Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Proklamasi Kemerdekaan dan Maknanya
1. 3.1. Menganalisis perubahan, dan keberlanjutan dalam peristiwa sejarah pada masa
penjajahan asing hingga proklamasi kemerdekaan Indonesia.
3.7. Menganalisis peristiwa proklamasi kemerdekaan dan maknanya bagi kehidupan
sosial, budaya, ekonomi, politik, dan pendidikan bangsa Indonesia.
4.7. Menalar peristiwa proklamasi kemerdekaan dan maknanya bagi kehidupan
sosial, budaya, ekonomi, politik, dan pendidikan bangsa Indonesia dan
menyajikannya dalam bentuk cerita sejarah.
a. Menganalisis Perang Dunia II dan penguasaan kepulauan Indonesia.
b. Mendeskripsikan awal pemerintahan Jepang di Indonesia.
c. Mendeskripsikan perkembangan organisasi pergerakan masa pendudukan
Jepang.
d. Mendeskripsikan bentuk-bentuk penindasan pemerintah pendudukan Jepang.
e. Mengidentifikasi perlawanan rakyat terhadap pemerintah pendudukan Jepang.
f. Mengidentifikasi dampak pendudukan Jepang bagi bangsa Indonesia.
A. Perang Dunia II dan Penguasaan Kepulauan Indonesia
2. Tujuan Pembelajaran
3. Uraian Materi
Pembelajaran
BAB
MASA PENDUDUKAN JEPANG DI
INDONESIA
1. Kompetensi Dasar
2. Sebagai negara fasis-militerisme di Asia, Jepang sangat kuat, sehingga
meresahkan kaum pergerakan nasional di Indonesia. Dengan pecahnya Perang Dunia
II, Jepang terjun dalam kancah
peperangan itu. Di samping itu,
terdapat dugaan bahwa suatu saat
akan terjadi peperangan di Lautan
Pasifik. Hal ini didasarkan pada suatu
analisis politik. Adapun sikap
pergerakan politik bangsa Indonesia
dengan tegas menentang dan
menolak bahwa fasisme sedang
mengancam dari arah utara. Sikap ini dinyatakan dengan jelas oleh Gabungan Politik
Indonesia (GAPI).
Sementara itu di Jawa muncul Ramalan Joyoboyo yang mengatakan bahwa pada
suatu saat pulau Jawa akan dijajah oleh bangsa kulit kuning, tetapi umur penjajahannya
hanya "seumur jagung". Setelah penjajahan bangsa kulit
kuning itu lenyap akhirnya Indonesia merdeka. Ramalan
yang sudah dipercaya oleh rakyat ini tidak disia-siakan
oleh Jepang, bahkan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Sehingga kedatangan
Jepang ke Indonesia dianggap sebagai sesuatu hal yang wajar saja.
Pada tanggal 8 Desember 1941 pecah perang di Lautan Pasifik yang melibatkan
Jepang. Melihat keadaan yang semakin gawat di Asia, maka penjajah Belanda harus
dapat menentukan sikap dalam menghadapi bahaya kuning dari Jepang. Sikap
tersebut dipertegas oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Jhr. Mr. A.W.L. Tjarda Van
Starkenborgh Stachouwer dengan mengumumkan perang melawan Jepang. Hindia
Belanda termasuk ke dalam Front ABCD (Amerika Serikat, Brittania/Inggris, Cina,
Dutch/Belanda) dengan Jenderal Wavel (dari Inggris) sebagai Panglima Tertinggi yang
berkedudukan di Bandung. Angkatan perang Jepang begitu kuat, sehingga Hindia
Belanda yang merupakan benteng kebanggaan Inggris di daerah Asia Tenggara
akhirnya jatuh ke tangan pasukan Jepang. Peperangan yang dilakukan oleh Jepang di
Asia Tenggara dan di Lautan Pasifik ini diberi nama Perang Asia Timur Raya atau
Perang Pasifik. Dalam waktu yang sangat singkat, Jepang telah dapat menguasai
daerah Asia Tenggara seperti Indochina, Muangthai, Birma (Myanmar), Malaysia,
Filipina, dan In¬donesia. Jatuhnya Singapura ke tangan Jepang pada tanggal 15
Pebruari 1941, yaitu dengan ditenggelamkannya kapal induk Inggris yang bernama
Prince of Wales dan HMS Repulse, sangat mengguncangkan pertahanan Sekutu di
Asia. Begitu pula satu persatu komandan Sekutu meninggalkan Indone¬sia, sampai
Gambar 1. Serangan Jepang ke Pearl Harbour
Sumber :
http://tni-au.mil.id/pustaka/
3. terdesaknya Belanda dan jatuhnya Indonesia ke tangan pasukan Jepang. Namun sisa-
sisa pasukan sekutu di bawah pimpinan Karel Door¬man (Belanda) dapat mengadakan
perlawanan dengan pertempuran di Laut Jawa, walaupun pada akhirnya dapat
ditundukkan oleh Jepang.
Secara kronologis serangan-serangan pasukan Jepang di Indonesia adalah
sebagai berikut: diawali dengan menduduki Tarakan (10 Januari 1942), kemu-
dian.Minahasa, Sulawesi, Balikpapan, dan Arnbon. Kemudian pada bulan Pebruari 1942
pasukan Jepang menduduki Pontianak, Makasar, Banjarmasin, Palembang, dan Bali.
Pendudukan terhadap Palembang lebih dulu oleh Jepang mempunyai arti yang
sangat penting dan strategis, yaitu untuk memisahkan antara Batavia yang menjadi
pusat kedudukan Belanda di Indonesia dengan Singapura sebagai pusat kedudukan
Inggris. Kemudian pasukan Jepang melakukan serangan ke Jawa dengan mendarat di
daerah Banten, Indramayu, Kragan (antara Rembang dan Tuban). Selanjutnya
menyerang pusat kekuasaan Belanda di Batavia (5 Maret 1942), Bandung (8 Maret 1942)
dan akhirnya pasukan Belanda di Jawa menyerah kepada Panglima Bala Tentara
Jepang Imamura di Kalijati (Subang, 8 Maret 1942). Dengan demikian, seluruh wilayah
Indonesia telah menjadi bagian dari kekuasaan penjajahan Jepang
Dengan penyerahan itu secara otomatis Indonesia mulai dijajah oleh Jepang.
Kebijakan Jepang terhadap rakyat Indonesia pada prinsipnya diprioritaskan pada dua
hal, yaitu:
1) Menghapus pengaruh-pengaruh Barat di kalangan rakyat Indonesia.
2) Memobilisasi rakyat Indonesia demi kemenangan Jepang dalam Perang Asia Timur
Raya.
Politik imperialisme Jepang di Indonesia berorientasi pada eksploitasi sumber
daya alam dan manusia. Jepang melakukan eksploitasi sampai tingkat pedesaan.
Dengan kekerasan berbagai cara, Jepang menguras kekayaan alam dan tenaga rakyat
Indonesia.
B. Awal Pemerintahan “Saudara Tua” di Indonesia
Bala Tentara Nippon adalah sebutan resmi pemerintahan militer pada masa
pemerintahan Jepang. Menurut UUD No. 1 (7 Maret 1942), Pembesar Bala Tentara
Nippon memegang kekuasaan militer dan segala 'kekuasaan yang dulu dipegang oleh
Gubernur Jenderal (pada masa kekuasaan Belanda). Dalam pelaksanaan sistem
pemerintahan ini, kekuasaan atas wilayah Indonesia dipegang oleh dua angkatan
perang yaitu angkatan darat (Rikugun) dan angkatan laut (Kaigun). Masing-masing
4. angkatan mempunyai wilayah kekuasaan. Dalam hal ini Indonesia dibagi menjadi tiga
wilayah kekuasaan yaitu:
a. Daerah Jawa dan Madura dengan pusatnya Batavia berada di bawah kekuasaan
Rikugun.
b. Daerah Sumatera dan Semenanjung Tanah Melayu dengan pusatnya Singapura
berada di bawah kekuasaan Rikugun. Daera Sumatera dipisahkan pada tahun 1943,
tapi masih berada di bawah kekuasaan Rikugun.
c. Daerah Kalimantan, Sulawesi, Nusatenggara, Maluku, Irian berada di bawah
kekuasaan Kaigun.
Sadar bahwa posisinya dalam menghadapi Perang Asia Timur Raya, pemerintah
Bala Tentara Jepang berusaha untuk menarik simpati bangsa Indonesia dengan
berbagai cara :
1) Mengklaim dirinya sebagai saudara tua bangsa Indonesia yang datang untuk
melepaskan bangsa Indonesia dari cengkeraman penjajahan Belanda
2) Memperdengarkan lagu Indonesia Raya dengan intensitas yang sering pada siaran
radio Tokyo
3) Membebaskan para tokoh pemimpin bangsa Indonesia yang diasingkan oleh
Belanda, seperti ; Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta
4) Melakukan propaganda Gerakan Tiga A, yang meliputi :
o Jepang/Nipon Cahaya Asia
o Jepang/Nipon Pelindung Asia
o Jepang/Nipon Pemimpin Asia
5) Melarang penggunaan bahasa Belanda dan mengizinkan penggunaan bahasa
Indonesia dalam percakapan resmi.
Berbagai bentuk cara pemerintah bala tentara Jepang untuk menarik simpati
bangsa Indonesia pada masa awal kedatangannya di Indonesia, cukup mendapat
sambutan yang baik dari bangsa Indonesia, apalagi bangsa Indonesia, khususnya
masyarakat Jawa sangat percaya pada “Jongko Joyoboyo” (Ramalan Joyoboyo) yang
menyebutkan akan datangnya “Jago wiring kuning cebol kepalang soko wetan” yang
akan berkuasa di Jawa seumur jagung.
Namun kedatangan pasukan Jepang dengan segala propagandanya tersebut
merupakan mimpi buruk bangsa Indonesia yang mengharapkan terbebas dari
belenggu penjajahan. Berbagai tindakan pemerintahan bala tentara Jepang sangat
menyengsarakan bangsa Indonesia.
Upaya Jepang untuk mempertahankan Indonesia sebagai wilayah kekuasaannya
serta menarik simpati rakyat Indonesia meliputi bidang :
1. Bidang Politik
5. Dalam usaha menarik simpati bangsa Indonesia dengan tujuan agar rakyat mau
membantu Jepang dalam Perang Asia Timur Raya, Jepang mengumandangkan
semboyan 3A yakni : “Jepang Cahaya Asia, Jepang Pelindung Asia, Jepang Pemimpin
Asia”. Hal ini menyatakan bahwa kehadiran Jepang di Asia, termasuk Indonesia adalah
untuk membebaskan Asia dari penjajahan bangsa Barat, Jepang menyebut dirinya
sebagai saudara tua bangsa Indonesia yang akan membebaskan bangsa Indonesia dari
penjajahan Belanda.Namun kenyataannya yang dikatakan Jepang tidak sesuai dengan
kenyataannya. Jepang memperlakukan bangsa Indonesia dengan tidak adil, sangat
kejam , mereka memeras dan menindas rakyat diluar batas peri kemanusiaan.
2. Bidang Ekonomi
Untuk memenuhi kebutuhan perang Jepang dan industrinya , maka Jepang
melakukan eksploitasi terhadap sumber kekayaan alam Indonesia. Hal ini berupa
eksploitasi dibidang hasil pertanian, perkebunan, hutan, bahan Tambang, dan lain-lain.
Kekayaan alam yang diambil Jepang dari hasil menguras kekayaan alam Indonesia ini
hanya untuk kepentingan perang Jepang tanpa memperhatikan kesejahteraan
rakyat.Sebagai dampak dari eksploitasi besar-besaran sumber kekayaan alam
Indonesia adalah kesengsaraan rakyat Indonesia berupa kekurangan sandang, pangan
serta menderita kemiskinan.Rakyat hidup serba kekurangan , kelaparan karena sumber
makanan diangkut Jepang untuk konsumsi tentaranya. Untuk pakaianpun rakyat
menggunakan bahan yang tidak layak pakai seperti goni yang keras dan kasar. Hal in
terjadi karena kapas yang seharusnya dijadikan kain atau pakaian ternyata dibawa ke
Jepang untuk diolah demi kepentingan Jepang itu sendiri.
3. Bidang Sosial Budaya
Di bidang sosial, kehadiran Jepang selain membuat rakyat menderita kemiskinan
karena kekurangan sumber daya alam, hal lain juga terjadi yang berupa pemanfaatan
sumber daya manusia. Pengerahan tenaga manusia untuk melakukan kerja paksa
(Romusha) serta dilibatkannya para pemuda untuk masuk dalam organisasi militer
maupun semi militer.
6. Di bidang budaya terjadi keharusan menggunakan bahasa Jepang di samping
bahasa Indonesia. Rakyat juga diharuskan membungkukan badan kearah timur sebagai
tanda hormat kepada kaisar di Jepang pada setiap
pagi hari (Seikerei). Hal ini tentu saja sangat
menyinggung rakyat Indonesia yang mayoritas
muslim, karena dianggap menyembah kepada kaisar
Jepang yang dianggap sebagai keturunan dewa
matahari, padahal orang muslim hanya melakukan
penghormatan kepada Allah SWT.
C. Perkembangan Organisasi Pergerakan Masa
Pendudukan Jepang
1) Organisasi yang Bersifat Sosial Kemasyarakatan
Pasukan Jepang selalu berusaha untuk dapat
memikat hati rakyat Indonesia. Hal ini dilakukan
dengan tujuan agar bangsa Indonesia memberi
bantuan kepada pasukan Jepang. Untuk menarik
simpati bangsa Indonesia maka dibentuklah orgunisasi resmi seperti Gerakan Tiga A,
Putera, dan Jawa Hokokai.
1. Gerakan 3 A
Gerakan Tiga A, yaitu Nippon Pelindung Asia, Nippon Cahaya Asia, Nippon
Pemimpin Asia. Gerakan ini dipimpin oleh Syamsuddin SH. Tujuan berdirinya Gerakan
Tiga A adalah agar rakyat dengan sukarela menyumbangkan tenaga bagi perang
Jepang. Untuk menunjang gerakan ini, dibentuk Barisan Pemuda Asia Raya yang
dipimpin Sukarjo Wiryopranoto. Adapun untuk menyebarluaskan propaganda,
diterbitkan surat kabar Asia Raya.
Setelah kedok organisasi ini diketahui, rakyat kehilangan simpati dan
meninggalkan organisasi tersebut. Pada tanggal 20 November 1942, organisasi ini
dibubarkan.
2. Putera
Pusat Tenaga Rakyat (Putera) Organisasi ini dibentuk pada tahun 1943 di bawah
pimpinan "Empat Serangkai", yaitu Bung Karno, Bung Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan
Kiyai Haji Mas Mansyur.
Tujuan Putera menurut versi Ir. Soekarno adalah untuk membangun dan
menghidupkan segala sesuatu yang telah dirobohkan oleh imperialisme Belanda.
Gambar 2. Gerakan 3A
Sumber :
http://novatyas.blogspot.com/
7. Adapun tujuan bagi Jepang adalah untuk memusatkan segala potensi masyarakat
Indonesia dalam rangka membantu usaha perangnya. Oleh karena itu, telah digariskan
sebelas macam kegiatan yang harus dilakukan sebagaimana tercantum dalam
peraturan dasarnya. Di antaranya yang terpenting adalah mempengaruhi rakyat
supaya kuat rasa tanggung jawabnya untuk menghapuskan pengaruh Amerika, Inggris,
dan Belanda, mengambil bagian dalam mempertahankan Asia Raya, memperkuat rasa
persaudaraan antara Indonesia dan Jepang, serta mengintensifkan pelajaran-pelajaran
bahasa Jepang. Di samping itu, Putera juga mempunyai tugas di bidang sosial-
ekonomi. Jadi, Putera dibentuk untuk membujuk para kaum nasionalis sekuler dan
golongan intelektual agar mengerahkan tenaga dan pikirannya guna membantu
Jepang dalam rangka menyukseskan Perang Asia Timur Raya. Organisasi Putera
tersusun dari pemimpin pusat dan pemimpin daerah. Pemimpin pusat terdiri dari
pejabat bagian usaha budaya dan pejabat bagian propaganda. Akan tetapi, organisasi
Putera di daerah semakin hari semakin mundur. Hal ini disebabkan, antara lain :
a. keadaan sosial masyarakat di daerah ternyata masih terbelakang, termasuk dalam
bidang pendidikan, sehingga kurang maju dan dinamis;
b. keadaan ekonomi masyarakat yang kurang mampu berakibat mereka tidak dapat
membiayai gerakan tersebut.
Dalam perkembangannya, Putera lebih banyak dimanfaatkan untuk perjuangan
dan kepentingan bangsa Indonesia. Mengetahui hal ini, Jepang membubarkan Putera
dan mementingkan pembentukan organisasi baru, yaitu Jawa Hokokai.
3. Himpunan Kebaktian Rakyat Jawa (Jawa Hokokai)
Jepang mendirikan Jawa Hokokai pada tanggal 1 Januari 1944. Organisasi ini
diperintah langsung oleh kepala pemerintahan militer Jepang (Gunseikan). Latar
belakang dibentuknya Jawa Hokokai adalah Jepang menyadari bahwa Putera lebih
bermanfaat bagi pihak Indonesia daripada bagi pihak Jepang. Oleh karena itu, Jepang
merancang pembentukan organisasi baru yang mencakup semua golongan
masyarakat, termasuk golongan Cina dan Arab. Berdirinya Jawa Hokokai diumumkan
oleh Panglima Tentara Keenambelas, Jenderal Kumakichi Harada. Sebelum mendirikan
Jawa Hokokai, pemerintah pendudukan Jepang lebih dahulu meminta pendapat empat
serangkai. Alasan yang diajukan adalah semakin hebatnya Perang Asia Timur Raya
sehingga Jepang perlu membentuk organisasi baru untuk lebih menggiatkan dan
mempersatukan segala kekuatan rakyat. Dasar organisasi ini adalah pengorbanan
dalam hokoseiskin (semangat kebaktian) yang meliputi pengorbanan diri, mempertebal
rasa persaudaraan, dan melaksanakan sesuatu dengan bakti.
Secara tegas, Jawa Hokokai dinyatakan sebagai organisasi resmi pemerintah. Jika
pucuk pimpinan Putera diserahkan kepada golongan nasionalis Indonesia,
kepemimpinan Jawa Hokokai pada tingkat pusat dipegang langsung oleh Gunseikan.
8. Adapun pimpinan daerah diserahkan kepada pejabat setempat mulai dari Shucokan
sampai Kuco. Kegiatan- kegiatan Jawa Hokokai sebagaimana digariskan dalam
anggaran dasarnya sebagai berikut :
a. Melaksanakan segala sesuatu dengan nyata dan ikhlas untuk menyumbangkan
segenap tenaga kepada pemerintah Jepang.
b. Memimpin rakyat untuk menyumbangkan segenap tenaga berdasarkan semangat
persaudaraan antara segenap bangsa.
c. Memperkukuh pembelaan tanah air.
Anggota Jawa Hokokai adalah bangsa Indonesia yang berusia minimal 14 tahun,
bangsa Jepang yang menjadi pegawai negeri, dan orang-orang dari berbagai
kelompok profesi. Jawa Hokokai merupakan pelaksana utama usaha pengerahan
barang-barang dan padi. Pada tahun 1945, semua kegiatan pemerintah dalam bidang
pergerakan dilaksanakan oleh Jawa Hokokai sehingga organisasi ini harus
melaksanakan tugas dengan nyata dan menjadi alat bagi kepentingan Jepang.
Jawa Hokokai merupakan organisasi sentral yang anggota-anggotanya terdiri
atas bermacam-macam hokokai sesuai dengan bidang profesinya. Guru-guru
bergabung dalam wadah Kyoiku Hokokai (Kebaktian para Pendidik) dan para dokter
bergabung dalam wadah Izi Hokokai (Kebaktian para Dokter). Selain itu, Jawa Hokokai
juga mempunyai anggota-anggota istimewa yang terdiri dari Fujinkai (Organisasi
Wanita), Keimin Bunka Shidosho (Pusat Kebudayaan), Boei Engokai (Tata Usaha
Pembantu Prajurit Peta dan Heiko), serta hokokai perusahaan.
4. Cuo Sangi In (Badan Pertimbangan Pusat)
Ketika pemerintahan Jepang berada di tangan Perdana Menteri Toyo, Jepang
pernah memberi janji merdeka kepada Filipina dan Burma, namun tidak melakukan hal
yang sama kepada Indonesia. Oleh karena itu, kaum nasionalis Indonesia protes.
Menanggapi protes tersebut, PM Toyo lalu membuat kebijakan berikut :
a. Pembentukan Dewan Pertimbangan Pusat (Cuo Sangi In).
b. Pembentukan Dewan Pertimbangan Karesidenan (Shu Sangi Kai) atau daerah.
c. Tokoh-tokoh Indonesia diangkat menjadi penasihat berbagai departemen.
d. Pengangkatan orang Indonesia ke dalam pemerintahan dan organisasi resmi
lainnya.
Untuk melaksanakan kebijakan tersebut, pada tanggal 5 September 1943,
Kumakichi Harada mengeluarkan Osamu Serei No. 36 dan 37 Tahun 1943 tentang
pembentukan Cuo Sangi In dan Shu Sangi Kai. Cuo Sangi In yang berada di bawah
pengawasan Saiko Shikikan (Pemerintahan Tentara Keenambelas) bertugas menjawab
pertanyaan Saiko Shikikan dalam hal politik dan pemerintah. Cuo Sangi In juga berhak
9. mengajukan usul kepada Saiko Shikikan. Rapat-rapat Cuo Sangi In mem- bahas
pengembangan pemerintah militer, mempertinggi derajat rakyat, penanganan
pendidikan dan penerangan, masalah ekonomi dan industri, kemakmuran dan bantuan
sosial, serta kesehatan. Keanggotaan Cuo Sangi In terdiri atas 43 orang, yaitu 23 orang
diangkat oleh Saiko Shikikan, 18 orang dipilih oleh anggota Shu Sangi Kai, dan dua
orang anggota yang diusulkan dari daerah Surakarta dan Yogyakarta. Anggota Cuo
Sangi In dilantik pada tanggal 17 Oktober 1943 dengan ketua Ir. Soerkarno, serta
wakilnya dua orang, yaitu M.A.A. Kusumo Utoyo dan Dr. Boentaran Martoatmodjo. Cuo
Sangi In dibentuk dengan tujuan agar ada perwakilan, baik bagi pihak Jepang maupun
pihak Indonesia. Namun, agar tidak dimanfaatkan untuk perjuangan bangsa Indonesia,
Cuo Sangi In mendapat pengawasan ketat dari pemerintah Jepang.
Dilihat dari segi perjuangan bangsa Indonesia dalam memperoleh kemerdekaan,
keberadaan Cuo Sangi In memang tidak berarti banyak. Akan tetapi, keberadaan
lembaga ini berguna bagi pertambahan wawasan pengalaman kaum nasionalis
Indonesia.
5. Majelis Islam A'laa Indonesia (MIAI)
MIAI merupakan organisasi yang berdiri pada masa penjajahan Belanda, tepatnya
pada tahun 1937 di Surabaya. Pendirinya adalah K. H. Mas Mansyur dan kawan-kawan.
Organisasi ini tetap diizinkan berdiri pada masa pendudukan Jepang sebab merupakan
gerakan anti-Barat dan hanya bergerak dalam bidang amal (sebagai baitulmal) serta
penyelenggaraan hari-hari besar Islam saja. Meskipun demikian, pengaruhnya yang
besar menyebabkan Jepang merasa perlu untuk membatasi ruang gerak MIAI.
Setelah penyikapan selama beberapa waktu terhadap perkembangan MIAI,
Jepang berkesimpulan bahwa para kiai tidak membahayakan bagi pendudukan Jepang
di Indonesia. Oleh karena itu, Jepang mengizinkan berdirinya dua organisasi besar
Islam yang lain, yaitu Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah. Kedua organisasi ini
berdiri pada bulan September 1943 dengan kegiatan berpusat pada kerohanian dan
sosial.
Pada awal pendudukan, Jepang membentuk Bagian Pengajaran dan Agama
yang dipimpin oleh Kolonel Horie. Ia mengadakan pertemuan dengan sejumlah
pemuka agama di Surabaya. Dalam pertemuan tersebut, Horie meminta agar
umat Islam tidak melakukan kegiatan- kegiatan yang bersifat politik. Permintaan ini
disetujui oleh peserta pertemuan tersebut yang kemudian membuat pernyataan sikap
di akhir pertemuan. Pada akhir Desember 1942, hasil pertemuan di Surabaya itu
ditingkatkan dengan mengundang 32 orang kiai di seluruh Jawa Timur untuk
menghadap Letnan Jenderal Imamura dan Gunseikan, Mayor Jenderal Okasaki. Dalam
pertemuan tersebut, Gunseikan menyatakan bahwa Jepang akan tetap menghargai
Islam dan akan mengikutsertakan golongan Islam dalam pemerintahan.
10. Pemerintah militer Jepang memilih MIAI sebagai satu-satunya wadah bagi organisasi
gabungan golongan Islam. Akan tetapi, organisasi ini baru diakui oleh Jepang setelah
mengubah anggaran dasarnya, khususnya mengenai asas dan tujuannya. Pada asas
dan tujuan MIAI ditambahkan kalimat: "... turut bekerja dengan sekuat tenaga dalam
pekerjaan membangun masyarakat baru untuk mencapai kemakmuran bersama di
lingkungan Asia Raya di bawah pimpinan Dai Nippon." Sebagai organisasi tunggal
golongan Islam, MIAI mendapat simpati yang luar biasa dari kalangan umat Islam
sehingga organisasi ini berkembang semakin maju. Melihat perkembangan ini, Jepang
mulai merasa curiga. Tokoh-tokoh MIAI di berbagai daerah mulai diawasi. Untuk
mengantisipasi agar gerakan para pemuka agama Islam tidak menjurus pada kegiatan
yang berbahaya bagi Jepang, diadakan pelatihan para kiai. Para kiai yang menjadi
peserta pelatihan tersebut dipilih berdasarkan syarat-syarat memiliki pengaruh yang
luas di lingkungannya dan mempunyai watak yang baik. Pelatihan tersebut
berlangsung di Balai Urusan Agama di Jakarta selama satu bulan. Namun, keterbatasan
kegiatan MIAI justru dirasakan kurang memuaskan bagi Jepang sendiri. Pada bulan
Oktober 1943, MIAI secara resmi dibubarkan dan diganti dengan organisasi baru, yaitu
Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi). Organisasi ini disahkan oleh Gunseikan
pada tanggal 22 November 1943. Susunan kepengurusan Masyumi adalah ketua
pengurus besar dipegang oleh K.H. Hasyim Asy'ari, wakil dari Muhammadiyah adalah
K.H. Mas Mansur, K.H. Farid Ma'ruf, K.H. Mukti, K.H. Hasyim, dan Kartosudarmo.
Adapun wakil dari NU adalah K.H. Nachrowi, Zainul Arifin, dan K.H. Mochtar.
Propaganda anti-Sekutu yang selalu didengung-dengungkan oleh pasukan
Jepang kepada bangsa Indonesia ternyata tidak membawa hasil seperti yang
diinginkan. Propaganda anti Sekutu itu sama halnya dengan anti imperialisme. Padahal
Jepang termasuk negara imperialisme, maka secara tidak langsung juga anti terhadap
kehadiran Jepang di bumi Indonesia. Di pihak lain, ada segi positif selama masa
pendudukan Jepang di Indonesia, seperti berlangsungnya proses Indonesianisasi
dalam banyak hal, di antaranya bahasa Indonesia dijadikan bahasa resmi, nama-nama
di- indonesiakan, kedudukan seperti pegawai tinggi sudah dapat dijabat oleh orang-
orang Indonesia dan sebagainya.
2) Organisasi Militer dan Semimiliter
a. Organisasi Militer
1. PETA (Pembela Tanah Air)
11. Pembela Tanah Air (PETA) PETA merupakan organisasi bentukan Jepang dengan
keanggotaannya terdiri atas pemuda-pemuda Indonesia. Dalam organisasi PETA ini
para pemuda bangsa Indonesia dididik atau dilatih kemiliteran oleh pasukan Jepang.
Pemuda-pemuda inilah yang menjadi tiang utama perjuangan kemerdekaan bangsa
dan Negara Indonesia.
Tujuan awalnya pembentukan
organisasi PETA ini adalah untuk
memenuhi kepentingan peperangan
Jepang di Lautan Pasifik. Dalam
perkembangan berikutnya, ternyata
PETA justru sangat besar manfaatnya
bagi bangsa Indone¬sia untuk meraih
kemerdekaan melalui perjuangan fisik.
Misalnya, Jenderal Sudirman dan
Jenderal A.H. Nasution adalah dua
orang tokoh militer Indonesia yang
pernah menjadi pemimpin pasukan
PETA pada zaman Jepang. Namun karena
PETA terlalu bersifat nasional dan dianggap
sangat membahayakan kedudukan Jepang
atas wilayah In¬donesia, maka pada tahun
1944 PETA dibubarkan. Berikut-nya Jepang
mendirikan organisasi lainnya yang bernama
Perhimpunan Kebaktian Rakyat yang lebih
terkenal dengan nama Jawa Hokokai (1944).
Kepemimpinan organisasi ini berada di bawah
Komando Militer Jepang.
2. Heiho
Heiho merupakan pasukan bentukan tentara Jepang pada masa Perang Dunia II.
Pasukan ini dibentuk berdasarkan instruksi Bagian Angkatan Darat Markas Besar Umum
Kemaharajaan Jepang pada tanggal 2 September 1942 dan mulai merekrut anggotanya
pada tanggal 22 April 1943.
Awal pembentukan Heiho dimaksudkan untuk membantu pekerjaan kasar militer
seperti membangun kubu dan parit pertahanan, serta penjagaan.
Gambar 4. Tentara Heiho
Sumber : http://www.google.com/
Gambar 3. Tentara PETA
Sumber : http://2.bp.blogspot.com/
12. Dalam perkembangannya, Heiho dipersenjatai dan dilatih untuk diterjunkan di
medan perang. Menjelang akhir pendudukan Jepang di Indonesia, jumlah pasukan
Heiho diperkirakan mencapai 42.000 orang dan setengahnya berada di Pulau Jawa.
Heiho dibubarkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) setelah Jepang
menyerah kepada Sekutu.
b. Organisasi Semimiliter
1. Hizbullah
Pada tanggal 15 Desember 1944 berdiri pasukan sukarelawan pemuda Islam yang
dinamakan Hizbullah (tentara Allah) yang dalam istilah Jepangnya disebut Kaikyo
Seinen Teishintai. Hizbullah mempunyai tugas pkok, yaitu sebagai berikut :
1) Sebagai tentara cadangan dengan tugas dan program, antara lain :
melatih diri, jasmani maupun rohani dengan segiat-giatnya.
membantu tentara Dai Nippon.
menjaga bahaya udara dan mengintai mata-mata musuh.
menggiatkan dan menguatkan usaha-usaha untuk kepentingan perang.
2) Sebagai pemuda Islam dengan tugas
dan program, antara lain : menyiarkan
agama Islam, memimpin umat Islam
agar taat menjalankan agama Islam,
dan membela agama dan umat Islam
Indonesia.
2. Seinendan
Seinendan merupakan organisasi
pemuda yang dibentuk pada tanggal 29
April 1943, tepat pada hari ulang tahun
Kaisar Jepang. Seinendan merupakan organisasi kepemudaan yang bersifat semimiliter.
Organisasi tersebut langsung berada di bawah pimpinan gunseikan.
Tujuan pembentukan organisasi tersebut adalah untuk mendidik dan melatih
pemuda agar dapat menjaga dan mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan
sendiri. Namun, sebenarnya maksud tersembunyi pembentukan organisasi tersebut
adalah untuk mendapatkan tenaga cadangan sebanyak-banyaknya yang diperlukan
bagi kemenangan perang Jepang.
Gambar 5. Seinendan
Sumber : http://novatyas.blogspot.com/
13. Pada awalnya, Seinendan beranggotakan pemuda-pemuda Asia yang berusaia
antara 15-25 tahun. Namun, usia anggotanya kemudian diubah menjadi 14-22 tahun.
Pada awalnya anggota Seinendan sebanyak 3.500 orang yang berasal dari seluruh
Jawa. Jumlah tersebut berkembang menjadi 500.000 orang pemuda pada akhir masa
pendudukan Jepang.
3. Keibodan
Keibodan juga merupakan organisasi pemuda yang dibentuk bersamaan
dengan pembentukan Seinendan. Berbeda dengan Seinendan, dalam pembentukan
Keibodan tersebut tampak bahwa pemerintah pendudukan Jepang berusaha agar
tidak terpengaruh oleh golongan nasionalis. Bahkan kaum nasionalis pada tingkat
bawah pun tidak mempunyai hubungan dengan Keibodan, karena badan ini langsung
ditempatkan di bawah pengawasan polisi.
Selain Jawa, kedua badan tersebut juga dibentuk di Sumatra dan daerah-daerah
yang berada di bawah kekuasaan angkatan laut. Di Sumatra, Keibodan dikenal dengan
nama Bogodan. Di Kalimantan terdapat badan serupa yang disebut Borneo Konan
Hokokudan.
Selain golongan
pemuda, juga
dilakukan
pengorganisasian
kaum wanita. Pada
bulan Agustus 1943
dibentuk Fujinkai
(himpunan wanita).
Usia minimum dari
anggota Fujinkai
adalah 15 tahun.
Wanita-wanita tersebut
juga diberikan latihan-
latihan militer.
4. Barisan Pelopor
Barisan Pelopor dibentuk pada tanggal 1 November 1944. Organisasi semimiliter
ini dibentuk sebagai hasil keputusan sidang ketiga dari Chuo Sangi In (Dewan
Pertimbangan Pusat. Barisan Pelopor dipimpin oleh Ir. Soekarno. Sedangkan wakilnya
yaitu R.P. Suroso, Otto Iskandardinata dan dr. Buntaran Martoatmojo.
Gambar 6. Keibodan
Sumber : http://novatyas.blogspot.com/
14. Tokoh nasionalis yang duduk dalam Barisan Pelopor berusaha memanfaatkan
kesempatan itu sebaik-baiknya untuk menanamkan semangat nasionalisme di
kalangan para pemuda. Para pemuda dikerahkan untuk mendengarkan pidato para
tokoh nasionalis. Di dalam pidatonya, para tokoh nasionalis selalu menyelipkan kata-
kata untuk membangkitkan semangat cinta tanah air di kalangan para pemuda.
5. Fujinkai
Fujinkai dibentuk pada bulan Agustus 1943. Organisasi ini bertugas untuk
mengerahkan tenaga perempuan
turut serta dalam memperkuat
pertahanan dengan cara
mengumpulkan dana wajib. Dana
wajib dapat berupa perhiasan, bahan
makanan, hewan ternak ataupun
keperluan-keperluan lainnya yang
digunakan untuk perang.
D. Pengerahan dan Penindasan Versus Perlawanan
Berikut ini usaha-usaha Jepang dalam mencapai Kemakmuran Bersama Asia Raya,
khususnya menyuplai kebutuhan industrialisasi Jepang.
1. Eksploitasi Alam
Pemerasan sumber alam yang dilakukan oleh Jepang terhadap Indonesia bisa dipakai
untuk mencapai cita-cita dan ambisi politiknya. Cara-cara tersebut antara lain:
a) Pemerintahan Jepang mengeluarkan peraturan untuk melakukan pengawasan
terhadap penggunaan dan peredaran sisa persediaan barang diperketat.
b) Semua harta benda dan perusahaan perkebunan milik orang Belanda disita dan
beberapa perusahaan vital seperti pertambangan, listrik, telekomunikasi dan
perusahaan transport langsung dikuasai pemerintah.
c) Jepang memonopoli penjualan hasil perkebunan teh, kopi, karet, dan kina.
Gambar 7. Fujinkai
Sumber : http://novatyas.blogspot.com/
15. d) Jepang melancarkan kampanye penyerahan barang-barang dan menambah
bahan pangan secara besar-besaran. Kampanye ini menjadi tugas Jawa Hokokai
dan instansiinstansi lain.
e) Jenis perkebunan yang tidak berguna dibatasi, dimusnahkan, dan diganti dengan
tanaman bahan makanan seperti teh, kopi, tembakau yang diganti oleh tebu untuk
pembuatan gula.
f) Adanya peraturan pembatasan dan penguasaan alat produksi oleh pemerintah.
g) Bekas perkebunan tembakau, kopi dan teh dipakai untuk ditanami bahan
makanan.
h) Rakyat hanya diperbolehkan mempunyai 40% dari hasil pertaniannya, sedangkan
60% lainnya harus disetorkan kepada pemerintah Jepang dan lumbung desa.
i) Rakyat dibebani dengan pekerjaan tambahan yang besifat wajib seperti menanam
pohon jarak yang bisa digunakan untuk pelumas pesawat terbang dan senjata.
2. Eksploitasi Manusia (Romusha)
Pembentukan romusha ini dilatarbelakangi
oleh besarnya kebutuhan Jepang akan tenaga
kerja untuk membangun pertahanannya, seperti
gua, gudang bawah tanah, lapangan udara
darurat. Tenaga romusha ini diperoleh dari desa
di pulau Jawa yang padat penduduk.
Pada awalnya pengerahan tenaga kerja ini
bersifat sukarela, namun dalam pelaksanaannya,
pengerahan tenaga kerja ini dilaksanakan secara
paksa. Kehidupan para romusha sangat sulit,
mereka kelaparan, kesehatan mereka tidak dijamin, sehingga banyak romusha yang
meninggal.
Hal-hal di ataslah yang kemudian membuat rakyat takut dijadikan romusha.
Namun, untuk menghilangkan rasa takut tersebut, tahun 1943 Jepang menggelar
propaganda baru yaitu dikatakan sebagai prajurit ekonomi atau pahlawan pekerja.
Propaganda baru Jepang ini menarik kembali rakyat untuk menjadi Romusha. Akan
tetapi kenyataannya tetap saja seperti keadaan yang sebelumnya. Para romusha ini
mendapatkan siksaan yang pedih.
Mereka bukan saja dikirim ke luar Jawa, tetapi juga ke luar negeri seperti Burma,
Thailand, Filipina, Malaya, dan Serawah. Masalah lain yang ada adalah menyangkut
kehidupan rakyat yaitu masalah sandang pada masa sebelum pecahnya perang.
Gambar 8. Romusha
Sumber :
http://kumpulanbiografiindonesia.blogs
pot.com/
16. Masalah ini tergantung pada impor Belanda. Dan pada masa Jepang, sandang untuk
masyarakat sangat kurang.
Untuk itu Jepang memerintahkan menanam kapas di berbagai daerah di Jawa,
Sumatera, Bali, Lombok dan Sulawesi Selatan. Usaha pemintalan rakyat secara massal
didirikan dan rakyat dilatih untuk memintal. Percobaan untuk mencari ganti dengan
kapas diintensifkan. Masalah sandang yang parah pada waktu itu memaksa rakyat desa
untuk memakai pakaian dari karung goni atau bagor.
Selain romusha, bentuk penindasan dan penghisapan sumber daya manusia
Indonesia oleh Jepang adalah perekrutan pemuda-pemuda ke dalam organisasi militer
dan semi-militer buatan Jepang. Berbagai macam organisasi kemiliteran dibentuk agat
tersedianya tenaga-tenaga muda untuk membantu pasukan Jepang dalam Perang
Pasifik.
E. Perang Melawan Tirani
Buruknya kehidupan rakyat mendorong timbulnya perlawanan-perlawanan rakyat di
beberapa tempat seperti:
1. Perlawanan Rakyat Aceh Terhadap Jepang yang Dipimpin Oleh Tengku Abdul
Djalil
Saat Jepang mulai mengobarkan perang untuk mengusir kolonialis Eropa dari
Asia, tokoh-tokoh pejuang Aceh mengirim utusan ke pemimpin perang Jepang untuk
membantu usaha mengusir Belanda dari Aceh. Negosiasi dimulai pada tahun 1940.
Setelah beberapa rencana pendaratan dibatalkan, akhirnya pada 9 Februari 1942
kekuatan militer Jepang mendarat di wilayah Ujong Batee, Aceh Besar. Kedatangan
mereka disambut oleh tokoh-tokoh pejuang Aceh dan masyarakat umum. Masuknya
Jepang ke Aceh membuat Belanda terusir secara permanen dari tanah Aceh. Awalnya
Jepang bersikap baik dan hormat kepada masyarakat dan tokoh-tokoh Aceh, dan
menghormati kepercayaan dan adat istiadat Aceh yang bernafaskan Islam. Rakyat pun
tidak segan untuk membantu dan ikut serta dalam program-program pembangunan
Jepang. Namun ketika keadaan sudah membaik, pelecehan terhadap masyarakat Aceh
khususnya kaum perempuan mulai dilakukan oleh personel tentara Jepang. Rakyat
Aceh yang beragama Islam pun mulai diperintahkan untuk membungkuk ke arah
matahari terbit di waktu pagi, sebuah perilaku yang sangat bertentangan dengan
akidah Islam. Karena itu pecahlah perlawanan rakyat Aceh terhadap Jepang di seluruh
daerah Aceh.
17. Perlawanan rakyat Aceh terhadap pemerintah pendudukan militer Jepang di
pimpin oleh Tengku Abdul Djalil. Ia seorang guru mengaji di Cot Pileng, yang tidak
mau tunduk dan patuh pada Jepang. Pihak Jepang berusaha membujuknya agar
berdamai tetapi usaha Jepang ditolak. Akhirnya, pada 10 November 1942, tentara
Jepang menyerbu Cot Pileng. Saat serbuan Jepang ketika itu, rakyat sedang
melaksanakan ibadah shalat subuh. Dengan berbebakal persenjataan: Pedang,
Kelewang, dan Rencong. Rakyat dapat memukul mundur pasukan Jepang
Lhokseumawe. Serangan kedua Jepang juga berhasil dipukul mundur. Barulah pada
serangan ketiga Jepang berhasil menguasai Cot Pileng.
Tengku Abdul Djalil dapat meloloskan diri, namun
akhirnya gugur tertembak saat melakukan shalat.
2. Perlawanan Rakyat Singaparna terhadap
Pemerintahan Jepang
Dengan adanya kependudukan militer Jepang di
Indonesia ternyata telah menimbulkan perlawanan dari
rakyat Indonesia. Perlawanan kepada militer Jepang
telah terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Adanya
perlawanan rakyat terhadap pihak Jepang disebabkan
pemerintahan Jepang telah belaku sewenang-
wenang.
Adapun salah satu perlawanan rakyat Indonesia
kepada pihak Jepang yaitu berasal dari Jawa Barat. Perlawanan rakyat Jawa Barat
khususnya rakyat Singaparna telah dipimpin oleh K. H. Zainal Mustafa. K. H. Zainal
Mustafa merupakan seorang pemimpin pesantren Sukamnah di Singaparna,
Tasikmalaya (Jawa Barat). Perihal yang melatarbelakangi perlawanan rakyat di daerah
Singaparna adalah karena pihak militer Jepang telah memaksa masyarakat Singaparna
untuk melakukan Seikeirei. Apakah Anda tahu apa itu Seikeirei ? Yah, Seikeirei
merupakan suatu upacara penghormatan kepada kaisar Jepang yang telah dianggap
dewa yaitu dengan cara membungkukan badan ke arah timur laut atau Tokyo.
Pemaksaan Jepang kepada rakyat Singaparna untuk melakukan upacara Seikeirei
telah membuat masyarakat geram, hal tersebut ditambah lagi dengan adanya larangan
dari K. H. Zainal Mustafa (pemimpin pondok pensantren) untuk masyarakat agar tidak
melakukan Seikeirei karena perbuatan tersebut sama saja perbuatan yang
mempersekutukan Tuhan. Oleh karena tersebut, K. H. Zainal Mustafa telah melakukan
upaya agar hal- hal yang tidak diinginkan tersebut dapat dihindari.
Adapun upaya yang dilakukan oleh K. H. Zainal Mustafa untuk menghindari
Gambar 9. KH. Zaenal Mustofa
Sumber
: generasisalaf.wordpress.com
18. masyarakatnya dari tindakan menyekutukan Tuhan tersebut yaitu dengan cara
menyuruh santri- santrinya untuk mempertebal keyakinannya atau keimannanya dan
bahkan ia pun mengajarkan bela diri silat.
Dengan melihat upaya masyarakat untuk tetap menolak kebijakan Jepang
tesebut, militer Jepang pun mengambil tindakan tegas. Tindakan tegas yang dimakud
adalah militer Jepang telah mengirimkan pasukannya pada tanggal 25 Februari 1944
untuk menyerang daerah Sukamnah dan untuk menangkap K. H. Zainal Mustafa.
Karena serangan yang mendadak yang telah dilakukan oleh militer Jepang , maka
perang antara dua pihak tersebut tidak dapat dihindarkan lagi. Namun, peperangan
tersebut dimenangkan oleh pihak Jepang. Hingga pada akhirnya, pihak Jepang berhasil
menangkap rakyat Singaparna dan mereka pun dimasukkan ke dalam tahanan di
daerah Tasikmalaya dan dipindahkan lagi ke Jakarta. Kemudian untuk, pemimpin
pesantren, K. H. Zainal Mustafa telah dijatuhi hukan mati dan ia pun dimakamkan di
Ancol , tetapi sekarang makamnya telah dipindahkan ke daerah Singaparna.
Kegagalan yang diperoleh oleh rakyat Indonesia yang berada dibawah pimpinan
K. H. Zaina Mustafa tersebut dikarenakan minimnya senjata yang mereka gunakan,
sedaangkan untuk pihak Jepang, mereka telah menggunakan senjata- senjata yang
lengkap dan modern. Dengan hal tersebutlah, kekalahan pun tidak dapat dielakkan lagi
oleh rakyat Singaparna.
3. Peristiwa Indramayu, April 1944
Peristiwa Indramayu terjadi bulan April 1944 disebabkan adanya pemaksaan
kewajiban menyetorkan sebagian hasil padi dan pelaksanaan kerja rodi/kerja
paksa/Romusha yang telah mengakibatkan penderitaan rakyat yang berkepanjangan.
Pemberontakan ini dipimpin oleh Haji Madriyan dan kawan-kawan di desa
Karang Ampel, Sindang Kabupaten Indramayu.
Pasukan Jepang sengaja bertindak kejam terhadap rakyat di kedua wilayah
(Lohbener dan Sindang) agar daerah lain tidak ikut memberontak setelah mengetahi
kekejaman yang dilakukan pada setiap pemberontakan.
4. Pemberontakan Teuku Hamid
Teuku Hamid adalah seorang perwira Giyugun, bersama dengan satu pleton
pasukannya melarikan diri ke hutan untuk melakukan perlawanan. Ini terjadi pada bulan
November 1944.
Menghadapi kondisi tersebut, pemerintah Jepang melakukan ancaman akan
membunuh para keluarga pemberontak jika tidak mau menyerah. Kondisi tersebut
19. memaksa sebagian pasukan pemberontak menyerah, sehingga akhirnya dapat
ditumpas.
Di daerah Aceh lainnya timbul pula upaya perlawanan rakyat seperti di Kabupaten
Berenaih yang dipimpin oleh kepala kampung dan dibantu oleh satu regu Giyugun
(perwira tentara sukarela), namun semua berakhir dengan kondisi yang sama yakni
berhasil ditumpas oleh kekuatan militer Jepang dengan sangat kejam.
5. Perlawanan Pembela Tanah Air (PETA)
a. Perlawanan PETA di Blitar (Jawa Timur)
Pada tanggal 14 februari 1945, prajurit-prajurit PETA di Blitar di bawah pimpinan
Shodanco Supriyadi, melaksanakan perlawanan terhadap Jepang. Upaya yang
dilakukan Jepang untuk menghadapi perlawanan PETA di Blitar yakni dengan
menempatkan pasukan tentaranya yang dilengkapi
dengan tank-tank dan pesawat terbang.
Pada pertempuran itu, Shodanco Supriyadi
dibantu oleh Shodanco Muradi mulai terdesak oleh
pasukan Jepang, namun akhirnya Muradi menyerah
kepada serdadu Jepang.
b. Perlawanan PETA di Aceh (Nanggroe Aceh
Darussalam)
Pada bulan November 1944, meletus perlawanan
Aceh terhadap Jepang yang dipimpin oleh Teuku
Hamid. Meskipun masih berusia sekitar 20 tahun, tetapi
ia memiliki keberanian memimpin dua peleton pasukan Giyugun untuk melawan
Jepang dengan cara keluar dari asrama Giyugun di Jangka Buaya (Aceh), kemudian
membentuk markas pertahanan di lereng-lereng gunung. Melihat perlawanan ini,
pasukan Jepang bertindak cepat dengan cara menyandera dan mengancam akan
membunuh semua anggota keluarga Teuku Hamid jika ia tidak menyerah, akhirnya
Teuku Hamid pun terpaksa menyerah.
c. Perlawanan PETA di Gumilir (Cilacap, Jawa Tengah)
Perlawanan ini dipimpin oleh Khusaeri, seorang Budaneo (Komandan Regu).
Perlawanan ini cukup hebat, tetapi Kushaeri dan kawan-kawannya menyerah.
Pada bulan Juli 1944, kedudukan Jepang semakin terdesak oleh Sekutu. Karena
itu, Jepang memberikan kemerdekaan kepada beberapa negara di Asia yang
didudukinya seperti Birma dan Filipina. Indonesia pun juga dijanjikan akan diberi
kemerdekaan oleh Jepang melalui Jendral Koiso, rencananya pada tanggal 7
Gambar 10. Syudanco
Supriyadi pemimpin PETA
Blitar
Sumber : www.name-list.net
20. September 1945. Pada tnaggal 15 Agustus 1945, bangsa Indonesia menerima kabar
tentang kekalahan Jepang dari Sekutu melalui Sultan Syahrir.
6. Perlawanan Rakyat di Irian Jaya
Perlawanan terjadi di beberapa daerah di Irian Jaya, antara lain sebagai berikut :
a. Perlawanan rakyat di Biak (1944)
Perlawanan ini dipimpin oleh L. Rumkorem, pimpinan Gerakan “Koreri” yang
berpusat di Biak. Perlawanan ini dilatarbelakangi oleh penderitaan rakyat yang
diperlakukan sebagai budak belian, dipukuli, dan dianiaya. Dalam perlawanan tersebut
rakyat banyak jatuh korban, tetapi rakyat melawan dengan gigih. Akhirnya Jepang
meninggalkan Pulau Biak.
b. Perlawanan rakyat di Pulau Yapen Selatan
Perlawanan ini dipimpin oleh Nimrod. Ketika Sekutu
sudah mendekat maka memberi bantuan senjata kepada
pejuang sehingga perlawanan semakin seru. Nimrod
dihukum pancung oleh Jepang untuk menakut-nakuti
rakyat. Tetapi rakyat tidak takut dan muncullah seorang
pemimpin gerilya yakni Silas Papare.
c. Perlawanan rakyat di Tanah Besar, daratan
Irian (Papua)
Perlawanan ini dipimpin oleh Simson. Dalam perlawanan rakyat di Irian Jaya,
terjadi hubungan kerja sama antara gerilyawan dengan pasukan penyusup Sekutu
sehingga rakyat mendapatkan modal senjata dari Sekutu.
F. Dampak Pendudukan Jepang Bagi Bangsa Indonesia
1. Bidang Politik
Gambar 11. Silas Papare
Sumber : wikipedia.org
21. Sejak masuknya kekuasaan Jepang di Indonesia, organisasi-organisasi politik tidak
dapat berkembang lagi. Bahkan pemerintah pendudukan Jepang menghapuskan
segala bentuk kegiatan organisasi-organisasi, baik yang bersifat politik maupun yang
bersifat sosial, ekonomi, dan agama. Organisasi-organisasi itu dihapuskan dan diganti
dengan organisasi buatan )epang, sehingga kehidupan politik pada masa itu diatur
oleh pemerintah Jepang, walaupun masih terdapat beberapa organisasi politik yang
terus berjuang menentang pendudukan Jepang di Indonesia, yaitu MIAI dengan K.H.
Hasyim Asj’ari sebagai pimpinannya. Jepang juga melakukan pengawasan yang ketat
terhadap gerak-gerik para tokoh pergerakan terutama yang bersikap nonkooperatif
terhadap Jepang melalui polisi rahasia meraka yang disebut dengan Kempetai. Polisi
rahasia ini juga disebarkan ke tengah-tengah rakyat sehingga menimbulkan ketakutan.
Jepang menginterogasi, menangkap dan bahkan menghukum mati siapa saja yang
dicurigai atau dituduh sebagai mata-mata atau anti Jepang tanpa proses pengadilan.
2. Bidang ekonomi
Pendudukan bangsa Jepang atas wilayah Indonesia sebagai negara imperialis,
tidak jauh berbeda dengan negara-negara imperialisme lainnya. Kedatangan bangsa
Jepang ke Indonesia berlatar belakang masalah ekonomi, yaitu mencari daerah-daerah
sebagai penghasil bahan mentah dan bahan baku untuk memenuhi kebutuhan
industrinya dan mencari tempat pemasaran untuk hasil-hasil industrinya. Sehingga
aktivitas perekonomian bangsa Indonesia pada zaman Jepang sepenuhnya dipegang
oleh pemerintah Jepang.
3. Bidang pendidikan
Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, kehidupan pendidikan berkembang
pesat dibandingkan dengan pendudukan Hindia Belanda. Pemerintah pendudukan
Jepang memberikan kesempatan kepada bangsa Indonesia untuk mengikuti
pendidikan pada sekolah-sekolah yang dibangun oleh pemerintah. Di samping itu,
bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa perantara pada sekolah-sekolah serta
penggunaan nama-nama yang diindonesiakan. Padahal tujuan Jepang
mengembangkan pendidikan yang luas pada bangsa Indonesia adalah untuk menarik
simpati dan mendapatkan bantuan dari rakyat Indonesia dalam menghadapi lawan-
lawannya pada Perang Pasifik.
Berdasarkan pendapat Prof. Dr. A. Teeuw (ahli bahasa Indonesia berkebangsaan
Belanda) menya-takan bahwa tahun 1942 merupakan tahun bersejarah bagi bangsa
Indonesia. Pada waktu itu, bahasa Belanda dilarang penggunaannya dan digantikan
22. dengan penggunaan bahasa Indonesia. Bahkan sejak awal tahun 1943 seluruh tulisan
yang berbahasa Belanda dihapuskan dan harus diganti dengan tulisan berbahasa
Indonesia.Bahasa Indonesia bukan hanya sebagai bahasa pergaulan sehari-hari, tetapi
telah diangkat menjadi bahasa resmi pada instansi-instansi pemerintah-an atau pada
lembaga-lembaga pendidikan dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah tinggi. Bahasa
Indonesia juga dijadikan sebagai bahasa penulisan yang tertuang pada hasil-hasil karya
sastra bangsa Indonesia. Sastrawan-sastrawan terkenal pada masa itu seperti Armijn
Pane dengan karyanya yang terkenal berjudul Kami Perempuan (1943), Djiiiak-djinak
Merpati, Hantu Perempuan (1944), Saran^ Tidak Berharga (1945) dan sebagainya.
Pengarang-pengarang lainnya seperti Abu llanifah yang memakai nama samaran El
Hakim dengan karya dramanya berjudul Taufan di atas Asia, Dewi Reni, dan Insan
Kamil. Pada masa pendudukan Jepang, banyak karya seniman Indonesia yang hanya
diterbitkan melalui surat kabar atau majalah dan setelah perang selesai baru diterbitkan
sebagai buku.
Sementara itu juga terdapat penyair terkenal pada zaman pendudukan Jepang
seperti Chairil Anwar yang kemudian mendapat gelar tokoh Angkatan 45. Karya-karya
Chairil Anwar menjadi lebih terkenal karena karyanya itu muncul pada awal revolusi
Indonesia, di antaranya yang berjudul Aku, Karawang-Bekasi dan sebagainya.
Dengan demikian, pemerintah pendudukan Jepang telah memberikan
kebebasan kepada bangsa Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia sebagai
bahasa pengantar, bahasa komunikasi, bahasa penulisan dan sebagainya.
4. Bidang kebudayaan
Jepang sebagai negara fasis selalu berusaha untuk menanamkan
kebudayaannya. Salah satu cara Jepang adalah kebiasaan menghormat ke arah
matahari terbit. Cara menghormat seperti itu merupakan salah satu tradisi Jepang
untuk menghormati kaisarnya yang dianggap keturunan Dewa Matahari. Pengaruh
Jepang di bidang kebudayaan lebih banyak dalam lagu-lagu, film, drama yang
seringkali dipakai untuk propa¬ganda. Banyak lagu Indonesia diangkat dari lagu
Jepang yang populer pada jaman Jepang. Iwa Kusuma Sumantri dari buku "Sang
Pejuang dalam Gejolak Sejarah" menulis "kebiasaan-kebiasaan dan kepercayaan-
kepercayaan yang sangat merintangi kemajuan kita, mulai berkurang. Bangsa kita yang
telah bertahun-tahun digembleng oleh penjajah Belanda untuk selalu 'nun inggih' kini
telah berbalik menjadi pribadi yang berkeyakinan tinggi, sadar akan harga diri dan
kekuatannya. Juga cara-cara menangkap ikan, bertani, dan lain-lain telah mengalami
pembaharuan-pembaharuan berkat didikan yang diberikan Jepang kepada bangsa
Indonesia, walaupun bangsa Indonesia pada waktu itu tidak secara sadar
23. menginsafinya. Untuk anak-anak sekolah diberikan latihan-latihan olahraga yang
dinamai Taiso, sangat baik untuk kesehatan mereka itu. Saya kira untuk kebiasaan
sehari-hari yang tertentu (misalnya senin) bagi anak-anak sekolah maupun untuk para
pegawai atau buruh untuk menghormati bendera kita (merah putih) serta pula
menyanyi-kan lagu kebangsaan atau lagu-lagu nasional merupakan kebiasaaan yang
diwariskan Jepang kepada bangsa Indonesia.
Bidang sosial Selama masa pendudukan Jepang kehidupan sosial masyarakat
sangat memprihatinkan. Penderitaan rakyat semakin bertambah, karena sega-la
kegiatan rakyat dicurahkan untuk memenuhi kebutuhan perang Jepang dalam
menghadapi musuh-musuhnya. Terlebih lagi rakyat dijadikan romusha (kerja paksa).
Sehingga banyak jatuh korban akibat kelaparan dan penyakit.
5. Bidang birokrasi
Kekuasaan Jepang atas wilayah Indonesia dipegang oleh kalangan militer, yaitu
dari angkatan darat (rikugun) dan angkatan laut (kaigun). Sistem pemerintahan atas
wilayah diatur berdasarkan aturan militer. Dengan hilangnya orang Belanda di
pemerintahan, maka orang Indonesia mendapat kesempatan untuk menduduki
jabatan yang lebih penting yang sebelumnya hanya bisa dipegang oleh orang Belanda.
Termasuk jabatan gubernur dan walikota di beberapa tempat, tapi pelaksanaannya
masih di bawah pengawasan Militer Jepang. Pengalaman penerapan birokrasi di Jawa
dan Sumatera lebih banyak daripada di tempat-tempat lain. Namun, penerapan
birokrasi di daerah penguasaan Angkatan Laut Jepang agak buruk.
6. Bidang militer
Kekuasaan Jepang atas wilayah Indonesia memiliki arti penting, khususnya dalam
bidang militer. Para pemuda bangsa Indonesia diberikan pendidi-kan militer melalui
organisasi PETA. Pemuda-pemuda yang tergabung dalam PETA inilah yang nantinya
menjadi inti kekuatan dan penggerak perjuangan rakyat Indonesia mencapai
kemerdekaannya.