SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 38
1. IKHA HARIYATI
2. RUT APRILIA KARTINI
3. SYAHRIL MUSTHOFA

ASKEP KMB
‘PADA KLIEN DENGAN COLITIS
ULSERATIF dan PERITONITIS’
LAPORAN PENDAHULUAN
DEFINISI
Kolitis ulseratif adalah penyakit yang
menyebabkan peradangan dan luka, di lapisan
rektum dan usus besar, kemudian perdarahan dan
menghasilkan nanah dan peradangan pada usus
besar.
ETIOLOGI
Beberapa fakor yang dicurigai menjadi
penyebab terjadinya colitis ulseratif diantaranya
adalah : hipersensitifitas terhadap factor
lingkungan dan makanan, interaksi imun tubuh
dan bakteri yang tidak berhasil (awal dari
terbentuknya ulkus), dan stress pada
peningkatan asam lambung.
FAKTOR PENCETUS TERJADINYA COLITIS ULCERATIVE

1. Faktor-faktor genetik
 Agregasi dari kolitis ulserativa dalam
keluarga.
 Penanda genetik dan keterkaitan
2. Faktor-faktor lingkungan
Banyak hipotesis telah dibesarkan contributants
lingkungan ke patogenesis ulseratif kolitis yang meliputi:
a) Diet: Sebagai usus besar terkena banyak zat-zat
makanan yang dapat mendorong peradangan, faktorfaktor diet yang telah dihipotesiskan untuk memainkan
peran dalam patogenesis dari kedua ulcerative colitis dan
penyakit Crohn. Ada beberapa studi untuk menyelidiki
seperti asosiasi, tetapi satu studi menunjukkan tidak ada
asosiasi olahan gula pada prevalensi kolitis ulserativa.
b) Diet: Sebuah beragi diet rendah serat
makanan dapat mempengaruhi insiden kolitis
ulserativa.
c) Menyusui: Ada laporan yang saling
bertentangan perlindungan menyusui dalam
perkembangan penyakit inflamasi usus
MANIFESTASI KLINIK
Kebanyakan gejala Colitis ulserativa pada awalnya adalah berupa
buang air besar yang lebih sering. Gejala yang paling umum dari kolitis ulseratif
adalah sakit perut dan diare berdarah. Pasien juga dapat mengalami:
•
Anemia
•
Fatigue/ Kelelahan
•
Berat badan menurun
•
Hilangnya nafsu makan
•
Hilangnya cairan tubuh dan nutrisi
•
Buang air besar beberapa kali dalam sehari (10-20 kali sehari)
•
Terdapat darah dan nanah dalam kotoran.
•
Perdarahan rektum (anus).
•
Rasa tidak enak di bagian perut.
•
Mendadak perut terasa mulas.
•
Kram perut.
•
Rasa sakit yang hilang timbul pada rectum
•
Anoreksia
•
Dorongan untuk defekasi
•
Hipokalsemia
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Anamnesa
a) Identitas Pasien
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, alamat, dll.
b) Identitas Penanggung Jawab
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, alamat, dll.
c) Riwayat Penyakit Sekarang
DO : Fatigue (+), anoreksia(+), weakness (+)
DS : Klien mengatakan sudah diare selama 2 minggu, 5 hari terakhir
terdapat darah dan lendir pada feses, perut terasa nyeri di kuadran kiri
bawah.
d) Riwayat Penyakit Dahulu;
Klien mengatakan pernah mengalami penyakit
seperti ini setengah tahun yang lalu.
2. Pemeriksaan Fisik
•
Inspeksi
•
Auskultasi
•
Palpasi
•
Perkusi
3. Diagnosa Keperawatan

a) Diare berhubungan dengan proses inflamasi, iritasi atau
malabsopsi .
b) Nyeri abdomen di quadran kiri bawah berhubungan
dengan iritasi pada colon.
c) Feses berlendir dan bercampur darah berhubungan
dengan terjadinya infeksi dan iritasi pada kolon
d) Kurangnya nafsu makan berhubungan dengan rasa mual.
e) Nyeri abdomen, berhubungan dengan peningkatan
peristatik dan inflamasi.
f) Kurang volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
anoreksia, mual, dan diare.
g) Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan pembatasan diet dan mual.
4. Implementasi
Tujuan utama mencakup mendapatkan eliminasi
usus normal, hilangnya nyeri abdomen, dan
keram, mencegah kekurangan volume cairan,
mempertahankan nutrisi dan berat badan
optimal, menghindari keletihan, penurunan
anxietas, mencegah kerusakan kulit,
mendapatkan pengetahuan dan pembahasan
tentang proses penyakit dan program terapeutik
dan tidak adanya komplikasi.
5. Intervensi
§ Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi, atau metebolisme usus, dan
adanya toksin.
Intervensi:
1. Observasi dan catat frekuensi defekasi, karakteristik, jumlah dan faktor
pencetus.
Rasional: membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya
episode.
2. Buang feses dengan cepat, berikan pengharum ruangan.
Rasional: menurunkan bau tak sedap untuk menghindari rasa malu pasien.
3. Identifikasi makanan dan cairan yang mencetus diare, mis sayuran segar dan
buah, sereal, bumbu, minuman karbonat, produk susu.
Rasional: menghindari iritan meningkatkan istrahat usus.
4. Observasi demam, takikardia, letargi, leukositosis, penurunan protein serum,
ansietas, dan kelesuan.
Rasional: tanda bahwa toksik megakolon atau perforasi dan peritonitis akan
terjadi/ telah terjadi memerlukan intervensi medik segera.
§ Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan pemasukan
terbatas (mual).
Intervensi:
1. Awasi masukan dan pengeluaran, karakter dan jumlah feses; perkiraan
kehilangan yang terlihat, misalanya berkeringat, ukur berat jenis urine,
observasi oliguria.
Rasional: memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi ginjal,
kontrol penyakit usus juga merupakan pedoman untuk penggantian cairan.
2. Observasi TTV(TD, nadi, suhu)
Rasional: hipotensi, takikardia, demam dapat menunjukkan respon terhadap
dan atau efek kehilangan cairan.
3. Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan tugor
kulit, pengisian kapiler lambat
Rasional: menunjukan kehilangan cairan berlebihan/dehidrasi.
4. Ukur BB tiap hari
Rasional: indikator cairan dan status nutrisi
5. Observasi perdarahan dan tes feses tiap hari untuk melihat adanya darah
samar.
Rasional: diet tak adekuat dan penurunan obsorpsi dapat menimbulkan
defisiensi vitamin K dan merusak koagulasi, potensial resiko perdarahan.
§ Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ganguan absorbsi nutrien.
Intervensi:
1. Timbang berat badan tiap hari.
Rasional: memberikan informasi tentang kebutuhan
diet/keefektifan terapi.
2. Dorong tirang baring dan/atau pembatasan aktivitas selama
fase sakit akut.
Rasional: menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah
penurunan kalori dan simpanan energi.
3. Anjurkan istrahat sebelum makan.
Rasional: menenangkan peristaltik dan meningkatkan energi
untuk makan.
4. Berikan kebersihan oral.
Rasional: mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa
makanan.
§ Ansietas berhubungan dengan faktor psikologis, dan
ancaman terhadap perubahan status kesehatan.
Intervensi:
1. Dorong menyatakan perasaan. Berikan umpan balik
Rasional: membuat hubungan terapeutik. Membantu pasien/
orang terdekat dalam mengidentifikasi masalah yang
menyebabkan stres
2. Akui bahwa ansietas dan masalah mirip dengan yang
diekspresikan orang lain. Tingkatkan perhatian mendengar
pasien.
Rasional: validasi bahwa perasaan normal dapat membantu
menurunkan stres/isolasi dan menyakini bahwa “ saya satusatunya.
3. Berikan lingkungan tenang dan istrahat.
Rasional: memindahkan pasien dari stres luar meningkatkan
relaksasi, membantu menurunkan ansietas.
§ Nyeri berhubungan dengan diare lama, dan iritasi
kulit/jaringan.
Intervensi:
1. Dorong pasien untuk melaporkan nyeri.
Rasional: mencoba untuk mentoleransi nyeri, daripada
meminta analgesik.
2. Kaji ulang faktor-faktor yang meningkatkan atau
menghindarkan nyeri.
Rasional: dapat menunjukkan dengan tepat pencetus atau
faktor pemberat (seperti kejadian stres, tidak toleran terhadap
makanan) atau mengidentifikasi terjadinya komplikasi
3. Berikan tindakan nyaman (misal : pijatan punggung, ubah
posisi) dan aktivitas senggang
Rasional: meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali
perhatian, dan meningkatkan kemampuan koping.
Evaluasi
Pada diagnosis kolitis ulserative kronis, pemeriksaan feses
yang cermat dilakukan untuk membedakannya dengan
disentri yang di sebabkan oleh organisme usus umum,
khususnya entamoeba histolityca. Feses positif terhadap
darah. Tes laboratorium akan menunjukkan hematokrik dan
hemoglobin yang rendah, peningkatan hitung darah lengkap,
albumin rendah, dan ketidakseimbangna elektrorit.
Sigmoidoskopi dan enemabarium dapat membedakan kondisi
ini dari penyakit kolon yang lain dengan gejala yang serupa.
Enema barium akan menunjukkan iregularitas mukosal,
pemendekkan kolon, dan dilatasi lengkung usus.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
PERITONITIS
Definisi Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan yang biasanya
disebabkan oleh infeksi pada selaput rongga perut (
peritoneum ). Selain itu Peritonitis merupakan
peradangan membrane serosa rongga abdomen
dan organ-organ yang terkandung di dalamnya.
Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang
membungkus organ perut dan dinding perut
sebelah dalam.
Penyebab Peritonitis
Penyebab utama peritonitis adalah spontaneous bacterial
peritonitis (SBP) akibat penyakit hati yang kronik. Peritonitis
bisa terjadi karena proses infeksi atau proses steril dalam
abdomen melalui perforasi dinding perut, misalnya pada
rupture apendiks atau divertikulum colon. Penyakit ini juga
terjadi karena adanya iritasi bahan kimia, misalnya asam
lambung dari perforasi ulkus gastrikum atau kandung empedu
dari kantong yang pecah atau hepar yang mengalami laserasi.
Pada wanita, peritonitis juga terjadi terutama karena terdapat
infeksi tuba falopi atau rupture kista ovarium.
Penyebab lain dari peritonitis adalah penyebaran infeksi dari
organ perut yang terinfeksi. Yang sering menyebabkan
peritonitis adalah perforasi lambung, usus, kandung empedu
atau usus buntu.
Tanda dan Gejala Peritonitis
Tanda dan gejala peritonitis tergantung pada jenis dan
penyebaran infeksinya. Infeksi dapat meninggalkan jaringan
parut dalam bentuk pita jaringan (perlengketan, adhesi) yang
akhirnya bisa menyumbat usus. Gejalanya bisa berupa:
muntah darah,
mengeluarkan tinja yang kehitaman, mengeluarkan darah
dari rectum. Tinja yang kehitaman biasanya merupakan akibat
dari perdarahan di saluran pencernaan bagian atas, misalnya
lambung atau usus dua belas jari. Warna hitam terjadi karena
darah tercemar oleh asam lambung dan oleh pencernaan
kuman selama beberapa jam sebelum keluar dari tubuh.
Penderita dengan perdarahan jangka panjang, bisa
menunjukkan gejala-gejala anemia, seperti mudah lelah,
terlihat pucat, nyeri dada dan pusing.
Terapi Peritonitis
Prinsip umum terapi adalah pengganti cairan dan elektrolit yang hilang
yang dilakukan secara intravena, pemberian antibiotika yang sesuai,
dekompresi saluran cerna dengan penghisapan nasogastrik dan
intestinal, pembuangan focus septic (apendiks, dsb) atau penyebab
radang lainnya, bila mungkin mengalirkan nanah keluar dan tindakantindakan menghilangkan nyeri.
Laparatomi
Laparatomi merupakan operasi yang dilakukan untuk
membuka abdomem (bagian perut). Laparatomi dilakukan untuk
memeriksa beberapa organ di abdomen sebelah bawah dan pelvis
(rongga panggul). Operasi ini juga dilakukan sebelum melakukan
operasi pembedahan mikro pada tuba falopi. Pembukaan rongga perut
lewat irisan dibagian depan perut untuk visualisasi isi rongga perut,
puntiran usus, kebocoran usus, maupun untuk memperbaiki keadaankeadaan tertentu di rongga perut.
A. ASUHAN KEPERAWATAN
PERITONITIS
1. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-Tanda Vital
Suhu : hipertermi ( >37,5 ºC)
Nadi : takikardi ( >100x/menit)
Tekanan Darah : hipotensi ( < 109/69 mmHg)
Pernafasan : takipneu ( > 24x/menit)
b. Keadaan Umum
Keadaan umum baik. Kesadaran
komposmentis. Penampilan pasien sesuai
dengan umurnya. Bentuk badan sedang, bicara
jelas, namun terkadang disertai dengan
merintih. Pasien berbaring dan bergerak
terbatas. Penampilan pasien terlihat kumuh dan
kotor. Pasien terlihat pucat dan berkeringat.
c. Kulit, Kuku, Rambut
Warna kulit normal. Tidak terdapat lesi.
Warna kuku kemerahan. Jumlah rambut banyak
dan merata.
Suhu tubuh teraba hangat, membrane mukosa
kering, turgor kulit jelek.
d. Kepala
Muka simetris, tidak ada kelainan bentuk pada
tengkorak.rambut kuat, berwarna hitam, dan
distribusinya merata. Kulit kepala kotor dan
terdapat ketombe.
Tidak ada nyeri tekan maupun massa pada kepala.
e. Mata
Reflek pupil (+), konjungtiva berwarna merah
muda, sclera berwarna kemerahan, iris berwarna
coklat.
f. Telinga
Daun telinga sewarna dengan bagian tubuh lain.
Terdapat serumen pada liang telinga, telinga kotor. Catilago
pada daun telinga bersifat elastis, tidak terdapat nyeri tekan
pada prosesus mastoideus. Pendengaran normal/tidak tuli.
g. Hidung
Hidung simetris, tidak terdapat secret, perdarahan,
maupun sumbatan. Hidung sewarna dengan bagian tubuh lain.
Tidak terdapat massa, nyeri tekan, maupun krepitasi.
h. Mulut
Bibir tidak sianosis. Terdapat plaque dan caries pada
gigi. Membrane mukosa kering dan lidah bengkak. Mulut kotor
dan berbau.
i. Leher

Leher simetris dan sewarna dengan bagian tubuh lain. Tidak ada
pembengkakan, gerakan bebas.
Tidak terdapat massa dan nyeri tekan.
j. Dada

Terdapat peninggian diafragma, dada sewarna dengan bagian
tubuh lain. Tidak ada massa maupun nyeri tekan. Payudara simetris,
bentuk normal, dan sewarna dengan bagian tubuh lain. Tidak terdapat
lesi maupun keluaran.
k. Abdomen
Bentuk abdomen normal dan simetris, sewarna dengan bagian
tubuh lainnya.
Terdapat luka bekas operasi laparatomi. Abdomen teraba agak kaku
(distensi abdomen). Pada perkusi terdengar bunyi timpani/hiperesonan.
Terdapat nyeri tekan pada abdomen. Terjadi penurunan peristaltic usus.
l. Anus dan Rektum
Tidak terdapat nyeri tekan, massa, maupun
hemoroid.
2. Pemeriksaan Penunjang
a.Pemeriksaan protein/albumin
Protein/albumin menurun karena perpindahan
cairan.
b. Pemeriksaan amylase
Amilase mengalami peningkatan.
c. Pemeriksaan elektrolit
Hipokalemia.
d. Kultur
Organisme penyebab peritonitis teridentifikasi dari
darah, eksudat/secret,
dan cairan asites.
e. Pemeriksaan foto abdominal
Distensi usus.
f. Foto dada
Peninggian diafragma.
DIAGNOSA
1.Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi : rangsangan
peritoneum oleh asam lambung empedu dan enzim pacreas
2.Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalan dalam
mekanisme pengaturan
3.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan tidak mampuan memasukkan makanan karena
factor biologi
4.Gangguan pola tidur berhubungan dengan hal yang mengakibatkan
terjaga : nyeri
5.Kurang perawatan diri mandi / higyen berhubungan dengan nyeri
dan kelemahan
6.Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif : tindakan
laparatomi
Diagnosa No.1 :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam.
Diharapkan nyeri dapat berkurang dengan kriteria hasil :
Intervensi

Rasional

Lakukan pengkjian nyeri secara komperhensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan factor presipitasi

Perubahan dalam lokasi/intensitas tidak umum
tetapi dapat menunjukkkan terjadinya
komplikasi

Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri pasien

Agar dapat melakukan tindakan pencegahan
nyeri

Ajarkan tentang tehnik non farmakologi
( relaksasi dan distraksi)

Meningkatkan oksigenasi ke otak dan
mengalihkan perhatian klien

Tentukan analgesic pilihan, rute pemberian
dan dosis optimal

Mengurangi nyeri yang dirasakan

Evaluasi aktifitas analgetik tanda dan gejala
(efek samping)

Memantau apakah pemberian analgetik perlu
diteruskan
Diagnosa No.2:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam. Diharapkan kebutuhan
akan cairan dapat terpenuhi dengan kriteria hasil :
Intervensi

Rasional

Monitor tanda-tanda vital

Tanda yang membantu mengidentifikasi
fluktasi volume intravascular

Monitor status dehidrasi

Menunjukkan status hidrasi dan perubahan
pada fungsi ginjal, yang mewaspadakan
terjadinya gagal ginjal.

Monitor intake dan output

Mempertahankan volume sirkulasi dan
keseimbangan elektrolit

Monitor hasil laboratorium berhubungan
dengan retensi cairan (peningkatan BUN,
penurunan hematokrit)

Memberikan informasi berbagai gangguan
dengan konsekuensi tertentu pada fungsi
sistemik sebagai akibat dari perpindahan
cairan
Diagnosa No.3 :
Setelah dilkukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam, diharapkan kebutuhan
nutrisi dapat terpenuhi dengan kriteria hasil :
Intervensi

Rasional

Ajarkan dan tanamkan konsep nutrisi sehat
kepada pasien.

Mempengaruhi pasien untuk meningkatkan
nafsu makan.

Catat intake dan output cairan.

Memastikan keseimbangan intake dan output.

Catat intake kalori dalam makanan sehari-hari.

Memastikan pasien mendapat cukup kalori
untuk menunjang aktivitas.

Berikan pilihan makanan.

Meningkatkan nafsu makan dengan
memberikan makanan yang disukai.

Berikan makanan berprotein tinggi, kalori
tinggi, bergizi, dan minum.

Menjaga asupan nutrisi untuk sumber energi.

Berikan perawatan mulut sebelum makan.

Menghilangkan ketidaknyamanan pada mulut.
Diagnosa No.4 :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam, pola tidur lebih baik dari
sebelumnya dengan criteria hasil :
Intervensi

Rasional

Pantau pola tidur dan lamanya tidur pasien.

Mengetahui pola tidur dan lamanya tidur
pasien.

Ciptakan lingkungan untuk mendukung tidur
pasien.

Menciptakan kenyamanan.

Berikan pijatan nyaman.

Memberikan kenyamanan.

Anjurkan peningkatan lamanya tidur.

Agar kebutuhan tidur terpenuhi.

Berikan obat tidur.

Memudahkan pasien untuk tidur.

Diskusikan dengan pasien dan keluarga
mengenai kenyamanan, teknik peningkatan

Memberikan tindakan yang tepat dalam hal
peningkatan tidur.
Diagnosa No.5 :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, penampilan lebih
baik dan bersih dari sebelumnya dengan criteria :
Intervensi

Rasional

Bantu mandi di tempat tidur.

Mempertahankan kebersihan diri pasien.

Mandikan dengan air dengan suhu yang
nyaman.

Meningkatkan kenyamanan pada pasien.

Pantau kondisi kulit ketika mandi

Memantau apakah ada infeksi/luka pada kulit.

Pantau kemampuan fungsi tubuh ketika
mandi.

Untuk menunjang aktivitas pasien

Bantu pasien sampai benar-benar mampu
melakukan perawatan diri.

Mempertahankan kebersihan diri pasien.
Diagnosa No.6 :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam, diharapkan klien
tidak terjadi infeksi dengan kriteria hasil :
Intervensi

Rasional

Observasi dan laporkan tanda dan gejala
Agar dapat melakukan tindakan yang tepat
infeksi seperti kemerahan, panas, nyeri, tumor, sesuai kondisi klien
dan adanya fungsiolaisa.
Kaji warna kulit, kelembaban tekstur, turgor,
Untuk menentukan rencana keperawatan
cuci kulit dengan hati-hati, gunakan hidrasi dan selanjutnya
pelembab seluruh muka
Gunakan setandar precaution dan gunakan
srung tangan selama kontak dengan darah,
membrane mukosa yang tidak utuh

Untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial

Ajari pasien dan keluarga tentang tanda-tanda
gejala infeksi dan kalau terjadi untuk melapor
kepada perawat

Agar keluarga mengetahui factor penyebab
infeksi

Berikan terapi antibiotic sesuai instruksi

Untuk mencegah infeksI
THANK YOU

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Was ist angesagt? (20)

Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA
Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA
Askep hipertermi AKPER PEMDA MUNA
 
Asuhan Keperawatan Meningitis
Asuhan Keperawatan MeningitisAsuhan Keperawatan Meningitis
Asuhan Keperawatan Meningitis
 
Konstipasi
KonstipasiKonstipasi
Konstipasi
 
Askep dermatitis
Askep dermatitisAskep dermatitis
Askep dermatitis
 
7. asuhan keperawatan pada tonsilitis
7. asuhan keperawatan pada tonsilitis7. asuhan keperawatan pada tonsilitis
7. asuhan keperawatan pada tonsilitis
 
Woc kista ovarium
Woc kista ovariumWoc kista ovarium
Woc kista ovarium
 
asuhan keperawatan pada vertigo
asuhan keperawatan pada vertigoasuhan keperawatan pada vertigo
asuhan keperawatan pada vertigo
 
Makalah sindrom cushing
Makalah sindrom cushingMakalah sindrom cushing
Makalah sindrom cushing
 
Prosedur Melepaskan Infus
Prosedur Melepaskan InfusProsedur Melepaskan Infus
Prosedur Melepaskan Infus
 
Tugas askep kasus hipertensi
Tugas askep kasus hipertensiTugas askep kasus hipertensi
Tugas askep kasus hipertensi
 
pathway dhfPathway dhf
pathway dhfPathway dhfpathway dhfPathway dhf
pathway dhfPathway dhf
 
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITISASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN APENDISITIS
 
Asuhan keperawatan ulkus peptikum.....
Asuhan keperawatan ulkus peptikum.....Asuhan keperawatan ulkus peptikum.....
Asuhan keperawatan ulkus peptikum.....
 
Konsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada Luka
Konsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada LukaKonsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada Luka
Konsep Luka dan Asuhan Keperawatan pada Luka
 
Lp bronkopneumonia
Lp bronkopneumoniaLp bronkopneumonia
Lp bronkopneumonia
 
Askep post sc
Askep post scAskep post sc
Askep post sc
 
pemberian-oksigen
pemberian-oksigenpemberian-oksigen
pemberian-oksigen
 
Retensi urine AKPER PEMKAB MUNA
Retensi urine AKPER PEMKAB MUNA Retensi urine AKPER PEMKAB MUNA
Retensi urine AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep Kolitis Ulseratif
Askep Kolitis UlseratifAskep Kolitis Ulseratif
Askep Kolitis Ulseratif
 
134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi134454836 lp-oksigenasi
134454836 lp-oksigenasi
 

Ähnlich wie Askep Cholitis ulseratif dan Peritonitis (20)

Uji gea AKPER PEMKAB MUNA
Uji gea AKPER PEMKAB MUNA Uji gea AKPER PEMKAB MUNA
Uji gea AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep colitis ulseratif
Askep colitis ulseratifAskep colitis ulseratif
Askep colitis ulseratif
 
Askep peritonitis
Askep peritonitisAskep peritonitis
Askep peritonitis
 
Askep peritonitis
Askep peritonitisAskep peritonitis
Askep peritonitis
 
Modul pencernaan d3
Modul pencernaan d3Modul pencernaan d3
Modul pencernaan d3
 
SAP Gastroenteritis/ Diare
SAP Gastroenteritis/ DiareSAP Gastroenteritis/ Diare
SAP Gastroenteritis/ Diare
 
Askep gastritis
Askep gastritisAskep gastritis
Askep gastritis
 
Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)
Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)
Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)
 
Askep app n kdm AKPER PEMDA MUNA
Askep app n kdm AKPER PEMDA MUNA Askep app n kdm AKPER PEMDA MUNA
Askep app n kdm AKPER PEMDA MUNA
 
Askep gastritis 3
Askep gastritis 3Askep gastritis 3
Askep gastritis 3
 
Askep gastritis
Askep gastritisAskep gastritis
Askep gastritis
 
358159676-Colic-Abdomen-ppt.pptx
358159676-Colic-Abdomen-ppt.pptx358159676-Colic-Abdomen-ppt.pptx
358159676-Colic-Abdomen-ppt.pptx
 
Askep gastritis 3
Askep gastritis 3Askep gastritis 3
Askep gastritis 3
 
Askep ge bab 1 5
Askep ge bab 1 5Askep ge bab 1 5
Askep ge bab 1 5
 
Askep app n kdm
Askep app n kdmAskep app n kdm
Askep app n kdm
 
173625893 sap-gastroenteritis
173625893 sap-gastroenteritis173625893 sap-gastroenteritis
173625893 sap-gastroenteritis
 
173625893 sap-gastroenteritis
173625893 sap-gastroenteritis173625893 sap-gastroenteritis
173625893 sap-gastroenteritis
 
Bab 2 t cs'sps
Bab 2 t cs'spsBab 2 t cs'sps
Bab 2 t cs'sps
 
Lp dispepsia
Lp dispepsiaLp dispepsia
Lp dispepsia
 
7. peritonitis
7. peritonitis7. peritonitis
7. peritonitis
 

Mehr von Kampus-Sakinah

Askep pada ibu dengan kasus preeklamsi
Askep pada ibu dengan kasus preeklamsiAskep pada ibu dengan kasus preeklamsi
Askep pada ibu dengan kasus preeklamsiKampus-Sakinah
 
Askep kehamilan dengan DM gestasional
Askep kehamilan dengan DM gestasional Askep kehamilan dengan DM gestasional
Askep kehamilan dengan DM gestasional Kampus-Sakinah
 
Sikap & tingkah laku Akhlakul Karimah
Sikap & tingkah laku Akhlakul KarimahSikap & tingkah laku Akhlakul Karimah
Sikap & tingkah laku Akhlakul KarimahKampus-Sakinah
 
Metode pengambilan sampel (sampling)
Metode pengambilan sampel (sampling)Metode pengambilan sampel (sampling)
Metode pengambilan sampel (sampling)Kampus-Sakinah
 
Prinsip dan tehnik pemberian obat subcutan dan intracutan
Prinsip dan tehnik pemberian obat subcutan dan intracutanPrinsip dan tehnik pemberian obat subcutan dan intracutan
Prinsip dan tehnik pemberian obat subcutan dan intracutanKampus-Sakinah
 
Prinsip dan tehnik pemberian obat intravena dan rectal
Prinsip dan tehnik pemberian obat intravena dan rectalPrinsip dan tehnik pemberian obat intravena dan rectal
Prinsip dan tehnik pemberian obat intravena dan rectalKampus-Sakinah
 
Bersikap sesuai akhlak
Bersikap sesuai akhlakBersikap sesuai akhlak
Bersikap sesuai akhlakKampus-Sakinah
 
Hubungan kerja perawat dengan profesi lain
Hubungan kerja perawat dengan profesi lainHubungan kerja perawat dengan profesi lain
Hubungan kerja perawat dengan profesi lainKampus-Sakinah
 
Asuhan keperawatan dm bu yani
Asuhan keperawatan dm bu yaniAsuhan keperawatan dm bu yani
Asuhan keperawatan dm bu yaniKampus-Sakinah
 
Gangguan sirkulasi dan cairan tubuh i
Gangguan sirkulasi dan cairan tubuh iGangguan sirkulasi dan cairan tubuh i
Gangguan sirkulasi dan cairan tubuh iKampus-Sakinah
 

Mehr von Kampus-Sakinah (20)

Abortus
AbortusAbortus
Abortus
 
Askep pada ibu dengan kasus preeklamsi
Askep pada ibu dengan kasus preeklamsiAskep pada ibu dengan kasus preeklamsi
Askep pada ibu dengan kasus preeklamsi
 
Askep kehamilan dengan DM gestasional
Askep kehamilan dengan DM gestasional Askep kehamilan dengan DM gestasional
Askep kehamilan dengan DM gestasional
 
Sikap & tingkah laku Akhlakul Karimah
Sikap & tingkah laku Akhlakul KarimahSikap & tingkah laku Akhlakul Karimah
Sikap & tingkah laku Akhlakul Karimah
 
Farmakolog is
Farmakolog isFarmakolog is
Farmakolog is
 
Obat susunan saraf
Obat susunan sarafObat susunan saraf
Obat susunan saraf
 
Pengantar statistik
Pengantar statistikPengantar statistik
Pengantar statistik
 
Metode pengambilan sampel (sampling)
Metode pengambilan sampel (sampling)Metode pengambilan sampel (sampling)
Metode pengambilan sampel (sampling)
 
Prinsip dan tehnik pemberian obat subcutan dan intracutan
Prinsip dan tehnik pemberian obat subcutan dan intracutanPrinsip dan tehnik pemberian obat subcutan dan intracutan
Prinsip dan tehnik pemberian obat subcutan dan intracutan
 
Prinsip dan tehnik pemberian obat intravena dan rectal
Prinsip dan tehnik pemberian obat intravena dan rectalPrinsip dan tehnik pemberian obat intravena dan rectal
Prinsip dan tehnik pemberian obat intravena dan rectal
 
Hukum transplantasi
Hukum transplantasiHukum transplantasi
Hukum transplantasi
 
Bersikap sesuai akhlak
Bersikap sesuai akhlakBersikap sesuai akhlak
Bersikap sesuai akhlak
 
Ciri ciri masyarakat
Ciri ciri masyarakatCiri ciri masyarakat
Ciri ciri masyarakat
 
Hubungan kerja perawat dengan profesi lain
Hubungan kerja perawat dengan profesi lainHubungan kerja perawat dengan profesi lain
Hubungan kerja perawat dengan profesi lain
 
Asuhan keperawatan dm bu yani
Asuhan keperawatan dm bu yaniAsuhan keperawatan dm bu yani
Asuhan keperawatan dm bu yani
 
Anfis perkemihan
Anfis perkemihanAnfis perkemihan
Anfis perkemihan
 
Infeksi nosokomial
Infeksi nosokomialInfeksi nosokomial
Infeksi nosokomial
 
Respon imun
Respon imunRespon imun
Respon imun
 
Gangguan sirkulasi dan cairan tubuh i
Gangguan sirkulasi dan cairan tubuh iGangguan sirkulasi dan cairan tubuh i
Gangguan sirkulasi dan cairan tubuh i
 
Inflamasi akut
Inflamasi akutInflamasi akut
Inflamasi akut
 

Askep Cholitis ulseratif dan Peritonitis

  • 1. 1. IKHA HARIYATI 2. RUT APRILIA KARTINI 3. SYAHRIL MUSTHOFA ASKEP KMB ‘PADA KLIEN DENGAN COLITIS ULSERATIF dan PERITONITIS’
  • 2. LAPORAN PENDAHULUAN DEFINISI Kolitis ulseratif adalah penyakit yang menyebabkan peradangan dan luka, di lapisan rektum dan usus besar, kemudian perdarahan dan menghasilkan nanah dan peradangan pada usus besar.
  • 3. ETIOLOGI Beberapa fakor yang dicurigai menjadi penyebab terjadinya colitis ulseratif diantaranya adalah : hipersensitifitas terhadap factor lingkungan dan makanan, interaksi imun tubuh dan bakteri yang tidak berhasil (awal dari terbentuknya ulkus), dan stress pada peningkatan asam lambung.
  • 4. FAKTOR PENCETUS TERJADINYA COLITIS ULCERATIVE 1. Faktor-faktor genetik  Agregasi dari kolitis ulserativa dalam keluarga.  Penanda genetik dan keterkaitan
  • 5. 2. Faktor-faktor lingkungan Banyak hipotesis telah dibesarkan contributants lingkungan ke patogenesis ulseratif kolitis yang meliputi: a) Diet: Sebagai usus besar terkena banyak zat-zat makanan yang dapat mendorong peradangan, faktorfaktor diet yang telah dihipotesiskan untuk memainkan peran dalam patogenesis dari kedua ulcerative colitis dan penyakit Crohn. Ada beberapa studi untuk menyelidiki seperti asosiasi, tetapi satu studi menunjukkan tidak ada asosiasi olahan gula pada prevalensi kolitis ulserativa.
  • 6. b) Diet: Sebuah beragi diet rendah serat makanan dapat mempengaruhi insiden kolitis ulserativa. c) Menyusui: Ada laporan yang saling bertentangan perlindungan menyusui dalam perkembangan penyakit inflamasi usus
  • 7. MANIFESTASI KLINIK Kebanyakan gejala Colitis ulserativa pada awalnya adalah berupa buang air besar yang lebih sering. Gejala yang paling umum dari kolitis ulseratif adalah sakit perut dan diare berdarah. Pasien juga dapat mengalami: • Anemia • Fatigue/ Kelelahan • Berat badan menurun • Hilangnya nafsu makan • Hilangnya cairan tubuh dan nutrisi • Buang air besar beberapa kali dalam sehari (10-20 kali sehari) • Terdapat darah dan nanah dalam kotoran. • Perdarahan rektum (anus). • Rasa tidak enak di bagian perut. • Mendadak perut terasa mulas. • Kram perut. • Rasa sakit yang hilang timbul pada rectum • Anoreksia • Dorongan untuk defekasi • Hipokalsemia
  • 8. ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. Anamnesa a) Identitas Pasien Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, alamat, dll. b) Identitas Penanggung Jawab Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, alamat, dll. c) Riwayat Penyakit Sekarang DO : Fatigue (+), anoreksia(+), weakness (+) DS : Klien mengatakan sudah diare selama 2 minggu, 5 hari terakhir terdapat darah dan lendir pada feses, perut terasa nyeri di kuadran kiri bawah.
  • 9. d) Riwayat Penyakit Dahulu; Klien mengatakan pernah mengalami penyakit seperti ini setengah tahun yang lalu. 2. Pemeriksaan Fisik • Inspeksi • Auskultasi • Palpasi • Perkusi
  • 10. 3. Diagnosa Keperawatan a) Diare berhubungan dengan proses inflamasi, iritasi atau malabsopsi . b) Nyeri abdomen di quadran kiri bawah berhubungan dengan iritasi pada colon. c) Feses berlendir dan bercampur darah berhubungan dengan terjadinya infeksi dan iritasi pada kolon d) Kurangnya nafsu makan berhubungan dengan rasa mual. e) Nyeri abdomen, berhubungan dengan peningkatan peristatik dan inflamasi. f) Kurang volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan anoreksia, mual, dan diare. g) Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan diet dan mual.
  • 11. 4. Implementasi Tujuan utama mencakup mendapatkan eliminasi usus normal, hilangnya nyeri abdomen, dan keram, mencegah kekurangan volume cairan, mempertahankan nutrisi dan berat badan optimal, menghindari keletihan, penurunan anxietas, mencegah kerusakan kulit, mendapatkan pengetahuan dan pembahasan tentang proses penyakit dan program terapeutik dan tidak adanya komplikasi.
  • 12. 5. Intervensi § Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi, atau metebolisme usus, dan adanya toksin. Intervensi: 1. Observasi dan catat frekuensi defekasi, karakteristik, jumlah dan faktor pencetus. Rasional: membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya episode. 2. Buang feses dengan cepat, berikan pengharum ruangan. Rasional: menurunkan bau tak sedap untuk menghindari rasa malu pasien. 3. Identifikasi makanan dan cairan yang mencetus diare, mis sayuran segar dan buah, sereal, bumbu, minuman karbonat, produk susu. Rasional: menghindari iritan meningkatkan istrahat usus. 4. Observasi demam, takikardia, letargi, leukositosis, penurunan protein serum, ansietas, dan kelesuan. Rasional: tanda bahwa toksik megakolon atau perforasi dan peritonitis akan terjadi/ telah terjadi memerlukan intervensi medik segera.
  • 13. § Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan pemasukan terbatas (mual). Intervensi: 1. Awasi masukan dan pengeluaran, karakter dan jumlah feses; perkiraan kehilangan yang terlihat, misalanya berkeringat, ukur berat jenis urine, observasi oliguria. Rasional: memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi ginjal, kontrol penyakit usus juga merupakan pedoman untuk penggantian cairan. 2. Observasi TTV(TD, nadi, suhu) Rasional: hipotensi, takikardia, demam dapat menunjukkan respon terhadap dan atau efek kehilangan cairan. 3. Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan tugor kulit, pengisian kapiler lambat Rasional: menunjukan kehilangan cairan berlebihan/dehidrasi. 4. Ukur BB tiap hari Rasional: indikator cairan dan status nutrisi 5. Observasi perdarahan dan tes feses tiap hari untuk melihat adanya darah samar. Rasional: diet tak adekuat dan penurunan obsorpsi dapat menimbulkan defisiensi vitamin K dan merusak koagulasi, potensial resiko perdarahan.
  • 14. § Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ganguan absorbsi nutrien. Intervensi: 1. Timbang berat badan tiap hari. Rasional: memberikan informasi tentang kebutuhan diet/keefektifan terapi. 2. Dorong tirang baring dan/atau pembatasan aktivitas selama fase sakit akut. Rasional: menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energi. 3. Anjurkan istrahat sebelum makan. Rasional: menenangkan peristaltik dan meningkatkan energi untuk makan. 4. Berikan kebersihan oral. Rasional: mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makanan.
  • 15. § Ansietas berhubungan dengan faktor psikologis, dan ancaman terhadap perubahan status kesehatan. Intervensi: 1. Dorong menyatakan perasaan. Berikan umpan balik Rasional: membuat hubungan terapeutik. Membantu pasien/ orang terdekat dalam mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stres 2. Akui bahwa ansietas dan masalah mirip dengan yang diekspresikan orang lain. Tingkatkan perhatian mendengar pasien. Rasional: validasi bahwa perasaan normal dapat membantu menurunkan stres/isolasi dan menyakini bahwa “ saya satusatunya. 3. Berikan lingkungan tenang dan istrahat. Rasional: memindahkan pasien dari stres luar meningkatkan relaksasi, membantu menurunkan ansietas.
  • 16. § Nyeri berhubungan dengan diare lama, dan iritasi kulit/jaringan. Intervensi: 1. Dorong pasien untuk melaporkan nyeri. Rasional: mencoba untuk mentoleransi nyeri, daripada meminta analgesik. 2. Kaji ulang faktor-faktor yang meningkatkan atau menghindarkan nyeri. Rasional: dapat menunjukkan dengan tepat pencetus atau faktor pemberat (seperti kejadian stres, tidak toleran terhadap makanan) atau mengidentifikasi terjadinya komplikasi 3. Berikan tindakan nyaman (misal : pijatan punggung, ubah posisi) dan aktivitas senggang Rasional: meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian, dan meningkatkan kemampuan koping.
  • 17. Evaluasi Pada diagnosis kolitis ulserative kronis, pemeriksaan feses yang cermat dilakukan untuk membedakannya dengan disentri yang di sebabkan oleh organisme usus umum, khususnya entamoeba histolityca. Feses positif terhadap darah. Tes laboratorium akan menunjukkan hematokrik dan hemoglobin yang rendah, peningkatan hitung darah lengkap, albumin rendah, dan ketidakseimbangna elektrorit. Sigmoidoskopi dan enemabarium dapat membedakan kondisi ini dari penyakit kolon yang lain dengan gejala yang serupa. Enema barium akan menunjukkan iregularitas mukosal, pemendekkan kolon, dan dilatasi lengkung usus.
  • 18. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PERITONITIS
  • 19. Definisi Peritonitis Peritonitis adalah peradangan yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada selaput rongga perut ( peritoneum ). Selain itu Peritonitis merupakan peradangan membrane serosa rongga abdomen dan organ-organ yang terkandung di dalamnya. Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus organ perut dan dinding perut sebelah dalam.
  • 20. Penyebab Peritonitis Penyebab utama peritonitis adalah spontaneous bacterial peritonitis (SBP) akibat penyakit hati yang kronik. Peritonitis bisa terjadi karena proses infeksi atau proses steril dalam abdomen melalui perforasi dinding perut, misalnya pada rupture apendiks atau divertikulum colon. Penyakit ini juga terjadi karena adanya iritasi bahan kimia, misalnya asam lambung dari perforasi ulkus gastrikum atau kandung empedu dari kantong yang pecah atau hepar yang mengalami laserasi. Pada wanita, peritonitis juga terjadi terutama karena terdapat infeksi tuba falopi atau rupture kista ovarium. Penyebab lain dari peritonitis adalah penyebaran infeksi dari organ perut yang terinfeksi. Yang sering menyebabkan peritonitis adalah perforasi lambung, usus, kandung empedu atau usus buntu.
  • 21. Tanda dan Gejala Peritonitis Tanda dan gejala peritonitis tergantung pada jenis dan penyebaran infeksinya. Infeksi dapat meninggalkan jaringan parut dalam bentuk pita jaringan (perlengketan, adhesi) yang akhirnya bisa menyumbat usus. Gejalanya bisa berupa: muntah darah, mengeluarkan tinja yang kehitaman, mengeluarkan darah dari rectum. Tinja yang kehitaman biasanya merupakan akibat dari perdarahan di saluran pencernaan bagian atas, misalnya lambung atau usus dua belas jari. Warna hitam terjadi karena darah tercemar oleh asam lambung dan oleh pencernaan kuman selama beberapa jam sebelum keluar dari tubuh. Penderita dengan perdarahan jangka panjang, bisa menunjukkan gejala-gejala anemia, seperti mudah lelah, terlihat pucat, nyeri dada dan pusing.
  • 22. Terapi Peritonitis Prinsip umum terapi adalah pengganti cairan dan elektrolit yang hilang yang dilakukan secara intravena, pemberian antibiotika yang sesuai, dekompresi saluran cerna dengan penghisapan nasogastrik dan intestinal, pembuangan focus septic (apendiks, dsb) atau penyebab radang lainnya, bila mungkin mengalirkan nanah keluar dan tindakantindakan menghilangkan nyeri. Laparatomi Laparatomi merupakan operasi yang dilakukan untuk membuka abdomem (bagian perut). Laparatomi dilakukan untuk memeriksa beberapa organ di abdomen sebelah bawah dan pelvis (rongga panggul). Operasi ini juga dilakukan sebelum melakukan operasi pembedahan mikro pada tuba falopi. Pembukaan rongga perut lewat irisan dibagian depan perut untuk visualisasi isi rongga perut, puntiran usus, kebocoran usus, maupun untuk memperbaiki keadaankeadaan tertentu di rongga perut.
  • 23. A. ASUHAN KEPERAWATAN PERITONITIS 1. Pemeriksaan Fisik a. Tanda-Tanda Vital Suhu : hipertermi ( >37,5 ºC) Nadi : takikardi ( >100x/menit) Tekanan Darah : hipotensi ( < 109/69 mmHg) Pernafasan : takipneu ( > 24x/menit)
  • 24. b. Keadaan Umum Keadaan umum baik. Kesadaran komposmentis. Penampilan pasien sesuai dengan umurnya. Bentuk badan sedang, bicara jelas, namun terkadang disertai dengan merintih. Pasien berbaring dan bergerak terbatas. Penampilan pasien terlihat kumuh dan kotor. Pasien terlihat pucat dan berkeringat.
  • 25. c. Kulit, Kuku, Rambut Warna kulit normal. Tidak terdapat lesi. Warna kuku kemerahan. Jumlah rambut banyak dan merata. Suhu tubuh teraba hangat, membrane mukosa kering, turgor kulit jelek.
  • 26. d. Kepala Muka simetris, tidak ada kelainan bentuk pada tengkorak.rambut kuat, berwarna hitam, dan distribusinya merata. Kulit kepala kotor dan terdapat ketombe. Tidak ada nyeri tekan maupun massa pada kepala. e. Mata Reflek pupil (+), konjungtiva berwarna merah muda, sclera berwarna kemerahan, iris berwarna coklat.
  • 27. f. Telinga Daun telinga sewarna dengan bagian tubuh lain. Terdapat serumen pada liang telinga, telinga kotor. Catilago pada daun telinga bersifat elastis, tidak terdapat nyeri tekan pada prosesus mastoideus. Pendengaran normal/tidak tuli. g. Hidung Hidung simetris, tidak terdapat secret, perdarahan, maupun sumbatan. Hidung sewarna dengan bagian tubuh lain. Tidak terdapat massa, nyeri tekan, maupun krepitasi. h. Mulut Bibir tidak sianosis. Terdapat plaque dan caries pada gigi. Membrane mukosa kering dan lidah bengkak. Mulut kotor dan berbau.
  • 28. i. Leher Leher simetris dan sewarna dengan bagian tubuh lain. Tidak ada pembengkakan, gerakan bebas. Tidak terdapat massa dan nyeri tekan. j. Dada Terdapat peninggian diafragma, dada sewarna dengan bagian tubuh lain. Tidak ada massa maupun nyeri tekan. Payudara simetris, bentuk normal, dan sewarna dengan bagian tubuh lain. Tidak terdapat lesi maupun keluaran. k. Abdomen Bentuk abdomen normal dan simetris, sewarna dengan bagian tubuh lainnya. Terdapat luka bekas operasi laparatomi. Abdomen teraba agak kaku (distensi abdomen). Pada perkusi terdengar bunyi timpani/hiperesonan. Terdapat nyeri tekan pada abdomen. Terjadi penurunan peristaltic usus.
  • 29. l. Anus dan Rektum Tidak terdapat nyeri tekan, massa, maupun hemoroid. 2. Pemeriksaan Penunjang a.Pemeriksaan protein/albumin Protein/albumin menurun karena perpindahan cairan. b. Pemeriksaan amylase Amilase mengalami peningkatan. c. Pemeriksaan elektrolit Hipokalemia.
  • 30. d. Kultur Organisme penyebab peritonitis teridentifikasi dari darah, eksudat/secret, dan cairan asites. e. Pemeriksaan foto abdominal Distensi usus. f. Foto dada Peninggian diafragma.
  • 31. DIAGNOSA 1.Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi : rangsangan peritoneum oleh asam lambung empedu dan enzim pacreas 2.Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalan dalam mekanisme pengaturan 3.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak mampuan memasukkan makanan karena factor biologi 4.Gangguan pola tidur berhubungan dengan hal yang mengakibatkan terjaga : nyeri 5.Kurang perawatan diri mandi / higyen berhubungan dengan nyeri dan kelemahan 6.Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif : tindakan laparatomi
  • 32. Diagnosa No.1 : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam. Diharapkan nyeri dapat berkurang dengan kriteria hasil : Intervensi Rasional Lakukan pengkjian nyeri secara komperhensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor presipitasi Perubahan dalam lokasi/intensitas tidak umum tetapi dapat menunjukkkan terjadinya komplikasi Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien Agar dapat melakukan tindakan pencegahan nyeri Ajarkan tentang tehnik non farmakologi ( relaksasi dan distraksi) Meningkatkan oksigenasi ke otak dan mengalihkan perhatian klien Tentukan analgesic pilihan, rute pemberian dan dosis optimal Mengurangi nyeri yang dirasakan Evaluasi aktifitas analgetik tanda dan gejala (efek samping) Memantau apakah pemberian analgetik perlu diteruskan
  • 33. Diagnosa No.2: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam. Diharapkan kebutuhan akan cairan dapat terpenuhi dengan kriteria hasil : Intervensi Rasional Monitor tanda-tanda vital Tanda yang membantu mengidentifikasi fluktasi volume intravascular Monitor status dehidrasi Menunjukkan status hidrasi dan perubahan pada fungsi ginjal, yang mewaspadakan terjadinya gagal ginjal. Monitor intake dan output Mempertahankan volume sirkulasi dan keseimbangan elektrolit Monitor hasil laboratorium berhubungan dengan retensi cairan (peningkatan BUN, penurunan hematokrit) Memberikan informasi berbagai gangguan dengan konsekuensi tertentu pada fungsi sistemik sebagai akibat dari perpindahan cairan
  • 34. Diagnosa No.3 : Setelah dilkukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam, diharapkan kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi dengan kriteria hasil : Intervensi Rasional Ajarkan dan tanamkan konsep nutrisi sehat kepada pasien. Mempengaruhi pasien untuk meningkatkan nafsu makan. Catat intake dan output cairan. Memastikan keseimbangan intake dan output. Catat intake kalori dalam makanan sehari-hari. Memastikan pasien mendapat cukup kalori untuk menunjang aktivitas. Berikan pilihan makanan. Meningkatkan nafsu makan dengan memberikan makanan yang disukai. Berikan makanan berprotein tinggi, kalori tinggi, bergizi, dan minum. Menjaga asupan nutrisi untuk sumber energi. Berikan perawatan mulut sebelum makan. Menghilangkan ketidaknyamanan pada mulut.
  • 35. Diagnosa No.4 : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam, pola tidur lebih baik dari sebelumnya dengan criteria hasil : Intervensi Rasional Pantau pola tidur dan lamanya tidur pasien. Mengetahui pola tidur dan lamanya tidur pasien. Ciptakan lingkungan untuk mendukung tidur pasien. Menciptakan kenyamanan. Berikan pijatan nyaman. Memberikan kenyamanan. Anjurkan peningkatan lamanya tidur. Agar kebutuhan tidur terpenuhi. Berikan obat tidur. Memudahkan pasien untuk tidur. Diskusikan dengan pasien dan keluarga mengenai kenyamanan, teknik peningkatan Memberikan tindakan yang tepat dalam hal peningkatan tidur.
  • 36. Diagnosa No.5 : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, penampilan lebih baik dan bersih dari sebelumnya dengan criteria : Intervensi Rasional Bantu mandi di tempat tidur. Mempertahankan kebersihan diri pasien. Mandikan dengan air dengan suhu yang nyaman. Meningkatkan kenyamanan pada pasien. Pantau kondisi kulit ketika mandi Memantau apakah ada infeksi/luka pada kulit. Pantau kemampuan fungsi tubuh ketika mandi. Untuk menunjang aktivitas pasien Bantu pasien sampai benar-benar mampu melakukan perawatan diri. Mempertahankan kebersihan diri pasien.
  • 37. Diagnosa No.6 : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam, diharapkan klien tidak terjadi infeksi dengan kriteria hasil : Intervensi Rasional Observasi dan laporkan tanda dan gejala Agar dapat melakukan tindakan yang tepat infeksi seperti kemerahan, panas, nyeri, tumor, sesuai kondisi klien dan adanya fungsiolaisa. Kaji warna kulit, kelembaban tekstur, turgor, Untuk menentukan rencana keperawatan cuci kulit dengan hati-hati, gunakan hidrasi dan selanjutnya pelembab seluruh muka Gunakan setandar precaution dan gunakan srung tangan selama kontak dengan darah, membrane mukosa yang tidak utuh Untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial Ajari pasien dan keluarga tentang tanda-tanda gejala infeksi dan kalau terjadi untuk melapor kepada perawat Agar keluarga mengetahui factor penyebab infeksi Berikan terapi antibiotic sesuai instruksi Untuk mencegah infeksI