
zakat adalah berupa beras.
4. 2. Zakat Maal (harta)
Zakat maal (harta) adalah zakat penghasilan seperti hasil pertanian, hasil
pertambangan, hasil laut, hasil perniagaan, hasil ternak, harta temuan, emas
dan perak. Masing-masing jenis penghasilan memiliki perhitungannya sendiri.
Dalam Undang-Undang (UU) tentang Pengelolaan Zakat Nomor 38 Tahun 1998,
pengertian zakat maal adalah bagian dari harta yang disisihkan oleh seorang Muslim
atau badan yang dimiliki orang Muslim sesuai ketentuan agama untuk diberikan
kepada yang berhak menerimanya. Zakat Maal juga memiliki 4 macam zakat, yaitu:
1. Zakat Profesi atau Penghasilan
Zakat profesi/penghasilan adalah zakat yang dikeluarkan dari pendapatan profesi
seseorang, baik ia menjadi seorang dokter, arsitek, notaris, karyawan, maupun guru.
Zakat ini memang dianalogikan kepada hasil pertanian.
Nisab zakat profesi adalah sebesar 5 wasak atau 653 kg gabah atau setara dengan
520 kg beras dan besarnya adalah 2,5%.
2. Zakat Emas dan Perak
Selama ini, emas dan perak dianggap sebagai harta sekaligus aset yang potensial.
Selain sebagai perhiasan, emas juga berfungsi sebagai alat tukar dari masa ke masa.
Oleh karena itu, zakat emas disarankan dalam Islam. Nisab zakat emas adalah 85
gram, sedangkan perak 595 gram. Adapun besar atau kadar zakatnya sebesar 2,5%
dengan perhitungan haul selama satu tahun. Selain itu, disarankan agar emas/perak
yang dikeluarkan zakatnya adalah emas/perak yang tidak dipakai dan dapat
dikeluarkan dalam bentuk uang sejumlah harga emas yang berlaku saat itu.
cara menghitung zakat emas dan perak adalah 2,5% dari emas dan perak yang
tersimpan dalam setahun
3. Zakat Perniagaan
Macam-macam zakat mal lainnya adalah zakat perniagaan, yaitu zakat yang
dikenakan pada harta yang digunakan untuk kegiatan jual beli. Zakat ini dikenakan,
baik kepada perniagaan yang diusahakan secara individu maupun perserikatan.
Nisab zakat perniagaan adalah senilai dengan 20 dinar atau 85 gram emas dengan
besar 2,5%, sedangkan usaha itu telah berjalan selama setahun. Zakat perniagaan
dapat diberikan dalam bentuk uang ataupun barang.
5. 4. Zakat Investasi
Zakat investasi adalah zakat yang dikenakan atas harta yang diperoleh dari
berinvestasi. Dengan kata lain, zakat ini dikeluarkan dari hasil, bukan modal yang
ditanam. Contoh investasinya meliputi bangunan atau kendaraan yang disewakan.
Besar zakat investasi yang dikeluarkan adalah 5% untuk penghasilan bruto dan 10%
untuk penghasilan neto dari hasil yang didaptkan, bukan modalnya.
Pendapat yang mu’tamad dalam Mazhab Syafii adalah tidak boleh membayar zakat
fitrah dengan qimah (sesuatu yang senilai dengan kewajiban zakat, bisa jadi
disetarakan dengan uang, makanan atau pakaian) Pendapat ini juga dikuatkan oleh
jumhur ulama lainnya. Di antaranya Imam Malik dan Imam Ahmad. Namun tidak
demikian dengan Abu Hanifah, beliau membolehkan membayar zakat dengan uang
atau yang senilai dengannya.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Muhammad Az-Zuhaili dalam kitab al-
Mu’tamad fil Fiqhisy Syafi’i:
الفقير إغناء في الفطر زكاة من الغاية تحقيق مع ،للفقراء العصر هذا في أنفع هَّنأل بقوله؛ األخذ من اليوم مانع وال
“Hari ini tidak ada larangan untuk mengambil pendapat beliau (imam Abu
Hanifah). Sebab, lebih bermanfaat bagi para fakir miskin sekarang dan lebih bisa
mewujudkan tujuan dari syariat zakat fitrah itu sendiri, yaitu memberi kecukupan
kepada fakir miskin.”
Dalam kitab Fiqh Al Manhaji Ala Mazhabisy Syafi’i disebutkan:
،القيمة دفع جواز وهو ،العصر هذا في المسألة هذه في تعالى هللا رحمه حنيفة أبي اإلمام مذهب باتباع بأس ال
للفقير أنفع القيمة ًّألن ذلكالمرجوة الغاية تحقيق إلى ُوأقرب ،نفسه القوت من اليوم
Artinya, “Tidak mengapa mengikuti pendapat Imam Abu Hanifah rahimahullah
ta’ala dalam masalah ini di zaman sekarang. Boleh membayar zakar fitrah dengan
qimah. Sebab, ia lebih berguna dan bermanfaat bagi fakir miskin pada zaman ini
daripada hanya sekedar makanan pokok. Dan ini lebih bisa mewujudkan tujuan yang
diinginkan.”
Demikian juga pendapat yang serupa juga difatwakan oleh Imam Ar-Ramli, beliau
berkata, “Maka diperbolehkan kepada orang yang disebut, mengikuti imam Abu
Hanifah dalam mengeluarkan zakat dengan qimah (nilai) sebagai ganti dari zakat
(bahan makanan pokok), dan tidak wajib baginya mengikuti Abu Hanifah pada
perkara slain itu.” (Fatawa Imam Ar Ramli 1/55)
Namun ada satu hal yang perlu diperhatikan bahwa jika seseorang hendak memilih
pendapat imam Abu Hanifah dalam masalah ini maka ia harus mengeluarkian zakat
6. senilai ukuran yang telah diharuskan menurut ijtihad beliau. Sebab, besar ukuran
zakat yang wajib menurut Abu Hanifah adalah setengah Sha’ gandum atau tepung
gandum setara dengan 2 ¼ kg, atau satu sha’ dari jenis makanan pokok lainnya atau
setara dengan 4.5 kg.
“Dan takaran setengah sho’ di zaman kita hari ini kira-kira 2,1/4 kg.” (Al-Fiqhul
Hanafi fi Tsaubihil Jadid 2/375)
Maka, siapa yang ingin mngeluarkan zakat sesuai dengan mazhab Syafi’i, maka wajib
baginya mengeluarkan zakat dalam bentuk bahan makanan pokok (beras) sebanyak
satu sho’. Dan dalam mazhab Syafi’i satu sho’ sekitar 2.75 kg. Adapun yang ingin
mengeluarkan zakat dalam bentuk uang mengikuti mazhab Abu Hanifah, maka wajib
baginya mengikuti takaran sho’ yang telah ditentuka dalam mazhab Abu Hanifah,
yaitu beras senilai 4.5 kg.
2.3 Perbedaan Infaq, Shadaqah, Zakat dan Hibah
1. INFAQ
Infaq (bahasa Arab: فاق )ان adalah mengeluarkan harta yang mencakup zakat
(hukumnya wajib) dan non-zakat (hukumnya sunah). Infak wajib di antaranya
zakat, kafarat, nazar, dan lain-lain. Infak sunah di antaranya, infak kepada fakir
miskin sesama muslim, infak bencana alam, infak kemanusiaan, dan lain-lain.
Terkait dengan infak ini Rasulullah SAW bersabda:
“ Ada malaikat yang senantiasa berdoa setiap pagi dan sore: "Ya Allah SWT
berilah orang yang berinfak, gantinya dan berkata yang lain : "Ya Allah jadikanlah
orang yang menahan infak, kehancuran". - Hadit Riwayat Bukhari Muslim
2. SHADAQAH
Sedekah (Bahasa Arab:ة صدق ; transliterasi: sadakah) adalah pemberian
seorang Muslim kepada orang lain secara sukarela dan ikhlas tanpa dibatasi oleh
waktu dan jumlah tertentu. Sedekah lebih luas dari sekadar zakat maupun infak.
Karena sedekah tidak hanya berarti mengeluarkan atau menyumbangkan harta.
Namun sedekah mencakup segala amal atau perbuatan baik. Dalam sebuah hadis
digambarkan bahwa, “Memberikan senyuman kepada saudaramu adalah
sedekah”
3. ZAKAT
Zakat (Bahasa Arab: اة زك transliterasi: Zakah) dalam segi istilah adalah harta
tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan diberikan
kepada golongan yang berhak menerimanya (fakir miskin dan sebagainya). Zakat
dari segi bahasa berarti 'bersih', 'suci', 'subur', 'berkat' dan 'berkembang'. Menurut
ketentuan yang telah ditetapkan oleh syariat Islam. Zakat merupakan rukun ketiga
dari rukun Islam.
7. 4. HIBAH
Hibah adalah pemberian yang dilakukan oleh seseorang kepada pihak lain
yang dilakukan ketika masih hidup dan pelaksanaan pembagiannya dilakukan pada
waktu penghibah masih hidup juga. Terdapat tiga syarat yang harus dipenuhi
dalam hal melakukan Hibah Menurut Hukum Islam, yaitu:
1. Ijab, adalah pernyataan tentang pemberian tersebut dari pihak yang memberikan
2. Qabul, ialah pernyataan dari pihak yang menerima pemberian hibah itu
3. Qabdlah, merupakan penyerahan milik itu sendiri, baik penyerahan dalam
bentuk yang sebenarnya maupun secara simbolis.
2.4 Fungsi dan Hikmah Zakat
Fungsi dan hikmah zakat
Fungsi dan hikmah zakat adalah sebagai berikut:
a. Membersihkan harta (kekayaan)
Orang mukmin diperintahkan makan dari barang yang halal. Hal itu berarti dalam
memperoleh harta harus halal. Bagi orang kaya, ada harta yang merupakan
hak/bagian fakir miskin. Apabila hak itu tidak diberikan, harta itu bercampur dengan
yang tidak halal.
Allah SWT berfirman sebagai berikut:
“ Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan
dan menyucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnyadoa kamu itu
(menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan AllahMaha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. (QS. At-Taubah:103)
Berdasarkan ayat itu seharusnya badan pelaksana pemungut zakat segera dibentuk.
Badan itu boleh saja sebagai lembaga logistik umat Islam yang bertanggung jawab
membiayai kegiatan Islam. Dalam struktur organisasi umat Islam, badan logistik
memegang peranan penting. Tanpa ada perintisan ke arah itu, potensi umat Islam
tetap tidak ada kemajuan di segala bidang.
Dalam menerima zakat dari seseorang, amil zakat mengucapkan doa sebagai berikut.
Semoga Allah memberi pahala kepada engkau dari zakat yang engkau berikan dan
semoga menjadikannya pembersih bagi dirimu serta memberi berkah untukmu akan
hartamu yang masih tertinggal.
b. Mendidik sifat dermawan
Bakhil termasuk penyakit hati maka harus dihilangkan. Ada ayat yang menerangkan
bagaimana keikhlasan orang-orang Anshar dalam bersedekah sehingga mereka
terhindar dari kebakhilan. Firman Allah SWT sebagai berikut:
“... dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin) atas diri mereka sendiri,
sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya,
mereka itulah orang-orang yang beruntung(QS.Al-Hasyr:9)
8. c. Merupakan salah satu wujud syukur
Syukur dapat diwujudkan dengan ucapan atau perbuatan anggota badan dan harta.
Orang yang dianugerahi harta banyak wajib membayar infak, zakat, ataupun sedekah
sebagai rasa syukur kita kepada Allah dan mengharap pahala dari-Nya.
Allah SWT berfirman sebagai berikut:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan salat,
dan menunaikan zakat. Mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. Al-
Baqarah:277)
d. Merupakan sarana penyantunan fakir miskin
Setiap orang mempunyai hak hidup dan kehidupan. Orang Islam yang kaya harus
memikirkan dan mengusahakan saudaranya agar terlepas dari kemiskinan. Jika kita
mengingat bahwa orang yang sehari tidak makan menderita sekali, dan kita diam saja,
maka akan sangat tercela bagi yang mengabaikannya. Oleh karena itu, orang yang
memupuk kekayaan tanpa batasdan tidak diinfakkan pada jalan Allah diancam oleh
Allah, seperti dalam firman-Nya berikut ini:
“ ... dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya
pada jalan Allah maka beritahukanlah kepada mereka ,(bahwa mereka akan
mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas dan perak itu dalam neraka
jahanam, lalu dibakar dengan dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu
dikatakan) kepada mereka: “ inilah harta bendamuyang kamu simpan untuk dirimu
sendiri maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan.” (QS. At-
Taubah: 34-35)
Sehubungan dengan ayat tersebut, Rasulullah saw. bersabda:
Dari Abi Hurairah, Rasulullah saw. bersabda: “ Seseorang yang menyimpan hartanya
tidak dikeluarkan zakatnya akan dibakar dalam neraka jahanam, baginya dibuatkan
setrika api kemudian disetrika lambungnya dan keningnya.”(HR.Ahmad dan Muslim)
e. Merupakan sarana lahirnya masyarakat yang terhormat
Zakat diharapkan dapat mengurangi gelandangan dan pengemis. Setiap desa didata
keadaan masyarakat yang hidupnya kurang memenuhi syarat . Dengan data itu dapat
diketahui berapa jumlah pengemis, tuna wisma, dan sebagainya.
Selanjutnya, badan amil zakat memperhitungkan kekayaan umat Islam dan
menentukan tabel zakat masing-masing, kemudian membagikan zakat kepada mereka
yang berhak menerimanya. Dari zakat itu, umat Islam akan menjadi makmur. Apabila
umat Islam tidak mampu membiayai umatnya sendiri, tidak menutup kemungkinan
warganya akan disantuni oleh umat lain.
9. 2.5 Para mustahik penerima Zakat, Infaq dan Shadaqah
Penerima Zakat
Golongan yang berhak menerima zakat ada delapan yaitu:
1. Fuqara’ (faqir) adalah orang yang tidak memiliki harta benda untuk bias
mencukupi kebutuhan hidupnya
2. Masakin (miskin) adalah orang yang memiliki harta benda atau pekerjaan
namun tidak bias mencukupi
3. Amilin (amil) adalah orang-orang yang bekerja mengurus zakat dan tidak
diupah selain dari zakat.
4. Mu’allaf, orang yang baru masuk Islam. Atau bias juga orang Islam yang
masih lemah dalam menjalankan syariat Islam.
5. Riqab (budakMukatab) adalah budak yang di janjikan merdeka oleh tuannya
setelah melunasi sejumlah tebusan yang sudah disepakati bersama dan juga
dibayar secara
6. Gharimin, orang memiliki tanggungan
7. Sabilillah, adalah orang yang berperang di jalan Allah dan tidak mendapatkan
8. Ibnu Sabil, adalah orang yang memulai bepergian dari daerah tempat zakat
(baladuzzakat) atau melewati daerah tempat zakat
Penerima Infaq
Infaq adalah pengeluaran sukarela yang di lakukan seseorang, setiap kali ia
memperoleh rizki, sebanyak yang ia kehendakinya. Allah memberi kebebasan kepada
pemiliknya untuk menentukan jenis harta, berapa jumlah yang yang sebaiknya
diserahkan.
Terkait dengan infak ini Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan
Bukhari dan Muslim ada malaikat yang senantiasa berdo’a setiap pagi dan sore : "Ya
Allah SWT berilah orang yang berinfak, gantinya. Dan berkata yang lain : "Ya Allah
jadikanlah orang yang menahan infak, kehancuran". (HR. Bukhori)
Penerima Shadaqah
Shadaqah ialah segala bentuk nilai kebajikan yang tidak terikat oleh jumlah, waktu
dan juga yang tidak terbatas pada materi tetapi juga dapat dalam bentuk non materi,
misalnya menyingkirkan rintangan di jalan, menuntun orang yang buta, memberikan
senyuman dan wajah yang manis kepada saudaranya, menyalurkan syahwatnya pada
istri dsb. Dan shadaqoh adalah ungkapan kejujuran (shiddiq) iman seseorang.
10. 2.6 Sejarah Zakat
Dalam buku 125 Masalah Zakat karya Al-Furqon Hasbi disebutkan bahwa awal Nabi
Muhammad SAW hijrah ke Madinah, zakat belum dijalankan. Pada waktu itu, Nabi
SAW, para sahabatnya, dan segenap kaum muhajirin (orang-orang Islam Quraisy
yang hijrah dari Makkah ke Madinah) masih disibukkan dengan cara menjalankan
usaha untuk menghidupi diri dan keluarganya di tempat baru tersebut. Selain itu,
tidak semua orang mempunyai perekonomian yang cukup -- kecuali Utsman bin
Affan -- karena semua harta benda dan kekayaan yang mereka miliki ditinggal di
Makkah.
Kalangan anshar (orang-orang Madinah yang menyambut dan membantu Nabi dan
para sahabatnya yang hijrah dari Makkah) memang telah menyambut dengan bantuan
dan keramah-tamahan yang luar biasa. Meskipun demikian, mereka tidak mau
membebani orang lain. Itulah sebabnya mereka bekerja keras demi kehidupan yang
baik. Mereka beranggapan pula bahwa tangan di atas lebih utama daripada tangan di
bawah.
Keahlian orang-orang muhajirin adalah berdagang. Pada suatu hari, Sa'ad bin Ar-
Rabi' menawarkan hartanya kepada Abdurrahman bin Auf, tetapi Abdurrahman
menolaknya. Ia hanya minta ditunjukkan jalan ke pasar. Di sanalah ia mulai
berdagang mentega dan keju. Dalam waktu tidak lama, berkat kecakapannya
berdagang, ia menjadi kaya kembali. Bahkan, sudah mempunyai kafilah-kafilah yang
pergi dan pulang membawa dagangannya.
Selain Abdurrahman, orang-orang muhajirin lainnya banyak juga yang melakukan hal
serupa. Kelihaian orang-orang Makkah dalam berdagang ini membuat orang-orang di
luar Makkah berkata, ''Dengan perdagangan itu, ia dapat mengubah pasir sahara
menjadi emas.''
Perhatian orang-orang Makkah pada perdagangan ini diungkapkan dalam Alqur'an
pada ayat-ayat yang mengandung kata-kata tijarah: ''Orang yang tidak dilalaikan oleh
perdagangan dan jual beli dari mengingat Allah, melaksanakan shalat, dan
menunaikan zakat. Mereka takut kepada hari ketika hati dan penglihatan menjadi
guncang (hari kiamat). (QS An-Nur:37)
Tidak semua orang muhajirin mencari nafkah dengan berdagang. Sebagian dari
mereka ada yang menggarap tanah milik orang-orang anshar. Tidak sedikit pula yang
mengalami kesulitan dan kesukaran dalam hidupnya. Akan tetapi, mereka tetap
berusaha mencari nafkah sendiri karena tidak ingin menjadi beban orang lain.
Misalnya, Abu Hurairah.
11. Kemudian Rasulullah SAW menyediakan bagi mereka yang kesulitan hidupnya
sebuah shuffa (bagian masjid yang beratap) sebagai tempat tinggal mereka. Oleh
karena itu, mereka disebut Ahlush Shuffa (penghuni shuffa). Belanja (gaji) para
Ahlush Shuffa ini berasal dari harta kaum Muslimin, baik dari kalangan muhajirin
maupun anshar yang berkecukupan.
Setelah keadaan perekonomian kaum Muslimin mulai mapan dan pelaksanaan tugas-
tugas agama dijalankan secara berkesinambungan, pelaksanaan zakat sesuai dengan
hukumnya pun mulai dijalankan. Di Yatsrib (Madinah) inilah Islam mulai
menemukan kekuatannya.
Disyariatkan
Ayat-ayat Alqur'an yang mengingatkan orang mukmin agar mengeluarkan sebagian
harta kekayaannya untuk orang-orang miskin diwahyukan kepada Rasulullah SAW
ketika beliau masih tinggal di Makkah. Perintah tersebut pada awalnya masih sekedar
sebagai anjuran, sebagaimana wahyu Allah SWT dalam surat Ar-Rum ayat 39: ''Dan
apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridaan
Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipatgandakan
(pahalanya)''.
Namun menurut pendapat mayoritas ulama, zakat mulai disyariatkan pada tahun ke-2
Hijriah. Di tahun tersebut zakat fitrah diwajibkan pada bulan Ramadhan, sedangkan
zakat mal diwajibkan pada bulan berikutnya, Syawal. Jadi, mula-mula diwajibkan
zakat fitrah kemudian zakat mal atau kekayaan.
Firman Allah SWT surat Al-Mu'minun ayat 4: ''Dan orang yang menunaikan zakat''.
Kebanyakan ahli tafsir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan zakat dalam ayat
di atas adalah zakat mal atau kekayaan meskipun ayat itu turun di Makkah. Padahal,
zakat itu sendiri diwajibkan di Madinah pada tahun ke-2 Hijriah. Fakta ini
menunjukkan bahwa kewajiban zakat pertama kali diturunkan saat Nabi SAW
menetap di Makkah, sedangkan ketentuan nisabnya mulai ditetapkan setelah Beliau
hijrah ke Madinah.
Setelah hijrah ke Madinah, Nabi SAW menerima wahyu berikut ini, ''Dan dirikanlah
shalat serta tunaikanlah zakat. Dan apa-apa yang kamu usahakan dari kebaikan bagi
dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya di sisi Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan'' (QS Al-Baqarah: 110). Berbeda dengan
ayat sebelumnya, kewajiban zakat dalam ayat ini diungkapkan sebagai sebuah
perintah, dan bukan sekedar anjuran.
12. Mengenai kewajiban zakat ini ilmuwan Muslim ternama, Ibnu Katsir,
mengungkapkan, ''Zakat ditetapkan di Madinah pada abad kedua hijriyah.
Tampaknya, zakat yang ditetapkan di Madinah merupakan zakat dengan nilai dan
jumlah kewajiban yang khusus, sedangkan zakat yang ada sebelum periode ini, yang
dibicarakan di Makkah, merupakan kewajiban perseorangan semata''.
Sayid Sabiq menerangkan bahwa zakat pada permulaan Islam diwajibkan secara
mutlak. Kewajiban zakat ini tidak dibatasi harta yang diwajibkan untuk dizakati dan
ketentuan kadar zakatnya. Semua itu diserahkan pada kesadaran dan kemurahan
kaum Muslimin. Akan tetapi, mulai tahun kedua setelah hijrah -- menurut keterangan
yang masyhur -- ditetapkan besar dan jumlah setiap jenis harta serta dijelaskan secara
teperinci.
Menjelang tahun ke-2 Hijriah, Rasulullah SAW telah memberi batasan mengenai
aturan-aturan dasar, bentuk-bentuk harta yang wajib dizakati, siapa yang harus
membayar zakat, dan siapa yang berhak menerima zakat. Dan, sejak saat itu zakat
telah berkembang dari sebuah praktik sukarela menjadi kewajiban sosial keagamaan
yang dilembagakan yang diharapkan dipenuhi oleh setiap Muslim yang hartanya telah
mencapai nisab, jumlah minimum kekayaan yang wajib dizakati.
13. BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut istilah, dalam kitab al-Hawi, al-Mawardi mendefinisikan zakat dengan nama
pengambilan tertentu dari harta yang tertentu, menurut sifat-sifat tertentu, dan untuk
diberikan kepada golongan tertentu. Sedangkan secara harfiah zakat berarti
“tumbuh”, “berkembang”, “menyucikan”, atau “membersihkan”. Sedangkan secara
terminologi syari’ah, zakat merujuk pada aktivitas memberikan sebagian kekayaan
dalam jumlah dan perhitungan tertentu untuk orang-orang tertentu sebagaimana
ditentukan. Dalam sudut filosofi Zakat adalah salah satu dari lima rukum Islam.
Perintah zakat merupakan salah satu yang paling sering disebut di dalam Al-Qur’an.
Biasanya perintah zakat itu selalu digandeng dengan perintah shalat “…aqiimush
sholaata wa-aatuz zakataa…” (…dirikan shalat dan tunaikanlah zakat..). Zakat
dibedakan menjadi dua yaitu Zakat Fitrah dan Zakat Maal.
Pendapat yang mu’tamad dalam Mazhab Syafii adalah tidak boleh membayar zakat
fitrah dengan qimah (sesuatu yang senilai dengan kewajiban zakat, bisa jadi
disetarakan dengan uang, makanan atau pakaian) Pendapat ini juga dikuatkan oleh
jumhur ulama lainnya. Di antaranya Imam Malik dan Imam Ahmad. Namun tidak
demikian dengan Abu Hanifah, beliau membolehkan membayar zakat dengan uang
atau yang senilai dengannya.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Muhammad Az-Zuhaili dalam kitab al-
Mu’tamad fil Fiqhisy Syafi’i:
الفقير إغناء في الفطر زكاة من الغاية تحقيق مع ،للفقراء العصر هذا في أنفع هَّنأل بقوله؛ األخذ من اليوم مانع وال
“Hari ini tidak ada larangan untuk mengambil pendapat beliau (imam Abu
Hanifah). Sebab, lebih bermanfaat bagi para fakir miskin sekarang dan lebih bisa
mewujudkan tujuan dari syariat zakat fitrah itu sendiri, yaitu memberi kecukupan
kepada fakir miskin.”
3.2 Saran
Saran dapat disampaikan oleh penulis yang ditujukan untuk penulis
berikutnya. Untuk penulisan makalah berikutnya, diharapkan tidak mementingkan
sikap individualis. Oleh karena itu, perlu adanya kerjasama dalam kelompok yang
terkait, agar terjalin kekompakan sehingga makalah tersebut cepat terselesaikan dan
agar dapat dilakukan pengembangan dan perbaikan secara berkesinambungan dalam
penulisan makalah berikutnya.