SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 27
Tugas resume Tek. Minyak
  emulsi dan oleokimia
    LIDYA LISNASARI/E1F109032
6. KERUSAKAN LEMAK
PENYEBAB KERUSAKAN LEMAK DAN MINYAK
   Ketengikan ( Rancidity) adalah kerusakan atau perubahan bau dan flavor dalam lemak atau
bahan pangan berlemak. Biasanya disebabkan oleh 4 faktor yaitu :
   1. Absorpsi bau (Odor) oleh lemak
      - Pencemaran bau terhadap bahan pangan berlemak,
          Lemak dapat mengabsorbsi zat menguap dari bahan lain. Kuning telur mengandung
          lebih dari 30 % lemak, mudah mengabsorbsi bau selama disimpan dalam ruang dingin
          (cold storage), terutama aroma khasmusty yang dihasilkan oleh koloni Actomyces sp.
          Absorbsi bau oleh mentega selama penyimpanan, terutama dari bahan pengepak
          (packaging) yang terbuat dari kayu atau timber yang mengandung zat terpene yang
          mudah menguap, terutama jika peti tersebut terbuat dari kayu yang kurang
          baik. Bakteri penghasil lendir yang tumbuh suhu kamar dan suhu dingin pada daging
          akan menghasilkan bau yang mencemari flavor lemak yang disimpan dalam ruangan.
      -   Menghindarkan lemak dari pencemaran bau
        Memisahkan lemak dari bahan–bahan lain yang dapat mencemari
        bau. Membungkus produk dengan bahan pembungkus yang tidak menghasilkan
        bau. Misal: Kertas timah / pun kertas kulit dilapisi kertas timah, kertas timah bersifat
        tidak permiabel bagi semua gas atau zat menguap yang berbau. Destruksi uap / zat
        berbau dengan menggunakan gas ozon yang berfungsi untuk membersihkan udara
        ruangan yang telah dicemari oleh bau dari suatu bahan. Sedangkan pada penyimpanan
        telur, berfungsi untuk menetralisir bau dan menghambat pertumbuhan
        mikrobia. Namun perlu berhati-hati, kontak ozon dengan bahan pangan berlemak
        tinggi akan menimbulkan bau tidak enak jika kontak langsung dengan senyawa ozon.
  2. Aksi oleh enzim dalam jaringan bahan mengandung lemak
     - Produksi asam lemak bebas
          Lemak hewan dan nabati yang masih berada dalam jaringan, biasanya mengandung
          enzim     yang     menghidrolisa    lemak. Semua       enzim     yang    termasuk
          golongan lipase,mampu menghidrolisa lemak netral menghasilkan asam lemak bebas
          dan gliserol, namun enzim tersebut inaktif oleh panas. Contoh: lemak daging ayam
          yang mengandung lipase menunjukkan kenaikan bilangan asam yang cepat.
      -   Pengaruh asam lemak bebas terhadap flavor
          Asam lemak bebas (ALB) dari proses hidrolisa dan oksidasi biasanya bergabung
          dengan lemak netral, dan pada konsentrasi sampai 15 %, belum menghasilkan flavor
          yang tidak disenangi. Lemak dengan kadar ALB lebih besar dari 1 %, jika dicicipi
          terasa membentuk film pada permukaan lidah. ALB yang tidak dapat menguap
          dengan jumlah atom C >14, meski dalam jumlah kecil mengakibatkan rasa tidak
          lezat. ALB yang dapat menguap dengan jumlah atom karbon C4, C6, C8, dan
          C10, menghasilkan bau tengik dan rasa tidak enak dalam bahan pangan berlemak.
ALB tersebut umumnya terdapat dalam lemak susu, dan minyak nabati, misalnya
      minyak inti sawit. ALB juga dapat mengakibatkan karat & warna gelap jika lemak
      dipanaskan dalam wajan besi.
3. Aksi mikroba
   Minyak yang telah dimurnikan biasanya masih mengandung mikroba berjumlah
   maksimum 10 organisme setiap 1 gram lemak, dapat dikatakan steril. Mikroba yang
   menyerang bahan pangan berlemak biasanya termasuk tipe mikroba non pathologi, tapi
   umumnya dapat merusak lemak dengan menghasilkan cita rasa tidak enak, di samping
   menimbulkan perubahan warna (discoloration).
   - Produksi asam lemak bebas
      Beberapa jenis jamur, ragi dan bakteri mampu menghidrolisa molekul lemak. Di
      antara bakteri tsb. adalah: Staphylococcus aureus, Staph pyogenes albus, Bacillus
      phyocyaneus, B. piodigouosus, B. Chelerae, B. Thyphosus, Streptococcus hemolyticus,
      B. tuberculosis, B. lipolyticum, Micrococcus tetragenus, B. proteus, B. putrificus, B.
      punctatum, B. coli, Clostridium botulinum dan berbagai macam spesies Pseudomonas
      sp dan Achromobanter sp. Jamur yang mampu menghidrolisa lemak antara
      lain Aspergillus, Penicillim, Mucor Rhizophus, Monilia, Oidium, Cladosporium dan
      beberapa macam spesies ragi. Hidrolisa lemak oleh mikroba tsb. dapat berlangsung
      dalam suasana aerobik atau anaerobik. Sebagian besar lemak yang utuh dalam bahan
      pangan tidak mengandung asam menguap, sehingga jika dihidrolisa oleh mikroba akan
      berpengaruh kecil terhadap flavor bahan pangan. Di lain pihak, banyak di antara
      mikroba menghasilkan enzim yang dapat memecahkan protein dalam bahan pangan
      berlemak, sehingga menghasilkan bau dan rasa tidak enak, misalnya persenyawaan
      indole, skatole, hidrogen sulfit, metilamin dan amonia.
   - Bau sabun (Soapiness) dalam lemak
      Timbulnya bau sabun yang tidak enak dengan istilah soapy flavor dalam bahan panan
      berkadar lemak tinggi disebabkan oleh pembentukan sabun amonium, sebagai hasil
      reaksi antara ALB dengan amonia yang dihasilkan dari degradasi protein. Garam
      amonium dapat dihasilkan karena oksidasi garam organik secara mikrobial, dan
      peristiwa ini terjadi dalam margarin yang ditumbuhi jamurMonilia sp dan Torulae sp.
   - Deteksi aktivitas enzim lipase
      Penentuan dilakukan dengan cara menumbuhkan mikroba dalam nutrient medium
      yang mengandung lemak akan menghasilkan enzim dengan beberapa macam ciri,
      yaitu 1) terbentuknya film yang lebih jernih dalam lemak padat atau opalescent
      emulsion, 2) perubahan warna indicator yang ditambahkan ke dalam media, dan 3)
      terbentuk sabun berwarna biru kehijauan jika ditambahkan tembaga sulfat (CuSO4).
   - Pengaruh enzim oksidase terhadap ketengikan lemak
      Oksidase secara biologis disebabkan oleh pencemaran mikrobia, terutama pada lemak
      yang masih dalam jaringan. Enzim oksidase, peroksidase dan katalase terdapat dalam
      lemak daging ayam yang baru dipotong, sedangkan susu mentah, kacang kedelai
mengandung enzim peroksidase dan katalase, serta khususnya susu mentah
    mengandung enzim oleinase yang mengakibatkan bau apek (tallowy). Organism yang
    menghasilkan enzim oksidase dan lipase dapat mengakibatkan ketengikan.
-   Dekomposisi lemak dan asam lemak oleh mikroba
    Kemungkinan semua mikrobia yang menghasilkan enzim lipase dapat metabolisir
    lemak, dan tahap pertama dalam proses ini adalah dekomposisi gliserida menjadi
    gliserol dan asam lemak. Aksi mikrobia terhadap gliserol dapat menghasilkan kurang
    lebih 20 macam persenyawaan yang termasuk dalam golongan senyawa aldehida,
    asam organik dan senyawa alifatik lainnya. Mikrobia juga dapat memecah rantai asam
    lemak bebas menjadi senyawa dengan berat molekul lebih rendah dan selanjutnya
    dioksidasi menghasilkan gas CO2 dan air (H2O).
-   Produksi keton
    Dari pengamatan pada deodorisasi minyak kelapa berbau tengik, ditemukan beberapa
    persenyawaan yang menyebabkan bau tidak enak, antara lain senyawa metil heptil
    keton, metil nonil keton dan sejumlah kecil metil undesil keton. Senyawa ini terbentuk
    selama proses pengeringan kopra dan penyimpanan minyak. Mentega dan bahan
    pangan lainnya yang mengandung lemak susu, air dan bahan gizi dapat menimbulkan
    ketengikan oleh senyawa keton (ketonic rancidity). Senyawa keton yang dominan
    menyebabkan bau tengik adalah senyawa metil amil, metil heptil dan metil nonil
    keton. Jamur yang dapat menghasilkan keton, terdiri dari 9 macam Penicillia sp., 5
    macam spesies Aspergilli, Cladosporium herbarium, Cladosporium butyri.
    Mekanisme Pembentukan Keton. Organisme yang menyerang lemak, pada tahap
    pertama menguraikan molekul gliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol,
    selanjutnya asam lemak bebas ini dioksidasi. Berdasarkan penelitian terhadap
    dekomposisi asam lemak, ternyata sejumlah metil keton terbentuk pada proses beta
    oksidasi dalam suasana hidrogen peroksida (H2O2).
    CH2.CH2>COOH –– R.CO. CH2.COOH        R.COOH+ CH3.COOH ®dst
    Asam lemak            ¯            asam karboksilat
    Abnormal
        ¯
    R.CO. CH3. ® R.CH (OH). CH2    Gambar1. Reaksi normal dan
    Keton            karbinol      abnormal oleh mikroba.
-   Perubahan warna oleh mikroba
    Banyak di antara organisme menghasilkan pigmen yang berdifusi ke luar sel dan
    mencemari warna asli dari bahan pangan. Struktur kimia pigmen yang dihasilkan
    mikroorganisme ini belum diketahui jelas, namun kemungkinan beberapa di antaranya
    merupakan senyawa karotenoid yang larut dalam lemak dan tidak larut dalam
    air. Organik proteolitis yang membentuk zat indole dan skatole, dalam suasana nitrit
    (misalnya dalam daging) membentuk nitroso-indole yang berwarna merah. Dalam
lemak, pigmen yang dihasilkan mikroba terutama berfungsi sebagai indikator dalam
            reaksi oksidasi. Sebagai contoh ialah pigmen kuning cerah dalam lemak segar,
            dihasilkan oleh Micrococci sp danBacilli sp. Jika lemak menjadi tengik karena proses
            oksidasi oleh bakteri, maka pigmen kuning tersebut berubah menjadi warna ungu
            kebiru-biruan. Dekomposisi oleh mikroba dapat dikurangi dan dicegah dengan cara
            pengawetan bahan kimia, mengurangi kontaminasi dan penambahan gula dan garam.
     4. Oksidasi oleh oksigen udara atau kombinasi dari dua atau lebih dari penyebab kerusakan
        tersebut sebelumnya.
        - Oksidasi lemak
            Bentuk kerusakan, terutama ketengikan yang paling penting disebabkan oleh aksi
            oksigen udara terhadap lemak. Dekomposisi lemak oleh mikroba hanya dapat terjadi
            jika terdapat air, senyawa nitrogen dan garam mineral, sedangkan oksidasi oleh
            oksigen udara terjadi secara spontan jika bahan yang mengandung lemak dibiarkan
            kontak dengan udara, sedangkan kecepatan proses oksidasinya tergantung dari tipe
            lemak dan kondisi penyimpanan. Dalam bahan pangan berlemak, konstituen yang
            mudah mengalami oksidasi spontan adalah asam lemak tidak jenuh dan sejumlah kecil
            persenyawaan yang merupakan konstituen yang cukup penting. Sebagai contoh ialah
            persenyawaan yang membuat bahan pangan menjadi menarik misalnya persenyawaan
            yang menimbulkan aroma, flavor, warna dan sejumlah vitamin.
        -   Oksidasi konstituen nonlemak
            Di samping timbulnya off flavor, telah diketahui bahwa hasil oksidasi lemak tidak
            jenuh dapat menyebabkan degradasi nilai alamiah dari konstituen aroma, flavor, warna
            dan vitamin. Degradasi konstituen non lemak sering terjadi serentak dengan proses
            oksidasi lemak, sehingga faktor-faktor yang menghambat atau mempercepat oksidasi
            lemak, mempengaruhi perubahan konstituen non lemak. Oksidasi b- Karoten pada
            bagian ikatan rangkapnya dengan adanya katalis lipoksidase atau ferro ftalosianida
            akan menghasilkan senyawa epoksi atau furanoksida.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan oksidasi lemak (Akselerator) ada 4 kelas yaitu :
   1. Radiasi , misalnya oleh panas dan cahaya,
   2. Bahan pengoksidasi (Oxidizing Agent) misalnya peroksida, perasid, ozone, asam nitrat
       serta beberapa senyawa organik nitro dan aldehida aromatik,
   3. Katalis metal khususnya garam dari beberapa macam logam berat,
   4. Sistem oksidasi, misalnya adanya katalis organik yang labil terhadap panas.
Tabel 1. Faktor – faktor yang mempercepat dan menghambat oksidasi
No                    Akselerator                                  Dihambat/dicegah dengan
1.     Suhu tinggi                                    Suhu rendah (refrigrasi)
2.     Sinar (UV dan Biru) dan ionisasi radiasi (α,
                                                      Wadah berwarna atau opak, bahan pembungkus
       β, α dan χ)
3.     Peroksida (termasuk lemak yang                 Menghindarkan oksigen
dioksidasi)
4.   Enzim lipoksidasi                          Merebus (blanching)
5.   Katalis Fe-organik (misalnya hemoglobin
                                                Anti oksidan Metal deactivator
     dst)
6.   Katalis logam (Cu, Fe dsb)                 Metal deactivator EOTA, as-sitrat
MEKANISME DAN HASIL OKSIDASI LEMAK
Mekanisme kerusakan akibat oksidasi terdiri dari dua tahap yaitu , tahap pertama : disebabkan
oleh reaksi lemak dengan oksigen dan tahap kedua : merupakan lanjutan dari tahap pertama,
prosesnya berupa oksidasi ( pada setiap jenis pangan yang berlemak, seperti mentega putih dan
minyak goreng) dan non oksidasi.
Gambar 2. Pengaruh proses oksidasi terhadap komponen




HASIL DEGRADASI PRIMER
     Oksidasi spontan lemak tidak jenuh didasarkan pada serangan oksigen pada ikatan rangkap
(ikatan tidak jenuh) sehingga memberntuk hidroperoksida tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh
yang terdapat dalam molukel trigliserida terdiri dari asam oleat (mengandung 1 ikatan rangkap),
asam linoleat (ikatan rangkap) dan asam linolenat (3 ikatan rangkap). Ketiga asam tidak jenuh ini
jika dioksidasi masing-masing akan membentuk oleat hidroperoksida, linoleat hidroperoksida
dan linolenat hidroperoksida yang bersifat reaktif.
       Gambar 3. Proses pembentukkan peroksida
       R-CH=CH-R1 + O = O → R-CH – CH – R1 → R – CH-CH- R1
                                            ↓ ↓       ↓ ↓
                                             O        O-O
                                             ║         peroksida
                                             O
                                            moloksida
                                                               R – CH + CH - R1
                                                                    ║    ║
                                                                    O    O
HASIL DEGRADASI SEKUNDER
     Produk primer adalah persenyawaan hidroperoksida yang terbentuk dari hasil reaksi antara
lemak tidak jenuh dengan oksigen, sedangkan produk sekunder dihasilkan dari proses degradasi
peroksida (produk primer). Hasilnya ini terdiri dari persenyawaan alkohol, aldehida dan asam,
serta persenyawaan tidak jenuh dengan berat molekul lebih rendah. Tipe degradasi peroksida
terdiri dari 3 macam reaksi kimia yaitu :
     1. Pembentukkan radikal hidroperoksida (hydroperoxide desmutation)
         Tahap awal adalah dekomposisi hidroperoksida menjadi senyawa alkosi dan radikal
         bebas hidroksi (hydroxy free radikal)
     2. Pembentukkan senyawa polimerisasi
     3. Pembentukkan senyawa karbonil

Hasil Dekomposisi Berupa Gas, selama oksidasi asam lemak tidak jenuh berlangsung terutama
pada suhu tinggi dan adanya kualitas logam, akan terbentuk beberapa macam gas, yaitu gas CO 2,
asam menguap (volatile acid), akrolein, aldehid menguap, dan juga dihasilkan sejumlah molukel
air. Di samping itu, dihasilkan sejumlah kecil gas hydrogen sebagai hasil dekomposisi akibat
pemanasan peroksida lemak dalam ruangan tertutup.

PERUBAHAN KIMIA AKIBAT KERUSAKAN LEMAK
KERUSAKAN AKIBAT OKSIDASI (Autooksidasi)
Pembentukkan produk dari proses oksidasi dengan cara iradiasi, setelah proses ini maka akan
menghasilkan hidroperoksida dan senyawa karbonil setelah bersentuhan dengan oksigen. Hasil
oksidasi lainnya, Selain dari persenyawaan peroksida dan karbonil, dalam lemak juga terdapat
asam karboksilat, dan sejumlah kecil persenyawaan hidroksi, dan persenyawaan berkonjugasi.
Penurunan Nilai Dari Lemak
Palatability. Gejala timbulnya ketengikan oleh proses oksidasi lemak, pada tahap permulaan
ditandai dengan timbulnya flavor, flatness atau oiliness, yang disusul dengan perubahan rasa dan
aroma yang terdapat secara alamiah. Selanjutnya minyak tersebut berubah menjadi bau yang
tidak disukai dengan bau apek (tallowy). Jika ketengikan lemak telah mencapai tahap terakhir
maka lemak biasanya berbau tengik dan terasa getir (acrid quality).
Warna. Lemak atau minyak dalam jaringan, secara alamiah biasanya bergabung dengan pigmen,
misalnya pigmen karotenoid yang akan turut rusak oleh proses oksidasi. Oksidasi karoten mulai
terjadi pada periode induksi.
Kandungan Vitamin. Beberapa vitamin dalam lemak mudah rusak akibat oleh oksigen udara,
sedangkan vitamin yang penting dalam proses pertumbuhan dan reproduksi akan rusak pada
lemak-lemak yang telah menjadi tengik. Vitamin D dalam keadaan normal lebih tahan terhadap
oksidasi.
PEMANASAN
Perubahan kimia dalam lemak yang dipanaskan
Pemanasan mengakibatkan 3 macam perubahan kimia dalam lemak yaitu: 1) terbentuknya
peroksida dalam asam lemak tidak jenuh, 2) peroksidasi berdekomposisi menjadi persenyawaan
karbonil, dan 3) polimerisasi oksidasi sebagian. Reaksi-reaksi degradasi selama proses
penggorengan didasarkan atas reaksi penguraian asam lemak. Produk yang terbentuk dapat
diklasifikasikan menjadi 2 golongan utama, yaitu: 1. hasil dekomposisi yang tidak menguap
(NVDP) yang tetap terdapat dalam minyak dapat diserap oleh bahan pangan yang digoreng, dan
2. hasil dekomposisi yang dapat menguap (VDP) yang keluar bersama-sama uap pada waktu
lemak dipanaskan.

ANTIOKSIDAN
Penggolongan Anti Oksidan
Golongan fenol Anti-oksidan yang termasuk dalam golongan ini biasanya mempunyai intensitas
warna yang rendah atau kadang-kadang tidak berwarna dan banyak digunakan karena tidak
beracun. Anti-oksidan golongan phenol meliputi sebagian bebas anti-oksidan yang dihasilkan
oleh alam dan sejumlah kecil anti-oksidan sintesis, serta banyak digunakan dalam lemak atau
bahan pangan berlemak. Contoh anti-oksidan golongan ini antara lain: hidrokuinon, gossipol,
pyrogallol, catechol resorsinol dan eugenol.
Golongan anin mengandung gugus amino atau diamino yang terikat pada cincin benzene
biasanya mempunyai potensi tinggi sebagai anti-oksidan, namun beracun dan biasanya
menghasilkan warna yang intensif jika dioksidasi atau bereaksi dengan ion logam dan stabil
terhadap panas serta ekstraksi kaustik. Anti-oksidan ini biasanya digunakan dalam non pangan,
terutama karet. Contoh : N, N’ difenil p-fenilene diamin, definilhidrazin, difenilguanidine dan
difenil amin.

Mekanisme Kerja Anti-Oksidan
Mekanisme anti-oksidan dalam menghambat oksidasi atau menghentikan reaksi berantai pada
radikal bebas dari lemak yang teroksidasi, dapat disebabkan oleh 4 macam mekanisme reaksi,
yaitu: 1) pelepasan hidrogen dari anti-oksidan, 2) pelepasan elektron dari anti-oksidan, 3) addisi
lemak ke dalam cincin aromatik pada anti-oksidan dan 4) pembentukan senyawa kompleks
antara lemak dan cincin aromatik dari anti-oksidan.

Sinergis
Efektivitas anti-oksidan primer (primary antioxidant) dapat ditingkatkan dengan
mengkombinasikannya menggunakan anti-oksidan yang sama jika dipakai secara
tersendiri. Sebagai contoh ialah anti-oksidan BHA dicampur dengan BHT menghasilkan efek-
sinergis.
7. LEMAK DALAM BAHAN PANGAN
     Bahan pangan yang tebuat ataupun yang sengaja dibubuhi lemak adalaha mentega,
margarine, mentega putih (shortening), kembang gula (confectionary), es krim, jenis-jenis
rotidari kue yang dipanggang (baked good) dan bahan pangan yang digoreng dengan minyak
goreng misalnya emping dan jenis kacang-kacangan. Sifat lemak yang sering diinginkan adalah
lemak mempunyai titik cair mendekati suhu tubuh.

MINYAK GORENG DAN MENTEGA PUTIH
Minyak Goreng,
Lemak yang baik digunakan adalah lemak babi, oleo-stearin atau lemak nabati dihidrogenas
dengan titik cair 35-400C, minyak kelapa, kacang tanah dan kelapa sawit. System menggoreng
dibagi dua yaitu:
    1. Proses Gangsa (Pan Frying)
        Proses gangsa (Pan Frying) dapat menggunakan lemak ataupun minyak dengan titik asap
     yang rendah, karena suhu pemanasan pada proses penggorengan dengan sistem gangsa
     menggunakan suhu yang lebih rendah daripada sistemdeep frying. Adapun yang menjadi ciri
     khas dari system gangsa adalah bahan pangan yang digoreng tidak sampai terendam dalam
     minyak atau lemak.
    2. Proses menggoreng biasa (Deep Frying)
        Pada penggorengan dengan menggunakan sistem deep frying, bahan pangan yang
     digoreng terendam dalam minyak dan suhu minyak dapat mencapai 200-205 derajat celcius.
     Secara komersil,bahan pangan yang digoreng (fried food) biasanya digoreng dengan
     menggunakan system deep frying. Bagi bahan pangan yang digoreng dala jumlah besar,
     misalnya dough nut dan berbagai macam jenis keripik. Ketel-ketel penggorengan biasanya
     dilengkapi dengan thermostat untuk menjaga suhu agar tetap stabil.

Struktur Bahan Pangan Digoreng
Ada tiga bagian struktur dasar bahan pangan yang digoreng yaitu Inner Zone atau core
merupakan bagian dalam bahan pangan berkadar air tinggi dan umumnya terdapat pada bahan
                                    pangan yang digoreng. Proses pemasakan terjadi
                                    penetrasi panas dari minyak yang masuk ke dalam bahan
                                    pangan. Proses pemasakan ini dapat merubah atau tidak
                                    karakter bahan pangan, tergantung dari bahan pangan
                                    yang digoreng. Permukaan lapisan luar (outer zone
                                    surface) akan berwarna coklat keemasan akibat
Gambar 3. Struktur dasa bahan     penggorengan. Hal ini disebabkan oleh reaksi browning
pangan yang digoreng              atau maillard. Tingkat warna ini tergantung dari lama dan
suhu menggoreng dan komposisi kimia pada permukaan luar dari bahan pangan; sedangkan jenis
lemak yang digunakan berpengaruh sangat kecil terhadap warna permukaan bahan.
Bagian Luar Bahan Pangan (Outer Zone)
   Jika bahan segar digoreng, maka kulit bagian luar dapat mengkerut. Kulit atau kerak tersebut
dihasilkan akibat proses dehidrasi bagian luar bahan pangan pada waktu menggoreng. Kerak in
hanya terjadi pada bahan pangan tertentu. Pembentukkan terjadi akibat panas dari lemak panas
diatas 312 0 F sehingga air menguap pada bgian luar bahan pangan. Pada kadar air 3 % atau
kurang akan terbentuk kerak dan bahan pangan akan menjadi masak (done).
   Ada 2 fungsi lemak yang diserap yaitu mengempukkan kerak seperti mentega putih
mengempukkan pie crust dan untuk membasahi (wetting) bahan pangan digoreng seperti
mentega atau margarine membasahi roti dan kue.

Proses Menggoreng
   Menggoreng adalah suatu proses untuk memasak bahan pangan menggunakan lemak atau
minyak pangan.
   Ke dalam ketel berturut-turut dimasukkan minyak goreng, kemudian dipanaskan (BTU),
selanjutnya bahan yang akan digoreng. Dari ketel akan diperoleh hasil gorengan, uap yang
dihasilkan dari lemak, serta hasil samping lemak akibat pemanasan penggorengan serta kerak.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penggorengan adalah pemanasan dengan adanya udara, lemak
setempat kelewat panas (loca over heating), aerasi pada lemak, kontak lemaak dengan logam dari
ketel, kontak bahan pangan dengan minyak, adanya kerak dan partikel yang gosong.
Perbandingan antara jumlah minyak total dalam ketel dengan kecepatan (selang waktu)
penambahan minyak baru ke dalam ketel, adalah periode turnover, yang dapat dihitung. Secara
lami periode turnover yang lebih singkat mengakibatkan kondisi minyak dalam ketel lebih baik.
   FC = T.P
    R
   Prinsip menggoreng didasarkan 2 hal yaitu:
   1. Jumlah minyak yang digunakan dalam system menggoreng mencapai jumlah kebutuhan
       minimum untuk menggoreng bahan pangan serta perlu dijaga kesempurnaan meratanya
       distribusi panas oleh minyak.
   2. Kebutuhan panas (BTU) minimum tergantung dari komposisi bahan pangan, ketel dan
       keadaan hasil gorengan. Efisiensi pemanasan ketel bervariasi dan tidak akan pernah
       mencapai efisiensi 100%. Bahan pangan yang berbeda akan membutuhkan BTU yng
       berbeda pula. Sebagai contoh ialah keripik kentang membutuhkan 350.000 BTU/jam
       dengan kecepatan berproduksi 100 lb keripik/jam sedangkan keripik perancis
       membutuhkan panas 87.500 BTU/jam.
Pertimbangan merancang proses menggoreng
   Pada waktu proses pemanasan minyak dan penggorengan, aerasi terutama terjadi pada
permukaan minyak dalam ketel, namun akhirnya udara akan masuk ke dalam lemak akibat
peristiwa pergerakan sirkulasi atau pengadukan lemak. Aerasi udara secara berlebih selama
proses penggorengan harus dihindarkan untuk mengurangi proses oksidasi. Uap air yang timbul
dapat membantu penguapan hasil samping dan zat yang menguap harus dicegah agar tidak
terkondensasi di atas permukaan minyak dan kembali menetas ke minyak goreng dalam ketel.
Pencegahan tersebut dapat dilakukan dengancara penyedotan uap atau aerasi.

   Kerusakan minyak goreng
   Kerusakan minyak dan pemanasan pada suhu tinggi disebabkan oleh proses ksidasi dan
polimerisasi.
   Oksidasi minyak akan menghasilkan senyawaaldehid, keton, hidrokarbon, alkohol, lakton
serta senyawa aromatis yang mempunyai bau tengik dan rasa getir. Kerusakan ini mempunyai 6
tahapan sebagai berikut :
   1. Terbentuk Volatile decomposition product (VDP) yang dihasilkan dari pemecahan rantai
       karbon asam lemak.
   2. Proses oksidasi disusul dengan proses hidrolisa triasilgliserida karena adanya air. Hal ini
       terbukti dari kenaikan jumlah asam lemak bebas dalam minyak.
   3. Oksidasi asam lemak berantai panjang.
   4. Degradasi ester oleh panas
   5. Oksidasi asam lemak yang terikat pada posisi alpha dalam trigliserida
   6. Otooksidasi keton oleh aldehida menjadi asam karboksilat.
   Polimerisasi, pembentukan senyawa ini selam proses menggoreng terjadi karena reaksi
polimerisasi adisi dari asam lemak tidak jenuh. Hal ini terbukti dengan terbentuknya bahan
menyerupai gum yang mengendap di dasar ketel atau wadah penggorengan. Proses in mudah
terjadi pada saat minyak mengering atau setengahnya karena mengandung asam lemak tidak
jenuh dalam jumlah besar.

   Pengawasan proses menggoreng dalam skala komersil
   Di laboratorium, mutu hasil gorengan serta minyak goreng dinilai berdasarkan uji
organoleptik dan fisiko kimia. Uji fisio kimia meliputi pengukuran kadar asam lemak bebas,
warnan, kekntalan, bilangan iod, fraksi non urea adduct, nila TBA, nila A.O.M. dan penetapan
kompnen flavor dengan gas kromatografi.
   Factor yang berpengaruh dalam proses menggoreng adalah instalasi penggorengan (faktornya
keadaan dari bahan pangan yang digoreng, kecepatanm pergantian minyak goreng dan derajat
atau tingkat aerasi selama proses mengoreng serta efektivitas penyaringan), minyak sebagai
medium menggoreng dan kondisi penggorengan (suhu menentukkan mutu hasil penggorengan
yang dinilai berdasarkan rupa, flavor, lemak yang terserap dan stabilitas penyimpanan factor
ekonomi) yang optimum serta prosedur pembersihan ketel.

MENTEGA PUTIH / SHORTENING
   Shortening adalah lemak padat yang mempunyai sifat plastis dan kestabilan tertentu,
umumnya berwarna putih sehingga sering disebut mentega putih. Bahan ini diperoleh dari hasil
pencampuran dua atau lebih lemak, atau dengan cara hidrogenasi. Mentega putih ini banyak
digunakan dalam bahan pangan terutama dalam pembuatan cake dan kue yang dipanggang.
Fungsinya adalah untuk memperbaiki cata rasa, struktur, tekstur, keempukan dan memperbesar
volume roti/kue.
   Ada tiga macam shortening berdasar kan cara pembuatannya yaitu compound, hydrogenated,
dan high ratio shortening.
   Compound shortening adalah shortening yang dihasilkan dari campuran lemak hewani yang
bertitik cair tinggi, lemak bertitik cair rendah, dan lemak yang sudah mengalami hidrogenasi.
Dari pencampuran lemak-lemak tersebut akan diperoleh shortening dengan konsistensi tertentu,
bersifat plastis pada selang suhu yang lebar, dan tahan lama. Contoh shortening campuran adalah
pencampuran oleo sterain, lard, dan minyak biji kapas yang telah mengalami hidrogenasi.
   Shortening yang dihidrogenasi dibuat dengan cara mencampurkan dua atau lebih minyak
dengan bilangan iodine dan konsistensi berbeda-beda. Keuntungan cara ini adalah konsistensi
dapat diatur dengan mengatur perbandingan jumlah derajat hidrogenasi dari masing-masing
lemak yang dicampur.
   High ratio shortening atau hydrogenated shortening yang ditambahkan emulsifier. Misalnya
monogliserida, digliserida, lesitin, dan kadang-kadang ditambahkan gliserol. Mono- dan
digliserida mengandung gugus karboksil yang bersifat liofilik dan gugus hidroksil yang bersifat
hidrofilik, karena dapat bertindak sebagai emulsifier. Mentega putih yang mengandung
emulsifier ini tidak baik untuk tujuan menggoreng deep frying, karena pada suhu tinggi mono-
dan digliserida akan terurai membentuk asap.
   Sifat-sifat fisik mentega putih nilai shortening ( kemampuan mentega putih untuk melumas
dan mengempukkan bahan pangan khusunya kue dan roti. Keempukkan da[at diukur dengan alat
shortometer. Factor yang mempengaruhi jenis pemakaian, suhu, jenis dan konsentrasi bumbu
yang digunakan dan konsentrasi lemak) dan sifat plastis ( plastis jika berwujud padat dan tidak
meleleh pada suhu kamar dapat membentuk disperse dan berubah menjadi kental oleh kenaikan
suhu atau karena tekanan mekanis yang cukup rendah. Factor yang mempengaruhi perbandingan
jumlah antara lemak berwujud padat dan minyak cair dalam mentega putih dan sifat-sifat
Kristal).
   Fungsi mentega putih dalam bahan pangan khusunya dalam kue dan roti antara lain
memperbesar volume bahan, menyerap udara, stabilisir, emulsifier, membentuk cream,
memperbaiki keeping quality dan memberikan cita rasa gurih. Fungsi lainnya sebagai bahan
pelumas pada alat pengolahan. Minyak dan lemak sebagai bahan baku pembuatan mentega putih,
dengan kelarutan yang baik diperoleh dengan mencampur lemak keras dan lunak yang
dihdrogenasi.
   Bahan pangan yang mengandung shortening adalah roti, roti manis diragikan,biscuit wafer
dan cookie, biscuit soda, Danish dan puff pastrypie crust, yellow cake dan es krim. Biasanya
komponennya terdiri dari tepung terigu, tepung beras, mentega putih dan ramuannya yaitu telur,
gula dan rempah-rempah.

  MENTEGA
Mentega adalah produk minyak hewani, bukan produk nabati. Mentega merupakan masa dari
lemak susu yang dihasilkan dengan penumbukan krim susu atau susu penuh. Penemuan mentega
sudah berabad-abad lamanya. Orang yang pertama-tama secara kebetulan melihat terjadinya
mentega sewaktu membawa susu dalam kantong kulit di atas kuda. Akibat pengocokan ini maka
terjadilah gumpalan lemak yang merupakan awal mentega.
   Lemak dari suhu dapat dipisahkan dari komponen lain dengan baik melalui proses
pengocokan atau churning. Dengan cara tersebut, secar mekanikfiim protein di dekelilingi
globula lemak retak dan pecah, sehingga memungkinkan globula lemak menggumpal dan
menyusup ke permukaan. Cara ini merupakan proses proses pemecahan emulsi minyak dalam air
(o/w)dengan pengocokan.
   Mentega sendiri merupakan emulsi air dalam minyak dengan kira-kira 15% air terdispersi di
dalam 80% lemak dengan sejumlah kecil protein yang bertindak sebagai zat pengemulsi
(emulsifier). Lemak susu terdiri dari trigliserida-trigliserida butirodiolein, butiropalmitoolein,
oleodipalmitin, dan sejumlah kecil triolein. Asam lemak butirat dan koproat dalam keadaan
bebas akan menimbulkan bau dan rasa tidak enak.
   Mentega dapat dibuat dari lemak susu yang manis (swet cream) atau yang asam. Mentega dari
lemak yang asam mempunyai cita rasa yang kuat. Lemak susu dapat dibiarkan menjadi asam
secara spontan atau dapat diasamkan dengan penambahan pupukan murni bakteri asam laktat
pada lemak susu yang manis yang telah dipasteurisasikan, sehingga memungkinkan terjadinya
fermentasi.
        Lemak susu dinetralakan dengan garam-garam karbonat, kemudian dipasteurisasi.
Sedangkan bakteri yang dinokulasikan biasanya bakteri Steptococcus citrovorus, S.
paracitrovorus, Lactobacillus lactis, dan Bacillus viscosus sachari. Selam pematangan 3-4 jam,
bakteri-bakteri akan akan menguraikan laktosa dalam susu menjadi asam laktat dan timbullah
senyawa diasetil (CH2CO2) yang akan menimbulakan cita rasa khas. Kristalisasi mentega
ditentukan oleh ukuran globula lemak dari cream yang digunakan. Zat warna, bila diperlukan,
ditambahkan kedalam lemak susu sebelum churning. Zat pewarna yang sering digunakan adalah
karoten, yaitu zat pewarna alamiah yang merupakan sumber vitamin A.

   MARGARINE
   Margarine merupakan pengganti mentega dengan rupa, bau, konsistensi, rasa, dan nilai gizi
yang hampir sama. Margarine juga merupakan emulsi air dalam minyak, dengan persyaratan
mengandung tidak kurang 80 % lemak. Lemak yang digunakan dapat berasal dari lemak hewani
atau lemak nabati. Lemak hewani yang biasa digunakan yaitu lemak babi (lara) dan lemak sapi
oleo oil), sedangkan lemak nabati yang digunakan adalah minyak kelapa, minyaka kelapa sawit,
minyak kedelai, dan minyak biji kapas. Karena minyak nabati umumnya berbentuk cair, maka
harus dihidrogenasi lebih dahulu menjadi lemak padat, yang berarti margarine harus bersifat
plastis, padat pada suhu ruang, agak keras pada suhu rendah, dan segera dapat mencair pada
mulut.
Lemak yang akan digunakan dimurnikan lebih dahulu, kemudian dihidrogenasi sampai
mendapat konsistensi yang diinginkan. Lemak diaduk, diemulsikan dengan susu skim yang telah
dipasteurisasi, dan diinokulasi dengan bakteri yang sama seperti pembuatan mentega. Sesudah
inokulasi, dibiarkan 12 – 24 jam sehingga terbentuk emulsi sempurna, kadang-kadang
ditambahkan emulsifier seperti lesitin, gliserin, atau kuning telur. Bahan lain yang ditambahkan
adalah garam, Na benzoate sebagai pengawet,dan vitamin A.
Minyak nabati yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan margarin harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
    1. Bilangan Iod yang rendah.
    2. Warna minyak kuning muda.
    3. Flavor minyak yang baik.
    4. Titik beku dan titik cair disekitar suhu kamar.
    5. Asam lemak yang stabil.
    6. Jenis minyak yang digunakan sebagai bahan baku harus banyak terdapat di suatu daerah.
8. MASALAH KETENGIKAN DAN KERACUNAN LEMAK

     Pada lemak dan minyak dikenal ada dua tipe kerusakan yang utama, yaitu ketengikan dan
hidrolisa. Tapi yang akan kita bahas adalah tipe kerusakan yaitu ketengikan. Ketengikan terjadi
bila komponen cita-rasa dan bau mudah menguap terbentuk sebagai akibat kerusakan oksidatif
dari lemak dan minyak yang tak jenuh. Komponen-komponen ini menyebabkan bau dan cita-rasa
yang tidak dinginkan dalam lemak dan minyak dan produk-produk yang mengandung lemak dan
minyak itu.. Hal ini disebabkan oleh otooksidasi radikal asam lemak tidak jenuh dalam lemak.
Otooksidasi dimulai dengan pembentukan radikal-radikal bebas yang disebabkan oleh faktor-
faktor yang dapat mempercepat reaksi seperti cahaya, panas, peroksida lemak atau
hidroperoksida, logam-logam berat seperti Cu, Fe, Co dan Mn, logam pofirin seperti hematin,
hemoglobin, mioklobin, klorofil, dan enzim-enzim lipoksidase.
     Molekul-molekul lemak yang mengandung radikal asam lemak tidak jenuh mengalami
oksidsi dan menjadi tengik. Bau tengik yang tidak sedap tersebut disebabkan oleh pembentukan
senyawa-senyawa hasil pemecahan hidroperoksida. Menurut teori yang sampai kini masih
dianut orang, sebuah atom hydrogen yang terikat pada suatu atom karbon yang letaknya
disebelah atom karbon lain yang mempunyai ikatan rangkap dapat disingkirkan oleh suatu
kuantum energi sehingga membentuk radikal bebas.
     Kemudian radikal ini dengan O2 membentuk peroksida aktif yang dapat membentuk
hidroperoksida yang bersifat sangat tidak stabil dan mudah pecah menjadi senyawa dengan rantai
karbon yang lebih pendek oleh radiasi energi tinggi, energi panas, katalis logam, atau enzim.
Senyawa-senyawa dengan rantai C lebih pendek ini adalah asam-asam lemak, aldehida-aldehida,
dan keton yang besifat volatile dan menimbulakn bau tengik pada lemak. Perubahan-perubahan
selama oksidasi ini dapat diikuti dengan spektrofotometer ultraviolet dengan absorpsi pada
232mm.
Faktor Penyebab Ketengikan

   Tipe penyebab ketengikan dalam lemak dibagi atas tiga golongan yaitu ;
   1. Ketengikan oleh oksidasi (oxidative rancidity)
      Kerusakan lemak yang utama adalah timbulnya bau dan rasa tengik yang disebut proses
      ketengikan. Hal ini disebabkan oleh otooksidasi radikal asam lemak tidak jenuh dalam lemak.
      Otooksidasi dimulai dengan pembentukan radikal-radikal bebas yang disebabkan oleh faktor-
      faktor yang dapat mempercepat reaksi seperti cahaya, panas, peroksida lemak atau
      hidroperoksida, logam-logam berat seperti Cu, Fe, Co, dan Mn, logam porfirin seperti
      hematin, hemoglobin, mioglobin, klorofil, dan enzim-enzim lipoksidase.
Molekul-molekul lemak yang mengandung radikal asam lemak tidak jenuh mengalami
   oksidasi dan menjadi tengik. Bau tengik yang tidak sedap tersebut disebabkan oleh
   pembentukan senyawa-senyawa hasil pemecahan hidroperoksida. Menurut teori yang sampai
   kini masih dianut orang, sebuah atom hidrogen yang terikat pada suatu atom karbon yang
   letaknya disebelah atom karbon lain yang mempunyai ikatan rangkap dapat disingkirkan oleh
   suatu kuantum energi sehingga membentuk radikal bebas.
   Kemudian radikal ini dengan O2 membentuk peroksida aktif yang dapat membentuk
   hidroperoksida yang bersifat tidak stabil dan mudah pecah menjadi senyawa dengan rantai
   karbon yang lebih pendek oleh radiasi energi tinggi, energi panas, katalis logam, atau enzim.
   Senyawa-senyawa dengan rantai C lebih pendek ini adalah asam-asam lemak, aldehida-
   aldehida, dan keton yang bersifat volatile dan menimbulkan bau tengik pada lemak.
2. Ketengikan oleh enzim (enzymatic rancidity)
   Bahan pangan berlemak dengan kadar air dan kelembaban udara tertentu, merupakan
   medium yang baik bagi pertumbuhan jamur. Jamur tersebut mengeluarkan enzim, misalnya
   enzim lipo clastic dapat meguraikan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol.
   Enzim peroksida dapat mengoksidasi asam lemak tidak jenuh sehingga terbentuk peroksida.
   Disamping itu enzim peroksida dapat mengoksidasi asam lemak jenuh pada ikatan karbon
   atom β, sehingga membentuk asam keton dan akhirnya metil keton, dengan reaksi sebagai
   berikut :




3. Ketengikan oleh proses hidrolisa (hidrolitic rancidity).
   Dalam reaksi hidrolisa, minyak atau lemak akan diubah menjadi bermacam-macam asam
   lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisa yang dapat mengakibatkan kerusakan minyak atau
lemak ini terjadi karena adanya kandungan air dalam minyak atau lemak, yang pada akhirnya
       menyebabkan ketengikan dengan perubahan rasa dan bau pada minyak tersebut.




    Berbagai jenis minyak atau lemak akan mengalami perubahan flavor dan bau sebelum terjadi
proses ketengikan. Hal ini dikenal sebagai reversion. Beberapa penyelidik berpendapat bahwa
hal ini khas pada minyak atau lemak. Reversion terutama dijumpai dalam lemak dipasar dan
pada pemanggangan atau penggorengan dengan menggunakan temperatur yang terlalu tinggi.
    Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dari reversion ini adalah : suhu, cahaya
atau penyinaran, ada tidaknya oksigen, dan adanya logam-logam yang bersifat sebagai
katalisator pada proses oksidasi..
    Jika suhu penyimpanan minyak atau lemak dinaikkan, maka waktu untuk menghasilkan
flavor reversion akan lebih singkat.
     Ketengikan berbeda dengan reversion; beberapa minyak atau lemak mudah terpengaruh
untuk menjadi tengik tetapi akan mempunyai daya tahan terhadap peristiwa reversion, misalnya
pada minyak jagung. Perubahan flavor yang terjadi selama reversion, berbeda untuk setiap jenis
minyak, sedangkan minyak yang telah menjadi tengik, akan menghasilkan flavor yang sama
untuk semua jenis minyak atau lemak. Bilangan peroksida yang sangat tinggi dapat menjadi
indikasi ketengikan minyak atau lemak, tetapi bilangan peroksida ini tidak mempunyai hubungan
dengan peristiwa reversion.

    UJI KETENGIKAN minyak secara kualitatif dan kuantitatif dilakukan dengan menguji
senyawa-senyawa yang menimbulkan bau tengik dalam minyak misalnya aldehid, keton
peroksida yang dapat menguap. Macam-macam uji ketengikan antara lain:
    1. Uji Kreis
        Prinsipnya reaksi kondensasi antara ephydrin-aldehida dengan phloro glusinol, sehingga
        menghasilkan warna merah jambu (pink). Prosedur : lemak ditimbang dengan jumlah
        tertentu + asam klorida (HCl). Dikocok dengan larutan encer pholoroglusinol yang
        mengandung eter. Jika larutan berwarna pink dan semakin intensif maka sudah tengik.
    2. Uji issoglio
        Prinsipnya sama dengan penentuan bilangan Reischert_meissl, bertujuan untuk menguji
        senyawa keton dan aldehida yang dapat menguap secara kuantitatif. Senyawa keton dan
        aldehida dihasilkan dari oksidasi lemak merupakan slah satu penyebab bau tengik dalam
        lemak. Prosedur : lemak dikock dalam air sulingan selama 2 jam dan saring dengan
        kertas saring. Filtrate diasamkan, + larutan permanganate 0,01 N dengan volume tertentu
kemuidan didihkan selam 5 menit, campur dengan 0,01 N asam oksalat dalam asam
     sulfat pada volume yang sama, titrasi dengan larutan permanganate. Jumlah ml titran
     yang digunakan untuk mengoksidasi aldehida yang dapat menguap disebut oxidizability
     value. Nilai ini dignakan untuk mengukur ketengikan minyak, karena semakin besar
     nilainya berarti semakin tengik.
3.   Uji Schiff
     Bertujuan untuk menentukkan jumlah aldehida yang dihasilkan dan dekomposisi ikatan
     tidak jenuh dalam asam lemak. Menggunakan larutan fuchsin yang berikatan dengan
     SO2. Warna ungu larutan ini akan hilang apabila breaksi dengan SO2, bereaksi dengan
     aldehid maka akan diikat dan membuat larutan berwarna ungu kembali.
4.   Uji lea
     Dapat ditentukkan secara langsung kadar aldehia dalam lemak. Aldehida direaksikan
     dengan Na bisulfit, bisulfit dibebaskan dengan Na nikabornat, lalu titrasi dengan iodium.
     Prosedurnya : lemak dilarutkan dengan benzene kemudian kocok dengan larutan Na
     bisulfit selama 1 jam ditempat gelap pada suhu ± 200C. emulsi terbentuk disentrifusi
     lapisan larutan yang mengandung air dipisahkan dari fraksi benzene. Tritasi dengan
     larutan iodium 0,002 N tujuan untuk mengikat Na Bisulfit yang tersisa, kemudian +
     larutan Na bikarbonat dan titrasi dengan larutan iod 0,002 N.
5.   Uji TBA
     Uji ini berdasarkan atas terbentuknya pigmen warna merah sebagai hasil rekasi
     kondensasi antara 2 molekul TBA dengan 1 molekul malonat dialdehida. Monoldehida
     didapatkan hdari hasil pembentukkan di-peroksida pada gugus pentadiena yang disusul
     dengan pemutusan rantai molekul atau dengan oksidasi lebih lanjut dari 2-enol yang
     dihasilkandai penguraian monohidro peroksida.
6.   Bilangan peroksida menurut metode Lea
     Prinsipnya jumlah iod dalam KI yang dibebaskan oleh peroksida. iod bebas diikat
     dengan larutan Na Thiosulfit.
7.   Oven test
9. PENGOLAHAN MINYAK DAN LEMAK
Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyakatau lemak dari bahan yang diduga
mengandung minyak atau lemak. Cara ekstraksinya adalah:
   1. Rendering , ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga menagndung minyak
       atau lemak kadar air yang tinggi. Panas adalah satu yang spesifik bertujuan untuk
       menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan utnuk memecahnya, sehingga mudah
       ditembus oleh lemak atau minyak. Rendering terbagi 2 cara wet ( proses rendering
       dengan penambahan sejumlah air selama berlangsungnya proses tersebut) dan dry (tanpa
       penambahan air selama proses berlangsung)
   2. Pengepresan mekanik merupakan sutau cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan
       yang berasal dari biji-bijian. Untuk memisahkan minyak dari bahan yang berkadar
       minyak tinggi (30-70%). Ada dua cara ekstraksi ini pengepresan hidrolik ( tahapannya
       bahan yang mengandung minyakperajanganpenggilinganpemasakan dan
       pemanasanpengepresan minyak kasar dan ampas bungkil) dan pengepresan
       berulir(tahap awal pemasakan pada temepratur 115,50C.
   3. Ekstraksi dengan perlarut, prinsipnya melarutkan minyak dalam pelarut minyak dan
       lemak.
Pemurnian minyak, tujuan utmanya untuk menghilangkan rasa serta bau yang tidak enak, warna
yang tidak menarik dan memperpanjang masa simpan minyak sebelum dikonsumsi atau
digunakan sebagai bahan mentah dalam industri. Tahpan pemurnian yaitu:
   1. Pemisahan bahan berupa suspense dan disperse koloid dengan cara penguapan,
       degumming dan pencucian dengan asam.
   2. Pemisahan asam lemak bebas dengan cara netralisasi.
   3. Dekolorisasi dengan prose pemucatan
   4. Deodorasi
   5. Pemisahan gliserida jenuh (stearin) dengan pendinginan (chilling).

Pemisahan gum (degumming), merupakan suatu proses pemisahan getah atau lender yang
terdiri dari fosfatida, protein, residu, karbhohidrat, air dan resin tanpa mengurangi jumlah asam
lemak bebas dalam minyak. Biasanya proses ini dilakukan dengan dehidrasi gum atau kotoran
lain, supaya bahan tersebut lebih mudah terpisah dari minyak, kemudian diteruskan dengan
proses pemusingan (centrifusi). Caranya ialah dengan memasukkan uap air panas ke dalam
minyak disusul dengan pengaliran air dan selanjutnya di sentrifisi sehingga bagian lender
terpisah dari air. Pada waktu proses sentrifusi berlangsung, ditambahkan bahan kimia yang dapat
menyerap air misalnya asam mineral pekat atau garam dapur (NaCl). Suhu minyak pada waktu
proses centrifusi berpisah antara 32-500C, dan pada suhu tersebut kekentalan minyak akan
berkurang sehingga gum mudah terpisah dari minyak. Sebelum itu dilakukan tahap netralisasi
dengan alasan sabun yang terbentuk dari hasil reaksi antara asam lemak bebas dengan kaustik
soda pada proses netralisasi akan menyerap gum, sehingga menghambat proses pemisahan sabun
dari minyak dan masih ada partikel emulsi dalam minyak sehingga mengurangi rendemen
trigliserida.

Tahap-tahap pemurnian
Netralisasi adalah proses untuk memisahkan asam lemak bebas dengan basa atau bereaksi
dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa atau pereaksi lainnya sehingga
membentuk sabun. Bisa juga dengan penyulingan (de-asidifikasi).
   1. Netralisasi dengan Natrium Karbonat (Na2CO3)
        Keuntungan menggunakan persenyawaan karbonat adalah karena trigliserida tidak
        ikut tersabunkan, sehingga nilai refining factor dapat diperkecil. Suatu kelemahan
        dari pemakaian senyawa ini adalah karena sabun yng terbentuk sukar dipisahkan. Hal
        ini disebabkan karena gas CO2 yang dibebaskan dari karbonat akan menimbulkan
        busa dalam minyak. Namun, kelemahan ini dapat diatasi karena gas CO2 yang
        dihasilkan dapat dihilangkan dengan cara mengalirkan uap panas atau dengan
        menurunkan tekanan udara di atas permukaan minyak dengan menggunakan pompa
        vakum.

   2. Netralisasi minyak dalam bentuk “miscella”
      Cara ini digunakan pada minyak yang diekstrak dengan menggunakan pelarut
      menguap ( solvent extraction ). Hasil yang diperoleh merupakan campuran antara
      pelarut dan minyak yang disebut dengan miscella. Asam lemak bebas dalam micelle
      dapat dinetralkan dengan menggunakan kaustik soda atau natrium karbonat.
      Sedangkan sabun yang terbentuk dapat dipisahkan dengan cara menambahkan garam
      dan minyak netral dapat dipisahkan dari pelarut dengan cara penguapan.

   3. Netralisasi dengan Etanol Amin dan Amonia
      Etanol Amin dan Amonia dapat digunakan untuk netralisasi asam lemak bebas. Pada
      proses ini, asam lemak bebas dapat dinetralkan tanpa menyabunkan trigliserida,
      sedangkan ammonia yang digunakan dapat diperoleh kembali dari soap stock dengan
      cara            penyulingan          dalam            ruangan            vakum

   4. Pemisahan Asam (de-acidification) dengan Cara Penyulingan
         Proses pemisahan asam dengan cara penyulingan adalah proses penguapan asam
      lemak bebas, langsung dari minyak tanpa mereaksikannya dengan larutan basa,
      sehingga asam lemak yang terpisah tetap utuh. Minyak kasar yang akan disuling
      terlebih dahulu dipanaskan dalam alat penukar kalor (heat exchanger).
         Untuk menghindari kerusakan minyak selama proses penyulingan karena suhu
      yang terlalu tinggi, maka asam lemak bebas yang tertinggal dalam minyak dengan
      kadar lebih rendah dari 1% harus dinetralkan dengan menggunakan persenyawaan
      basa. Minyak kasar dengan kadar asam lemak bebas yang tinggi umumnya
      mengandung fraksi mono dan digliserida yang terbentuk dari hasil hidrolisa sebagian
      molekul trigliserida.
Pada umumnya, kadar asam lemak bebas dalam minyak setelah penyulingan
       sekitar 0,1-0,2% , sedangkan hasil kondensasi masih mengandung sekitar 5%
       trigliserida. Jadi, penggunaan uap pada proses penyulingan akan membawa sejumlah
       kecil fraksi trigliserida.
           Pemisahan asam lemak bebas dengan cara penyulingan digunakan untuk
       menetralkan minyak kasar yang mengandung kadar asam lemak bebas relative tinggi,
       sedangkan minyak kasar yang mengandung asam lemak bebas lebih keil dari 8%
       lebih baik dinetralkan dengan penggunaan senyawa basa.

   5. Pemisahan asam dengan menggunakan Pelarut Organik
      Perbedaan kelarutan antara asam lemak bebas dan trigliserida dalam pelarut organic
      digunakan sebagi dasar pemisahan asam lemak bebas dari minyak. Pelarut yang
      paling baik digunakan utuk memisahan asalm lemak bebas adalah furfual dan
      propane. Piridine merupakan pelarut minyak dan jika ditambahkan air dalam jumlah
      kecil, maka trigliserida akan terpisah. Trigliserida tidak larut dalam pyridine,
      sedangkan asam lemak bebas tetap larut sempurna. Minyak dapat dipisahkan dari
      pelarut dengan cara dekantasi sedangkan pelarut dipisahkan dari asam lemak bebas
      dengan cara penyulingan. Dengan menggunakan alcohol sebagai pelarut, maka
      kelarutan trigliserida dalam alcohol akan bertambah besar seiring dengan
      bertambahnya kadar asam lemak bebas, sehingga pemisahan antara asam lemak bebas
      dari trigliserida lebih sukar dilakukan.

Pemucatan (bleaching) adalah suatu tahap proses pemurnian untuk menghilangkan zat-zat
warna yang tidak disukai dalam minyak. Pemucatan ini dilakukan dengan mencampur
minyak dengan adsorben, seperti tanah serap (fuller earth), lempung aktif (activated clay)
dan arang aktif atau dapat juga menggunakan bahan kimia.
Klasifikasi Proses Pemucatan
Proses pemucatan terbagi dua, yaitu :
1. Pemucatan Minyak dengan Adsorben
       Adsorben yang digunakan untuk memucatkan minyak terdiri dari tanah pemucat
(bleaching earth) dan arang (bleaching carbon). Zat warna dalam minyak akan diserap oleh
permukaan adsorben dan juga menyerap suspensi koloid (gum dan resin) serta hasil degradasi
minyak, misalnya peroksida
 i. Macam-macam Adsorben:
a. Bleaching Clay (bleaching earth)
Bahan pemucat ini merupakan sejenis tanah liat dengan komposisi utama terdiri dari SiO2,
Al2O3, air terikat serta ion kalsium, magnesium oksida dan besi oksida. Perbandingan
komposisi antara 2 jenis bleaching.
       Jumlah adsorben yang dibutuhkan untuk menghilangkan warna minyak tergantung dari
macam dan tipe warna dalam minyak dan sampai berapa jauh warna tersebut akan dihilangkan.
       Daya pemucat bleaching clay disebabkan karena ion Al3+ pada permukaan partikel
adsorben, yang dapat mengadsorbsi partikel zat warna. Daya pemucat tersebut tergantung dari
perbandingan komponen SiO2 dan Al2O3 dalam bleaching clay. Adsorben yang terlalu kering
menyebabkan daya kombinasinya dengan air telah hilang, sehingga mengurangi daya
penyerapan terhadap zat warna.
         Aktivitas adsorben dengan asam mineral (HCl atau H2SO4) akan mempertinggi daya
pemucat karena asam mineral tersebut larut atau bereaksi dengan komponen berupa tar, garam
Ca dan Mg yang menutupi pori-pori adsorben. Disamping itu asam mineral melarutkan Al2O3
sehingga dapat menaikkan perbandingan jumlah SiO2 dan Al2O3 dari (2-3) : 1 menjadi (5-6) : 1.
         Aktivasi menggunakan asam mineral akan menimbulkan 3 macam reaksi, sebagai
berikut:
1. Mula-mula asam akan melarutkan komponen Fe2O3, Al2O3, CaO, dan MgO yang mengisi
     pori-pori adsorben. Hal ini ,mengakibatkan terbukanya pori-pori yang tertutup sehingga
     menambah luas permukaan adsorben.
2. Selanjutnya ion-ion Ca2+ dan Mg2+ yang berada pada permukaan kristal adsorben secara
     berangsur-aangsur diganti oleh ion H+ dari asam mineral.
3. Sebagian ion H+ yang telah menggantikan ion Ca2+ dan Mg2+ akan ditukar oleh ion Al3+ yang
     telah larut dalam asam, dan reaksi yang terjadi.
         Pemakaian asam mineral untuk mengaktifkan adsorben bleaching clay menimbulkan bau
lapuk pada minyak, tetapi bau lapuk tersebut akan hilang pada proses deodorisasi. Disamping itu
activated clay yang bersifat asam akan menaikkan kadar asam lemak bebas dalam minyak dan
mengurangi daya tahan kain saring yang digunakan untuk memisahkan minyak dari adsorben.
b. Arang (Bleaching Carbon)
         Arang merupakan bahan padat yang berpori-pori dan pada umunya diperoleh dari hasil
pembakaran kayu atau bahan yang mengandung unsur karbon. Umumnya arang mempunyai
daya adsorbsi yang rendah terhadap zat warna dan daya adsorbsi tersebut dapat diperbesar
dengan cara mengaktifkan arang menggunakan uap atau bahan kimia. Arang Aktif (Aktivated
Carbon)
         Aktivasi karbon bertujuan untuk memperbesar luas permukaan arang dengan membuka
pori-pori yang tertutup, sehingga memperbesar kapasitas adsorbsi terhadap zat warna. Pori-pori
dalam arang biasanya diisi oleh tar, hidrokarbon dan zat-zat organik lainnya yang terdiri dari
fixed carbon,abu,air, persenyawaan yang mengandung nitrogen dan sulfur. Bahan kimia yang
dapat digunakan sebagai pengaktif adalah HNO3, H3PO4, sianida, Ca(OH)2, CaCl2, Ca3(PO4)2,
NaOH, Na2SO4, SO2, ZnCl2, Na2CO3, dan uap air pada suhu tinggi.
         Mutu arang aktif yang diperoleh tergantung dari luas permukaan partikel, ukuran partikel,
volume dan luas penampang kapiler, sifat kimia permukaan arang, sifat arang scara alamiah,
jenis bahan pengaktif yang digunakan dan kadar air.
  ii. Mekanisme Adsorbsi Zat Warna oleh Arang
         Adsorbsi adalah suatu peristiwa fisik padat permukaan suatu bahan, yang tergantung dari
specifik affinity antara adsorben dan zat yang diadsorbsi. Daya adsorbsi arang aktif disebabkan
karena arang mempunyai pori-pori dalam jumlah besar, dan adsorbsi akan terjadi karena adanya
perbedaan energi potensial antara permukaan arang dan zat yang diserap.
Berdasarkan adanya perbedaan energi potensial, maka jenis adsorbsi terdiri dari adsorbsi
listrik, adsorbsi mekanis, adsorbsi kimia dan adsorbsi termis. Sifat adsorbsi tersebut masing-
masing disebabkan karena perbedaan muatan listrik, perbedaan tegangan permukaan, perbedaan
potensial sifat kimia dan perbedaan potensial karena panas.
         Efisiensi adsorbsi oleh arang tergantung dari perbedaan muatan listrik antara arang dan
zat atau ion yang diserap. Bahan yang mempunyai muatan listrik positif akan diserap lebih
efektif oleh arang dalam larutan yang bersifat basa dan sebaliknya, sedangkan penyerapan
terhadap bahan non-elektrolit tidak dipengaruhi oleh keasaman atau sifat kebasaan arang sebagai
adsorben. Jumlah arang aktif yang digunakan untuk menyerap warna berpengaruh terhadap
jumlah warna yang diserap.
         Keuntungan penggunaan arang aktif sebgai bahan pemucat minyak ialah kerena lebih
efektif untuk menyerap warna dibandingkan dengan bleaching clay, sehingga arang aktif dapat
digunakan sebagai bahan pemucat biasanya berjumlah lebih kurang 0,1-0,2 persen dari berat
minyak. Arang aktif dapat juga menyerap sebagian bau yang tidak dikehendaki dan mengurangi
jumlah peroksida sehingga memperbaiki mutu minyak.
         Keburukannya adalah karena minyak yang tertinggal dalam arang aktif jumlahnya lebih
besar dibandingkan dengan minyak yang tertinggal dalam activated clay, dan proses otooksidasi
terjadi lebih cepat pada minyak yang dipucatkan dengan menggunakan arang aktif (activated
carbon).
         Adsorben yang telah bercampur dengan minyak dapat dipisahkan dengan cara
penyaringan menggunakan filter press. Biasanya dalam filter press terdapat dua macam kain
saring, yaitu kain goni (jute) pada bagian bawah dan kain katun (kapas) atau nilon pada bagian
atas filter, dengan tekanan dalam filter press kurang lebih 3,0-3,5 kg/cm2.
2. Pemucatan minyak dengan bahan kimia
Cara pemucatan ini banyak digunakan terhadap minyak untuk tujuan bahan pangan (edible fat),
karena pemucatan secara kimia lebih baik dibandingkan dengan menggunakan adsorben.
Keuntungan penggunaan bahan kimia sebagai bahan pemucat adalah karena hilangnya sebagian
minyak yang dapat dihindarkan dan zat warna diubah menjadi zat tidak berwarna, yang tetap
tinggal dalam minyak. Kerugiannya ialah karena kemungkinan terjadi reaksi antara bahan kimia
dan trigliserida, sehingga menurunkan flavor minyak.
Pemucatan dengan bahan kimia pada umumnya dibagi atas dua macam reaksi pemucatan, yaitu:
 i. Pemucatan dengan cara oksidasi
         Oksidasi terhadap zat warna akan mengurangi kerusakan trigliserida, akan tetapi asam
lemak tidak jenuh cenderung membentuk peroksida atau drying oil karena proses oksidasi dan
polimerisasi. Bahan kimia yang digunakan sebagai bahan pemucat adalah persenyawaan
peroksida dikromat, ozon, klorin dan klorin dioksida.
         Pemucatan dengan peroksida: konsentrasi larutan peroksida yang digunakan biasanya 30-
40 persen dan jika konsentrasi peroksida lebih tinggi, maka minyak cendrung akan mengalami
kerusakan karena proses oksidasi. Minyak yang dipucatkan dengan peroksida tidak perlu
disaring: perosida baik digunakan untuk memucatkan minyak kacang tanah, minyak wijen, rape
 oil dan minyak ikan.
         Hidrogen peroksida dapat bereaksi dengan ion logam, sehingga wadah yang digunakan
 pada proses pemucatan harus dilapisi dengan email, aluminium, atau stainless steel. Jenis
 peroksida yang sering digunakan ialah natrium peroksida, kalsium peroksida atau benzoil
 peroksida.
 ii. Pemucatan dengan dikromat dan asam
         Bahan kimia yang digunakan ialah natrium atau kalium dikromat dalam asam mineral
 (an-organik). Reaksi antara dikromat dan asam akan membebaskan oksigen. Oksigen bebas
 bereaksi dengan asam klorida (HCl) akan menghasilkan klor (Cl2) yang berfungsi sebagai bahan
 pemucat, dengan reaksi sebagai berikut:
     Na2Cr2O7 + 4 H2SO4               NaSO4 + Cr2(SO4)3 + 4H2O + 3O               ,Atau
     Na2Cr2O7 + 8HCl                  2 NaCl + 2CrCl3       + 4 H2O + 3O
     3O         + 6 HCl               3 H2O + 3 Cl2
         Setelah pereaksi ditambahkan, selanjutnya diaduk. Zat warna akan mengendap setelah
 pengadukan dihentikan. Pada umumnya warna ungu dalam minyak tidak dapat hilang, sehingga
 cara pemucatan dikromat banyak digunakan terhadap minyak untuk tujuan pembuatan sabun.
 Tangki pemucat yang terbuat dari logam harus diberi pelapis anti karat, karena pereaksi tersebut
 dapat menimbulkan karat pada logam.
iii. Pemucatan dengan pemanas
         Pemanasan minyak dalam ruangan vakum pada suhu relatif tinggi, mempunyai pengaruh
 pemucatan. Cara ini kurang efektif terhadap minyak yang mengandung pigmen klorofil. Sebelum
 dilakukan pemanasan, sebaiknya minyak terlebih dahulu dibebaskan dari ion logam terutama ion
 besi, sabun, (soap stock) dan hasil-hasil oksidasi seperti peroksida, karena pemanasan terhadap
 bahan-bahan tersebut merupakan katalisator dalam proses oksidasi.
iv. Pemucatan dengan cara reduksi
         Pemucatan dengan cara reduksi kurang efektif karena warna yang hilang dapat timbul
 kembali jika minyak tersebut terkena udara. Bahan kimia yang dapat mereduksi zat warna terdiri
 dari garam-garam natrium bisulfit atau natrium hidrosulfit yang dikenal dengan nama blankite.
 Pemakaian zat pereduksi ini biasanya dicampur dengan bahan kimia lain dengan perbandingan
 tertentu. Sebagai contoh ialah penggunaan campuran larutan natrium bisulfit 1,0 - 1,5 % dan
 larutan asam sulfat. Cara pemucatan ini umumnya dilakukan terhadap minyak yang digunakan
 untuk pembuatan sabun.

    Ekstraksi minyak yang tertinggal dalam adsorben
    Cara yang sederhana untuk mengestraksi minyak yang tertinggal dalam adsorben ialah
mencampurkan adsorben tersebut dengan bahan yang akan diekstraksi minyaknya. Umumnya
ada dua cara yang dapat digunakan untuk memperoleh kembali minyak yang tertinggal dalam
adsorben yaitu sebagai berikut:
a. Pemisahan minyak dengan Menggunakan Surface Active Agent
Surface Active Agent yang digunakan adalah larutan alkali. Lemak dipisahkan dari adsorben
     dengan menggunakan larutan alkali encer yang dipanaskan pada suhu air mendidih (kira-kira
     100oC) dengan tekanan 1 atmosfer. Larutan alkali dengan tegangan permukaan yang lebih
     rendah dan daya pembasah yang lebih besar akan mencuci minyak yang tergabung dalam
     adsorben. Minyak yang diperoleh lebih kurang sebanyak 70-75 persen dari jumlah minyak
     yang terdapat dalam adsorben.
b. Ekstraksi dengan Pelarut Organik
     Pelarut organik dapat melarutkan dan mencuci minyak yang terdapat dalam adsorben,
selanjutnya pelarut organik tersebut dipisahkan dari minyak dengan cara penyulingan pada suhu
titik didih pelarut organik yang digunakan. Jika dibandingkan dengan cara pemisahan minyak
menggunakan Surface Active Agent, maka penggunaan pelarut organik mempunyai beberapa
keuntungan, yaitu sebagai berikut:
         Minyak yang dihasilkan mutunya lebih baik dan kadar minyak yng diperoleh mencapai
         90-95 persen dari jumlah minyak yang terdapat dalam adsorben.
         Pengaruh uap air dan oksigen udara dapat dihindarkan sehingga kecil kemungkinan
         terjadinya proses hidrolisa dan oksidasi minyak.
     Kontak minyak dengan oksigen udara perlu dihindarkan terutama pada minyak yang mudah
     mengering ( drying oil), karena minyak tersebut jika dioksidasi pada suhu tinggi akan
     membentuk persenyawaan polimer yang berwarna gelap.
1.3. Kelebihan dan Kelemahan Proses Pemucatan
     1. Kelemahan dan kelebihan proses pemucatan dengan adsorben
         Adanya kehilangan minyak dan daya pemucatannya kurang bagus jika dibandingkan
dengan proses kimia. Kelebihannya tidak ada reaksi samping antara adsorben dan minyak,
karena adsorben hanya bertindak sebagai zat penjerap.
     2. Kelemahan dan kelebihan proses pemucatan dengan bahan kimia
         Kelemahannya adanya kemungkinan terjadinya reaksi antara bahan kimia dan trigliserida
sehingga menurunkan flavor minyak. Kelebihan penggunaan bahan kimia dapat menghindari
hilangnya sebagian minyak dan zat warna dapat dihilangkan mnjadi zat tidak berwarna.

     Deodorisasi
     Deodorisasi adalah suatu tahap proses pemurnian minyak yang bertujuan untuk
menghilangkan bau dan rasa (flavor) yang tidak enak dalam minyak. Prinsip proses deodorisasi
yaitu penyulingan minyak dengan uap panas dalam tekanan atmosfir atau keadaan vakum.
     Proses deodorisasi perlu dilakukan terhadap minyak yang akan digunakan untuk bahan
pangan. Beberapa jenis minyak yang baru diekstrak mengandung flavor yang baik untuk tujuan
bahan pangan, sehingga tidak memerlukan proses deodorisasi ; misalnya lemak susu, lemak babi,
lemak coklat, dan minyak olive.
Flavor dalam Minyak
Senyawa yang menimbulkan flavor dalam minyak terdiri dari dua golongan, yaitu flavor
alamiah (natural flavor) dan flavor yang dihasilkan dari kerusakan minyak atau bahan yang
mengandung minyak.
1. Flavor Alamiah (natural flavor)
     Flavor tersebut secara alamiah terdapat dalam bahan yang mengandung minyak dan ikut
terekstrak pada proses pemisahan minyak dengan cara pengepresan, rendering atau dengan
ekstraksi menggunakan pelarut menguap. Senyawa tersebut terdiri dari hidrokarbon tidak jenuh,
pigmen karotenoid, terpene, sterol dan tokoferol.

     Minyak yang berbau sengit (pungent odor) dan rasa getir disebaban oleh glukosida dan allyl
thio sianoida. Senyawa ini banyak terdapat dalam minyak yang berasal dari biji-bijian, misalnya
minyak brassica, rape seed, colza dan mustard.

2.   Flavor yang Dihasilkan dari Kerusakan Minyak atau Bahan yang Mengandung
     Minyak
     Kerusakan tersebut terjadi selama pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, adanya kotoran
dalam minyak dan pada proses pemurnian. Senyawa yang terbentuk merupakan hasil degradasi
trigliserida dalam minyak, yang menghasilkan asam lemak bebas, aldehida dan keton, dikarbonil,
alkohol dan sebagainya. Bau tengik dan rasa getir mulai dapat dirasakan jika komponen tersebut
terdapat dalam minyak dengan jumlah lebih dari 0,1 persen dari berat minyak.
Cara Deodorisasi
     Proses deodorisasi dilakukan dalam tabung baja yang tertutup dan dipasang vertikal. Proses
deodorisasi dilakukan dengan cara memompakan minyak ke dalam ketel deodorisasi. Kemudian
minyak tersebut dipanaskan pada suhu 200-250oC pada tekanan 1 atmosfer (gauge) dan
selanjutnya pada tekanan rendah (lebih kurang 10 mmHg) sambil dialiri dengan uap panas
selama 4-6 jam untuk mengangkut senyawa yang dapat menguap. Jika masih ada uap air yang
tertinggal dalam minyak setelah pengaliran uap selesai, maka minyak tersebut perlu divakumkan
pada tekanan yang turun lebih rendah.
     Pada suhu yang lebih tinggi, komponen yang menimbulkan bau dalam minyak akan lebih
mudah menguap, sehingga komponen tersebut diangkut dari minyak bersama-sama uap panas.
Penurunan tekanan selama proses deodorisasi akan mengurangi jumlah uap yang digunakan dan
mencegah hidrolisa minyak oleh uap air. Setelah proses deodorisasi sempurna, minyak harus
cepat didinginkan dengan mengalirkan air dingin melalui pipa pendingin sehingga suhu minyak
turun menjadi lebih kurang 84oC dan selanjutnya ketel dibuka dan minyak dikeluarkan dari ketel.
Hidrogenasi (Hydrogenation)
   Hidrogenasi adalah proses pengolahan minyak atau lemak dengan jalan menambahkan
hidrogen pada ikatan rangkap dari asam lemak, sehingga akan mengurangi tingkat
ketidakjenuhan minyak atau lemak. Selain itu, hidrogenasi pada minyak kedelai dapat
meningkatkan titik cair, stabilitas minyak dari efek oksidasi dan kerusakan rasa dengan cara
mengubah asam linolenat menjadi asam linoleat dan asam linoleat menjadi asam oleat.Proses
hidrogenasi bertujuan untuk menjenuhkan ikatan rangkap darirantai karbon asam lemak pada minyak
atau lemak. Proses hidrogenasi dilakukan dengan menggunakan hydrogen murni dan ditambahkan
serbuk nikel sebagai katalisator. Mekanisme proses Hidrogenasi :
         H2 + R – CH = CH – CH2 – COOHR CH2 – CH2 – CH2 –
         CHOOH
         Ni
Reaksi pada proses hidrogenasi terjadi pada permukaan katalis yang mengakibatkan reaksi antara
molekul-molekul minyak dengan gas hidrogen. Nikel merupakan katalis yang sering digunakan
dalam proses hidrogenasi daripada katalis yang lain (palladium, platina, copper chromite). Hal ini
karena nikel lebih ekonomis dan lebih efisien daripada logam lainnya. Nikel juga mengandung
sejumlah kecil Al dan Cu yang berfungsi sebagai promoter dalam proses hidrogenasi minyak.
Hidrogenasi suatu lemak bersifat selektif, yaitu lemak dengan derajat ketidakjenuhan lebih tinggi
akan lebih mudah terhidrogenasi. Misalnya hidrogenasi lemak yang mengandung linoleat, konversi
linoleat menjadi oleat atau isomer – isomernya lebih banyak daripada konversi asam olet menjadi
asam stearat.
   Hidrogenasi akan memberikan perbedaan derajat kekerasan (hardness) dari produk yang
diinginkan. Hidrogenasi terjadi dalam tempat vakum yang berisi minyak dimana gas hidrogen
akan keluar dalam bentuk gelembung halus selama pemanasan campuran dan agitasi. Ketika
hidrogenasi yang diinginkan tercapai, maka campuran didinginkan dan katalis disaring. Sebagian
sisa minyak yang terhidrogenasi akan berbentuk cair dan sebagian besar minyak kedelai akan
mengeras (hardened).
    Inter-esterifikasi, adalah suatu reaksi dimana ester trigliserida atau ester asam lemak diubah
menjadi ester lain melalui reaksi dengan alkohol, asam lemak, dan transesterifikasi.
Interesterifikasi meliputi penataan ulang atau randomisasi residu asil dalam trigliserol dan
selanjutnya menghasilkan lemak/minyak dengan sifat-sifat baru.
    Reaksi interesterifikasi merupakan reaksi pertukaran grup asil diantara ester-ester pada
trigliserol. Interesterifikasi dapat dilakukan dengan dua proses yaitu pertukaran intramolekuler
dan intermolekuler. Interesterifikasi dapat terjadi dengan adanya katalis kimia (interesterifikasi
kimia) atau dengan adanya biokatalis enzim (interesterifikasi enzimatik). Penggunaan metoda ini
dalam proses modifikasi lemak dan minyak dapat menghindarkan terbentuknya isomer trans.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Was ist angesagt? (20)

Laporan biokima bab 4
Laporan biokima bab 4Laporan biokima bab 4
Laporan biokima bab 4
 
Dwi eni (a1 f011029) lipid
Dwi eni (a1 f011029) lipidDwi eni (a1 f011029) lipid
Dwi eni (a1 f011029) lipid
 
IBM1_Pengantar Minyak dan Lemak
IBM1_Pengantar Minyak dan LemakIBM1_Pengantar Minyak dan Lemak
IBM1_Pengantar Minyak dan Lemak
 
asam lemak
asam lemakasam lemak
asam lemak
 
Minyak goreng bab1
Minyak goreng bab1Minyak goreng bab1
Minyak goreng bab1
 
Kim (2) LEMAK
Kim (2) LEMAKKim (2) LEMAK
Kim (2) LEMAK
 
Asam Lemak (Fatty Acid)
Asam Lemak (Fatty Acid)Asam Lemak (Fatty Acid)
Asam Lemak (Fatty Acid)
 
Laporan lipid
Laporan lipidLaporan lipid
Laporan lipid
 
Lemak (thp tep)
Lemak (thp tep)Lemak (thp tep)
Lemak (thp tep)
 
Lemak & minyak
Lemak & minyakLemak & minyak
Lemak & minyak
 
LIPID Kelas B Klmpok A (FMIPA UHO)
LIPID Kelas B Klmpok A (FMIPA UHO)LIPID Kelas B Klmpok A (FMIPA UHO)
LIPID Kelas B Klmpok A (FMIPA UHO)
 
Biokimia i lipid
Biokimia i lipidBiokimia i lipid
Biokimia i lipid
 
Laporan praktikum bioKIMIA
Laporan praktikum bioKIMIALaporan praktikum bioKIMIA
Laporan praktikum bioKIMIA
 
Ipa terapan
Ipa terapanIpa terapan
Ipa terapan
 
Lemak
LemakLemak
Lemak
 
lemak
lemaklemak
lemak
 
farmakognosi LIPID
farmakognosi LIPIDfarmakognosi LIPID
farmakognosi LIPID
 
Lemak final
Lemak finalLemak final
Lemak final
 
Laporan biokimia ekstraksi dan pemisahan lipid kompleks revisi
Laporan biokimia   ekstraksi dan pemisahan lipid kompleks revisiLaporan biokimia   ekstraksi dan pemisahan lipid kompleks revisi
Laporan biokimia ekstraksi dan pemisahan lipid kompleks revisi
 
Minyak & lemak
Minyak & lemakMinyak & lemak
Minyak & lemak
 

Ähnlich wie minyak emulsi dan oleokimia

SENYAWA ANTIOKSIDANT UNTUK PENGAWETAN PANGAN 13.pptx
SENYAWA ANTIOKSIDANT UNTUK PENGAWETAN PANGAN 13.pptxSENYAWA ANTIOKSIDANT UNTUK PENGAWETAN PANGAN 13.pptx
SENYAWA ANTIOKSIDANT UNTUK PENGAWETAN PANGAN 13.pptxRofiqohRahmaniar
 
Gambaran Metabolisme Lipid
Gambaran Metabolisme LipidGambaran Metabolisme Lipid
Gambaran Metabolisme Lipiddimar aji
 
Kuliah-Reaksi-kimia-kerusakan-pangan.ppt
Kuliah-Reaksi-kimia-kerusakan-pangan.pptKuliah-Reaksi-kimia-kerusakan-pangan.ppt
Kuliah-Reaksi-kimia-kerusakan-pangan.pptSuwarSono8
 
Metabolisme lemak 0
Metabolisme lemak 0Metabolisme lemak 0
Metabolisme lemak 0Tiewiee Tiww
 
LIPID 1-KIMIA GIZI.pptx
LIPID 1-KIMIA GIZI.pptxLIPID 1-KIMIA GIZI.pptx
LIPID 1-KIMIA GIZI.pptxShintaAulia18
 
Laporan praktikum kimia dasar 1
Laporan praktikum kimia dasar 1Laporan praktikum kimia dasar 1
Laporan praktikum kimia dasar 1erwantihutri
 
Rospita uli (1507036386) kelompok 3
Rospita uli (1507036386) kelompok 3Rospita uli (1507036386) kelompok 3
Rospita uli (1507036386) kelompok 3Raudatul jannah
 
Laporan praktikum uji makanan
Laporan praktikum uji makananLaporan praktikum uji makanan
Laporan praktikum uji makanannurul Aulia sari
 
Soal pertanyaan
Soal pertanyaanSoal pertanyaan
Soal pertanyaannabsey
 
pdk-kemunduran-mutu-ikan-ppt-200130030516.pdf
pdk-kemunduran-mutu-ikan-ppt-200130030516.pdfpdk-kemunduran-mutu-ikan-ppt-200130030516.pdf
pdk-kemunduran-mutu-ikan-ppt-200130030516.pdfLailinHaryanto
 
Pdk kemunduran-mutu-ikan-ppt
Pdk kemunduran-mutu-ikan-pptPdk kemunduran-mutu-ikan-ppt
Pdk kemunduran-mutu-ikan-pptGhufronFisheries
 
PPT KIMIA ASAM LEMAK KELOMPOK 5.pptx
PPT KIMIA ASAM LEMAK KELOMPOK 5.pptxPPT KIMIA ASAM LEMAK KELOMPOK 5.pptx
PPT KIMIA ASAM LEMAK KELOMPOK 5.pptxrizki50702
 
Laporan angka saponifikasi
Laporan angka saponifikasiLaporan angka saponifikasi
Laporan angka saponifikasiMalikul Mulki
 

Ähnlich wie minyak emulsi dan oleokimia (20)

SENYAWA ANTIOKSIDANT UNTUK PENGAWETAN PANGAN 13.pptx
SENYAWA ANTIOKSIDANT UNTUK PENGAWETAN PANGAN 13.pptxSENYAWA ANTIOKSIDANT UNTUK PENGAWETAN PANGAN 13.pptx
SENYAWA ANTIOKSIDANT UNTUK PENGAWETAN PANGAN 13.pptx
 
Gambaran Metabolisme Lipid
Gambaran Metabolisme LipidGambaran Metabolisme Lipid
Gambaran Metabolisme Lipid
 
Kuliah-Reaksi-kimia-kerusakan-pangan.ppt
Kuliah-Reaksi-kimia-kerusakan-pangan.pptKuliah-Reaksi-kimia-kerusakan-pangan.ppt
Kuliah-Reaksi-kimia-kerusakan-pangan.ppt
 
Metabolisme lemak 0
Metabolisme lemak 0Metabolisme lemak 0
Metabolisme lemak 0
 
4.L_E_M_A_K_.ppt
4.L_E_M_A_K_.ppt4.L_E_M_A_K_.ppt
4.L_E_M_A_K_.ppt
 
4.L_E_M_A_K_.ppt
4.L_E_M_A_K_.ppt4.L_E_M_A_K_.ppt
4.L_E_M_A_K_.ppt
 
4.L_E_M_A_K_.ppt
4.L_E_M_A_K_.ppt4.L_E_M_A_K_.ppt
4.L_E_M_A_K_.ppt
 
Lipid
LipidLipid
Lipid
 
LIPID 1-KIMIA GIZI.pptx
LIPID 1-KIMIA GIZI.pptxLIPID 1-KIMIA GIZI.pptx
LIPID 1-KIMIA GIZI.pptx
 
Laporan praktikum kimia dasar 1
Laporan praktikum kimia dasar 1Laporan praktikum kimia dasar 1
Laporan praktikum kimia dasar 1
 
Rospita uli (1507036386) kelompok 3
Rospita uli (1507036386) kelompok 3Rospita uli (1507036386) kelompok 3
Rospita uli (1507036386) kelompok 3
 
Lemak
LemakLemak
Lemak
 
Laporan praktikum uji makanan
Laporan praktikum uji makananLaporan praktikum uji makanan
Laporan praktikum uji makanan
 
Soal pertanyaan
Soal pertanyaanSoal pertanyaan
Soal pertanyaan
 
pdk-kemunduran-mutu-ikan-ppt-200130030516.pdf
pdk-kemunduran-mutu-ikan-ppt-200130030516.pdfpdk-kemunduran-mutu-ikan-ppt-200130030516.pdf
pdk-kemunduran-mutu-ikan-ppt-200130030516.pdf
 
Pdk kemunduran-mutu-ikan-ppt
Pdk kemunduran-mutu-ikan-pptPdk kemunduran-mutu-ikan-ppt
Pdk kemunduran-mutu-ikan-ppt
 
PPT KIMIA ASAM LEMAK KELOMPOK 5.pptx
PPT KIMIA ASAM LEMAK KELOMPOK 5.pptxPPT KIMIA ASAM LEMAK KELOMPOK 5.pptx
PPT KIMIA ASAM LEMAK KELOMPOK 5.pptx
 
Laporan angka saponifikasi
Laporan angka saponifikasiLaporan angka saponifikasi
Laporan angka saponifikasi
 
Kimia kelas 12 (lemak)
Kimia kelas 12 (lemak)Kimia kelas 12 (lemak)
Kimia kelas 12 (lemak)
 
ppt fistum revisi.pptx
ppt fistum revisi.pptxppt fistum revisi.pptx
ppt fistum revisi.pptx
 

minyak emulsi dan oleokimia

  • 1. Tugas resume Tek. Minyak emulsi dan oleokimia LIDYA LISNASARI/E1F109032
  • 2. 6. KERUSAKAN LEMAK PENYEBAB KERUSAKAN LEMAK DAN MINYAK Ketengikan ( Rancidity) adalah kerusakan atau perubahan bau dan flavor dalam lemak atau bahan pangan berlemak. Biasanya disebabkan oleh 4 faktor yaitu : 1. Absorpsi bau (Odor) oleh lemak - Pencemaran bau terhadap bahan pangan berlemak, Lemak dapat mengabsorbsi zat menguap dari bahan lain. Kuning telur mengandung lebih dari 30 % lemak, mudah mengabsorbsi bau selama disimpan dalam ruang dingin (cold storage), terutama aroma khasmusty yang dihasilkan oleh koloni Actomyces sp. Absorbsi bau oleh mentega selama penyimpanan, terutama dari bahan pengepak (packaging) yang terbuat dari kayu atau timber yang mengandung zat terpene yang mudah menguap, terutama jika peti tersebut terbuat dari kayu yang kurang baik. Bakteri penghasil lendir yang tumbuh suhu kamar dan suhu dingin pada daging akan menghasilkan bau yang mencemari flavor lemak yang disimpan dalam ruangan. - Menghindarkan lemak dari pencemaran bau Memisahkan lemak dari bahan–bahan lain yang dapat mencemari bau. Membungkus produk dengan bahan pembungkus yang tidak menghasilkan bau. Misal: Kertas timah / pun kertas kulit dilapisi kertas timah, kertas timah bersifat tidak permiabel bagi semua gas atau zat menguap yang berbau. Destruksi uap / zat berbau dengan menggunakan gas ozon yang berfungsi untuk membersihkan udara ruangan yang telah dicemari oleh bau dari suatu bahan. Sedangkan pada penyimpanan telur, berfungsi untuk menetralisir bau dan menghambat pertumbuhan mikrobia. Namun perlu berhati-hati, kontak ozon dengan bahan pangan berlemak tinggi akan menimbulkan bau tidak enak jika kontak langsung dengan senyawa ozon. 2. Aksi oleh enzim dalam jaringan bahan mengandung lemak - Produksi asam lemak bebas Lemak hewan dan nabati yang masih berada dalam jaringan, biasanya mengandung enzim yang menghidrolisa lemak. Semua enzim yang termasuk golongan lipase,mampu menghidrolisa lemak netral menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol, namun enzim tersebut inaktif oleh panas. Contoh: lemak daging ayam yang mengandung lipase menunjukkan kenaikan bilangan asam yang cepat. - Pengaruh asam lemak bebas terhadap flavor Asam lemak bebas (ALB) dari proses hidrolisa dan oksidasi biasanya bergabung dengan lemak netral, dan pada konsentrasi sampai 15 %, belum menghasilkan flavor yang tidak disenangi. Lemak dengan kadar ALB lebih besar dari 1 %, jika dicicipi terasa membentuk film pada permukaan lidah. ALB yang tidak dapat menguap dengan jumlah atom C >14, meski dalam jumlah kecil mengakibatkan rasa tidak lezat. ALB yang dapat menguap dengan jumlah atom karbon C4, C6, C8, dan C10, menghasilkan bau tengik dan rasa tidak enak dalam bahan pangan berlemak.
  • 3. ALB tersebut umumnya terdapat dalam lemak susu, dan minyak nabati, misalnya minyak inti sawit. ALB juga dapat mengakibatkan karat & warna gelap jika lemak dipanaskan dalam wajan besi. 3. Aksi mikroba Minyak yang telah dimurnikan biasanya masih mengandung mikroba berjumlah maksimum 10 organisme setiap 1 gram lemak, dapat dikatakan steril. Mikroba yang menyerang bahan pangan berlemak biasanya termasuk tipe mikroba non pathologi, tapi umumnya dapat merusak lemak dengan menghasilkan cita rasa tidak enak, di samping menimbulkan perubahan warna (discoloration). - Produksi asam lemak bebas Beberapa jenis jamur, ragi dan bakteri mampu menghidrolisa molekul lemak. Di antara bakteri tsb. adalah: Staphylococcus aureus, Staph pyogenes albus, Bacillus phyocyaneus, B. piodigouosus, B. Chelerae, B. Thyphosus, Streptococcus hemolyticus, B. tuberculosis, B. lipolyticum, Micrococcus tetragenus, B. proteus, B. putrificus, B. punctatum, B. coli, Clostridium botulinum dan berbagai macam spesies Pseudomonas sp dan Achromobanter sp. Jamur yang mampu menghidrolisa lemak antara lain Aspergillus, Penicillim, Mucor Rhizophus, Monilia, Oidium, Cladosporium dan beberapa macam spesies ragi. Hidrolisa lemak oleh mikroba tsb. dapat berlangsung dalam suasana aerobik atau anaerobik. Sebagian besar lemak yang utuh dalam bahan pangan tidak mengandung asam menguap, sehingga jika dihidrolisa oleh mikroba akan berpengaruh kecil terhadap flavor bahan pangan. Di lain pihak, banyak di antara mikroba menghasilkan enzim yang dapat memecahkan protein dalam bahan pangan berlemak, sehingga menghasilkan bau dan rasa tidak enak, misalnya persenyawaan indole, skatole, hidrogen sulfit, metilamin dan amonia. - Bau sabun (Soapiness) dalam lemak Timbulnya bau sabun yang tidak enak dengan istilah soapy flavor dalam bahan panan berkadar lemak tinggi disebabkan oleh pembentukan sabun amonium, sebagai hasil reaksi antara ALB dengan amonia yang dihasilkan dari degradasi protein. Garam amonium dapat dihasilkan karena oksidasi garam organik secara mikrobial, dan peristiwa ini terjadi dalam margarin yang ditumbuhi jamurMonilia sp dan Torulae sp. - Deteksi aktivitas enzim lipase Penentuan dilakukan dengan cara menumbuhkan mikroba dalam nutrient medium yang mengandung lemak akan menghasilkan enzim dengan beberapa macam ciri, yaitu 1) terbentuknya film yang lebih jernih dalam lemak padat atau opalescent emulsion, 2) perubahan warna indicator yang ditambahkan ke dalam media, dan 3) terbentuk sabun berwarna biru kehijauan jika ditambahkan tembaga sulfat (CuSO4). - Pengaruh enzim oksidase terhadap ketengikan lemak Oksidase secara biologis disebabkan oleh pencemaran mikrobia, terutama pada lemak yang masih dalam jaringan. Enzim oksidase, peroksidase dan katalase terdapat dalam lemak daging ayam yang baru dipotong, sedangkan susu mentah, kacang kedelai
  • 4. mengandung enzim peroksidase dan katalase, serta khususnya susu mentah mengandung enzim oleinase yang mengakibatkan bau apek (tallowy). Organism yang menghasilkan enzim oksidase dan lipase dapat mengakibatkan ketengikan. - Dekomposisi lemak dan asam lemak oleh mikroba Kemungkinan semua mikrobia yang menghasilkan enzim lipase dapat metabolisir lemak, dan tahap pertama dalam proses ini adalah dekomposisi gliserida menjadi gliserol dan asam lemak. Aksi mikrobia terhadap gliserol dapat menghasilkan kurang lebih 20 macam persenyawaan yang termasuk dalam golongan senyawa aldehida, asam organik dan senyawa alifatik lainnya. Mikrobia juga dapat memecah rantai asam lemak bebas menjadi senyawa dengan berat molekul lebih rendah dan selanjutnya dioksidasi menghasilkan gas CO2 dan air (H2O). - Produksi keton Dari pengamatan pada deodorisasi minyak kelapa berbau tengik, ditemukan beberapa persenyawaan yang menyebabkan bau tidak enak, antara lain senyawa metil heptil keton, metil nonil keton dan sejumlah kecil metil undesil keton. Senyawa ini terbentuk selama proses pengeringan kopra dan penyimpanan minyak. Mentega dan bahan pangan lainnya yang mengandung lemak susu, air dan bahan gizi dapat menimbulkan ketengikan oleh senyawa keton (ketonic rancidity). Senyawa keton yang dominan menyebabkan bau tengik adalah senyawa metil amil, metil heptil dan metil nonil keton. Jamur yang dapat menghasilkan keton, terdiri dari 9 macam Penicillia sp., 5 macam spesies Aspergilli, Cladosporium herbarium, Cladosporium butyri. Mekanisme Pembentukan Keton. Organisme yang menyerang lemak, pada tahap pertama menguraikan molekul gliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol, selanjutnya asam lemak bebas ini dioksidasi. Berdasarkan penelitian terhadap dekomposisi asam lemak, ternyata sejumlah metil keton terbentuk pada proses beta oksidasi dalam suasana hidrogen peroksida (H2O2). CH2.CH2>COOH –– R.CO. CH2.COOH R.COOH+ CH3.COOH ®dst Asam lemak ¯ asam karboksilat Abnormal ¯ R.CO. CH3. ® R.CH (OH). CH2 Gambar1. Reaksi normal dan Keton karbinol abnormal oleh mikroba. - Perubahan warna oleh mikroba Banyak di antara organisme menghasilkan pigmen yang berdifusi ke luar sel dan mencemari warna asli dari bahan pangan. Struktur kimia pigmen yang dihasilkan mikroorganisme ini belum diketahui jelas, namun kemungkinan beberapa di antaranya merupakan senyawa karotenoid yang larut dalam lemak dan tidak larut dalam air. Organik proteolitis yang membentuk zat indole dan skatole, dalam suasana nitrit (misalnya dalam daging) membentuk nitroso-indole yang berwarna merah. Dalam
  • 5. lemak, pigmen yang dihasilkan mikroba terutama berfungsi sebagai indikator dalam reaksi oksidasi. Sebagai contoh ialah pigmen kuning cerah dalam lemak segar, dihasilkan oleh Micrococci sp danBacilli sp. Jika lemak menjadi tengik karena proses oksidasi oleh bakteri, maka pigmen kuning tersebut berubah menjadi warna ungu kebiru-biruan. Dekomposisi oleh mikroba dapat dikurangi dan dicegah dengan cara pengawetan bahan kimia, mengurangi kontaminasi dan penambahan gula dan garam. 4. Oksidasi oleh oksigen udara atau kombinasi dari dua atau lebih dari penyebab kerusakan tersebut sebelumnya. - Oksidasi lemak Bentuk kerusakan, terutama ketengikan yang paling penting disebabkan oleh aksi oksigen udara terhadap lemak. Dekomposisi lemak oleh mikroba hanya dapat terjadi jika terdapat air, senyawa nitrogen dan garam mineral, sedangkan oksidasi oleh oksigen udara terjadi secara spontan jika bahan yang mengandung lemak dibiarkan kontak dengan udara, sedangkan kecepatan proses oksidasinya tergantung dari tipe lemak dan kondisi penyimpanan. Dalam bahan pangan berlemak, konstituen yang mudah mengalami oksidasi spontan adalah asam lemak tidak jenuh dan sejumlah kecil persenyawaan yang merupakan konstituen yang cukup penting. Sebagai contoh ialah persenyawaan yang membuat bahan pangan menjadi menarik misalnya persenyawaan yang menimbulkan aroma, flavor, warna dan sejumlah vitamin. - Oksidasi konstituen nonlemak Di samping timbulnya off flavor, telah diketahui bahwa hasil oksidasi lemak tidak jenuh dapat menyebabkan degradasi nilai alamiah dari konstituen aroma, flavor, warna dan vitamin. Degradasi konstituen non lemak sering terjadi serentak dengan proses oksidasi lemak, sehingga faktor-faktor yang menghambat atau mempercepat oksidasi lemak, mempengaruhi perubahan konstituen non lemak. Oksidasi b- Karoten pada bagian ikatan rangkapnya dengan adanya katalis lipoksidase atau ferro ftalosianida akan menghasilkan senyawa epoksi atau furanoksida. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan oksidasi lemak (Akselerator) ada 4 kelas yaitu : 1. Radiasi , misalnya oleh panas dan cahaya, 2. Bahan pengoksidasi (Oxidizing Agent) misalnya peroksida, perasid, ozone, asam nitrat serta beberapa senyawa organik nitro dan aldehida aromatik, 3. Katalis metal khususnya garam dari beberapa macam logam berat, 4. Sistem oksidasi, misalnya adanya katalis organik yang labil terhadap panas. Tabel 1. Faktor – faktor yang mempercepat dan menghambat oksidasi No Akselerator Dihambat/dicegah dengan 1. Suhu tinggi Suhu rendah (refrigrasi) 2. Sinar (UV dan Biru) dan ionisasi radiasi (α, Wadah berwarna atau opak, bahan pembungkus β, α dan χ) 3. Peroksida (termasuk lemak yang Menghindarkan oksigen
  • 6. dioksidasi) 4. Enzim lipoksidasi Merebus (blanching) 5. Katalis Fe-organik (misalnya hemoglobin Anti oksidan Metal deactivator dst) 6. Katalis logam (Cu, Fe dsb) Metal deactivator EOTA, as-sitrat MEKANISME DAN HASIL OKSIDASI LEMAK Mekanisme kerusakan akibat oksidasi terdiri dari dua tahap yaitu , tahap pertama : disebabkan oleh reaksi lemak dengan oksigen dan tahap kedua : merupakan lanjutan dari tahap pertama, prosesnya berupa oksidasi ( pada setiap jenis pangan yang berlemak, seperti mentega putih dan minyak goreng) dan non oksidasi. Gambar 2. Pengaruh proses oksidasi terhadap komponen HASIL DEGRADASI PRIMER Oksidasi spontan lemak tidak jenuh didasarkan pada serangan oksigen pada ikatan rangkap (ikatan tidak jenuh) sehingga memberntuk hidroperoksida tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh yang terdapat dalam molukel trigliserida terdiri dari asam oleat (mengandung 1 ikatan rangkap), asam linoleat (ikatan rangkap) dan asam linolenat (3 ikatan rangkap). Ketiga asam tidak jenuh ini jika dioksidasi masing-masing akan membentuk oleat hidroperoksida, linoleat hidroperoksida dan linolenat hidroperoksida yang bersifat reaktif. Gambar 3. Proses pembentukkan peroksida R-CH=CH-R1 + O = O → R-CH – CH – R1 → R – CH-CH- R1 ↓ ↓ ↓ ↓ O O-O ║ peroksida O moloksida R – CH + CH - R1 ║ ║ O O
  • 7. HASIL DEGRADASI SEKUNDER Produk primer adalah persenyawaan hidroperoksida yang terbentuk dari hasil reaksi antara lemak tidak jenuh dengan oksigen, sedangkan produk sekunder dihasilkan dari proses degradasi peroksida (produk primer). Hasilnya ini terdiri dari persenyawaan alkohol, aldehida dan asam, serta persenyawaan tidak jenuh dengan berat molekul lebih rendah. Tipe degradasi peroksida terdiri dari 3 macam reaksi kimia yaitu : 1. Pembentukkan radikal hidroperoksida (hydroperoxide desmutation) Tahap awal adalah dekomposisi hidroperoksida menjadi senyawa alkosi dan radikal bebas hidroksi (hydroxy free radikal) 2. Pembentukkan senyawa polimerisasi 3. Pembentukkan senyawa karbonil Hasil Dekomposisi Berupa Gas, selama oksidasi asam lemak tidak jenuh berlangsung terutama pada suhu tinggi dan adanya kualitas logam, akan terbentuk beberapa macam gas, yaitu gas CO 2, asam menguap (volatile acid), akrolein, aldehid menguap, dan juga dihasilkan sejumlah molukel air. Di samping itu, dihasilkan sejumlah kecil gas hydrogen sebagai hasil dekomposisi akibat pemanasan peroksida lemak dalam ruangan tertutup. PERUBAHAN KIMIA AKIBAT KERUSAKAN LEMAK KERUSAKAN AKIBAT OKSIDASI (Autooksidasi) Pembentukkan produk dari proses oksidasi dengan cara iradiasi, setelah proses ini maka akan menghasilkan hidroperoksida dan senyawa karbonil setelah bersentuhan dengan oksigen. Hasil oksidasi lainnya, Selain dari persenyawaan peroksida dan karbonil, dalam lemak juga terdapat asam karboksilat, dan sejumlah kecil persenyawaan hidroksi, dan persenyawaan berkonjugasi. Penurunan Nilai Dari Lemak Palatability. Gejala timbulnya ketengikan oleh proses oksidasi lemak, pada tahap permulaan ditandai dengan timbulnya flavor, flatness atau oiliness, yang disusul dengan perubahan rasa dan aroma yang terdapat secara alamiah. Selanjutnya minyak tersebut berubah menjadi bau yang tidak disukai dengan bau apek (tallowy). Jika ketengikan lemak telah mencapai tahap terakhir maka lemak biasanya berbau tengik dan terasa getir (acrid quality). Warna. Lemak atau minyak dalam jaringan, secara alamiah biasanya bergabung dengan pigmen, misalnya pigmen karotenoid yang akan turut rusak oleh proses oksidasi. Oksidasi karoten mulai terjadi pada periode induksi. Kandungan Vitamin. Beberapa vitamin dalam lemak mudah rusak akibat oleh oksigen udara, sedangkan vitamin yang penting dalam proses pertumbuhan dan reproduksi akan rusak pada lemak-lemak yang telah menjadi tengik. Vitamin D dalam keadaan normal lebih tahan terhadap oksidasi. PEMANASAN Perubahan kimia dalam lemak yang dipanaskan
  • 8. Pemanasan mengakibatkan 3 macam perubahan kimia dalam lemak yaitu: 1) terbentuknya peroksida dalam asam lemak tidak jenuh, 2) peroksidasi berdekomposisi menjadi persenyawaan karbonil, dan 3) polimerisasi oksidasi sebagian. Reaksi-reaksi degradasi selama proses penggorengan didasarkan atas reaksi penguraian asam lemak. Produk yang terbentuk dapat diklasifikasikan menjadi 2 golongan utama, yaitu: 1. hasil dekomposisi yang tidak menguap (NVDP) yang tetap terdapat dalam minyak dapat diserap oleh bahan pangan yang digoreng, dan 2. hasil dekomposisi yang dapat menguap (VDP) yang keluar bersama-sama uap pada waktu lemak dipanaskan. ANTIOKSIDAN Penggolongan Anti Oksidan Golongan fenol Anti-oksidan yang termasuk dalam golongan ini biasanya mempunyai intensitas warna yang rendah atau kadang-kadang tidak berwarna dan banyak digunakan karena tidak beracun. Anti-oksidan golongan phenol meliputi sebagian bebas anti-oksidan yang dihasilkan oleh alam dan sejumlah kecil anti-oksidan sintesis, serta banyak digunakan dalam lemak atau bahan pangan berlemak. Contoh anti-oksidan golongan ini antara lain: hidrokuinon, gossipol, pyrogallol, catechol resorsinol dan eugenol. Golongan anin mengandung gugus amino atau diamino yang terikat pada cincin benzene biasanya mempunyai potensi tinggi sebagai anti-oksidan, namun beracun dan biasanya menghasilkan warna yang intensif jika dioksidasi atau bereaksi dengan ion logam dan stabil terhadap panas serta ekstraksi kaustik. Anti-oksidan ini biasanya digunakan dalam non pangan, terutama karet. Contoh : N, N’ difenil p-fenilene diamin, definilhidrazin, difenilguanidine dan difenil amin. Mekanisme Kerja Anti-Oksidan Mekanisme anti-oksidan dalam menghambat oksidasi atau menghentikan reaksi berantai pada radikal bebas dari lemak yang teroksidasi, dapat disebabkan oleh 4 macam mekanisme reaksi, yaitu: 1) pelepasan hidrogen dari anti-oksidan, 2) pelepasan elektron dari anti-oksidan, 3) addisi lemak ke dalam cincin aromatik pada anti-oksidan dan 4) pembentukan senyawa kompleks antara lemak dan cincin aromatik dari anti-oksidan. Sinergis Efektivitas anti-oksidan primer (primary antioxidant) dapat ditingkatkan dengan mengkombinasikannya menggunakan anti-oksidan yang sama jika dipakai secara tersendiri. Sebagai contoh ialah anti-oksidan BHA dicampur dengan BHT menghasilkan efek- sinergis.
  • 9. 7. LEMAK DALAM BAHAN PANGAN Bahan pangan yang tebuat ataupun yang sengaja dibubuhi lemak adalaha mentega, margarine, mentega putih (shortening), kembang gula (confectionary), es krim, jenis-jenis rotidari kue yang dipanggang (baked good) dan bahan pangan yang digoreng dengan minyak goreng misalnya emping dan jenis kacang-kacangan. Sifat lemak yang sering diinginkan adalah lemak mempunyai titik cair mendekati suhu tubuh. MINYAK GORENG DAN MENTEGA PUTIH Minyak Goreng, Lemak yang baik digunakan adalah lemak babi, oleo-stearin atau lemak nabati dihidrogenas dengan titik cair 35-400C, minyak kelapa, kacang tanah dan kelapa sawit. System menggoreng dibagi dua yaitu: 1. Proses Gangsa (Pan Frying) Proses gangsa (Pan Frying) dapat menggunakan lemak ataupun minyak dengan titik asap yang rendah, karena suhu pemanasan pada proses penggorengan dengan sistem gangsa menggunakan suhu yang lebih rendah daripada sistemdeep frying. Adapun yang menjadi ciri khas dari system gangsa adalah bahan pangan yang digoreng tidak sampai terendam dalam minyak atau lemak. 2. Proses menggoreng biasa (Deep Frying) Pada penggorengan dengan menggunakan sistem deep frying, bahan pangan yang digoreng terendam dalam minyak dan suhu minyak dapat mencapai 200-205 derajat celcius. Secara komersil,bahan pangan yang digoreng (fried food) biasanya digoreng dengan menggunakan system deep frying. Bagi bahan pangan yang digoreng dala jumlah besar, misalnya dough nut dan berbagai macam jenis keripik. Ketel-ketel penggorengan biasanya dilengkapi dengan thermostat untuk menjaga suhu agar tetap stabil. Struktur Bahan Pangan Digoreng Ada tiga bagian struktur dasar bahan pangan yang digoreng yaitu Inner Zone atau core merupakan bagian dalam bahan pangan berkadar air tinggi dan umumnya terdapat pada bahan pangan yang digoreng. Proses pemasakan terjadi penetrasi panas dari minyak yang masuk ke dalam bahan pangan. Proses pemasakan ini dapat merubah atau tidak karakter bahan pangan, tergantung dari bahan pangan yang digoreng. Permukaan lapisan luar (outer zone surface) akan berwarna coklat keemasan akibat Gambar 3. Struktur dasa bahan penggorengan. Hal ini disebabkan oleh reaksi browning pangan yang digoreng atau maillard. Tingkat warna ini tergantung dari lama dan suhu menggoreng dan komposisi kimia pada permukaan luar dari bahan pangan; sedangkan jenis lemak yang digunakan berpengaruh sangat kecil terhadap warna permukaan bahan.
  • 10. Bagian Luar Bahan Pangan (Outer Zone) Jika bahan segar digoreng, maka kulit bagian luar dapat mengkerut. Kulit atau kerak tersebut dihasilkan akibat proses dehidrasi bagian luar bahan pangan pada waktu menggoreng. Kerak in hanya terjadi pada bahan pangan tertentu. Pembentukkan terjadi akibat panas dari lemak panas diatas 312 0 F sehingga air menguap pada bgian luar bahan pangan. Pada kadar air 3 % atau kurang akan terbentuk kerak dan bahan pangan akan menjadi masak (done). Ada 2 fungsi lemak yang diserap yaitu mengempukkan kerak seperti mentega putih mengempukkan pie crust dan untuk membasahi (wetting) bahan pangan digoreng seperti mentega atau margarine membasahi roti dan kue. Proses Menggoreng Menggoreng adalah suatu proses untuk memasak bahan pangan menggunakan lemak atau minyak pangan. Ke dalam ketel berturut-turut dimasukkan minyak goreng, kemudian dipanaskan (BTU), selanjutnya bahan yang akan digoreng. Dari ketel akan diperoleh hasil gorengan, uap yang dihasilkan dari lemak, serta hasil samping lemak akibat pemanasan penggorengan serta kerak. Faktor-faktor yang mempengaruhi penggorengan adalah pemanasan dengan adanya udara, lemak setempat kelewat panas (loca over heating), aerasi pada lemak, kontak lemaak dengan logam dari ketel, kontak bahan pangan dengan minyak, adanya kerak dan partikel yang gosong. Perbandingan antara jumlah minyak total dalam ketel dengan kecepatan (selang waktu) penambahan minyak baru ke dalam ketel, adalah periode turnover, yang dapat dihitung. Secara lami periode turnover yang lebih singkat mengakibatkan kondisi minyak dalam ketel lebih baik. FC = T.P R Prinsip menggoreng didasarkan 2 hal yaitu: 1. Jumlah minyak yang digunakan dalam system menggoreng mencapai jumlah kebutuhan minimum untuk menggoreng bahan pangan serta perlu dijaga kesempurnaan meratanya distribusi panas oleh minyak. 2. Kebutuhan panas (BTU) minimum tergantung dari komposisi bahan pangan, ketel dan keadaan hasil gorengan. Efisiensi pemanasan ketel bervariasi dan tidak akan pernah mencapai efisiensi 100%. Bahan pangan yang berbeda akan membutuhkan BTU yng berbeda pula. Sebagai contoh ialah keripik kentang membutuhkan 350.000 BTU/jam dengan kecepatan berproduksi 100 lb keripik/jam sedangkan keripik perancis membutuhkan panas 87.500 BTU/jam. Pertimbangan merancang proses menggoreng Pada waktu proses pemanasan minyak dan penggorengan, aerasi terutama terjadi pada permukaan minyak dalam ketel, namun akhirnya udara akan masuk ke dalam lemak akibat peristiwa pergerakan sirkulasi atau pengadukan lemak. Aerasi udara secara berlebih selama proses penggorengan harus dihindarkan untuk mengurangi proses oksidasi. Uap air yang timbul dapat membantu penguapan hasil samping dan zat yang menguap harus dicegah agar tidak
  • 11. terkondensasi di atas permukaan minyak dan kembali menetas ke minyak goreng dalam ketel. Pencegahan tersebut dapat dilakukan dengancara penyedotan uap atau aerasi. Kerusakan minyak goreng Kerusakan minyak dan pemanasan pada suhu tinggi disebabkan oleh proses ksidasi dan polimerisasi. Oksidasi minyak akan menghasilkan senyawaaldehid, keton, hidrokarbon, alkohol, lakton serta senyawa aromatis yang mempunyai bau tengik dan rasa getir. Kerusakan ini mempunyai 6 tahapan sebagai berikut : 1. Terbentuk Volatile decomposition product (VDP) yang dihasilkan dari pemecahan rantai karbon asam lemak. 2. Proses oksidasi disusul dengan proses hidrolisa triasilgliserida karena adanya air. Hal ini terbukti dari kenaikan jumlah asam lemak bebas dalam minyak. 3. Oksidasi asam lemak berantai panjang. 4. Degradasi ester oleh panas 5. Oksidasi asam lemak yang terikat pada posisi alpha dalam trigliserida 6. Otooksidasi keton oleh aldehida menjadi asam karboksilat. Polimerisasi, pembentukan senyawa ini selam proses menggoreng terjadi karena reaksi polimerisasi adisi dari asam lemak tidak jenuh. Hal ini terbukti dengan terbentuknya bahan menyerupai gum yang mengendap di dasar ketel atau wadah penggorengan. Proses in mudah terjadi pada saat minyak mengering atau setengahnya karena mengandung asam lemak tidak jenuh dalam jumlah besar. Pengawasan proses menggoreng dalam skala komersil Di laboratorium, mutu hasil gorengan serta minyak goreng dinilai berdasarkan uji organoleptik dan fisiko kimia. Uji fisio kimia meliputi pengukuran kadar asam lemak bebas, warnan, kekntalan, bilangan iod, fraksi non urea adduct, nila TBA, nila A.O.M. dan penetapan kompnen flavor dengan gas kromatografi. Factor yang berpengaruh dalam proses menggoreng adalah instalasi penggorengan (faktornya keadaan dari bahan pangan yang digoreng, kecepatanm pergantian minyak goreng dan derajat atau tingkat aerasi selama proses mengoreng serta efektivitas penyaringan), minyak sebagai medium menggoreng dan kondisi penggorengan (suhu menentukkan mutu hasil penggorengan yang dinilai berdasarkan rupa, flavor, lemak yang terserap dan stabilitas penyimpanan factor ekonomi) yang optimum serta prosedur pembersihan ketel. MENTEGA PUTIH / SHORTENING Shortening adalah lemak padat yang mempunyai sifat plastis dan kestabilan tertentu, umumnya berwarna putih sehingga sering disebut mentega putih. Bahan ini diperoleh dari hasil pencampuran dua atau lebih lemak, atau dengan cara hidrogenasi. Mentega putih ini banyak digunakan dalam bahan pangan terutama dalam pembuatan cake dan kue yang dipanggang.
  • 12. Fungsinya adalah untuk memperbaiki cata rasa, struktur, tekstur, keempukan dan memperbesar volume roti/kue. Ada tiga macam shortening berdasar kan cara pembuatannya yaitu compound, hydrogenated, dan high ratio shortening. Compound shortening adalah shortening yang dihasilkan dari campuran lemak hewani yang bertitik cair tinggi, lemak bertitik cair rendah, dan lemak yang sudah mengalami hidrogenasi. Dari pencampuran lemak-lemak tersebut akan diperoleh shortening dengan konsistensi tertentu, bersifat plastis pada selang suhu yang lebar, dan tahan lama. Contoh shortening campuran adalah pencampuran oleo sterain, lard, dan minyak biji kapas yang telah mengalami hidrogenasi. Shortening yang dihidrogenasi dibuat dengan cara mencampurkan dua atau lebih minyak dengan bilangan iodine dan konsistensi berbeda-beda. Keuntungan cara ini adalah konsistensi dapat diatur dengan mengatur perbandingan jumlah derajat hidrogenasi dari masing-masing lemak yang dicampur. High ratio shortening atau hydrogenated shortening yang ditambahkan emulsifier. Misalnya monogliserida, digliserida, lesitin, dan kadang-kadang ditambahkan gliserol. Mono- dan digliserida mengandung gugus karboksil yang bersifat liofilik dan gugus hidroksil yang bersifat hidrofilik, karena dapat bertindak sebagai emulsifier. Mentega putih yang mengandung emulsifier ini tidak baik untuk tujuan menggoreng deep frying, karena pada suhu tinggi mono- dan digliserida akan terurai membentuk asap. Sifat-sifat fisik mentega putih nilai shortening ( kemampuan mentega putih untuk melumas dan mengempukkan bahan pangan khusunya kue dan roti. Keempukkan da[at diukur dengan alat shortometer. Factor yang mempengaruhi jenis pemakaian, suhu, jenis dan konsentrasi bumbu yang digunakan dan konsentrasi lemak) dan sifat plastis ( plastis jika berwujud padat dan tidak meleleh pada suhu kamar dapat membentuk disperse dan berubah menjadi kental oleh kenaikan suhu atau karena tekanan mekanis yang cukup rendah. Factor yang mempengaruhi perbandingan jumlah antara lemak berwujud padat dan minyak cair dalam mentega putih dan sifat-sifat Kristal). Fungsi mentega putih dalam bahan pangan khusunya dalam kue dan roti antara lain memperbesar volume bahan, menyerap udara, stabilisir, emulsifier, membentuk cream, memperbaiki keeping quality dan memberikan cita rasa gurih. Fungsi lainnya sebagai bahan pelumas pada alat pengolahan. Minyak dan lemak sebagai bahan baku pembuatan mentega putih, dengan kelarutan yang baik diperoleh dengan mencampur lemak keras dan lunak yang dihdrogenasi. Bahan pangan yang mengandung shortening adalah roti, roti manis diragikan,biscuit wafer dan cookie, biscuit soda, Danish dan puff pastrypie crust, yellow cake dan es krim. Biasanya komponennya terdiri dari tepung terigu, tepung beras, mentega putih dan ramuannya yaitu telur, gula dan rempah-rempah. MENTEGA
  • 13. Mentega adalah produk minyak hewani, bukan produk nabati. Mentega merupakan masa dari lemak susu yang dihasilkan dengan penumbukan krim susu atau susu penuh. Penemuan mentega sudah berabad-abad lamanya. Orang yang pertama-tama secara kebetulan melihat terjadinya mentega sewaktu membawa susu dalam kantong kulit di atas kuda. Akibat pengocokan ini maka terjadilah gumpalan lemak yang merupakan awal mentega. Lemak dari suhu dapat dipisahkan dari komponen lain dengan baik melalui proses pengocokan atau churning. Dengan cara tersebut, secar mekanikfiim protein di dekelilingi globula lemak retak dan pecah, sehingga memungkinkan globula lemak menggumpal dan menyusup ke permukaan. Cara ini merupakan proses proses pemecahan emulsi minyak dalam air (o/w)dengan pengocokan. Mentega sendiri merupakan emulsi air dalam minyak dengan kira-kira 15% air terdispersi di dalam 80% lemak dengan sejumlah kecil protein yang bertindak sebagai zat pengemulsi (emulsifier). Lemak susu terdiri dari trigliserida-trigliserida butirodiolein, butiropalmitoolein, oleodipalmitin, dan sejumlah kecil triolein. Asam lemak butirat dan koproat dalam keadaan bebas akan menimbulkan bau dan rasa tidak enak. Mentega dapat dibuat dari lemak susu yang manis (swet cream) atau yang asam. Mentega dari lemak yang asam mempunyai cita rasa yang kuat. Lemak susu dapat dibiarkan menjadi asam secara spontan atau dapat diasamkan dengan penambahan pupukan murni bakteri asam laktat pada lemak susu yang manis yang telah dipasteurisasikan, sehingga memungkinkan terjadinya fermentasi. Lemak susu dinetralakan dengan garam-garam karbonat, kemudian dipasteurisasi. Sedangkan bakteri yang dinokulasikan biasanya bakteri Steptococcus citrovorus, S. paracitrovorus, Lactobacillus lactis, dan Bacillus viscosus sachari. Selam pematangan 3-4 jam, bakteri-bakteri akan akan menguraikan laktosa dalam susu menjadi asam laktat dan timbullah senyawa diasetil (CH2CO2) yang akan menimbulakan cita rasa khas. Kristalisasi mentega ditentukan oleh ukuran globula lemak dari cream yang digunakan. Zat warna, bila diperlukan, ditambahkan kedalam lemak susu sebelum churning. Zat pewarna yang sering digunakan adalah karoten, yaitu zat pewarna alamiah yang merupakan sumber vitamin A. MARGARINE Margarine merupakan pengganti mentega dengan rupa, bau, konsistensi, rasa, dan nilai gizi yang hampir sama. Margarine juga merupakan emulsi air dalam minyak, dengan persyaratan mengandung tidak kurang 80 % lemak. Lemak yang digunakan dapat berasal dari lemak hewani atau lemak nabati. Lemak hewani yang biasa digunakan yaitu lemak babi (lara) dan lemak sapi oleo oil), sedangkan lemak nabati yang digunakan adalah minyak kelapa, minyaka kelapa sawit, minyak kedelai, dan minyak biji kapas. Karena minyak nabati umumnya berbentuk cair, maka harus dihidrogenasi lebih dahulu menjadi lemak padat, yang berarti margarine harus bersifat plastis, padat pada suhu ruang, agak keras pada suhu rendah, dan segera dapat mencair pada mulut.
  • 14. Lemak yang akan digunakan dimurnikan lebih dahulu, kemudian dihidrogenasi sampai mendapat konsistensi yang diinginkan. Lemak diaduk, diemulsikan dengan susu skim yang telah dipasteurisasi, dan diinokulasi dengan bakteri yang sama seperti pembuatan mentega. Sesudah inokulasi, dibiarkan 12 – 24 jam sehingga terbentuk emulsi sempurna, kadang-kadang ditambahkan emulsifier seperti lesitin, gliserin, atau kuning telur. Bahan lain yang ditambahkan adalah garam, Na benzoate sebagai pengawet,dan vitamin A. Minyak nabati yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan margarin harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Bilangan Iod yang rendah. 2. Warna minyak kuning muda. 3. Flavor minyak yang baik. 4. Titik beku dan titik cair disekitar suhu kamar. 5. Asam lemak yang stabil. 6. Jenis minyak yang digunakan sebagai bahan baku harus banyak terdapat di suatu daerah.
  • 15. 8. MASALAH KETENGIKAN DAN KERACUNAN LEMAK Pada lemak dan minyak dikenal ada dua tipe kerusakan yang utama, yaitu ketengikan dan hidrolisa. Tapi yang akan kita bahas adalah tipe kerusakan yaitu ketengikan. Ketengikan terjadi bila komponen cita-rasa dan bau mudah menguap terbentuk sebagai akibat kerusakan oksidatif dari lemak dan minyak yang tak jenuh. Komponen-komponen ini menyebabkan bau dan cita-rasa yang tidak dinginkan dalam lemak dan minyak dan produk-produk yang mengandung lemak dan minyak itu.. Hal ini disebabkan oleh otooksidasi radikal asam lemak tidak jenuh dalam lemak. Otooksidasi dimulai dengan pembentukan radikal-radikal bebas yang disebabkan oleh faktor- faktor yang dapat mempercepat reaksi seperti cahaya, panas, peroksida lemak atau hidroperoksida, logam-logam berat seperti Cu, Fe, Co dan Mn, logam pofirin seperti hematin, hemoglobin, mioklobin, klorofil, dan enzim-enzim lipoksidase. Molekul-molekul lemak yang mengandung radikal asam lemak tidak jenuh mengalami oksidsi dan menjadi tengik. Bau tengik yang tidak sedap tersebut disebabkan oleh pembentukan senyawa-senyawa hasil pemecahan hidroperoksida. Menurut teori yang sampai kini masih dianut orang, sebuah atom hydrogen yang terikat pada suatu atom karbon yang letaknya disebelah atom karbon lain yang mempunyai ikatan rangkap dapat disingkirkan oleh suatu kuantum energi sehingga membentuk radikal bebas. Kemudian radikal ini dengan O2 membentuk peroksida aktif yang dapat membentuk hidroperoksida yang bersifat sangat tidak stabil dan mudah pecah menjadi senyawa dengan rantai karbon yang lebih pendek oleh radiasi energi tinggi, energi panas, katalis logam, atau enzim. Senyawa-senyawa dengan rantai C lebih pendek ini adalah asam-asam lemak, aldehida-aldehida, dan keton yang besifat volatile dan menimbulakn bau tengik pada lemak. Perubahan-perubahan selama oksidasi ini dapat diikuti dengan spektrofotometer ultraviolet dengan absorpsi pada 232mm. Faktor Penyebab Ketengikan Tipe penyebab ketengikan dalam lemak dibagi atas tiga golongan yaitu ; 1. Ketengikan oleh oksidasi (oxidative rancidity) Kerusakan lemak yang utama adalah timbulnya bau dan rasa tengik yang disebut proses ketengikan. Hal ini disebabkan oleh otooksidasi radikal asam lemak tidak jenuh dalam lemak. Otooksidasi dimulai dengan pembentukan radikal-radikal bebas yang disebabkan oleh faktor- faktor yang dapat mempercepat reaksi seperti cahaya, panas, peroksida lemak atau hidroperoksida, logam-logam berat seperti Cu, Fe, Co, dan Mn, logam porfirin seperti hematin, hemoglobin, mioglobin, klorofil, dan enzim-enzim lipoksidase.
  • 16. Molekul-molekul lemak yang mengandung radikal asam lemak tidak jenuh mengalami oksidasi dan menjadi tengik. Bau tengik yang tidak sedap tersebut disebabkan oleh pembentukan senyawa-senyawa hasil pemecahan hidroperoksida. Menurut teori yang sampai kini masih dianut orang, sebuah atom hidrogen yang terikat pada suatu atom karbon yang letaknya disebelah atom karbon lain yang mempunyai ikatan rangkap dapat disingkirkan oleh suatu kuantum energi sehingga membentuk radikal bebas. Kemudian radikal ini dengan O2 membentuk peroksida aktif yang dapat membentuk hidroperoksida yang bersifat tidak stabil dan mudah pecah menjadi senyawa dengan rantai karbon yang lebih pendek oleh radiasi energi tinggi, energi panas, katalis logam, atau enzim. Senyawa-senyawa dengan rantai C lebih pendek ini adalah asam-asam lemak, aldehida- aldehida, dan keton yang bersifat volatile dan menimbulkan bau tengik pada lemak. 2. Ketengikan oleh enzim (enzymatic rancidity) Bahan pangan berlemak dengan kadar air dan kelembaban udara tertentu, merupakan medium yang baik bagi pertumbuhan jamur. Jamur tersebut mengeluarkan enzim, misalnya enzim lipo clastic dapat meguraikan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Enzim peroksida dapat mengoksidasi asam lemak tidak jenuh sehingga terbentuk peroksida. Disamping itu enzim peroksida dapat mengoksidasi asam lemak jenuh pada ikatan karbon atom β, sehingga membentuk asam keton dan akhirnya metil keton, dengan reaksi sebagai berikut : 3. Ketengikan oleh proses hidrolisa (hidrolitic rancidity). Dalam reaksi hidrolisa, minyak atau lemak akan diubah menjadi bermacam-macam asam lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisa yang dapat mengakibatkan kerusakan minyak atau
  • 17. lemak ini terjadi karena adanya kandungan air dalam minyak atau lemak, yang pada akhirnya menyebabkan ketengikan dengan perubahan rasa dan bau pada minyak tersebut. Berbagai jenis minyak atau lemak akan mengalami perubahan flavor dan bau sebelum terjadi proses ketengikan. Hal ini dikenal sebagai reversion. Beberapa penyelidik berpendapat bahwa hal ini khas pada minyak atau lemak. Reversion terutama dijumpai dalam lemak dipasar dan pada pemanggangan atau penggorengan dengan menggunakan temperatur yang terlalu tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dari reversion ini adalah : suhu, cahaya atau penyinaran, ada tidaknya oksigen, dan adanya logam-logam yang bersifat sebagai katalisator pada proses oksidasi.. Jika suhu penyimpanan minyak atau lemak dinaikkan, maka waktu untuk menghasilkan flavor reversion akan lebih singkat. Ketengikan berbeda dengan reversion; beberapa minyak atau lemak mudah terpengaruh untuk menjadi tengik tetapi akan mempunyai daya tahan terhadap peristiwa reversion, misalnya pada minyak jagung. Perubahan flavor yang terjadi selama reversion, berbeda untuk setiap jenis minyak, sedangkan minyak yang telah menjadi tengik, akan menghasilkan flavor yang sama untuk semua jenis minyak atau lemak. Bilangan peroksida yang sangat tinggi dapat menjadi indikasi ketengikan minyak atau lemak, tetapi bilangan peroksida ini tidak mempunyai hubungan dengan peristiwa reversion. UJI KETENGIKAN minyak secara kualitatif dan kuantitatif dilakukan dengan menguji senyawa-senyawa yang menimbulkan bau tengik dalam minyak misalnya aldehid, keton peroksida yang dapat menguap. Macam-macam uji ketengikan antara lain: 1. Uji Kreis Prinsipnya reaksi kondensasi antara ephydrin-aldehida dengan phloro glusinol, sehingga menghasilkan warna merah jambu (pink). Prosedur : lemak ditimbang dengan jumlah tertentu + asam klorida (HCl). Dikocok dengan larutan encer pholoroglusinol yang mengandung eter. Jika larutan berwarna pink dan semakin intensif maka sudah tengik. 2. Uji issoglio Prinsipnya sama dengan penentuan bilangan Reischert_meissl, bertujuan untuk menguji senyawa keton dan aldehida yang dapat menguap secara kuantitatif. Senyawa keton dan aldehida dihasilkan dari oksidasi lemak merupakan slah satu penyebab bau tengik dalam lemak. Prosedur : lemak dikock dalam air sulingan selama 2 jam dan saring dengan kertas saring. Filtrate diasamkan, + larutan permanganate 0,01 N dengan volume tertentu
  • 18. kemuidan didihkan selam 5 menit, campur dengan 0,01 N asam oksalat dalam asam sulfat pada volume yang sama, titrasi dengan larutan permanganate. Jumlah ml titran yang digunakan untuk mengoksidasi aldehida yang dapat menguap disebut oxidizability value. Nilai ini dignakan untuk mengukur ketengikan minyak, karena semakin besar nilainya berarti semakin tengik. 3. Uji Schiff Bertujuan untuk menentukkan jumlah aldehida yang dihasilkan dan dekomposisi ikatan tidak jenuh dalam asam lemak. Menggunakan larutan fuchsin yang berikatan dengan SO2. Warna ungu larutan ini akan hilang apabila breaksi dengan SO2, bereaksi dengan aldehid maka akan diikat dan membuat larutan berwarna ungu kembali. 4. Uji lea Dapat ditentukkan secara langsung kadar aldehia dalam lemak. Aldehida direaksikan dengan Na bisulfit, bisulfit dibebaskan dengan Na nikabornat, lalu titrasi dengan iodium. Prosedurnya : lemak dilarutkan dengan benzene kemudian kocok dengan larutan Na bisulfit selama 1 jam ditempat gelap pada suhu ± 200C. emulsi terbentuk disentrifusi lapisan larutan yang mengandung air dipisahkan dari fraksi benzene. Tritasi dengan larutan iodium 0,002 N tujuan untuk mengikat Na Bisulfit yang tersisa, kemudian + larutan Na bikarbonat dan titrasi dengan larutan iod 0,002 N. 5. Uji TBA Uji ini berdasarkan atas terbentuknya pigmen warna merah sebagai hasil rekasi kondensasi antara 2 molekul TBA dengan 1 molekul malonat dialdehida. Monoldehida didapatkan hdari hasil pembentukkan di-peroksida pada gugus pentadiena yang disusul dengan pemutusan rantai molekul atau dengan oksidasi lebih lanjut dari 2-enol yang dihasilkandai penguraian monohidro peroksida. 6. Bilangan peroksida menurut metode Lea Prinsipnya jumlah iod dalam KI yang dibebaskan oleh peroksida. iod bebas diikat dengan larutan Na Thiosulfit. 7. Oven test
  • 19. 9. PENGOLAHAN MINYAK DAN LEMAK Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyakatau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Cara ekstraksinya adalah: 1. Rendering , ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga menagndung minyak atau lemak kadar air yang tinggi. Panas adalah satu yang spesifik bertujuan untuk menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan utnuk memecahnya, sehingga mudah ditembus oleh lemak atau minyak. Rendering terbagi 2 cara wet ( proses rendering dengan penambahan sejumlah air selama berlangsungnya proses tersebut) dan dry (tanpa penambahan air selama proses berlangsung) 2. Pengepresan mekanik merupakan sutau cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang berasal dari biji-bijian. Untuk memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi (30-70%). Ada dua cara ekstraksi ini pengepresan hidrolik ( tahapannya bahan yang mengandung minyakperajanganpenggilinganpemasakan dan pemanasanpengepresan minyak kasar dan ampas bungkil) dan pengepresan berulir(tahap awal pemasakan pada temepratur 115,50C. 3. Ekstraksi dengan perlarut, prinsipnya melarutkan minyak dalam pelarut minyak dan lemak. Pemurnian minyak, tujuan utmanya untuk menghilangkan rasa serta bau yang tidak enak, warna yang tidak menarik dan memperpanjang masa simpan minyak sebelum dikonsumsi atau digunakan sebagai bahan mentah dalam industri. Tahpan pemurnian yaitu: 1. Pemisahan bahan berupa suspense dan disperse koloid dengan cara penguapan, degumming dan pencucian dengan asam. 2. Pemisahan asam lemak bebas dengan cara netralisasi. 3. Dekolorisasi dengan prose pemucatan 4. Deodorasi 5. Pemisahan gliserida jenuh (stearin) dengan pendinginan (chilling). Pemisahan gum (degumming), merupakan suatu proses pemisahan getah atau lender yang terdiri dari fosfatida, protein, residu, karbhohidrat, air dan resin tanpa mengurangi jumlah asam lemak bebas dalam minyak. Biasanya proses ini dilakukan dengan dehidrasi gum atau kotoran lain, supaya bahan tersebut lebih mudah terpisah dari minyak, kemudian diteruskan dengan proses pemusingan (centrifusi). Caranya ialah dengan memasukkan uap air panas ke dalam minyak disusul dengan pengaliran air dan selanjutnya di sentrifisi sehingga bagian lender terpisah dari air. Pada waktu proses sentrifusi berlangsung, ditambahkan bahan kimia yang dapat menyerap air misalnya asam mineral pekat atau garam dapur (NaCl). Suhu minyak pada waktu proses centrifusi berpisah antara 32-500C, dan pada suhu tersebut kekentalan minyak akan berkurang sehingga gum mudah terpisah dari minyak. Sebelum itu dilakukan tahap netralisasi dengan alasan sabun yang terbentuk dari hasil reaksi antara asam lemak bebas dengan kaustik soda pada proses netralisasi akan menyerap gum, sehingga menghambat proses pemisahan sabun
  • 20. dari minyak dan masih ada partikel emulsi dalam minyak sehingga mengurangi rendemen trigliserida. Tahap-tahap pemurnian Netralisasi adalah proses untuk memisahkan asam lemak bebas dengan basa atau bereaksi dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa atau pereaksi lainnya sehingga membentuk sabun. Bisa juga dengan penyulingan (de-asidifikasi). 1. Netralisasi dengan Natrium Karbonat (Na2CO3) Keuntungan menggunakan persenyawaan karbonat adalah karena trigliserida tidak ikut tersabunkan, sehingga nilai refining factor dapat diperkecil. Suatu kelemahan dari pemakaian senyawa ini adalah karena sabun yng terbentuk sukar dipisahkan. Hal ini disebabkan karena gas CO2 yang dibebaskan dari karbonat akan menimbulkan busa dalam minyak. Namun, kelemahan ini dapat diatasi karena gas CO2 yang dihasilkan dapat dihilangkan dengan cara mengalirkan uap panas atau dengan menurunkan tekanan udara di atas permukaan minyak dengan menggunakan pompa vakum. 2. Netralisasi minyak dalam bentuk “miscella” Cara ini digunakan pada minyak yang diekstrak dengan menggunakan pelarut menguap ( solvent extraction ). Hasil yang diperoleh merupakan campuran antara pelarut dan minyak yang disebut dengan miscella. Asam lemak bebas dalam micelle dapat dinetralkan dengan menggunakan kaustik soda atau natrium karbonat. Sedangkan sabun yang terbentuk dapat dipisahkan dengan cara menambahkan garam dan minyak netral dapat dipisahkan dari pelarut dengan cara penguapan. 3. Netralisasi dengan Etanol Amin dan Amonia Etanol Amin dan Amonia dapat digunakan untuk netralisasi asam lemak bebas. Pada proses ini, asam lemak bebas dapat dinetralkan tanpa menyabunkan trigliserida, sedangkan ammonia yang digunakan dapat diperoleh kembali dari soap stock dengan cara penyulingan dalam ruangan vakum 4. Pemisahan Asam (de-acidification) dengan Cara Penyulingan Proses pemisahan asam dengan cara penyulingan adalah proses penguapan asam lemak bebas, langsung dari minyak tanpa mereaksikannya dengan larutan basa, sehingga asam lemak yang terpisah tetap utuh. Minyak kasar yang akan disuling terlebih dahulu dipanaskan dalam alat penukar kalor (heat exchanger). Untuk menghindari kerusakan minyak selama proses penyulingan karena suhu yang terlalu tinggi, maka asam lemak bebas yang tertinggal dalam minyak dengan kadar lebih rendah dari 1% harus dinetralkan dengan menggunakan persenyawaan basa. Minyak kasar dengan kadar asam lemak bebas yang tinggi umumnya mengandung fraksi mono dan digliserida yang terbentuk dari hasil hidrolisa sebagian molekul trigliserida.
  • 21. Pada umumnya, kadar asam lemak bebas dalam minyak setelah penyulingan sekitar 0,1-0,2% , sedangkan hasil kondensasi masih mengandung sekitar 5% trigliserida. Jadi, penggunaan uap pada proses penyulingan akan membawa sejumlah kecil fraksi trigliserida. Pemisahan asam lemak bebas dengan cara penyulingan digunakan untuk menetralkan minyak kasar yang mengandung kadar asam lemak bebas relative tinggi, sedangkan minyak kasar yang mengandung asam lemak bebas lebih keil dari 8% lebih baik dinetralkan dengan penggunaan senyawa basa. 5. Pemisahan asam dengan menggunakan Pelarut Organik Perbedaan kelarutan antara asam lemak bebas dan trigliserida dalam pelarut organic digunakan sebagi dasar pemisahan asam lemak bebas dari minyak. Pelarut yang paling baik digunakan utuk memisahan asalm lemak bebas adalah furfual dan propane. Piridine merupakan pelarut minyak dan jika ditambahkan air dalam jumlah kecil, maka trigliserida akan terpisah. Trigliserida tidak larut dalam pyridine, sedangkan asam lemak bebas tetap larut sempurna. Minyak dapat dipisahkan dari pelarut dengan cara dekantasi sedangkan pelarut dipisahkan dari asam lemak bebas dengan cara penyulingan. Dengan menggunakan alcohol sebagai pelarut, maka kelarutan trigliserida dalam alcohol akan bertambah besar seiring dengan bertambahnya kadar asam lemak bebas, sehingga pemisahan antara asam lemak bebas dari trigliserida lebih sukar dilakukan. Pemucatan (bleaching) adalah suatu tahap proses pemurnian untuk menghilangkan zat-zat warna yang tidak disukai dalam minyak. Pemucatan ini dilakukan dengan mencampur minyak dengan adsorben, seperti tanah serap (fuller earth), lempung aktif (activated clay) dan arang aktif atau dapat juga menggunakan bahan kimia. Klasifikasi Proses Pemucatan Proses pemucatan terbagi dua, yaitu : 1. Pemucatan Minyak dengan Adsorben Adsorben yang digunakan untuk memucatkan minyak terdiri dari tanah pemucat (bleaching earth) dan arang (bleaching carbon). Zat warna dalam minyak akan diserap oleh permukaan adsorben dan juga menyerap suspensi koloid (gum dan resin) serta hasil degradasi minyak, misalnya peroksida i. Macam-macam Adsorben: a. Bleaching Clay (bleaching earth) Bahan pemucat ini merupakan sejenis tanah liat dengan komposisi utama terdiri dari SiO2, Al2O3, air terikat serta ion kalsium, magnesium oksida dan besi oksida. Perbandingan komposisi antara 2 jenis bleaching. Jumlah adsorben yang dibutuhkan untuk menghilangkan warna minyak tergantung dari macam dan tipe warna dalam minyak dan sampai berapa jauh warna tersebut akan dihilangkan. Daya pemucat bleaching clay disebabkan karena ion Al3+ pada permukaan partikel adsorben, yang dapat mengadsorbsi partikel zat warna. Daya pemucat tersebut tergantung dari
  • 22. perbandingan komponen SiO2 dan Al2O3 dalam bleaching clay. Adsorben yang terlalu kering menyebabkan daya kombinasinya dengan air telah hilang, sehingga mengurangi daya penyerapan terhadap zat warna. Aktivitas adsorben dengan asam mineral (HCl atau H2SO4) akan mempertinggi daya pemucat karena asam mineral tersebut larut atau bereaksi dengan komponen berupa tar, garam Ca dan Mg yang menutupi pori-pori adsorben. Disamping itu asam mineral melarutkan Al2O3 sehingga dapat menaikkan perbandingan jumlah SiO2 dan Al2O3 dari (2-3) : 1 menjadi (5-6) : 1. Aktivasi menggunakan asam mineral akan menimbulkan 3 macam reaksi, sebagai berikut: 1. Mula-mula asam akan melarutkan komponen Fe2O3, Al2O3, CaO, dan MgO yang mengisi pori-pori adsorben. Hal ini ,mengakibatkan terbukanya pori-pori yang tertutup sehingga menambah luas permukaan adsorben. 2. Selanjutnya ion-ion Ca2+ dan Mg2+ yang berada pada permukaan kristal adsorben secara berangsur-aangsur diganti oleh ion H+ dari asam mineral. 3. Sebagian ion H+ yang telah menggantikan ion Ca2+ dan Mg2+ akan ditukar oleh ion Al3+ yang telah larut dalam asam, dan reaksi yang terjadi. Pemakaian asam mineral untuk mengaktifkan adsorben bleaching clay menimbulkan bau lapuk pada minyak, tetapi bau lapuk tersebut akan hilang pada proses deodorisasi. Disamping itu activated clay yang bersifat asam akan menaikkan kadar asam lemak bebas dalam minyak dan mengurangi daya tahan kain saring yang digunakan untuk memisahkan minyak dari adsorben. b. Arang (Bleaching Carbon) Arang merupakan bahan padat yang berpori-pori dan pada umunya diperoleh dari hasil pembakaran kayu atau bahan yang mengandung unsur karbon. Umumnya arang mempunyai daya adsorbsi yang rendah terhadap zat warna dan daya adsorbsi tersebut dapat diperbesar dengan cara mengaktifkan arang menggunakan uap atau bahan kimia. Arang Aktif (Aktivated Carbon) Aktivasi karbon bertujuan untuk memperbesar luas permukaan arang dengan membuka pori-pori yang tertutup, sehingga memperbesar kapasitas adsorbsi terhadap zat warna. Pori-pori dalam arang biasanya diisi oleh tar, hidrokarbon dan zat-zat organik lainnya yang terdiri dari fixed carbon,abu,air, persenyawaan yang mengandung nitrogen dan sulfur. Bahan kimia yang dapat digunakan sebagai pengaktif adalah HNO3, H3PO4, sianida, Ca(OH)2, CaCl2, Ca3(PO4)2, NaOH, Na2SO4, SO2, ZnCl2, Na2CO3, dan uap air pada suhu tinggi. Mutu arang aktif yang diperoleh tergantung dari luas permukaan partikel, ukuran partikel, volume dan luas penampang kapiler, sifat kimia permukaan arang, sifat arang scara alamiah, jenis bahan pengaktif yang digunakan dan kadar air. ii. Mekanisme Adsorbsi Zat Warna oleh Arang Adsorbsi adalah suatu peristiwa fisik padat permukaan suatu bahan, yang tergantung dari specifik affinity antara adsorben dan zat yang diadsorbsi. Daya adsorbsi arang aktif disebabkan karena arang mempunyai pori-pori dalam jumlah besar, dan adsorbsi akan terjadi karena adanya perbedaan energi potensial antara permukaan arang dan zat yang diserap.
  • 23. Berdasarkan adanya perbedaan energi potensial, maka jenis adsorbsi terdiri dari adsorbsi listrik, adsorbsi mekanis, adsorbsi kimia dan adsorbsi termis. Sifat adsorbsi tersebut masing- masing disebabkan karena perbedaan muatan listrik, perbedaan tegangan permukaan, perbedaan potensial sifat kimia dan perbedaan potensial karena panas. Efisiensi adsorbsi oleh arang tergantung dari perbedaan muatan listrik antara arang dan zat atau ion yang diserap. Bahan yang mempunyai muatan listrik positif akan diserap lebih efektif oleh arang dalam larutan yang bersifat basa dan sebaliknya, sedangkan penyerapan terhadap bahan non-elektrolit tidak dipengaruhi oleh keasaman atau sifat kebasaan arang sebagai adsorben. Jumlah arang aktif yang digunakan untuk menyerap warna berpengaruh terhadap jumlah warna yang diserap. Keuntungan penggunaan arang aktif sebgai bahan pemucat minyak ialah kerena lebih efektif untuk menyerap warna dibandingkan dengan bleaching clay, sehingga arang aktif dapat digunakan sebagai bahan pemucat biasanya berjumlah lebih kurang 0,1-0,2 persen dari berat minyak. Arang aktif dapat juga menyerap sebagian bau yang tidak dikehendaki dan mengurangi jumlah peroksida sehingga memperbaiki mutu minyak. Keburukannya adalah karena minyak yang tertinggal dalam arang aktif jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan minyak yang tertinggal dalam activated clay, dan proses otooksidasi terjadi lebih cepat pada minyak yang dipucatkan dengan menggunakan arang aktif (activated carbon). Adsorben yang telah bercampur dengan minyak dapat dipisahkan dengan cara penyaringan menggunakan filter press. Biasanya dalam filter press terdapat dua macam kain saring, yaitu kain goni (jute) pada bagian bawah dan kain katun (kapas) atau nilon pada bagian atas filter, dengan tekanan dalam filter press kurang lebih 3,0-3,5 kg/cm2. 2. Pemucatan minyak dengan bahan kimia Cara pemucatan ini banyak digunakan terhadap minyak untuk tujuan bahan pangan (edible fat), karena pemucatan secara kimia lebih baik dibandingkan dengan menggunakan adsorben. Keuntungan penggunaan bahan kimia sebagai bahan pemucat adalah karena hilangnya sebagian minyak yang dapat dihindarkan dan zat warna diubah menjadi zat tidak berwarna, yang tetap tinggal dalam minyak. Kerugiannya ialah karena kemungkinan terjadi reaksi antara bahan kimia dan trigliserida, sehingga menurunkan flavor minyak. Pemucatan dengan bahan kimia pada umumnya dibagi atas dua macam reaksi pemucatan, yaitu: i. Pemucatan dengan cara oksidasi Oksidasi terhadap zat warna akan mengurangi kerusakan trigliserida, akan tetapi asam lemak tidak jenuh cenderung membentuk peroksida atau drying oil karena proses oksidasi dan polimerisasi. Bahan kimia yang digunakan sebagai bahan pemucat adalah persenyawaan peroksida dikromat, ozon, klorin dan klorin dioksida. Pemucatan dengan peroksida: konsentrasi larutan peroksida yang digunakan biasanya 30- 40 persen dan jika konsentrasi peroksida lebih tinggi, maka minyak cendrung akan mengalami kerusakan karena proses oksidasi. Minyak yang dipucatkan dengan peroksida tidak perlu
  • 24. disaring: perosida baik digunakan untuk memucatkan minyak kacang tanah, minyak wijen, rape oil dan minyak ikan. Hidrogen peroksida dapat bereaksi dengan ion logam, sehingga wadah yang digunakan pada proses pemucatan harus dilapisi dengan email, aluminium, atau stainless steel. Jenis peroksida yang sering digunakan ialah natrium peroksida, kalsium peroksida atau benzoil peroksida. ii. Pemucatan dengan dikromat dan asam Bahan kimia yang digunakan ialah natrium atau kalium dikromat dalam asam mineral (an-organik). Reaksi antara dikromat dan asam akan membebaskan oksigen. Oksigen bebas bereaksi dengan asam klorida (HCl) akan menghasilkan klor (Cl2) yang berfungsi sebagai bahan pemucat, dengan reaksi sebagai berikut: Na2Cr2O7 + 4 H2SO4 NaSO4 + Cr2(SO4)3 + 4H2O + 3O ,Atau Na2Cr2O7 + 8HCl 2 NaCl + 2CrCl3 + 4 H2O + 3O 3O + 6 HCl 3 H2O + 3 Cl2 Setelah pereaksi ditambahkan, selanjutnya diaduk. Zat warna akan mengendap setelah pengadukan dihentikan. Pada umumnya warna ungu dalam minyak tidak dapat hilang, sehingga cara pemucatan dikromat banyak digunakan terhadap minyak untuk tujuan pembuatan sabun. Tangki pemucat yang terbuat dari logam harus diberi pelapis anti karat, karena pereaksi tersebut dapat menimbulkan karat pada logam. iii. Pemucatan dengan pemanas Pemanasan minyak dalam ruangan vakum pada suhu relatif tinggi, mempunyai pengaruh pemucatan. Cara ini kurang efektif terhadap minyak yang mengandung pigmen klorofil. Sebelum dilakukan pemanasan, sebaiknya minyak terlebih dahulu dibebaskan dari ion logam terutama ion besi, sabun, (soap stock) dan hasil-hasil oksidasi seperti peroksida, karena pemanasan terhadap bahan-bahan tersebut merupakan katalisator dalam proses oksidasi. iv. Pemucatan dengan cara reduksi Pemucatan dengan cara reduksi kurang efektif karena warna yang hilang dapat timbul kembali jika minyak tersebut terkena udara. Bahan kimia yang dapat mereduksi zat warna terdiri dari garam-garam natrium bisulfit atau natrium hidrosulfit yang dikenal dengan nama blankite. Pemakaian zat pereduksi ini biasanya dicampur dengan bahan kimia lain dengan perbandingan tertentu. Sebagai contoh ialah penggunaan campuran larutan natrium bisulfit 1,0 - 1,5 % dan larutan asam sulfat. Cara pemucatan ini umumnya dilakukan terhadap minyak yang digunakan untuk pembuatan sabun. Ekstraksi minyak yang tertinggal dalam adsorben Cara yang sederhana untuk mengestraksi minyak yang tertinggal dalam adsorben ialah mencampurkan adsorben tersebut dengan bahan yang akan diekstraksi minyaknya. Umumnya ada dua cara yang dapat digunakan untuk memperoleh kembali minyak yang tertinggal dalam adsorben yaitu sebagai berikut: a. Pemisahan minyak dengan Menggunakan Surface Active Agent
  • 25. Surface Active Agent yang digunakan adalah larutan alkali. Lemak dipisahkan dari adsorben dengan menggunakan larutan alkali encer yang dipanaskan pada suhu air mendidih (kira-kira 100oC) dengan tekanan 1 atmosfer. Larutan alkali dengan tegangan permukaan yang lebih rendah dan daya pembasah yang lebih besar akan mencuci minyak yang tergabung dalam adsorben. Minyak yang diperoleh lebih kurang sebanyak 70-75 persen dari jumlah minyak yang terdapat dalam adsorben. b. Ekstraksi dengan Pelarut Organik Pelarut organik dapat melarutkan dan mencuci minyak yang terdapat dalam adsorben, selanjutnya pelarut organik tersebut dipisahkan dari minyak dengan cara penyulingan pada suhu titik didih pelarut organik yang digunakan. Jika dibandingkan dengan cara pemisahan minyak menggunakan Surface Active Agent, maka penggunaan pelarut organik mempunyai beberapa keuntungan, yaitu sebagai berikut: Minyak yang dihasilkan mutunya lebih baik dan kadar minyak yng diperoleh mencapai 90-95 persen dari jumlah minyak yang terdapat dalam adsorben. Pengaruh uap air dan oksigen udara dapat dihindarkan sehingga kecil kemungkinan terjadinya proses hidrolisa dan oksidasi minyak. Kontak minyak dengan oksigen udara perlu dihindarkan terutama pada minyak yang mudah mengering ( drying oil), karena minyak tersebut jika dioksidasi pada suhu tinggi akan membentuk persenyawaan polimer yang berwarna gelap. 1.3. Kelebihan dan Kelemahan Proses Pemucatan 1. Kelemahan dan kelebihan proses pemucatan dengan adsorben Adanya kehilangan minyak dan daya pemucatannya kurang bagus jika dibandingkan dengan proses kimia. Kelebihannya tidak ada reaksi samping antara adsorben dan minyak, karena adsorben hanya bertindak sebagai zat penjerap. 2. Kelemahan dan kelebihan proses pemucatan dengan bahan kimia Kelemahannya adanya kemungkinan terjadinya reaksi antara bahan kimia dan trigliserida sehingga menurunkan flavor minyak. Kelebihan penggunaan bahan kimia dapat menghindari hilangnya sebagian minyak dan zat warna dapat dihilangkan mnjadi zat tidak berwarna. Deodorisasi Deodorisasi adalah suatu tahap proses pemurnian minyak yang bertujuan untuk menghilangkan bau dan rasa (flavor) yang tidak enak dalam minyak. Prinsip proses deodorisasi yaitu penyulingan minyak dengan uap panas dalam tekanan atmosfir atau keadaan vakum. Proses deodorisasi perlu dilakukan terhadap minyak yang akan digunakan untuk bahan pangan. Beberapa jenis minyak yang baru diekstrak mengandung flavor yang baik untuk tujuan bahan pangan, sehingga tidak memerlukan proses deodorisasi ; misalnya lemak susu, lemak babi, lemak coklat, dan minyak olive. Flavor dalam Minyak
  • 26. Senyawa yang menimbulkan flavor dalam minyak terdiri dari dua golongan, yaitu flavor alamiah (natural flavor) dan flavor yang dihasilkan dari kerusakan minyak atau bahan yang mengandung minyak. 1. Flavor Alamiah (natural flavor) Flavor tersebut secara alamiah terdapat dalam bahan yang mengandung minyak dan ikut terekstrak pada proses pemisahan minyak dengan cara pengepresan, rendering atau dengan ekstraksi menggunakan pelarut menguap. Senyawa tersebut terdiri dari hidrokarbon tidak jenuh, pigmen karotenoid, terpene, sterol dan tokoferol. Minyak yang berbau sengit (pungent odor) dan rasa getir disebaban oleh glukosida dan allyl thio sianoida. Senyawa ini banyak terdapat dalam minyak yang berasal dari biji-bijian, misalnya minyak brassica, rape seed, colza dan mustard. 2. Flavor yang Dihasilkan dari Kerusakan Minyak atau Bahan yang Mengandung Minyak Kerusakan tersebut terjadi selama pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, adanya kotoran dalam minyak dan pada proses pemurnian. Senyawa yang terbentuk merupakan hasil degradasi trigliserida dalam minyak, yang menghasilkan asam lemak bebas, aldehida dan keton, dikarbonil, alkohol dan sebagainya. Bau tengik dan rasa getir mulai dapat dirasakan jika komponen tersebut terdapat dalam minyak dengan jumlah lebih dari 0,1 persen dari berat minyak. Cara Deodorisasi Proses deodorisasi dilakukan dalam tabung baja yang tertutup dan dipasang vertikal. Proses deodorisasi dilakukan dengan cara memompakan minyak ke dalam ketel deodorisasi. Kemudian minyak tersebut dipanaskan pada suhu 200-250oC pada tekanan 1 atmosfer (gauge) dan selanjutnya pada tekanan rendah (lebih kurang 10 mmHg) sambil dialiri dengan uap panas selama 4-6 jam untuk mengangkut senyawa yang dapat menguap. Jika masih ada uap air yang tertinggal dalam minyak setelah pengaliran uap selesai, maka minyak tersebut perlu divakumkan pada tekanan yang turun lebih rendah. Pada suhu yang lebih tinggi, komponen yang menimbulkan bau dalam minyak akan lebih mudah menguap, sehingga komponen tersebut diangkut dari minyak bersama-sama uap panas. Penurunan tekanan selama proses deodorisasi akan mengurangi jumlah uap yang digunakan dan mencegah hidrolisa minyak oleh uap air. Setelah proses deodorisasi sempurna, minyak harus cepat didinginkan dengan mengalirkan air dingin melalui pipa pendingin sehingga suhu minyak turun menjadi lebih kurang 84oC dan selanjutnya ketel dibuka dan minyak dikeluarkan dari ketel. Hidrogenasi (Hydrogenation) Hidrogenasi adalah proses pengolahan minyak atau lemak dengan jalan menambahkan hidrogen pada ikatan rangkap dari asam lemak, sehingga akan mengurangi tingkat ketidakjenuhan minyak atau lemak. Selain itu, hidrogenasi pada minyak kedelai dapat meningkatkan titik cair, stabilitas minyak dari efek oksidasi dan kerusakan rasa dengan cara mengubah asam linolenat menjadi asam linoleat dan asam linoleat menjadi asam oleat.Proses hidrogenasi bertujuan untuk menjenuhkan ikatan rangkap darirantai karbon asam lemak pada minyak
  • 27. atau lemak. Proses hidrogenasi dilakukan dengan menggunakan hydrogen murni dan ditambahkan serbuk nikel sebagai katalisator. Mekanisme proses Hidrogenasi : H2 + R – CH = CH – CH2 – COOHR CH2 – CH2 – CH2 – CHOOH Ni Reaksi pada proses hidrogenasi terjadi pada permukaan katalis yang mengakibatkan reaksi antara molekul-molekul minyak dengan gas hidrogen. Nikel merupakan katalis yang sering digunakan dalam proses hidrogenasi daripada katalis yang lain (palladium, platina, copper chromite). Hal ini karena nikel lebih ekonomis dan lebih efisien daripada logam lainnya. Nikel juga mengandung sejumlah kecil Al dan Cu yang berfungsi sebagai promoter dalam proses hidrogenasi minyak. Hidrogenasi suatu lemak bersifat selektif, yaitu lemak dengan derajat ketidakjenuhan lebih tinggi akan lebih mudah terhidrogenasi. Misalnya hidrogenasi lemak yang mengandung linoleat, konversi linoleat menjadi oleat atau isomer – isomernya lebih banyak daripada konversi asam olet menjadi asam stearat. Hidrogenasi akan memberikan perbedaan derajat kekerasan (hardness) dari produk yang diinginkan. Hidrogenasi terjadi dalam tempat vakum yang berisi minyak dimana gas hidrogen akan keluar dalam bentuk gelembung halus selama pemanasan campuran dan agitasi. Ketika hidrogenasi yang diinginkan tercapai, maka campuran didinginkan dan katalis disaring. Sebagian sisa minyak yang terhidrogenasi akan berbentuk cair dan sebagian besar minyak kedelai akan mengeras (hardened). Inter-esterifikasi, adalah suatu reaksi dimana ester trigliserida atau ester asam lemak diubah menjadi ester lain melalui reaksi dengan alkohol, asam lemak, dan transesterifikasi. Interesterifikasi meliputi penataan ulang atau randomisasi residu asil dalam trigliserol dan selanjutnya menghasilkan lemak/minyak dengan sifat-sifat baru. Reaksi interesterifikasi merupakan reaksi pertukaran grup asil diantara ester-ester pada trigliserol. Interesterifikasi dapat dilakukan dengan dua proses yaitu pertukaran intramolekuler dan intermolekuler. Interesterifikasi dapat terjadi dengan adanya katalis kimia (interesterifikasi kimia) atau dengan adanya biokatalis enzim (interesterifikasi enzimatik). Penggunaan metoda ini dalam proses modifikasi lemak dan minyak dapat menghindarkan terbentuknya isomer trans.