1. Dokumen ini membahas tentang asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosis colitis ulseratif dan peritonitis.
2. Beberapa penyebab colitis ulseratif dan peritonitis dijelaskan seperti faktor genetik, lingkungan, dan infeksi.
3. Asuhan keperawatan mencakup pengkajian, intervensi seperti penggantian cairan, nutrisi, dan analgesik, serta evaluasi.
1. 1. IKHA HARIYATI
2. RUT APRILIA KARTINI
3. SYAHRIL MUSTHOFA
ASKEP KMB
‘PADA KLIEN DENGAN COLITIS
ULSERATIF dan PERITONITIS’
2. LAPORAN PENDAHULUAN
DEFINISI
Kolitis ulseratif adalah penyakit yang
menyebabkan peradangan dan luka, di lapisan
rektum dan usus besar, kemudian perdarahan dan
menghasilkan nanah dan peradangan pada usus
besar.
3. ETIOLOGI
Beberapa fakor yang dicurigai menjadi
penyebab terjadinya colitis ulseratif diantaranya
adalah : hipersensitifitas terhadap factor
lingkungan dan makanan, interaksi imun tubuh
dan bakteri yang tidak berhasil (awal dari
terbentuknya ulkus), dan stress pada
peningkatan asam lambung.
4. FAKTOR PENCETUS TERJADINYA COLITIS ULCERATIVE
1. Faktor-faktor genetik
Agregasi dari kolitis ulserativa dalam
keluarga.
Penanda genetik dan keterkaitan
5. 2. Faktor-faktor lingkungan
Banyak hipotesis telah dibesarkan contributants
lingkungan ke patogenesis ulseratif kolitis yang meliputi:
a) Diet: Sebagai usus besar terkena banyak zat-zat
makanan yang dapat mendorong peradangan, faktorfaktor diet yang telah dihipotesiskan untuk memainkan
peran dalam patogenesis dari kedua ulcerative colitis dan
penyakit Crohn. Ada beberapa studi untuk menyelidiki
seperti asosiasi, tetapi satu studi menunjukkan tidak ada
asosiasi olahan gula pada prevalensi kolitis ulserativa.
6. b) Diet: Sebuah beragi diet rendah serat
makanan dapat mempengaruhi insiden kolitis
ulserativa.
c) Menyusui: Ada laporan yang saling
bertentangan perlindungan menyusui dalam
perkembangan penyakit inflamasi usus
7. MANIFESTASI KLINIK
Kebanyakan gejala Colitis ulserativa pada awalnya adalah berupa
buang air besar yang lebih sering. Gejala yang paling umum dari kolitis ulseratif
adalah sakit perut dan diare berdarah. Pasien juga dapat mengalami:
•
Anemia
•
Fatigue/ Kelelahan
•
Berat badan menurun
•
Hilangnya nafsu makan
•
Hilangnya cairan tubuh dan nutrisi
•
Buang air besar beberapa kali dalam sehari (10-20 kali sehari)
•
Terdapat darah dan nanah dalam kotoran.
•
Perdarahan rektum (anus).
•
Rasa tidak enak di bagian perut.
•
Mendadak perut terasa mulas.
•
Kram perut.
•
Rasa sakit yang hilang timbul pada rectum
•
Anoreksia
•
Dorongan untuk defekasi
•
Hipokalsemia
8. ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Anamnesa
a) Identitas Pasien
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, alamat, dll.
b) Identitas Penanggung Jawab
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, alamat, dll.
c) Riwayat Penyakit Sekarang
DO : Fatigue (+), anoreksia(+), weakness (+)
DS : Klien mengatakan sudah diare selama 2 minggu, 5 hari terakhir
terdapat darah dan lendir pada feses, perut terasa nyeri di kuadran kiri
bawah.
9. d) Riwayat Penyakit Dahulu;
Klien mengatakan pernah mengalami penyakit
seperti ini setengah tahun yang lalu.
2. Pemeriksaan Fisik
•
Inspeksi
•
Auskultasi
•
Palpasi
•
Perkusi
10. 3. Diagnosa Keperawatan
a) Diare berhubungan dengan proses inflamasi, iritasi atau
malabsopsi .
b) Nyeri abdomen di quadran kiri bawah berhubungan
dengan iritasi pada colon.
c) Feses berlendir dan bercampur darah berhubungan
dengan terjadinya infeksi dan iritasi pada kolon
d) Kurangnya nafsu makan berhubungan dengan rasa mual.
e) Nyeri abdomen, berhubungan dengan peningkatan
peristatik dan inflamasi.
f) Kurang volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
anoreksia, mual, dan diare.
g) Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan pembatasan diet dan mual.
11. 4. Implementasi
Tujuan utama mencakup mendapatkan eliminasi
usus normal, hilangnya nyeri abdomen, dan
keram, mencegah kekurangan volume cairan,
mempertahankan nutrisi dan berat badan
optimal, menghindari keletihan, penurunan
anxietas, mencegah kerusakan kulit,
mendapatkan pengetahuan dan pembahasan
tentang proses penyakit dan program terapeutik
dan tidak adanya komplikasi.
12. 5. Intervensi
§ Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi, atau metebolisme usus, dan
adanya toksin.
Intervensi:
1. Observasi dan catat frekuensi defekasi, karakteristik, jumlah dan faktor
pencetus.
Rasional: membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya
episode.
2. Buang feses dengan cepat, berikan pengharum ruangan.
Rasional: menurunkan bau tak sedap untuk menghindari rasa malu pasien.
3. Identifikasi makanan dan cairan yang mencetus diare, mis sayuran segar dan
buah, sereal, bumbu, minuman karbonat, produk susu.
Rasional: menghindari iritan meningkatkan istrahat usus.
4. Observasi demam, takikardia, letargi, leukositosis, penurunan protein serum,
ansietas, dan kelesuan.
Rasional: tanda bahwa toksik megakolon atau perforasi dan peritonitis akan
terjadi/ telah terjadi memerlukan intervensi medik segera.
13. § Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan pemasukan
terbatas (mual).
Intervensi:
1. Awasi masukan dan pengeluaran, karakter dan jumlah feses; perkiraan
kehilangan yang terlihat, misalanya berkeringat, ukur berat jenis urine,
observasi oliguria.
Rasional: memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi ginjal,
kontrol penyakit usus juga merupakan pedoman untuk penggantian cairan.
2. Observasi TTV(TD, nadi, suhu)
Rasional: hipotensi, takikardia, demam dapat menunjukkan respon terhadap
dan atau efek kehilangan cairan.
3. Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan tugor
kulit, pengisian kapiler lambat
Rasional: menunjukan kehilangan cairan berlebihan/dehidrasi.
4. Ukur BB tiap hari
Rasional: indikator cairan dan status nutrisi
5. Observasi perdarahan dan tes feses tiap hari untuk melihat adanya darah
samar.
Rasional: diet tak adekuat dan penurunan obsorpsi dapat menimbulkan
defisiensi vitamin K dan merusak koagulasi, potensial resiko perdarahan.
14. § Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ganguan absorbsi nutrien.
Intervensi:
1. Timbang berat badan tiap hari.
Rasional: memberikan informasi tentang kebutuhan
diet/keefektifan terapi.
2. Dorong tirang baring dan/atau pembatasan aktivitas selama
fase sakit akut.
Rasional: menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah
penurunan kalori dan simpanan energi.
3. Anjurkan istrahat sebelum makan.
Rasional: menenangkan peristaltik dan meningkatkan energi
untuk makan.
4. Berikan kebersihan oral.
Rasional: mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa
makanan.
15. § Ansietas berhubungan dengan faktor psikologis, dan
ancaman terhadap perubahan status kesehatan.
Intervensi:
1. Dorong menyatakan perasaan. Berikan umpan balik
Rasional: membuat hubungan terapeutik. Membantu pasien/
orang terdekat dalam mengidentifikasi masalah yang
menyebabkan stres
2. Akui bahwa ansietas dan masalah mirip dengan yang
diekspresikan orang lain. Tingkatkan perhatian mendengar
pasien.
Rasional: validasi bahwa perasaan normal dapat membantu
menurunkan stres/isolasi dan menyakini bahwa “ saya satusatunya.
3. Berikan lingkungan tenang dan istrahat.
Rasional: memindahkan pasien dari stres luar meningkatkan
relaksasi, membantu menurunkan ansietas.
16. § Nyeri berhubungan dengan diare lama, dan iritasi
kulit/jaringan.
Intervensi:
1. Dorong pasien untuk melaporkan nyeri.
Rasional: mencoba untuk mentoleransi nyeri, daripada
meminta analgesik.
2. Kaji ulang faktor-faktor yang meningkatkan atau
menghindarkan nyeri.
Rasional: dapat menunjukkan dengan tepat pencetus atau
faktor pemberat (seperti kejadian stres, tidak toleran terhadap
makanan) atau mengidentifikasi terjadinya komplikasi
3. Berikan tindakan nyaman (misal : pijatan punggung, ubah
posisi) dan aktivitas senggang
Rasional: meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali
perhatian, dan meningkatkan kemampuan koping.
17. Evaluasi
Pada diagnosis kolitis ulserative kronis, pemeriksaan feses
yang cermat dilakukan untuk membedakannya dengan
disentri yang di sebabkan oleh organisme usus umum,
khususnya entamoeba histolityca. Feses positif terhadap
darah. Tes laboratorium akan menunjukkan hematokrik dan
hemoglobin yang rendah, peningkatan hitung darah lengkap,
albumin rendah, dan ketidakseimbangna elektrorit.
Sigmoidoskopi dan enemabarium dapat membedakan kondisi
ini dari penyakit kolon yang lain dengan gejala yang serupa.
Enema barium akan menunjukkan iregularitas mukosal,
pemendekkan kolon, dan dilatasi lengkung usus.
19. Definisi Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan yang biasanya
disebabkan oleh infeksi pada selaput rongga perut (
peritoneum ). Selain itu Peritonitis merupakan
peradangan membrane serosa rongga abdomen
dan organ-organ yang terkandung di dalamnya.
Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang
membungkus organ perut dan dinding perut
sebelah dalam.
20. Penyebab Peritonitis
Penyebab utama peritonitis adalah spontaneous bacterial
peritonitis (SBP) akibat penyakit hati yang kronik. Peritonitis
bisa terjadi karena proses infeksi atau proses steril dalam
abdomen melalui perforasi dinding perut, misalnya pada
rupture apendiks atau divertikulum colon. Penyakit ini juga
terjadi karena adanya iritasi bahan kimia, misalnya asam
lambung dari perforasi ulkus gastrikum atau kandung empedu
dari kantong yang pecah atau hepar yang mengalami laserasi.
Pada wanita, peritonitis juga terjadi terutama karena terdapat
infeksi tuba falopi atau rupture kista ovarium.
Penyebab lain dari peritonitis adalah penyebaran infeksi dari
organ perut yang terinfeksi. Yang sering menyebabkan
peritonitis adalah perforasi lambung, usus, kandung empedu
atau usus buntu.
21. Tanda dan Gejala Peritonitis
Tanda dan gejala peritonitis tergantung pada jenis dan
penyebaran infeksinya. Infeksi dapat meninggalkan jaringan
parut dalam bentuk pita jaringan (perlengketan, adhesi) yang
akhirnya bisa menyumbat usus. Gejalanya bisa berupa:
muntah darah,
mengeluarkan tinja yang kehitaman, mengeluarkan darah
dari rectum. Tinja yang kehitaman biasanya merupakan akibat
dari perdarahan di saluran pencernaan bagian atas, misalnya
lambung atau usus dua belas jari. Warna hitam terjadi karena
darah tercemar oleh asam lambung dan oleh pencernaan
kuman selama beberapa jam sebelum keluar dari tubuh.
Penderita dengan perdarahan jangka panjang, bisa
menunjukkan gejala-gejala anemia, seperti mudah lelah,
terlihat pucat, nyeri dada dan pusing.
22. Terapi Peritonitis
Prinsip umum terapi adalah pengganti cairan dan elektrolit yang hilang
yang dilakukan secara intravena, pemberian antibiotika yang sesuai,
dekompresi saluran cerna dengan penghisapan nasogastrik dan
intestinal, pembuangan focus septic (apendiks, dsb) atau penyebab
radang lainnya, bila mungkin mengalirkan nanah keluar dan tindakantindakan menghilangkan nyeri.
Laparatomi
Laparatomi merupakan operasi yang dilakukan untuk
membuka abdomem (bagian perut). Laparatomi dilakukan untuk
memeriksa beberapa organ di abdomen sebelah bawah dan pelvis
(rongga panggul). Operasi ini juga dilakukan sebelum melakukan
operasi pembedahan mikro pada tuba falopi. Pembukaan rongga perut
lewat irisan dibagian depan perut untuk visualisasi isi rongga perut,
puntiran usus, kebocoran usus, maupun untuk memperbaiki keadaankeadaan tertentu di rongga perut.
24. b. Keadaan Umum
Keadaan umum baik. Kesadaran
komposmentis. Penampilan pasien sesuai
dengan umurnya. Bentuk badan sedang, bicara
jelas, namun terkadang disertai dengan
merintih. Pasien berbaring dan bergerak
terbatas. Penampilan pasien terlihat kumuh dan
kotor. Pasien terlihat pucat dan berkeringat.
25. c. Kulit, Kuku, Rambut
Warna kulit normal. Tidak terdapat lesi.
Warna kuku kemerahan. Jumlah rambut banyak
dan merata.
Suhu tubuh teraba hangat, membrane mukosa
kering, turgor kulit jelek.
26. d. Kepala
Muka simetris, tidak ada kelainan bentuk pada
tengkorak.rambut kuat, berwarna hitam, dan
distribusinya merata. Kulit kepala kotor dan
terdapat ketombe.
Tidak ada nyeri tekan maupun massa pada kepala.
e. Mata
Reflek pupil (+), konjungtiva berwarna merah
muda, sclera berwarna kemerahan, iris berwarna
coklat.
27. f. Telinga
Daun telinga sewarna dengan bagian tubuh lain.
Terdapat serumen pada liang telinga, telinga kotor. Catilago
pada daun telinga bersifat elastis, tidak terdapat nyeri tekan
pada prosesus mastoideus. Pendengaran normal/tidak tuli.
g. Hidung
Hidung simetris, tidak terdapat secret, perdarahan,
maupun sumbatan. Hidung sewarna dengan bagian tubuh lain.
Tidak terdapat massa, nyeri tekan, maupun krepitasi.
h. Mulut
Bibir tidak sianosis. Terdapat plaque dan caries pada
gigi. Membrane mukosa kering dan lidah bengkak. Mulut kotor
dan berbau.
28. i. Leher
Leher simetris dan sewarna dengan bagian tubuh lain. Tidak ada
pembengkakan, gerakan bebas.
Tidak terdapat massa dan nyeri tekan.
j. Dada
Terdapat peninggian diafragma, dada sewarna dengan bagian
tubuh lain. Tidak ada massa maupun nyeri tekan. Payudara simetris,
bentuk normal, dan sewarna dengan bagian tubuh lain. Tidak terdapat
lesi maupun keluaran.
k. Abdomen
Bentuk abdomen normal dan simetris, sewarna dengan bagian
tubuh lainnya.
Terdapat luka bekas operasi laparatomi. Abdomen teraba agak kaku
(distensi abdomen). Pada perkusi terdengar bunyi timpani/hiperesonan.
Terdapat nyeri tekan pada abdomen. Terjadi penurunan peristaltic usus.
29. l. Anus dan Rektum
Tidak terdapat nyeri tekan, massa, maupun
hemoroid.
2. Pemeriksaan Penunjang
a.Pemeriksaan protein/albumin
Protein/albumin menurun karena perpindahan
cairan.
b. Pemeriksaan amylase
Amilase mengalami peningkatan.
c. Pemeriksaan elektrolit
Hipokalemia.
30. d. Kultur
Organisme penyebab peritonitis teridentifikasi dari
darah, eksudat/secret,
dan cairan asites.
e. Pemeriksaan foto abdominal
Distensi usus.
f. Foto dada
Peninggian diafragma.
31. DIAGNOSA
1.Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi : rangsangan
peritoneum oleh asam lambung empedu dan enzim pacreas
2.Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalan dalam
mekanisme pengaturan
3.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan tidak mampuan memasukkan makanan karena
factor biologi
4.Gangguan pola tidur berhubungan dengan hal yang mengakibatkan
terjaga : nyeri
5.Kurang perawatan diri mandi / higyen berhubungan dengan nyeri
dan kelemahan
6.Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif : tindakan
laparatomi
32. Diagnosa No.1 :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam.
Diharapkan nyeri dapat berkurang dengan kriteria hasil :
Intervensi
Rasional
Lakukan pengkjian nyeri secara komperhensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan factor presipitasi
Perubahan dalam lokasi/intensitas tidak umum
tetapi dapat menunjukkkan terjadinya
komplikasi
Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri pasien
Agar dapat melakukan tindakan pencegahan
nyeri
Ajarkan tentang tehnik non farmakologi
( relaksasi dan distraksi)
Meningkatkan oksigenasi ke otak dan
mengalihkan perhatian klien
Tentukan analgesic pilihan, rute pemberian
dan dosis optimal
Mengurangi nyeri yang dirasakan
Evaluasi aktifitas analgetik tanda dan gejala
(efek samping)
Memantau apakah pemberian analgetik perlu
diteruskan
33. Diagnosa No.2:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam. Diharapkan kebutuhan
akan cairan dapat terpenuhi dengan kriteria hasil :
Intervensi
Rasional
Monitor tanda-tanda vital
Tanda yang membantu mengidentifikasi
fluktasi volume intravascular
Monitor status dehidrasi
Menunjukkan status hidrasi dan perubahan
pada fungsi ginjal, yang mewaspadakan
terjadinya gagal ginjal.
Monitor intake dan output
Mempertahankan volume sirkulasi dan
keseimbangan elektrolit
Monitor hasil laboratorium berhubungan
dengan retensi cairan (peningkatan BUN,
penurunan hematokrit)
Memberikan informasi berbagai gangguan
dengan konsekuensi tertentu pada fungsi
sistemik sebagai akibat dari perpindahan
cairan
34. Diagnosa No.3 :
Setelah dilkukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam, diharapkan kebutuhan
nutrisi dapat terpenuhi dengan kriteria hasil :
Intervensi
Rasional
Ajarkan dan tanamkan konsep nutrisi sehat
kepada pasien.
Mempengaruhi pasien untuk meningkatkan
nafsu makan.
Catat intake dan output cairan.
Memastikan keseimbangan intake dan output.
Catat intake kalori dalam makanan sehari-hari.
Memastikan pasien mendapat cukup kalori
untuk menunjang aktivitas.
Berikan pilihan makanan.
Meningkatkan nafsu makan dengan
memberikan makanan yang disukai.
Berikan makanan berprotein tinggi, kalori
tinggi, bergizi, dan minum.
Menjaga asupan nutrisi untuk sumber energi.
Berikan perawatan mulut sebelum makan.
Menghilangkan ketidaknyamanan pada mulut.
35. Diagnosa No.4 :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam, pola tidur lebih baik dari
sebelumnya dengan criteria hasil :
Intervensi
Rasional
Pantau pola tidur dan lamanya tidur pasien.
Mengetahui pola tidur dan lamanya tidur
pasien.
Ciptakan lingkungan untuk mendukung tidur
pasien.
Menciptakan kenyamanan.
Berikan pijatan nyaman.
Memberikan kenyamanan.
Anjurkan peningkatan lamanya tidur.
Agar kebutuhan tidur terpenuhi.
Berikan obat tidur.
Memudahkan pasien untuk tidur.
Diskusikan dengan pasien dan keluarga
mengenai kenyamanan, teknik peningkatan
Memberikan tindakan yang tepat dalam hal
peningkatan tidur.
36. Diagnosa No.5 :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, penampilan lebih
baik dan bersih dari sebelumnya dengan criteria :
Intervensi
Rasional
Bantu mandi di tempat tidur.
Mempertahankan kebersihan diri pasien.
Mandikan dengan air dengan suhu yang
nyaman.
Meningkatkan kenyamanan pada pasien.
Pantau kondisi kulit ketika mandi
Memantau apakah ada infeksi/luka pada kulit.
Pantau kemampuan fungsi tubuh ketika
mandi.
Untuk menunjang aktivitas pasien
Bantu pasien sampai benar-benar mampu
melakukan perawatan diri.
Mempertahankan kebersihan diri pasien.
37. Diagnosa No.6 :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam, diharapkan klien
tidak terjadi infeksi dengan kriteria hasil :
Intervensi
Rasional
Observasi dan laporkan tanda dan gejala
Agar dapat melakukan tindakan yang tepat
infeksi seperti kemerahan, panas, nyeri, tumor, sesuai kondisi klien
dan adanya fungsiolaisa.
Kaji warna kulit, kelembaban tekstur, turgor,
Untuk menentukan rencana keperawatan
cuci kulit dengan hati-hati, gunakan hidrasi dan selanjutnya
pelembab seluruh muka
Gunakan setandar precaution dan gunakan
srung tangan selama kontak dengan darah,
membrane mukosa yang tidak utuh
Untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial
Ajari pasien dan keluarga tentang tanda-tanda
gejala infeksi dan kalau terjadi untuk melapor
kepada perawat
Agar keluarga mengetahui factor penyebab
infeksi
Berikan terapi antibiotic sesuai instruksi
Untuk mencegah infeksI