SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
ANALISIS TOKOH UTAMA DALAM CALA IBI KARYA NUKILA AMAL BERDASARKAN
                            PENDEKATAN PSIKOLOGI SASTRA

                                       Oleh: Marlina

A. Pendahuluan

      Karya sastra adalah refleksi pengarang tentang hidup. Bagi seorang sastrawan,
karya yang dibuatnya adalah sebuah kelahiran baru bagi dirinya. Kelahiran yang
menghimpun segala pengalaman dan membuat perpaduannya dengan dunia imaji yang
membuat dirinya semakin bermakna. Bagi seorang pengarang, karyanya adalah bagian
dari diri yang menggambarkan kreativitas dan kepekaannya terhadap apa yang dialaminya
dalam kehidupan. Kehidupan yang dipadu dengan daya imajinasi dan kreasi yang
didukung pula oleh pengalaman dan pengamatan atas kehidupan itulah yang akan
mewakili begitu banyak hal yang pernah ditemuinya dalam kehidupan.

      Karya sastra sebagai miniatur kehidupan memindahkan berbagai lukisan kehidupan
dalam sebuah karya yang indah. Disajikan dalam rentetan bahasa yang menuntun
pembaca memasuki sebuah dunia, pengarang mencoba menuntun pembaca memasuki
sebuah dunia baru yang diciptakannya. Jiwa-jiwa manusia pada tokoh yang dibuat
pengarang, latar kehidupan yang digambarkan lewat deskripsi kata, gejolak batin dan
berbagai pertentangan hidup menjadi hal yang menarik untuk dibahas dan digauli dengan
penuih perasaan.

           Novel Cala Ibi karya Nukila Amal, menyeruak dan menggetarkan sastra Indonesia.
Cala Ibi telah menyumbangkan warna baru dalam jagad sastra kita dan memiliki peluang
besar untuk hadir sebagai karya sastra besar yang abadi dan universal. Sebuah koreografi
kata yang tangkas, indah, metaforis, dan bernas dengan kalimat-kalimat yang menjelma
menjadi rangkaian aforisma. Cala Ibi mengeksplorasi hakikat nama, peristiwa dan cerita,
maya dan nyata, diri dan ilusi, tapi juga memperkarakan kodrat kata dan bahasa itu
sendiri.

           Seorang ahli filsafat dan seorang ahli sastra. Keduanya dipertemukan oleh novel
Cala Ibi. Ada pengalaman surealistik antara mimpi dan kenyataan yang keluar masuk.
Novel ini mengisahkan tentang tokoh Maya, seorang gadis yang bertemu dengan dirinya

                                                                                        1
yang lain bernama Maia, pertemuan dengan naga bernama Cala Ibi, sosok bernama Ujung
dan Tepi. Dari tokoh-tokoh inilah banyak pergumulan antara maskulinitas dan feminitas,
mondar-mandirnya dunia nyata dan mimpi, rasio dan hati, kata dan rasa, keteraturan dan
ketakteraturan, dan seterusnya.

        Novel ini juga memuat kesan karnaval, nokturnal, verbal. Karnaval
mengindikasikan suatu keadaan yang ramai, sementara nokturnal berkaitan dengan
malam yang memiliki dua macam keadaan. Malam sering diisi dengan kegiatan yang gila-
gilaan, dugem (dunia gemerlap) misalnya. Tapi di satu sisi juga puitis karena malam
mengindikasikan sesuatu yang biasanya romantis.

B. Landasan Teoretis

1. Pendekatan Psikologi Sastra

        Istilah psikologi sastra menurut Wellek dan Waren memiliki empat kemungkinan
pengertian antara lain: (1) studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi, (2)
studi proses kreatif, (3) studi hukum dan tipe-tipe psikologi yang diterapkan pada karya
sastra, dan (4) mempelajari dampak sastra pada pembaca (psikologi pembaca). Keempat
hal tersebut merupakan kemungkinan yang dimungkinkan menjadi pembahasan dalam
psikologi sastra. Adapun Wellek dan Waren kemudian menekankan bahwa kemungkinan
ketiga merupakan pengertian yang paling berkaitan dengan karya sastra. (Wellek dan
Waren, 1995:90)

        Adanya penelitian psikologi sastra dipengaruhi oleh beberapa hal, yakni adanya
anggapan bahwa karya sastra merupakan produk dari suatu kejiwaan dan pemikiran
pengarang yang berada pada situasi setangah sadar (subconcious), dan setelah jelas baru
dituangkan ke dalam bentuk secara sadar (conscious). Antara sadar dan tidak sadar selalu
mewarnai proses imajinatif pengarang. Di samping itu, perwatakan tokoh secara psikologis
juga termasuk dalam pemikiran dan perasaan pengarang ketika menciptakan karya sastra.

        Demikian juga halnya dengan inspirasi. Inspirasi sebagai sebuah bagian tak
terpisahkan dari proses kreatif pengarang dalam menciptakan karya sastra merupakan
sebutan tradisional untuk faktor yang ada dalam alam bawah sadar ketika proses
penciptaan. Inspirasi pada mitos kepercayaan Yunani dihubungkan dengan dewi-dewi

                                                                                           2
Muse (musik) dan putri-putri ingatan. Demikian juga dikatakan bahwa para penyair berada
dalam keadaan yang lain daripada biasanya bila ia sedang mendapatkan inspirasi (Wellek
dan Waren, 1995: 98)

        Dua penjelasan tersebut menekankan bahwa ketika seorang pengarang
melakukan sebuah proses kreatif, jiwa pengarang tersebut cenderung dikuasai sebuah
dorongan bawah sadar. Ini tak dapat dipungkiri lagi karena pada dasarnya, ketika
penciptaan itu terjadi, inspirasi dan alam bawah sadar pengarang memasuki sebuah
dimensi lain dari dunia nyatanya. Imaji dan inspirasi membawa pengarang untuk membuat
sebuah dunia lain yang dipengaruhi oleh kondisi jiwanya saat itu. Sementara jiwa
merupakan bagian terpenting dalam sebuah kajian psikologi.

        Pada dasarnya, psikologi sastra ditopang oleh tiga pendekatan sekaligus.
Pertama, pendekatan tekstual yang mengkaji aspek psikologis tokoh dalam karya sastra.
Kedua, pendekatan reseptif-pragmatik yang mengkaji aspek psikologis pembaca sebagai
penikmat karya sastra yang terbentuk dari pengaruh karya yang dibacanya, serta proses
resepsi pembaca dalam menikmati karya sastra. Ketiga, pendekatan ekspresif yang
mengkaji aspek psikologis penulis ketika melakukan proses kreatif yang terproyeksi lewat
karyanya, baik penulis sebagai pribadi maupun wakil masyarakatnya (Roekhan, 1990:88)

        Sejalan dengan pernyataan di atas, dalam pengkajian psikologi sastra ini akan
digunakan beberapa pendekatan. Sebagian menggunakan pendekatan tekstual, yang
mengkaji aspek psikologis tokoh dalam karya sastra. Sebagian lagi menggunakan
pendekatan ekspresif, yang mengkaji aspek psikologis sang pengarang, yakni Nukila Amal
ketika melakukan proses kreatif yang teproyeksi lewat karyanya, baik pengarang sebagai
pribadi maupun wakil masyarakatnya.

        Psikologi sastra dari aspek tekstual, pada awalnya memang tak bisa lepas dari
prinsip-prinsip Freud tentang psikologi dalam. Buku Freud tentang interpretasi mimpi telah
banyak mengilhami para peneliti psikologi teks. Hendaknya dalam meneliti psikologi
sastra, para peneliti mampu menggali sistem berpikir, logika, angan-angan, dan cita-cita
hidup yang ekspresif. Perasaan takut, phobi, was-was, histeris, aman dan sebagainya juga
menjadi objek kajian psikologi sastra yang pelik. Terlebih jika teks sastra sudah mulai
membicarakan tentang (yang disebut oleh Freud) illution. Karena hal tersebut sulit
                                                                                        3
dikendalikan dan dikontrol, sehingga peneliti sering mengalami kebingungan. Sangat sulit
membedakan antara illution dengan mimpi. Selain menggunakan teori Freud yang masih
sedikit berkaitan dengan teori dasarnya (berhubungan dengan sensibilitas), kami juga
menggunakan teori Jung. Karena dari beberapa tokoh psikologi kepribadian, seperti
Willard Allport, William Sheldon, Burrhus Frederic Skinner, Sigmund Freud, Carl Gustav
Jung, Erich Fromm, Ransom Rogers, Victor E. Frankl, dan Abraham Harold Maslow, hanya
Freud dan Junglah yang memiliki teori tentang mimpi (Dream Analysis).

         Sebagai gambaran, mula-mula kami akan mengungkap apakah teks sastra
melalui pelaku-pelakunya dapat merefleksikan unsur-unsur psikologi atau tidak. Dari
situlah mungkin akan muncul hal-hal yang menyebabkan faktor kejiwaan dominan dalam
teks sastra. Namun, tidak terpaku pada kajian narasi dalam substansi tokoh saja,
melainkan perlu mencermati apakah kajian tersebut berhubungan dengan realitas atau
tidak.



2. Hakikat Tokoh

         Dalam pembicaraan sebuah fiksi ada istilah tokoh, penokohan, dan perwatakan.
Kehadiran tokoh dalam cerita fiksi merupakan unsur yang sangat penting bahkan
menentukan.

         Pendefinisian istilah tokoh, penokohan dan perwatakan banyak diberikan oleh
para ahli, berikut ini beberapa definisi tersebut: Tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku
cerita (Nurgiyantoro, 2000: 165). Penokohan adalah bagaimana pengarang menampilkan
tokoh-tokoh dalam ceritanya dan bagaimana tokoh-tokoh tersebut, ini berarti ada dua hal
penting, yang pertama berhubungan dengan teknik penyampaian sedangkan yang kedua
berhubungan dengan watak atau kepribadian tokoh-tokoh tersebut (Suroto, 1989: 92-93).

         Watak, perwatakan, dan karakter menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh
seperti ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas peribadi seorang tokoh
(Nurgiyantoro, 2000: 165). Penokohan atau karakter atau disebut juga perwatakan
merupakan cara penggambaran tentang tokoh melalui perilaku dan pencitraan.



                                                                                        4
Panuti Sudjiman mencerikan definisi penokohan adalah penyajian watak tokoh
dan penciptaan citra tokoh (1992: 23). Hal senada diungkapkan oleh Hasim dalam
(Fanani, 1997: 5) bahwa penokohan adalah cara pengarang untuk menampilkan watak
para tokoh di dalam sebuah cerita karena tanpa adanya tokoh, sebuah cerita tidak akan
terbentuk.

           Untuk mengenal watak tokoh dan penciptaan citra tokoh terdapat beberapa cara,
yaitu:

a. Melalui apa yang diperbuat oleh tokoh dan tindakan-tindakannya, terutama sekali
    bagaimana ia bersikap dalam situasi kritis.

b. Melalui ucapan-ucapan yang dilontarkan tokoh.

c. Melalui penggambaran fisik tokoh. Penggambaran bentuk tubuh, wajah dan cara
    berpakaian, dari sini dapat ditarik sebuah pendiskripsian penulis tentang tokoh cerita.

d. Melalui jalan pikirannya, terutama untuk mengetahui alasan-alasan tindakannya.

e. Melalui penerangan langsung dari penulis tentang watak tokoh ceritanya. Hal itu tentu
    berbeda dengan cara tidak langsung yang mengungkap watak tokoh lewat perbuatan,
    ucapan, atau menurut jalan pikirannya (Sumardja, 1997: 65-66).

         Dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh, tokoh cerita dibedakan
menjadi dua yaitu tokoh utama (central character, main character)dan tokoh tambahan
(pheripheral character)

(Nurgiyantoro, 2000: 176-178).

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya. Tokoh ini tergolong penting.
Karena ditampilkan terus menerus sehingga terasa mendominasi sebagian besar cerita.
Karena tokoh utama paling banyak ditampilkan ada selalu berhubungan dengan tokoh-
tokoh lain, ia sangat menentukan perkembangan plot secara keseluruhan. Tokoh
tambahan adalah tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita
dan itu bersifat gradasi, keutamaannya bertingkat maka perbedaan antara tokoh utama
dan tambahan tidak dapat dilakukan secara pasti.
         Karena tokoh berkepribadian dan berwatak, maka dia memiliki sifat-sifat karakteristik
yang dapat dirumuskan dalam tiga dimensi, yaitu:
                                                                                              5
a. Dimensi fisiologis, adalag ciri-ciri badan, misalnya usia (tingkat kedewasaan), jenis
    kelamin, keadaaan tubuh, ciri-ciri muka, dan lain sebagainya.

b. Dimensi sosiologis, adalah ciri kehidupan masyarakat, misalnya status sosial,
    pekerjaan, peranan dalan masyarakat, tingkat pendidikan, dan sebagainya.

c. Dimensi psikologis, adalah latar belakang kejiwaan, misalnya mentalitas, tingkat
    kecerdasan dan keahlian khusus dalam bidang tertentu (Satoto, 1993: 44-45).




C. Pembahasan

1. Deskripsi Cala Ibi

             Membaca Cala Ibi mengesankan betapa samar dan remangnya perbedaan
antara prosa dan puisi yang selama ini dilekatkan pada dunia sastra. Cala Ibi bukan
prosa, bukan pula puisi, tapi barangkali sekaligus keduanya. Novel ini berkisah tentang
satu tokoh dalam dua dunia yang berbeda. Novel Cala Ibi berkisah tentang satu tokoh
dalam dunia yang berbeda. Yakni Maya dan Maia. Saat pagi telah menjelma, maka ia
bernama Maya, memulai kesibukan layaknya wanita karier di Jakarta. Namun, bila malam
telah tiba, namanya bukan lagi Maya, melainkan Maia. Dalam malam-malam itulah Maia
dibawa sang naga bernama Cala Ibi menembus batas ruang dan waktu, mengarungi
lautan mimpi yang tak bertepi. Di dalam mimpinya, ia pernah berada pada suatu tempat
entah abad berapa di tanah leluhurnya, Maluku, Maia melihat terang yang paling nyalang.
Ada dukun perempuan bernama Bai Guna Tobana yang namanya pernah menjadi sejarah
di pulau itu. Maia juga melihat peristiwa dan hal lain yang pernah menjadi sejarah di pulau
itu. Sejak para penjajah memperebutkan rempah-rempah di sana, hingga peristiwa
masuknya agama Islam ke pulau tersebut. Demikianlah Maia mengarungi dunianya
dengan Cala Ibi. Dengan petualangan yang tak pernah berakhir, bahkan dengan
berakhirnya novel ini sekalipun, Maia kemudian bertemu dengan sosok-sosok misterius
lain seperti Ujung dan Tepi yang kemudian melahirkan tangisan seorang bayi dari sebuah
persetubuhan yang singkat, dalam kabut pekat.



                                                                                          6
2. Kajian Psikologis dalam Cala Ibi

       Nukila Amal sebagai penulis baru yang langsung mendobrak dunia sastra dengan
Cala Ibinya, datang menyenandungkan irama lain yang teramat indah, namun acapkali
dianggap tidak penting, yaitu mimpi. Dalam usaha menyibak rahasia ketidaksadaran
manusia, Freud menggunakan teknik analisis mimpi. Ia mencoba menganalisis dan
menginterpretasikan simbol-simbol yang terkandung dalam mimpi-mimpi pasiennya,
sebuah usaha menemukan makna laten dalam hidup manusia. Dalam Cala Ibi, sebagian
besar yang tertulis adalah kisah-kisah mengenai mimpi. Mimpi seorang tokoh bernama
Maya, yang mengalami permasalahan dalam keluarganya, antara ia, ayah dan ibunya.
Maya merasa menjadi satu-satunya perempuan berkedudukan penting. Ada keengganan
dan sungkan menyebut prestasinya sebagai kesuksesan. Orang tuanya tak menganggap
prestasinya sebagai kebanggaan dan justru mengejarnya dengan harapan agar lekas
menikah, memperoleh momongan.

   Maya sebagai seorang pribadi yang sering mengalami mimpi bisa jadi memiliki apa
yang dikatakan Jung sebagai sisi gelap (Shadow). Shadow mengandung dua aspek primer
: satu berhubungan dengan ketidaksadaran personal, dan yang lain dengan
ketidaksadaran kolektif. Jung percaya, terkadang Shadow bekerja sama dengan insting
seksual (Freudian) dan kehendak untuk berkuasa (Adlerian). Shadow juga memiliki sisi
positif di samping sisi negatif. Maia seolah menjadi shadow dari diri Maya yang nyata.
Maia menjadi Shadow positif dari pribadi Maya. Dalam kenyataan, secara implisit, Maya
merasa punya ego yang tinggi untuk menolak pertunangan, pernikahan dan anak.
Sedangkan dalam mimpinya, Maia memiliki kebalikan karakter yang positif dari sikap
Maya. Maya memiliki keinginan untuk menikah, dan mempunyai anak. Ini terlihat dari
mimpinya pada halaman Ilalang dan Mengibu-Anak. Berikut kutipannya:

       "Pemandangan seorang ibu menyusui bayinya. Tiba-tiba kau rasa, bahwa hal itu
bukanlah sebuah pemandangan biasa yang telah sering kau lihat di mana-mana. Malam
itu tampak di luar yang biasa. Kau berdiri mematung menatap pemandangan di depanmu.
Terkesima." (Mengibu-Anak: 175-176)

3. Mengkaji Cala Ibi dengan Teori mimpi Sigmund Freud
                                                                                    7
Dalam psikoanalisis, teknik analisis mimpi digunakan Freud untuk menyibak
rahasia     ketidaksadaran   pasien.    Tugas     Freud    adalah    menganalisis     dan
menginterpretasikan simbol-simbol yang terkandung dalam mimpi-mimpi pasiennya
sebagai sebuah usaha untuk menemukan makna laten. Makna laten itu sendiri berarti
suatu makna tersembunyi, tidak nampak, tapi memiliki potensi untuk muncul. Dari berbagai
pengalaman klinis, Freud yakin bahwa simbol-simbol tersebut memiliki makna universal.
Tongkat, ular, pohon, misalnya, menyimbolkan penis. Kotak, pintu, lemari kayu, adalah
representasi vagina. Di samping makna universal tersebut, Freud juga percaya bahwa
simbol-simbol tersebut harus dipertimbangkan dan diinterpretasikan dalam konflik unik
individu. Simbol-simbol yang memiliki makna ganda inilah yang membuat analisis menjadi
sulit. Jika mencoba menganalisis simbol-simbol dalam mimpi Maya, maka akan ditemukan
banyak sekali simbol yang dapat diterjemahkan, seperti sang naga, mutiara Laila, jatuh,
kota kata-kata, tuan tanah, kamar kuning, penjara merah, dan pertemuan dengan Ujung
dan Tepi. Simbol-simbol dan peristiwa dalam mimpi Maya tentu memiliki makna laten yang
dimaksudkan oleh Freud. Mungkin sang Naga bisa bermakna sebuah keberanian. Naga
memang tidak ada dalam dunia nyata, tetapi dalam kepercayaan orang Tionghoa
dianggap sebagai mahluk yang kuat, besar, identik dengan api, dapat terbang, dan
memiliki sifat pelindung. Maya sebagai seorang gadis yang menolak untuk segera
menikah, tidak memberontak dengan cara yang kasar. Kesabarannya yang tanpa
pemberontakan justru menjadi kekuatan sejati seorang perempuan. Karena kekuatan
perempuan justru berada pada kelemahannya. Dalam mimpinya mengenai jatuh, Maia
tentu mengalami puncak pengalaman psikologi yang begitu membuat jantungnya
berdebar-debar. Bersatunya antara rasa takut, pasrah, dan kosong. Bahkan dalam
kekosongan itu Maia sempat berpikiran yang tidak-tidak dan berimajinasi sepuas hati. Jadi,
mimpi adalah tempat meluapkan semua imajinasi. Maya menciptakan dunianya sendiri.
Dan kenyataan menjadi referensi dunia mimpinya. Dalam Mutiara Laila, Laila beberapa
kali mengajak Maia beriteraksi. Beberapa kali Laila mengacaukan barang-barangnya, tapi
Maia tak bisa berbuat apa-apa. Hal itu menunjukkan bahwa Maya memiliki ketakutan dan
ketidaksiapan memiliki anak. Ketakutan dan ketidaksiapan itu makin membesar ketika
tekanan-tekanan dari kedua orang tuanya muncul.


                                                                                        8
Dalam Cala Ibi Maya mendeskripsikan mimpi itu sendiri. Baginya, "Dalam mimpi, apa-
apa dan siapa-siapa, adalah bukan apa adanya, tapi sebuah ujaran, penyampaian,
pengingatan, peringatan, rekaman, perjalanan kehidupan, kenyataan...dunia itu indah, tak
nyata, di luar segala...tuturan bahasanya lembut, berlapis, manis, liris—seperti perempuan,
seperti puisi,..." (halaman 12). Jika dikaitkan dengan pengertian di atas, maka mimpi-mimpi
Maya merupakan sebuah ujaran dari representasi kehidupannya; penyampaian pesan-
pesan tersirat, pengingatan bahwa ia sudah dewasa dan sudah layak menikah; peringatan
bahwa sebagai seorang perempuan tidak sepantasnya menolak pernikahan dan menjadi
perawan tua; rekaman masa lalunya; perjalanan kehidupannya dari kecil hingga dewasa;
terkadang menyembunyikan dan menunjukkan kenyataan, dan sebagainya.

        Dalam pandangan Freud, mimpi merupakan usaha yang samar dalam
mewujudkan suatu harapan. Dalam kehidupan nyata, Maya merasa memiliki masalah
dengan keinginan kedua orang tuanya, dengan cerita-cerita dari bibinya mengenai sebuah
pernikahan. Dari situ Maya merasa kehilangan sebagian harapannya untuk bisa hidup
bebas (dalam artian tidak terkekang oleh seorang lelaki) dalam hidupnya. Ia juga merasa
kehilangan sesuatu dari kedua orang tuanya, memberi jarak antara ia dan orang tuanya.
Perasaan kehilangan tersebut pernah muncul dalam salah satu mimpinya. Dalam
pandangan Freud, mimpi merupakan usaha yang samar dalam mewujudkan suatu
harapan. Dalam kehidupan nyata, Maya merasa memiliki masalah dengan keinginan
kedua orang tuanya, dengan cerita-cerita dari bibinya mengenai sebuah pernikahan. Dari
situ Maya merasa kehilangan sebagian harapannya untuk bisa hidup bebas (dalam artian
tidak terkekang oleh seorang lelaki) dalam hidupnya. Ia juga merasa kehilangan sesuatu
dari kedua orang tuanya, memberi jarak antara ia dan orang tuanya. Perasaan kehilangan
tersebut pernah muncul dalam salah mimpinya. Seperti kutipan berikut; "Ia yang pernah
begitu sempurna waktu kecil dulu. Teman, pahlawan, lutut dan dadanya tumpuan tangisan.
Kau rasakan kehilangan itu (dan firasat aneh muncul tiba-tiba: ia akan terluka, karena
sebuah dosa-dosanya ataukah dosamu, kau tak tahu). Kau telah besar kini, dirinya
menghilang ketika kau berangkat dewasa, dirinya menjelma harapan keinginan beban
kewajiban,..." (Rumah Siput Berpaku: 81) Maka mimpi seperti menjadi alternatif untuk
memunculkan harapan kembali. Maya berharap ibunya bisa mengerti dirinya, bahwa ia
belum ingin menikah. Menurut Freud, harapan-harapan tersebut merupakan motif tak
                                                                                         9
sadar yang tidak dapat diterima individu, atau pada hakikatnya bersifat erotik. Sebagai
contoh untuk bagian ini, dalam mimpi Maia melihat dan mengetahui sejarah beranak-
pinaknya Bai Guna Tobona hingga menjadi Maluku seperti sekarang ini. Ia menyaksikan
bersetubuhnya seorang wanita dan seorang lelaki dengan penggambaran sebagai berikut:
"Satu perempuan bersetubuh dengan lelaki. Lelaki memasuki, lelaki merasuki.
Satuperempuan merasa dirinya bagai terbelah, tapi terasa indah. Dan tiba-tiba ia telah
setengah, merasai betapa saat itu dirinya terindah. Ditatapnya wujud diri baru yang
tampak aneh itu (tubuh ini, tubuhnya, tubuhku). Keadaan utuh, luruh tubuh, dua yang satu,
satu yang setengah, keutuhan setelah terbelah, luruh yang mengutuh. Seluruh. Setubuh.
Keutuhan itu. Sempurna." (Tuan Tanah: 67)

        Sewaktu tidur, impuls-impuls ini mencari ekspresi tetapi selalu mengalami sensor.
Akibatnya, impuls tersebut mencari ekspresi tak langsung (melalui displacement) dengan
bentuk-bentuk simbol bersifat samar, seperti yang termanifestasikan dalam mimpi-mimpi.
Selain contoh di atas, Maia juga mengalami satu kejadian dalam mimpinya yang mirip
dengan apa yang dialami oleh Bai Guna Tobona. Maia bertemu dengan seorang lelaki
yang mendekat padanya, saling berkata-kata. Lelaki yang seolah dapat membaca hasrat
di dalam hatinya. Ini berkaitan dengan apa yang dikatakan Freud, bahwa harapan dalam
mimpi merupakan motif tak sadar yang tidak dapat diterima individu, atau pada hakikatnya
bersifat erotik. Berikut kutipannya:

    "Suatu saat di atas tanah, tak jauh dari serakan cengkih yang jatuh dari bajumu, ia
bangkit melepas mani (mengangankan, kelak kau dan dia saling mengusaikan, usai penuh
seluruh...mengangankan, tanah bumi akan jadi rahim untuk melahirkan fosil bayi kecil,
mineral tak berbentuk yang jelita, bermimpi jadi daging dalam tanah gulita)." (Ilalang: 172)

    Beberapa     mimpi     Maya        memang   bersifat   agak   erotis.   Menyentuh    sisi
keperempuanannya. Sisi-sisi femininnya nampak pada mimpi-mimpi mengenai Penjara
Merah, yang menggambarkan ketakutan-ketakutan Maia atas apa yang terjadi ada
peremuan-perempuan eneh yang ada di penjara itu.



4. Mengkaji Cala Ibi dengan Teori mimpi Carl Gustav Jung


                                                                                          10
Lain halnya dalam pandangan Jung, mimpi merupakan ledakan spontan dari
materi yang direpresikan dalam ketidaksadaran personal dan kolektif. Manifestasi yang
terepresi itu, menurut Jung, sebenarnya tidak selalu berupa usaha pemahaman kebutuhan
seksual atau agresif, seperti dikonsepsikan Freud. Sebagai gantinya, Jung mengartikan
mimpi sebagai usaha untuk menyelesaikan masalah dan konflik yang dihadapi seseorang
pada masa sekarang dan memiliki makna bagi perkembangan mereka ke arah yang sehat.
Maya dengan masalah-masalah yang ia hadapi, berupa tekanan-tekanan psikologi dari
kedua orang tuanya yang terus mempertanyakan mengapa ia memutuskan pertunangan
yang ada; dan sikap-sikap yang seolah-olah terus memaksanya untuk mencari jodoh,
membuat dirinya yang lain (yakni Maia) untuk mencari pemecahan atau sekedar harapan
dalam mimpinya.

    Jung mengatakan bahwa mimpi merupakan kompensasi dalam kehidupan. Jika dalam
kehidupan nyata Maya ialah seorang gadis yang memiliki masalah dengan keinginan
kedua orang tuanya, maka dalam mimpi pun muncul Maia dengan tekanan-tekanan
psikologis yang sama. Maia dengan sifat yang tidak jauh berbeda dengan aslinya. Maia
berusaha menyesuaikan diri dan kepribadian Maya. Orang yang sangat pemalu, misalnya,
bisa bermimpi bahwa mereka dikagumi dalam pesta. Dalam analisis mimpinya, Jung
menggunakan beberapa cara:

a. Metode amplifikasi (Method of Amplification)

Seperti asosiasi bebas yang dimulai dengan simbol tertentu dan bergerak lebih jauh, Jung
menggunakan metode amplifikasi untuk menganalisis konflik dan problema yang dihadapi
pasiennya. Dalam proses, makna ganda dari simbol menjadi jelas ketika pasien
mengalami insight dengan problema yang mereka hadapi. Seringkali asosiasi pasien
dimulai dengan arah yang ditentukan oleh analis. Analis mencoba melihat satu serial
mimpi pasiennya. Jung percaya bahwa analisis satu seri mimpi itu penting karena dapat
menginterpretasikan problem dan konflik pasien dengan lebih akurat. Jung juga melihat
bahwa mimpi-mimpi seseorang sepanjang hidup merupakan gambaran proses individuasi.
Sebagai contoh penggunaan metode ini, secara sederhana dapat diketahui dari mimpinya
bahwa konflik atau problem yang dihadapi Maya, salah satunya adalah perihal jodoh.

b. Tes Asosiasi Kata (Word-Association Test)
                                                                                     11
Jung adalah pelopor teknik eksperimental yang disebut dengan tes asosiasi kata. Dia
menggunakannya sebagai tes analisis mimpi. Prosedur terapi ini melibatkan pasien dalam
merespon stimulus kata dengan kata-kata apapun yang terjadi padanya. Jung mencatat
tenggang waktu antara presentasi inisial stimuli dan respon yang diberikan pasien, serta
penggunaan waktu laten sebagai indikator kemungkinan pertahanan dan konflik dalam diri
pasien. Asumsinya adalah bahwa dalam interval waktu yang lebih panjang, maka lebih
besar pula wilayah konflik dalam psike yang ditarik. Besar tidaknya wilayah konflik individu
diketahui karena kondisi-kondisi berikut:

    a) Pasien mengulang stimulus kata beberapa kali seolah dia tidak
        mendengarnya.
    b) Mereka salah mendengar satu atau beberapa kata
    c) Mereka memberi respon lebih dari satu kata
    d) Mereka memberi reaksi tidak bermakna
    e) Mereka gagal merespon semuanya.
Kegagalan merespon kata-kata juga mencerminkan konflik tersembunyi.

c. Terapi Lukisan

Teknik lain yang digunakan Jung dalam menganalisis mimpi adalah terapi lukisan. Jung
mendorong pasien untuk mengekspresikan perasaan atau pemikiran yang tidak disadari
dalam lukisan. Terapi dengan cara melukis menolong pasien memperjelas simbol yang
mereka lihat dalam mimpi dan mendorong pasien untuk menyelesaikan masalahnya
secara aktif. Dalam pandangan Jung, terapi lukisan memiliki efek terapis yang real. Cara
tersebut dapat menggerakkan pasien dari pusat kematian menuju ke arah realisasi diri.

      Dari ketiga terapi yang dipaparkan oleh Carl Gustav Jung, yang paling tepat dan
diterapkan serta dimanfaatkan oleh Maya adalah asosiasi kata. Ia tidak menyembunyikan
mimpinya. Malah menuliskannya pada sebuah buku tertentu, yang khusus dibuat untuk
mencatat mimpi-mimpi yang pernah dialaminya. Ia berusaha mengingat baik tiap kata,
kalimat yang diucapkan tokoh-tokoh dalam mimpinya, ataupun peristiwa dalam mimpinya.
Dengan demikian, konflik yang dialami Maya tidak tersembunyi.




                                                                                         12
D.       Kesimpulan

         Novel Cala Ibi merupakan novel yang dari segi kajian psikologi sastra merupakan
novel yang menggambarkan studi hukum dan tipe-tipe psikologi yang diterapkan pada
karya sastra. Tokoh Maya dan Maia sebagai tokoh yang dikaji dalam studi ini merupakan
sentral dari cerita yang memberikan penggambaran dua dunia yang berbeda, antara
terangnya siang dan gulitanya malam. Melalui dua tokoh ini pula Nukila Amal sebagai
penulis mencoba memasukkan jiwa tokoh perempuan yang mencoba mengungkapkan
harapan dan hasratnya untuk mendapat sebuah pengakuan dan sejuta keinginan yang tak
akan mungkin diraihnya karena adanya kekangan. Tokoh Maya digambarkan sebagai
seorang manusia yang mendapat tekanan akibat sebuah keadaan yang dialaminya, baik
dari keinginan orang tuanya untuk menjodohkan dia atau hasratnya untuk menjadi sosok
gadis lain yang jauh di luar dari sifat aslinya, menemukan sebuah dunia lain melalui
mimpinya.

         Mimpi merupakan media yang digunakan oleh pengarang untuk memasuki dunia,
karena melalui mimpi inilah tokoh dapat menguasai dunianya yang seolah terkekang oleh
ketidakberdayaannya sebagai perempuan, bahkan seorang manusia. Melalui mimpi ini
pula pergolakan batin, tekanan-tekanan hidup tokoh, hingga lamunan-lamunan erotisnya
dipaparkan secara mendalam oleh pengarang. Pengarang mencoba memasuki alam
bawah sadarnya dan menciptakan dunia lain seperti apa yang diharapkannya. Namun
demikian, pengarang sendiri tidak selalu menyatakan pengungkapannya dalam bahasa
yang gamblang, melainkan lebih banyak dalam narasi kata-kata yang kaya akan metafor,
sehingga pembaca dituntut untuk memasuki jiwa dari tulisan ini untuk dapat memahami
karya ini secara utuh.

         Kajian psikologi sastra novel ini akan mengajak pembaca untuk memahami jiwa
tokoh sebagai gambaran dari manusia yang tak pernah lepas dari hasrat dan impian.
Melalui metafor-metafor yang tertuang dengan begitu kaya di sana, pembaca akan
dituntun untuk memasuki jiwa tokoh dan memaknai simbol-simbol yang dijadikan media
untuk mengungkapkan hasrat, harapan, dan impian pengarang yang diciptakannya melalui
tokoh.

                                                                                     13
E.     Bahan Referensi

Amal, Nukila. 2004. Cala Ibi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Burhan Nurgiyantoro. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta.: Gajah Mada University
         Press.

Djojosuroto, Kinayati. 2006. Analisis Teks Sastra dan Pengajarannya. Yogyakarta: Pustaka.

Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka
     Widyatama.

Feist, Jess dan Gregory J. Feist. 2006. Theories of Personality. Yogyakarta: Pustaka
     Pelajar.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta:
         Pustaka Pelajar.

Wellek, Rene dan Austin Waren. 1995. Teori Kesusasteraan. Diterjemahkan oleh Melani
     Budianta. Jakarta: Gramedia.




                                                                                      14

More Related Content

What's hot

Bagaimana kita merasa lapar dan kenyang
Bagaimana kita merasa lapar dan kenyangBagaimana kita merasa lapar dan kenyang
Bagaimana kita merasa lapar dan kenyang
Indriati Dewi
 
Pengantar Anatomi Fisiologi
Pengantar Anatomi FisiologiPengantar Anatomi Fisiologi
Pengantar Anatomi Fisiologi
Dokter Tekno
 
6. biolistrik
6. biolistrik6. biolistrik
6. biolistrik
Zo Ri
 
PPT SISTEM SARAF Presentation1
PPT SISTEM SARAF Presentation1PPT SISTEM SARAF Presentation1
PPT SISTEM SARAF Presentation1
indri yetti
 
Powerpoint ragam bahasa indonesia
Powerpoint ragam bahasa indonesiaPowerpoint ragam bahasa indonesia
Powerpoint ragam bahasa indonesia
WaQhyoe Arryee
 
Makalah pancasila sebagai ideologi negara
Makalah pancasila sebagai ideologi negaraMakalah pancasila sebagai ideologi negara
Makalah pancasila sebagai ideologi negara
Septian Muna Barakati
 

What's hot (20)

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA KULIT
SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA  KULITSISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA  KULIT
SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA KULIT
 
Konstitusi Negara
Konstitusi NegaraKonstitusi Negara
Konstitusi Negara
 
Tugas makalah marxisme
Tugas makalah marxismeTugas makalah marxisme
Tugas makalah marxisme
 
Strategi dan media komunikasi
Strategi dan media komunikasiStrategi dan media komunikasi
Strategi dan media komunikasi
 
6.anatomi tulang, otot , syaraf kepala
6.anatomi tulang, otot , syaraf kepala6.anatomi tulang, otot , syaraf kepala
6.anatomi tulang, otot , syaraf kepala
 
Ppt filsafat pancasila
Ppt filsafat pancasilaPpt filsafat pancasila
Ppt filsafat pancasila
 
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan
Pancasila dalam konteks ketatanegaraanPancasila dalam konteks ketatanegaraan
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan
 
Makalah Filsafat Pancasila
Makalah Filsafat PancasilaMakalah Filsafat Pancasila
Makalah Filsafat Pancasila
 
Bagaimana kita merasa lapar dan kenyang
Bagaimana kita merasa lapar dan kenyangBagaimana kita merasa lapar dan kenyang
Bagaimana kita merasa lapar dan kenyang
 
Sistem endokrin
Sistem endokrinSistem endokrin
Sistem endokrin
 
Pengantar Anatomi Fisiologi
Pengantar Anatomi FisiologiPengantar Anatomi Fisiologi
Pengantar Anatomi Fisiologi
 
6. biolistrik
6. biolistrik6. biolistrik
6. biolistrik
 
PPT SISTEM SARAF Presentation1
PPT SISTEM SARAF Presentation1PPT SISTEM SARAF Presentation1
PPT SISTEM SARAF Presentation1
 
Anatomi dan fisiologi kulit
Anatomi dan fisiologi kulitAnatomi dan fisiologi kulit
Anatomi dan fisiologi kulit
 
SISTEM SARAF
SISTEM SARAFSISTEM SARAF
SISTEM SARAF
 
Jaringan hewan kls xi ipa
Jaringan hewan kls xi ipaJaringan hewan kls xi ipa
Jaringan hewan kls xi ipa
 
Powerpoint ragam bahasa indonesia
Powerpoint ragam bahasa indonesiaPowerpoint ragam bahasa indonesia
Powerpoint ragam bahasa indonesia
 
MAKALAH KEBUDAYAAN KAB. MUNA
MAKALAH KEBUDAYAAN KAB. MUNAMAKALAH KEBUDAYAAN KAB. MUNA
MAKALAH KEBUDAYAAN KAB. MUNA
 
Filsafat ilmu komunikasi br
Filsafat ilmu komunikasi brFilsafat ilmu komunikasi br
Filsafat ilmu komunikasi br
 
Makalah pancasila sebagai ideologi negara
Makalah pancasila sebagai ideologi negaraMakalah pancasila sebagai ideologi negara
Makalah pancasila sebagai ideologi negara
 

Viewers also liked

Metode penelitian sastra
Metode penelitian sastraMetode penelitian sastra
Metode penelitian sastra
Abrori Rozaq
 
Metode penelitian sastra
Metode penelitian sastraMetode penelitian sastra
Metode penelitian sastra
Abrori Rozaq
 
Jurnal Metodologi Penelitian
Jurnal Metodologi PenelitianJurnal Metodologi Penelitian
Jurnal Metodologi Penelitian
Jacka Adhiethama
 
4. aspek aspek kritik sastra
4. aspek aspek kritik sastra4. aspek aspek kritik sastra
4. aspek aspek kritik sastra
Coral Reef
 
Research methods in psychology
Research methods in psychologyResearch methods in psychology
Research methods in psychology
Samar Hayat
 
Metodologi penelitian powerpoint
Metodologi penelitian  powerpointMetodologi penelitian  powerpoint
Metodologi penelitian powerpoint
Robert Lakka
 
Research Methods in Psychology Sampling and Experimental Design
Research Methods in Psychology Sampling and Experimental DesignResearch Methods in Psychology Sampling and Experimental Design
Research Methods in Psychology Sampling and Experimental Design
Crystal Delosa
 

Viewers also liked (20)

Metode penelitian sastra
Metode penelitian sastraMetode penelitian sastra
Metode penelitian sastra
 
Metode penelitian sastra
Metode penelitian sastraMetode penelitian sastra
Metode penelitian sastra
 
Jurnal Metodologi Penelitian
Jurnal Metodologi PenelitianJurnal Metodologi Penelitian
Jurnal Metodologi Penelitian
 
Feminisme
FeminismeFeminisme
Feminisme
 
Makalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaMakalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesia
 
4. aspek aspek kritik sastra
4. aspek aspek kritik sastra4. aspek aspek kritik sastra
4. aspek aspek kritik sastra
 
A presentation on sastras
A presentation on sastrasA presentation on sastras
A presentation on sastras
 
Metode Penelitian Sosial (Pengantar)
Metode Penelitian Sosial (Pengantar)Metode Penelitian Sosial (Pengantar)
Metode Penelitian Sosial (Pengantar)
 
What is research?
What is research?What is research?
What is research?
 
Metode penelitian sosial
Metode penelitian sosialMetode penelitian sosial
Metode penelitian sosial
 
BAB 1 METODE PENELITIAN
BAB 1 METODE PENELITIANBAB 1 METODE PENELITIAN
BAB 1 METODE PENELITIAN
 
Materi Kuliah Metodologi Penelitian 1 - Pengenalan Metode Penelitian
Materi Kuliah Metodologi Penelitian 1 - Pengenalan Metode PenelitianMateri Kuliah Metodologi Penelitian 1 - Pengenalan Metode Penelitian
Materi Kuliah Metodologi Penelitian 1 - Pengenalan Metode Penelitian
 
Artikel jurnal ilmiah
Artikel jurnal ilmiahArtikel jurnal ilmiah
Artikel jurnal ilmiah
 
Research methods in psychology
Research methods in psychologyResearch methods in psychology
Research methods in psychology
 
Metodologi penelitian powerpoint
Metodologi penelitian  powerpointMetodologi penelitian  powerpoint
Metodologi penelitian powerpoint
 
Research Methods in Psychology Sampling and Experimental Design
Research Methods in Psychology Sampling and Experimental DesignResearch Methods in Psychology Sampling and Experimental Design
Research Methods in Psychology Sampling and Experimental Design
 
Introduction to Research Methodology
Introduction to Research MethodologyIntroduction to Research Methodology
Introduction to Research Methodology
 
Literature Based Research Methodology
Literature Based Research MethodologyLiterature Based Research Methodology
Literature Based Research Methodology
 
Research Methods in Psychology
Research Methods in PsychologyResearch Methods in Psychology
Research Methods in Psychology
 
1.introduction to research methodology
1.introduction to research methodology1.introduction to research methodology
1.introduction to research methodology
 

Similar to Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"

Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)
Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)
Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)
Lailin Luthfiana
 
Pendekatan Pengkajian Sastra.ppt
Pendekatan Pengkajian Sastra.pptPendekatan Pengkajian Sastra.ppt
Pendekatan Pengkajian Sastra.ppt
TiaBronte
 
Kajian maut dan cinta new
Kajian maut dan cinta newKajian maut dan cinta new
Kajian maut dan cinta new
Nancy Rothstein
 
Jurnal Kajian Puisi Indonesia
Jurnal Kajian Puisi IndonesiaJurnal Kajian Puisi Indonesia
Jurnal Kajian Puisi Indonesia
Desy Sri Cahyani
 
This is the html version of the file http
This is the html version of the file httpThis is the html version of the file http
This is the html version of the file http
Syawiril Syawiril
 

Similar to Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi" (20)

PSIKOLOGI SASTRA-SITI NURFAIZAH.pptx
PSIKOLOGI SASTRA-SITI NURFAIZAH.pptxPSIKOLOGI SASTRA-SITI NURFAIZAH.pptx
PSIKOLOGI SASTRA-SITI NURFAIZAH.pptx
 
Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)
Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)
Berbagai pendekatan-dalam-pengkajian-sastra(1)
 
Pendekatan Pengkajian Sastra.ppt
Pendekatan Pengkajian Sastra.pptPendekatan Pengkajian Sastra.ppt
Pendekatan Pengkajian Sastra.ppt
 
3. نظرية التعبير
3. نظرية التعبير3. نظرية التعبير
3. نظرية التعبير
 
Aliran dalam kesusastraan
Aliran dalam kesusastraanAliran dalam kesusastraan
Aliran dalam kesusastraan
 
Mengingatkan Kembali tentang Karya Sastra
Mengingatkan Kembali tentang Karya SastraMengingatkan Kembali tentang Karya Sastra
Mengingatkan Kembali tentang Karya Sastra
 
Analisis Dewa Ruci (A Hadi)
Analisis Dewa Ruci (A Hadi)Analisis Dewa Ruci (A Hadi)
Analisis Dewa Ruci (A Hadi)
 
TEORI PSIKOLOGI ISLAM DALAM NOVEL KETIKA CINTA BERTASBIH
TEORI PSIKOLOGI ISLAM DALAM NOVEL KETIKA CINTA BERTASBIHTEORI PSIKOLOGI ISLAM DALAM NOVEL KETIKA CINTA BERTASBIH
TEORI PSIKOLOGI ISLAM DALAM NOVEL KETIKA CINTA BERTASBIH
 
Karya sastra klasik
Karya sastra klasikKarya sastra klasik
Karya sastra klasik
 
Kajian maut dan cinta new
Kajian maut dan cinta newKajian maut dan cinta new
Kajian maut dan cinta new
 
Hakikat-Apresiasi-Puisi.pptx
Hakikat-Apresiasi-Puisi.pptxHakikat-Apresiasi-Puisi.pptx
Hakikat-Apresiasi-Puisi.pptx
 
Aspek Psikologi Sastra PPT.pptx
Aspek Psikologi Sastra PPT.pptxAspek Psikologi Sastra PPT.pptx
Aspek Psikologi Sastra PPT.pptx
 
Makalah ekspresionisme
Makalah ekspresionismeMakalah ekspresionisme
Makalah ekspresionisme
 
Pengertian karya sastra
Pengertian karya sastraPengertian karya sastra
Pengertian karya sastra
 
Jurnal novi
Jurnal noviJurnal novi
Jurnal novi
 
CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN
CITRA PEREMPUAN  DALAM  NOVEL  PEREMPUAN  BERKALUNG  SORBAN  CITRA PEREMPUAN  DALAM  NOVEL  PEREMPUAN  BERKALUNG  SORBAN
CITRA PEREMPUAN DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN
 
Jurnal Kajian Puisi Indonesia
Jurnal Kajian Puisi IndonesiaJurnal Kajian Puisi Indonesia
Jurnal Kajian Puisi Indonesia
 
KONSEPSI ILMU BUDAYA DASAR DALAM KESUSASTRAAN
KONSEPSI ILMU BUDAYA DASAR DALAM KESUSASTRAANKONSEPSI ILMU BUDAYA DASAR DALAM KESUSASTRAAN
KONSEPSI ILMU BUDAYA DASAR DALAM KESUSASTRAAN
 
Gazali bhs. indonesia
Gazali bhs. indonesiaGazali bhs. indonesia
Gazali bhs. indonesia
 
This is the html version of the file http
This is the html version of the file httpThis is the html version of the file http
This is the html version of the file http
 

More from Marliena An

Contoh artikel hasil penelitian baru
Contoh artikel hasil penelitian baruContoh artikel hasil penelitian baru
Contoh artikel hasil penelitian baru
Marliena An
 
Panduan pembakuan istilah
Panduan pembakuan istilahPanduan pembakuan istilah
Panduan pembakuan istilah
Marliena An
 
Pedoman umum pembentukan istilah_pbn
Pedoman umum pembentukan istilah_pbnPedoman umum pembentukan istilah_pbn
Pedoman umum pembentukan istilah_pbn
Marliena An
 
Kamus tesaurus bahasa-indonesia
Kamus tesaurus bahasa-indonesiaKamus tesaurus bahasa-indonesia
Kamus tesaurus bahasa-indonesia
Marliena An
 
Pedoman umum ejaan-yang_disempurnakan
Pedoman umum ejaan-yang_disempurnakanPedoman umum ejaan-yang_disempurnakan
Pedoman umum ejaan-yang_disempurnakan
Marliena An
 
Proposal Penelitian Tindakan Kelas
Proposal Penelitian Tindakan KelasProposal Penelitian Tindakan Kelas
Proposal Penelitian Tindakan Kelas
Marliena An
 
Gaya dan Strategi Belajar
Gaya dan Strategi Belajar Gaya dan Strategi Belajar
Gaya dan Strategi Belajar
Marliena An
 
Pragmatik Lintas Budaya
Pragmatik Lintas Budaya Pragmatik Lintas Budaya
Pragmatik Lintas Budaya
Marliena An
 
Kreativitas dan Keterampilan Menulis
Kreativitas dan Keterampilan MenulisKreativitas dan Keterampilan Menulis
Kreativitas dan Keterampilan Menulis
Marliena An
 
Penilaian Buku Pelajaran
Penilaian Buku PelajaranPenilaian Buku Pelajaran
Penilaian Buku Pelajaran
Marliena An
 
Resepsi sastra film
Resepsi sastra filmResepsi sastra film
Resepsi sastra film
Marliena An
 
Pengembangan Materi Ajar
Pengembangan Materi AjarPengembangan Materi Ajar
Pengembangan Materi Ajar
Marliena An
 
Metodologi Pembelajaran
Metodologi PembelajaranMetodologi Pembelajaran
Metodologi Pembelajaran
Marliena An
 
Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete
Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan DescretePengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete
Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete
Marliena An
 

More from Marliena An (17)

Contoh artikel hasil penelitian baru
Contoh artikel hasil penelitian baruContoh artikel hasil penelitian baru
Contoh artikel hasil penelitian baru
 
Panduan pembakuan istilah
Panduan pembakuan istilahPanduan pembakuan istilah
Panduan pembakuan istilah
 
Pedoman umum pembentukan istilah_pbn
Pedoman umum pembentukan istilah_pbnPedoman umum pembentukan istilah_pbn
Pedoman umum pembentukan istilah_pbn
 
Kamus tesaurus bahasa-indonesia
Kamus tesaurus bahasa-indonesiaKamus tesaurus bahasa-indonesia
Kamus tesaurus bahasa-indonesia
 
Pedoman umum ejaan-yang_disempurnakan
Pedoman umum ejaan-yang_disempurnakanPedoman umum ejaan-yang_disempurnakan
Pedoman umum ejaan-yang_disempurnakan
 
Proposal Penelitian Tindakan Kelas
Proposal Penelitian Tindakan KelasProposal Penelitian Tindakan Kelas
Proposal Penelitian Tindakan Kelas
 
Gaya dan Strategi Belajar
Gaya dan Strategi Belajar Gaya dan Strategi Belajar
Gaya dan Strategi Belajar
 
Seminar Proposal Tesis
Seminar Proposal TesisSeminar Proposal Tesis
Seminar Proposal Tesis
 
Pragmatik Lintas Budaya
Pragmatik Lintas Budaya Pragmatik Lintas Budaya
Pragmatik Lintas Budaya
 
Kreativitas dan Keterampilan Menulis
Kreativitas dan Keterampilan MenulisKreativitas dan Keterampilan Menulis
Kreativitas dan Keterampilan Menulis
 
Penilaian Buku Pelajaran
Penilaian Buku PelajaranPenilaian Buku Pelajaran
Penilaian Buku Pelajaran
 
Resepsi sastra film
Resepsi sastra filmResepsi sastra film
Resepsi sastra film
 
Pengembangan Materi Ajar
Pengembangan Materi AjarPengembangan Materi Ajar
Pengembangan Materi Ajar
 
Metodologi Pembelajaran
Metodologi PembelajaranMetodologi Pembelajaran
Metodologi Pembelajaran
 
Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete
Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan DescretePengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete
Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete
 
Analisis Kesalahan Berbahasa
Analisis Kesalahan BerbahasaAnalisis Kesalahan Berbahasa
Analisis Kesalahan Berbahasa
 
Analisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja
Analisis Kontrastif Pembentukan Kata KerjaAnalisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja
Analisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja
 

Recently uploaded

1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
DessyArliani
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
MaskuratulMunawaroh
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
novibernadina
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 

Recently uploaded (20)

SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
 
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptxPANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
Latihan Soal untuk US dan Tryout SMP 2024
Latihan Soal untuk  US dan Tryout SMP 2024Latihan Soal untuk  US dan Tryout SMP 2024
Latihan Soal untuk US dan Tryout SMP 2024
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 

Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"

  • 1. ANALISIS TOKOH UTAMA DALAM CALA IBI KARYA NUKILA AMAL BERDASARKAN PENDEKATAN PSIKOLOGI SASTRA Oleh: Marlina A. Pendahuluan Karya sastra adalah refleksi pengarang tentang hidup. Bagi seorang sastrawan, karya yang dibuatnya adalah sebuah kelahiran baru bagi dirinya. Kelahiran yang menghimpun segala pengalaman dan membuat perpaduannya dengan dunia imaji yang membuat dirinya semakin bermakna. Bagi seorang pengarang, karyanya adalah bagian dari diri yang menggambarkan kreativitas dan kepekaannya terhadap apa yang dialaminya dalam kehidupan. Kehidupan yang dipadu dengan daya imajinasi dan kreasi yang didukung pula oleh pengalaman dan pengamatan atas kehidupan itulah yang akan mewakili begitu banyak hal yang pernah ditemuinya dalam kehidupan. Karya sastra sebagai miniatur kehidupan memindahkan berbagai lukisan kehidupan dalam sebuah karya yang indah. Disajikan dalam rentetan bahasa yang menuntun pembaca memasuki sebuah dunia, pengarang mencoba menuntun pembaca memasuki sebuah dunia baru yang diciptakannya. Jiwa-jiwa manusia pada tokoh yang dibuat pengarang, latar kehidupan yang digambarkan lewat deskripsi kata, gejolak batin dan berbagai pertentangan hidup menjadi hal yang menarik untuk dibahas dan digauli dengan penuih perasaan. Novel Cala Ibi karya Nukila Amal, menyeruak dan menggetarkan sastra Indonesia. Cala Ibi telah menyumbangkan warna baru dalam jagad sastra kita dan memiliki peluang besar untuk hadir sebagai karya sastra besar yang abadi dan universal. Sebuah koreografi kata yang tangkas, indah, metaforis, dan bernas dengan kalimat-kalimat yang menjelma menjadi rangkaian aforisma. Cala Ibi mengeksplorasi hakikat nama, peristiwa dan cerita, maya dan nyata, diri dan ilusi, tapi juga memperkarakan kodrat kata dan bahasa itu sendiri. Seorang ahli filsafat dan seorang ahli sastra. Keduanya dipertemukan oleh novel Cala Ibi. Ada pengalaman surealistik antara mimpi dan kenyataan yang keluar masuk. Novel ini mengisahkan tentang tokoh Maya, seorang gadis yang bertemu dengan dirinya 1
  • 2. yang lain bernama Maia, pertemuan dengan naga bernama Cala Ibi, sosok bernama Ujung dan Tepi. Dari tokoh-tokoh inilah banyak pergumulan antara maskulinitas dan feminitas, mondar-mandirnya dunia nyata dan mimpi, rasio dan hati, kata dan rasa, keteraturan dan ketakteraturan, dan seterusnya. Novel ini juga memuat kesan karnaval, nokturnal, verbal. Karnaval mengindikasikan suatu keadaan yang ramai, sementara nokturnal berkaitan dengan malam yang memiliki dua macam keadaan. Malam sering diisi dengan kegiatan yang gila- gilaan, dugem (dunia gemerlap) misalnya. Tapi di satu sisi juga puitis karena malam mengindikasikan sesuatu yang biasanya romantis. B. Landasan Teoretis 1. Pendekatan Psikologi Sastra Istilah psikologi sastra menurut Wellek dan Waren memiliki empat kemungkinan pengertian antara lain: (1) studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi, (2) studi proses kreatif, (3) studi hukum dan tipe-tipe psikologi yang diterapkan pada karya sastra, dan (4) mempelajari dampak sastra pada pembaca (psikologi pembaca). Keempat hal tersebut merupakan kemungkinan yang dimungkinkan menjadi pembahasan dalam psikologi sastra. Adapun Wellek dan Waren kemudian menekankan bahwa kemungkinan ketiga merupakan pengertian yang paling berkaitan dengan karya sastra. (Wellek dan Waren, 1995:90) Adanya penelitian psikologi sastra dipengaruhi oleh beberapa hal, yakni adanya anggapan bahwa karya sastra merupakan produk dari suatu kejiwaan dan pemikiran pengarang yang berada pada situasi setangah sadar (subconcious), dan setelah jelas baru dituangkan ke dalam bentuk secara sadar (conscious). Antara sadar dan tidak sadar selalu mewarnai proses imajinatif pengarang. Di samping itu, perwatakan tokoh secara psikologis juga termasuk dalam pemikiran dan perasaan pengarang ketika menciptakan karya sastra. Demikian juga halnya dengan inspirasi. Inspirasi sebagai sebuah bagian tak terpisahkan dari proses kreatif pengarang dalam menciptakan karya sastra merupakan sebutan tradisional untuk faktor yang ada dalam alam bawah sadar ketika proses penciptaan. Inspirasi pada mitos kepercayaan Yunani dihubungkan dengan dewi-dewi 2
  • 3. Muse (musik) dan putri-putri ingatan. Demikian juga dikatakan bahwa para penyair berada dalam keadaan yang lain daripada biasanya bila ia sedang mendapatkan inspirasi (Wellek dan Waren, 1995: 98) Dua penjelasan tersebut menekankan bahwa ketika seorang pengarang melakukan sebuah proses kreatif, jiwa pengarang tersebut cenderung dikuasai sebuah dorongan bawah sadar. Ini tak dapat dipungkiri lagi karena pada dasarnya, ketika penciptaan itu terjadi, inspirasi dan alam bawah sadar pengarang memasuki sebuah dimensi lain dari dunia nyatanya. Imaji dan inspirasi membawa pengarang untuk membuat sebuah dunia lain yang dipengaruhi oleh kondisi jiwanya saat itu. Sementara jiwa merupakan bagian terpenting dalam sebuah kajian psikologi. Pada dasarnya, psikologi sastra ditopang oleh tiga pendekatan sekaligus. Pertama, pendekatan tekstual yang mengkaji aspek psikologis tokoh dalam karya sastra. Kedua, pendekatan reseptif-pragmatik yang mengkaji aspek psikologis pembaca sebagai penikmat karya sastra yang terbentuk dari pengaruh karya yang dibacanya, serta proses resepsi pembaca dalam menikmati karya sastra. Ketiga, pendekatan ekspresif yang mengkaji aspek psikologis penulis ketika melakukan proses kreatif yang terproyeksi lewat karyanya, baik penulis sebagai pribadi maupun wakil masyarakatnya (Roekhan, 1990:88) Sejalan dengan pernyataan di atas, dalam pengkajian psikologi sastra ini akan digunakan beberapa pendekatan. Sebagian menggunakan pendekatan tekstual, yang mengkaji aspek psikologis tokoh dalam karya sastra. Sebagian lagi menggunakan pendekatan ekspresif, yang mengkaji aspek psikologis sang pengarang, yakni Nukila Amal ketika melakukan proses kreatif yang teproyeksi lewat karyanya, baik pengarang sebagai pribadi maupun wakil masyarakatnya. Psikologi sastra dari aspek tekstual, pada awalnya memang tak bisa lepas dari prinsip-prinsip Freud tentang psikologi dalam. Buku Freud tentang interpretasi mimpi telah banyak mengilhami para peneliti psikologi teks. Hendaknya dalam meneliti psikologi sastra, para peneliti mampu menggali sistem berpikir, logika, angan-angan, dan cita-cita hidup yang ekspresif. Perasaan takut, phobi, was-was, histeris, aman dan sebagainya juga menjadi objek kajian psikologi sastra yang pelik. Terlebih jika teks sastra sudah mulai membicarakan tentang (yang disebut oleh Freud) illution. Karena hal tersebut sulit 3
  • 4. dikendalikan dan dikontrol, sehingga peneliti sering mengalami kebingungan. Sangat sulit membedakan antara illution dengan mimpi. Selain menggunakan teori Freud yang masih sedikit berkaitan dengan teori dasarnya (berhubungan dengan sensibilitas), kami juga menggunakan teori Jung. Karena dari beberapa tokoh psikologi kepribadian, seperti Willard Allport, William Sheldon, Burrhus Frederic Skinner, Sigmund Freud, Carl Gustav Jung, Erich Fromm, Ransom Rogers, Victor E. Frankl, dan Abraham Harold Maslow, hanya Freud dan Junglah yang memiliki teori tentang mimpi (Dream Analysis). Sebagai gambaran, mula-mula kami akan mengungkap apakah teks sastra melalui pelaku-pelakunya dapat merefleksikan unsur-unsur psikologi atau tidak. Dari situlah mungkin akan muncul hal-hal yang menyebabkan faktor kejiwaan dominan dalam teks sastra. Namun, tidak terpaku pada kajian narasi dalam substansi tokoh saja, melainkan perlu mencermati apakah kajian tersebut berhubungan dengan realitas atau tidak. 2. Hakikat Tokoh Dalam pembicaraan sebuah fiksi ada istilah tokoh, penokohan, dan perwatakan. Kehadiran tokoh dalam cerita fiksi merupakan unsur yang sangat penting bahkan menentukan. Pendefinisian istilah tokoh, penokohan dan perwatakan banyak diberikan oleh para ahli, berikut ini beberapa definisi tersebut: Tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita (Nurgiyantoro, 2000: 165). Penokohan adalah bagaimana pengarang menampilkan tokoh-tokoh dalam ceritanya dan bagaimana tokoh-tokoh tersebut, ini berarti ada dua hal penting, yang pertama berhubungan dengan teknik penyampaian sedangkan yang kedua berhubungan dengan watak atau kepribadian tokoh-tokoh tersebut (Suroto, 1989: 92-93). Watak, perwatakan, dan karakter menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas peribadi seorang tokoh (Nurgiyantoro, 2000: 165). Penokohan atau karakter atau disebut juga perwatakan merupakan cara penggambaran tentang tokoh melalui perilaku dan pencitraan. 4
  • 5. Panuti Sudjiman mencerikan definisi penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh (1992: 23). Hal senada diungkapkan oleh Hasim dalam (Fanani, 1997: 5) bahwa penokohan adalah cara pengarang untuk menampilkan watak para tokoh di dalam sebuah cerita karena tanpa adanya tokoh, sebuah cerita tidak akan terbentuk. Untuk mengenal watak tokoh dan penciptaan citra tokoh terdapat beberapa cara, yaitu: a. Melalui apa yang diperbuat oleh tokoh dan tindakan-tindakannya, terutama sekali bagaimana ia bersikap dalam situasi kritis. b. Melalui ucapan-ucapan yang dilontarkan tokoh. c. Melalui penggambaran fisik tokoh. Penggambaran bentuk tubuh, wajah dan cara berpakaian, dari sini dapat ditarik sebuah pendiskripsian penulis tentang tokoh cerita. d. Melalui jalan pikirannya, terutama untuk mengetahui alasan-alasan tindakannya. e. Melalui penerangan langsung dari penulis tentang watak tokoh ceritanya. Hal itu tentu berbeda dengan cara tidak langsung yang mengungkap watak tokoh lewat perbuatan, ucapan, atau menurut jalan pikirannya (Sumardja, 1997: 65-66). Dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh, tokoh cerita dibedakan menjadi dua yaitu tokoh utama (central character, main character)dan tokoh tambahan (pheripheral character) (Nurgiyantoro, 2000: 176-178). Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya. Tokoh ini tergolong penting. Karena ditampilkan terus menerus sehingga terasa mendominasi sebagian besar cerita. Karena tokoh utama paling banyak ditampilkan ada selalu berhubungan dengan tokoh- tokoh lain, ia sangat menentukan perkembangan plot secara keseluruhan. Tokoh tambahan adalah tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita dan itu bersifat gradasi, keutamaannya bertingkat maka perbedaan antara tokoh utama dan tambahan tidak dapat dilakukan secara pasti. Karena tokoh berkepribadian dan berwatak, maka dia memiliki sifat-sifat karakteristik yang dapat dirumuskan dalam tiga dimensi, yaitu: 5
  • 6. a. Dimensi fisiologis, adalag ciri-ciri badan, misalnya usia (tingkat kedewasaan), jenis kelamin, keadaaan tubuh, ciri-ciri muka, dan lain sebagainya. b. Dimensi sosiologis, adalah ciri kehidupan masyarakat, misalnya status sosial, pekerjaan, peranan dalan masyarakat, tingkat pendidikan, dan sebagainya. c. Dimensi psikologis, adalah latar belakang kejiwaan, misalnya mentalitas, tingkat kecerdasan dan keahlian khusus dalam bidang tertentu (Satoto, 1993: 44-45). C. Pembahasan 1. Deskripsi Cala Ibi Membaca Cala Ibi mengesankan betapa samar dan remangnya perbedaan antara prosa dan puisi yang selama ini dilekatkan pada dunia sastra. Cala Ibi bukan prosa, bukan pula puisi, tapi barangkali sekaligus keduanya. Novel ini berkisah tentang satu tokoh dalam dua dunia yang berbeda. Novel Cala Ibi berkisah tentang satu tokoh dalam dunia yang berbeda. Yakni Maya dan Maia. Saat pagi telah menjelma, maka ia bernama Maya, memulai kesibukan layaknya wanita karier di Jakarta. Namun, bila malam telah tiba, namanya bukan lagi Maya, melainkan Maia. Dalam malam-malam itulah Maia dibawa sang naga bernama Cala Ibi menembus batas ruang dan waktu, mengarungi lautan mimpi yang tak bertepi. Di dalam mimpinya, ia pernah berada pada suatu tempat entah abad berapa di tanah leluhurnya, Maluku, Maia melihat terang yang paling nyalang. Ada dukun perempuan bernama Bai Guna Tobana yang namanya pernah menjadi sejarah di pulau itu. Maia juga melihat peristiwa dan hal lain yang pernah menjadi sejarah di pulau itu. Sejak para penjajah memperebutkan rempah-rempah di sana, hingga peristiwa masuknya agama Islam ke pulau tersebut. Demikianlah Maia mengarungi dunianya dengan Cala Ibi. Dengan petualangan yang tak pernah berakhir, bahkan dengan berakhirnya novel ini sekalipun, Maia kemudian bertemu dengan sosok-sosok misterius lain seperti Ujung dan Tepi yang kemudian melahirkan tangisan seorang bayi dari sebuah persetubuhan yang singkat, dalam kabut pekat. 6
  • 7. 2. Kajian Psikologis dalam Cala Ibi Nukila Amal sebagai penulis baru yang langsung mendobrak dunia sastra dengan Cala Ibinya, datang menyenandungkan irama lain yang teramat indah, namun acapkali dianggap tidak penting, yaitu mimpi. Dalam usaha menyibak rahasia ketidaksadaran manusia, Freud menggunakan teknik analisis mimpi. Ia mencoba menganalisis dan menginterpretasikan simbol-simbol yang terkandung dalam mimpi-mimpi pasiennya, sebuah usaha menemukan makna laten dalam hidup manusia. Dalam Cala Ibi, sebagian besar yang tertulis adalah kisah-kisah mengenai mimpi. Mimpi seorang tokoh bernama Maya, yang mengalami permasalahan dalam keluarganya, antara ia, ayah dan ibunya. Maya merasa menjadi satu-satunya perempuan berkedudukan penting. Ada keengganan dan sungkan menyebut prestasinya sebagai kesuksesan. Orang tuanya tak menganggap prestasinya sebagai kebanggaan dan justru mengejarnya dengan harapan agar lekas menikah, memperoleh momongan. Maya sebagai seorang pribadi yang sering mengalami mimpi bisa jadi memiliki apa yang dikatakan Jung sebagai sisi gelap (Shadow). Shadow mengandung dua aspek primer : satu berhubungan dengan ketidaksadaran personal, dan yang lain dengan ketidaksadaran kolektif. Jung percaya, terkadang Shadow bekerja sama dengan insting seksual (Freudian) dan kehendak untuk berkuasa (Adlerian). Shadow juga memiliki sisi positif di samping sisi negatif. Maia seolah menjadi shadow dari diri Maya yang nyata. Maia menjadi Shadow positif dari pribadi Maya. Dalam kenyataan, secara implisit, Maya merasa punya ego yang tinggi untuk menolak pertunangan, pernikahan dan anak. Sedangkan dalam mimpinya, Maia memiliki kebalikan karakter yang positif dari sikap Maya. Maya memiliki keinginan untuk menikah, dan mempunyai anak. Ini terlihat dari mimpinya pada halaman Ilalang dan Mengibu-Anak. Berikut kutipannya: "Pemandangan seorang ibu menyusui bayinya. Tiba-tiba kau rasa, bahwa hal itu bukanlah sebuah pemandangan biasa yang telah sering kau lihat di mana-mana. Malam itu tampak di luar yang biasa. Kau berdiri mematung menatap pemandangan di depanmu. Terkesima." (Mengibu-Anak: 175-176) 3. Mengkaji Cala Ibi dengan Teori mimpi Sigmund Freud 7
  • 8. Dalam psikoanalisis, teknik analisis mimpi digunakan Freud untuk menyibak rahasia ketidaksadaran pasien. Tugas Freud adalah menganalisis dan menginterpretasikan simbol-simbol yang terkandung dalam mimpi-mimpi pasiennya sebagai sebuah usaha untuk menemukan makna laten. Makna laten itu sendiri berarti suatu makna tersembunyi, tidak nampak, tapi memiliki potensi untuk muncul. Dari berbagai pengalaman klinis, Freud yakin bahwa simbol-simbol tersebut memiliki makna universal. Tongkat, ular, pohon, misalnya, menyimbolkan penis. Kotak, pintu, lemari kayu, adalah representasi vagina. Di samping makna universal tersebut, Freud juga percaya bahwa simbol-simbol tersebut harus dipertimbangkan dan diinterpretasikan dalam konflik unik individu. Simbol-simbol yang memiliki makna ganda inilah yang membuat analisis menjadi sulit. Jika mencoba menganalisis simbol-simbol dalam mimpi Maya, maka akan ditemukan banyak sekali simbol yang dapat diterjemahkan, seperti sang naga, mutiara Laila, jatuh, kota kata-kata, tuan tanah, kamar kuning, penjara merah, dan pertemuan dengan Ujung dan Tepi. Simbol-simbol dan peristiwa dalam mimpi Maya tentu memiliki makna laten yang dimaksudkan oleh Freud. Mungkin sang Naga bisa bermakna sebuah keberanian. Naga memang tidak ada dalam dunia nyata, tetapi dalam kepercayaan orang Tionghoa dianggap sebagai mahluk yang kuat, besar, identik dengan api, dapat terbang, dan memiliki sifat pelindung. Maya sebagai seorang gadis yang menolak untuk segera menikah, tidak memberontak dengan cara yang kasar. Kesabarannya yang tanpa pemberontakan justru menjadi kekuatan sejati seorang perempuan. Karena kekuatan perempuan justru berada pada kelemahannya. Dalam mimpinya mengenai jatuh, Maia tentu mengalami puncak pengalaman psikologi yang begitu membuat jantungnya berdebar-debar. Bersatunya antara rasa takut, pasrah, dan kosong. Bahkan dalam kekosongan itu Maia sempat berpikiran yang tidak-tidak dan berimajinasi sepuas hati. Jadi, mimpi adalah tempat meluapkan semua imajinasi. Maya menciptakan dunianya sendiri. Dan kenyataan menjadi referensi dunia mimpinya. Dalam Mutiara Laila, Laila beberapa kali mengajak Maia beriteraksi. Beberapa kali Laila mengacaukan barang-barangnya, tapi Maia tak bisa berbuat apa-apa. Hal itu menunjukkan bahwa Maya memiliki ketakutan dan ketidaksiapan memiliki anak. Ketakutan dan ketidaksiapan itu makin membesar ketika tekanan-tekanan dari kedua orang tuanya muncul. 8
  • 9. Dalam Cala Ibi Maya mendeskripsikan mimpi itu sendiri. Baginya, "Dalam mimpi, apa- apa dan siapa-siapa, adalah bukan apa adanya, tapi sebuah ujaran, penyampaian, pengingatan, peringatan, rekaman, perjalanan kehidupan, kenyataan...dunia itu indah, tak nyata, di luar segala...tuturan bahasanya lembut, berlapis, manis, liris—seperti perempuan, seperti puisi,..." (halaman 12). Jika dikaitkan dengan pengertian di atas, maka mimpi-mimpi Maya merupakan sebuah ujaran dari representasi kehidupannya; penyampaian pesan- pesan tersirat, pengingatan bahwa ia sudah dewasa dan sudah layak menikah; peringatan bahwa sebagai seorang perempuan tidak sepantasnya menolak pernikahan dan menjadi perawan tua; rekaman masa lalunya; perjalanan kehidupannya dari kecil hingga dewasa; terkadang menyembunyikan dan menunjukkan kenyataan, dan sebagainya. Dalam pandangan Freud, mimpi merupakan usaha yang samar dalam mewujudkan suatu harapan. Dalam kehidupan nyata, Maya merasa memiliki masalah dengan keinginan kedua orang tuanya, dengan cerita-cerita dari bibinya mengenai sebuah pernikahan. Dari situ Maya merasa kehilangan sebagian harapannya untuk bisa hidup bebas (dalam artian tidak terkekang oleh seorang lelaki) dalam hidupnya. Ia juga merasa kehilangan sesuatu dari kedua orang tuanya, memberi jarak antara ia dan orang tuanya. Perasaan kehilangan tersebut pernah muncul dalam salah satu mimpinya. Dalam pandangan Freud, mimpi merupakan usaha yang samar dalam mewujudkan suatu harapan. Dalam kehidupan nyata, Maya merasa memiliki masalah dengan keinginan kedua orang tuanya, dengan cerita-cerita dari bibinya mengenai sebuah pernikahan. Dari situ Maya merasa kehilangan sebagian harapannya untuk bisa hidup bebas (dalam artian tidak terkekang oleh seorang lelaki) dalam hidupnya. Ia juga merasa kehilangan sesuatu dari kedua orang tuanya, memberi jarak antara ia dan orang tuanya. Perasaan kehilangan tersebut pernah muncul dalam salah mimpinya. Seperti kutipan berikut; "Ia yang pernah begitu sempurna waktu kecil dulu. Teman, pahlawan, lutut dan dadanya tumpuan tangisan. Kau rasakan kehilangan itu (dan firasat aneh muncul tiba-tiba: ia akan terluka, karena sebuah dosa-dosanya ataukah dosamu, kau tak tahu). Kau telah besar kini, dirinya menghilang ketika kau berangkat dewasa, dirinya menjelma harapan keinginan beban kewajiban,..." (Rumah Siput Berpaku: 81) Maka mimpi seperti menjadi alternatif untuk memunculkan harapan kembali. Maya berharap ibunya bisa mengerti dirinya, bahwa ia belum ingin menikah. Menurut Freud, harapan-harapan tersebut merupakan motif tak 9
  • 10. sadar yang tidak dapat diterima individu, atau pada hakikatnya bersifat erotik. Sebagai contoh untuk bagian ini, dalam mimpi Maia melihat dan mengetahui sejarah beranak- pinaknya Bai Guna Tobona hingga menjadi Maluku seperti sekarang ini. Ia menyaksikan bersetubuhnya seorang wanita dan seorang lelaki dengan penggambaran sebagai berikut: "Satu perempuan bersetubuh dengan lelaki. Lelaki memasuki, lelaki merasuki. Satuperempuan merasa dirinya bagai terbelah, tapi terasa indah. Dan tiba-tiba ia telah setengah, merasai betapa saat itu dirinya terindah. Ditatapnya wujud diri baru yang tampak aneh itu (tubuh ini, tubuhnya, tubuhku). Keadaan utuh, luruh tubuh, dua yang satu, satu yang setengah, keutuhan setelah terbelah, luruh yang mengutuh. Seluruh. Setubuh. Keutuhan itu. Sempurna." (Tuan Tanah: 67) Sewaktu tidur, impuls-impuls ini mencari ekspresi tetapi selalu mengalami sensor. Akibatnya, impuls tersebut mencari ekspresi tak langsung (melalui displacement) dengan bentuk-bentuk simbol bersifat samar, seperti yang termanifestasikan dalam mimpi-mimpi. Selain contoh di atas, Maia juga mengalami satu kejadian dalam mimpinya yang mirip dengan apa yang dialami oleh Bai Guna Tobona. Maia bertemu dengan seorang lelaki yang mendekat padanya, saling berkata-kata. Lelaki yang seolah dapat membaca hasrat di dalam hatinya. Ini berkaitan dengan apa yang dikatakan Freud, bahwa harapan dalam mimpi merupakan motif tak sadar yang tidak dapat diterima individu, atau pada hakikatnya bersifat erotik. Berikut kutipannya: "Suatu saat di atas tanah, tak jauh dari serakan cengkih yang jatuh dari bajumu, ia bangkit melepas mani (mengangankan, kelak kau dan dia saling mengusaikan, usai penuh seluruh...mengangankan, tanah bumi akan jadi rahim untuk melahirkan fosil bayi kecil, mineral tak berbentuk yang jelita, bermimpi jadi daging dalam tanah gulita)." (Ilalang: 172) Beberapa mimpi Maya memang bersifat agak erotis. Menyentuh sisi keperempuanannya. Sisi-sisi femininnya nampak pada mimpi-mimpi mengenai Penjara Merah, yang menggambarkan ketakutan-ketakutan Maia atas apa yang terjadi ada peremuan-perempuan eneh yang ada di penjara itu. 4. Mengkaji Cala Ibi dengan Teori mimpi Carl Gustav Jung 10
  • 11. Lain halnya dalam pandangan Jung, mimpi merupakan ledakan spontan dari materi yang direpresikan dalam ketidaksadaran personal dan kolektif. Manifestasi yang terepresi itu, menurut Jung, sebenarnya tidak selalu berupa usaha pemahaman kebutuhan seksual atau agresif, seperti dikonsepsikan Freud. Sebagai gantinya, Jung mengartikan mimpi sebagai usaha untuk menyelesaikan masalah dan konflik yang dihadapi seseorang pada masa sekarang dan memiliki makna bagi perkembangan mereka ke arah yang sehat. Maya dengan masalah-masalah yang ia hadapi, berupa tekanan-tekanan psikologi dari kedua orang tuanya yang terus mempertanyakan mengapa ia memutuskan pertunangan yang ada; dan sikap-sikap yang seolah-olah terus memaksanya untuk mencari jodoh, membuat dirinya yang lain (yakni Maia) untuk mencari pemecahan atau sekedar harapan dalam mimpinya. Jung mengatakan bahwa mimpi merupakan kompensasi dalam kehidupan. Jika dalam kehidupan nyata Maya ialah seorang gadis yang memiliki masalah dengan keinginan kedua orang tuanya, maka dalam mimpi pun muncul Maia dengan tekanan-tekanan psikologis yang sama. Maia dengan sifat yang tidak jauh berbeda dengan aslinya. Maia berusaha menyesuaikan diri dan kepribadian Maya. Orang yang sangat pemalu, misalnya, bisa bermimpi bahwa mereka dikagumi dalam pesta. Dalam analisis mimpinya, Jung menggunakan beberapa cara: a. Metode amplifikasi (Method of Amplification) Seperti asosiasi bebas yang dimulai dengan simbol tertentu dan bergerak lebih jauh, Jung menggunakan metode amplifikasi untuk menganalisis konflik dan problema yang dihadapi pasiennya. Dalam proses, makna ganda dari simbol menjadi jelas ketika pasien mengalami insight dengan problema yang mereka hadapi. Seringkali asosiasi pasien dimulai dengan arah yang ditentukan oleh analis. Analis mencoba melihat satu serial mimpi pasiennya. Jung percaya bahwa analisis satu seri mimpi itu penting karena dapat menginterpretasikan problem dan konflik pasien dengan lebih akurat. Jung juga melihat bahwa mimpi-mimpi seseorang sepanjang hidup merupakan gambaran proses individuasi. Sebagai contoh penggunaan metode ini, secara sederhana dapat diketahui dari mimpinya bahwa konflik atau problem yang dihadapi Maya, salah satunya adalah perihal jodoh. b. Tes Asosiasi Kata (Word-Association Test) 11
  • 12. Jung adalah pelopor teknik eksperimental yang disebut dengan tes asosiasi kata. Dia menggunakannya sebagai tes analisis mimpi. Prosedur terapi ini melibatkan pasien dalam merespon stimulus kata dengan kata-kata apapun yang terjadi padanya. Jung mencatat tenggang waktu antara presentasi inisial stimuli dan respon yang diberikan pasien, serta penggunaan waktu laten sebagai indikator kemungkinan pertahanan dan konflik dalam diri pasien. Asumsinya adalah bahwa dalam interval waktu yang lebih panjang, maka lebih besar pula wilayah konflik dalam psike yang ditarik. Besar tidaknya wilayah konflik individu diketahui karena kondisi-kondisi berikut: a) Pasien mengulang stimulus kata beberapa kali seolah dia tidak mendengarnya. b) Mereka salah mendengar satu atau beberapa kata c) Mereka memberi respon lebih dari satu kata d) Mereka memberi reaksi tidak bermakna e) Mereka gagal merespon semuanya. Kegagalan merespon kata-kata juga mencerminkan konflik tersembunyi. c. Terapi Lukisan Teknik lain yang digunakan Jung dalam menganalisis mimpi adalah terapi lukisan. Jung mendorong pasien untuk mengekspresikan perasaan atau pemikiran yang tidak disadari dalam lukisan. Terapi dengan cara melukis menolong pasien memperjelas simbol yang mereka lihat dalam mimpi dan mendorong pasien untuk menyelesaikan masalahnya secara aktif. Dalam pandangan Jung, terapi lukisan memiliki efek terapis yang real. Cara tersebut dapat menggerakkan pasien dari pusat kematian menuju ke arah realisasi diri. Dari ketiga terapi yang dipaparkan oleh Carl Gustav Jung, yang paling tepat dan diterapkan serta dimanfaatkan oleh Maya adalah asosiasi kata. Ia tidak menyembunyikan mimpinya. Malah menuliskannya pada sebuah buku tertentu, yang khusus dibuat untuk mencatat mimpi-mimpi yang pernah dialaminya. Ia berusaha mengingat baik tiap kata, kalimat yang diucapkan tokoh-tokoh dalam mimpinya, ataupun peristiwa dalam mimpinya. Dengan demikian, konflik yang dialami Maya tidak tersembunyi. 12
  • 13. D. Kesimpulan Novel Cala Ibi merupakan novel yang dari segi kajian psikologi sastra merupakan novel yang menggambarkan studi hukum dan tipe-tipe psikologi yang diterapkan pada karya sastra. Tokoh Maya dan Maia sebagai tokoh yang dikaji dalam studi ini merupakan sentral dari cerita yang memberikan penggambaran dua dunia yang berbeda, antara terangnya siang dan gulitanya malam. Melalui dua tokoh ini pula Nukila Amal sebagai penulis mencoba memasukkan jiwa tokoh perempuan yang mencoba mengungkapkan harapan dan hasratnya untuk mendapat sebuah pengakuan dan sejuta keinginan yang tak akan mungkin diraihnya karena adanya kekangan. Tokoh Maya digambarkan sebagai seorang manusia yang mendapat tekanan akibat sebuah keadaan yang dialaminya, baik dari keinginan orang tuanya untuk menjodohkan dia atau hasratnya untuk menjadi sosok gadis lain yang jauh di luar dari sifat aslinya, menemukan sebuah dunia lain melalui mimpinya. Mimpi merupakan media yang digunakan oleh pengarang untuk memasuki dunia, karena melalui mimpi inilah tokoh dapat menguasai dunianya yang seolah terkekang oleh ketidakberdayaannya sebagai perempuan, bahkan seorang manusia. Melalui mimpi ini pula pergolakan batin, tekanan-tekanan hidup tokoh, hingga lamunan-lamunan erotisnya dipaparkan secara mendalam oleh pengarang. Pengarang mencoba memasuki alam bawah sadarnya dan menciptakan dunia lain seperti apa yang diharapkannya. Namun demikian, pengarang sendiri tidak selalu menyatakan pengungkapannya dalam bahasa yang gamblang, melainkan lebih banyak dalam narasi kata-kata yang kaya akan metafor, sehingga pembaca dituntut untuk memasuki jiwa dari tulisan ini untuk dapat memahami karya ini secara utuh. Kajian psikologi sastra novel ini akan mengajak pembaca untuk memahami jiwa tokoh sebagai gambaran dari manusia yang tak pernah lepas dari hasrat dan impian. Melalui metafor-metafor yang tertuang dengan begitu kaya di sana, pembaca akan dituntun untuk memasuki jiwa tokoh dan memaknai simbol-simbol yang dijadikan media untuk mengungkapkan hasrat, harapan, dan impian pengarang yang diciptakannya melalui tokoh. 13
  • 14. E. Bahan Referensi Amal, Nukila. 2004. Cala Ibi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Burhan Nurgiyantoro. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta.: Gajah Mada University Press. Djojosuroto, Kinayati. 2006. Analisis Teks Sastra dan Pengajarannya. Yogyakarta: Pustaka. Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Widyatama. Feist, Jess dan Gregory J. Feist. 2006. Theories of Personality. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Wellek, Rene dan Austin Waren. 1995. Teori Kesusasteraan. Diterjemahkan oleh Melani Budianta. Jakarta: Gramedia. 14