SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
Memahami Hakikat Ilmu dan Ilmu Sosial
Ilmu memiliki pengaruh besar dalam sejarah peradaban manusia, hingga R.Ravertz
beranggapan bahwa ilmu memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pembentukan
dunia serta cara pandang kita tentang dunia. Kemajuan ilmu merupakan proses kumulatif dari
peningkatan ilmu pengetahuan dan kemenangan pemikiran manusia terhadap hal-hal yang
bersifat kebodohan dan takhayul. Serta dari ilmu lahirlah penemuan-penemuan yang berguna
dalam kemajuan hidup manusia (Supardan, 2011: 21).
Namun pada umumnya, pemahaman kita tentang ilmu tidak begitu tepat dalam
mendeskripsikannya. Seperti halnya di Indonesia, istilah ilmu pengetahuan sering dibiasakan
dalam percakapan sehari-hari atau dalam diskusi ilmiah sekalipun, padahal istilah tersebut
dapat dikatakan sebagai “pleonasme” suatu pemakaian kata lebih dari yang diperlukan.
Dalam bahasa Inggris tidak ada istilah knowledge science. Cukup satu diantaranya, “ilmu” itu
ilmu, “pengetahuan” itu tetap pengetahuan, dan tidak pernah ada kata majemuk yang
dipadukan seperti itu (Supardan, 2011: 22). Oleh karena itu, penting bagi kita untuk
mengetahui makna ilmu yang sebenarnya, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalam
memaknai ilmu dan pengetahuan.
Dalam kajian ilmu sosial, penting bagi kita untuk memahami lebih dalam hakikat dari
ilmu dan ilmu sosial. Oleh karena itu, dalam ringkasan ini penulis medeskripsikan hal apa
saja yang dipandang perlu dalam memahami hakikat ilmu dan ilmu sosial.
I. Pengertian dan Ciri-Ciri Ilmu
A. Pengertian Ilmu
Menurut Soeprapto secara terminologi ilmu merupakan terjemahan dari bahasa inggris yaitu
science. Istilah science berasal dari bahasa latin yaitu scienta yang berarti pengetahuan.
Sedangkan kata „scienta‟ berasala dari kata kerja „scire‟ yang artinya mempelajari ataupun
mengetahui (Supardan, 2011: 22). Sedangkan menurut kamus besar Bahasa Indonesia
(Depdikbud 1988), ilmu memiliki dua pengertian, yaitu :
Ilmu diartikan sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara sistematis
menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerapkan gejala-
gejala tertentu dibidang (pengetahuan) tersebut, seperti ilmu hukum, ilmu pendidikan,
ilmu ekonomi dan sebagainya.
Ilmu diartikan sebagai pengetahuan atau kepandaian, tentang soal duniawi, akhirat,
lahir, bathin, dan sebagainya, seperti ilmu akhirat, ilmu akhlak, ilmu bathin, ilmu sihir,
dan sebagainya.
Dari pengertian diatas dapat disimpulakan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang
disusun secara sistematis melalui metode tertentu serta diakui akan keberadaan dan
kebenarannya.
B. Ciri-Ciri Ilmu
Menurut The Liang Gie (1987) ilmu mempunyai 5 ciri pokok, yaitu :
Empiris, pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pengalaman terlebih dalam
pengamatan, penemuan dan percobaan yang telah dilakukan.
Sistematis, pengumpulan dari berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai
satuan yang membentuk kumpulan pengetahuan serta mempunyai hubungan dan
ketergantungan yang teratur.
Objektif, ilmu berarti pengetahuan yang terkonsentrasi pada kebenaran yang ada atau
sesuai dengan faktanya. Sehingga ilmu itu bebas dari prasangka perseorangan dan
kesukaan pribadi.
Analitis, pengetahuan ilmiah berusaha mengklasifikasikan pokok bahasannya dalam
bagian yang terperinci untuk memahami berbagai sifat, hubungan, dan peranan dari
bagian-bagian itu.
Verifikatif, dapat diperiksa kebenarannya oleh siapa pun juga.
Dari ciri-ciri ilmu dias dapat kita simpulkan bahwa pengetahuan dapat dikatakan
sebagai ilmu jika dapat dibuktikan secara empiris, sistematis, objektif, analitis dan verifikatif.
Oleh karena itu, jelas perbedaannya antar pengetahuan dan ilmu. Ilmu memiliki tahapan-
tahapan tertentu sehingga bisa dikatakan sebagai ilmu. Sedangkan pengetahuan merupakan
gagasan manusia yang diperoleh secara indrawi terhadap suatu objek tertentu namun belum
terbukti kebenarannya.
II. Metode Ilmiah
Menurut The Liang Gie metode merupakan prosedur yang mewujudkan pola-pola dan tata
langkah dalam melaksanakan suatu penelitian ilmiah. Sedangkan menurut Soeprapto, secara
etimologis metode berasala dari bahasa yunani meta yang berarti sesudah dan kata hodos
yang berarti jalan. Dengan demikian, metode merupakan langkah-langkah yang diambil,
menurut urutan tertentu, untuk mencapai pengetahuan yang telah dirancang dan dipakai
dalam proses memperoleh engetahuan jenis apapun.
Mengenai langkah-langkah dalam metode ilmiah tersebut, masing-masing ilmuan dan
filsuf memiliki pendapat sendiri. Menurut Sheldon J. Lachman ada enam langkah dalam
metode ilmiah, yaitu :
Perumusan hipotesis spesifik atau pertanyaan spesifik untuk penyelidikan
Perancangan penyelidikan
Pengumpulan data
Pengumpulan data dan pengembangan generalisasi
Pemeriksaan kebenaran terhadap hasil dari data dan generalisasi
III. Kebenaran Ilmu
Kebenaran memiliki berbagai macam perspektif, sehingga tergantung pada perspektif apa
yang kita gunakan untuk melihatnya. Julienne Ford mengemukakan istilah kebenaran dalam
empat arti yang berbeda, yaitu :
Kebenaran metafisik yaitu kebenaran berdasarkan norma-norma eksternal, seperti
kesesuaian alam, logika deduktif, atau standar-standar perilaku profesional. Supriadi
mengemukakan bahwa kebenaran ini merupakan kebenaran yang paling mendasar atau
puncak dari seluruh kebenaran yang ada. Misalnya, kebenaran iman dan agama.
Kebenaran etik yaitu kebenaran yang menunjukan pada perangkat standar moral
tentang perilaku yang pantas dilakukan. Kebenaran ini ada yang mutlak dan ada pula
yang relatif.
Kebenaran logis yaitu sesuatu yang dianggap benar jika terukur dalam logika atau
matematis konsisten dan koheren dengan apa yang telah diakui sebagai suatu yang
benar atau apa yang benar menurut kepercayaan metafisik.
Kebenaran empirik yaitu kebenaran yang lazim dipercayai sebagai landasan pekerjaan
para ilmuan dalam melakukan penelitian. Kebenaran ini disebut kebenaran ilmiah.
Dadang supardan mengemukakan tiga teori utama dalam konteks kebenaran ilmiah,
yaitu :
Teori korespondensi yaitu pernyataan itu benar jika apa yang diungkapkan itu fakta.
Teori koherensi yaitu suatu dianggap benar jika koherensi atau konsistensi, dalam arti
tidak terjadi kontradiktif pada saat bersamaan, antara dua atau lebih logika.
Teori pragmatisme yaitu beranggapan bahwa kebenaran itu tersimpul pada aspek
fungsional secara praktis. Segala sesuatu yang benar jika memiliki asas manfaat.
IV. Pengertian Ilmu Sosial
Manusia sebagai makhluk yang saling membutuhkan dan memiliki ketergantungan terhadap
manusia lainnya, membuktikan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Oleh karena itu,
kajian mengenai ilmu sosial dipandang penting karena ilmu sosial membahas aspek-aspek
dalam proses-proses sosisal. Menurut Ralf Dahrendorf ilmu sosial merupakan suatu konsep
yang mengkaji begitu dalam akan pendefinisian seperangkat disiplin akademik yang
memberikan perhatian pada aspek-aspek kemasyarakatan manusia. Ilmu-ilmu sosial
mencakup sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi, geografi sosial, politik, bahkan sejarah
walaupun disatu sisi ia termasuk ilmu humaniora (Supardan, 2011: 30).
Tinjauan kritis manusia dari masa ke masa terhadap fenomena-fenomena sosial yang
terjadi, melahirkan suatu kesadaran terhadap pengetahuan sosial yang penting untuk dikaji,
dengan proses-proses sosial sebagai objeknya. Maka dari itu, ilmuan-ilmuan sosial
merumuskan dan memahami lebih lanjut akan hakikat keilmuan dari proses-proses sosial
tersebut, sehingga lahirlah ilmu sosial yang mengkaji proses-proses sosial sebagai objeknya.
V. Dimensi Ilmu Sosial
Menurut Dwi Bangbang ada empat dimensi ilmu sosial, yaitu sebagai berikut :
Dimensi kognitif yaitu ilmuwan sosial akan selalu berbicara mengenai teori sosial
sebagai cara untuk membangun pengetahuan tentang dunia sosial. Terdapat dalam
epistemologi yang membangun berbagai metodologi penelitian sosial.
Dimensi afektif yaitu sebuah kondisi di mana teori yang dibangun memuat pengalaman
dan perasaan dari teori-teori yang bersangkutan. Dimensi ini mempengaruhi keinginan
untuk mengetahui (to know) dan menjadi benar (to be right), kedua hal ini bertitik berat
pada kejadian tertentu dan realitas eksternal.
Dimensi reflektif yaitu teori sosial harus menjadi bagian dari dunia sebagaimana ia
menjadi cara untuk memahami dunia. Dengan kata lain, teori sosial harus
mencerminkan apa yang terjadi di luar sana dan apa yang terjadi pada kita sebagai salah
satu elemen dari sistem sosial yang ada.
Dimensi normatif yaitu teori sosial sepantasnya memuat secara implisit ataupun
eksplisit tentang bagaimana seharusnya dunia yang direfleksikannya itu.
Keempat dimensi ini membangun seluruh pendekatan dalam proses konstruksi teori-
teori sosial yang ada.

More Related Content

What's hot

pengertian filsafat dan substansi filsafat ilmu
pengertian filsafat dan substansi filsafat ilmupengertian filsafat dan substansi filsafat ilmu
pengertian filsafat dan substansi filsafat ilmu
mas karebet
 
Mata kuliah filsafat ilmu
Mata kuliah filsafat ilmuMata kuliah filsafat ilmu
Mata kuliah filsafat ilmu
Mas Yono
 
Perkembangan moral dan spritual peserta didik
Perkembangan moral dan spritual peserta didikPerkembangan moral dan spritual peserta didik
Perkembangan moral dan spritual peserta didik
Lala DrealMinoz
 

What's hot (20)

Tugas Kelompok FIlsafat Struktur Ilmu Pengetahuan
Tugas Kelompok FIlsafat Struktur Ilmu PengetahuanTugas Kelompok FIlsafat Struktur Ilmu Pengetahuan
Tugas Kelompok FIlsafat Struktur Ilmu Pengetahuan
 
Idealisme
IdealismeIdealisme
Idealisme
 
Perbandingan Filsafat Ilmu Modern dan Postmodern
Perbandingan Filsafat Ilmu Modern dan PostmodernPerbandingan Filsafat Ilmu Modern dan Postmodern
Perbandingan Filsafat Ilmu Modern dan Postmodern
 
TEORI JOHN BROADES WATSON DAN CARL ROGERS
TEORI JOHN BROADES WATSON DAN CARL ROGERSTEORI JOHN BROADES WATSON DAN CARL ROGERS
TEORI JOHN BROADES WATSON DAN CARL ROGERS
 
Teori Belajar Sibernetik
Teori Belajar Sibernetik Teori Belajar Sibernetik
Teori Belajar Sibernetik
 
Filsafat manusia
Filsafat manusiaFilsafat manusia
Filsafat manusia
 
Hakikat Ilmu Pengetahuan
Hakikat Ilmu PengetahuanHakikat Ilmu Pengetahuan
Hakikat Ilmu Pengetahuan
 
SUMBER ILMU DALAM FILSAFAT ILMU
SUMBER ILMU DALAM FILSAFAT ILMUSUMBER ILMU DALAM FILSAFAT ILMU
SUMBER ILMU DALAM FILSAFAT ILMU
 
Makalah Sumber Pengetahuan
Makalah Sumber PengetahuanMakalah Sumber Pengetahuan
Makalah Sumber Pengetahuan
 
Tokoh Aliran Fungsionalisme
Tokoh Aliran FungsionalismeTokoh Aliran Fungsionalisme
Tokoh Aliran Fungsionalisme
 
Ontologi, epistomologi, dan aksiologi presentasi ke 8
Ontologi, epistomologi, dan aksiologi presentasi ke 8Ontologi, epistomologi, dan aksiologi presentasi ke 8
Ontologi, epistomologi, dan aksiologi presentasi ke 8
 
Makalah ontologi filsafat ilmu
Makalah ontologi filsafat ilmuMakalah ontologi filsafat ilmu
Makalah ontologi filsafat ilmu
 
Makalah Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray Guthrie
Makalah Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray GuthrieMakalah Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray Guthrie
Makalah Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray Guthrie
 
pengertian filsafat dan substansi filsafat ilmu
pengertian filsafat dan substansi filsafat ilmupengertian filsafat dan substansi filsafat ilmu
pengertian filsafat dan substansi filsafat ilmu
 
Mata kuliah filsafat ilmu
Mata kuliah filsafat ilmuMata kuliah filsafat ilmu
Mata kuliah filsafat ilmu
 
Sejarah Perkembangan Psikologi Agama
Sejarah Perkembangan Psikologi AgamaSejarah Perkembangan Psikologi Agama
Sejarah Perkembangan Psikologi Agama
 
Pendekatan-Pendekatan Studi Islam
Pendekatan-Pendekatan Studi IslamPendekatan-Pendekatan Studi Islam
Pendekatan-Pendekatan Studi Islam
 
Perkembangan moral dan spritual peserta didik
Perkembangan moral dan spritual peserta didikPerkembangan moral dan spritual peserta didik
Perkembangan moral dan spritual peserta didik
 
Teori Psikoanalisa (sigmund freud)
Teori Psikoanalisa (sigmund freud)Teori Psikoanalisa (sigmund freud)
Teori Psikoanalisa (sigmund freud)
 
Filsafat Ilmu
Filsafat IlmuFilsafat Ilmu
Filsafat Ilmu
 

Similar to Memahami hakikat ilmu dan ilmu sosial

Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
juniotrov
 
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docxFILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
LisdaPuspaawaliaj1
 
Jawaban Psikologi Pembelajaran
Jawaban Psikologi PembelajaranJawaban Psikologi Pembelajaran
Jawaban Psikologi Pembelajaran
Dedi Yulianto
 
HUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdf
HUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdfHUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdf
HUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdf
Roida1
 

Similar to Memahami hakikat ilmu dan ilmu sosial (20)

FILSAFAT_ILMU_DAN_PENELITIAN_KEBUDAYAAN.pdf
FILSAFAT_ILMU_DAN_PENELITIAN_KEBUDAYAAN.pdfFILSAFAT_ILMU_DAN_PENELITIAN_KEBUDAYAAN.pdf
FILSAFAT_ILMU_DAN_PENELITIAN_KEBUDAYAAN.pdf
 
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AWFILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
 
Kelompok 12 Rangkuman Seluruh PPT Pengantar Filsafat Ilmu_S
Kelompok 12 Rangkuman Seluruh PPT Pengantar Filsafat Ilmu_SKelompok 12 Rangkuman Seluruh PPT Pengantar Filsafat Ilmu_S
Kelompok 12 Rangkuman Seluruh PPT Pengantar Filsafat Ilmu_S
 
KELOMPOK 12_PFI_S
KELOMPOK 12_PFI_SKELOMPOK 12_PFI_S
KELOMPOK 12_PFI_S
 
APA ITU ILMU
APA ITU ILMUAPA ITU ILMU
APA ITU ILMU
 
TUGAS FILSAFAT
TUGAS FILSAFATTUGAS FILSAFAT
TUGAS FILSAFAT
 
Makalah Pengertian Filsafat
Makalah Pengertian FilsafatMakalah Pengertian Filsafat
Makalah Pengertian Filsafat
 
Science and Knowledge
Science and KnowledgeScience and Knowledge
Science and Knowledge
 
Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4
 
Makalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat Ilmu
Makalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat IlmuMakalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat Ilmu
Makalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat Ilmu
 
Kumpulan Soal jawab filsafat ilmu
Kumpulan Soal jawab filsafat ilmuKumpulan Soal jawab filsafat ilmu
Kumpulan Soal jawab filsafat ilmu
 
Tugas 2
Tugas 2Tugas 2
Tugas 2
 
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
 
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docxFILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
 
PPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptxPPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
 
Jawaban Psikologi Pembelajaran
Jawaban Psikologi PembelajaranJawaban Psikologi Pembelajaran
Jawaban Psikologi Pembelajaran
 
HUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdf
HUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdfHUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdf
HUBUNGAN_FILSAFAT_SAINS_DAN_AGAMA.pdf
 
KEL.6 Implikasi Filsafat Ilmu.pptx
KEL.6 Implikasi Filsafat Ilmu.pptxKEL.6 Implikasi Filsafat Ilmu.pptx
KEL.6 Implikasi Filsafat Ilmu.pptx
 
Makalah pancasila sebagai filsafat
Makalah pancasila sebagai filsafatMakalah pancasila sebagai filsafat
Makalah pancasila sebagai filsafat
 
TUGAS AKHIR FILSAFAT KEL 3.pptx
TUGAS AKHIR FILSAFAT KEL 3.pptxTUGAS AKHIR FILSAFAT KEL 3.pptx
TUGAS AKHIR FILSAFAT KEL 3.pptx
 

More from M fazrul (20)

rezim demokrasi, rezim otoriter, transisi menuju demokrasi Indonesia
rezim demokrasi, rezim otoriter, transisi menuju demokrasi Indonesiarezim demokrasi, rezim otoriter, transisi menuju demokrasi Indonesia
rezim demokrasi, rezim otoriter, transisi menuju demokrasi Indonesia
 
Alfarabi
AlfarabiAlfarabi
Alfarabi
 
Struktur dan peranan ilmu
Struktur dan peranan ilmuStruktur dan peranan ilmu
Struktur dan peranan ilmu
 
Filsafat pancasila
Filsafat pancasilaFilsafat pancasila
Filsafat pancasila
 
Dimensi kajian filsafat ilmu
Dimensi kajian filsafat ilmuDimensi kajian filsafat ilmu
Dimensi kajian filsafat ilmu
 
epistemologi
epistemologiepistemologi
epistemologi
 
Pembidangan ilmu fiqih
Pembidangan ilmu fiqih Pembidangan ilmu fiqih
Pembidangan ilmu fiqih
 
fenomena yang harus kita renungkan
fenomena yang harus kita renungkanfenomena yang harus kita renungkan
fenomena yang harus kita renungkan
 
faktor yang mempengaruhi tingkat investasi
faktor yang mempengaruhi tingkat investasifaktor yang mempengaruhi tingkat investasi
faktor yang mempengaruhi tingkat investasi
 
Hukum materil
Hukum materilHukum materil
Hukum materil
 
agresivitas
agresivitasagresivitas
agresivitas
 
Konsep manusia sebagai makhluk budaya
Konsep manusia sebagai makhluk budayaKonsep manusia sebagai makhluk budaya
Konsep manusia sebagai makhluk budaya
 
Makalah pembidangan ilmu fiqh
Makalah pembidangan ilmu fiqhMakalah pembidangan ilmu fiqh
Makalah pembidangan ilmu fiqh
 
Penyebab terjadinya partisipasi politik
Penyebab terjadinya partisipasi politikPenyebab terjadinya partisipasi politik
Penyebab terjadinya partisipasi politik
 
Pembidangan ilmu fiqih
Pembidangan ilmu fiqihPembidangan ilmu fiqih
Pembidangan ilmu fiqih
 
motivasi
motivasimotivasi
motivasi
 
gender
gendergender
gender
 
Konsep politik an i b
Konsep politik an i bKonsep politik an i b
Konsep politik an i b
 
MP3EI
MP3EIMP3EI
MP3EI
 
ilmu alamiah dasar
ilmu alamiah dasarilmu alamiah dasar
ilmu alamiah dasar
 

Recently uploaded

Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 

Recently uploaded (20)

Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptxRegresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 

Memahami hakikat ilmu dan ilmu sosial

  • 1. Memahami Hakikat Ilmu dan Ilmu Sosial Ilmu memiliki pengaruh besar dalam sejarah peradaban manusia, hingga R.Ravertz beranggapan bahwa ilmu memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pembentukan dunia serta cara pandang kita tentang dunia. Kemajuan ilmu merupakan proses kumulatif dari peningkatan ilmu pengetahuan dan kemenangan pemikiran manusia terhadap hal-hal yang bersifat kebodohan dan takhayul. Serta dari ilmu lahirlah penemuan-penemuan yang berguna dalam kemajuan hidup manusia (Supardan, 2011: 21). Namun pada umumnya, pemahaman kita tentang ilmu tidak begitu tepat dalam mendeskripsikannya. Seperti halnya di Indonesia, istilah ilmu pengetahuan sering dibiasakan dalam percakapan sehari-hari atau dalam diskusi ilmiah sekalipun, padahal istilah tersebut dapat dikatakan sebagai “pleonasme” suatu pemakaian kata lebih dari yang diperlukan. Dalam bahasa Inggris tidak ada istilah knowledge science. Cukup satu diantaranya, “ilmu” itu ilmu, “pengetahuan” itu tetap pengetahuan, dan tidak pernah ada kata majemuk yang dipadukan seperti itu (Supardan, 2011: 22). Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui makna ilmu yang sebenarnya, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalam memaknai ilmu dan pengetahuan. Dalam kajian ilmu sosial, penting bagi kita untuk memahami lebih dalam hakikat dari ilmu dan ilmu sosial. Oleh karena itu, dalam ringkasan ini penulis medeskripsikan hal apa saja yang dipandang perlu dalam memahami hakikat ilmu dan ilmu sosial. I. Pengertian dan Ciri-Ciri Ilmu A. Pengertian Ilmu Menurut Soeprapto secara terminologi ilmu merupakan terjemahan dari bahasa inggris yaitu science. Istilah science berasal dari bahasa latin yaitu scienta yang berarti pengetahuan. Sedangkan kata „scienta‟ berasala dari kata kerja „scire‟ yang artinya mempelajari ataupun mengetahui (Supardan, 2011: 22). Sedangkan menurut kamus besar Bahasa Indonesia (Depdikbud 1988), ilmu memiliki dua pengertian, yaitu : Ilmu diartikan sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara sistematis menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerapkan gejala- gejala tertentu dibidang (pengetahuan) tersebut, seperti ilmu hukum, ilmu pendidikan, ilmu ekonomi dan sebagainya. Ilmu diartikan sebagai pengetahuan atau kepandaian, tentang soal duniawi, akhirat, lahir, bathin, dan sebagainya, seperti ilmu akhirat, ilmu akhlak, ilmu bathin, ilmu sihir, dan sebagainya. Dari pengertian diatas dapat disimpulakan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun secara sistematis melalui metode tertentu serta diakui akan keberadaan dan kebenarannya.
  • 2. B. Ciri-Ciri Ilmu Menurut The Liang Gie (1987) ilmu mempunyai 5 ciri pokok, yaitu : Empiris, pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pengalaman terlebih dalam pengamatan, penemuan dan percobaan yang telah dilakukan. Sistematis, pengumpulan dari berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai satuan yang membentuk kumpulan pengetahuan serta mempunyai hubungan dan ketergantungan yang teratur. Objektif, ilmu berarti pengetahuan yang terkonsentrasi pada kebenaran yang ada atau sesuai dengan faktanya. Sehingga ilmu itu bebas dari prasangka perseorangan dan kesukaan pribadi. Analitis, pengetahuan ilmiah berusaha mengklasifikasikan pokok bahasannya dalam bagian yang terperinci untuk memahami berbagai sifat, hubungan, dan peranan dari bagian-bagian itu. Verifikatif, dapat diperiksa kebenarannya oleh siapa pun juga. Dari ciri-ciri ilmu dias dapat kita simpulkan bahwa pengetahuan dapat dikatakan sebagai ilmu jika dapat dibuktikan secara empiris, sistematis, objektif, analitis dan verifikatif. Oleh karena itu, jelas perbedaannya antar pengetahuan dan ilmu. Ilmu memiliki tahapan- tahapan tertentu sehingga bisa dikatakan sebagai ilmu. Sedangkan pengetahuan merupakan gagasan manusia yang diperoleh secara indrawi terhadap suatu objek tertentu namun belum terbukti kebenarannya. II. Metode Ilmiah Menurut The Liang Gie metode merupakan prosedur yang mewujudkan pola-pola dan tata langkah dalam melaksanakan suatu penelitian ilmiah. Sedangkan menurut Soeprapto, secara etimologis metode berasala dari bahasa yunani meta yang berarti sesudah dan kata hodos yang berarti jalan. Dengan demikian, metode merupakan langkah-langkah yang diambil, menurut urutan tertentu, untuk mencapai pengetahuan yang telah dirancang dan dipakai dalam proses memperoleh engetahuan jenis apapun. Mengenai langkah-langkah dalam metode ilmiah tersebut, masing-masing ilmuan dan filsuf memiliki pendapat sendiri. Menurut Sheldon J. Lachman ada enam langkah dalam metode ilmiah, yaitu : Perumusan hipotesis spesifik atau pertanyaan spesifik untuk penyelidikan Perancangan penyelidikan Pengumpulan data Pengumpulan data dan pengembangan generalisasi Pemeriksaan kebenaran terhadap hasil dari data dan generalisasi
  • 3. III. Kebenaran Ilmu Kebenaran memiliki berbagai macam perspektif, sehingga tergantung pada perspektif apa yang kita gunakan untuk melihatnya. Julienne Ford mengemukakan istilah kebenaran dalam empat arti yang berbeda, yaitu : Kebenaran metafisik yaitu kebenaran berdasarkan norma-norma eksternal, seperti kesesuaian alam, logika deduktif, atau standar-standar perilaku profesional. Supriadi mengemukakan bahwa kebenaran ini merupakan kebenaran yang paling mendasar atau puncak dari seluruh kebenaran yang ada. Misalnya, kebenaran iman dan agama. Kebenaran etik yaitu kebenaran yang menunjukan pada perangkat standar moral tentang perilaku yang pantas dilakukan. Kebenaran ini ada yang mutlak dan ada pula yang relatif. Kebenaran logis yaitu sesuatu yang dianggap benar jika terukur dalam logika atau matematis konsisten dan koheren dengan apa yang telah diakui sebagai suatu yang benar atau apa yang benar menurut kepercayaan metafisik. Kebenaran empirik yaitu kebenaran yang lazim dipercayai sebagai landasan pekerjaan para ilmuan dalam melakukan penelitian. Kebenaran ini disebut kebenaran ilmiah. Dadang supardan mengemukakan tiga teori utama dalam konteks kebenaran ilmiah, yaitu : Teori korespondensi yaitu pernyataan itu benar jika apa yang diungkapkan itu fakta. Teori koherensi yaitu suatu dianggap benar jika koherensi atau konsistensi, dalam arti tidak terjadi kontradiktif pada saat bersamaan, antara dua atau lebih logika. Teori pragmatisme yaitu beranggapan bahwa kebenaran itu tersimpul pada aspek fungsional secara praktis. Segala sesuatu yang benar jika memiliki asas manfaat. IV. Pengertian Ilmu Sosial Manusia sebagai makhluk yang saling membutuhkan dan memiliki ketergantungan terhadap manusia lainnya, membuktikan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Oleh karena itu, kajian mengenai ilmu sosial dipandang penting karena ilmu sosial membahas aspek-aspek dalam proses-proses sosisal. Menurut Ralf Dahrendorf ilmu sosial merupakan suatu konsep yang mengkaji begitu dalam akan pendefinisian seperangkat disiplin akademik yang memberikan perhatian pada aspek-aspek kemasyarakatan manusia. Ilmu-ilmu sosial mencakup sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi, geografi sosial, politik, bahkan sejarah walaupun disatu sisi ia termasuk ilmu humaniora (Supardan, 2011: 30). Tinjauan kritis manusia dari masa ke masa terhadap fenomena-fenomena sosial yang terjadi, melahirkan suatu kesadaran terhadap pengetahuan sosial yang penting untuk dikaji, dengan proses-proses sosial sebagai objeknya. Maka dari itu, ilmuan-ilmuan sosial merumuskan dan memahami lebih lanjut akan hakikat keilmuan dari proses-proses sosial tersebut, sehingga lahirlah ilmu sosial yang mengkaji proses-proses sosial sebagai objeknya.
  • 4. V. Dimensi Ilmu Sosial Menurut Dwi Bangbang ada empat dimensi ilmu sosial, yaitu sebagai berikut : Dimensi kognitif yaitu ilmuwan sosial akan selalu berbicara mengenai teori sosial sebagai cara untuk membangun pengetahuan tentang dunia sosial. Terdapat dalam epistemologi yang membangun berbagai metodologi penelitian sosial. Dimensi afektif yaitu sebuah kondisi di mana teori yang dibangun memuat pengalaman dan perasaan dari teori-teori yang bersangkutan. Dimensi ini mempengaruhi keinginan untuk mengetahui (to know) dan menjadi benar (to be right), kedua hal ini bertitik berat pada kejadian tertentu dan realitas eksternal. Dimensi reflektif yaitu teori sosial harus menjadi bagian dari dunia sebagaimana ia menjadi cara untuk memahami dunia. Dengan kata lain, teori sosial harus mencerminkan apa yang terjadi di luar sana dan apa yang terjadi pada kita sebagai salah satu elemen dari sistem sosial yang ada. Dimensi normatif yaitu teori sosial sepantasnya memuat secara implisit ataupun eksplisit tentang bagaimana seharusnya dunia yang direfleksikannya itu. Keempat dimensi ini membangun seluruh pendekatan dalam proses konstruksi teori- teori sosial yang ada.