Sebanyak 1,2 juta karyawan telah di-PHK. Jumlah tersebut akan terus bertambah jika Covid-19 berlangsung lebih lama. Para pekerja informal juga telah lama menganggur akibat aktivitas ekonomi yang menurun. Ketika tak ada kepastian sampai kapan kondisi akan pulih, nasib mereka semakin hari semakin terpuruk.
1. Waktu sebulan dua bulan bukanlah waktu yang pendek karena setiap hari
harus makan, minum, dan memenuhi kebutuhan dasar lainnya. Kelompok
miskin yang jumlahnya mencapai 24,79 juta jiwa paling mengalami
tekanan. Dalam situasi biasa saja, mereka kesusahan memenuhi
kebutuhan dasar hidup, apalagi ketika kesulitan semakin mendera.
Meminimalkan Dampak
Sosial Ekonomi Covid-19
2. 2
Sebanyak 1,2 juta karyawan telah di-
PHK. Jumlah tersebut akan terus
bertambah jika Covid-19 berlangsung
lebih lama. Para pekerja informal juga
telah lama menganggur akibat
aktivitas ekonomi yang menurun.
Ketika tak ada kepastian sampai
kapan kondisi akan pulih, nasib
mereka semakin hari semakin
terpuruk.
3. 3
Persoalan ekonomi, dapat menimbulkan
persoalan lanjutan lainnya seperti
peningkatan kejahatan. Akibat ketiadaan
uang, sebagian orang terpaksa melakukan
kejahatan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Apalagi dengan dilepaskannya
sekitar 30 ribu orang dari penjara, maka para
residivis akan kembali berulang. Berbagai
laporan media menunjukkan sejumlah
residivis kembali berulah dan akhirnya
ditangkap lagi. Rasa aman menjadi sesuatu
yang mahal.
4. 4
Menurut lembaga riset SMERU,
dengan asumsi risiko terburuk,
jumlah yang menjadi miskin bisa
bertambah sebesar 8,5 juta
sehingga totalnya menjadi 33,24
juta. Persoalan ekonomi merupakan
dampak paling dirasakan di luar
penyakit yang diderita oleh mereka
yang terjangkit Covid-19.
5. 5
Bahkan, jika berlangsung semakin
lama, dampak buruk sosial ekonomi
bisa lebih tinggi dibandingkan
dengan persoalan kesehatannya.
Banyak orang bisa mati karena
kesulitan makan atau meninggal
karena penyakit lain yang seharusnya
bisa ditangani tetapi menjadi tak
tertangani karena adanya Covid-19
Ini.
6. 6
Persoalan juga muncul dalam dunia
pendidikan akibat diliburkannya
lembaga pendidikan. Program belajar
dari rumah yang diselenggarakan
dari tingkat SD sampai dengan
perguruan tinggi tentu tidak akan
sama dengan ketika pelajar
berinteraksi dengan guru secara
langsung di sekolah atau kampus.
7. 7
Dalam jangka panjang,
persoalan kekurangan gizi
yang dialami oleh bayi yang
kini berada di usia kurang dari
tiga tahun akan memunculkan
risiko rendahnya kapasitas
fisik, intelektual, dan emosional
generasi tersebut.
8. 8
Apalagi bagi para pelajar yang
berasal dari keluarga miskin yang
memiliki keterbatasan mengakses
internet yang kini menjadi sarana
pembelajaran daring. Penanganan
masalah yang telah terjadi atau
potensi masalah yang muncul di
kemudian hari sangat tergantung
pada kapasitas pemerintah dalam
mengelola krisis saat ini.
9. 9
Kondisi ini akan mempengaruhi
daya saing mereka di masa
depan karena 1000 hari
pertama adalah usia emas
dalam perkembangan otak.
Stunting telah menjadi
persoalan yang hingga kini
belum terpecahkan di Indonesia.
10. 10
Karena keterbatasan jumlah
penerima bantuan, sementara
mereka yang membutuhkan lebih
banyak, konflik rawan terjadi. Ketua
RT dan RW menjadi pihak yang
paling banyak menjadi sasaran
keluhan masyarakat soal pemberian
bantuan ini. Ada yang merasa
berhak, tetapi tidak mendapatkan.
11. 11
Kesigapan dalam menangani
Covid-19, yang merupakan hulu dari
persoalan-persoalan lainnya,
menjadi kunci penyelesaian
persoalan lainnya. Kebijakan
stimulus yang tepat dari sisi
program maupun sasarannya
menentukan dampak yang diterima
oleh masyarakat.
12. 12
Internet telah mendiseminasi
pengetahuan dari yang dulunya
hanya bisa diakses oleh orang-orang
tertentu menjadi barang yang dapat
diakses oleh siapa saja. Tinggal
kemauan dari masing-masing orang
untuk memanfaatkannya, bukan
ketersediaan materi pelatihan.
Pembagian bantuan di tingkat akar
rumput tak kalah kompleks.
13. 13
Dalam masyarakat yang religius
seperti Indonesia, organisasi
agama atau tokoh agama
memiliki peran penting untuk
memberi panduan masyarakat.
Pesan-pesan yang mereka
sampaikan jauh lebih diterima
dibandingkan oleh pihak lainnya.
14. 14
Dalam situasi sulit seperti ini,
kebersamaan dan
kegotongroyongan dapat
menjadi senjata ampuh. Dari
zaman ke zaman, manusia
selamat dari bencana besar
karena kekompakan dalam
menyelesaikan masalah.
15. 15
Dari sisi kesehatan, kerja sama
masyarakat mampu mencegah
persebaran masif virus ini
seperti menjaga jarak sosial.
Dari sisi ekonomi, maka orang-
orang yang berkecukupan
memiliki kewajiban untuk
membantu mereka yang miskin.
16. 16
Hal ini akan memunculkan
solidaritas sosial yang secara
psikologis akan menguatkan
masyarakat dalam
menghadapi krisis. Mereka
akan merasa tidak sendirian
dalam menghadapi
persoalan pelik ini.
17. 17
Jika semua pihak terlibat dalam
penanganan penyakit ini dan
meminimalisasi dampak sosial
ekonominya, maka kita akan
mampu bertahan dalam situasi
sulit ini. Bahkan akan menjadi
bangsa yang lebih kuat ketika
mampu mengatasi penyakit ini
dengan baik.
18. 18
Tanpa diminta, Organisasi agama di
seluruh tingkatan telah turun tangan
untuk membantu masyarakat, baik
pemberian bantuan natura seperti
sembako, penyemprotan disinfektan,
atau imbauan-imbauan untuk
menjaga kesehatan seperti tidak
mudik, mengganti shalat Jumat
dengan shalat Dhuhur di rumah, dan
lainnya.