SlideShare a Scribd company logo
1 of 84
REFERAT



Penggunaan Kortikosteroid pada Sepsis




         Oleh: Mahesa Suryanagara




                     Divisi Gawat Darurat Pediatrik
Mortalitas Sepsis

•CDC : penyebab kematian ke-10 ( 2004) bertambah hingga 77-
240 kasus baru/ 100,000 populasi pertahunnya. Insidensi : hingga 1.5%/
tahun penambahan 1 juta/tahun( 2020)




               •IKA RSHS: Jan’11 – Mei’12
                38 kasus pasien anak
               septik syok dirawat di PICU8
               pasien (15,7%) ->insufisiensi
 .             adrenal sebagai komplikasinya
PENDAHULUAN

                              Eksplorasi biologis syok
Sepsis
                              sepsis ↔ penanganan syok
↑Morbiditas & mortalitas




                                Sitokin saat sepsis tekan f(x)
                                            adrenal




                              INSUFFISIENSI ADRENAL (IA)
                                     pada sepsis!!!
PENDAHULUAN



•Sepsis respon
inflamasi skala
besar dengan
outcome fatal


                                   Penggunaan
                                Kortikosteroid pada
                                      sepsis
   Steroid=anti
   inflamasi
                                  PERDEBATAN
    mortalitas
    sepsis??
Premis
 Sepsis adalah suatu bagian dari
  respons Inflamasi
 Manifestasi klinik yang berat pada
  sepsis diakibatkan oleh proses inflamasi
 Steroids adalah anti-inflamasi
 Sehingga, steroids bisa menurunkan
  mortalitas pada sepsis
Fisiologi
                           Adrenal




Pedoman pemberian
                                            Regulasi
Kortikosteroid pada                         kortioksteroid
sepsis                                      endogen


 Peranan                                Insufisiensi
 kortikosteroid                         adrenal pada
                                        sepsis
 pada sepsis


          Farmakologi
          Kortikosteroid     Diagnosis IA
                             pada Sepsis
FISIOLOGI ADRENAL
Adrenal




          georgiahealth.edu
REGULASI KORTISOL ENDOGEN
Kortikosteroid
Endogen
                                        Kortisol

                      sensitivitas terhadap vasopressors
                  Efek anti-inflamasi pada sistem imun
                  Menajga tonus vaskular & integritas
                   endothel
                  Modulasi sintesis angiotensinogen s
                  Reduksi vasodilasi termediasi NO
Kortikosteroid
    Endogen                                             Kortisol
                                          Produksi Basal Kortisol = 8-25
                                           mg/24 jam
                                          Produksi Kortisol dapat  6 x
                                           saat stress
                                          Pola diurnal produksi kortisol
                                           hilang saat stress
                                          T1/2 Kortisol = 70-120 min

   Terikat pada CBG, albumin, 1-acid
    glycoprotein
   10% bebas = aktif
   CBG ↓ dgn cepat pada px dengan
    penyakit terminal   kortisol bebas
Regulasi
Kortikosteroid
Endogen Normal




                 http://www.nature.com/nr
                 i/journal/v6/n4/images/nri
                 1810-f1.jpg
Regulasi
Kortikosteroid
Endogen Normal       CRH diproduksi hipothalamus




 Kortisol           CRH menstimulasi pituitari u/ hasilkan
 feedback (-)      ACTH
 kpd produksi CRH
 & Kortisol




                    ACTH menstimulasi adrenal
                    hasilkan kortisol

                                        http://www.nature.com/nr
                                        i/journal/v6/n4/images/nri
                                        1810-f1.jpg
Regulasi
 Kortikosteroid
 Endogen pada Penyakit Kritis

Pada Proses Inflamasi
     Sitokin menstimulasi/menjaga produksi glukokortikoid
      hingga mencapai level yg tinggi.
     IL-6 sitokin yang penting
     IL-6 receptor: sel-sel kortikotrop & korteks adrenal




                                  JCEM (1993) 77: 1690–1694
                                  Neuroendocrinology (1997) 66: 54–62
                                  Clin Endocrinol (Oxf) (2004) 60: 29–35
Regulasi
Kortikosteroid
Endogen pada Penyakit Kritis

Regulator klasik aksis HPA tetap bekerja
pada pasien dengan penyakit kritis
dengan beberapa perubahan:

  Hormon2 hypothalamus
  CRH                                                   Yang merupakan
  Vasopressin                                           modulator HPA aksis

  Inflammatory cytokines: IL-1, IL-
   6,TNF-α
  ANS


                                           Anesthesiology (1993) 77: 426–431
Regulasi
Kortikosteroid
Endogen pada Penyakit Kritis
           Sitokin yang dilepaskan dari tempat inflamasi
           atau setelah terpapar endotoksin mengaktivasi
           HPA dengan menstimulasi jalur klasik sekresi
           CRH dan ACTH




         Sitokin-sitokin ini bereaksi secara sinergis untuk
         menambah sekresi ACTH melebihi kadar yang
         dicapai oleh stimulasi CRH saja
                                                      JCEM (1997) 82: 2343–2349
                                                      JCEM (1999) 84: 1729–1736
Serum Cortisol ↑
                  (kadar kortisol bebas )



  Stress                         •   Produksi steroid
Gangguan fungsi
Hepatocellular
                                 •   steroid clearance
Gangguan aliran darah
Hepatik

Gangguan fungsi
renal/thyroid



                                     J Clin Invest (1958) 37: 1791–1798
   Respon ACTH dan kortisol
    thdp CRH eksogen
    meningkat saat penyakit kritis
                                     Arginine Vasopressin

                                     Endothelin
   ACTH = faktor dominan
    menstimulasi kortisol selama     Atrial Natriuretic Factor
                                     (ANF)
    masa kritis →
                                     Berbagai sitokines (IL-6)
   Faktor lain yang beperan
    dalam modulasi pengaruh
    aksis HPA.


                                        J Inflamm (1996) 47: 39–51
INSUFISIENSI ADRENAL PADA SEPSIS
Saat sepsis



    •Pringet: sepsis
        •Stimulasi aksis HPA : IL-6, TNF-α dan IL-1β ↑ level
        kortisol
        •Elastase netrofi ↑ pelepasan lokal kortisol dari CBG
     • Disfungsi urutan respon aksis HPA pd sepsis  ↓ aksi
     kortisol:
         • ↓ sintesa glukokortikoid (insufisiensi adrenal)
         • ↓ akses glukokortikoid level jaringan dan sel



Critical Care. 2004; 8:243-52.
↓sintesa
glukokortikoid
                 •IA : ↓ glukokortikoid / mineralokortikoid

                           Primer
                           • Kerusakan kortek adrenal krn:
                             • destruksi adrenal
                             • obat


                           Sekunder
                           • Pada sepsis nekrosis/ perdarahan
                             hipothalamus / pituitari
                           • Sepsiseksaserbasi IA sekunder kronis
                             atau laten

                                        J Pediatr (Rio J). 2007;83(5):155-62
                                        Revista Brasileira Terapia Intensiva. 2006;18(1)
                                        Critical Care. 2004; 8:243-52.
↓aktifitas &
 penghantaran
glukokortikoid


                 ↓Akses glukokortikoid ke jaringan
                 • ↓ aktifitas & jumlah CBG ↔ level IL-6
                 • sitokin




                 ↓ Jumlah / afinitas reseptor glukokortikoid
                 • Pada sepsis endotoxin & lipopolysaccaride
                   (LPS)↓ afinitas GR terhadap ligan
                 • Kortikostatin neutrofil ( α-defensins)  antagonis
                   ACTH pada reseptor kortikosteroid  inhibisi sel-sel
                   adrenal




                                                     Critical Care. 2004; 8:243-52
Patofisiologi AI

CRH




              Berkurangnya
              jumlah /
              keabnormalan
              reseptor
ACTH




                                  Translokasi
           Kegagalan GR u/        di inhibisi
           “down regulate”        oleh
cortisol   faktor                 endotoksin
           proinflamasi           dan sitokin
IA Fungsional
(relatif) pada
sepsis

     Tercatat pada pasien dengan penyakit terminal/ kritis
     Produksi kortiksteroid adrenal subnormal
     Keadaan hipoadrenal tanpa defek aksis HPA yang jelas
     Definisi sulit hanya berdasar kosentrasi kortisol serum :
       Walaupun level kortisol mungkin normal, namun tetap
        inadekuat untuk kebutuhan mtabolik pasien.
       Terapi hidrokortison  perbaikan cepat
       Insufisiensi relatif bermakna “tingkat respon tak
        sebanding dengan derajat stress”



                                                  Critical Care. 2004; 8:243-52
IA Fungsional
(relatif) pada
sepsis
             Incidensi Relative Adrenal Insufficiency
      70%

      60%

      50%

      40%

      30%

      20%

      10%

        0%
                 Septic Shock   Other ICU Patients   JCEM (2006) 91: 105–114
DIAGNOSIS INSUFISIENSI ADRENAL
www.elsevierimages.com/images/vpv/000/000/024/24541-0550x0475.jpg&img
Penentuan CRT




                Critical Care. 2004;8(122-9)
FARMAKOLOGI KORTIKOSTEROID
www.pacific.edu/optometry/ce
Efek melalui                 Efek pada                Efek pada                  Efek lain
       lipokortin                interleukin               neutrofil
Membantu sel                Menghambat sintesis IL-1 Stabilisasi lisosom       Mencegah aktivasi kaskade
PMNberespon terhadap                                 netrofil                  komplemen
stimulus

Menghambat fosfolipase      Menghambat IL-6           Menghambat pelepasan Menghambat nitrit oksida
A2 & mencegah                                         enzim lisosom        sintase eksogen
pembentukan
prostaglandin

Perubahan pada Ca2+         Menurunkan kinerja        Mengurangi respon        Mengurangi platelet-
terikat membran             sitokin dan faktor        inflamasi                activating factor
                            pertumbuhan

Menurunkan kemampuan        Mencegah pelepasan TNF Mencegah hipoagregasi
netrofil dalam melepaskan   dan IL-1 dari sel      dan adhesi leukosit
metabolit oksigen aktif     mononuklear            yang dipicu endotoksin


                                                                           Mc Graw-Hill; 2010. p. 1587-612
Mc Graw-Hill; 2010. p. 1587-612
Mc Graw-Hill; 2010. p. 1587-612
Mc Graw-Hill; 2010. p. 1587-612
Glukokortikoid         Dosis      Potensi          Supresi HPA   Potensi     Waktu     Waktu
                       ekivalen   Glukokortikoid                 Mineralo-   paruh     paruh
                       (mg)                                      kortikoid   plasma    biologis
                                                                             (min)     (h)
Short-acting
Kortisol               20,0       1,0              1,0           1,0         90        8-12
Kortison               25,0       0,8                            0,8         80-118    8-12
Intermediate-acting

Prednison              5,0        4,0              4,0           0,3         60        18-36
Prednisolon            5,0        5,0                            0,3         115-200   18-36
Triamsinolon           4,0        5,0              4,0           0           30        18-36
Metilprednisolon       4,0        5,0              4.0           0           180       18-36
Long-acting
Deksametason           0,75       30               17            0           200       36-54
Betametason            0,6        25-40                          0           300       36-54
Mineralokortikoid
Fludrokortison         2,0        10               12,0          250         200       18-36
Desoksikortikosteron              0                              20          70
asetat
PERANAN KORTIKOSTEROID
   PADA SYOK SEPTIK
•Pada syok septik:
      • Anti-inflamasi
      •Menghambat enzim nitrit oksida sintase
      (efek vasodilatasi)  vasokonstriksi
      hemodinamik stabil.
KS    •Me ekspresi reseptor katekolamin me
      respons pembuluh darah terhadap
      katekolamin eksogen

     •KS dosis rendah modulasi respon
     imunogenik terhadap stress (jalur anti
     inflamasi).
                                Mc Graw-Hill; 2010. p. 1587-612
Annane D pasien syok
                                  septik dengan produksi
Knighton JD 1999:                 adrenal normalrespons
• survival rate penyakit          lebih baik thdp vasopresor
berat↓ bila terdapat             dibandingkan pasien dengan
insufisiensi adrenal               insufisiensi adrenal relatif.18
•desensitisasi reseptor
adrenergik↓
•Kortikosteroid dosis fisiologis
resensitisasi reseptorstabil
hemodinamik,




                                         Mc Graw-Hill; 2010. p. 1587-612
PEDOMAN PEMBERIAN
KORTIKOSTEROID PADA SYOK SEPTIK
Rejimen Steroid
 Pada Sepsis


                  Schumer W ,1976:
                  deksametason (3 mg/kg) atau metilprednisolon (30 mg/kg) iv pada
                  172 pasien syok septik  mortalitas ↓ (10,4% dan 9,3%) VS larutan
                  salin normal (38,4%).

                         Bone RC 1987:
  KS                     metilprednisolon 30 mg/kg 4x/hri
                         pada pasien sepsis berat atau
                                                                 •mortalitas tdk
                         syok septik (dlm 2jam)
                                                                 turun, Naik krn
                                                                 infeksi sekunder (
                         Systemic Sepsis Cooperative
                                                                 stlh 2 minggu)
                         Study Group :
                         metilprednisolon 30 mg/kg bolus +
                         infus 5 mg/kg selama 9 jam
                         versus plasebo

                                                             Mc Graw-Hill; 2010. p. 1587-612
Rejimen Steroid
 Pada Sepsis
                  Briegel J :
                  •pasien syok septik dalam terapi vasopresor bolus 100 mg
                  hidrokortison+ infus hidrokortison 0,18 mg/kg/jam VS plasebo
                  • Steroidwaktu rata-rata penanganan syok lebih singkat, insidens
                  disfungsi organ lebih baik vs kontrol

                         Annane D, 2000:
  KS                     •Hidrokortison dosis stress (50mg iv /6 jam) dan
                         fludrokortison (50 mcg, 1x) dewasa dengan syok septik.
                         •KS: waktu pemberian vasopressor dan angka
                         mortalitas dalam 28 hari




                                                           Mc Graw-Hill; 2010. p. 1587-612
Rejimen Steroid
 Pada Sepsis
                  Carcillo 2003, parker 2004:
                  • Dosis syok : hidrokortison 50 mg/kg bolus + infus dalam 24 jam;
                  •Dosis stres: 2 mg/kg hidrokortison bolus+infus 2-mg/kg/ 24 jm
                  •Pemilihan??spesifik untuk setiap pasien.

                     SSC 2004 :
                     •1–2 mg/kg untuk “stress coverage” (berdasar diagnosis klinis IA)
  KS                 50 mg/kg + dosis yang sama selama 24 jam dengan titrasi


                         SSC 2008 :
                         • dosis hidrokortiosn 50 mg/m2/24jam.




                                                              Mc Graw-Hill; 2010. p. 1587-612
Rejimen Steroid
 Pada Sepsis
                  Carcillo &Aneja, 2008 :
                  •KS sesuai pembagian golongan
                                                Level Kortisol                           Rekomendasi

                     Insufisiensi      Level kortisol puncak < 18 Bolus hidrokortison 2-50 mg/kg, dilanjutkan infusi
                     adrenal absolut   mcg/dl     setelah   stimulasi kontinyu atau intermediat (2-50 mg/kg/24 jam dengan
                                       ACTH                           titrasi untuk menjaga homeostasis hemodinamik


  KS                 Insufisiensi      Level kortisol basal > 18 Masih memerlukan studi lebih lanjut
                     adrenal relatif   mcg/dl dan respon ACTH <9
                                       mcg/dl
                     Gangguan          Level kortisol dasar < 5 Bolus hidrokortison 2-50 mg/kg, dilanjutkan infusi 2-
                     pituitari (respon mcg/dl dan puncak > 18 50 mg/kg/24 jam dengan titrasi untuk menjaga
                     normal)           mcg/dl                         homeostasis hemodinamik
Peran & Rejimen
    Steroid
                  ACCM, 2009 :
                  •KSterbatas pasien syok septik bergantung vasopressor.
                  • Uji stimulasi adrenokortikotropin (ACTH)pasien bereaksi / tdk?
                  Jika (kadar kortisol kurang dari 20 mg/dL)beri steroid!
                  •KS dosis stress:
                        •Hidrokortison 50 mg/m2/24 jam atau
                        •Dosis awal hidrokortison 2 mg/kgBB iv + rumatan hidrokortison:
                        1-2 mg/kgBB iv setiap 6 jam selama 5-7 hari 30.
  KS                    .
Peran & Rejimen
    Steroid
                     Steroid pd Neonatus:
                  • Hidrokortison 3 mg/kg/hari mengurangi
                    dosis kumulatif dopamin dan dobutamin
                    untuk penanganan syok septik tidak
                    memperbaiki angka ketahanan bayi
  KS                BBLSR. 29 30
                  • Dexametasone: insidensi cerbral palsy
                    dan keterlambatan perkembangan
                    saraf.27
Peran & Rejimen
    Steroid
              Bentuk sediaan Steroid dalam sepsis:
                 Paling sering digunakan  Hidrokortison
                   Prototipe analog kortisol dalam tubuh
                   Efek mineralokortikoid dan glukokortikoid,
              o Keterbatasan: Tidak tersedia di Indonesia
  KS
              o Alternatif: metilprednisolon, deksametasone.
              o Konversi dosis:
                o Metilprednisolon: 6 kali
                o Dexamethason: 30 kali
KESIMPULAN

                                Penggunaan KS
                                pd pasien sepsis
                                    dengan
                               hemodinamik stabil
                                tidak dianjurkan
Konsep
pengetahuan sepsis
acuan
penanggulangan
penelitian lebih        Keputusan KS
lanjut.                 keputusan klinis, bukan
                        semata berdasarkan
                        hasil laboratorium
                        maupun protokol.
KESIMPULAN


                                      Penggunaan KS
                                     dengan dosis tinggi
                                      tidak dianjurkan


Pemberian KS pada
syok septik persisten
membantu
memperbaiki
hemodinamik 
menurunkan mortalitas
TERIMA KASIH
Patofisiologi




NEJM 2003;384(2):138-50.
1950 : Dr. Philip Hench
                          TERAPI BERBAGAI
GLUKOKORTIKOID               PENYAKIT

                              10% anak menggunakan
                               glukokortikoid selama
                                     hidupnya




               EFEK SAMPING
• kenaikan berat badan
  EFEK    • peningkatan nafsu makan
SAMPING
 AWAL     • perubahan perilaku
          • gangguan imunitas
EFEK SAMPING
    JANGKA      • supresi aksis HPA
   PANJANG
  (≥2 minggu)   • gangguan pertumbuhan
                • gangguan mineralisasi
                tulang
                • katarak
                • postur tubuh cushingoid
                • jerawat dan atropi kulit
   RESEPTOR GLUKOKORTIKOID
      Terdapat hampir di semua sel tubuh

      Tidak spesifik




                        EFEK LUAS


 DOSIS &                STRATEGI UNTUK
  LAMA                  MEMINIMALISASI
                         EFEK SAMPING
PEMAKAIAN
   Efek samping        : aktivasi transkripsi gen

   Efek antiinflamasi : represi gen


                 diperantarai
           Reseptor Glukokortikoid
                 Intraseluler
Glukokortikoid         Dosis      Potensi          Supresi HPA   Potensi     Waktu     Waktu
                       ekivalen   Glukokortikoid                 Mineralo-   paruh     paruh
                       (mg)                                      kortikoid   plasma    biologis
                                                                             (min)     (h)
Short-acting
Kortisol               20,0       1,0              1,0           1,0         90        8-12
Kortison               25,0       0,8                            0,8         80-118    8-12
Intermediate-acting

Prednison              5,0        4,0              4,0           0,3         60        18-36
Prednisolon            5,0        5,0                            0,3         115-200   18-36
Triamsinolon           4,0        5,0              4,0           0           30        18-36
Metilprednisolon       4,0        5,0              4.0           0           180       18-36
Long-acting
Deksametason           0,75       30               17            0           200       36-54
Betametason            0,6        25-40                          0           300       36-54
Mineralokortikoid
Fludrokortison         2,0        10               12,0          250         200       18-36
Desoksikortikosteron              0                              20          70
asetat
Efek Pemakaian Jangka
Pendek
   Peningkatan nafsu makan :

                                 PUSAT NAFSU
                                    MAKAN
                                (HIPOTALAMUS)
       AKTIVASI
        AMPK
Efek Pemakaian jangka Panjang
Menurunkan imunitas tubuh :

            superoksida (O2-)

        hidrogen peroksida (H2O2)

           hidrosilase lisosom

      penghancuran mikroorganisme
Efek Pemakaian jangka Panjang
SISTEM HEMATOLOGI:
•   Peningkatan jumlah total sel darah putih (PMN)
•   Penurunan jumlah limfosit (sel T)
•   Monositopenia dan eosinopenia
•   Penurunan migrasi monosit dan makrofag ke lokasi
    inflamasi
•   Penurunan sitokin proinlamasi serta aktivitas
    bakterisidal
Efek Pemakaian Jangka Pendek
    ANTIINFLAMASI




Sumber: Yudcovitch
Efek Pemakaian Jangka Panjang
Supresi aksis hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA)
                   HIPOTALAMUS

                       CRF

                ANTERIOR PITUITARY

                      ACTH

                 KORTEKS ADRENAL

                 GLUKOKORTIKOID
SINDROMA CUSHING

GLUKOKORTIKOID jangka panjang



gangguan umpan balik negatif aksis HPA



hilangnya irama sirkardian sekresi kortisol
Gejala dan Tanda Sindroma Cushing
                      Gejala                     Tanda
   Kenaikan berat badan        Penurunan nilai SD tinggi badan
   Gangguan pertumbuhan        Peningkatan nilai BMI
   Jerawat                     Wajah khas
   Striae                      Hipertensi
   Hirsutisme                  Striae keunguan
   Virilisasi                  Hirsutisme
   Letargi/depresi             Gangguan pubertas
   Emosi labil                 Miopati
   Sakit kepala                Osteoporosis
   Memar kulit                 Buffalo hump
   Riwayat keluarga
   Lentigo
Sumber: Chan
Pemeriksaan Aksis HPA
• Tes kortikotropin

• Kortisol bebas urin

• Low-dose dexamethasone suppression test (LDDST)
METABOLISME LEMAK
• Peningkatan deposit lemak subkutan wajah, leher dan
  viseral
• Penurunan deposit lemak pada ekstremitas


                 Gambaran cushingoid
• Peningkatan pembentukan lipid dari protein
• Peningkatan jumlah very low-density-lipoprotein (VLDL)
METABOLISME GLUKOSA

• Peningkatan penyimpanan glikogen oleh hati

• Hambatan oksidasi glukosa

• Peningkatan resistensi sel terhadap insulin
PENCEGAHAN
• Prinsip umum meminimalisasi efek samping glukokortikoid:
   Indikasi tepat

   Short/intermediate acting bila memungkinkan

   Dosis dan durasi minimal yang masih memberikan efek terapeutik

   Dosis 1 kali pagi hari lebih dianjurkan daripada dosis terbagi

   Rute yang tepat

   Monitoring BB, TB, TD, lipid, gula, mata

   Tapering off pada pemberian jangka panjang
Tapering off

• Bersifat empiris

• Tergantung dosis dan lama pemberian

• Pengurangan 25% dari dosis sebelumnya setiap minggu

• Dapat dilakukan lebih cepat dengan pemantauan klinis
  dan kadar kortisol pagi (kortisol pagi >10 µg/dL)
Pemantauan dan Suplementasi
• Pemantauan pertumbuhan dan mata tiap 6 bulan

• suplementasi vitamin D (400 IU/hari)

• Kalsium (1-5 tahun:800 mg, 6-10 tahun:1200 mg, >10
  tahun:1500 mg)

• diet tinggi protein (restriksi kalori dan garam)

• olahraga weight bearing
SIMPULAN
• Kortikosteroid : bagian penting berbagai terapi
• Penggunaan jangka panjang :
   manfaat
   efek samping
• Diperlukan pemantauan dan penanganan
  yang tepat untuk mencegah dan menangani
  efek samping yang timbul
EFEK KORTIKOSTEROID PADA TUBUH




Sumber: Necela
GOLONGAN KORTIKOSTEROID




Sumber: Pavalki
Perbandingan Efek Antiinflamasi
           dan Retensi Natrium berbagai Kortikosteroid

        Glukokortikoid      Potensi antiinflamasi   Potensi retensi natrium

            Kortisol                 1                        1

           Kortison                  0,8                      0,8

         Deksametason                25                       0

           Prednison                 4                        0,8

          Prednisolon                4                        0,8

      6-metil prednisolon            5                        0,5

         Triamsinolon                5                        0

         Betametason                 25                       0

Sumber: Grover
Hydrocortisone
• Prototype corticosteroid for anti-inflammatory
  activit
• Short acting GC
• Clinical uses: Localized inflammatory
  conditions, i.e. Ulcerative colitis & dermatitis
• Relative anti-inflammatory potency is 1
• Plasma half-life is 30 min
• Biological half-life is 8-12 hrs.
• Administration: Oral, injectable, topical (creams
  and ointments) and IR (foam).
• Contraindications (IR): Systemic fungal
  infection, recent ileocolostomy, intestinal
  anatomoses and abscess.

• Cortisone
Pemeriksaan Aksis HPA
IRAMA SIRKADIAN KORTISOL
IRAMA SIRKADIAN KORTISOL
KRISIS ADRENAL
PENINGKATAN KADAR NATRIUM
        Kadar glukokortikoid tinggi


  Pengaktifan reseptor mineralokortikoid
              usus dan ginjal


   Absorpsi Na+ dan H2O di usus besar
        Reabsorpsi Na+ di ginjal
Atropi kelenjar adrenal
Stress dose:
• Oral: 30-50 mg/m2/hari dibagi 3-4 dosis
• Severe stress: 100 mg/kg/hari dibagi 4 dosis
   Konsep :

                 Proses
                   Pro-
                inflamasi




     Proses
       Anti-
    Inflamasi

More Related Content

Similar to Ppt cs in sepsis pediatric intensive care

normotension glaucoma
normotension glaucomanormotension glaucoma
normotension glaucomahospital
 
ASKEP Insufisiensi Adrenal.pptx
ASKEP Insufisiensi Adrenal.pptxASKEP Insufisiensi Adrenal.pptx
ASKEP Insufisiensi Adrenal.pptxastuti16
 
kelenjar adrenal.pptx
kelenjar adrenal.pptxkelenjar adrenal.pptx
kelenjar adrenal.pptxKennyJap1
 
Addison disease
Addison diseaseAddison disease
Addison diseaseKANDA IZUL
 
Patophysiology cardiovascular ugm
Patophysiology cardiovascular ugmPatophysiology cardiovascular ugm
Patophysiology cardiovascular ugmAnggunNs
 
188549557 penyakit-graves-1-k(1)
188549557 penyakit-graves-1-k(1)188549557 penyakit-graves-1-k(1)
188549557 penyakit-graves-1-k(1)Herani Pratiwi
 
Enzim pada Organ Hati
Enzim pada Organ HatiEnzim pada Organ Hati
Enzim pada Organ Hatidimar aji
 
JR RSUM.pptx
JR RSUM.pptxJR RSUM.pptx
JR RSUM.pptxSuryaari3
 
Askep pada pasien dengan Cushing Sindrom
Askep pada pasien dengan Cushing SindromAskep pada pasien dengan Cushing Sindrom
Askep pada pasien dengan Cushing SindromMarito Simanungkalit
 
ACTH dan Kortikosteroid
ACTH dan KortikosteroidACTH dan Kortikosteroid
ACTH dan Kortikosteroidrestina1993
 
Antiinflamasi pada Oftalmologi
Antiinflamasi pada OftalmologiAntiinflamasi pada Oftalmologi
Antiinflamasi pada OftalmologiAditiaFitri
 
BOOKREADING SEPSIS.pptx
BOOKREADING SEPSIS.pptxBOOKREADING SEPSIS.pptx
BOOKREADING SEPSIS.pptxRyanHendri
 

Similar to Ppt cs in sepsis pediatric intensive care (20)

normotension glaucoma
normotension glaucomanormotension glaucoma
normotension glaucoma
 
ASKEP Insufisiensi Adrenal.pptx
ASKEP Insufisiensi Adrenal.pptxASKEP Insufisiensi Adrenal.pptx
ASKEP Insufisiensi Adrenal.pptx
 
kelenjar adrenal.pptx
kelenjar adrenal.pptxkelenjar adrenal.pptx
kelenjar adrenal.pptx
 
Addison disease
Addison diseaseAddison disease
Addison disease
 
Patophysiology cardiovascular ugm
Patophysiology cardiovascular ugmPatophysiology cardiovascular ugm
Patophysiology cardiovascular ugm
 
Farmakologi cva
Farmakologi cvaFarmakologi cva
Farmakologi cva
 
188549557 penyakit-graves-1-k(1)
188549557 penyakit-graves-1-k(1)188549557 penyakit-graves-1-k(1)
188549557 penyakit-graves-1-k(1)
 
Rkk17
Rkk17Rkk17
Rkk17
 
Point b.santy
Point b.santyPoint b.santy
Point b.santy
 
Santi sindrom cusing
Santi sindrom cusingSanti sindrom cusing
Santi sindrom cusing
 
Enzim pada Organ Hati
Enzim pada Organ HatiEnzim pada Organ Hati
Enzim pada Organ Hati
 
JR RSUM.pptx
JR RSUM.pptxJR RSUM.pptx
JR RSUM.pptx
 
Askep pada pasien dengan Cushing Sindrom
Askep pada pasien dengan Cushing SindromAskep pada pasien dengan Cushing Sindrom
Askep pada pasien dengan Cushing Sindrom
 
ACTH dan Kortikosteroid
ACTH dan KortikosteroidACTH dan Kortikosteroid
ACTH dan Kortikosteroid
 
Diagnosis & Penanganan Syok
Diagnosis & Penanganan SyokDiagnosis & Penanganan Syok
Diagnosis & Penanganan Syok
 
Rim5
Rim5Rim5
Rim5
 
Antiinflamasi
AntiinflamasiAntiinflamasi
Antiinflamasi
 
Antiinflamasi pada Oftalmologi
Antiinflamasi pada OftalmologiAntiinflamasi pada Oftalmologi
Antiinflamasi pada Oftalmologi
 
Santi sindrom cusing AKPER PEMKAB MUNA
Santi sindrom cusing AKPER PEMKAB MUNASanti sindrom cusing AKPER PEMKAB MUNA
Santi sindrom cusing AKPER PEMKAB MUNA
 
BOOKREADING SEPSIS.pptx
BOOKREADING SEPSIS.pptxBOOKREADING SEPSIS.pptx
BOOKREADING SEPSIS.pptx
 

Recently uploaded

Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPPOWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPAnaNoorAfdilla
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfNatasyaA11
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxssuser0239c1
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPCMBANDUNGANKabSemar
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 

Recently uploaded (20)

Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPPOWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 

Ppt cs in sepsis pediatric intensive care

  • 1. REFERAT Penggunaan Kortikosteroid pada Sepsis Oleh: Mahesa Suryanagara Divisi Gawat Darurat Pediatrik
  • 2. Mortalitas Sepsis •CDC : penyebab kematian ke-10 ( 2004) bertambah hingga 77- 240 kasus baru/ 100,000 populasi pertahunnya. Insidensi : hingga 1.5%/ tahun penambahan 1 juta/tahun( 2020) •IKA RSHS: Jan’11 – Mei’12  38 kasus pasien anak septik syok dirawat di PICU8 pasien (15,7%) ->insufisiensi . adrenal sebagai komplikasinya
  • 3. PENDAHULUAN Eksplorasi biologis syok Sepsis sepsis ↔ penanganan syok ↑Morbiditas & mortalitas Sitokin saat sepsis tekan f(x) adrenal INSUFFISIENSI ADRENAL (IA) pada sepsis!!!
  • 4. PENDAHULUAN •Sepsis respon inflamasi skala besar dengan outcome fatal Penggunaan Kortikosteroid pada sepsis Steroid=anti inflamasi PERDEBATAN mortalitas sepsis??
  • 5. Premis  Sepsis adalah suatu bagian dari respons Inflamasi  Manifestasi klinik yang berat pada sepsis diakibatkan oleh proses inflamasi  Steroids adalah anti-inflamasi  Sehingga, steroids bisa menurunkan mortalitas pada sepsis
  • 6. Fisiologi Adrenal Pedoman pemberian Regulasi Kortikosteroid pada kortioksteroid sepsis endogen Peranan Insufisiensi kortikosteroid adrenal pada sepsis pada sepsis Farmakologi Kortikosteroid Diagnosis IA pada Sepsis
  • 8. Adrenal georgiahealth.edu
  • 10. Kortikosteroid Endogen Kortisol  sensitivitas terhadap vasopressors  Efek anti-inflamasi pada sistem imun  Menajga tonus vaskular & integritas endothel  Modulasi sintesis angiotensinogen s  Reduksi vasodilasi termediasi NO
  • 11. Kortikosteroid Endogen Kortisol  Produksi Basal Kortisol = 8-25 mg/24 jam  Produksi Kortisol dapat  6 x saat stress  Pola diurnal produksi kortisol hilang saat stress  T1/2 Kortisol = 70-120 min  Terikat pada CBG, albumin, 1-acid glycoprotein  10% bebas = aktif  CBG ↓ dgn cepat pada px dengan penyakit terminal   kortisol bebas
  • 12. Regulasi Kortikosteroid Endogen Normal http://www.nature.com/nr i/journal/v6/n4/images/nri 1810-f1.jpg
  • 13. Regulasi Kortikosteroid Endogen Normal CRH diproduksi hipothalamus Kortisol CRH menstimulasi pituitari u/ hasilkan feedback (-) ACTH kpd produksi CRH & Kortisol ACTH menstimulasi adrenal hasilkan kortisol http://www.nature.com/nr i/journal/v6/n4/images/nri 1810-f1.jpg
  • 14. Regulasi Kortikosteroid Endogen pada Penyakit Kritis Pada Proses Inflamasi  Sitokin menstimulasi/menjaga produksi glukokortikoid hingga mencapai level yg tinggi.  IL-6 sitokin yang penting  IL-6 receptor: sel-sel kortikotrop & korteks adrenal JCEM (1993) 77: 1690–1694 Neuroendocrinology (1997) 66: 54–62 Clin Endocrinol (Oxf) (2004) 60: 29–35
  • 15. Regulasi Kortikosteroid Endogen pada Penyakit Kritis Regulator klasik aksis HPA tetap bekerja pada pasien dengan penyakit kritis dengan beberapa perubahan:  Hormon2 hypothalamus  CRH Yang merupakan  Vasopressin modulator HPA aksis  Inflammatory cytokines: IL-1, IL- 6,TNF-α  ANS Anesthesiology (1993) 77: 426–431
  • 16. Regulasi Kortikosteroid Endogen pada Penyakit Kritis Sitokin yang dilepaskan dari tempat inflamasi atau setelah terpapar endotoksin mengaktivasi HPA dengan menstimulasi jalur klasik sekresi CRH dan ACTH Sitokin-sitokin ini bereaksi secara sinergis untuk menambah sekresi ACTH melebihi kadar yang dicapai oleh stimulasi CRH saja JCEM (1997) 82: 2343–2349 JCEM (1999) 84: 1729–1736
  • 17. Serum Cortisol ↑ (kadar kortisol bebas ) Stress • Produksi steroid Gangguan fungsi Hepatocellular • steroid clearance Gangguan aliran darah Hepatik Gangguan fungsi renal/thyroid J Clin Invest (1958) 37: 1791–1798
  • 18. Respon ACTH dan kortisol thdp CRH eksogen meningkat saat penyakit kritis Arginine Vasopressin Endothelin  ACTH = faktor dominan menstimulasi kortisol selama Atrial Natriuretic Factor (ANF) masa kritis → Berbagai sitokines (IL-6)  Faktor lain yang beperan dalam modulasi pengaruh aksis HPA. J Inflamm (1996) 47: 39–51
  • 20. Saat sepsis •Pringet: sepsis •Stimulasi aksis HPA : IL-6, TNF-α dan IL-1β ↑ level kortisol •Elastase netrofi ↑ pelepasan lokal kortisol dari CBG • Disfungsi urutan respon aksis HPA pd sepsis  ↓ aksi kortisol: • ↓ sintesa glukokortikoid (insufisiensi adrenal) • ↓ akses glukokortikoid level jaringan dan sel Critical Care. 2004; 8:243-52.
  • 21. ↓sintesa glukokortikoid •IA : ↓ glukokortikoid / mineralokortikoid Primer • Kerusakan kortek adrenal krn: • destruksi adrenal • obat Sekunder • Pada sepsis nekrosis/ perdarahan hipothalamus / pituitari • Sepsiseksaserbasi IA sekunder kronis atau laten J Pediatr (Rio J). 2007;83(5):155-62 Revista Brasileira Terapia Intensiva. 2006;18(1) Critical Care. 2004; 8:243-52.
  • 22. ↓aktifitas & penghantaran glukokortikoid ↓Akses glukokortikoid ke jaringan • ↓ aktifitas & jumlah CBG ↔ level IL-6 • sitokin ↓ Jumlah / afinitas reseptor glukokortikoid • Pada sepsis endotoxin & lipopolysaccaride (LPS)↓ afinitas GR terhadap ligan • Kortikostatin neutrofil ( α-defensins)  antagonis ACTH pada reseptor kortikosteroid  inhibisi sel-sel adrenal Critical Care. 2004; 8:243-52
  • 23. Patofisiologi AI CRH Berkurangnya jumlah / keabnormalan reseptor ACTH Translokasi Kegagalan GR u/ di inhibisi “down regulate” oleh cortisol faktor endotoksin proinflamasi dan sitokin
  • 24. IA Fungsional (relatif) pada sepsis  Tercatat pada pasien dengan penyakit terminal/ kritis  Produksi kortiksteroid adrenal subnormal  Keadaan hipoadrenal tanpa defek aksis HPA yang jelas  Definisi sulit hanya berdasar kosentrasi kortisol serum :  Walaupun level kortisol mungkin normal, namun tetap inadekuat untuk kebutuhan mtabolik pasien.  Terapi hidrokortison  perbaikan cepat  Insufisiensi relatif bermakna “tingkat respon tak sebanding dengan derajat stress” Critical Care. 2004; 8:243-52
  • 25. IA Fungsional (relatif) pada sepsis Incidensi Relative Adrenal Insufficiency 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Septic Shock Other ICU Patients JCEM (2006) 91: 105–114
  • 28. Penentuan CRT Critical Care. 2004;8(122-9)
  • 31. Efek melalui Efek pada Efek pada Efek lain lipokortin interleukin neutrofil Membantu sel Menghambat sintesis IL-1 Stabilisasi lisosom Mencegah aktivasi kaskade PMNberespon terhadap netrofil komplemen stimulus Menghambat fosfolipase Menghambat IL-6 Menghambat pelepasan Menghambat nitrit oksida A2 & mencegah enzim lisosom sintase eksogen pembentukan prostaglandin Perubahan pada Ca2+ Menurunkan kinerja Mengurangi respon Mengurangi platelet- terikat membran sitokin dan faktor inflamasi activating factor pertumbuhan Menurunkan kemampuan Mencegah pelepasan TNF Mencegah hipoagregasi netrofil dalam melepaskan dan IL-1 dari sel dan adhesi leukosit metabolit oksigen aktif mononuklear yang dipicu endotoksin Mc Graw-Hill; 2010. p. 1587-612
  • 32. Mc Graw-Hill; 2010. p. 1587-612
  • 33. Mc Graw-Hill; 2010. p. 1587-612
  • 34. Mc Graw-Hill; 2010. p. 1587-612
  • 35. Glukokortikoid Dosis Potensi Supresi HPA Potensi Waktu Waktu ekivalen Glukokortikoid Mineralo- paruh paruh (mg) kortikoid plasma biologis (min) (h) Short-acting Kortisol 20,0 1,0 1,0 1,0 90 8-12 Kortison 25,0 0,8 0,8 80-118 8-12 Intermediate-acting Prednison 5,0 4,0 4,0 0,3 60 18-36 Prednisolon 5,0 5,0 0,3 115-200 18-36 Triamsinolon 4,0 5,0 4,0 0 30 18-36 Metilprednisolon 4,0 5,0 4.0 0 180 18-36 Long-acting Deksametason 0,75 30 17 0 200 36-54 Betametason 0,6 25-40 0 300 36-54 Mineralokortikoid Fludrokortison 2,0 10 12,0 250 200 18-36 Desoksikortikosteron 0 20 70 asetat
  • 36. PERANAN KORTIKOSTEROID PADA SYOK SEPTIK
  • 37. •Pada syok septik: • Anti-inflamasi •Menghambat enzim nitrit oksida sintase (efek vasodilatasi)  vasokonstriksi hemodinamik stabil. KS •Me ekspresi reseptor katekolamin me respons pembuluh darah terhadap katekolamin eksogen •KS dosis rendah modulasi respon imunogenik terhadap stress (jalur anti inflamasi). Mc Graw-Hill; 2010. p. 1587-612
  • 38. Annane D pasien syok septik dengan produksi Knighton JD 1999: adrenal normalrespons • survival rate penyakit lebih baik thdp vasopresor berat↓ bila terdapat dibandingkan pasien dengan insufisiensi adrenal insufisiensi adrenal relatif.18 •desensitisasi reseptor adrenergik↓ •Kortikosteroid dosis fisiologis resensitisasi reseptorstabil hemodinamik, Mc Graw-Hill; 2010. p. 1587-612
  • 40. Rejimen Steroid Pada Sepsis Schumer W ,1976: deksametason (3 mg/kg) atau metilprednisolon (30 mg/kg) iv pada 172 pasien syok septik  mortalitas ↓ (10,4% dan 9,3%) VS larutan salin normal (38,4%). Bone RC 1987: KS metilprednisolon 30 mg/kg 4x/hri pada pasien sepsis berat atau •mortalitas tdk syok septik (dlm 2jam) turun, Naik krn infeksi sekunder ( Systemic Sepsis Cooperative stlh 2 minggu) Study Group : metilprednisolon 30 mg/kg bolus + infus 5 mg/kg selama 9 jam versus plasebo Mc Graw-Hill; 2010. p. 1587-612
  • 41. Rejimen Steroid Pada Sepsis Briegel J : •pasien syok septik dalam terapi vasopresor bolus 100 mg hidrokortison+ infus hidrokortison 0,18 mg/kg/jam VS plasebo • Steroidwaktu rata-rata penanganan syok lebih singkat, insidens disfungsi organ lebih baik vs kontrol Annane D, 2000: KS •Hidrokortison dosis stress (50mg iv /6 jam) dan fludrokortison (50 mcg, 1x) dewasa dengan syok septik. •KS: waktu pemberian vasopressor dan angka mortalitas dalam 28 hari Mc Graw-Hill; 2010. p. 1587-612
  • 42. Rejimen Steroid Pada Sepsis Carcillo 2003, parker 2004: • Dosis syok : hidrokortison 50 mg/kg bolus + infus dalam 24 jam; •Dosis stres: 2 mg/kg hidrokortison bolus+infus 2-mg/kg/ 24 jm •Pemilihan??spesifik untuk setiap pasien. SSC 2004 : •1–2 mg/kg untuk “stress coverage” (berdasar diagnosis klinis IA) KS 50 mg/kg + dosis yang sama selama 24 jam dengan titrasi SSC 2008 : • dosis hidrokortiosn 50 mg/m2/24jam. Mc Graw-Hill; 2010. p. 1587-612
  • 43. Rejimen Steroid Pada Sepsis Carcillo &Aneja, 2008 : •KS sesuai pembagian golongan Level Kortisol Rekomendasi Insufisiensi Level kortisol puncak < 18 Bolus hidrokortison 2-50 mg/kg, dilanjutkan infusi adrenal absolut mcg/dl setelah stimulasi kontinyu atau intermediat (2-50 mg/kg/24 jam dengan ACTH titrasi untuk menjaga homeostasis hemodinamik KS Insufisiensi Level kortisol basal > 18 Masih memerlukan studi lebih lanjut adrenal relatif mcg/dl dan respon ACTH <9 mcg/dl Gangguan Level kortisol dasar < 5 Bolus hidrokortison 2-50 mg/kg, dilanjutkan infusi 2- pituitari (respon mcg/dl dan puncak > 18 50 mg/kg/24 jam dengan titrasi untuk menjaga normal) mcg/dl homeostasis hemodinamik
  • 44. Peran & Rejimen Steroid ACCM, 2009 : •KSterbatas pasien syok septik bergantung vasopressor. • Uji stimulasi adrenokortikotropin (ACTH)pasien bereaksi / tdk? Jika (kadar kortisol kurang dari 20 mg/dL)beri steroid! •KS dosis stress: •Hidrokortison 50 mg/m2/24 jam atau •Dosis awal hidrokortison 2 mg/kgBB iv + rumatan hidrokortison: 1-2 mg/kgBB iv setiap 6 jam selama 5-7 hari 30. KS .
  • 45. Peran & Rejimen Steroid  Steroid pd Neonatus: • Hidrokortison 3 mg/kg/hari mengurangi dosis kumulatif dopamin dan dobutamin untuk penanganan syok septik tidak memperbaiki angka ketahanan bayi KS BBLSR. 29 30 • Dexametasone: insidensi cerbral palsy dan keterlambatan perkembangan saraf.27
  • 46. Peran & Rejimen Steroid Bentuk sediaan Steroid dalam sepsis:  Paling sering digunakan  Hidrokortison  Prototipe analog kortisol dalam tubuh  Efek mineralokortikoid dan glukokortikoid, o Keterbatasan: Tidak tersedia di Indonesia KS o Alternatif: metilprednisolon, deksametasone. o Konversi dosis: o Metilprednisolon: 6 kali o Dexamethason: 30 kali
  • 47. KESIMPULAN Penggunaan KS pd pasien sepsis dengan hemodinamik stabil  tidak dianjurkan Konsep pengetahuan sepsis acuan penanggulangan penelitian lebih Keputusan KS lanjut. keputusan klinis, bukan semata berdasarkan hasil laboratorium maupun protokol.
  • 48. KESIMPULAN Penggunaan KS dengan dosis tinggi  tidak dianjurkan Pemberian KS pada syok septik persisten membantu memperbaiki hemodinamik  menurunkan mortalitas
  • 51. 1950 : Dr. Philip Hench TERAPI BERBAGAI GLUKOKORTIKOID PENYAKIT 10% anak menggunakan glukokortikoid selama hidupnya EFEK SAMPING
  • 52. • kenaikan berat badan EFEK • peningkatan nafsu makan SAMPING AWAL • perubahan perilaku • gangguan imunitas
  • 53. EFEK SAMPING JANGKA • supresi aksis HPA PANJANG (≥2 minggu) • gangguan pertumbuhan • gangguan mineralisasi tulang • katarak • postur tubuh cushingoid • jerawat dan atropi kulit
  • 54. RESEPTOR GLUKOKORTIKOID  Terdapat hampir di semua sel tubuh  Tidak spesifik EFEK LUAS DOSIS & STRATEGI UNTUK LAMA MEMINIMALISASI EFEK SAMPING PEMAKAIAN
  • 55. Efek samping : aktivasi transkripsi gen  Efek antiinflamasi : represi gen diperantarai Reseptor Glukokortikoid Intraseluler
  • 56. Glukokortikoid Dosis Potensi Supresi HPA Potensi Waktu Waktu ekivalen Glukokortikoid Mineralo- paruh paruh (mg) kortikoid plasma biologis (min) (h) Short-acting Kortisol 20,0 1,0 1,0 1,0 90 8-12 Kortison 25,0 0,8 0,8 80-118 8-12 Intermediate-acting Prednison 5,0 4,0 4,0 0,3 60 18-36 Prednisolon 5,0 5,0 0,3 115-200 18-36 Triamsinolon 4,0 5,0 4,0 0 30 18-36 Metilprednisolon 4,0 5,0 4.0 0 180 18-36 Long-acting Deksametason 0,75 30 17 0 200 36-54 Betametason 0,6 25-40 0 300 36-54 Mineralokortikoid Fludrokortison 2,0 10 12,0 250 200 18-36 Desoksikortikosteron 0 20 70 asetat
  • 57. Efek Pemakaian Jangka Pendek  Peningkatan nafsu makan : PUSAT NAFSU MAKAN (HIPOTALAMUS) AKTIVASI AMPK
  • 58. Efek Pemakaian jangka Panjang Menurunkan imunitas tubuh : superoksida (O2-) hidrogen peroksida (H2O2) hidrosilase lisosom penghancuran mikroorganisme
  • 59. Efek Pemakaian jangka Panjang SISTEM HEMATOLOGI: • Peningkatan jumlah total sel darah putih (PMN) • Penurunan jumlah limfosit (sel T) • Monositopenia dan eosinopenia • Penurunan migrasi monosit dan makrofag ke lokasi inflamasi • Penurunan sitokin proinlamasi serta aktivitas bakterisidal
  • 60. Efek Pemakaian Jangka Pendek ANTIINFLAMASI Sumber: Yudcovitch
  • 61. Efek Pemakaian Jangka Panjang Supresi aksis hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) HIPOTALAMUS CRF ANTERIOR PITUITARY ACTH KORTEKS ADRENAL GLUKOKORTIKOID
  • 62. SINDROMA CUSHING GLUKOKORTIKOID jangka panjang gangguan umpan balik negatif aksis HPA hilangnya irama sirkardian sekresi kortisol
  • 63. Gejala dan Tanda Sindroma Cushing Gejala Tanda Kenaikan berat badan Penurunan nilai SD tinggi badan Gangguan pertumbuhan Peningkatan nilai BMI Jerawat Wajah khas Striae Hipertensi Hirsutisme Striae keunguan Virilisasi Hirsutisme Letargi/depresi Gangguan pubertas Emosi labil Miopati Sakit kepala Osteoporosis Memar kulit Buffalo hump Riwayat keluarga Lentigo Sumber: Chan
  • 64. Pemeriksaan Aksis HPA • Tes kortikotropin • Kortisol bebas urin • Low-dose dexamethasone suppression test (LDDST)
  • 65. METABOLISME LEMAK • Peningkatan deposit lemak subkutan wajah, leher dan viseral • Penurunan deposit lemak pada ekstremitas Gambaran cushingoid • Peningkatan pembentukan lipid dari protein • Peningkatan jumlah very low-density-lipoprotein (VLDL)
  • 66. METABOLISME GLUKOSA • Peningkatan penyimpanan glikogen oleh hati • Hambatan oksidasi glukosa • Peningkatan resistensi sel terhadap insulin
  • 67. PENCEGAHAN • Prinsip umum meminimalisasi efek samping glukokortikoid:  Indikasi tepat  Short/intermediate acting bila memungkinkan  Dosis dan durasi minimal yang masih memberikan efek terapeutik  Dosis 1 kali pagi hari lebih dianjurkan daripada dosis terbagi  Rute yang tepat  Monitoring BB, TB, TD, lipid, gula, mata  Tapering off pada pemberian jangka panjang
  • 68. Tapering off • Bersifat empiris • Tergantung dosis dan lama pemberian • Pengurangan 25% dari dosis sebelumnya setiap minggu • Dapat dilakukan lebih cepat dengan pemantauan klinis dan kadar kortisol pagi (kortisol pagi >10 µg/dL)
  • 69. Pemantauan dan Suplementasi • Pemantauan pertumbuhan dan mata tiap 6 bulan • suplementasi vitamin D (400 IU/hari) • Kalsium (1-5 tahun:800 mg, 6-10 tahun:1200 mg, >10 tahun:1500 mg) • diet tinggi protein (restriksi kalori dan garam) • olahraga weight bearing
  • 70. SIMPULAN • Kortikosteroid : bagian penting berbagai terapi • Penggunaan jangka panjang :  manfaat  efek samping • Diperlukan pemantauan dan penanganan yang tepat untuk mencegah dan menangani efek samping yang timbul
  • 71. EFEK KORTIKOSTEROID PADA TUBUH Sumber: Necela
  • 73. Perbandingan Efek Antiinflamasi dan Retensi Natrium berbagai Kortikosteroid Glukokortikoid Potensi antiinflamasi Potensi retensi natrium Kortisol 1 1 Kortison 0,8 0,8 Deksametason 25 0 Prednison 4 0,8 Prednisolon 4 0,8 6-metil prednisolon 5 0,5 Triamsinolon 5 0 Betametason 25 0 Sumber: Grover
  • 74.
  • 75. Hydrocortisone • Prototype corticosteroid for anti-inflammatory activit • Short acting GC • Clinical uses: Localized inflammatory conditions, i.e. Ulcerative colitis & dermatitis • Relative anti-inflammatory potency is 1 • Plasma half-life is 30 min • Biological half-life is 8-12 hrs. • Administration: Oral, injectable, topical (creams and ointments) and IR (foam). • Contraindications (IR): Systemic fungal infection, recent ileocolostomy, intestinal anatomoses and abscess. • Cortisone
  • 79.
  • 80.
  • 82. PENINGKATAN KADAR NATRIUM Kadar glukokortikoid tinggi Pengaktifan reseptor mineralokortikoid usus dan ginjal Absorpsi Na+ dan H2O di usus besar Reabsorpsi Na+ di ginjal
  • 83. Atropi kelenjar adrenal Stress dose: • Oral: 30-50 mg/m2/hari dibagi 3-4 dosis • Severe stress: 100 mg/kg/hari dibagi 4 dosis
  • 84. Konsep : Proses Pro- inflamasi Proses Anti- Inflamasi