Dokumen tersebut merupakan laporan kasus kehamilan ektopik pada seorang wanita berusia 22 tahun. Pasien mengeluh nyeri perut dan sesak napas. Pemeriksaan menemukan anemia berat dan kehamilan di saluran falopi. Pasien dioperasi untuk mengangkat rahim dan mengobati infeksi, dan kemudian dipantau selama beberapa hari."
2. Identitas Pasien
Nama pasien: Ny. D
Nomor RM : 1738**
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 22 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Asrama Kodim Kompleks Sarina
TMRS : 25 Juli 2022 (Masuk di kebidanan jam 14.05 wit)
3. Keluhan utama : Nyeri perut bagian bawah disertai sesak
RPS :
Pasien konsul dari Ruangan bedah
G1P0A0 gravida 7-8 minggu mengeluh nyeri perut bagian
bawah sejak 1 hari SMRS (24/07/2022/) sebelumnya pasien
Riwayat jatuh di kamar mandi dan langsung pingsan. Setelah itu
dibawa ke RS pasien mengaku saat BAK urine bercampur darah
sedikit. Demam (-), sesak napas(+), lemas(+), Pusing (+),
mual/muntah disangkal, Riwayat perdarahan sebelumnya juga
disangkal.
Anamnesa
RPD
Riw Keluhan serupa:
Disangkal
Riw. Alergi: os mengaku
punya riw alergi obat
Antalgin, dan seafood
Riw. HT, Jantung, DM,
Asma, TB dan penyakit
kronik lain : Disangkal
4. Riwayat Gynekologi
Usia menarche : 12 tahun
Siklus : tidak teratur
Lama haid : ± 7 hari, 2-3 x GP/hari, nyeri (+)
Riwayat Perkawinan : 1x (Lamanya: 4 bulan)
HPHT : 2-3-2022
Riwayat Obstetri
G1P0A0 gr 7-8 minggu (berdasarkan hasil USG
sebelum MRS)
Riwayat KB
Disangkal
Riw ANC: Di dr.Sp.OG 1x
5. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak Sakit Berat
Kesadaran : Compos mentis (kearah somnolen)
Tanda Tanda Vital
Tekanan Darah : 115/55 mmHg (jam 14.15 WIT),
98/53 mmHg (15.30 WIT)
Nadi : 125 x/menit, regular kecil, (jam 14.15 WIT),
143 x/menit (15.30 WIT)
Respirasi : 28 x/menit
Saturasi : 97-98% dgn O2 NK 4 lpm
Suhu : 36,0oC
6. Status generalis
Kepala
Mata : Konjungtiva anemis +/+, Sklera ikterik -/-
Hidung : PCH -/-
Mulut : Bibir pucat, kering, OC (-)
Leher : KGB tidak teraba, massa (-)
Toraks : Bentuk dan gerak simetris
Pulmo : SN Ves D/=S, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung : BJ murni reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen :
Sedikit cembung, BU(+) Kesan Normal, Nyeri tekan di semua kuadran Abdomen (defans +),
Hepar/Lien ttb
Ekstremitas : akral Dingin, CRT > 2”, edema pretibial -/-, anemis
Status Gynekologi
Pemeriksaan Luar
TFU : sulit dinilai
Pemeriksaan Dalam: TDL
Perdarahan : flek (+) berwarna
merah kehitaman di pempers.
7. Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin Hasil
Hemoglobin 2,9 gr/dL
Leukosit 28.400/µL
Eritrosit 970.000/µL
Hematokrit 8,7 %
Trombosit 223.000/µL
DDR Negatif
Golda A+
Serologi
Sifilis NR
Hep B NR
HIV NR
Tgl 25/7/2022
(jam 14.20 Wit)
Laboratorium
Ultrasonografi
Kesan:
- Tampak massa konsolidasi di
adneksa (D)
- Cairan bebas di cavum douglas,
cavum abdomen hingga
subdiafragma D/S
8. Diagnosis G1P0A0 gr. 7-8 minggu Susp KET
Anemia Berat
Infeksi Sekunder
Penatalaksanaan
- Lapor DPJP
- O2 NK 4 Lpm
- Pasang Infus 2 Jalur (Taki: IVFD RL 40 Tpm Macro taka:
Tranfusi Darah PRC Kolf ke2)
- Inj. As. Tranexamat 500mg /iv
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/8 jam/iv (ST)
- Drips Metronidazole 500 mg/8 jam/iv
- Pro Tranfusi Darah 3 WB + 2PRC
- Observasi KU, TTV, Urine output.
- CITO Laparatomi
9. Laporan
Operasi
Nama Dokter (Operator) : dr. Endang, Sp.OG (K)
Diagnosis pre operasi : G1P0A0 gr 7-8 minggu, Susp KET,
Anemia Berat, Inf.Sekunder
Diagnosis Post Operasi : P0A0KET1dgn Kehamilan Tuba(D),
Anemia Berat, Infeksi Sekunder
Tanggal : 25/07/2022
Jam mulai operasi : 17.38 Wit
Jam Selesai operasi : 19.38 Wit
Tindakan Operasi : Laparatomy + Salpingektomy (D)
Laporan Operasi:
- Asepsis dan Antisepsis Lapangan Operasi
- Incisi Pfannenstiel
- Identifikasi Sumber Perdarahan berasal dari Adneksa (D) yaitu di
Tuba pars Ampula (D)
- Lakukan Salpingektomy (D), Kontrol perdarahan (-)
- Bilas Cavum Abdomen dengan Nacl sampai bersih
- Tutup Cavum Abdomen Lapis demi lapis
- Operasi selesai
10. Terapi Post OP
• Headup 30’
• O2 SM 7 Lpm
• IVFD RL Taki Asnet
• IVFD Nacl Taka 20 tpm (standby utk Tranfusi Darah)
• Inj. Ceftriaxone 1 gr/8 jam/iv
• Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam/iv
• Drips Metronidazole 500 mg/8 jam/iv
• Drips PCT 500 mg/8 jam/iv
• Inj. Ranitidin 50 mg/8 jam/iv
• Fleet enema rectal jam 22.30 wit
• Pro Tranfusi 3 PRC + 3 WB – Post Tranfusi 2 PRC + 1 WB
• Tampung Urine 24 jam
• Imobilisasi selama 12 jam
• Puasa hingga Flatus
• Cek DL post op (26/7/2022)
11. Darah Rutin Hasil
Hemoglobin 8,8 gr/dL
Leukosit 21.800/µL
Eritrosit 2,95 Juta/µL
Hematokrit 26,1 %
Trombosit 200.000/µL
Lab Post OP (Post Tranfusi)
26/7/2022
12. S: Sesak (+), Batuk (+), nyeri pada luka bekas operasi,
mual (+), makan minum bisa sedikit2, sedikit pusing.
O: ku Tampak sakit sedang
Kes: Compos mentis
TD: 120/80 mmHg
Nadi: 112 x/m RR: 25 x/m
SpO2: 93-94% On SM 7 Lpm
K/L: CA+/+ SI -/- Mukosa bibir pucat
Thorax: simetris D=S, SN Ves +/+, Rho +/+, Whez +/+
minimal. BJ I-II Reg, gallop (-)
Abd: Datar, Tampak Luka post op tertutup verban,
BU(+) kesan normal, supel.
Ext: Akral Hangat, CRT <2”
A: - P0A0 Kehamilan Tuba (D)
- Anemia Berat
- Dyspnoe ec Susp Oedem Pulmo pro evaluasi
P:
- Head up 30’
- O2 NRM 10 Lpm
- IVFD RL 1000 cc/24 jam
• Inj. Ceftriaxone 1 gr/8 jam/iv
• Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam/iv
• Drips Metronidazole 500 mg/8 jam/iv
• Drips PCT 500 mg/8 jam/iv
• Inj. Bisolvon 1 amp/8 jam
• Drips Aminofilin 1 Amp dalam NaCl
100 cc/12 jam 20 tpm
• Nebu Ventolin 1 respul +NaCl 0,9% 2
cc / 12 jam
• Post Tranfusi PRC 2 kantong + WB 4
kantong
Diet: Lunak TKTP
-Konsul Sp.PD
Followup 26/7/2022 (H1 Post Op)
S: Sesak (+), Batuk (+), nyeri pada luka bekas operasi,
mual (+), makan minum bisa sedikit2, sedikit pusing.
O: ku Tampak sakit sedang
Kes: Compos mentis
TD: 120/80 mmHg
Nadi: 112 x/m RR: 26 x/m
SpO2: 93-95% On SM 7 Lpm
K/L: CA+/+ SI -/- Mukosa bibir pucat
Thorax: simetris D=S, SN Ves +/+, Rho +/+, Whez +/+
minimal. BJ I-II Reg, gallop (-)
Abd: Datar, Tampak Luka post op tertutup verban,
BU(+) kesan normal, supel.
Ext: Akral Hangat, CRT <2”, edema (-).
A: - P0A0KET1 Kehamilan Tuba (D) Post Lapratomy
Salpingektomy H1
- Anemia Berat
- Dyspnoe ec Susp Oedem Pulmo pro evaluasi
22. Prawirohardjo S , Wiknjosastro H. Kehamilan Ektopik. Dalam Ilmu Kebidanan; Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2010
o Kehamilan ektopik adalah suatu keadaan dimana hasil konsepsi
berimplantasi, tumbuh dan berkembang di luar endometrium
kavum uteri.
o Kehamilan ektopik terganggu adalah suatu kehamilan ektopik
yang mengalami rupture.
o Kehamilan ektopik yang terganggu, dapat terjadi abortus tuba,
dan hal ini berbahaya bagi wanita tersebut jika tidak ditangani
segera.
• Berusia antara 20-40 tahun (rata-rata berusia 30 tahun)
5-6/1000 kehamilan
• Frekuensi kehamilan ektopik berulang dilaporkan berkisar
14,6%.
• 2% dari seluruh kehamilan merupakan kehamilan ektopik
>95% di tuba fallopi
Definisi
Epidemiologi
23. • Pada kehamilan ektopik terdapat gangguan mekanik
pada perjalanan ovum yang telah dibuahi menuju
cavum uteri sehingga perjalanannya terhenti sebelum
mencapai cavum uteri.
• Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi
di tuba (90%) terutama di ampula dan isthmus.
Usia pasien 22 Tahun
Pada kasus ini kehamilan ektopik terganggu
berlokasi di tuba pars ampula (D).
24. Pada kasus ini, kemungkinan penyebab KET
adalah gangguan pada saluran Tuba,
endometriosis & gangguan hormonal.
ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO
Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya
Penggunaan kontrasepsi spiral dan pil progesterone
Kerusakan dari saluran tuba
Faktor dalam lumen tuba:
Endosalpinitis
Hipoplasia uteri
Operasi plastik tuba dan sterilisasi yang tak sempurna
Faktor pada dinding tuba
Endometriosis tuba
Divertikel tuba kongenital
Faktor di luar dinding tuba
Perlekatan peritubal dengan ditorsi
Tumor yang menekan diding tuba.
Faktor lain
Migrasi luar ovarium
Fertilisasi in vitro
25. Patofisiologi
KE/KET
Faktor mekanik
Salpingitis, terutama endosalpingitis yang
menyebabkan aglutinasi silia lipatan mukosa
tuba dengan penyempitan saluran
Adhesi peritubal setelah infeksi pasca
abortus/ infeksi pasca nifas, atau
endometriosis.
Bekas operasi Tuba yang mempengaruhi
patensi tuba.
Tumor yang merubah bentuk tuba seperti
mioma uteri dan adanya benjolan pada
adneksa.
Penggunaan IUD (Intra Utery Device).
AKDR yang mengandung progesteron yang
meningkatkan frekuensi kehamilan ektopik.
Faktor Fungsional
Perubahan motilitas tuba yang berhubungan
dengan faktor hormonal. Dapat terjadi setelah
terdapat perubahan kadar estrogen dan
progesteron serum, kemungkinan akibat
upregulation reseptor adrenergik pada otot
polos, sehingga implantasi zigot terjadi
sebelum zigot mencapai kavum uteri.
Ini berlaku untuk kehamilan ektopik yang terjadi
pada akseptor kontrasepsi oral yang
mengandung hanya progestagen saja
Reproduksi dengan Bantuan
Peningkatan kehamilan ektopik pada reproduksi
dengan bantuan kemungkinan berkaitan dengan
faktor tuba yang menyebabkan infertilitas.
26. GAMBARAN KLINIS
Trias klinis klasik dari kehamilan ektopik adalah
nyeri perut bagian bawah, amenorea dan
perdarahan pervaginam (50%)
Pada ruptura tuba → nyeri perut bagian
bawah, perdarahan → pingsan → syok
27. DIAGNOSIS
Anamnesis
•Amenore
yaitu haid terlambat mulai beberapa hari sampai beberapa
bulan atau hanya haid yang tidak teratur.
•Nyeri perut bagian bawah
Pada ruptur tuba, Perasaan nyeri dan sakit yang tiba-tiba di
perut, disertai muntah dan bisa jatuh pingsan dan hal ini
dapat membahayakan.
• Perdarahan pervaginam
Pada ruptur tuba, maka gejala akan lebih hebat dan dapat
membahayakan jiwa si ibu.
28. Pemeriksaan Fisik umum
Tanda-tanda akut abdomen:
Nyeri tekan yang hebat (defance musculair), muntah, gelisah, pucat, anemis, sesak
napas, nadi kecil dan halus, tensi rendah atau tidak terukur (syok).
Pada pemeriksaan ginekologik terdapat :
Adanya nyeri goyang portio.
Douglas crise, yaitu rasa nyeri hebat pada penekanan kavum Douglasi. Kavum Douglasi
teraba menonjol. Hal ini terjadi karena terkumpulnya darah.
Teraba massa retrouterina (massa pelvis).
Pervaginam keluar decidual cast.
Pada palpasi perut dan pada perkusi : ada tanda-tanda perdarahan intra abdominal
(shifting dullness).
29. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Tes Kehamilan
Kadar hemoglobin dan lekosit →kadar hemoglobin turun dan leukosit naik.
2. Laparoskopi --KE/KET, infeksi pelvic, kista ovarium segera dapat dibedakan dengan
jelas.
3. Ultrasonografi -- Terlihat adanya kantong gestasi di luar kavum uteri dan / evaluasi
adanya cairan bebas di kavum Douglas pada KET.
4. Dilatasi dan Kuretase -- Bila ditemukan desidua tanpa villus koralis yang diperoleh dari
hasil kerokan dapat diduga ke arah kehamilan ektopik.
5. Kuldosentesis
Untuk mengetahui adanya darah kehitaman dengan bekuan-bekuan kecil.
30. Pada kasus ini dilakukan anamnesis:
• Pasien G1P0A0 hamil 7-8 minggu disertai nyeri perut hebat,
pusing (pasien sempat pingsan), keluar darah lewat jalan lahir
(minimal) – Trias KET (+).
• Pasien tampak pucat, lemas & sesak napas.
Pem. Fisik:
Ku:Sakit berat, tampak sesak, Kes: CM kearah Somnolen
TD: 115/55 mmHg (jam 14.15 WIT), 98/53 mmHg (15.30 WIT)
Nadi:143 x/m regular, cepat.
SpO2: 96-97% O2 NK 4 Lpm, RR:28 x/m
Suhu: 36,6’C
Kepala/Leher: CA+/+, SI-/-, Mukosa bibir pucat & kering
Thoraks: DBN
abdomen: Tampak cembung, BU (+) Kesan Normal, Nyeri tekan
pada semua kuadran abdomen, defans (+).
Ekstremitas: akral dingin, anemis, edema (-).
Pem. Penunjang:
• Lab – HGB 2,9 gr/dL dan leukosit 28.400/µl, Retikulosit
970.000/µl.
• USG
Dari hasil anamnesa, pem. Fisik &
penunjang dapat simpulkan bahwa:
keadaan umum & TTV pasien
menurun (abnormal) karena
keterlambatan mendiagnosa KET
sejak awal, dan sudah terjadi
perdarahan intraabdomen dalam
jumlah banyak, sehingga pasien
sudah berada dalam kondisi pre-
syok.
31. o Salfingitis
o Abortus imminens atau abortus inkomplet
o Korpus luteum atau kista folikel yang pecah
o Torsi kista ovarii
o Appendisitis
o Gastroenteritis
o Metrorargia karena kelainan ginekologi atau organik
lainnya.
o Radang panggul (PID)
Diagnosis Banding
33. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa:
Menggunakan Obat-obatan yang dapat merusak integritas jaringan dan sel hasil konsepsi.
Pasien yang diterapi harus memiliki syarat-syarat berikut ini: Keadaan hemodinamik yang stabil,
stabil, bebas nyeri perut bawah, tidak ada aktivitas jantung janin, tidak ada cairan bebas dalam
rongga abdomen dan kavum Douglas.
Methotrexate
Diberikan pada pasien
dengan kehamilan ektopik,
methotrexate diharapkan
dapat merusak sel-sel
trofoblas sehingga
menyebabkan terminasi
kehamilan tersebut.
Actinomycin
Pemberian actinomycin intravena
selama 5 hari berhasil
menterminasi kehamilan ektopik
pada pasien-pasien dengan
kegagalan terapi methotrexate
sebelumnya
Larutan Glukosa
Hiperosmolar
Injeksi larutan glukosa
hiperosmolar per laparoskopi juga
merupakan alternatif terapi medis
kehamilan tuba yang belum
terganggu.
34. Terapi Operatif
1. Salpingostomi--- Salpingostomi adalah suatu prosedur untuk mengangkat hasil konsepsi yang
berdiameter kurang dari 2 cm dan berlokasi di sepertiga distal tuba fallopii.
Prosedur ini dapat dilakukan dengan laparotomi maupun laparoskopi. Metode per laparoskopi saat ini
menjadi gold standard untuk kehamilan tuba yang belum terganggu.
2. Salpingotomi -- Pada dasarnya prosedur ini sama dengan salpingostomi, kecuali bahwa pada
salpingotomi insisi dijahit kembali.
3. Salpingektomi --- Reseksi tuba dapat dikerjakan baik pada kehamilan tuba yang belum maupun
yang sudah terganggu, dan dapat dilakukan melalui laparotomi maupun laparoskopi.
4. Evakuasi Fimbrae dan Fimbraektomi
Bila terjadi kehamilan di fimbrae, massa hasil konsepsi dapat dievakuasi dari fimbrae tanpa melakukan
fimbraektomi.
35. Salpingektomi diindikasikan pada
keadaan-keadaan berikut ini:
Kehamilan ektopik mengalami ruptur
(terganggu) atau kondisi hemodinamik pasien
tidak stabil.
Pasien tidak menginginkan fertilitas pascaoperatif,
Telah dilakukan rekonstruksi atau manipulasi tuba
sebelumnya,
Pasien meminta dilakukan sterilisasi,
Perdarahan berlanjut pasca salpingotomi,
Kehamilan tuba berulang,
Kehamilan heterotopik, dan
Massa gestasi berdiameter lebih dari 5 cm.
Pada salpingektomi, bagian
tuba antara uterus dan
massa hasil konsepsi diklem,
digunting, dan kemudian
sisanya (stump) diikat
dengan jahitan ligasi.
36. Pada kasus ini dari anamnesis, pemeriksaan fisik
maupun penunjang dapat ditegakkan diagnosis kerja
yaitu :
G1P0A0 gr. 7-8 Minggu dengan susp Kehamilan
Ektopik Terganggu (KET)
anemia Berat
Infeksi sekunder
Dan untuk terapinya dilakukan
Cito operasi laparatomi (salpingektomi dextra) sesuai
indikasi yaitu kehamilan ektopik terganggu dan
kondisi pasien yang hampir syok
Selanjutnya pemberian transfusi darah sampai target
Hgb ±10 gr/dl dan perbaikan keadaan umum pasien
dengan terapi lainnya.
37. Prognosis
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung menurun dengan
diagnosis dini dan persediaan darah yang cukup.
60% pasien pasca kehamilan ektopik akan mengalami kehamilan berikutnya
dengan risiko berulangnya kejadian sebesar 10% (pada wanita normal 1%)
Ruptur dengan perdarahan intraabdominal dapat mempengaruhi
fertilitas wanita.
Dalam kasus-kasus kehamilan ektopik terganggu terdapat 50-60% kemungkinan
wanita steril. Dari sebanyak itu yang menjadi hamil kurang lebih 10% mengalami
kehamilan ektopik berulang.
38. Kita tidak dapat menghindari 100% risiko kehamilan ektopik, namun kita dapat
mengurangi komplikasi yang mengancam nyawa dengan deteksi dini dan
tatalaksana secepat mungkin.
Untuk menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu Adalah
anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik, pemeriksaan ginekologis serta
pemeriksaan penunjang.
Selain itu, kita juga perlu membedakannya dengan keadaan patologi lainnya
yang memberikan gambaran yang hampir sama seperti infeksi panggul (PID),
abortus iminens atau insipiens, kista folikel dan korpus luteum yang pecah,
torsio kista ovarium dan apendisitis Akut.
Kesimpulan