SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 43
Parasitologi
Pendahuluan (Istilah Parasitologi)
Parasitisme
Mencakup hubungan timbal balik satu spesies dengan spesies lain untuk kelangsungan
hidupnya. Satu jenis makhluk mendapat makanan dan perlindungan dari makhluk lain yang
dirugikan atau dibunuh. Menurut derajatnya:
• Komensalisme = satu makhluk mendapat keuntungan, tetapi makhluk lain tidak dirugikan.
• Mutualisme = hubungan dua makhluk yang keduanya mendapat keuntungan.
• Simbiosis = hubungan permanen antara 2 makhluk dan tidak dapat hidup terpisah.
• Pemangsa/predator = parasit yang membunuh mangsanya dahulu, lalu memakannya.
Hospes
Hospes ialah spesies yang dihinggapi oleh parasit. Menurut macamnya:
• Hospes definitif = hospes tempat parasit hidup, tumbuh menjadi dewasa dan berkembang
biak secara seksual
• Hospes perantara = hospes tempat parasit hidup tumbuh menjadi bentuk infektif yang siap
ditularkan kepada hospes lain.
• Hospes reservoir = hewan yang mengandung parasit dan merupakan sumber infeki bagi
manusia.
• Hospes paratenik = hewan yang mengandung stadium infektif parasit tanpa menjadi dewasa
dan stadium infektif ini dapat ditularkan dan menjadi dewasa pada hospes definitif.
Vektor
• Vektor ialah makhluk yang menularkan parasit pada manusia dan
hewan secara aktif, biasanya serangga; misal nyamuk Anopheles
yang menularkan Plasmodium sp dan Culex sebagai vektor
filariasis.
Zoonosis
• Zoonosis ialah penyakit hewan yang dapat ditularkan kepada
manusia, misal balantidiosis yaitu penyakit parasitik yang
disebabkan Balantidium coli (parasit babi).
Dalam daur hidup parasit, terdapat berbagai stadium. Pada
helminthes, dikenal stadium dewasa, telur dan larva. Sedangkan pada
protozoa, dikenal trophozoa dan kista.
Penulisan parasit untuk tingkat spesies, ditulis dengan dua kata,
huruf miring dan huruf pertama pada kata pertama ditulis kapital,
seperti Ascaris lumbricoides.
Penyakit parasitik yang menjadi masalah kesehatan masyarakat
Indonesia ialah: malaria, toxoplasmosis, penyakit akibat cacing tanah,
filariasis, mikosis superfisialis.
Nematoda (Cacing)
Morfologi dan Daur Hidup
• Nematoda mempunyai kepala, ekor, dinding, rongga
badan. Sistem ekskresi, pencernaan dan reproduksi
terpisah. Biasanya cacing bertelur, tetapi ada juga
yang vivipar dan berkembang biak secara
partenogenesis. Cacing betina dapat mengeluarkan
telur atau larva sebanyak 20 sampai 200.000 butir
sehari yang dikeluarkan dari badan hospes dengan
tinja. Larva mengalami pertumbuhan yang disertai
pergantian kulit. Bentuk infektif menginfeksi
manusia melalui berbagai cara, seperti masuk
secara aktif, tertelan atau melalui gigitan vektor.
Nematoda (Cacing) usus
Nematoda Usus
Manusia merupakan hospes nematoda usus. Beberapa spesies ditularkan melalui
tanah yang disebut soil transmitted helminthes, misalnya Ascaris lumbricoides, Necator
americanus, Ancylostoma duodenale, Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura,
Strongyloides stercoralis, Trichostrongylus sp, Trichinella spiralis dan Oxyuris
vermicularis.
Ascaris lumbricoides
Manusia merupakan satu-satunya hospes Ascaris lumbricoides dan penyakit yang
disebabkannya disebut askariasis.
MORFOLOGI dan DAUR HIDUP
Cacing jantan berukuran lebih kecil dari cacing betina. Stadium dewasa hidup di rongga
usus kecil. Cacing betina bertelur sebanyak 100.000-200.000 butir sehari, terdiri atas
telur yang dibuahi dan tidak dibuahi. Telur yang dibuahi berkembang menjadi infektif
dalam 3 minggu. Bentuk infektif akan menetas di usus halus. Larvanya menembus
dinding usus halus menuju pembuluh darah atau saluran limfe, lalu ke jantung, paru-
paru menembus dinding pembuluh darah ke rongga alveolus, ke trakea melalui
bronkiolus dan bronkus menuju faring dan menyebabkan inflamasi. Bila pasien batuk,
larva tertelan ke dalam esofagus lalu ke usus halus, berubah menjadi cacing dewasa.
Proses sejak telur matang hingga menjadi cacing dewasa membutuhkan 2-3 bulan.
Nematoda (Cacing) usus
PATOLOGI – GEJALA KLINIS
Pendarahan kecil di dinding alveolus, disertai batuk, demam dan
eosinofilia. Mual, nafsu makan turun, konstipasi, diare. Pada infeksi
berat, terutama anak-anak terjadi malabsorbsi sehingga memperberat
malnutrisi dan status kognitif menurun. Efek serius jika cacing
menggumpal dalam usus sehingga terjadi obstruksi usus (ileus). Cacing
dewasa migrasi ke saluran empedu, apendiks, atau bronkus yang
menyebabkan keadaan gawat darurat.Foto toraks: infiltrat menghilang
dalam 3 minggu yang disebut sindrom Loeffler.
DIAGNOSIS– PROGNOSIS
• Diagnosis pasti: telur dalam tinja pada pemeriksaan tinja atau cacing
dewasa keluar melalui mulut, hidung atau dalam tinja.
• Prognosa askariasis baik, tanpa pengobatan, dapat sembuh sendiri
dalam 1,5 tahun. Dengan pengobatan, angka kesembuhan 70-90%
Nematoda-Gambar 1
Necator americanus dan Ancylostoma duodenale
Necator americanus dan Ancylostoma duodenale adalah cacing
tambang (hookworm) dan menyebabkan nekatoriasis dan
ankilostomiasis. Hospesnya adalah manusia.
MORFOLOGI dan DAUR HIDUP
Cacing dewasa hidup di rongga usus halus dengan mulut yang besar
melekat pada mukosa dinding usus. Cacing betina Necator
americanus mengeluarkan telur 5000-10.000 butir/ hari dan
Ancylostoma duodenale mengeluarkan 10.000-25.000 butir/ hari.
Cacing betina berukuran panjang 1 cm, cacing jantan 0,8 cm. Cacing
Necator americanus bentuk badannya menyerupai huruf S dan
Ancylostoma duodenale menyerupai huruf C. Rongga mulut Necator
americanus meemiliki benda kitin dan Ancylostoma duodenale
memiliki dua pasang gigi. Cacing jantan mempunyai bursa kopularis.
Telur dikeluarkan lewat tinja, menetas dalam 1-1,5 hari menjadi larva
rabditiform lalu menjadi larva filariform (stadium infektif) dalam 3
hari yang dapat menembus kulit dan hidup di tanah selama 7-8 hari.
Infeksi terjadi bila larva filariform menembus kulit atau tertelan
untuk Ancylostoma duodenale.
Nematoda (Cacing) usus
PATOLOGI – GEJALA KLINIS
• Stadium Larva
Larva filariform menembus kulit: terjadi ground itch (perubahan kulit).
Perubahan paru ringan. Infeksi Ancylostoma duodenale secara oral
menyebabkan mual, muntah, iritasi faring, batuk, sakit leher, serak.
• Stadium Cacing Dewasa
Gejala bergantung pada spesies, jumlah cacing dan gizi penderita (Fe
dan protein). Cacing Necator americanus menyebabkan kehilangan
darah 0,005 – 0,1 cc/hari dan Ancylostoma duodenale 0,08-0,34 cc/hari.
Pada infeksi kronik terjadi anemia tidak menyebabkan kematian.
DIAGNOSIS
Dengan menemukan telur dalam tinja. Kebiasaan defekasi di tanah dan
pemakaian pupuk kebun dapat meningkatkan penyebaran infeksi. Tanah
yang baik untuk pertumbuhan larva ialah tanah gembur.
Enterobius vermicularis
= cacing kremi, menyebabkan enterobiasis atau oksiuriasis. Hospesnya
adalah manusia.
DAUR HIDUP – MORFOLOGI
Cacing betina, pada ujung anteriornya ada pelebaran kulit seperti sayap
disebut alae. Bulbus esofagusnya jelas dan ekornya panjang runcing.
Cacing jantan mempunyai sayap,ekornya melingkar sehingga bentuk
mirip ? Habitat cacing dewasa di rongga sekum, usus besar dan usus
halus. Makanannya: isi usus halus. Cacing betina gravid mengandung
11.000-15.000 butir telur bermigrasi ke perianal ( tidak ditemukan
dalam tinja) untuk bertelur, biasanya malam hari. Telur matang dalam 6
jam setelah dikeluarkan, resisten terhadap desinfektan dan udara
dingin. Cacing jantan mati setelah kopulasi dan cacing betina mati
setelah bertelur. Infeksi: menelan telur matang atau larva dari perianal
migrasi kembali ke usus besar. Telur yang tertelan menetas di
duodenum, larva rabditiform berubah 2 kali sebelum menjadi dewasa di
jejunum dan ileum atas. Daur hidup dari telur matang tertelan sampai
menjadi cacing dewasa berlangsung 2 minggu sampai 2 bulan.
PATOLOGI – GEJALA KLINIS
Enterobiasis: iritasi anus, vagina & perineum dan pruritus ani pada
malam hari. Cacing dewasa ke usus halus proksimal sampai lambung,
esofagus, hidung serta ke vagina dan tuba fallopi menyebabkan radang,
juga migrasi ke apendiks, jarang menyebabkan apendisitis. Gejalanya
kurang nafsu makan, berat badan turun, aktivitas meninggi, enuresis,
cepat marah, gigi menggeretak, insomnia dan masturbasi.
DIAGNOSIS
• Infeksi: gatal sekitar anus pada malam hari. Telur cacing diambil
dengan anal swab yang ditempelkan di anus pada pagi hari, untuk
pemeriksaan mikroskopik. Pemeriksaan dilakukan selama 3 hari
berturut-turut.
• Telur cacing diisolasi dari debu di lantai, meja, kursi, tempat duduk
kakus, bak mandi, alas kasur, bufet, pakaian dan tilam.
• Penularan cacing dari tangan ke mulut yang sudah menggaruk daerah
perianal (autoinfeksi), lewat debu; retrofeksi melalui anus: larva dari
telur masuk ke anus kembali. Anjing dan kucing sumber infeksi karena
Trichuris trichuria
• Cacing Trichuris trichuria bagian anteriornya langsing seperti
cambuk dan panjangnya 3/5 panjang tubuh, bagian
posteriornya gemuk. Cacing jantan melingkar, terdapat satu
spikulum. Cacing dewasa hidup di kolon asendens dan sekum.
Telur dibuahi dikeluarkan bersama tinja, matang dalam 6
minggu pada tanah yang lembab. Manusia terinfeksi bila
menelan telur matang. Larva keluar melalui dinding telur,
masuk ke dalam usus halus menjadi cacing dewasa lalu ke
kolon dan sekum. Daur hidupnya mulai dari telur tertelan
sampai menjadi cacing dewasa selama 30-90 hari.
• Infeksi berat: cacing di seluruh kolon dan sekum
menyebabkan mukosa rektum prolaps dan memasukkan
kepalanya ke mukosa usus, menyebabkan radang mukosa
usus dan pendarahan, mengisap darah hospes sehingga
menyebabkan anemia. Gejala lainnya diare, mual, muntah,
berat badan turun, sindrom disentri.
• Diagnosis dengan menemukan telur dalam tinja.
Nematoda (Cacing) usus-8
Strongyloides stercoralis
Cacing dewasa betina hidup sebagai parasit di villi
duodenum dan jejunum. Cacing berbentuk filiform
halus, tidak berwarna. Telur berbentuk parasitik ada
di mukosa usus yang menetas menjadi larva
rabditiform yang masuk ke rongga usus dikeluarkan
bersama tinja.
Nematoda (Cacing) usus-9
Daur hidup:
• Siklus langsung
Setelah 2-3 hari di tanah, larva rabditiform menjadi larva filariform (infektif). Larva
filariform menembus kulit masuk ke vena, jantung kanan, paru, menembus alveolus
masuk ke trachea dan laring. Disini terjadi refleks batuk, parasit tertelan masuk usus
halus dan menjadi dewasa. Cacing betina bertelur 28 hari setelah infeksi.
• Siklus tidak langsung
Larva rabditiform di tanah menjadi cacing jantan dan betina, menghasilkan telur
menetas menjadi larva rabditiform, lalu larva filariform yang infektif dan menembus
kulit hospes atau mengulang fase hidup bebas. Siklus ini terjadi bila lingkungannya
lembab.
• Autoinfeksi
Larva rabditiform menjadi larva filariform di usus atau perianal, lalu larva filariform
menembus kulit perianal atau mukosa usus.
Larva filariform yang menembus kulit menyebabkan creeping eruption disertai gatal.
Cacing dewasa di mukosa usus halus menimbulkan sakit di epigastrum, mual, muntah,
diare, konstipasi. Pada hiperinfeksi, cacing dewasa ada di seluruh traktus digestivus
dan paru, hati, kandung empedu dan eosinofilia tinggi. Diagnosis: menemukan larva
rabditiform dalam tinja atau biopsi duodenum. Pembersihan anus dan pencegahan
Nematoda-Gambar 5
Nematoda (Cacing) usus-10
Trichinella spiralis
Hospesnya : manusia, babi, tikus, anjing, kucing, beruang.
MORFOLOGI- DAUR HIDUP
• Bentuk cacing dewasa halus seperti rambut. Ujung anteriornya langsing dengan mulut kecil, ular, tanpa
papel. Ujung posterior cacing betina membulat dan tumpul, cacing jantan melengkung ke ventral dengan
2 papel. Cacing betina vivipar masuk ke mukosa vilus usus duodenum sampai sekum. Cacing betina
mengeluarkan 1500 larva yang masuk ke dalam limfa dan peredaran darah, otot diafragma, iga, lidah,
mata, perut, biseps. Pada awal minggu ke-4, larva tumbuh menjadi kista dalam otot melintang. Kista
dapat hidup selama 18 bulan, lalu terjadi perkapuran dalam 6 bulan sampai 2 tahun. Infeksi terjadi bila
daging babi yang mengandung larva infektif termakan. Di usus halus proksimal, dinding kista dicerna dan
larva dilepaskan, lalu menembus mukosa dan menjadi cacing dewasa dalam 1-2 hari.
GEJALA KLINIS
• Gejala infeksi disebabkan oleh cacing dewasa dan larva. Saat invasi ke mukosa usus, timbul gejala sakit
perut, diare, mual, muntah 1-2 hari setelah infeksi. Larva menyebar dalam otot 7-28 hari setelah infeksi
dan mengakibatkan nyeri otot (mialgia) dan radang otot (miositis) yang disertai demam, eosinofilia.
Gejala lainnya adalah sembab, sakit sendi, gejala pernapasan, kelainan jantung dan susunan saraf pusat.
Bila masa akut lewat, penderita akan sembuh bersamaan dengan terbentuknya kista dalam otot. Pada
infeksi berat, penderita meninggal dalam 2-3 minggu akibat kelainan paru, otak, jantung.
• Larva dicari dalam darah atau cairan otak pada hari ke 8-14 setelah infeksi. Pengobatan dilakukan secara
simptomatis. Berdasarkan daur hidupnya,babi dan tikus memelihara infeksi di alam. Infeksi terjadi
karena babi memakan tikus yang mengandung larva infektif dalam otot atau sampah yang berisi daging
babi lain yang mengandung larva infektif. Tikus mendapat infeksi karena memakan sisa daging babi atau
bangkai tikus. Larva mati pada suhu 600C atau pada suhu di bawah titik beku, tetapi tidak mati dalam
daging yang diasinkan atau diasap
Nematoda-Gambar 6
Nematoda Jaringan
Wurchereria bancrofti
HOSPES, MORFOLOGI, DAUR HIDUP
• W. bancrofti = parasit manusia menyebabkan filariasis bankrofti
termasuk penyakit filariasis limfatik. Parasit ini tidak alami di hewan.
Cacing dewasa jantan dan betina hidup di saluran dan kelenjar limfe,
bentuknya seperti benang dan berwarna putih susu. Cacing betina
mengeluarkan mikrofilaria bersarung. Mikrofilaria hidup dalam darah
dan aliran darah tepi secara periodik nokturna (mikrofilaria di darah
tepi pada malam hari) dan di kapiler paru, jantung, ginjal,dsb pada
siang hari. Di kota, parasit ditularkan melalui nyamuk Culex
quinquefasciatus. Di desa, vektornya nyamuk Anopheles dan Aedes,
• Masa pertumbuhan dalam nyamuk 2 minggu, pada manusia 7 bulan.
Mikrofilaria terisap nyamuk, bersarang di antara otot toraks. Larva
aktif migrasi ke abdomen, kepala lalu alat tusuk nyamuk. Bila nyamuk
mengandung larva stadium III (infektif) menggigit manusia, larva
masuk ke tubuh hospes, bersarang di limfe. Larva ganti kulit 2 kali
Nematoda Jaringan-2
• Gejala klinis filariasis limfatik disebabkan mikrofilaria dan cacing dewasa.
Mikrofilaria menyebabkan occult filariasis. Gejala stadium akut cacing dewasa :
limfadenitis dan limfangitis retrogad, obstruktif kronis selama 10 - 15 tahun.
Penderita mikrofilaremia : ada kerusakan saluran limf. Cacing dewasa menyumbat
saluran limf, terjadi dilatasi saluran limfa ( lymphangiektasia ), menyebabkan
disfungsi sistem limfatik. Cacing dewasa mati menyebabkan reaksi inflamasi,
limfedema dan hipertropi otot polos. Stadium akut : radang saluran dan kelenjar
limf (limfadenitis dan limfangitis retrogad),demam dan malaise.
Diagnosis Parasitologi
• Deteksi parasit: ada mikrofilaria dalam darah, cairan hidrokel atau kiluria
• Radiodiagnosis
• USG pada skrotum dan kelenjar getah bening inguinal pasien untuk memeriksa
infeksi filaria oleh W. Bancrofti ada cacing yang bergerak
• Diagnosis imunologi
• Pembedahan mengobati hidrokel dan elefantiasis. Untuk mengurangi serangan
akut infeksi bakteri dan jamur, mencegah perkembangan lanjut limfedema,
diharuskan membersihkan kaki dengan air dan sabun, terutama darah lipatan kulit
dan sela jari kaki. Bila ada luka, diobati antibiotik dan antimikotik.
Nematoda-Gambar 7
Protozologi
Protozoa adalah hewan bersel satu yang hidup sendiri atau berkoloni.
Biasanya protozoa memiliki dua stadium: vegetatif, yaitu stadium
trophozoit dan stadium kista yang tidak aktif. Protozoa terdiri dari inti
dan sitoplasma, serta ektoplasma yang berfungsi sebagai alat
pergerakan, mengambil makanan, ekskresi, respirasi dan bertaham diri,
berupa pesudopodium, flagel, cilia, membran bergelombang. Alat
pergerakan berfungsi untuk memperoleh makanan dan bereaksi pada
rangsangan fisik dan kimia. Flagelata dan cilia bergerak aktif, sporozoa
hampir tidak bergerak, pseudopodium membentuk amoeboid. Makanan
dimasukkan melalui peristom ke dalam sitostom, lalu sitofaring ke dalam
endoplasma dan diambil dengan osmosis untuk makanan cair dan
ekstoplasma atau sitostom untuk makanan padat. Makanan diolah
dalam vakuola. Ekskresi dilakukan dengan tekanan osmosis dan difusi.
Protozoa mengeluarkan sekret berupa enzim, dinding kista dan zat
toksik dan antigenik. Protozoa bernapas secara langsung dengan difusi
dan tidak langsung dengan mengambil oksigen yang dilepaskan dari
reaksi metabolisme.
Protozologi-2
Kista juga berperan untuk transmisi antar hospes, untuk bertahan atau reproduksi. Reproduksi
protozoa berlangsung dengan 2 cara:
• Aseksual
- Belah pasang. Parasit membelah diri menjadi dua parasit yang sama bentuknya, eg. Amoeba,
mastigophora, ciliata
- Skizogoni. Inti membelah jadi banyak dan diliputi oleh protoplasma sehingga terbentuk banyak
merozoit.
- Stadium kista. Inti membelah; pada saat eksitasi, kista mengeluarkan banyak trophozoit baru.
• Seksual
2 sel yaitu syngami yang permanen dan tidak permanen bersatu, dibentuk dari sel kelamin
makrogametosit dan mikrogametosit yang bersatu membentuk zigot. Inti zigot membelah jadi
banyak menjadi sporozoit (sporogoni).
• Akseksual dan seksual secara bergantian, eg. Sporozoa
Parasit ditransmisikan antar hospes melalui makanan dan air atau secara langsung, atau melalui
vektor seperti nyamuk atau lalat. Gejala umum saat terinfeksi protozoa adalah demam,
limfadenopati, splenomegali dan bisa menjadi subklinis, akut atau berkembang menjadi
menahun. Diagnosis dengan menemukan parasit dalam saluran intestinal, darah dan jaringan,
tes serologis, dan PCR.
Rhizopoda
Entamoeba histolytica
• Hospesnya adalah manusia. Dalam daur hidupnya, bila kista mayang tertelan, kista masuk ke
dalam lambung dalam keadaan utuh karena dinding kista tahan asam, lalu dicerna di rongga
usus halus sehingga eksitasi dan keluar stadium trophozoit yang masuk ke rongga usus besar.
Satu kista mengandung 4 buah inti akan mengeluarkan 8 trophozoit yang mengandung inti
dan sel darah merah dalam endoplasma serta ektoplasma bening, pseudopodium yang
besar dan lebar untuk pergerakan linier dan cepat. Trophozoit dapat menginvasi jaringan
usus masuk ke aliran darah dan menyebar ke jaringan hati, paru, otak, kulit dan vagina.
Tophozoit berkembang biak dengan belah pasang. Di dalam rongga usus besar, trophozoit
berubah stadium precyst yang berinti satu kemudian membelah berinti 4 dan keluar
bersama tinja. Kista berbentuk bulat atau lonjong, punya dinding kista dan inti entamoeba,
vakuola dan benda kromatoid besar sebagai makanan cadangan pada kista muda. Kista tidak
patogen tetapi infektif untuk bertahan terhadap lingkungan yang buruk.
Entamoeba coli
• Hospesnya adalah manusia, monyet, babi. Amoeba hidup komensal rongga usus besar,
stadium trophozoit lonjong dan bulat, ada inti entamoeba, ektoplasma tidak nyata,
pseudopodium lebar jadi pergerakan lambat, endoplasma bervakuola tidak mengandung sel
darah merah, berkembang biak dengan belah pasang. Trophozoit ditemukan dalam tinja cair.
Dinding kista tebal hitam dan kista berinti 2 atau 8, mempunyai vakuola glikogen dan
kromatid pada kista muda yang tidak mudah mati oleh kekeringan. Parasit ini tidak patogen.
Diagnosis dengan menemukan trophozoit atau kista dalam tinja.
Rhizopoda-2
Toxoplasma gondii
Hospesnya kucing dan binatang sejenisnya. Hosppes perantaranya manusia, mamalia lainnya dan burung. Parasit ini
menyebabkan toksoplasmosis kongenital dan toksoplasmosis akuisita.
• MORFOLOGI DAN DAUR HIDUP
Dalam sel epitel usus halus kucing berlangsung daur aseksual (skizogoni) dan daur seksual (gametogoni, sporogoni)
yang menghasilkan ookista dikeluarkan bersama tinja. Ookista menghasilkan 2 sporokista yang masing-masing
mengandung 4 sporozoit. Bila ookista tertelan mamalia lain atau burung (hospes perantara); dalam tubuh hospes
terbentuk trofozoit yang membelah secara aktif disebut takizoit. Takizoit berubah menjadi bentuk kista dalam tubuh
hospes yang merupakan stadium istirahat. Kista jaringan ditemukan seumur hidup terutama di otak, otot jantung
dan otot lurik. Bentuk kista merupakan infeksi laten menimbulkan masa infeksi menahun.
Pada manusia, takizoit intraselular ditemukan pada infeksi akut. Takizoit berkembangbiak dalam sel, jika sel penuh
dengan takizoit maka sel pecah dan takizoit memasuki sel-sel sekitarnya atau difagositosis oleh sel makrofag. Cara
infeksi :
• Pada toksoplasmosis kongenital transmisi Toxoplasma kepada janin terjadi in utero melalui plasenta bila ibu
mendapat infeksi primer waktu hamil.
• Pada toksoplasmosis akuisita infeksi terjadi bila makan daging mentah/kurang matang yang mengandung kista
atau takizoit Toxoplasma. Pada orang yang tidak makan daging mentah, infeksi terjadi jika menelan ookista yang
keluar bersama tinja kucing.
• Infeksi terjadi pada pegawai laboratorium yang bekerja dengan binatang percobaan yang diinfeksi T.gondii,
melalui jarum suntik dan alat laboratorium yang terinfeksi T.gondii, ataupun pada otopsi.
• Infeksi melalui transplantasi organ dari donor yang menderita toksoplasmosis laten.
• Infeksi melalui transfusi darah lengkap.
Rhizopoda-3
GEJALA KLINIS
• Setelah invasi di usus, parasit memasuki sel berinti atau difagositosis. Sebagian parasit mati
dan sebagian lagi berkembang biak dalam sel, menyebabkan sel hospes pecah dan
menyerang sel-sel lain. Adanya parasit dalam makrofag dan limfosit memudahkan
penyebaran secara hematogen dan limfogen ke seluruh tubuh. Parasitemia berlangsung
selama beberapa minggu. T.gondii menyerang semua organ dan jaringan tubuh hospes
kecuali eritrosit (tak berinti).
• Kista jaringan terbentuk mungkin untuk seumur hidup jika sudah ada kekebalan. Kerusakan
pada jaringan tubuh tergantung pada : 1) umur, pada bayi kerusakannya lebih berat a.l
berupa hidrosefalus, prematuritas, retardasi pertumbuhan intrauterin, 2) virulensi strain
Toxoplasma, 3) jumlah parasit, 4) organ yang terkena.
• Lesi pada SSP (berupa nekrosis disertai kalsifikasi dengan gejala sakit kepala, demam,
perubahan mental yang berlanjut menjadi kelainan neurologi dan kejang) dan mata lebih
berat dan permanen karena jaringan ini tidak mempunyai kemampuan regenerasi. Infeksi
akut di retina berupa radang lokal dengan edema dan infiltrasi leukosit yang menyebabkan
kerusakan total pada mata, pada proses penyembuhan menjadi parut (sikatriks) dengan
atrofi retina dan khoroid disertai pigmentasi. Pada otot jantung dan otot lurik ditemukan
T.gondii tanpa menimbulkan peradangan. Jarang ditemukan parasit dalam limpa dan hati.
• Infeksi pada orang dewasa asimptomatik. Gejala klinis pada toksoplasmosis akuisita akut
adalah limfadenopati (servikal, supraklavikuler, axial, inguinal dan oksipital ), lelah, demam,
sakit kepala dan nyeri otot, kadang-kadang eksantem. Retinokoroiditis pada pubertas dan
dewasa sebagai kelanjutan infeksi kongenital merupaka reaktivasi infeksi laten. Infeksi pada
kehamilan muda mengakibatkan abortus spontan dan kematian janin. Gejala sisa pada
kelainan SSP berupa retardasi mental dan motorik.
Rhizopoda-4DIAGNOSIS
• Diagnosis toksoplasmosis akut dipastikan jika menemukan takizoit dalam biopsi otak,
sumsum tulang, cairan serebrospinal dan ventrikel.
PROGNOSIS
• Toksoplasmosis akuisita tidak fatal, gejalanya hilang dengan pengobatan adekuat, bila
kekebalan menurun terjadi eksaserbasi akut. Keadaan toksoplasmosis dipengaruhi kebiasaan
makan daging mentah/kurang matang, adanya kucing sebagai binatang peliharaan, tikus dan
burung sebagai hospes perantara, vektor lipas dan lalat yang memindahkan ookista dari tinja
kucing ke makanan.
• MIKOSIS SUPERFISIAL
Mikosis superfisial adalah penyakit jamur pada lapisan permukaan kulit stratum korneum,
rambut dan kuku. Mikosis superfisial dibagi dalam 2 kelompok: 1) yang disebabkan oleh jamur
bukan golongan dermatofita, yaitu pitiriasis versikolor, otomikosis, piedra hitam, piedra putih,
onikomikosis dan tinea nigra palmaris dan 2) disebabkan oleh jamur golongan dermatofita yaitu
dermatofitosis. Kelainannya berupa bercak yang warnanya berbeda dengan warna kulit,
berbatas tegas disertai gatal atau tanpa gejala. Pada infeksi menahun terutama jika disertai
infeksi sekunder batas dan warna menjadi tidak jelas. Diagnosa ditegakkan dari kerokan kulit,
kuku dan rambut diperiksa secara langsung dengan sediaan KOH dan dibiakkan pada agar
Sabouraud dekstrosa.
Pitiriasis Versikolor (panu)
Pitiriasis Versikolor (panu)
• Pitiriasis Versikolor (panu) disebabkan oleh jamur Malassezia furfur yang hidup
secara saprofit pada kulit manusia. Kelainan berupa lesi kulit berbentuk lonjong
uniseluler atau bulat berkelompok. Manusia terinfeksi bila sel jamur Malassezia
melekat pada kulit, membentuk kolonisasi jamur di kulit akibat pertumbuhan jamur
yang meningkat. Hal ini dipercepat / dipermudah oleh kulit berminyak, pengobatan
antimikroba jangka lama, kortikosteroid, infeksi kronis, keringat berlebihan dan
pemakaian pelumas kulit. Lesi dimulai dengan bercak kecil tipis, menjadi banyak
dan menyebar disertai sisik terutama pada tubuh bagian atas (muka, leher, lengan,
dada, perut dll ) berupa bercak bulat kecil atau melebar pada panu menahun
disertai gatal jika berkeringat. Pada penderita kulit berwarna panu merupakan
bercak hipopigmentasi, sedangkan pada penderita kulit putih sebagai bercak
hiperpigmentasi. Penularan panu terjadi bila ada kontak dengan jamur penyebab.
DIAGNOSIS
• Diagnosis panu dengan pemeriksaan langsung kerokan kulit dengan larutan KOH,
sinar ultraviolet pada kulit panu.
Otomikosis
Otomikosis
• Adalah penyakit jamur pada kulit liang telinga yang disebabkan
jamur kontaminan yang ada di udara bebas seperti Aspergillus,
Penicillium, Mucor, Rhizopus dan Candida.
• Otomikosis bersifat unilateral, akut atau menahun. Liang telinga
merupakan tempat yang baik untuk pertumbuhan jamur karena
lembab dan terbuka sehingga jamur kontaminan di udara luar
mudah masuk ke dalam liang telinga. Jamur mudah tumbuh pada
serumen yang basah. Gejala : gatal , gangguan pendengaran dan
rasa penuh di telinga karena pertumbuhan jamur sangat cepat
sehingga menutup liang telinga. Pada otomikosis kronis, sisik yang
mengandung jamur meliputi seluruh kulit sebelah luar liang
telinga. Jika disertai infeksi sekunder disertai gatal dan nyeri.
• Diagnosis otomikosis, bahan pemeriksaan ialah serumen (diambil
dengan kapas usap steril), usap kulit liang telinga dengan cara
pemeriksaan langsung sediaan KOH 10 %, ditemukan spora jamur.
Piedra
Piedra (= batu)
• Piedra ialah infeksi jamur pada rambut, berupa benjolan sangat keras yang melekat
erat pada rambut, berwarna hitam atau putih kekuningan. Penyakit ini tidak
menimbulkan keluhan atau gejala. Diagnosa panyakit ini dengan pemeriksaan
langsung dengan larutan KOH 10 %. Penularan penyakit melalui sisir dan alat
potong rambut. Ada 2 macam piedra yaitu piedra hitam dan piedra putih.
Piedra Hitam
• Adalah infeksi jamur pada rambut terutama rambut kepala. Spora jamurnya
berwarna coklat hitam. Infeksi terjadi jika rambut kontak dengan spora jamur
penyebab, jamur tumbuh membentuk koloni sepanjang batang rambut.
Kelainannya berupa benjolan berwarna coklat kehitaman yang sukar dilepaskan
dari rambut, jika dipaksa rambut akan patah.
Piedra Putih
• Adalah infeksi jamur pada rambut ketiak, pubis, kumis dan janggut yang
disebabkan Trichosporon beigelli. Penyakit ini jarang ditemukan dan benjolannya
yang berwarna putih kekuningan mudah dilepaskan dari rambut.
Onikomikosis
Onikomikosis
• Yaitu penyakit jamur pada satu kuku atau lebih
disebabkan jamur Candida dan dermatofita.
Gejala : permukaan kuku tidak rata, tidak
mengkilat, kuku menjadi rapuh atau mengeras.
Bila disebabkan oleh Candida, disertai dengan
paronikia (radang jaringan sekitar kuku).
• Diagnosis dari bahan pemeriksaan kerokan kuku
dengan pemeriksaan langsung sediaan KOH 10%
Dermatofitosis (tinea, ringworm,
kurap)
Dermatofitosis ialah mikosis superfisialis yang disebabkan 3genus jamur golongan dermatofita
yaitu Trichophyton, Microsporum dan Epidermophyton. Sifat jamur dermatofita menghasilkan :
• Enzim keratinase yang mampu mencerna keratin kuku, rambut dan stratum koreum kulit.
• Mannan = komponen dinding sel yang bersifat immunoinhibitory, mampu menghambat
eliminasi jamur oleh hospes dengan menekan kerja cell mediated immunity.
Beberapa faktor dalam tubuh hospes berperan menghambat patogenitas pertumbuhan jamur
golongan dermatofita, contoh: 1)progesteron sehingga insidens dermatofitosis lebih banyak
pada laki-laki. 2) unsaturated fatty acid pada sebum menghambat pertumbuhan jamur sehingga
produksi sebum pada kulit kepala orang dewasa dapat menurunkan insidens tinea kapitis.
Gejala dermatofitosis disebabkan oleh kolonisasi jamur pada kulit, kuku atau rambut. Gejala
dermatofitosis bervariasi (tergantung lokasi kelainan, respon imun seluler penderita dan jenis
spesies jamur penyebab) disertai gatal terutama jika berkeringat serta reaksi alergi (=reaksi id).
Kelainannya berupa lingkaran yang berbatas tegas dengan vesikel kecil, dasar kelainan berwarna
kemerahan yang tertutup sisik. Jamur terdapat di dinding vesikel dan sisik itu. Bila kemudian
terjadi infeksi sekunder oleh kuman vwsikel berubah menjadi pustula disertai rasa sakit.
Diagnosa laboratorium dibuat berdasarkan pemeriksaan langsung kerokan kulit dan kuku
dengan larutan KOH 10-20 %. Sumber infeksi berasal dari lingkungan sekitar penderita : orang-
orang sekitarnya, tanah/debu, binatang peliharaan.
Tinea Kapitis
Tinea kapitis adalah dermatofitosis yang mengenai kulit, rambut
kepala dan folikel rambut disebabkan spesies Microsporum dan
Trichophyton. Penderita terutama anak-anak usia 3-7 tahun.
Terdapat 3 bentuk klinis tinea kapitis :
• Bentuk kerion:
Kelainan bersifat akut disertai peradangan dan pustula. Rambut
mudah rontok, tidak nyeri jika dicabut mengakibatkan alopesia
(botak) disebabkan spora jamur terletak terutama di luar rambut.
• Bentuk grey patch :
Kelainan disebabkan spora jamur terletak terutama di luar rambut.
Gejalanya gatal, alopesia bersisik tanpa peradangan, rambut kusam
dan patah di atas permukaan kulit.
• Bentuk black dot :
Pada kulit kepala tampak bintik-bintik hitam karena rambut patah
pada folikel rambut disebabkan spora jamur terletak terutama di
dalam rambut.
Tinea Korporis
• Tinea korporis adalah dermatofitosis pada kulit wajah yang
berminyak (kecuali jenggot), tubuh dan tungkai termasuk
punggung tangan dan kaki. Gejalanya gatal dan terdapat
kelainan kulit yang bervariasi tergantung spesies penyebab,
berupa lesi tanpa peradangan, plakat yang bersisik atau
peradangan berbentuk mulai dari vesikel, pustula sampai
bula. Pada stadium akut lesi berbentuk plakat anular dengan
sisik di bagian tepi, bagian tengah tampak lebih bersih. Bila
telah menahun batas lesi tidak jelas dan ada infeksi sekunder
oleh kuman akibat garukan.
• Predisposisi : sering kontak dengan binatang atau tanah,
olahragawan, penyakit sistemik (diabetes melitus, cushing
syndrome, HIV dll).
Tinea Kruris, Tinea Pedis, Tinea
Unguium
Tinea Kruris
• Tinea kruris adalah dermatofitosis yang mengenai kulit paha atas bagian tengah,
daerah inguinal, pubis, perineum dan perianal. Kelainan kulit tergantung spesies
penyebab, berupa eritem ringan bersifat kronik tanpa peradangan atau akut
dengan peradangan, bagian tepi lesi tampak aktif disertai vesikel dan rasa gatal
yang hebat.
• Predisposisi : baju ketat, keringat, baju mandi yang lembab dalam waktu lama,
obesitas dan diabetes melitus. Pencegahan penyakit ini dengan meningkatkan
kebersihan diri dan lingkungan.
Tinea Pedis
• Tinea pedis adalah dermatofitosis pada telapak kaki, lateral kaki, sela jari kaki
antara jari ke 3-4 dan ke 4-5. Penderita terutama pria pasca pubertas. Gambaran
klinis tidak jelas karena lembab dan tekanan. Bila ada infeksi sekunder oleh kuman
timbul pustula dan nyeri. Predisposisi : kaki selalu basah oleh air atau keringat
(sepatu tertutup dan memakai kaus kaki). Sering terjadi maserasi kulit.
Tinea Unguium
• Tinea unguium adalah dermatofitosis pada satu kuku atau lebih. Permukaan kuku
tidak rata, kuku dapat terkikis, mudah rapuh atau keras. Penyembuhan penyakit ini
memerlukan waktu beberapa bulan sampai 1 tahun.
Parasit dalam Hospes Vertebrata
(Hospes Perantara)
Fase jaringan.
• Nyamuk Anopheles betina yang mengandung parasit malaria dalam kelenjar
liurnya menusuk hospes, sporozoit dalam air liurnya masuk melalui probosis
yang ditusukkan ke dalam kulit. Sporozoit masuk dalam sirkulasi darah, ½
jam – 1 jam masuk dalam sel hati. Sebagian sporozoit dihancurkan sel
fagosit, sebagian lagi masuk ke dalam sel hati (hepatosit) menjadi trofozoit
hati dan berkembang biak (= proses skizogoni praeritrosit atau eksoeritrosit
primer). Pada akhir fase praeritrosit, skizon pecah, merozoit keluar yang
masuk sirkulasi darah. Sebagian besar menyerang eritrosit di sinusoid hati
dan sebagian lagi difagositosis. Sporozoit yang hipnozoit menjadi aktif
kembali menjadi skizogoni eksoeritrosit sekunder, hal ini merupakan
penyebab timbulnya relaps (= parasit ditemukan lagi dalam darah setelah
terapi obat skizontisida darah yang adekuat). Penyakit malaria juga dapat
kambuh (= rekrudensi) akibat proliferasi stadium eritrositik, hal ini
disebabkan beberapa faktor yakni obat skizontisida tidak mengeliminasi
seluruh parasit dalam eritrosit, imunitas alami yang menurun atau adanya
varian parasit malaria baru yang tidak dikenali tubuh hospes.
Parasit dalam Hospes Vertebrata
(Hospes Perantara)-2
Fase aseksual dalam darah.
• Masa prapaten = waktu antara permulaan infeksi sampai parasit malaria
ditemukan dalam darah tepi. Masa tunas/inkubasi : berhubungan dengan
timbulnya gejala klinik penyakit malaria. Merozoit yang dilepaskan oleh
skizon jaringan menyerang eritrosit. Invasi merozoit bergantung pada
interaksi reseptor dengan eritrosit, glikoforin dan merozoit. Sisi anterior
merozoit melekat pada membran eritrosit, membran merozoit menebal
bersatu dengan membran plasma eritrosit, lalu berinvaginasi membentuk
vakuola yang berisi parasit malaria.
• Parasit mencerna hemoglobin dalam eritrosit, sisa metabolismenya berupa
pigmen malaria hemozoin dan hematin. Setelah masa pertumbuhan, parasit
berkembangbiak secara aseksual melalui proses pembelahan yang disebut
skizogoni, dilanjutkan dengan eritrosit yang pecah dan merozoit dilepaskan
dalam aliran darah (sporulasi). Kemudian merozoit masuk ke dalam eritrosit
baru dan terbentuk generasi baru dengan cara yang sama. Pada daur
eritrosit, skizogoni berlangsung berulangkali selama infeksi yang
meningkatkan parasitemia secara cepat sampai proses ini dihambat oleh
respon imun hospes.
Parasit dalam Hospes Vertebrata
(Hospes Perantara)-3
Fase seksual dalam darah.
• Setelah 2 – 3 generasi (3-15 hari) merozoit dibentuk,
sebagian merozoit memasuki stadium seksual, disebut
proses gametogoni (gametositogenesis). Dengan
pulasan khusus gametosit betina (makrogametosit)
mempunyai sitoplasma berwarna biru dengan inti kecil
padat, pada gametosit jantan (mikrogametosit)
mempunyai sitoplasma berwarna biru pucat atau
merah muda dengan inti besar dan difus. Kedua macam
gametosit mengandung banyak butir pigmen.
Parasit dalam Hospes Vertebrata
(Hospes Perantara)-4
GEJALA KLINIS
• Gejala klinis penyakit malaria khas yakni demam dengan suhu tubuh lebih 38%, demam naik
turun teratur memberi gambaran tersian (malaria vivax dan ovale) atau kuartan (malaria
kuartana disebabkan P. malariae) disertai menggigil dan adanya kelainan limpa splenomegali
(limpa membesar dan mengeras), anemi, hepatomegali. Pada awal penyakit, demam tidak
khas, tidak bersifat periodik, dapat terjadi terus menerus (febris kontinua) setiap hari.
Timbulnya demam bergantung pada jumlah parasit. Demam juga disertai sakit kepala, sakit
otot, batuk, mual, muntah dan diare. Setelah 1-2 minggu serangan demam akan diselingi
periode bebas penyakit, kemudian penderita mengalami demam bersifat periodik, khas untuk
malaria yaitu bersifat intermiten. Pada orang yang tidak imun, demam terjadi kira-kira 2
minggu setelah kembali dari daerah endemi malaria. Pada kelompok imun atau semi imun yang
tinggal di daerah endemi malaria, gejala penyakit lebih ringan, terdapat penderita dengan
parasitemia asimptomatik. Gejala yang sering pada anak-anak berupa sakit kepala, rasa dingin
dan nyeri sendi.
• Masa tunas ekstrinsik ialah waktu antara nyamuk mengisap darah penderita malaria yang
mengandung gametosit sampai fase sporozoit dalam kelenjar liurnya. Infeksi terjadi dengan 2
cara yakni :1) Secara alami melalui vektor, bila sporozoit masuk dalam tubuh manusia melalui
gigitan nyamuk dan 2) Secara induksi, jika stadium aseksual dalam eritrosit masuk dalam tubuh
manusia melalui darah, misalnya melalui transfusi, suntikan atau kongenital (bayi baru lahir
terinfeksi dari ibu yang menderita malaria melalui plasenta).
Parasit dalam Hospes Vertebrata
(Hospes Perantara)-5
Masa tunas intrinsik ialah waktu antara sporozoit masuk dalam badan hospes sampai timbul
serangan pertama gejala demam, umumnya berlangsung 8-37 hari tergantung spesies parasit
malaria, beratnya infeksi, pengobatan sebelumnya atau tingkat imunitas hospes dan cara
infeksi melalui gigitan nyamuk atau secara induksi.
Pada malaria, periodisitas demam berhubungan dengan waktu pecahnya skizon matang yang
mengeluarkan merozoit masuk dalam sirkulasi darah (sporulasi). Serangan demam yang khas
sering mulai pada siang hari selama 8-12 jam, terdiri dari beberapa stadium yakni :
• Stadium menggigil yang diawali dengan perasaan dingin sekali. Stadium ini berlangsung 15
menit sampai 1 jam. Nadi cepat dan lemah, bibir dan jari tangan menjadi biru, kulit kering
dan pucat, kadang disertai muntah, kejang pada penderita anak-anak.
• Stadium puncak demam diawali dengan rasa dingin sekali yang berubah menjadi sangat
panas. Stadium ini berlangsung 2 - 6 jam. Wajah menjadi merah, kulit kering dan terasa
panas seperti terbakar, sakit kepala makin hebat disertai mual muntah, nadi penuh dan
berdenyut keras. Perasaan sangat haus ketika suhu naik sampai 41 derajat C (106 derajat
F) atau lebih.
• Stadium berkeringat diawali dengan penderita berkeringat banyak. Stadium ini
berlangsung 2 - 4jam. Suhu turun dengan cepat, kadang-kadang sampai dibawah normal.
Penderita dapat tidur nyenyak, ketika bangun tubuh terasa lemah namun lebih sehat.
Parasit dalam Hospes Vertebrata
(Hospes Perantara)-6
• Serangan demam makin berkurang beratnya karena tubuh
menyesuaikan diri dengan adanya parasit dalam tubuh dan respon
imun hospes. Gejala infeksi yang timbul kembali setelah serangan
pertama disebut rekrudensi, disebabkan oleh peningkatan jumlah
parasit dalam eritrosit (parasit daur eksoeritrosit dari hati masuk ke
eritrosit, menjadi banyak). Hal ini terjadi karena dosis obat
inadekuat atau parasit resisten terhadap obat yang diberikan.
Demam timbul kembali dalam 4-6 minggu (relaps). Relaps dapat
terjadi 4 minggu atau lebih setelah terapi klorokuin. Di daerah
endemi sulit dibedakan dengan infeksi baru.
DIAGNOSIS
• Diagnosis pasti infeksi malaria dilakukan dengan menemukam
parasit malaria dalam darah yang diperiksa dengan mikroskop.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Nematoda (biologi kelas x)
Nematoda (biologi kelas x)Nematoda (biologi kelas x)
Nematoda (biologi kelas x)Iratika Aulia
 
Makalah nematoda
Makalah nematoda Makalah nematoda
Makalah nematoda R Januari
 
BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA Nematoda
BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA NematodaBIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA Nematoda
BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA NematodaFauzan Ardana
 
Parasit kelompok 4 kelas A
Parasit kelompok 4 kelas AParasit kelompok 4 kelas A
Parasit kelompok 4 kelas Aangga oka
 
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralisPPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralisRiskymessyana99
 
PPT Parasit Kelompok IV Mikrobiologi Farmasi dan Parasitologi
PPT Parasit Kelompok IV Mikrobiologi Farmasi dan ParasitologiPPT Parasit Kelompok IV Mikrobiologi Farmasi dan Parasitologi
PPT Parasit Kelompok IV Mikrobiologi Farmasi dan ParasitologiFredy Talebong
 
Trichinella spiralis
Trichinella spiralisTrichinella spiralis
Trichinella spiraliszidanabila
 
Cacing tambang klp 77
Cacing tambang klp 77Cacing tambang klp 77
Cacing tambang klp 77sinupid
 
Pengantar Parasitologi
Pengantar Parasitologi Pengantar Parasitologi
Pengantar Parasitologi pjj_kemenkes
 
Pengendalian Vektor Lalat
Pengendalian Vektor LalatPengendalian Vektor Lalat
Pengendalian Vektor LalatInoy Trisnaini
 

Was ist angesagt? (19)

Pengenalan parasitologi
Pengenalan parasitologiPengenalan parasitologi
Pengenalan parasitologi
 
Nematoda (biologi kelas x)
Nematoda (biologi kelas x)Nematoda (biologi kelas x)
Nematoda (biologi kelas x)
 
Cacing nematoda
Cacing nematodaCacing nematoda
Cacing nematoda
 
Makalah nematoda
Makalah nematoda Makalah nematoda
Makalah nematoda
 
Ppt nematoda.
Ppt nematoda.Ppt nematoda.
Ppt nematoda.
 
BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA Nematoda
BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA NematodaBIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA Nematoda
BIOLOGI SMA KELAS 10 ANIMALIA Nematoda
 
Parasit kelompok 4 kelas A
Parasit kelompok 4 kelas AParasit kelompok 4 kelas A
Parasit kelompok 4 kelas A
 
Bahan ajar2 nemathelminthes
Bahan ajar2 nemathelminthesBahan ajar2 nemathelminthes
Bahan ajar2 nemathelminthes
 
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralisPPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis
PPT parasitologi - strongiloides stercoralis & trichinella spiralis
 
Parasitologi
ParasitologiParasitologi
Parasitologi
 
Protozoologi
ProtozoologiProtozoologi
Protozoologi
 
Nematoda
NematodaNematoda
Nematoda
 
PPT Parasit Kelompok IV Mikrobiologi Farmasi dan Parasitologi
PPT Parasit Kelompok IV Mikrobiologi Farmasi dan ParasitologiPPT Parasit Kelompok IV Mikrobiologi Farmasi dan Parasitologi
PPT Parasit Kelompok IV Mikrobiologi Farmasi dan Parasitologi
 
Parasitologi
ParasitologiParasitologi
Parasitologi
 
Trichinella spiralis
Trichinella spiralisTrichinella spiralis
Trichinella spiralis
 
Cacing tambang klp 77
Cacing tambang klp 77Cacing tambang klp 77
Cacing tambang klp 77
 
Pengantar Parasitologi
Pengantar Parasitologi Pengantar Parasitologi
Pengantar Parasitologi
 
Helmintologi
 Helmintologi Helmintologi
Helmintologi
 
Pengendalian Vektor Lalat
Pengendalian Vektor LalatPengendalian Vektor Lalat
Pengendalian Vektor Lalat
 

Andere mochten auch

Kingdom Animalia - Filum Platyhelminthes. Lengkap
Kingdom Animalia - Filum Platyhelminthes. LengkapKingdom Animalia - Filum Platyhelminthes. Lengkap
Kingdom Animalia - Filum Platyhelminthes. LengkapTeuku Ichsan
 
Laporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologiLaporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologiGoogle
 
Biologi Seputar Kehidupan Cacing Pita
Biologi Seputar Kehidupan Cacing PitaBiologi Seputar Kehidupan Cacing Pita
Biologi Seputar Kehidupan Cacing PitaKurnia Kim
 
Dasar-Dasar Mikrobiologi
Dasar-Dasar Mikrobiologi Dasar-Dasar Mikrobiologi
Dasar-Dasar Mikrobiologi pjj_kemenkes
 
Mengenal siklus hidup cacing kremi (Enterobius vermicularis)
Mengenal siklus hidup cacing kremi (Enterobius vermicularis)Mengenal siklus hidup cacing kremi (Enterobius vermicularis)
Mengenal siklus hidup cacing kremi (Enterobius vermicularis)Bahrul Singo
 
penyakit infeksi pada anak
penyakit infeksi pada anakpenyakit infeksi pada anak
penyakit infeksi pada anakKindal
 

Andere mochten auch (11)

Kingdom Animalia - Filum Platyhelminthes. Lengkap
Kingdom Animalia - Filum Platyhelminthes. LengkapKingdom Animalia - Filum Platyhelminthes. Lengkap
Kingdom Animalia - Filum Platyhelminthes. Lengkap
 
Zoologi invert new
Zoologi invert newZoologi invert new
Zoologi invert new
 
Ppt parasit iv
Ppt parasit ivPpt parasit iv
Ppt parasit iv
 
Laporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologiLaporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologi
 
Makalah cacing
Makalah cacingMakalah cacing
Makalah cacing
 
Nematoda
NematodaNematoda
Nematoda
 
Biologi Seputar Kehidupan Cacing Pita
Biologi Seputar Kehidupan Cacing PitaBiologi Seputar Kehidupan Cacing Pita
Biologi Seputar Kehidupan Cacing Pita
 
Dasar-Dasar Mikrobiologi
Dasar-Dasar Mikrobiologi Dasar-Dasar Mikrobiologi
Dasar-Dasar Mikrobiologi
 
Mengenal siklus hidup cacing kremi (Enterobius vermicularis)
Mengenal siklus hidup cacing kremi (Enterobius vermicularis)Mengenal siklus hidup cacing kremi (Enterobius vermicularis)
Mengenal siklus hidup cacing kremi (Enterobius vermicularis)
 
Platyhelminthes & nematoda
Platyhelminthes & nematodaPlatyhelminthes & nematoda
Platyhelminthes & nematoda
 
penyakit infeksi pada anak
penyakit infeksi pada anakpenyakit infeksi pada anak
penyakit infeksi pada anak
 

Ähnlich wie PARASITOLOGI MASYARAKAT

Artikel zooinnnnn nema
Artikel zooinnnnn nemaArtikel zooinnnnn nema
Artikel zooinnnnn nemaYuga Rahmat S
 
Klasifikasi Nemathelminthes
Klasifikasi NemathelminthesKlasifikasi Nemathelminthes
Klasifikasi Nemathelminthesevarahma70
 
Makalah xenopsylla cheopis
Makalah xenopsylla cheopisMakalah xenopsylla cheopis
Makalah xenopsylla cheopisNovi Fachrunnisa
 
(Ascaris lumbricoides).pptx
(Ascaris lumbricoides).pptx(Ascaris lumbricoides).pptx
(Ascaris lumbricoides).pptxFickry2
 
Trematoda paru
Trematoda paruTrematoda paru
Trematoda paruApridinata
 
nemathelminthes
nemathelminthesnemathelminthes
nemathelminthesandy rizal
 
Kingdom Animalia - Nemathelmintes dan Annelida, Lengkap. Kelas X SMA
Kingdom Animalia - Nemathelmintes dan Annelida, Lengkap. Kelas X SMAKingdom Animalia - Nemathelmintes dan Annelida, Lengkap. Kelas X SMA
Kingdom Animalia - Nemathelmintes dan Annelida, Lengkap. Kelas X SMATeuku Ichsan
 
Enterobius vermicularis
Enterobius vermicularisEnterobius vermicularis
Enterobius vermicularisMulkan Fadhli
 
Arthropoda penyebab penyakit
Arthropoda penyebab penyakitArthropoda penyebab penyakit
Arthropoda penyebab penyakitLaksmi Bali
 
Ascaris lumbricoides
Ascaris lumbricoidesAscaris lumbricoides
Ascaris lumbricoidesMulkan Fadhli
 
Tugas parasitologi
Tugas parasitologiTugas parasitologi
Tugas parasitologiIkhsan Cess
 
Zoologi Invertebrata Philum Nemathelmintes
Zoologi Invertebrata Philum NemathelmintesZoologi Invertebrata Philum Nemathelmintes
Zoologi Invertebrata Philum NemathelmintesYuni Ariyanti Part II
 

Ähnlich wie PARASITOLOGI MASYARAKAT (20)

nematoda usus
nematoda ususnematoda usus
nematoda usus
 
Artikel zooinnnnn nema
Artikel zooinnnnn nemaArtikel zooinnnnn nema
Artikel zooinnnnn nema
 
Klasifikasi Nemathelminthes
Klasifikasi NemathelminthesKlasifikasi Nemathelminthes
Klasifikasi Nemathelminthes
 
Makalah xenopsylla cheopis
Makalah xenopsylla cheopisMakalah xenopsylla cheopis
Makalah xenopsylla cheopis
 
Cacing
CacingCacing
Cacing
 
(Ascaris lumbricoides).pptx
(Ascaris lumbricoides).pptx(Ascaris lumbricoides).pptx
(Ascaris lumbricoides).pptx
 
Trematoda paru
Trematoda paruTrematoda paru
Trematoda paru
 
nemathelminthes
nemathelminthesnemathelminthes
nemathelminthes
 
Cacing Gelang
Cacing GelangCacing Gelang
Cacing Gelang
 
Kingdom Animalia - Nemathelmintes dan Annelida, Lengkap. Kelas X SMA
Kingdom Animalia - Nemathelmintes dan Annelida, Lengkap. Kelas X SMAKingdom Animalia - Nemathelmintes dan Annelida, Lengkap. Kelas X SMA
Kingdom Animalia - Nemathelmintes dan Annelida, Lengkap. Kelas X SMA
 
Makalah penyakit kecacingan
Makalah penyakit kecacinganMakalah penyakit kecacingan
Makalah penyakit kecacingan
 
Thrichuris trichiura
Thrichuris trichiuraThrichuris trichiura
Thrichuris trichiura
 
Helmintologi
 Helmintologi Helmintologi
Helmintologi
 
Enterobius vermicularis
Enterobius vermicularisEnterobius vermicularis
Enterobius vermicularis
 
Arthropoda penyebab penyakit
Arthropoda penyebab penyakitArthropoda penyebab penyakit
Arthropoda penyebab penyakit
 
Vermes fix
Vermes fixVermes fix
Vermes fix
 
Ascaris lumbricoides
Ascaris lumbricoidesAscaris lumbricoides
Ascaris lumbricoides
 
Tugas parasitologi
Tugas parasitologiTugas parasitologi
Tugas parasitologi
 
Zoologi Invertebrata Philum Nemathelmintes
Zoologi Invertebrata Philum NemathelmintesZoologi Invertebrata Philum Nemathelmintes
Zoologi Invertebrata Philum Nemathelmintes
 
invertebrata Phylum Nemathelmintes
invertebrata Phylum Nemathelmintes invertebrata Phylum Nemathelmintes
invertebrata Phylum Nemathelmintes
 

Mehr von Poltekes TNI AU

Dasar dasar-bakteriologi
Dasar dasar-bakteriologiDasar dasar-bakteriologi
Dasar dasar-bakteriologiPoltekes TNI AU
 
Antimik efek samping_obat
Antimik efek samping_obatAntimik efek samping_obat
Antimik efek samping_obatPoltekes TNI AU
 
Rute pemberian & cara menggunakan obat
Rute pemberian & cara menggunakan obatRute pemberian & cara menggunakan obat
Rute pemberian & cara menggunakan obatPoltekes TNI AU
 
Sosiologi. perubahan sosial
Sosiologi. perubahan sosialSosiologi. perubahan sosial
Sosiologi. perubahan sosialPoltekes TNI AU
 
Sosiologi. interaksi sosial
Sosiologi. interaksi sosialSosiologi. interaksi sosial
Sosiologi. interaksi sosialPoltekes TNI AU
 

Mehr von Poltekes TNI AU (9)

Dasar dasar-bakteriologi
Dasar dasar-bakteriologiDasar dasar-bakteriologi
Dasar dasar-bakteriologi
 
Obat sistem saraf
Obat sistem sarafObat sistem saraf
Obat sistem saraf
 
Cara menghitung dosis
Cara menghitung dosisCara menghitung dosis
Cara menghitung dosis
 
Antimik efek samping_obat
Antimik efek samping_obatAntimik efek samping_obat
Antimik efek samping_obat
 
Rute pemberian & cara menggunakan obat
Rute pemberian & cara menggunakan obatRute pemberian & cara menggunakan obat
Rute pemberian & cara menggunakan obat
 
Patologi. Penuaan Sel
Patologi. Penuaan SelPatologi. Penuaan Sel
Patologi. Penuaan Sel
 
Sosiologi. kesehatan
Sosiologi. kesehatanSosiologi. kesehatan
Sosiologi. kesehatan
 
Sosiologi. perubahan sosial
Sosiologi. perubahan sosialSosiologi. perubahan sosial
Sosiologi. perubahan sosial
 
Sosiologi. interaksi sosial
Sosiologi. interaksi sosialSosiologi. interaksi sosial
Sosiologi. interaksi sosial
 

Kürzlich hochgeladen

Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptxB-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptxUswaTulFajri
 
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdfD3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdfSuryani549935
 
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxRENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxrobert531746
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.pptALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.pptRaniNarti
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionolivia371624
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiAviyudaPrabowo1
 
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptGizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptAyuMustika17
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxgastroupdate
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxLinaWinarti1
 
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIFPENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIFRisaFatmasari
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxnadiasariamd
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilancahyadewi17
 
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...WulanNovianti7
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppticha582186
 

Kürzlich hochgeladen (17)

Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptxB-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
 
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdfD3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
 
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxRENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.pptALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung function
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
 
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptGizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
 
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIFPENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
 
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
 

PARASITOLOGI MASYARAKAT

  • 2. Pendahuluan (Istilah Parasitologi) Parasitisme Mencakup hubungan timbal balik satu spesies dengan spesies lain untuk kelangsungan hidupnya. Satu jenis makhluk mendapat makanan dan perlindungan dari makhluk lain yang dirugikan atau dibunuh. Menurut derajatnya: • Komensalisme = satu makhluk mendapat keuntungan, tetapi makhluk lain tidak dirugikan. • Mutualisme = hubungan dua makhluk yang keduanya mendapat keuntungan. • Simbiosis = hubungan permanen antara 2 makhluk dan tidak dapat hidup terpisah. • Pemangsa/predator = parasit yang membunuh mangsanya dahulu, lalu memakannya. Hospes Hospes ialah spesies yang dihinggapi oleh parasit. Menurut macamnya: • Hospes definitif = hospes tempat parasit hidup, tumbuh menjadi dewasa dan berkembang biak secara seksual • Hospes perantara = hospes tempat parasit hidup tumbuh menjadi bentuk infektif yang siap ditularkan kepada hospes lain. • Hospes reservoir = hewan yang mengandung parasit dan merupakan sumber infeki bagi manusia. • Hospes paratenik = hewan yang mengandung stadium infektif parasit tanpa menjadi dewasa dan stadium infektif ini dapat ditularkan dan menjadi dewasa pada hospes definitif.
  • 3. Vektor • Vektor ialah makhluk yang menularkan parasit pada manusia dan hewan secara aktif, biasanya serangga; misal nyamuk Anopheles yang menularkan Plasmodium sp dan Culex sebagai vektor filariasis. Zoonosis • Zoonosis ialah penyakit hewan yang dapat ditularkan kepada manusia, misal balantidiosis yaitu penyakit parasitik yang disebabkan Balantidium coli (parasit babi). Dalam daur hidup parasit, terdapat berbagai stadium. Pada helminthes, dikenal stadium dewasa, telur dan larva. Sedangkan pada protozoa, dikenal trophozoa dan kista. Penulisan parasit untuk tingkat spesies, ditulis dengan dua kata, huruf miring dan huruf pertama pada kata pertama ditulis kapital, seperti Ascaris lumbricoides. Penyakit parasitik yang menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia ialah: malaria, toxoplasmosis, penyakit akibat cacing tanah, filariasis, mikosis superfisialis.
  • 4. Nematoda (Cacing) Morfologi dan Daur Hidup • Nematoda mempunyai kepala, ekor, dinding, rongga badan. Sistem ekskresi, pencernaan dan reproduksi terpisah. Biasanya cacing bertelur, tetapi ada juga yang vivipar dan berkembang biak secara partenogenesis. Cacing betina dapat mengeluarkan telur atau larva sebanyak 20 sampai 200.000 butir sehari yang dikeluarkan dari badan hospes dengan tinja. Larva mengalami pertumbuhan yang disertai pergantian kulit. Bentuk infektif menginfeksi manusia melalui berbagai cara, seperti masuk secara aktif, tertelan atau melalui gigitan vektor.
  • 5. Nematoda (Cacing) usus Nematoda Usus Manusia merupakan hospes nematoda usus. Beberapa spesies ditularkan melalui tanah yang disebut soil transmitted helminthes, misalnya Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Ancylostoma duodenale, Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis, Trichostrongylus sp, Trichinella spiralis dan Oxyuris vermicularis. Ascaris lumbricoides Manusia merupakan satu-satunya hospes Ascaris lumbricoides dan penyakit yang disebabkannya disebut askariasis. MORFOLOGI dan DAUR HIDUP Cacing jantan berukuran lebih kecil dari cacing betina. Stadium dewasa hidup di rongga usus kecil. Cacing betina bertelur sebanyak 100.000-200.000 butir sehari, terdiri atas telur yang dibuahi dan tidak dibuahi. Telur yang dibuahi berkembang menjadi infektif dalam 3 minggu. Bentuk infektif akan menetas di usus halus. Larvanya menembus dinding usus halus menuju pembuluh darah atau saluran limfe, lalu ke jantung, paru- paru menembus dinding pembuluh darah ke rongga alveolus, ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus menuju faring dan menyebabkan inflamasi. Bila pasien batuk, larva tertelan ke dalam esofagus lalu ke usus halus, berubah menjadi cacing dewasa. Proses sejak telur matang hingga menjadi cacing dewasa membutuhkan 2-3 bulan.
  • 6. Nematoda (Cacing) usus PATOLOGI – GEJALA KLINIS Pendarahan kecil di dinding alveolus, disertai batuk, demam dan eosinofilia. Mual, nafsu makan turun, konstipasi, diare. Pada infeksi berat, terutama anak-anak terjadi malabsorbsi sehingga memperberat malnutrisi dan status kognitif menurun. Efek serius jika cacing menggumpal dalam usus sehingga terjadi obstruksi usus (ileus). Cacing dewasa migrasi ke saluran empedu, apendiks, atau bronkus yang menyebabkan keadaan gawat darurat.Foto toraks: infiltrat menghilang dalam 3 minggu yang disebut sindrom Loeffler. DIAGNOSIS– PROGNOSIS • Diagnosis pasti: telur dalam tinja pada pemeriksaan tinja atau cacing dewasa keluar melalui mulut, hidung atau dalam tinja. • Prognosa askariasis baik, tanpa pengobatan, dapat sembuh sendiri dalam 1,5 tahun. Dengan pengobatan, angka kesembuhan 70-90%
  • 8. Necator americanus dan Ancylostoma duodenale Necator americanus dan Ancylostoma duodenale adalah cacing tambang (hookworm) dan menyebabkan nekatoriasis dan ankilostomiasis. Hospesnya adalah manusia. MORFOLOGI dan DAUR HIDUP Cacing dewasa hidup di rongga usus halus dengan mulut yang besar melekat pada mukosa dinding usus. Cacing betina Necator americanus mengeluarkan telur 5000-10.000 butir/ hari dan Ancylostoma duodenale mengeluarkan 10.000-25.000 butir/ hari. Cacing betina berukuran panjang 1 cm, cacing jantan 0,8 cm. Cacing Necator americanus bentuk badannya menyerupai huruf S dan Ancylostoma duodenale menyerupai huruf C. Rongga mulut Necator americanus meemiliki benda kitin dan Ancylostoma duodenale memiliki dua pasang gigi. Cacing jantan mempunyai bursa kopularis. Telur dikeluarkan lewat tinja, menetas dalam 1-1,5 hari menjadi larva rabditiform lalu menjadi larva filariform (stadium infektif) dalam 3 hari yang dapat menembus kulit dan hidup di tanah selama 7-8 hari. Infeksi terjadi bila larva filariform menembus kulit atau tertelan untuk Ancylostoma duodenale.
  • 9. Nematoda (Cacing) usus PATOLOGI – GEJALA KLINIS • Stadium Larva Larva filariform menembus kulit: terjadi ground itch (perubahan kulit). Perubahan paru ringan. Infeksi Ancylostoma duodenale secara oral menyebabkan mual, muntah, iritasi faring, batuk, sakit leher, serak. • Stadium Cacing Dewasa Gejala bergantung pada spesies, jumlah cacing dan gizi penderita (Fe dan protein). Cacing Necator americanus menyebabkan kehilangan darah 0,005 – 0,1 cc/hari dan Ancylostoma duodenale 0,08-0,34 cc/hari. Pada infeksi kronik terjadi anemia tidak menyebabkan kematian. DIAGNOSIS Dengan menemukan telur dalam tinja. Kebiasaan defekasi di tanah dan pemakaian pupuk kebun dapat meningkatkan penyebaran infeksi. Tanah yang baik untuk pertumbuhan larva ialah tanah gembur.
  • 10.
  • 11. Enterobius vermicularis = cacing kremi, menyebabkan enterobiasis atau oksiuriasis. Hospesnya adalah manusia. DAUR HIDUP – MORFOLOGI Cacing betina, pada ujung anteriornya ada pelebaran kulit seperti sayap disebut alae. Bulbus esofagusnya jelas dan ekornya panjang runcing. Cacing jantan mempunyai sayap,ekornya melingkar sehingga bentuk mirip ? Habitat cacing dewasa di rongga sekum, usus besar dan usus halus. Makanannya: isi usus halus. Cacing betina gravid mengandung 11.000-15.000 butir telur bermigrasi ke perianal ( tidak ditemukan dalam tinja) untuk bertelur, biasanya malam hari. Telur matang dalam 6 jam setelah dikeluarkan, resisten terhadap desinfektan dan udara dingin. Cacing jantan mati setelah kopulasi dan cacing betina mati setelah bertelur. Infeksi: menelan telur matang atau larva dari perianal migrasi kembali ke usus besar. Telur yang tertelan menetas di duodenum, larva rabditiform berubah 2 kali sebelum menjadi dewasa di jejunum dan ileum atas. Daur hidup dari telur matang tertelan sampai menjadi cacing dewasa berlangsung 2 minggu sampai 2 bulan.
  • 12. PATOLOGI – GEJALA KLINIS Enterobiasis: iritasi anus, vagina & perineum dan pruritus ani pada malam hari. Cacing dewasa ke usus halus proksimal sampai lambung, esofagus, hidung serta ke vagina dan tuba fallopi menyebabkan radang, juga migrasi ke apendiks, jarang menyebabkan apendisitis. Gejalanya kurang nafsu makan, berat badan turun, aktivitas meninggi, enuresis, cepat marah, gigi menggeretak, insomnia dan masturbasi. DIAGNOSIS • Infeksi: gatal sekitar anus pada malam hari. Telur cacing diambil dengan anal swab yang ditempelkan di anus pada pagi hari, untuk pemeriksaan mikroskopik. Pemeriksaan dilakukan selama 3 hari berturut-turut. • Telur cacing diisolasi dari debu di lantai, meja, kursi, tempat duduk kakus, bak mandi, alas kasur, bufet, pakaian dan tilam. • Penularan cacing dari tangan ke mulut yang sudah menggaruk daerah perianal (autoinfeksi), lewat debu; retrofeksi melalui anus: larva dari telur masuk ke anus kembali. Anjing dan kucing sumber infeksi karena
  • 13.
  • 14. Trichuris trichuria • Cacing Trichuris trichuria bagian anteriornya langsing seperti cambuk dan panjangnya 3/5 panjang tubuh, bagian posteriornya gemuk. Cacing jantan melingkar, terdapat satu spikulum. Cacing dewasa hidup di kolon asendens dan sekum. Telur dibuahi dikeluarkan bersama tinja, matang dalam 6 minggu pada tanah yang lembab. Manusia terinfeksi bila menelan telur matang. Larva keluar melalui dinding telur, masuk ke dalam usus halus menjadi cacing dewasa lalu ke kolon dan sekum. Daur hidupnya mulai dari telur tertelan sampai menjadi cacing dewasa selama 30-90 hari. • Infeksi berat: cacing di seluruh kolon dan sekum menyebabkan mukosa rektum prolaps dan memasukkan kepalanya ke mukosa usus, menyebabkan radang mukosa usus dan pendarahan, mengisap darah hospes sehingga menyebabkan anemia. Gejala lainnya diare, mual, muntah, berat badan turun, sindrom disentri. • Diagnosis dengan menemukan telur dalam tinja.
  • 15.
  • 16. Nematoda (Cacing) usus-8 Strongyloides stercoralis Cacing dewasa betina hidup sebagai parasit di villi duodenum dan jejunum. Cacing berbentuk filiform halus, tidak berwarna. Telur berbentuk parasitik ada di mukosa usus yang menetas menjadi larva rabditiform yang masuk ke rongga usus dikeluarkan bersama tinja.
  • 17. Nematoda (Cacing) usus-9 Daur hidup: • Siklus langsung Setelah 2-3 hari di tanah, larva rabditiform menjadi larva filariform (infektif). Larva filariform menembus kulit masuk ke vena, jantung kanan, paru, menembus alveolus masuk ke trachea dan laring. Disini terjadi refleks batuk, parasit tertelan masuk usus halus dan menjadi dewasa. Cacing betina bertelur 28 hari setelah infeksi. • Siklus tidak langsung Larva rabditiform di tanah menjadi cacing jantan dan betina, menghasilkan telur menetas menjadi larva rabditiform, lalu larva filariform yang infektif dan menembus kulit hospes atau mengulang fase hidup bebas. Siklus ini terjadi bila lingkungannya lembab. • Autoinfeksi Larva rabditiform menjadi larva filariform di usus atau perianal, lalu larva filariform menembus kulit perianal atau mukosa usus. Larva filariform yang menembus kulit menyebabkan creeping eruption disertai gatal. Cacing dewasa di mukosa usus halus menimbulkan sakit di epigastrum, mual, muntah, diare, konstipasi. Pada hiperinfeksi, cacing dewasa ada di seluruh traktus digestivus dan paru, hati, kandung empedu dan eosinofilia tinggi. Diagnosis: menemukan larva rabditiform dalam tinja atau biopsi duodenum. Pembersihan anus dan pencegahan
  • 19. Nematoda (Cacing) usus-10 Trichinella spiralis Hospesnya : manusia, babi, tikus, anjing, kucing, beruang. MORFOLOGI- DAUR HIDUP • Bentuk cacing dewasa halus seperti rambut. Ujung anteriornya langsing dengan mulut kecil, ular, tanpa papel. Ujung posterior cacing betina membulat dan tumpul, cacing jantan melengkung ke ventral dengan 2 papel. Cacing betina vivipar masuk ke mukosa vilus usus duodenum sampai sekum. Cacing betina mengeluarkan 1500 larva yang masuk ke dalam limfa dan peredaran darah, otot diafragma, iga, lidah, mata, perut, biseps. Pada awal minggu ke-4, larva tumbuh menjadi kista dalam otot melintang. Kista dapat hidup selama 18 bulan, lalu terjadi perkapuran dalam 6 bulan sampai 2 tahun. Infeksi terjadi bila daging babi yang mengandung larva infektif termakan. Di usus halus proksimal, dinding kista dicerna dan larva dilepaskan, lalu menembus mukosa dan menjadi cacing dewasa dalam 1-2 hari. GEJALA KLINIS • Gejala infeksi disebabkan oleh cacing dewasa dan larva. Saat invasi ke mukosa usus, timbul gejala sakit perut, diare, mual, muntah 1-2 hari setelah infeksi. Larva menyebar dalam otot 7-28 hari setelah infeksi dan mengakibatkan nyeri otot (mialgia) dan radang otot (miositis) yang disertai demam, eosinofilia. Gejala lainnya adalah sembab, sakit sendi, gejala pernapasan, kelainan jantung dan susunan saraf pusat. Bila masa akut lewat, penderita akan sembuh bersamaan dengan terbentuknya kista dalam otot. Pada infeksi berat, penderita meninggal dalam 2-3 minggu akibat kelainan paru, otak, jantung. • Larva dicari dalam darah atau cairan otak pada hari ke 8-14 setelah infeksi. Pengobatan dilakukan secara simptomatis. Berdasarkan daur hidupnya,babi dan tikus memelihara infeksi di alam. Infeksi terjadi karena babi memakan tikus yang mengandung larva infektif dalam otot atau sampah yang berisi daging babi lain yang mengandung larva infektif. Tikus mendapat infeksi karena memakan sisa daging babi atau bangkai tikus. Larva mati pada suhu 600C atau pada suhu di bawah titik beku, tetapi tidak mati dalam daging yang diasinkan atau diasap
  • 21. Nematoda Jaringan Wurchereria bancrofti HOSPES, MORFOLOGI, DAUR HIDUP • W. bancrofti = parasit manusia menyebabkan filariasis bankrofti termasuk penyakit filariasis limfatik. Parasit ini tidak alami di hewan. Cacing dewasa jantan dan betina hidup di saluran dan kelenjar limfe, bentuknya seperti benang dan berwarna putih susu. Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria bersarung. Mikrofilaria hidup dalam darah dan aliran darah tepi secara periodik nokturna (mikrofilaria di darah tepi pada malam hari) dan di kapiler paru, jantung, ginjal,dsb pada siang hari. Di kota, parasit ditularkan melalui nyamuk Culex quinquefasciatus. Di desa, vektornya nyamuk Anopheles dan Aedes, • Masa pertumbuhan dalam nyamuk 2 minggu, pada manusia 7 bulan. Mikrofilaria terisap nyamuk, bersarang di antara otot toraks. Larva aktif migrasi ke abdomen, kepala lalu alat tusuk nyamuk. Bila nyamuk mengandung larva stadium III (infektif) menggigit manusia, larva masuk ke tubuh hospes, bersarang di limfe. Larva ganti kulit 2 kali
  • 22. Nematoda Jaringan-2 • Gejala klinis filariasis limfatik disebabkan mikrofilaria dan cacing dewasa. Mikrofilaria menyebabkan occult filariasis. Gejala stadium akut cacing dewasa : limfadenitis dan limfangitis retrogad, obstruktif kronis selama 10 - 15 tahun. Penderita mikrofilaremia : ada kerusakan saluran limf. Cacing dewasa menyumbat saluran limf, terjadi dilatasi saluran limfa ( lymphangiektasia ), menyebabkan disfungsi sistem limfatik. Cacing dewasa mati menyebabkan reaksi inflamasi, limfedema dan hipertropi otot polos. Stadium akut : radang saluran dan kelenjar limf (limfadenitis dan limfangitis retrogad),demam dan malaise. Diagnosis Parasitologi • Deteksi parasit: ada mikrofilaria dalam darah, cairan hidrokel atau kiluria • Radiodiagnosis • USG pada skrotum dan kelenjar getah bening inguinal pasien untuk memeriksa infeksi filaria oleh W. Bancrofti ada cacing yang bergerak • Diagnosis imunologi • Pembedahan mengobati hidrokel dan elefantiasis. Untuk mengurangi serangan akut infeksi bakteri dan jamur, mencegah perkembangan lanjut limfedema, diharuskan membersihkan kaki dengan air dan sabun, terutama darah lipatan kulit dan sela jari kaki. Bila ada luka, diobati antibiotik dan antimikotik.
  • 24. Protozologi Protozoa adalah hewan bersel satu yang hidup sendiri atau berkoloni. Biasanya protozoa memiliki dua stadium: vegetatif, yaitu stadium trophozoit dan stadium kista yang tidak aktif. Protozoa terdiri dari inti dan sitoplasma, serta ektoplasma yang berfungsi sebagai alat pergerakan, mengambil makanan, ekskresi, respirasi dan bertaham diri, berupa pesudopodium, flagel, cilia, membran bergelombang. Alat pergerakan berfungsi untuk memperoleh makanan dan bereaksi pada rangsangan fisik dan kimia. Flagelata dan cilia bergerak aktif, sporozoa hampir tidak bergerak, pseudopodium membentuk amoeboid. Makanan dimasukkan melalui peristom ke dalam sitostom, lalu sitofaring ke dalam endoplasma dan diambil dengan osmosis untuk makanan cair dan ekstoplasma atau sitostom untuk makanan padat. Makanan diolah dalam vakuola. Ekskresi dilakukan dengan tekanan osmosis dan difusi. Protozoa mengeluarkan sekret berupa enzim, dinding kista dan zat toksik dan antigenik. Protozoa bernapas secara langsung dengan difusi dan tidak langsung dengan mengambil oksigen yang dilepaskan dari reaksi metabolisme.
  • 25. Protozologi-2 Kista juga berperan untuk transmisi antar hospes, untuk bertahan atau reproduksi. Reproduksi protozoa berlangsung dengan 2 cara: • Aseksual - Belah pasang. Parasit membelah diri menjadi dua parasit yang sama bentuknya, eg. Amoeba, mastigophora, ciliata - Skizogoni. Inti membelah jadi banyak dan diliputi oleh protoplasma sehingga terbentuk banyak merozoit. - Stadium kista. Inti membelah; pada saat eksitasi, kista mengeluarkan banyak trophozoit baru. • Seksual 2 sel yaitu syngami yang permanen dan tidak permanen bersatu, dibentuk dari sel kelamin makrogametosit dan mikrogametosit yang bersatu membentuk zigot. Inti zigot membelah jadi banyak menjadi sporozoit (sporogoni). • Akseksual dan seksual secara bergantian, eg. Sporozoa Parasit ditransmisikan antar hospes melalui makanan dan air atau secara langsung, atau melalui vektor seperti nyamuk atau lalat. Gejala umum saat terinfeksi protozoa adalah demam, limfadenopati, splenomegali dan bisa menjadi subklinis, akut atau berkembang menjadi menahun. Diagnosis dengan menemukan parasit dalam saluran intestinal, darah dan jaringan, tes serologis, dan PCR.
  • 26. Rhizopoda Entamoeba histolytica • Hospesnya adalah manusia. Dalam daur hidupnya, bila kista mayang tertelan, kista masuk ke dalam lambung dalam keadaan utuh karena dinding kista tahan asam, lalu dicerna di rongga usus halus sehingga eksitasi dan keluar stadium trophozoit yang masuk ke rongga usus besar. Satu kista mengandung 4 buah inti akan mengeluarkan 8 trophozoit yang mengandung inti dan sel darah merah dalam endoplasma serta ektoplasma bening, pseudopodium yang besar dan lebar untuk pergerakan linier dan cepat. Trophozoit dapat menginvasi jaringan usus masuk ke aliran darah dan menyebar ke jaringan hati, paru, otak, kulit dan vagina. Tophozoit berkembang biak dengan belah pasang. Di dalam rongga usus besar, trophozoit berubah stadium precyst yang berinti satu kemudian membelah berinti 4 dan keluar bersama tinja. Kista berbentuk bulat atau lonjong, punya dinding kista dan inti entamoeba, vakuola dan benda kromatoid besar sebagai makanan cadangan pada kista muda. Kista tidak patogen tetapi infektif untuk bertahan terhadap lingkungan yang buruk. Entamoeba coli • Hospesnya adalah manusia, monyet, babi. Amoeba hidup komensal rongga usus besar, stadium trophozoit lonjong dan bulat, ada inti entamoeba, ektoplasma tidak nyata, pseudopodium lebar jadi pergerakan lambat, endoplasma bervakuola tidak mengandung sel darah merah, berkembang biak dengan belah pasang. Trophozoit ditemukan dalam tinja cair. Dinding kista tebal hitam dan kista berinti 2 atau 8, mempunyai vakuola glikogen dan kromatid pada kista muda yang tidak mudah mati oleh kekeringan. Parasit ini tidak patogen. Diagnosis dengan menemukan trophozoit atau kista dalam tinja.
  • 27. Rhizopoda-2 Toxoplasma gondii Hospesnya kucing dan binatang sejenisnya. Hosppes perantaranya manusia, mamalia lainnya dan burung. Parasit ini menyebabkan toksoplasmosis kongenital dan toksoplasmosis akuisita. • MORFOLOGI DAN DAUR HIDUP Dalam sel epitel usus halus kucing berlangsung daur aseksual (skizogoni) dan daur seksual (gametogoni, sporogoni) yang menghasilkan ookista dikeluarkan bersama tinja. Ookista menghasilkan 2 sporokista yang masing-masing mengandung 4 sporozoit. Bila ookista tertelan mamalia lain atau burung (hospes perantara); dalam tubuh hospes terbentuk trofozoit yang membelah secara aktif disebut takizoit. Takizoit berubah menjadi bentuk kista dalam tubuh hospes yang merupakan stadium istirahat. Kista jaringan ditemukan seumur hidup terutama di otak, otot jantung dan otot lurik. Bentuk kista merupakan infeksi laten menimbulkan masa infeksi menahun. Pada manusia, takizoit intraselular ditemukan pada infeksi akut. Takizoit berkembangbiak dalam sel, jika sel penuh dengan takizoit maka sel pecah dan takizoit memasuki sel-sel sekitarnya atau difagositosis oleh sel makrofag. Cara infeksi : • Pada toksoplasmosis kongenital transmisi Toxoplasma kepada janin terjadi in utero melalui plasenta bila ibu mendapat infeksi primer waktu hamil. • Pada toksoplasmosis akuisita infeksi terjadi bila makan daging mentah/kurang matang yang mengandung kista atau takizoit Toxoplasma. Pada orang yang tidak makan daging mentah, infeksi terjadi jika menelan ookista yang keluar bersama tinja kucing. • Infeksi terjadi pada pegawai laboratorium yang bekerja dengan binatang percobaan yang diinfeksi T.gondii, melalui jarum suntik dan alat laboratorium yang terinfeksi T.gondii, ataupun pada otopsi. • Infeksi melalui transplantasi organ dari donor yang menderita toksoplasmosis laten. • Infeksi melalui transfusi darah lengkap.
  • 28. Rhizopoda-3 GEJALA KLINIS • Setelah invasi di usus, parasit memasuki sel berinti atau difagositosis. Sebagian parasit mati dan sebagian lagi berkembang biak dalam sel, menyebabkan sel hospes pecah dan menyerang sel-sel lain. Adanya parasit dalam makrofag dan limfosit memudahkan penyebaran secara hematogen dan limfogen ke seluruh tubuh. Parasitemia berlangsung selama beberapa minggu. T.gondii menyerang semua organ dan jaringan tubuh hospes kecuali eritrosit (tak berinti). • Kista jaringan terbentuk mungkin untuk seumur hidup jika sudah ada kekebalan. Kerusakan pada jaringan tubuh tergantung pada : 1) umur, pada bayi kerusakannya lebih berat a.l berupa hidrosefalus, prematuritas, retardasi pertumbuhan intrauterin, 2) virulensi strain Toxoplasma, 3) jumlah parasit, 4) organ yang terkena. • Lesi pada SSP (berupa nekrosis disertai kalsifikasi dengan gejala sakit kepala, demam, perubahan mental yang berlanjut menjadi kelainan neurologi dan kejang) dan mata lebih berat dan permanen karena jaringan ini tidak mempunyai kemampuan regenerasi. Infeksi akut di retina berupa radang lokal dengan edema dan infiltrasi leukosit yang menyebabkan kerusakan total pada mata, pada proses penyembuhan menjadi parut (sikatriks) dengan atrofi retina dan khoroid disertai pigmentasi. Pada otot jantung dan otot lurik ditemukan T.gondii tanpa menimbulkan peradangan. Jarang ditemukan parasit dalam limpa dan hati. • Infeksi pada orang dewasa asimptomatik. Gejala klinis pada toksoplasmosis akuisita akut adalah limfadenopati (servikal, supraklavikuler, axial, inguinal dan oksipital ), lelah, demam, sakit kepala dan nyeri otot, kadang-kadang eksantem. Retinokoroiditis pada pubertas dan dewasa sebagai kelanjutan infeksi kongenital merupaka reaktivasi infeksi laten. Infeksi pada kehamilan muda mengakibatkan abortus spontan dan kematian janin. Gejala sisa pada kelainan SSP berupa retardasi mental dan motorik.
  • 29. Rhizopoda-4DIAGNOSIS • Diagnosis toksoplasmosis akut dipastikan jika menemukan takizoit dalam biopsi otak, sumsum tulang, cairan serebrospinal dan ventrikel. PROGNOSIS • Toksoplasmosis akuisita tidak fatal, gejalanya hilang dengan pengobatan adekuat, bila kekebalan menurun terjadi eksaserbasi akut. Keadaan toksoplasmosis dipengaruhi kebiasaan makan daging mentah/kurang matang, adanya kucing sebagai binatang peliharaan, tikus dan burung sebagai hospes perantara, vektor lipas dan lalat yang memindahkan ookista dari tinja kucing ke makanan. • MIKOSIS SUPERFISIAL Mikosis superfisial adalah penyakit jamur pada lapisan permukaan kulit stratum korneum, rambut dan kuku. Mikosis superfisial dibagi dalam 2 kelompok: 1) yang disebabkan oleh jamur bukan golongan dermatofita, yaitu pitiriasis versikolor, otomikosis, piedra hitam, piedra putih, onikomikosis dan tinea nigra palmaris dan 2) disebabkan oleh jamur golongan dermatofita yaitu dermatofitosis. Kelainannya berupa bercak yang warnanya berbeda dengan warna kulit, berbatas tegas disertai gatal atau tanpa gejala. Pada infeksi menahun terutama jika disertai infeksi sekunder batas dan warna menjadi tidak jelas. Diagnosa ditegakkan dari kerokan kulit, kuku dan rambut diperiksa secara langsung dengan sediaan KOH dan dibiakkan pada agar Sabouraud dekstrosa.
  • 30. Pitiriasis Versikolor (panu) Pitiriasis Versikolor (panu) • Pitiriasis Versikolor (panu) disebabkan oleh jamur Malassezia furfur yang hidup secara saprofit pada kulit manusia. Kelainan berupa lesi kulit berbentuk lonjong uniseluler atau bulat berkelompok. Manusia terinfeksi bila sel jamur Malassezia melekat pada kulit, membentuk kolonisasi jamur di kulit akibat pertumbuhan jamur yang meningkat. Hal ini dipercepat / dipermudah oleh kulit berminyak, pengobatan antimikroba jangka lama, kortikosteroid, infeksi kronis, keringat berlebihan dan pemakaian pelumas kulit. Lesi dimulai dengan bercak kecil tipis, menjadi banyak dan menyebar disertai sisik terutama pada tubuh bagian atas (muka, leher, lengan, dada, perut dll ) berupa bercak bulat kecil atau melebar pada panu menahun disertai gatal jika berkeringat. Pada penderita kulit berwarna panu merupakan bercak hipopigmentasi, sedangkan pada penderita kulit putih sebagai bercak hiperpigmentasi. Penularan panu terjadi bila ada kontak dengan jamur penyebab. DIAGNOSIS • Diagnosis panu dengan pemeriksaan langsung kerokan kulit dengan larutan KOH, sinar ultraviolet pada kulit panu.
  • 31. Otomikosis Otomikosis • Adalah penyakit jamur pada kulit liang telinga yang disebabkan jamur kontaminan yang ada di udara bebas seperti Aspergillus, Penicillium, Mucor, Rhizopus dan Candida. • Otomikosis bersifat unilateral, akut atau menahun. Liang telinga merupakan tempat yang baik untuk pertumbuhan jamur karena lembab dan terbuka sehingga jamur kontaminan di udara luar mudah masuk ke dalam liang telinga. Jamur mudah tumbuh pada serumen yang basah. Gejala : gatal , gangguan pendengaran dan rasa penuh di telinga karena pertumbuhan jamur sangat cepat sehingga menutup liang telinga. Pada otomikosis kronis, sisik yang mengandung jamur meliputi seluruh kulit sebelah luar liang telinga. Jika disertai infeksi sekunder disertai gatal dan nyeri. • Diagnosis otomikosis, bahan pemeriksaan ialah serumen (diambil dengan kapas usap steril), usap kulit liang telinga dengan cara pemeriksaan langsung sediaan KOH 10 %, ditemukan spora jamur.
  • 32. Piedra Piedra (= batu) • Piedra ialah infeksi jamur pada rambut, berupa benjolan sangat keras yang melekat erat pada rambut, berwarna hitam atau putih kekuningan. Penyakit ini tidak menimbulkan keluhan atau gejala. Diagnosa panyakit ini dengan pemeriksaan langsung dengan larutan KOH 10 %. Penularan penyakit melalui sisir dan alat potong rambut. Ada 2 macam piedra yaitu piedra hitam dan piedra putih. Piedra Hitam • Adalah infeksi jamur pada rambut terutama rambut kepala. Spora jamurnya berwarna coklat hitam. Infeksi terjadi jika rambut kontak dengan spora jamur penyebab, jamur tumbuh membentuk koloni sepanjang batang rambut. Kelainannya berupa benjolan berwarna coklat kehitaman yang sukar dilepaskan dari rambut, jika dipaksa rambut akan patah. Piedra Putih • Adalah infeksi jamur pada rambut ketiak, pubis, kumis dan janggut yang disebabkan Trichosporon beigelli. Penyakit ini jarang ditemukan dan benjolannya yang berwarna putih kekuningan mudah dilepaskan dari rambut.
  • 33. Onikomikosis Onikomikosis • Yaitu penyakit jamur pada satu kuku atau lebih disebabkan jamur Candida dan dermatofita. Gejala : permukaan kuku tidak rata, tidak mengkilat, kuku menjadi rapuh atau mengeras. Bila disebabkan oleh Candida, disertai dengan paronikia (radang jaringan sekitar kuku). • Diagnosis dari bahan pemeriksaan kerokan kuku dengan pemeriksaan langsung sediaan KOH 10%
  • 34. Dermatofitosis (tinea, ringworm, kurap) Dermatofitosis ialah mikosis superfisialis yang disebabkan 3genus jamur golongan dermatofita yaitu Trichophyton, Microsporum dan Epidermophyton. Sifat jamur dermatofita menghasilkan : • Enzim keratinase yang mampu mencerna keratin kuku, rambut dan stratum koreum kulit. • Mannan = komponen dinding sel yang bersifat immunoinhibitory, mampu menghambat eliminasi jamur oleh hospes dengan menekan kerja cell mediated immunity. Beberapa faktor dalam tubuh hospes berperan menghambat patogenitas pertumbuhan jamur golongan dermatofita, contoh: 1)progesteron sehingga insidens dermatofitosis lebih banyak pada laki-laki. 2) unsaturated fatty acid pada sebum menghambat pertumbuhan jamur sehingga produksi sebum pada kulit kepala orang dewasa dapat menurunkan insidens tinea kapitis. Gejala dermatofitosis disebabkan oleh kolonisasi jamur pada kulit, kuku atau rambut. Gejala dermatofitosis bervariasi (tergantung lokasi kelainan, respon imun seluler penderita dan jenis spesies jamur penyebab) disertai gatal terutama jika berkeringat serta reaksi alergi (=reaksi id). Kelainannya berupa lingkaran yang berbatas tegas dengan vesikel kecil, dasar kelainan berwarna kemerahan yang tertutup sisik. Jamur terdapat di dinding vesikel dan sisik itu. Bila kemudian terjadi infeksi sekunder oleh kuman vwsikel berubah menjadi pustula disertai rasa sakit. Diagnosa laboratorium dibuat berdasarkan pemeriksaan langsung kerokan kulit dan kuku dengan larutan KOH 10-20 %. Sumber infeksi berasal dari lingkungan sekitar penderita : orang- orang sekitarnya, tanah/debu, binatang peliharaan.
  • 35. Tinea Kapitis Tinea kapitis adalah dermatofitosis yang mengenai kulit, rambut kepala dan folikel rambut disebabkan spesies Microsporum dan Trichophyton. Penderita terutama anak-anak usia 3-7 tahun. Terdapat 3 bentuk klinis tinea kapitis : • Bentuk kerion: Kelainan bersifat akut disertai peradangan dan pustula. Rambut mudah rontok, tidak nyeri jika dicabut mengakibatkan alopesia (botak) disebabkan spora jamur terletak terutama di luar rambut. • Bentuk grey patch : Kelainan disebabkan spora jamur terletak terutama di luar rambut. Gejalanya gatal, alopesia bersisik tanpa peradangan, rambut kusam dan patah di atas permukaan kulit. • Bentuk black dot : Pada kulit kepala tampak bintik-bintik hitam karena rambut patah pada folikel rambut disebabkan spora jamur terletak terutama di dalam rambut.
  • 36. Tinea Korporis • Tinea korporis adalah dermatofitosis pada kulit wajah yang berminyak (kecuali jenggot), tubuh dan tungkai termasuk punggung tangan dan kaki. Gejalanya gatal dan terdapat kelainan kulit yang bervariasi tergantung spesies penyebab, berupa lesi tanpa peradangan, plakat yang bersisik atau peradangan berbentuk mulai dari vesikel, pustula sampai bula. Pada stadium akut lesi berbentuk plakat anular dengan sisik di bagian tepi, bagian tengah tampak lebih bersih. Bila telah menahun batas lesi tidak jelas dan ada infeksi sekunder oleh kuman akibat garukan. • Predisposisi : sering kontak dengan binatang atau tanah, olahragawan, penyakit sistemik (diabetes melitus, cushing syndrome, HIV dll).
  • 37. Tinea Kruris, Tinea Pedis, Tinea Unguium Tinea Kruris • Tinea kruris adalah dermatofitosis yang mengenai kulit paha atas bagian tengah, daerah inguinal, pubis, perineum dan perianal. Kelainan kulit tergantung spesies penyebab, berupa eritem ringan bersifat kronik tanpa peradangan atau akut dengan peradangan, bagian tepi lesi tampak aktif disertai vesikel dan rasa gatal yang hebat. • Predisposisi : baju ketat, keringat, baju mandi yang lembab dalam waktu lama, obesitas dan diabetes melitus. Pencegahan penyakit ini dengan meningkatkan kebersihan diri dan lingkungan. Tinea Pedis • Tinea pedis adalah dermatofitosis pada telapak kaki, lateral kaki, sela jari kaki antara jari ke 3-4 dan ke 4-5. Penderita terutama pria pasca pubertas. Gambaran klinis tidak jelas karena lembab dan tekanan. Bila ada infeksi sekunder oleh kuman timbul pustula dan nyeri. Predisposisi : kaki selalu basah oleh air atau keringat (sepatu tertutup dan memakai kaus kaki). Sering terjadi maserasi kulit. Tinea Unguium • Tinea unguium adalah dermatofitosis pada satu kuku atau lebih. Permukaan kuku tidak rata, kuku dapat terkikis, mudah rapuh atau keras. Penyembuhan penyakit ini memerlukan waktu beberapa bulan sampai 1 tahun.
  • 38. Parasit dalam Hospes Vertebrata (Hospes Perantara) Fase jaringan. • Nyamuk Anopheles betina yang mengandung parasit malaria dalam kelenjar liurnya menusuk hospes, sporozoit dalam air liurnya masuk melalui probosis yang ditusukkan ke dalam kulit. Sporozoit masuk dalam sirkulasi darah, ½ jam – 1 jam masuk dalam sel hati. Sebagian sporozoit dihancurkan sel fagosit, sebagian lagi masuk ke dalam sel hati (hepatosit) menjadi trofozoit hati dan berkembang biak (= proses skizogoni praeritrosit atau eksoeritrosit primer). Pada akhir fase praeritrosit, skizon pecah, merozoit keluar yang masuk sirkulasi darah. Sebagian besar menyerang eritrosit di sinusoid hati dan sebagian lagi difagositosis. Sporozoit yang hipnozoit menjadi aktif kembali menjadi skizogoni eksoeritrosit sekunder, hal ini merupakan penyebab timbulnya relaps (= parasit ditemukan lagi dalam darah setelah terapi obat skizontisida darah yang adekuat). Penyakit malaria juga dapat kambuh (= rekrudensi) akibat proliferasi stadium eritrositik, hal ini disebabkan beberapa faktor yakni obat skizontisida tidak mengeliminasi seluruh parasit dalam eritrosit, imunitas alami yang menurun atau adanya varian parasit malaria baru yang tidak dikenali tubuh hospes.
  • 39. Parasit dalam Hospes Vertebrata (Hospes Perantara)-2 Fase aseksual dalam darah. • Masa prapaten = waktu antara permulaan infeksi sampai parasit malaria ditemukan dalam darah tepi. Masa tunas/inkubasi : berhubungan dengan timbulnya gejala klinik penyakit malaria. Merozoit yang dilepaskan oleh skizon jaringan menyerang eritrosit. Invasi merozoit bergantung pada interaksi reseptor dengan eritrosit, glikoforin dan merozoit. Sisi anterior merozoit melekat pada membran eritrosit, membran merozoit menebal bersatu dengan membran plasma eritrosit, lalu berinvaginasi membentuk vakuola yang berisi parasit malaria. • Parasit mencerna hemoglobin dalam eritrosit, sisa metabolismenya berupa pigmen malaria hemozoin dan hematin. Setelah masa pertumbuhan, parasit berkembangbiak secara aseksual melalui proses pembelahan yang disebut skizogoni, dilanjutkan dengan eritrosit yang pecah dan merozoit dilepaskan dalam aliran darah (sporulasi). Kemudian merozoit masuk ke dalam eritrosit baru dan terbentuk generasi baru dengan cara yang sama. Pada daur eritrosit, skizogoni berlangsung berulangkali selama infeksi yang meningkatkan parasitemia secara cepat sampai proses ini dihambat oleh respon imun hospes.
  • 40. Parasit dalam Hospes Vertebrata (Hospes Perantara)-3 Fase seksual dalam darah. • Setelah 2 – 3 generasi (3-15 hari) merozoit dibentuk, sebagian merozoit memasuki stadium seksual, disebut proses gametogoni (gametositogenesis). Dengan pulasan khusus gametosit betina (makrogametosit) mempunyai sitoplasma berwarna biru dengan inti kecil padat, pada gametosit jantan (mikrogametosit) mempunyai sitoplasma berwarna biru pucat atau merah muda dengan inti besar dan difus. Kedua macam gametosit mengandung banyak butir pigmen.
  • 41. Parasit dalam Hospes Vertebrata (Hospes Perantara)-4 GEJALA KLINIS • Gejala klinis penyakit malaria khas yakni demam dengan suhu tubuh lebih 38%, demam naik turun teratur memberi gambaran tersian (malaria vivax dan ovale) atau kuartan (malaria kuartana disebabkan P. malariae) disertai menggigil dan adanya kelainan limpa splenomegali (limpa membesar dan mengeras), anemi, hepatomegali. Pada awal penyakit, demam tidak khas, tidak bersifat periodik, dapat terjadi terus menerus (febris kontinua) setiap hari. Timbulnya demam bergantung pada jumlah parasit. Demam juga disertai sakit kepala, sakit otot, batuk, mual, muntah dan diare. Setelah 1-2 minggu serangan demam akan diselingi periode bebas penyakit, kemudian penderita mengalami demam bersifat periodik, khas untuk malaria yaitu bersifat intermiten. Pada orang yang tidak imun, demam terjadi kira-kira 2 minggu setelah kembali dari daerah endemi malaria. Pada kelompok imun atau semi imun yang tinggal di daerah endemi malaria, gejala penyakit lebih ringan, terdapat penderita dengan parasitemia asimptomatik. Gejala yang sering pada anak-anak berupa sakit kepala, rasa dingin dan nyeri sendi. • Masa tunas ekstrinsik ialah waktu antara nyamuk mengisap darah penderita malaria yang mengandung gametosit sampai fase sporozoit dalam kelenjar liurnya. Infeksi terjadi dengan 2 cara yakni :1) Secara alami melalui vektor, bila sporozoit masuk dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk dan 2) Secara induksi, jika stadium aseksual dalam eritrosit masuk dalam tubuh manusia melalui darah, misalnya melalui transfusi, suntikan atau kongenital (bayi baru lahir terinfeksi dari ibu yang menderita malaria melalui plasenta).
  • 42. Parasit dalam Hospes Vertebrata (Hospes Perantara)-5 Masa tunas intrinsik ialah waktu antara sporozoit masuk dalam badan hospes sampai timbul serangan pertama gejala demam, umumnya berlangsung 8-37 hari tergantung spesies parasit malaria, beratnya infeksi, pengobatan sebelumnya atau tingkat imunitas hospes dan cara infeksi melalui gigitan nyamuk atau secara induksi. Pada malaria, periodisitas demam berhubungan dengan waktu pecahnya skizon matang yang mengeluarkan merozoit masuk dalam sirkulasi darah (sporulasi). Serangan demam yang khas sering mulai pada siang hari selama 8-12 jam, terdiri dari beberapa stadium yakni : • Stadium menggigil yang diawali dengan perasaan dingin sekali. Stadium ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam. Nadi cepat dan lemah, bibir dan jari tangan menjadi biru, kulit kering dan pucat, kadang disertai muntah, kejang pada penderita anak-anak. • Stadium puncak demam diawali dengan rasa dingin sekali yang berubah menjadi sangat panas. Stadium ini berlangsung 2 - 6 jam. Wajah menjadi merah, kulit kering dan terasa panas seperti terbakar, sakit kepala makin hebat disertai mual muntah, nadi penuh dan berdenyut keras. Perasaan sangat haus ketika suhu naik sampai 41 derajat C (106 derajat F) atau lebih. • Stadium berkeringat diawali dengan penderita berkeringat banyak. Stadium ini berlangsung 2 - 4jam. Suhu turun dengan cepat, kadang-kadang sampai dibawah normal. Penderita dapat tidur nyenyak, ketika bangun tubuh terasa lemah namun lebih sehat.
  • 43. Parasit dalam Hospes Vertebrata (Hospes Perantara)-6 • Serangan demam makin berkurang beratnya karena tubuh menyesuaikan diri dengan adanya parasit dalam tubuh dan respon imun hospes. Gejala infeksi yang timbul kembali setelah serangan pertama disebut rekrudensi, disebabkan oleh peningkatan jumlah parasit dalam eritrosit (parasit daur eksoeritrosit dari hati masuk ke eritrosit, menjadi banyak). Hal ini terjadi karena dosis obat inadekuat atau parasit resisten terhadap obat yang diberikan. Demam timbul kembali dalam 4-6 minggu (relaps). Relaps dapat terjadi 4 minggu atau lebih setelah terapi klorokuin. Di daerah endemi sulit dibedakan dengan infeksi baru. DIAGNOSIS • Diagnosis pasti infeksi malaria dilakukan dengan menemukam parasit malaria dalam darah yang diperiksa dengan mikroskop.