SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 183
Downloaden Sie, um offline zu lesen
i
i
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN
PERAWATAN LUKA PERINEUM TERHADAP
NY. V UMUR 20 TAHUN P1A0 6 JAM POST
PARTUM DI KLINIK BERSALIN
ROSBIATUL ADAWIYAH
S.KM, M.Kes, KEMILING
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
NAMA : FIKA CRESYA
NIM : 201207084
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
ii
ii
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN
PERAWATAN LUKA PERINEUM TERHADAP
NY. V UMUR 20 TAHUN P1A0 6 JAM POST
PARTUM DI KLINIK BERSALIN
ROSBIATUL ADAWIYAH
S.KM, M.Kes, KEMILING
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ahli madya
kebidanan pada prodi DIII kebidanan akbid adila Bandar Lampung
NAMA : FIKA CRESYA
NIM : 201207084
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
iii
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan
Diploma III Kebidanan Adila pada :
Hari : Selasa
Tanggal : 28 Juli 2015
Penguji I Penguji II
Nesia Catur Hutami, SST.M.Kes Ratna Wati, S.ST
NIK. 0114028902 NIK.11210042
MENGESAHKAN
Direktur Akademi Kebidanan ADILA
Bandar Lampung
Dr. Wazni Adila, MPH.
NIK. 2011041008
iv
iv
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN PERAWATAN LUKA
PERINEUM TERHADAP NY. V UMUR 20 TAHUN P1A0 6 JAM
POST PARTUM DI KLINIK BERSALIN ROSBIATUL
ADAWIYAH S.KM, M.Kes, KEMILING
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
Fika Cresya, Nesia Catur Hutami, S.ST,M.Kes, Ratna Wati S.ST
INTI SARI
Masa Nifas adalah dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa Nifas dimulai sejak 2 jam
setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari), Tujuan penelitian, dapat
memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan perawatan luka perineum terhadap
Ny.V umur 20 Tahun P1A0 di klinik bersalin Rosbiatul Adawiyah,S.KM,M.Kes,
Kemiling, Bandar Lampung tahun 2015.Metode penelitian, menggunakan metode
penulisan penelitian deskriptif. Subyek penelitian, Ibu nifas. Objek penelitian adalah ibu
nifas dengan perawatan luka perineum terhadap Ny.V umur 20 tahun, yaitu Ny. V umur
20 tahun. Tempat penelitian, Diklinik Bersalin Rosbiatul Adawiyah,S.KM,M.Kes,
Kemiling, Bandar Lampung. Kesimpulan hasil penelitian, Penulis mampu melakukan
Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan perawatan luka perineum terhadap Ny. V P1A0
dan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus. Saran utama, diharapkan untuk
masyarakat atau ibu nifas dapat menambah wawasan tentang perawatan luka perineum
pada masa nifas.
Kata Kunci : Nifas, Perawatan luka perineum
Kepustakaan : 18 (2005-2014)
Jumlah Halaman : 153
v
v
CURICULUM VITAE
Nama : Fika Cresya
Nim : 201207084
Tempat/Tanggal Lahir : Padang Ratu,16 Juni 1994
Agama : Islam
Alamat : Jl. Karya Bakthi Padang Ratu ,Kec. Sungkai Utara
Kab.Lampung Utara
Angkatan : VII (Tujuh)
Riwayat Pendidikan
1. TK PERTIWI Negara Ratu,Lampung Utara Tahun 2000
2. MIN Padang Ratu,Lampung Utara, Tahun 2000-2006
3. MTS Negeri Padang Ratu,Lampung Utara, Tahun 2006-2009
4. SMA Negeri 1 Negara Ratu,Lampung Utara, Tahun 2009-2012
5. Penulis Terdaftar Mahasiswa Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
Sejak Tahun 2012 Hingga 2015
vi
vi
MOTTO
LEARN FROM YESTERDAY,
LIVE FOR TODAY AND HOPE FOR
TOMORROW
( FIKA CRESYA )
vii
vii
PERSEMBAHAN
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmatnya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, dan dibalik
penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini tidak lupa penulis memberikan persembahan
kepada orang-orang yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun
tidak langsung.
1. Puji syukur kehadirat allah yang maha kuasa sehingga dapat terselesaikan nya
Karya Tulis Ilmiah.
2. Terima kasih buat keluarga besar tercinta yang selalu memberikan semangat
dan mendo’akan setiap kegiatan apapun yang terbaik bagi penulis serta selalu
mengharapkan setiap keberhasilan yang penulis lakukan.
3. Rekan-rekan ku tercinta khususnya tingkat III Angkatan VII yang selalu
mendukung hingga terselesaikan tugas akhir ini.
4. Almamaterku tercinta Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung sebagai
tempat penulis menuntut ilmu selama tiga tahun.
5. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas
partisipasi dan dukungannya selama penulis menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah.
viii
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul”
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Terhadap Ny.V Umur 20 Tahun P1A0 6 jam
Post Partum dengan luka perineum di klinik bersalin Rosbiatul Adawiyah
S.KM,M.Kes, kemiling, bandar lampung tahun 2015 ˮ.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya atas bantuan, bimbingan serta dorongan dan semangat sehingga penulis
dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Ucapan terima kasih yang tulus
penulis haturkan kepada :
1. Dr. Wazni Adila, MPH Selaku Direktur Akademi Kebidanan Adila
2. Rosbiatul Adawiyah S.KM,M.Kes,selaku Pembimbing I Akademik
3. Vionita Gustianto, S.ST selaku Pembimbing II Akademik
4. Lahan Penelitian di klinik bersalin Rosbiatul Adawiyah S.KM,M.Kes,
kemiling, bandar lampung yang telah memberikan izin melakukan
penelitian
5. Seluruh dosen dan Staf Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
6. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini yang tidak bisa disebut satu persatu.
Penulis menyadari dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari semua pihak, guna kesempurnaan dalam penulisan Karya Tulis
Ilmiah selanjutnya. Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Bandar Lampung, April 2015
Penulis
ix
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN.........................................................i
HALAMAN JUDUL ..........................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................iii
INTISARI...........................................................................................iv
CURICULUM VITAE ......................................................................v
MOTTO..............................................................................................vi
PERSEMBAHAN ..............................................................................vii
KATA PENGANTAR........................................................................viii
DAFTAR ISI ......................................................................................ix
DAFTAR TABEL ..............................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................3
1.3 Tujuan Penulisan ..............................................................3
1.4 Ruang Lingkup.................................................................5
1.5 Manfaat Penelitian............................................................6
1.6 Metodelogi dan Tehnik Memperoleh Data........................6
x
x
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori Medis Nifas ..............................................10
2.1.1 Masa Nifas..............................................................10
2.1.1.1 Pengertian Masa Nifas ................................10
2.1.1.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas .........................11
2.1.1.3Perandan Tanggung Jawab Bidan Dalam
masa nifas.....................................................12
2.1.1.4 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas ...12
2.1.1.5 Tahapan Masa Nifas ...................................14
2.1.1.6 Perubahan Fisiologi Pada Masa Nifas .........15
2.1.1.7 Adaptasi Psikologis pada Masa Nifas..........24
2.1.1.8 Kebutuhan Dasar Masa Nifas......................25
2.1.1.9 Tanda-Tanda Bahaya Pada Masa Nifas .......34
2.1.1.5 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas ...18
2.1.1.6 Tahapan Masa Nifas ...................................20
2.1.1.7 Perubahan Fisiologi Pada Masa Nifas .........21
2.1.1.8 Adaptasi Psikologis pada Masa Nifas..........34
2.1.1.9 Kebutuhan Dasar Masa Nifas......................36
2.1.1.10 Tanda-Tanda Bahaya Pada Masa Nifas .....46
2.1.2 Perineum ................................................................48
2.1.2.1 Pengertia.....................................................n48
2.1.2.2 Luka Perinium ............................................48
xi
xi
2.1.3 Perawatan Luka Perineum........................................55
2.1.3.1Pengertian Perawatan Luka Perineum ..........55
2.1.3.2 Lingkup Perawatan .....................................55
2.1.3.3`Waktu Perawatan........................................56
2.1.3.4 Faktor yang mempengaruhi perawatan
Perineum..........................................................57
2.1.3.5 Dampak perawatan luka perinium yang
tidak benar ...................................................59
2.1.3.6 Fase-fase penyembuhan luka.......................60
2.1.3.7 Tujuan perawatan perineum ........................63
2.1.3.8 Langkah-langkah penatalaksanaan ..............63
2.2 Tinjauan Teori Manajemen Kebidanan .............................65
2.2.1 Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan .............65
2.2.2 Tujuh Langkah Manajemen Kebidanan
Menurut Helen Varney ............................................66
2.2.2.1Langkah I (Pengumpulan data dasar)............67
2.2.2.3 Langkah II ( Interpretasi data dasar ) ............89
2.2.2.3 Langkah III ( Diagnosa potensial ) ................91
2.2.2.4 Langkah IV( Antisipasi masalah ) ................91
2.2.2.5 Langkah V ( Perencanaan ) ..........................91
2.2.2.6 Langkah VI ( Pelaksanaan ) .........................93
2.2.2.7 Evaluasi........................................................93
xii
xii
2.3 Teori landasan hukum ...........................................................94
BAB 3 TINJAUAN KASUS
3. 1 Pengkajian Data ...................................................................103
3. 2 Matrik..................................................................................114
BAB 4 PEMBAHASAN .....................................................................81
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan...........................................................................106
5.2 Saran.....................................................................................109
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Involusi Uterus……………………......................................... 16
Tabel 2.2 Matriks BAB III ...........................…………………..……...... 64
Tabel 4.1 Involusi Uterus……………………......................................... 123
xiv
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 2 : Lembar Konsul
Lampiran 3 : Jadwal Penelitian
Lampiran 4 : SAP (satuan acara penyuluhan) dan Leaflet
Lampiran 5 : Dokumentasi
1
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masa nifas (puerpurium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas atau puerpurium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Dewi & Sunarsih, 2011:1).
Pada kebijakan program nasional masa nifas paling sedikit 4 kali
kunjungan yang dilakukan. Hal ini untuk menilai status ibu dan bayi baru
lahir serta untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-masalah
yang terjadi antara lain 6-8 jam setelah persalinan, 6 hari setelah persalinan,
2 minggu setelah persalinan, dan 6 minggu setelah persalinan
(Dewi & Sunarsih 2011 : 4-5).
Ruptur adalah luka pada perinium yang diakibatkan oleh rusaknya
jaringan secara ilmiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada
saat proses persalinan.
Bentuk ruptur biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit
dilakukan penjahitan (Rukiyah dan Yulianti, 2010 : 361).
Tujuan asuhan 6-8 jam postpartum yaitu Mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri, Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan,
rujuk bila perdarahan berlanjut, Memberikan konseling pada ibu atau salah
1
2
2
satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri, Pemberian ASI awal, Melakukan hubungan antara ibu dan bayi
baru lahir, Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
(Dewi dan Sunarsih, 2011: 4).
Berdasarkan prasurvey tanggal 10 April 2015 datang ke Klinik Bersalin
ROSBIATUL ADAWIYAH,S.KM,M.Kes Jl.SULTAN ANOM,
KEMILING BANDAR LAMPUNG, terdapat ibu 30 postpartum dalam
sebulan ini dan dikaji hanya 1 orang ibu post partum 6 jam Ny.V umur 20
Tahun P1A0 saat dilakukan pengkajian didapat hasil bahwa ibu sudah
pulang saat 6 jam postpartum.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk memberikan
“Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas 6 jam Postpartum dengan Luka
Perinium Terhadap Ny.V umur 20 Tahun P1A0 diKlinik Bersalin Rosbiatul
Adawiyah,SKM.M.Kes Jl. Sultan Anom , Kemiling, Bandar lampung
Tahun 2015”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam Karya
Tulis Ilmiah ini adalah “Bagaimanakah asuhan kebidanan pada ibu nifas 6
jam Postpartum Dengan Luka Perinium terhadap Ny.V umur 20 tahun P1A0
di Klinik Bersalin ROSBIATUL ADAWIYAH, Jl.Sultan Anom,Kemiling,
Bandar Lampung tahun 2015?”.
3
3
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan umum
Penulis mampu melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif
dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan pada ibu
nifas 6 jam Postpartum dengan luka perinium terhadap Ny.v umur 20
tahun P1A0 diKlinik Bersalin Rosbiatul Adawiyah,SKM,M.Kes Jl.
Sultan Anom, Kemiling Bandar Lampung.
1.3.2 Tujuan khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah :
1.3.2.1 Diharapkan penulis dapat melakukan pengkajian pada ibu
nifas 6 jam postpartum dengan luka perinium khususnya
pada Ny. v umur 20 tahun P1A0 di Klinik Bersalin
ROSBIATUL ADAWIYAH,SKM.M.Kes, Jl.Sultan Anom,
Kemiling Bandar Lampung tahun 2015.
1.3.2.2 Diharapkan penulis dapat melakukan interprestasi data untuk
mengidentifikasi diagnosa ibu nifas 6 jam postpartum
dengan luka perinium khususnya pada Ny.v umur 20 tahun
P1A0 di Klinik Bersalin ROSBIATUL
ADAWIYAH,S.KM,M.Kes Jl.Sultan anom, Kemiling
Bandar Lampung tahun 2015.
1.3.2.3 Diharapkan penulis dapat menentukan diagnosa potensial
pada ibu nifas 6 jam postpartum dengan luka perinium
khususnya pada Ny.v umur 20 tahun P1A0 di Klinik Bersalin
4
4
ROSBIATUL ADAWIYAH,S.KM,M.Kes Jl.Sultan anom ,
Kemiing, Bandar Lampung tahun 2015 .
1.3.2.4 Diharapkan penulis dapat melakukan tindakan antisipasi pada
ibu nifas 6 jam postpartum dengan luka perinium khususnya
pada Ny. v umur 20 tahun P1A0 di Klinik Bersalin
ROSBIARUL ADAWIYAH,SKM.M.Kes Jl. Sultan Anom,
Kemiling Bandar Lampung tahun 2015.
1.3.2.5 Diharapkan penulis dapat merencanakan tindakan yang akan
dilaksanakan pada ibu nifas 6 jam postpartum dengan luka
perinium khususnya pada Ny.v umur 20 tahun P1A0 di Klinik
Bersalin ROSBIATUL ADAWIYAH,S.KM,M.Kes Jl.Sultan
anom Kemiling, Bandar Lampung tahun 2015.
1.3.2.6 Diharapkan penulis dapat melaksanakan asuhan kebidanan
yang telah direncanakan pada ibu nifas 6 jam postpartum
dengan luka perinium khususnya pada Ny.v umur 20 tahun
P1A0 di Klinik Bersalin ROSBIATUL ADAWIYAH,
S.KM,M.Kes Jl.Sultan anom Kemiling,Bandar Lampung
tahun 2015.
1.3.2.7 Diharapkan penulis dapat melakukan evaluasi terhadap
asuhan yang telah diberikan pada ibu nifas 6 jam postpartum
dengan luka perinium khususnya pada Ny.v umur 20 tahun
P1A0 di Klinik Bersalin ROSBIATUL ADAWIYAH,
5
5
S.KM,M.Kes Jl.Sultan anom Kemiling, Bandar Lampung
tahun 2015.
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1 Sasaran
Objek yang diambil dalam study kasus ini adalah Ny.V Umur 20
tahun P1A0 6 jam postpartum dengan luka perinium di klinik bersalin
Rosbiatul Adawiyah,SKM.M.Kes,Jl.Sultan Anom, kemiling, bandar
lampung tahun 2015.
1.4.2 Tempat
Dilaksanakan diKlinik Bersalin ROSBIATUL ADAWIYAH, SKM.
M.Kes,Jl.Sultan Anom,Kemiling Bandar Lampung Tahun 2015.
1.4.3 Waktu
Dilaksanakan pada tanggal 10 April 2015
1.5 Manfaat Penulisan
1.5.1 Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menambah bahan bacaan di perpustakaan, dan sebagai
dokumentasi.
1.5.2 Bagi Lahan Praktek
Sebagai bahan masukan bagi tempat penelitian agar dapat
mengoptimalkan serta meningkatkan pelayanan sehingga dapat
memberikan pelayanan yang berkualitas terhadap klien.
6
6
1.5.3 Bagi Masyarakat
Menambah pengetahuan dan wawasan khususnya bagi ibu postpartum
normal dalam rangka mengurangi AKI (Angka Kematian Ibu).
1.5.4 Bagi peneliti selanjutnya
Dapat melakukan pengumpulan data dasar secara subjektif dan
objektif serta menetapkan rencana asuhan kebidanan yang akan
diberikan dan memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan
asuhan terhadap ibu nifas.
1.6 Metodologi dan Teknik Memperoleh Data
1.6.1 Metode penelitian survei deskriptif
Survei deskriptif dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya
bertujuan untuk melihat gambaran fenomena (termasuk kesehatan)
yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu. Pada umumnya survei
deskriptif digunakan untuk membuat penilaian terhadap suatu kondisi
dan penyelenggaraan suatu program di masa sekarang, kemudian
hasilnya digunakan untuk menyusun perencanaan perbaikan program
tersebut
( Notoatmodjo, 2012 : 35).
1.6.2 Teknik memperoleh data
Untuk memperoleh data, tehnik yang digunakan sebagai berikut :
1.6.2.1 Data Primer
a. Wawancara
7
7
Adalah suatu metode yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan
keteranagan atau informasi sevara lisan dari seseorang
sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap
berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face) (
Notoatmodjo, 2012 : 139).
Wawancara dilakukan dengan auto anamnesa yaitu
wawancara langsung yang dilakukan kepada pasien secara
langsung,jadi, data yang diperoleh adalah data primer
karena langsung dari sumbernya (Sulistyawati, 2009 :166).
b. Pengkajian Fisik
Bergantung pada jenis sistem pendokumentasian yang
dipakai, pengkajian fisik dapat dipandang sebagai bagian
tahap pengkajian pada proses keperawatan atau tahap
pengkajian/pemeriksaan klinis dari sistem pelayanan
terintegrasi ( integrated care pathway). Pada tahap
pengkajian, perawat melakukan pengkajian data yang
diperlukan oleh dari hasil wawancara, laporan teman atau
catatan sejawat, catatan keperawatan atau catatan kesehatan
lain, dan pengkajian fisik. Untuk mencegah adanya
pengulangan yang tidak perlu, harus ada kesepakatan secara
loka tentang aspek-aspek pengkajian yang harus dilakukan
oleh perawat dan tenaga kesehatan lain. Pendokumentasian
8
8
pengkajian juga harus dilakukan dengan jelas. Pengkajian
fisik keperawatan pada prinsipnya menggunakan cara-
cara yang sama dengan pengkajian fisik kedokteran, yaitu
inspeksi, palpasi, dan auskultasi
( Prihardjo, 2007 : 2-3).
1.6.2.2 Data Sekunder
a. Studi Pustaka
Bahan-bahan pustaka merupakan hal yang sangat penting
dalam menunjang latar belakang teoritis dari suatu
penelitian. Telah kita ketahui bersama bahwa didalam
perpustakaan tersimpan berbagai bahan bacaan dan
informasi dari berbagai disiplin ilmu. Dari buku-buku,
laporan-laporan penelitian, majalah ilmiah, jurnal dan
sebagainya kita dapat memperoleh berbagai informasi, baik
berupa teori-teori, generalisasi, maupun konsep yang telah
dikemu-kakan oleh berbagai ahli.
b. Studi Dokumenter
Adalah semua bentuk sumber informasi yang berhubungan
dengan dokumen, baik dokumen-dokumen resmi maupin
tidak resmi. Dokumen resmi adalah semua bentuk dokumen
baik yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan, yang
9
9
ada dibawah tanggung jawab instant resmi, misalnya
laporan, statistik, catatan-catatan di dalam kartu klinik dan
sebagainya (Notoadmodjo, 2005 : 62-64).
LAMPIRAN
Berisikan surat izin praktek,matrik, dan lembar konsul.
DAFTAR PUSTAKA
Berisi referensi yang dipakai dalam membuat studi kasus.
10
10
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 TINJAUAN TEORI MEDIS
2.1.1 Masa Nifas
2.1.1.1 Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerpurium) dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan seperti
keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerpurium dimulai
sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu
(42 hari) setelah itu. Puerpurium adalah masa pulih kembali,
mulai dari persalinan selesai samapai alat-alat kandungan
kembali seperti prahamil (Dewi dan Sunarsih, 2011 : 1).
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan
kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk
memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil
dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009 : 4).
Masa nifas (puerpurium) adalah masa pulih kembali
mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan
kembali seperti prahamil. Lama masa nifas ini 6-8 minggu
(Ambarwati dan wulandari, 2008 : 1).
Masa nifas (puerpurium) adalah masa yang dimulai
setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan
10
11
11
kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Sulistyawati, 2009:1).
Masa nifas disebut juga masa postpartum atau
puerpurium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan
plasenta keluar lepas dari rahim, samapai enam minggu
berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ
yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan
seperti perlukaan dan lain sebaiknya berkaitan saat melahirkan
(Suherni, et all. 2009 : 1).
2.1.1.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas
a. Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas.
b. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya.
c. Melaksanakan skiring secara komprehensif.
d. Memberikan pendidikan kesehatan diri.
e. Memberikan pendidikan mengenai laktasi dan perawatan
payudara
f. Konseling mengenai KB. Bidan memberikan konseling
mengenai KB, antara lain sebagai berikut (Dewi dan
sunarsih, 2011 : 2-3).
12
12
2.1.1.3 Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam
Asuhan Masa Nifas
a. Mengidentifikasi dan merespon terhadap kebutuhan dan
komplikasi yang terjadi pada saat-saat penting yaitu 6 jam,
6 hari, 2 minggu dan 6 minggu.
b. Mengadakan kolaborasi antara orangtua dan keluarga.
c. Membuat kebijakan perencanaan kesehatan dan
administrator.Asuhan masa nifas sangat penting karena
periode ini merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya
(suherni, et all. 2009 : 2).
2.1.1.4 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Pada kebijkaan program nasional masa nifas paling
sedikit 4 kali kunjungan yang dilakukan. Hal ini untuk menilai
status ibu dan bayi baru lahir serta untuk mencegah,
mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi
antara lain sebagai berikut :
a. 6-8 jam setelah persalinan.
a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut.
c) Memberikan konseling pada ibu atau salah
satu anggota keluarga bagaimana mencegah
13
13
perdarahan masa nifas akibat atonia uteri.
d) Pemberian ASI awal.
e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermi.
b. 6 hari setelah persalinan.
a) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada
pendarahan abnormal, tidak ada bau.
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan
pendarahan abnormal.
c) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan,
dan istirahat.
d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada
bayi dan tali pusat, serta menjaga bayi tetap hangat dan
merawat bayi sehari-hari.
c. 2 minggu setelah persalinan.
Memastikan rahim sudah kembali normal dengan mengukur
dan meraba bagian rahim.
14
14
d. 6 minggu setelah persalinan
a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia
atau bayi alami.
b) Memberikan konseling untuk KB secara dini
(Dewi dan Sunarsih, 2011 : 4-5).
2.1.1.5 Tahapan Masa Nifas
Beberapa tahapan masa nifas adalah sebagai berikut
a. Puerpurium dini
Yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri
dan berjalan, serta menjalankan aktivitas layaknya wanita
normal lainnya.
b. Puerpurium intermediate
Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lainnya sekitar 6-8 minggu.
c. Puerpurium remote
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan
mempunyai komplikasi (Dewi dan Sunarsih, 2011 : 4).
15
15
2.1.1.6 Perubahan Fisiologi pada Masa Nifas
a. Perubahan Sistem Reproduksi
a) Uterus
Pada uterus terjadi proses involusi. Proses involusi
adalah proses kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum
hamil setelah melahirkan.proses ini dimulai segera setelah
plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:
(a) Iskemia miometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang
terus-menerus dari uterus setelah penegluaran plasenta
membuat uterus relative anemia dan menyebabkan serat
otot atrofi.
(b) Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri
sendiri yang tejadi di dalam otot uterus.
(c) Efek oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi
dan retraksi otot uterin sehingga akan menekan
pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya
suplai darah ke uterus.
16
16
Tabel. 2.1. involusi uterus
Involusi TFU
Berat
Uterus
(gr)
Diameter
bekas
melekat
plasenta
(cm)
Keadaan
serviks
Bayi Lahir Setinggi pusat 1000
Uri Lahir 2 jari di bawah
pusat
750 12,5 Lembek
Satu
Minggu
Pertengahan pusat-
simfisis
500 7,5 Beberapa
hari setelah
postpartum
dapat
dilalui 2
jari.
Akhir
minggu
pertama
dapat
dimasuki 1
jari.
Dua
Minggu
Tak teraba diatas
simfisis
350 3-4
Enam
Minggu
Bertambah kecil 50-60 1-2
Delapan
Minggu
Sebesar normal 30
(Dewi dan Sunarsih, 2011 : 55-57).
b) Pengerutan Rahim (involusi)
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus
pada kondisi sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini,
lapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs plasenta
akan menjadi neurotic (layu/mati).
Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana TFU nya (tinggi
fundus uteri).
(a) Pada saat bayi lahir, fundus uteri
setinggi pusat dengan berat 1000 gram.
(b) Pada akhir kala III, TFU teraba 2 jari di bawah pusat.
17
17
(c) Pada 1 minggu post partum, TFU teraba pertengahan
pusat simpisis dengan berat 500 gram.
(d) Pada 2 minggu post partum, TFU teraba di atas
simpisis dengan berat 350 gram.
(e) Pada 6 minggu postpartum, fundus uteri mengecil (tak
teraba) dengan berat 50 gram.
Involusi uterus terjadi melalui 3 proses yang
bersamaan, antara lain :
1. Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran
diri sendiri yang terjadi didalam otot uteri.
2. Atrofi jaringan
Jaringan yang berproliferasi dengan adanya
estrogen dalam jumlah besar, kemudian mengalami
atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi
estrogen yang menyertai pelepasan plasenta.
3. Efek oksitosin (kontraksi)
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara
bermakna segara setelah bayi lahir. Hal tersebut
diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan
volume intrauterine yang sangat besar. Hormon
oksitosin yang dilepas dari kelenjar hipofisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,
18
18
mengompresi pembuluh darah, dan membantu
proses homeostatis.
c) Lokhea
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa
nifas. Lokhea mengandung darah dan sisa jaringan desidua
yang nekrotik dari dalam uterus. Lokhea mempunyai reaksi
basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang
lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada vagina
normal. Lokhea berbau amis atau anyir dengan volume yang
berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea yang berbau tidak
sedap menandakan adanya infeksi. lokhea mempunyai
perubahan warna dan volume karena adanya proses
involusi.
Lokhea di bedakan menjadi 4 jenis berdasarkan
warna dan waktu keluarnya :
(a) Lokhea rubra/merah
Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari
keempat masa postpartum. Cairan yang keluar
berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan sisa-
sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo
(rambut bayi), dan mekonium.
19
19
(b) Lokhea sanguilenta
Lokhea ini berwarna merah kecokelatan dan
berlendir, serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari
ke-7 post partum.
(c) Lokhea serosa
Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena
mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi
plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14.
(d) Lokhea alba/putih
Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua,
sel epitel selaput lendir servik, dan serabut jaringan
yang mati. Lokhea alba ini dapat berlangsung selama 2-
6 minggu post partum.
b. Perubahan pada servik
Perubahan yang terjadi pada servik ialah bentuk
servik agak mengangga seperti corong, segera setelah bayi
lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corvus uteri yang dapat
mengadakan kontraksi, sedangkan servik tidak berkontraksi
sehingga seolah-olah pada perbatasan antara corvus dan
servik berbentuk semacam cincin. Muara servik yang
berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan akan menutup
secara perlahan dan bertahap. Setelah bayi lahir, tangan
20
20
dapat masuk ke dalam rongga rahim. Setelah 2 jam, hanya
dapat dimasuki 2-3 jari. Pada minggu ke 6 post partum,
servik sudah menutup kembali.
a) Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta
peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan
bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah proses
tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur.
Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada
keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara
barangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia
menjadi lebih menonjol.
b) Perenium
Segera setelah melahirkan, perenium menjadi
kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan bayi
yang bergerak maju, pada post natal hari ke 5 perineum
sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya,
sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum
hamil.
c. Perubahan sistem pencernaan
Biasanya, ibu akan mengalami konstipasi setelah
persalinan. Hal ini disebabkan karena pada waktu
persalinan, alat pencernaan mengalami penekanan yang
21
21
menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan
berlebih pada waktu persalinan, kurangnya asupan cairan
dan makanan, serta kurangnya aktifitas tubuh. Supaya
buang air besar kembali normal, dapat diatasi dengan diet
tinggi serat, peningkatan asupan cairan, dan ambulasi awal.
Bila ini tidak berhasil, dalam 2-3 hari dapat diberikan obat
laksansia.
d. Perubahan sistem perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu
akan sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama.
Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah terdapat
spasma sfingter dan edema leher kandung kemih sesudah
bagian ini mengalami kompresi (tekanan) antara kepala
janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung. Urine
dalam jumlah besar akan di hasilkan dalam 12-36 jam post
partum. Kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air
akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan
tersebut disebut “dieresis” ureter yang berdilatasi akan
kembali normal dalam 6 minggu
(Sulistyawati, 2009 : 73-79).
e. Perubahan sistem muskuloskeletal
Ligamen-ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang
meregang sewaktu kehamilan dan persalinan berangsur-
22
22
angsur kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligament
rotundum mengendur, sehingga uterus dapat diatasi dengan
latihan-latihan tertentu. Mobilisasi sendi berkurang dan
posisi lordosis kembali secara perlahan-lahan
(Saleha, 2009 : 59).
f. Perubahan Sistem Endokrin
a) Hormone plasenta
Hormone plasenta menurun dengan cepat setelah
persalinan. HCG (Human Chorionic Gonadotropin)
menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3
jam hingga hari ke-7 postpartum dan sebagai onset
pemenuhan mamae pada hari ke-3 postpartum.
b) Hormone pituitary
Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat.
Pada wanita yang tidak menyusui, prolaktin menurun
dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH akan meningkat
pada fase konsentrasi folikuler (minggu ke-3) dan LH
tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
c) Hypotalamik pituitary ovarium
Lamanya seorang wanita mendapatkan
menstruasi juga dipengaruhi oleh factor menyusui.
Seringkali menstruasi pertama ini bersifat anovulasi
karena rendahnya kadar estrogen dan progesterone.
23
23
d) Kadar estrogen
Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar
estrogen yang bermakna sehingga prolaktin yang juga
sedang maningkat dapat mempengaruhi kelenjar mamae
dalam menghasilkan ASI (Sulistyawati, 2009 : 80).
g. Perubahan Tanda-Tanda Vital
a) Suhu badan
Satu hari (24 jam) postpartum suhu badan akan
naik sedikit (37,5-38°C) sebagai akibat kerja keras
waktu melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan.
Apabila keadaan normal, suhu badan menjadi biasa
(Dewi dan sunarsih, 2011 : 60).
b) Nadi dan pernafasan
Nadi berkisar antara 60-80 denyutan permenit
setelah partus, dan dapat terjadi bradikardi, bila
terdapat takikardi dan suhu tubuh tidak panas mungkin
ada perdarahan berlebihan atau ada vitium kordis pada
penderita (Saleha, 2009 : 61).
c) Tekanan darah
Tekanan darah normal manusia adalah sistolik
antara 90-120 mmHg dan diastolik 60-80 mmHg. Pasca
melahirkan pada kasus normal tekanan darah biasanya
tidak berubah. Perubahan tekanan darah menjadi lebih
24
24
rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh
perdarahan (Rukiyah, et all. 2011 : 69).
h. Perubahan Hematologi dan kardiovaskuler
Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel
darah putih sampai sebanyak 15.000 selama masa
persalinan. Leukosit akan tetap tinggi jumlahnya selama
beberapa hari pertama masa postpartum. Jumlah sel-sel
darah putih tersebut masih bisa naik lebih tinggi lagi hingga
25.000 - 30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita
tersebut mengalami persalinan lama. Sering dikatakan
bahwa jika hematokrit pada hari pertama atau kedua lebih
rendah dari titik 2% atau lebih tinggi dari pada saat
memasuki persalinan awal. Rincian jumlah darah yang
terbuang pada klien ini kira-kira 200-500 ml hilang selama
masa persalinan, 500-800 ml hilang selama minggu pertama
post partum, dan terakhir 500 ml selama sisa masa nifas
(Saleha, 2009 : 61-62).
2.1.1.7 Adaptasi Psikologi Ibu Masa Nifas
a. Fase taking in
periode ketergantungan yang berlangsung pada hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat
itu, focus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri.
25
25
Pengalaman selama proses persalinan berulang kali
diceritakannya. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi
pasif terhadap lingkungannya.
b. Fase taking hold
periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah
melahirkan. Pada fase ini, ibu merasa khawatir akan
ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam
merawat bayi.
c. Fase letting go
fase menerima tanggung jawab akan peran barunya
yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu
sudah dapat menyesuikan diri, merawat diri dan bayinya,
serta kepercayaan dirinya sudah meningkat
(Dewi dan Sunarsih, 2011 : 65-66).
2.1.1.8 Kebutuhan Dasar Masa Nifas
a. Nutrisi dan Cairan
Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi
seimbang, terutama kebutuhan protein dan karbohidrat. Gizi
pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi
air susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang
bayi. Bila pemberian ASI berhasil baik, maka berat badan
bayi akan meningkat, integritas kulit baik, tonus otot, serta
26
26
kebiasaan makan yang memuaskan. Ibu menyusui tidaklah
terlalu ketat dalam mengatur nutrisinya, yang terpenting
adalah makanan yang menjamin pembentukan air susu yang
berkualitas dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan bayinya.
a) Kebutuhan kalori selama menyusui proporsional dengan
jumlah air susu ibu yang dihasilkan dan lebih tinggi
selama menyusui dibanding selama hamil. Rata-rata
kandungan kalori ASI yang dihasilkan ibu dengan nutrisi
baik adalah 70 kal/100 ml dan kira-kira 85 kal diperlukan
oleh ibu untuk tiap 100 ml yang dihasilkan. Rata-rata ibu
menggunakan kira-kira 640 kal/hari untuk 6 bulan
pertama dan 510 kal/hari selama 6 bulan kedua untuk
menghasilkan jumlah susu normal. Rata-rata ibu harus
mengkonsumsi 2.300-2.700 kal ketika menyusui.
Makanan yang dikonsumsi ibu berguna untuk melakukan
aktivitas,metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses
produksi ASI, serta sebagai ASI itu sendiri yang akan
dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Makanan yang dikonsumsi juga perlu
memenuhi syarat, seperti: susunannya harus seimbang,
porsinya cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau
27
27
berlemak, serta tidk mengandung alkohol, nikotin, bahan
pengawet, dan pewarna.
b) Ibu memerlukan tambahan 20 gr protein diatas
kebutuhan normal ketika menyusui. Jumlah ini hanya
16% dari tambahan 500 kal yang dianjurkan. Protein
diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel-sel
yang rusak atau mati. Sumber protein dapat diperoleh
dari protein hewani protein nabati. Protein hewani antara
lain telur, daging, ikan, udang, kerang, susu,dan keju.
Sementara itu, protein nabati banyak terkandung dalam
tahu, tempe, kacang-kacangan, dan lain-lain.
c) Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah asupan
cairan. Ibu menyusui dianjurkan minum 2-3 liter per hari
dalam bentuk air putih, susu, dan jus buah ( anjurkan ibu
untuk minum setiap kali menyusui). Mineral, air, dan
vitamin digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan
penyakit dan mengatur kelancaran metabolisme didalam
tubuh. Sumber zat pengatur tersebut bisa diperoleh dari
semua jenis sayur dan buah-buahan segar.
d) Pil zat besi (Fe) harus diminum, untuk menambah zat
gizi setidaknya selama 40 hari pascabersalin.
e) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) sebanyak 2 kali
yaitu pada 1 jam setelah melahirkan dan 24 jam
28
28
setelahnya agar dapat memberikan vitamin A kepada
bayinya melalui ASI (Dewi dan Sunarsih, 2011 : 71-72).
b. Ambulasi dini
Ambulasi dini (early ambulation) ialah
kebijaksanaan membimbing ibu postpartum bangun dari
tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin
untuk berjalan.
Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu postpartum
telentang di tempat tidur selama 7-14 hari setelah
melahirkan. Ibu postprtum sudah diperbolehkan bangun dari
tempat tidur dalam 24-48 jam post partum.
Keuntungan early ambulation adalah :
a) Ibu merasa lebih baik, lebih sehat dan lebih kuat dengan
early ambulation.
b) Faal usus dan kandung kecing lebih baik.
c) Dapat lebih memungkinkan dalam mengajari ibu untuk
merawat atau memelihara anaknya, memandikan dan
lain- lain selama ibu masih dalam perawatan.
d) Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (sosial
ekonomis) (Saleha, 2009 : 72).
29
29
c. Eliminasi
a) Miksi
Miksi disebut normal bila dapat buang air kecil
spontan setiap 3-4 jam. Ibu diusahakan dapat buang air
kecil sendiri, bila tidak dilakukan dengan tindakan :
(a) Dirangsang dengan mengalirkan air kran di dekat
dengan klien.
(b) Mengompres air hangat di atas simpisis.
b) Defekasi
Biasanya 2-3 hari post partum masih sulit buang
air besar. Jika klien pada hari ketiga belum juga bisa
buang besar maka diberi laksan supositoria dan minum
air hangat. Agar dapat buang air besar secara teratur
dapat dilakukan dengan diit teratur, pemberian cairan
yang banyak, makanan cukup serat, olahraga
( Ambarwati dan Wulandari, 2008 : 105-106 ).
d. Kebersihan diri dan perinium
a) Personal higiene
Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan
terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat
penting untuk mencegah terjadinya infeksi.
30
30
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga
kebersihan diri ibu postpartum adalah sebagai berikut :
(a) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama
perinium
(b) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah
kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu
mengerti untuk membersihkan daerah disekitar
vulva terlebih dahulu, dari depan kebelakang,
kemudian membersihkan daerah sekitar anus.
Nasehati ibu untuk membersihkan vulva setiap kali
selesai buang air kecil dan besar.
(c) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain
pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat
digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan
dikeringkan dibawah matahari dan disetrika.
(d) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun
dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah
kelaminnya.
(e) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi,
sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh
daerah tersebut ( Saleha, 2009 : 73-74 ).
31
31
b) Perinium
Setelah seluruh hasil pemantauan dinyatakan
baik, ibu bisa meneruskan perawatan secara pribadi.
Selama masa pasca persalinan, entah itu normal atau
sesar, akan terjadi perdarahan selama 40 hari atau masa
nifas. Disinilah pentingnya menjaga kebersihan vagina
selama masa nifas harus dilakukan karena beberapa
alasan, seperti :
a) Siram mulut vagina hingga bersih dengan air setiap
kali habis BAK dan BAB. Air yang digunakan tak
perlu matang asalkan bersih. Basuh dari arah depan
kebelakang hingga tidak ada sisa-sisa kotoran yang
menempel disekitar vagina baik itu dari air seni
maupun feses yang mengandung kuman dan bisa
menimbulkan infeksi pada luka jahitan.
b) Vagina boleh dicuci menggunakan sabun maupun
cairan antiseptik karena dapat berfungsi sebagai
penghilang kuman. Yang penting jangan takut
memegang daerah tersebut dengan seksama.
c) Bila ibu benar-benar takut menyentuh luka jahitan,
upaya menjaga kebersihan vagina dapat dilakukan
dengan cara duduk berendam dalam cairan antiseptik
selama 10 menit. Lakukan setelah BAK atau BAB.
32
32
d) Yang kadang terlupakan, setelah vagina dibersihkan,
pembalut tidak diganti. Bila seperti itu caranya aka
akan percuma saja. Bukankah pembalut tersebut
sudah dinodaai darahdan kotoran ? berarti bila
pembalut tidak diganti, maka vagina akan tetap
lembab dan kotor.
e) Setelah dibasuh, keringkan perinium dengan handuk
lembut, lalu kenakan pebalut baru.ingat pembalut
mesti diganti setiap habis BAK atau BAB atau
minimal 3 jam sekali atau bila sudah merasa tidak
nyaman.
f) Setelah semua langkah tadi dilakukan, perinium dapat
diolesi salep antibiotik yang diresepkan dokter ( Sari
dan Rimandini , 2014 : 161 ).
e. Istirahat
Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah
kelelahan yang berlebihan. Sarankan pada ibu untuk
kembali pada kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan
serta untuk tidur siang untuk beristirahat selama bayi tidur.
Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa
hal antara lain mengurangi jumlah ASI yang diproduksi,
memperlambat proses involusi uteri dan memperbanyak
33
33
perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan
untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
f. Seksual
Apabila perdarahan telah berhenti dan episiotomy
sudah sembuh maka coitus bisa dilakukan pada 3-4 minggu
post partum. Hasrat seksual pada bulan pertama baik
kecepatannya maupun lamanya, juga orgasmepun akan
menurun.
g. Latihan senam nifas
Senam yang pertama paling baik, paling aman untuk
memperkuat dasar panggul adalah senam kegel. Segera
lakukan senam kegel pada hari pertama post partum bila
memang memungkinkan.
h. Keluarga berencana
a) Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya
2 tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan
harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka
ingin merencanakan keluarganya dengan mengajarkan
kepada mereka tentang cara mencegah kehamilan yang
tidak diinginkan.
b) Biasanya ibu postpartum tidak akan menghasilkan telur
(ovulasi) sebelum mendapatkan haidnya selama
meneteki, oleh karena aminore laktasi dapat dipakai
34
34
sebelum haid pertama kembali untuk mencegah
terjadinya kehamilan.
c) Sebelum menggunakan KB, hal-hal berikut sebaiknya
dijelaskan dahulu pada ibu, meliputi :
(a) Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan
serta metodenya.
(b) Kelebihan dan keuntungan.
(c) Efek samping.
(d) Bagaimana memakai metode itu.
(e) Kapan metode itu dapat dimulai digunakan untuk
wanita pasca persalinan yang menyusu.
d) Jika pasangan memilih metode KB tertentu, ada baiknya
untuk bertemu dengannya lagi dalam dua minggu untuk
mengetahui apakah ada yang ingin ditanyakan oleh ibu
atau pasangan dan untuk melihat apakah metode tersebut
bekerja dengan baik
(Ambarwati dan Wulandari, 2008 :107- 115 ).
2.1.1.9 Tanda-tanda bahaya pada masa nifas
a. Demam tinggi hingga melebihi 38 C
b. Perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah
banyak ( lebih dari perdarahan haid biasa atau bila
memerlukan penggantian pembalut 2 kali dalam setengah
35
35
jam ), disertai gumpalan darah yang besar-besar dan berbau
busuk
c. Nyeri perut hebat/rasa sakit dibagian bawah abdomen atau
punggung, serta nyeri ulu hati
d. Sakit kepala parah/terus menerus dan pandanan masalah
penglihatan
e. Pembengkakan pada wajah, jari-jari atau tangan
f. Rasa sakit, merah, atau bengkak dibagian betis atau kaki
g. Putting payudara berdarah atau merekah, sehingga sulit
untuk menyusui
h. Tubuh lemas dan terasa seperti mau pingsan merasa sangat
letih atau nafas terengah-engah
i. Kehilangan nafsu makan dalam waktu lama
j. Tidak bisa buang air besar selama tiga hari atau rasa sakit
waktu buang air kecil
k. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh bayinya
atau diri sendiri ( Maryunani, 2009 : 139-140 ).
2.1.2 Perinium
2.1.2.1 Pengertian Perineum
Perinium terletak antara vulva dan anus, panjang rata-
rata 4 cm. Bisa meregang saat persalinan dan bisa mengalami
36
36
robekan jika perinium kaku/salah dalam pertolongan
persalinan (Hani, 2010 : 24).
2.1.2.2 Luka Perineum
Luka perinium setelah melahirkan ada 2 macam yaitu
a. Ruptur adalah luka pada perinium yang diakibatkan oleh
rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan
kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan. Bentuk
ruptur biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek
sulit dilakukan penjahitan
(Rukiyah dan yulianti, 2010: 361).
b. Episiotomi adalah insisi perineum untuk memudahkan
persalinan dan mencegah ruptur perineum totalis
(Sulistyawati dan nugraheny, 2010 : 124).
Laserasi jalan lahir adalah sebagai berikut :
Derajat 1 : Laserasi mengenai mukosa vagina,
posterior,kulit perineum
Derajat 2 : Laserasi mengenai mukosa vagina,
komisura posterior, kuit perineum,otot
perineum
37
37
Derajat 3 : Laserasi mengenai mukosa vagina, komisura
Posterior, kulit perineum, otot perineum, otot
spingter ani
Derajat 4 : Laserasi mengenai mukosa vagina, komisura
posterior, kulit perineum, otot perineum, otot
spingter ani, dinding depan rectum.
Umumnya robekan tingkat 1 tidak perlu dijahit jika tidak
ada perdarahan dan posisi luka baik
(Sulistyawati dan nugraheny, 2010 : 181).
a. Episiotomi
Episiotomi ialah insisi dari perinium untuk
memudahkan persalinan dan mencegah ruptur perinium
totalis. Pada masa lalu dianjurkan untuk melakukan
episiotomi secara rutin yang tujuanya untuk mencegah
robekan berlebihan pada perinium, membuat tepi luka
rata agar mudah dilakukan penjahitan, mencegah
penyulit atau tahanan pada kepala dan infeksi, tetap hal
tersebut tidak didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang
cukup
Indikasi episiotomi untuk mempercepat proses kelahiran
bayi dilakukan jika terdapat hal berikut
38
38
a) Gawat janin dan janin akan segera dilahirkan dengan
tindakan.
b) Penyulit kelahiran pervaginam, misalnya karena bayi
sungsang, distosia bahu, ekstrasi vakum atau forsep.
c) Jaringan parut pada perinium atau vagina yang
memperlambat kemajuan persalinan.
Tujuan tindakan episiotomi
a) Mempercepat persalinan dengan memperlebar
jalan lahir lunak.
b) Mengendalikan robekan perineum untuk
memudahkan menjahit
c) Menghindari robekan perineum spontan
d) Memperlebar jalan lahir pada tindakan persalinan
pervaginam
(Sulistyawati dan nugraheny, 2010 : 124).
2.1.3 Perawatan Luka Perineum
2.1.3.1 Pengertian perawatan luka perinium
Perawatan adalah prosess pemenuhan kebutuhan dasar
manusia (biologis, psikologis, sosial dan spiritual) dalam
rentang sakit sampai dengan sehat.
Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan
untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan
39
39
anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran plasenta
sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu
sebelum hamil (Rukiyah et all. 2011:125).
2.1.3.2 Lingkup perawatan
Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk
pencegahan infeksi organ-organ reproduksi yang disebabkan
oleh masuknya mikroorganisme yang masuk melalui vulva
yang terbuka atau dari perkembangbiakan bakteri pada
peralatan penampung lochea (pembalut).
Lingkup perawatan perineum adalah : mencegah
kontaminasi dari rectum, menangani dengan lembut pada
jaringan yang terkena trauma, bersihkan semua keluaran yang
menjadi sumber bakteri dan bau.
2.1.3.3 Waktu perawatan
Menurut feerer (2001), waktu perawatan perineum adalah:
a. Saat mandi : Pada saat mandi, ibu post partum pasti
melepas pembalut, setelah terbuka maka ada kemungkinan
terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung
pada pembalut, untuk itu maka perlu dilaukan penggantian
pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk itu
diperlukan pembersihan perineum.
40
40
b. Setelah buang air kecil : Pada saat buang air kecil,
kemungkinan besar terjadi kontaminasi air senipada rektum
kibat dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perineum
untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
c. Setelah buang air besar : Pada saat buang air besar,
diperlukan Ppembersihan sisa-sisa kotoran disekitar anus,
untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus
keperineum yang letaknya bersebelahan maka diperlukan
proses pembesihan anus dan perineum secara keseluruhan.
2.1.3.4 Faktor yang mempengaruhi perawatan perineum
Gizi : faktor gizi terutama protein akan sangat
mempengaruhi terhadap proses penyembuhan luka pada
perineum karena penggantian jaringan sangat membutuhkan
protein.
Obat-obatan : steroid : dapat menyamarkan adanya
infeksi dengan menganggu respon inflamasi normal;
Antikoagulan : dapat menyebabkan hemorargi; Antibiotik
spektrum luas/spesifik : Efektif bila diberikan segera sebelum
pembedahan untuk patologi spesifik atau kontaminasi bakteri.
Jika diberikan setelah luka ditutupi, tidak efektif karena
koagulasi intrvaskular.
41
41
Keturunan : sifat genetik seseorang akan
mempengaruhi kemampuan dirinya dalam penyembuhan luka.
Salah satu sifat genetik yang mempengaruhi adalah
kemampuan dalam sekresi insulin dapat dihambat, sehingga
menyebabkan glukosa darah meningkat. Dapat terjadi
penipisan protein-kalori.
Sarana prasarana : kemampuan ibu dalam menyediakan
sarana dan prasarana dalam perawatan perineum akan sangat
mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya kemampuan
ibu dalam menyediakan antiseptik.
Budaya dan keyakinan : budaya dan keyakinan akan
mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya kebiasaan
tarak telur, ikan dan daging ayam ,akan mempengaruhi asupan
gizi ibu yang akan sangat mempengaruhi penyembuhan luka.
2.1.3.5 Dampak perawatan luka perinium yang tidak benar
Perawatan perinium yang dilakukan dengan baik dapat
menghindarkan hal berikut ini :
a. Infeksi
Infeksi adalah Kondisi perinium yang terkena lokia
dan lembab akan sangat menunjang perkembangbiakan
bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada
perinium.
42
42
b. Komplikasi
Komplikasi adalah Munculnya infeksi pada
perinium dapat marabat pada saluran kandung kemih
ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada
munculnya komplikasi infeksi kandung kemih maupun
infeksi pada jalan lahir.
c. Kematian ibu post partum
Kematian ibu post partum adalah Penanganan
komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya
kematian pada ibu postpartum mengingat kondisi fisik ibu
postpartum masih lemah (Suwiyoga, 2004)
2.1.3.6 Fase-fase penyembuhan luka
Fase-fase penyembuhan luka menurut Sameltzer
(2002 : 490) adalah sebagai berikut :
a. Fase inflamasi, berlangsung selama 1 sampai 4 hari.
Respons vaskuler dan seluler terjadi ketika jaringan
teropong atau mengalami cedera. Vasokontriksi pembuluh
terjadi dan bekuan fibrinoptalet terbentuk dalam upaya
untuk mengontrol perdarahan. Reaksi ini berlangsung dari 5
menit sampai 10 menit dan diikuti oleh vasodilatasi venula.
Mikrosirkulasi kehilangan kemampuan vasokontraksinya
karena norepinefrin dirusak oleh enzim itraselular. Juga,
43
43
histamin dilepaska, yang meningkatkan permeabilitas
kapiler.
Ketika mikrosirkulasi mengalami kerusakan, elemen
darah seperti antibodi, plasma protein, elektrolit,
komplemen, dan air menembus spasium vaskular selama 2
sampai 3 hari,menyebabkan edema,teraba hangat,
kemerahan dan nyeri.
b. Fase ploliferatif, berlangsung 5 sampai 20 hari.
Fibroblas memperbanyak diri dan membentuk,
jaringan-jaringan untuk sel-sel yang bermigrasi. Sel-sel
epitel membentuk kuncup pada pingir luka; kuncup ini
berkembang menjadi kapiler,yang merupakan sumber
nutrisi bagi jaringan granulasi yng baru.
Setelah 2 minggu, luka hanya memiliki 3%sampai
5% dari kekuatan aslinya. Sampai akhir bulan, hanya 35%
sampai 59% kekuatan luka tercapai. Tidak akan lebih dari
70% sampai 80% kekuatan dicapai kembali. Banyak
vitamin, terutama vitamin C, membantu dalam proses
metebolisme yang terlibat dalam penyembuhan luka.
c. Fase maturasi, berlangsung 21 hari sampai sebulan bahkan
tahunan.
Sekitar 3 minggu setelah cedera, fibroblast mulai
meninggalkan luka. Jaringan parut tampak besar, sampai
44
44
fibril kolagen menyusun kedalam posisi yang lebih padat.
Hal ini, sejalan dengan dehidrasi, mengurangi jaringan parut
tetapi meningkatkan kekuatan. Maturasi jaringan seperti ini
terus berlanjut dan mencapai kekuatan maksimum dalam 10
atau 12 minggu, tetapi tidak pernah mencapai kekuatan
asalnya dari jaringan sebelum luka.
Dalam penatalaksanaan bedah penyembuhan luka,
luka digambarkan sebagai penyembuhan melalui intensi
pertama, kedua, atau ketiga.
Penyembuhan melalui intensi pertama (penyatuan
primer), luka dibuat secara aseptik, dengan pengrusakan
jaringan minimum, dan penutup yang baik, seperti dengan
suture, sembuh dengan sedikit reaksi jaringan melalui
intensi pertama. Ketika luka sembuh melalui intensi
pertama, jaringan granulasi tidak tampak dan pembentukan
jaringan parut minimal.
Penyembuhan melalui intensi kedua (Granulasi).
Pada luka dimana terjadi pembentukan pus (supurasi) atau
dimana tepi luka tidak saling merapat, proses perbaikannya
kurang sederhana dan membutuhkan waktu lebih lama.
Penyembuhan melalui intensi ketiga (Suture
Sekunder). Jika luka dalam baik yang belum disuture atau
terlepas dan kemudian disuture kembali nantinya, dua
45
45
permukaan granulasi yang berlawanan disambungkan. Hal
ini mengakibatkan jaringan parut yang lebih dalam dan luas
(Rukiyah dan Yulianti, 2010 : 361-365).
2.1.3.7 Tujuan perawatan perineum
Tujuan perawatan perineum adalah mencegah
terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan.
Tujuan perawatan perineum adalah pencegahan
terjadinya infeksi pada saluran reproduksi yang terjadi dalam
28 hari setelah kelahiran anak atau aborsi
(Rukiyah et all, 2011 :125).
2.1.3.8 Langkah-langkah penatalaksanaan
a. Persiapan
Persiapan pada ibu postpartum : perawatan perinium
sebaiknyadilakukan di kamar mandi dengan posisi ibu
jongkok, jika ibu telah mampu atau berdiri dengan posisi
kaki terbuka. Alat dan bahan : alat yang digunakan adalah
botol, baskom dan gayung atau shower air hangat dan
handuk bersih. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air
hangat, pembalut nifas baru dan antiseptic.
46
46
b. Penatalaksanaan
Perawatan khusus perineal bagi wanita setelah
melahirkan anak mengurangi rasa ketidaknyamanan,
kebersihan, mencegah infeksi, dan meningkatkan
penyembuhan dengan prosedur pelaksanaan yaitu :
a) Mencuci tangan
b) Mengisi botol plastik yang dimiliki dengan air hangat
c) Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan ke
bawah mengarah ke rektum dan letakan pembalut
tersebut kedalam kantong plastic
d) Berkemih dan BAB ke toilet
e) Semprotkan ke seluruh perinium dengan air
f) Keringkan perinium dengan menggunakan tissue dari
depan ke belakang
g) Pasang pembalut dari depan ke belakang
h) Cuci kembali tangan
c. Evaluasi
Parameter yang digunakan dalam evaluasi hasil
perawatan adalah : perineum tidak lembab, posisi pembalut
tepat, ibu merasa nyaman
(Rukiyah dan yulianti, 2010 : 365).
47
47
2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan
2.2.1 Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan
Manajemen Asuhan Kebidanan adalah pendekatan dan kerangka
pikir yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan
masalah secara sistematis mulai dari pengumpulan data, analisis data,
diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
(Ambarwati dan wulandari, 2010 : 130). Lebih lanjut menurut Saleha,
(2009: 34) Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan
dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan
ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan.
Asuhan kebidanan merupakan suatu penerapan fungsi dan
kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan
kebidanan pada pasien yang mempunyai kebutuhan atau masalah
dalam bidang kesehatan,ibu pada masa hamil,nifas,dan bayi baru lahir
serta keluarga berencana ( Ambarwati dan Wulandari, 2008 : 130).
2.2.2 Tujuh Langkah Manajemen Kebidanan Menurut Helen Varney
Langkah I : Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan
untuk menilai keadaan klien secara
menyeluruh.
Langkah II : Menginterprestasikan data untuk
mengidentifikasi diagnosa/masalah.
Langkah III : Mengidentifikasi diagnosis/masalah potensial
48
48
dan mengatisipasi penanganannya.
Langkah IV : Menetapkan kebutuhan akan tindakan segera,
konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain,
serta rujukan berdasarkan kondisi klien.
Langkah V : Menyusun recana asuhan secara menyeluruh dengan
tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat
pada langkah-langkah sebelumnya.
Langkah VI : Melaksanakan langsung asuhan secara efesien
dan aman.
Langkah VII : Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan
dengan mengulang kembali manajemen proses untuk
aspek-aspek asuhan yang tidak efektif (Soepardan,
2007 : 98).
2.2.2.1 Langkah I (Pengumpulan data dasar)
Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi
yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan
dengan kondisi klien.Untuk memperoleh data dilakukan
dengan cara:
49
49
a. Data subjektif
a) Biodata yang mencakup identitas pasien
(a) Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama
panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam
memberikan penanganan.
(b) Umur
Dicatat untuk mengetahui adanya resiko
seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi
belum matang, mental dan psikis belum siap.
Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali
untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas.
(c) Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut
untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam
berdoa.
(d) Suku/Bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau
kebiasaan sehari-hari.
(e) Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan
untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektual,
50
50
sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai
dengan pendidikannya.
(f) Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur
tingkat social ekonominya, karena ini juga
mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.
(g) Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan
rumah bila diperlukan
b) Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang
berkaitan dengan masa nifas, misalnya pasien merasa
mules, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada
perineum
c) Riwayat kesehatan
(a) Riwayat kesehatan sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada
saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas
dan bayinya.
(b) Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya riwayat atau panyakit akut,
51
51
kronis, sperti: jantung, DM, hipertensi, asma yang
dapat mempengaruhi pada masa nifas ini.
(c) Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga
terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya,
yaitu apabila ada penyakit keluarga yang
menyertainya.
d) Riwayat perkawinan
Yang diper dikaji adalah berapa kali
menikah, status menikah syah atau tidak, karena bila
melahirkan tanpa status yang jelasakan berkaitan
dengan psikologisnya sehingga akan mempengaruhi
proses nifas
(Ambarwati dan Wulandari, 2008 : 131-133).
e) Riwayat obstetric
(a) Riwayat menstruasi
Beberapa data yang harus bidan peroleh dari
riwayat menstruasi, antara lain :
1. Menarche
Menarche adalah usia pertama kali
mengalami menstruasi. Pada wanita
Indonesia, umumnya sekitar 12-16 tahun.
52
52
2. Siklus
Siklus menstruasi adalah jarak
antara menstruasi yang dialami dengan
menstruasi berikutnya dalam hitungan
hari. Biasanya sekitar 23-32 hari.
3. Volume
Data ini menjelaskan seberapa
banyak darah menstuasi yang dikeluarkan.
Kadang bidan akan kesulitan untuk
mendapatkan adata yang valid. Sebagai
acuan, biasanya biadan menggunakan
kriteria banyak, sedang, dan sedikit.
Jawaban yang diberikan oleh
pasien biasanya bersifat subjektif, namun
bidan dapat menggali informasi lebih
dalam lagi dengan beberapa pertanyaan
pendukung, misalnya sampai berapa kali
ganti ganti pembalut dalam sekali.
4. Keluhan
Beberapa wanita menyampaikan
keluhan yang dirasakan ketika mengalami
menstruasi, misalnya sakit yang sangat,
pening sampai pinsan, atau jumlah darah
53
53
yang banyak. Ada beberapa keluhan yang
disampaikan oleh pasien dapat
menunjukan kepada diagnosa tertentu.
(Sulistyawati, 2009 : 112).
(b) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
yang lalu.
Beberapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus,
jumlah anak, cara persalinan yang lalu,
penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu.
(c) Riwayat persalinan sekarang.
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis
kelamin anak, keadaan bayi meliputi PB, BB,
penolong persalinan.
(d) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut
KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama,
adakah keluhan selama menggunakan
kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas
ini dan beralih ke kontrasepsi (Ambarwati dan
Wulandari, 2008 :133-134).
54
54
f) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
(a) Nutrisi
1. Kebutuhan kalori selama menyusui
proporsional dengan jumlah air susu ibu yang
dihasilkan dan lebih tinggi selama menyusui
dibanding selama hamil. Rata-rata
kandungan kalori ASI yang dihasilkan ibu
dengan nutrisi baik adalah 70 kal/100 ml dan
kira-kira 85 kal diperlukan oleh ibu untuk
tiap 100 ml yang dihasilkan. Rata-rata ibu
menggunakan kira-kira 640 kal/hari untuk 6
bulan pertama dan 510 kal/hari selama 6
bulan kedua untuk menghasilkan jumlah susu
normal. Rata-rata ibu harus mengkonsumsi
2.300-2.700 kal ketika menyusui. Makanan
yang dikonsumsi ibu berguna untuk
melakukan aktivitas, metabolisme, cadangan
dalam tubuh, proses produksi ASI, serta
sebagai ASI itu sendiri yang akan
dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Makanan yang
dikonsumsi juga perlu memenuhi syarat,
seperti: susunannya harus seimbang, porsinya
55
55
cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas
atau berlemak, serta tidk mengandung
alkohol, nikotin, bahan pengawet, dan
pewarna.
2. Ibu memerlukan tambahan 20 gr protein
diatas kebutuhan normal ketika menyusui.
Jumlah ini hanya 16% dari tambahan 500 kal
yang dianjurkan. Protein diperlukan untuk
pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang
rusak atau mati. Sumber protein dapat
diperoleh dari protein hewani protein nabati.
Protein hewani antara lain telur, daging, ikan,
udang, kerang, susu,dan keju. Sementara itu,
protein nabati banyak terkandung dalam
tahu, tempe, kacang-kacangan, dan lain-lain.
3. Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi
adalah asupan cairan. Ibu menyusui
dianjurkan minum 2-3 liter per hari dalam
bentuk air putih, susu, dan jus buah
(anjurkan ibu untuk minum setiap kali
menyusui). Mineral, air, dan vitamin
digunakan untuk melindungi tubuh dari
serangan penyakit dan mengatur kelancaran
56
56
metabolisme didalam tubuh. Sumber zat
pengatur tersebut bisa diperoleh dari semua
jenis sayur dan buah-buahan segar.
4. Pil zat besi (Fe) harus diminum, untuk
menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari
pascabersalin.
5. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit)
sebanyak 2 kali yaitu pada 1 jam setelah
melahirkan dan 24 jam setelahnya agar dapat
memberikan vitamin A kepada bayinya
melalui ASI.
(b) Eliminasi
Buang Air kecil (BAK) setelah ibu
melahirkan, terutama bagi ibu yang pertama
kali melahirkan akan terasa pedih bila BAK.
Keaadaan ini kemungkinan disebabkan oleh
iritasi pada uretra sebagai akibat persalinan
sehingga penderita takut Bak.
Miksi disebut normal bila dapat BAK
spontan tiap 3-4 jam.
Buang air besar (BAB). Defekasi (buang
air besar)
57
57
harus ada dalam 3 hari postpartum
( Dewi dan Sunarsih, 2011: 71-73)
(c) Istirahat
Ibu post partum sangat membutuhkan
istrirahat yang berkualitas untuk memulihkan
kembali keadaan fisiknya. Keluarga disarankan
untuk memberikan kesempatan kepada ibu
untuk istirahat yang cukup sebagai persiapan
untuk energi menyusui bayinya. Kurang
istirahat pada ibu post partum akan
mengakibatkan beberapa kerugian, misalnya :
1. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
2. Memperlambat proses involusi uterus dan
memperbanyak perdarahan
3. Menyebabkan depresi daan ketidaknyamanan
untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
Kebutuhan istirahat bagi ibu menyusui
minimal 8 jam sehari, yang dapat dipenuhi
melalui istirahat malam dan siang
(Sulistyawati, 2009 : 103 ).
(d) Personal hygiene
Pada masa postpartum, seorang ibu sangat
rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu,
58
58
kebersihan diri sangat penting untuk mencegah
terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian,
tempat tidur, dan lingkungan sangat penting
untuk tetap dijaga (Saleha,2009 : 73).
(e) Aktivitas
Menggambarkan pola aktivitas pasien
sehari-hari. Pada pola ini perlu dikaji pengaruh
aktivitas terhadap kesehatannya. Mobilisasi
sedini mungkin dapat mempercepat proses
pengembalian alat-alat reproduksi. Apakah ibu
melakukan ambulasi, seberapa sering, apakah
kesulitan, degan bantuan atau sendiri, apakah
ibu pusing ketika melakukan ambulasi
(Ambarwati dan Wulandari, 2008 :137).
(f) Hubungan seksual
Dinding vagina kembali pada keadaan
sebelum hamil dalam waktu 6-8 minggu. Secara
fisik aman untuk memulai hubungan suami istri
begitu darah merah berhenti, dan ibu dapat
memasukkan 1 atau 2 jari ke dalam vagina
tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti
dan ibu tidak merasakan ketidaknyamanan,
maka aman untuk memulai melakukan
59
59
hubungan suami istri kapan saja ibu siap (Dewi
dan sunarsih, 2011 : 77).
g) Data psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga
terhadap bayinya. Wanita mengalami banyak
perubahan emosi/psikologis selam masa nifas
se,entara ia menyesuaikan diei menjadi seorang ibu.
h) Data pengetahuan
Untuk mengetahui seberapa jauh
pengetahuan ibu tentang perawatan setelah
melahirkan sehingga akan menguntungkan selama
masa nifas.
i) Kehidupan sosial budaya
Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang
menganut adat istiadat yang akan menguntungkan
atau merugikan pasien, khususnya pada masa nifas
misalnya pada keniasaan pantang makan
(Ambarwati dan wulandari, 2008 :134-136).
b. Data Objektif
Untuk melengkapi data dalam menegakkan
diagnose, bidan harus melakukan pengkajian data objektif
60
60
melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan
perkusi yang bidan lakukan secara berurutan.
Langkah-langkah pemeriksaannya adalah sebagai berikut
a) Keadaan umum
Untuk mengetahui data ini, bidan perlu
mengamati keadaan pasien secara keseluruhan. Hasil
pengamatan akan bidan laporkan dengan kriteria :
(a) Baik
Pasien dimasukan dalam kriteria ini jika
pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap
lingkungan dan orang lain, secara fisik pasien tidak
mengalami ketergantungan dalam berjalan.
(b) Lemah
Pasien dimasukan dalam kriteria ini jika
kurang atau tidak memberikan respon yang baik
terhadap lingkungan dan orang lain, serta pasien
sudah tidak mampu lagi untuk berjalan sendiri.
b) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran
pasien, bidan dapat melakukan pengajian derajat
kesadarn pasien dari keadaan composmentis (kesadaran
maksimal) sampai dengan coma (pasien tidak dalam
keadaan sadar) (Sulistyawati, 2009 : 121-122).
61
61
c) Tanda vital
a. Tekanan darah
Tekanan darah < 140/90 mmhg. Tekanan darah
tersebut bisa meningkat dari pra persalinan pada 1-3
hari post partum (Suherni et all, 2009 : 84).
b. Nadi
Nadi berkisar antara 60-80 denyutan permenit setelah
partus, dan dapat terjadi brakikardi, bila terdapat
takikardi dan suhu tubuh tidak panas mungkin ada
perdarahan berlebihan atau ada vitium kordis pada
penderita (Saleha, 2009 : 61).
c. Pernafasan
Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal,
yaitu sekitar 20-30 x/menit (Ambarwati dan
wulandari, 2008 :139).
d. Suhu
Satu hari (24 jam) postpartum suhu badan akan naik
sedikit (37,5-38°C) sebagai akibat kerja keras waktu
melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila
keadaan normal, suhu badan menjadi biasa. Biasanya
pada hari ke 3 suhu badan naik lagi karena ada
pembentukan ASI dan payudara menjadi bengkak,
berwarna merah karena banyaknya ASI, bila suhu
62
62
tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada
endometrium, mastitis, traktus genetalis, atau system
lain (Dewi dan Sunarsih, 2011 : 60).
d) Pemeriksaan fisik
(a) Kepala
Organ tubuh yang perlu di kaji karena
pada kepala terdapat organ-organ yang
sangat penting. Pengkajian di awali
dengan inspeksi lalu palpasi.
1. Muka
Pada daerah muka di lihat kesimetrisan
muka,apakah kulitnya normal, pucat.
Ketidaksimetrisan muka menunjukkan
adanya gangguan pada saraf ke tujuh
(Nervus Fasialis).
2. Mata
untuk mengetahui bentuk dan fungsi
mata, teknik yang di gunakan inspeksi
dan palpasi.
3. Telinga
Untuk mengetahui keadaan telinga
luar, saluran telinga, gendang
63
63
telinga/membrane timpani, dan
pendengaran. teknik yang di gunakan
adalah inspeksi dan palpasi.
4. Hidung
Di kaji untuk mengetahui keadaan
bentuk dan fungsi hidung, bagian
dalam, lalu sinus-sinus.
5. Mulut
Untuk mengetahui bentuk dan kelainan
pada mulut.
(b) Leher
Untuk mengetahui bentuk leher, serta
organ- organ lain yang berkaitan. Teknik
yang di gunakan adalah inspeksi dan
palpasi.
(c) Dada
Mengkaji kesehatan pernafasan
(Tambunan, 2011 : 66-86).
(d) Payudara
pembesaran, puting susu
(menonjol/mendatar, adakah nyeri dan
lecet pada puting), ASI/Kolostrum sudah
64
64
keluar, adakah pembengkakan, radang
atau benjolan abnormal
(Suherni,et all. 2009 : 120).
(e) Abdomen
1. TFU
pada pemeriksaan uterus sama halnya
dengan pemeriksaan payudara
dilakukan terlebih dahulu periksa
pandang warna perut, pembesaran pada
perut, kemudian lakukan pemeriksaan
raba ( palpasi ) yakni : periksa ada
tidaknya rasa nyeri saat diraba, periksa
kontraksi uterus, kemudian raba tinggi
fundus ( Rukiyah, et all. 2011 : 99).
Tabel 2.2
Involusi TFU
Berat
Uterus
(gr)
Diameter
bekas
melekat
Plasenta
Keadaan
Serviks
Bayi Lahir Setinggi Pusat 1000
Uri Lahir 2 Jari di bawah
Pusat
750 12,5 Lembek
Satu
minggu
Pertengahan
pusat- sympisis
500 7,5 Beberapa
hari setelah
post partum
dapat di lalui
2 jari akhir
minggu
pertama
dapat di
masuki 1 jari
Dua minggu Tak teraba di atas
sympisis
350 3-4
Enam
minggu
Bertabah Kecil 50-60 1-2
Delapan
minggu
Sebesar normal 30
Involusi uterus (Dewi dan sunarsih, 2011 : 57).
65
65
2. Kandung Kemih
kondisi kandung kemih sangat
berpengaruh terhadap keadaan
kontraksi uterus, sehingga pemeriksaan
kandung kemih jangan diabaikan
karena jika kontraksi terhambat oleh
kandung kemih yang penuh bisa
berakibat keluar darah yang cukup
banyak (Rukiyah, et all. 2011 : 100).
(f) Keadaan genitalia
1. Lochea
Normal :
- Merah hitam (lochia rubra)
- Bau biasa
- Tidak ada bekuan darah atau butir-
butir darah beku ( ukuran jeruk
kecil)
- Jumlah perdarahan yang ringan
yang ringan atau sedikit (hanya
perlu mengganti pembalut setiap 3-5
jam).
66
66
Abnormal :
- Merah terang
- berbau busuk,
- mengeluarkan darah beku
- perdarahan berat (memerlukan
penggantian pembalut setiap 0-2
jam).
2. Keadaan perineum : oedema,
hematoma, bekas luka
episiotomi/robekan, hecting.
3. Keadaan anus : hemoroid
(g) Punggung
Mengkaji nyeri tekan, nyeri ketuk.
2.2.2.2 Langkah II ( Interpretasi data dasar )
Mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan
masalah berdasarkan interprestasi yang benar atar data-
data yang telah dikumpulkan. Dalam langkah ini data
yang telah dikumpulkan diinterprestasikan menjadi
diagnosa kebidanan dan masalah.
67
67
a. Diagnosa Kebidanan
Diagnosa dapat ditegakkan yang barkaitan
enggan Para, Abortus, Anak hidup, umur ibu, dan
keadaan nifas.
Data dasar meliputi :
a) Dasar subjektif
Pernyataan ibu tentang jumlah persalinan,
apakah pernah abortus atau tidak, keterangan ibu
tentang umur, keterangan ibu tentang keluhannya.
b) Dasar objektif
Palpasi tentang tinggi fundus uteri dan
berkontraksi, hasil pemeriksaan tentang
pengeluaran pervaginam, hasil pemeriksaan
tanda-tanda vital.
b. Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan
Pasien
a) Dasar subjektif
Data yang didapat dari anamnesa pasien.
b) Dasar objektif
Data yang didapat dari hasil pemeriksaan
68
68
2.2.2.3 Langkah III ( Diagnosa potensial )
Mengidentifikasi diagnose atau masalah
potensial yang mungkin akan terjadi. Pada langkah ini
diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini
membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila
memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap-
siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi .
2.2.2.4 Langkah IV( Antisipasi masalah )
Langkah ini memerlukan kesinambungan
dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan
menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan
atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan
lain sesuai dengan kondisi pasien
2.2.2.5 Langkah V ( Perencanaan )
Langkah-langkah ini di tentukan oleh langkah –
langkah sebelumnya yang merupakan lanjutan dari
masalah atau diagnosa yang telah di identifikasi atau
antisipasi
(Ambarwati dan Wulandari, 2008 :140- 143).
69
69
Kunjungan 6 – 8 Jam setelah persalinan
a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia
uteri
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan,
rujuk bila perdarahan berlanjut.
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu
anggota keluarga mengenai bagaimana cara
mencegah perdarahan masa nifas karena atonia
uteri.
d. Pemberian ASI awal.
e. Melakukan hubungan antara ibu dengan bayi yang
baru lahir.
f. Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara
mencegah hypotermi.
g. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus
tinggal dengan Ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam
pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi
dalam keadaan stabil.
Kunjungan 6 hari setelah persalinan.
a. Memastikan involusi uteri berjalan dengan normal,
uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus
tidak ada petdarahan abnormal, dan tidak ada bau.
70
70
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau
kelainan pascamelahirkan.
c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan,
dan istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
ada tanda-tanda penyulit.
e. Memberikan konseling kepada ibu mengenai
asuhan pada bayi, cara merawat tali pusat, dan
bagai mana menjaga bayi agar tetap hangat
(Dewi dan Sunarsih, 2011 : 4-5).
2.2.2.6 Langkah VI ( Pelaksanaan )
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan
penyuluhan pada klien dan keluarga. Mengarahkan
atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan
aman.
2.2.2.7 Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna
mengetahui apa yang telah dilakukan bidan.
Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberiakn,
ulangi kembaliproses manajemen dengan benar
terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan
71
71
tapi belum efektif atau merencanakan kembali yang
belum terlaksana (Ambarwati dan wulandari,
2008:145-147).
2.3 Teori Landasan Hukum
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes)
Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran
Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:
2.3.1 Kewenangan normal
Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh
seluruh bidan.
Kewenangan ini meliputi :
2.3.1.1 Pelayanan kesehatan ibu
a. Ruang lingkup :
a) Pelayanan konseling pada masa pra hamil
b) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
c) Pelayanan persalinan normal
d) Pelayanan ibu nifas normal
e) Pelayanan ibu menyusui
f) Pelayanan konseling pada masa antara dua
Kehamilan
72
72
b. Kewenangan :
a) Penjahitan luka jalan lahir tingkat 1 dan II
b) Penangan kegawatdaruratan, dilanjutkan
dengan perujukan
c) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
d) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu
nifas. Fasilitas/bimbingan inisiasi
menyusui
dini (IMD) dan promosi air susu (ASI)
eksklusif
e) Pemberian uterotonika pada manajemen
aktif
kala tiga dan postpartum
f) Penyuluhan dan konseling
g) Bimbingan pada kelompok ibu hamil
h) Pemberian surat keterangan kematian
i) Pemberian surat keterangan cuti bersalin
2.3.1.2 Pelayanan kesehatan anak
a. Ruang lingkup :
a) Pelayanan bayi baru lahir
b) Pelayanan bayi
c) Pelayanan anak balita
d) Pelayanan anak pra sekolah
73
73
b. Kewenangan
a) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal
termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi,
inisiasi menyusui dini (IMD), injeksi
vitamin K1
b) Perawatan bayi baru lahir pada masa
neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali
pusat
c) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir
dan segera merujuk
d) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan
dengan perujukan
e) Pemberian imunisasi rutin sesuai program
pemerintah
f) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak
balita dan anak pra sekolah
g) Pemberian konseling dan penyuluhan
h) Pemberian surat keterangan kelahiran
i) Pemberian surat keterangan kematian
2.3.1.3 Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana, dengan kewenangan :
74
74
b. Memberikan penyuluhan dan konseling
kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana
c. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom
Selain kewenangan normal sebagaimana
tersebut di atas, khusus bagi bidan yang
menjalankan program pemerintahan
mendapatkan kewenangan tambahan untuk
melakukan pelayanan kesehatan yang meliputi :
a) Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat
kontrasepsi dalam rahim, dan memberikan
pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit
b) Asuhan antenatal terintegrasi dengan
intervensi khusus penyakit kronis tertentu
(dilakukan di bawah suoervisi dokter)
c) Penanganan bayi dan anak balita sakit
sesuai pedoman yang ditetapkan
d) Melakukan pembinaan peran serta
masyarakat di bidang kesehatan ibu dan
anak, anak usia sekolah dan remaja, dan
penyehatan lingkungan
e) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak
balita, anak pra sekolah dan anak sekolah
75
75
f) Melaksanakan pelayanan kebidanan
komunits
g) Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan
memberikan penyuluhan terhadap Infeksi
Menular Seksual (IMS) termasuk
pemberian kondom, dan penyakit lainnya
h) Pencegahan penyalahgunaan Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya
(NAPZA) melalui informasi dan edukasi
i) Pelayanan kesehatan lain yang merupakam
program pemerintah
Khusus untuk pelayanan alat
kontrasepsi bawah kulit, asuhan antenatal
terintegrasi, penanganan bayi dan anak
balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini,
merujuk, dan memberikan penyuluhan
terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS)
dan penyakit lainnya, serta pencegahan
penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika
dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA), hanya
dapat dilakukan oleh bidan yang telah
mendapat pelatihan untuk pelayanan
tersebut.
76
76
Selain itu, khusus di daerah
(kecamatan atau keluruhan/desa) yang
belum ada dokter, bidan juga diberikan
kewenangan sementara untuk memberikan
pelayanan kesehatan di luar kewenangan
normal, dengan syarat telah ditetapkan oleh
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Kewenangan bidan untuk memberikan
pelayanan kesehatan di luar kewenangan
normal tersebut berakhir dan tidak berlaku
lagi jika di daerah tersebut sudah terdapat
tenaga dokter
(http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/archiv
es/171)
77
77
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN PERAWATAN LUKA
PERINEUM TERHADAP NY. V UMUR 20 TAHUN P1A0 6 JAM
POST PARTUM DI KLINIK BERSALIN ROSBIATUL
ADAWIYAH S.KM, M.Kes, KEMILING
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
3.1 PENGKAJIAN
Nama Mahasiswa : Fika Cresya
NIM : 201207084
Tanggal : 10 April 2015
Jam : 18.00 WIB
a. DATA SUBJEKTIF
a) IDENTITAS
(a) Biodata
Istri Suami
Nama : Ny.V : Tn.J
Umur : 20 tahun : 32 tahun
Agama : Islam : Islam
Suku : Jawa/Indonesia : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMP : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga : Wiraswasta
77
78
78
Alamat : Jl.imam bonjol Gg.mawar , Kemiling,
Bandar Lampung
b) Keluhan Utama : - Ibu mengatakan saat ini perutnya masih
merasa mules.
- Ibu mengatakan nyeri pada daerah luka
perinium
- Ibu mengatakan takut untuk BAB
c) Riwayat kesehatan :
(a) Riwayat kesehatan sekarang
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
TBC : Tidak ada
(b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
79
79
TBC : Tidak ada
(c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Hipertensi : Tidak ada
DM : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Asma : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
Hepatitis : Tidak ada
TBC : Tidak ada
d) Riwayat Perkawinan
Status perkawinan : Syah
Usia nikah pertama : 19 Tahun
Lamanya pernikahan : 1 tahun
e) Riwayat obstetri
(a) Riwayat haid
1. Menarche : 14 Tahun
2. Siklus : 28 Hari
3. Lama : 7 Hari
4. Volume : 2- 3 kali ganti pembalut/hari
5. Sifat : Encer dengan sedikit menggumpal
6. Disminorhea : Tidak ada
7. HPHT : 12-7-2014
8. TP : 19-4-2015
80
80
(b) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu.
No Tahun
Persalinan
Tempat
Persalinan
Umur
Kehamilan
Jenis
Persalinan
penolong penyulit Keadaan
nifas Anak
1 Hamil ini
(c) Riwayat persalinan sekarang
Jenis persalinan : Spontan
Tanggal : 10 - 04 - 2015
Jam : 12.00 WIB
Jenis kelamin : Laki-Laki
Panjang badan : 52 cm
Berat badan : 3000 gram
Keadaan bayi : Sehat dan normal
(d) Riwayat KB : Ibu mengatakan tidak pernah
menggunakan alat kontrasepsi
f) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari
(a) Pola Nutrisi
Makan
Menu : nasi 1 porsi, tempe 1 potong, sayur
bening 1 mangkok, dan 1 gelas susu
Frekuensi : saat pengkajian 1 kali makan
Jumlah : saat pengkajian 1 porsi
81
81
(b) Pola eliminasi
BAK : selama pengkajian ibu sudah BAK 2-3 kali
warna kuning jernih
BAB : selama pengkajian ibu belum BAB
(c) Pola aktivitas : ibu masih takut untuk beraktivitas
(d) Pola istirahat
Malam hari : 6-8 jam
Siang hari : 1 jam
(e) Pola personal hygine
Kebersihan : bersih
Mandi : 2 kali sehari
Keramas : 1 kali sehari
Ganti baju dan celana dalam : 2kali sehari atau bila lembab
g) Psikososial
(a) Tanggapan ibu terhadap dirinya :
Ibu bahagia setelah dia mampu melahirkan secara normal
(b) Tingkat pengetahuan ibu terhadap kondisinya :
Ibu tidak tau bahwa rasa mules yang masih ia rasa kan
adalah hal yang normal dan tidak perlu takut BAB, karena
jika ibu tidak BAB dalam 2-3 hari setelah persalinan itu
masih hal yang normal.
(c) Tanggapan keluarga terhadap kelahiran bayi :
Keluarga bahagia dengan kelahiran bayi Ny.v
82
82
(d) Pengambilan Keputusan :
Pengambilan keputusan dilakukan secara bermusyawarah
dalam keluarga
(e) Lingkungan yang berpengaruh : Tidak ada
b. Data objektif
Tanggal/ waktu : 10-04-2015/ 18.00 WIB
a) Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Keadaan emosional : Stabil
Tanda-tanda vital
TD : 110/80 mmHg
Pernafasan : 22 kali/menit
Nadi : 80 kali/menit
Suhu : 38,00
c
b) Pemeriksaan fisik
Kepala
(a) Wajah
Pucat : Tidak ada
Oedema : Tidak ada
(b) Mata
Simetris : Ya kanan dan kiri
83
83
Kelopak mata : Tidak oedema
Konjungtiva : Merah muda
Sklera : Putih
(c) Hidung
Simetris : Ya kanan dan kiri
Polip : Tidak ada pembesaran
Kebersihan : Bersih
(d) Mulut
Bibir : Lembab dan Tidak kering
Lidah : Bersih
Gigi : Tidak Ada lubang dan Tidak Ada caries
Gusi : Tidak Ada pembengkakan dan perdarahan
(e) Telinga
Simetris : Simetris
Gangguan pendengaran : Tidak Ada
(f) Leher
Tumor : Tdak Ada
Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak Ada
Pembesaran vena jugularis : Tidak Ada
(g) Ketiak
Pembesaran kelenjar limfe : Tidak Ada
(h) Dada
Retraksi : Tidak Ada
84
84
Bunyi mengi dan ronchi : Tidak ada
(i) Payudara
Simetris : Ya antara kanan dan kiri
Puting Susu : Menonjol, bersih
Hiperpigmentasi : Ada pada daerah areolla dan puting
susu
Benjolan : Tidak ada
Pengeluaran : Ada, kolostrum
Rasa Nyeri : Tidak ada
(j) Punggung dan Pinggang
Simetris : Simetris
Nyeri ketuk : Tidak ada
(k) Abdomen
Benjolan : Tidak ada
Konsistensi : Keras, membulat
Kandung Kemih : Kosong
Uterus
TFU : 2 jari dibawah pusat
Kontraksi : Baik
(l) Anogenital
Labia mayor minor : Tidak ada pembengkakan
Kelenjar bartholini : Tidak ada pembengkakan
Pengeluaran vagina
85
85
Jenis lokea : Lokea rubra
Warna : Merah segar
Bau : Khas
Jumlah : Selama pengkajian ibu ± 2 kali ganti
softek
Perinium : Ada laserasi
Anus : Tidak ada hemoroid
(m) Ekstremitas Bawah
Oedema : Tidak ada
Kemerahan : Tidak ada
Varises : Tidak ada
Reflek patela : Positif Kanan dan Kiri
c) Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan
d) Data penunjang
(a) Riwayat Persalinan sekarang
IBU
1. Tempat Melahirkan : Klinik Bersalin Rosbiatul
Adawiyah,S.KM,M.Kes
2. Penolong : Bidan Rosbiatul
Adawiyah,S.KM,M.Kes
3. Jenis Persalinan : Spontan, pervaginam
4. Tanggal Persalinan : 10-04-2015/jam 12.00 WIB
86
86
5. Komplikasi : Tidak ada
6. Lamanya persalinan
Kala 1 : 10 Jam 15 Menit
Kala II : 1 Jam 0 Menit
Kala III : 0 Jam 10 Menit
Kala IV : 2 Jam 0 Menit +
Lama : 13 Jam 15 Menit
7. Ketuban pecah pukul : 11.40 WIB
8. Jumlah Perdarahan : Kala III / IV : 225cc / 100cc
9. Obat - obatan yang diberikan selama persalinan :
Oksitosin
10. Obat – obatan yang diberikan setelah persalinan :
Paracetamol 500 mg, tablet Fe dengan dosis 60 mg,
Vitamin A dengan dosis 200.000 IU, Amoxilin 500 mg
11. Plasenta
Lahir : Spontan
Insersia : Sentralis
Berat : 500 gram
Panjang Tali Pusat : ± 50 cm
Diameter : 20 cm
Selaput Dan Kotiledon : Lengkap
Kelainan : Tidak ada
12. Perenium : Ada laserasi
87
87
(b) Bayi
Lahir : Spontan
Insersia : Sentralis
Berat : 500 gram
Panjang Tali Pusat : ± 50 cm
Diameter : 20 cm
Selaput Dan Kotiledon : Lengkap
88
88
Tabel 3.2
MATRIKS
Tgl / jam Pengkajian
Interpretasi Data (Dx,
Masalah, Kebutuhan)
Dx
Potensial
/Masalah
Potensial
Antisipasi
/Tindakan
Segera
Intervensi Implementasi Evaluasi
10-04-2015
/ 18.00 wib
Ds :
Ibu mengatakan ini
anak pertama dan tidak
pernah keguguran
ibu mengatakan
melahirkan tanggal
10-04-2015 pukul
12.00 wib
Ibu mengatakan masih
mules pada perutnya
Ibu mengatakan nyeri
pada luka perineum
Ibu mengatakan takut
untuk BAB
Do :
KU ibu baik
Dx : Ny. V umur 20
tahunP1A0 6 jam post
partum
Dasar :
DS :
- ibu mengatakan ini
anak pertama dan
tidak pernah
keguguran
- ibu mengatakan
melahirkan tanggal
10-04-2015
pukul112.00 wib
- Ibu mengatakan
nyeri padadaerah
luka perineum
DO :
- Keadaan umum ibu
baik
Tidak Ada Tidak Ada 1. Beri tahu ibu
kondisinya saat ini
2. Jelaskan keluhan
yang dialami
1. Memberi tahu ibu kondisinya
saat ini yaitu TTV ibu
didapatkan hasil TD : 110/80,
N : 80x/menit, RR : 22, T :
38,0 ºC, berdasarkan
pemeriksaan khusus
kebidanan pada payudara
yaitu puting susu menonjol,
pengeluara ASI ada yaitu
colostrum, pada bagian
abdoen kontraksi ibu baik,
TFU : 2 jari dibawah pusat,
dan pada anogenital
pengeluaran locea rubra
berwarna merah segar dan
terdapat luka perieium.
2.Menjelaskan kepada ibu bahwa
nyeri pada perineum yang
dirasakan ibu adalah karena
adanya luka jahitan yang masih
basah dan mulas pada perut
adalah hal yang normal karena
proses pengembalian rahim ke
1. Ibu mengerti
kondisinya saat ini
2. Ibu telah
mengerti
mengenai
keluhan-keluhan
yang dialami
88
89
89
TTV
TD: 110/80 mmHg
N : 80 x/m
RR : 22x/m
S : 38,00
C
Pemeriksaan khusus
kebidanan :
1.Payudara
Puting susu :
menonjol
Pengeluaran Asi :
ada, colostrum
2. Abdomen
Kontraksi : baik
TFU : 2 jari dibawah
pusat
3. Anogenital
Pengeluaran locea :
rubra
warna : merah segar
- TTV
TD: 110/80mmHg
N : 80 x/m
RR : 22x/m
S : 38,00
C
- Terdapat laserasi /
luka pada daerah
perineum
- laserasi perineum
masih basah
Masalah : nyeri pada
luka perineum
Kebutuhan : perawatan
luka perineum
-
3. lakukan dan ajarkan
pada ibu dan
keluarga bagaimana
mencegah
perdarahan masa
nifas
4 . Anjurkan ibu untuk
menyusui secara on
demand
bentuk seperti sebelum hamil
dan mengenai ibu takut BAB itu
tidak perlu khawatir karena jika
ibu tidak BAB dalam 2-3 hari
setelah persalinan itu masih hal
yang normal.
- 3.melakukan dan mengajarkan
pada ibu dan keluarga
bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas yaitu
dengan cara masase uterus agar
uterus dapat berkontraksi
dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan dan selanjutnya
mengajarkan ibu
5.4.Menganjurkan ibu untuk
menyusui secara on demand
yaitu sesuai kebutuhan
bayitanpa dijadwalkan karena
cairan pertama yang diperoleh
bayi dari ibunya dalah
kolostrum, yang mengandunng
campuran kaya protein, mineral,
dan antibodi yang berguna
untuk bayi.
3.Ibu dan keluarga
telah diberikan
konseling dan
mengenai
mencegah
perdarahan masa
nifas
4.Ibu bersedia untu
k menyusui
bayinya sedini
mungkin.
90
90
Perineum : ada
laserasi
5. Lakukan dan ajarkan
pada ibu pencegahan
hipotermi pada bayi.
6. Lakukan dan ajarkan
Perawatan luka
perineum
5.Melakukan dan mengajarkan
pencegahan hipotermi pada bayi
yaitu dengan cara
membaringkan bayi dalam
ruangan > 25 ºC bersama
ibunya, mengganti popok bayi
segera saat popok bayi basah,
tidak membiarkan bayi dalam
keadaan tanpa busana, menutup
kepala bayi dengan topi.
6. .Melakukan dan mengajarkan
perawatan luka perineum yaitu
siapkan alat dan bahan :
tensimeter dan stetoskop, air
DTT dalam tempatnya, sarung
tangan satu pasang,
bengkok. Setelah
mempersiapkan alat jelaskan
pada ibu tentang tindakan yang
akan dilakukan, atur posisi,
setelah itu cuci tangan, pakaian
bawah pasien dibuka, pakai
sarung tangan, lalu lakukan
perawatan luka perineum
dengan cara membersihkan
daerah luka dari lochea lalu
keringkan dengan menggunakan
tissue dari depan ke belakang,
setelah itu pasien dirapikan dan
alat-alat dibereskan dengan
prinsip dekontaminasi, cuci
5. Ibu bersedia
untuk menjaga
bayi tetap sehat
dengan
mencegah
hipotermi
6.perawatan luka
perineum telah
dilakukan dan
diajarkan kepada
ibu.
91
91
tangan dengan sabun dan air
mengalir. Dan Mengajarkan
pasien cara melakukan
perawatan perinium secara
pribadi yaitu :
1. Siram mulut vagina hingga
bersih dengan air setiap kali
habis BAK dan BAB. Air
yang digunakan tak perlu
matang asalkan bersih.
Basuh dari arah depan
kebelakang hingga tidak
ada sisa-sisa kotoran yang
menempel disekitar vagina
baik itu dari air seni
maupun feses yang
mengandung kuman dan
bisa menimbulkan infeksi.
2. vagina boleh dicucui
menggunakan sabun
maupun cairan antiseptik
karna dapat berfungsi
sebagai penghilang kuman
3. bila ibu takut menyenth
luka jahitan, upaya menjaga
kebersihan vagina dapat
dilakuka dengan cara duduk
berendam dalam cairan
antiseptik selama 10 menit.
Lakukan setelah BAK atau
BAB.
4. setelah dibasuh, keringkan
perinium dengan handuk
92
92
7 . Ajarkan ibu untuk
mobilisasi dini
8. Anjurkan ibu untuk
istirahat
lembut, lalu kenakan
pembalut baru. Pembalut
mesti diganti setiap habis
BAK atau BAB atau
minimal 3 jam sekali atau
bila sudah merasa tidak
nyaman.
7. Mengajarkan ibu untuk
mobilisasi dini yaitu dengan
cara membimbimg klien
keluar dari tempat tidurnya
dan membimbing selekas
mungkin berjalan.dan
membolehkan bangun dari
tempat tidur dalam 24-48 jam
postpartum dan jika belum
bisa duduk ibu dapat
melakukan dengan cara miring
kanan dan miring kiri.
8. Mengajurkan ibu untuk
istirahat yang cukup yaitu
seperti untuk tidur siang dan
malam yang cukup beristirahat
selama bayi tidur karena jika
kurang istirahat akan
7. Ibu mengerti
tentang
mobilisasi
dini.
8.Ibu mengerti
tentang istirahat
yang
berkualitas.
93
93
9. Lakukan bonding
attachment
mempengaruhi ibu dalam
beberapa hal antara lain
mengurangi
jumlah ASI yang diproduksi,
memperlambat proses involusi
uteri dan memperbanyak
perdarahan, menyebabkan
depresi dan ketidakmampuan
untuk merawat bayi dan
dirinya sendiri.
9. Melakukan bonding
attachment dengan cara rawat
gabung untuk menimbulkan
kontak batin antara ibu dan
bayi serta bayi merasa dicintai,
diperhatikan, dan dipercayai.
9.bonding
attachment telah
dilakukan
94
94
13-04-2015
/15.00 wib
Ds :
- ibu mengatakan
melahirkan tanggal 10-
04-2015 pukul 12.00
wib
- Ibu mengatakan
perutnya masih mulas.
- Ibu mengatakan nyeri
pada daerah luka
perinium.
Do :
Keadaan umum ibu
baik
TTV:
TD : 1110/70 mmHg.
N : 80 x/m
RR : 120 x/m
T : 37,20
C
Ny.V umur 20
tahun P1 A0 3 hari post
partum
Dasar :
DS :
- Ibu mengatakan
pertama kali
melahirkan dan
tidak pernah
keguguran
- ibu mengatakan
melahirkan tanggal
10-04-2015 pukul
12.00 wib
- Ibu mengatakan
nyeri pada daerah
luka perineum.
Do :
- Keadaan umum ibu
baik
Tidak Ada Tidak Ada 1. Beri tahu ibu
keadaanya saat ini
2.Pastikan ibu memberi
ASI secara on
demand
1. Memberi tahu ibu kondisinya
saat ini yaitu TTV ibu
didapatkan hasil TD : 110/70,
N : 80x/menit, RR : 20, T :
37,2 ºC, berdasarkan
pemeriksaan khusus
kebidanan pada payudara yaitu
puting susu menonjol,
pengeluara ASI ada yaitu
colostrum, pada bagian
abdoen kontraksi ibu baik,
TFU : 3 jari dibawah pusat,
dan pada anogenital
pengeluaran locea rubra
berwarna merah segar.
2.Memastikan ibu memberikan
ASI nya secara on demand
seperti yang telah diajarkan.
1. Ibu mengerti
keadaannya saat
ini
2. Ibu telah
memberikan
ASI kepada bayi
nya secara on
demand yaitu
sesuai
kebutuhan bayi
tanpa
dijadwalkan.
95
95
Pemeriksaan khusus
kebidanan :
1.Payudara
Puting susu :
menonjol
Pengeluaran Asi :
ada, Colostrum
2. Abdomen
Kontraksi : baik
TFU : 3 jari dibawah
pusat
3. Anogenital
Pengeluaran locea :
rubra
warna : merah segar
luka perinium masih
basah dan tidak
terlihat telihat tidak
ada tanda-tanda
infeksi.
- TTV :
- TD : 110/70 Mmhg
- N : 80 x/i
- RR : 20 x/i
- T : 37,2 ºC
- luka perineum masih
basah dan tidak
terlihat ada tanda-
tanda infeksi
Masalah : nyeri pada
perineum
Kebutuhan : perawatan
luka perineum
3.Pastikan ibu dapat
melakukan perawatan
luka perinium yang
telah diajarkan.
3.Memastikan ibu dapat
melakukan sendiri perawatan
luka perinium yang telah
diajarkan.
3. Ibu telah
melakukan
perawatan luka
perinium dan
apa yang
diajarkan yaitu
1. Siram mulut
vagina hingga
bersih dengan
air setiap kali
habis BAK dan
BAB. Air yang
digunakan tak
perlu matang
asalkan bersih.
Basuh dari arah
depan
kebelakang
hingga tidak
ada sisa-sisa
kotoran yang
menempel
disekitar
vagina baik itu
dari air seni
maupun feses
yang
mengandung
kuman dan bisa
menimbulkan
infeksi.
96
96
2. vagina boleh
dicucui
menggunakan
sabun maupun
cairan antiseptik
karna dapat
berfungsi
sebagai
penghilang
kuman
3.bila ibu takut
menyentuh luka
jahitan, upaya
menjaga
kebersihan
vagina dapat
dilakuka dengan
cara duduk
berendam dalam
cairan antiseptik
selama 10 menit.
Lakukan setelah
BAK atau BAB.
4.setelah dibasuh,
keringkan
perinium dengan
handuk lembut,
lalu kenakan
pembalut baru.
Pembalut mesti
diganti setiap
habis BAK atau
97
97
4. Pastikan ibu untuk
istirahat
4. Memastikan ibu untuk
istirahat yang cukup
BAB atau
minimal 3 jam
sekali atau bila
sudah merasa
tidak nyaman
4.Ibu mengerti
tentang
istirahat yang
diajarkan
Yaitu seperti
tidur siang dan
malam yang
cukup
beristirahat
selama bayi
tidur karena
jika kurang
istirahat akan
mempengaruhi
ibu dalam
beberapa hal
antara lain
mengurangi
jumlah
ASIyang
diproduksi,
memperlambat
proses involusi
uteri dan
98
98
5. Anjurkan ibu untuk
menjaga personal
hygiene
5.Menganjurkan ibu untuk
menjaga personal hygiene
yaitu membersihkan daerah
kelamin dengan sabun dan air,
pada daerah sekitar vulva
terlebih dahulu, dari depan
kebelakang, kemudian
membersihkan daerah sekitar
anus,bersihkan vulva setiap
kali selesai buang air kecil atau
besar, mengganti pembalut
atau kain pembalut setidaknya
dua kali sehari, kain dapat
digunakan ulang jika telah
dicuci dengan baik dan
dikeringkan dbawah matahari
dan disetrika, kemudian cuci
tangan ibu dengan sabun dan
air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah
kelaminnya
memperbanyak
perdarahan,
menyebabkan
depresi dan
ketidakmampu
an untuk
merawatbayi
dan diirinya
sendiri.
5.Ibu mengerti
tentang
personal
hygiene yang
diajarkan
99
99
6. Anjurkan ibu
tentang kebutuhan
nutrisi
6. Menganjurkan ibu tentang
kebutuhan nutrisi yang baik
yaitu rata-rata kandungan
kalori ASI yang dihasilkan ibu
dengan nutrisi baik adalah 70
kal/100 ml dan kira-kira 85 kal
diperlukan oleh ibu untuk tiap
100 ml yang dihasilkan. Rata-
rata ibu menggunakan kira-
kira 640 kal/hari untuk 6 bulan
pertama dan 510 kal/hari
selama 6 bulan kedua untuk
menghasilkan jumlah susu
normal. Rata-rata ibu harus
mengkonsumsi 2.300-2.700
kal ketika menyusui.
Makanan yang dikonsumsi ibu
berguna untuk melakukan
aktivitas,metabolisme,
cadangan dalam tubuh, proses
produksi ASI, serta sebagai
ASI itu sendiri yang akan
dikonsumsi bayi untuk
pertumbuhan dan
perkembangannya dan ibu
memerlukan tambahan 2 gr
protein diatas kebutuhan
normal ketika menyusui.
Jumlah ini hanya 16% dari
tambahan 500 kal yang
dianjurkan. Protein diperlukan
untuk pertumbuhan dan
penggantian sel-sel yang rusak
atau mati. Sumber protein
6. Ibu mengerti
tentang
kebutuhan
nutrisi yang
telah diajarkan
100
100
7. Beritahu ibu tentang
tanda bahaya masa
nifas
dapat diperoleh dari protein
hewani protein nabati. Protein
hewani antara lain telur,
daging, ikan, udang, kerang,
susu,dan keju. Sementara itu,
protein nabati banyak
terkandung dalam tahu, tempe,
kacang-kacangan, serta Ibu
menyusui dianjurkan minum
2-3 liter per hari dalam bentuk
air putih, susu, dan jus buah (
anjurkan ibu untuk minum
setiap kali menyusui).
Mineral, air, dan vitamin
digunakan untuk melindungi
tubuh dari serangan penyakit
dan mengatur kelancaran
metabolisme didalam tubuh,
dan pil zat besi (Fe) harus
diminum selama 40
pascapersalinan serta minum
kapsul vitamin A (200.000
unit) banyak 2kali yaitu pada 1
jam setelah melahirkan dan 24
jam setelahnya agar dapat
memberikan vitamin A kepada
bayinya melalui ASI.
7.Memberitahu ibu tentang tanda
bahaya masa nifas yaitu :
7.Ibu mengerti
tentang tanda
bahaya masa
nifas
101
101
a. demam tinggi hingga
melebihi 38 C,
b. Perdarahan vagina yang
luar biasa atu tiba-tiba
bertambah banyak (lebih
dari perdarahan haid biasa
atau bila memerlukan
penggantian pembalut 2
kali dalam setengah
jam,disertaigumpalan
darah yang besar-besar dan
berbau busuk
c. Nyeri perut hebat/rasa
sakit dibagian bawah
abdomen atau
punggung,serat nyeri ulu
hati
d. Sakit kepala parah/terus-
menerus pandangan
nanar/masalah penglihatan,
e. Pembengkakan pada
wajah,jari-jari atau tangan
f. . rasa sakit,merah,
bengkak,dibagian betis
atau kaki
g. Payudara membengkak,
kemerahan, lunak disertai
demam
h. Puting payudara berdarah
atau merekah, sehingga
sulit untuk menyusui
i. Tubuh lemas dan terasa
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas
Asuhan Nifas

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Was ist angesagt? (17)

Kti metta selani
Kti metta selaniKti metta selani
Kti metta selani
 
Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
 
Kti
KtiKti
Kti
 
Kti
KtiKti
Kti
 
Kti titi lestari akbid paramata
Kti titi lestari akbid paramataKti titi lestari akbid paramata
Kti titi lestari akbid paramata
 
Kti nova rianti
Kti nova riantiKti nova rianti
Kti nova rianti
 
Kti desak gede apna
Kti desak gede apnaKti desak gede apna
Kti desak gede apna
 
KTI LINDA AGUSTINA
KTI LINDA AGUSTINAKTI LINDA AGUSTINA
KTI LINDA AGUSTINA
 
Kti melisa purnama sari
Kti melisa purnama sariKti melisa purnama sari
Kti melisa purnama sari
 
Kti reny nurul andriyani
Kti reny nurul andriyaniKti reny nurul andriyani
Kti reny nurul andriyani
 
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandariKti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
 
Kti rani permayana
Kti rani permayanaKti rani permayana
Kti rani permayana
 
Kti iis
Kti iisKti iis
Kti iis
 
Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap ny
Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap nyAsuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap ny
Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap ny
 
Kti viona martin
Kti viona martinKti viona martin
Kti viona martin
 
Kti akbid paramata septiana
Kti akbid paramata septianaKti akbid paramata septiana
Kti akbid paramata septiana
 
Kti desty hery dyana
Kti desty hery dyanaKti desty hery dyana
Kti desty hery dyana
 

Andere mochten auch

Ahmed Naeim Kamel CV 5-2-2016
Ahmed Naeim Kamel  CV 5-2-2016Ahmed Naeim Kamel  CV 5-2-2016
Ahmed Naeim Kamel CV 5-2-2016AHMED NAEIM
 
GW Track Cross Country Social Media Strategy Final
GW Track Cross Country Social Media Strategy FinalGW Track Cross Country Social Media Strategy Final
GW Track Cross Country Social Media Strategy FinalSangmi Park
 
Americans’ participation in islamic extremism
Americans’ participation in islamic extremismAmericans’ participation in islamic extremism
Americans’ participation in islamic extremismDr. Terry Oroszi
 
Samuel Mason | Education Professional
Samuel Mason | Education ProfessionalSamuel Mason | Education Professional
Samuel Mason | Education ProfessionalSamuel Mason
 
Children's Mental Health Services - DCH Presentation
Children's Mental Health Services - DCH PresentationChildren's Mental Health Services - DCH Presentation
Children's Mental Health Services - DCH PresentationGeorgia Commission on Women
 
Hydrographic Survey Technicians
Hydrographic Survey TechniciansHydrographic Survey Technicians
Hydrographic Survey Technicians杰米 ­
 
Women's Access to Healthcare - Midwives of Georgia Presentation
Women's Access to Healthcare - Midwives of Georgia PresentationWomen's Access to Healthcare - Midwives of Georgia Presentation
Women's Access to Healthcare - Midwives of Georgia PresentationGeorgia Commission on Women
 
Masked madness film
Masked madness filmMasked madness film
Masked madness filmSQUIRREL47
 
FD Confidential OnLine Brochure
FD Confidential OnLine BrochureFD Confidential OnLine Brochure
FD Confidential OnLine BrochureJo Moir
 
Portfolio othman kalbouneh
Portfolio othman kalbounehPortfolio othman kalbouneh
Portfolio othman kalbounehOthman Kalboneh
 
Composition 3 parcial
Composition 3 parcialComposition 3 parcial
Composition 3 parcialMarurix Jozz
 

Andere mochten auch (18)

swk 350 term paper
swk 350 term paperswk 350 term paper
swk 350 term paper
 
Ahmed Naeim Kamel CV 5-2-2016
Ahmed Naeim Kamel  CV 5-2-2016Ahmed Naeim Kamel  CV 5-2-2016
Ahmed Naeim Kamel CV 5-2-2016
 
GW Track Cross Country Social Media Strategy Final
GW Track Cross Country Social Media Strategy FinalGW Track Cross Country Social Media Strategy Final
GW Track Cross Country Social Media Strategy Final
 
Hazteoir twitter - Blog
Hazteoir twitter - BlogHazteoir twitter - Blog
Hazteoir twitter - Blog
 
Americans’ participation in islamic extremism
Americans’ participation in islamic extremismAmericans’ participation in islamic extremism
Americans’ participation in islamic extremism
 
Samuel Mason | Education Professional
Samuel Mason | Education ProfessionalSamuel Mason | Education Professional
Samuel Mason | Education Professional
 
Transient Synovitis
Transient Synovitis Transient Synovitis
Transient Synovitis
 
Children's Mental Health Services - DCH Presentation
Children's Mental Health Services - DCH PresentationChildren's Mental Health Services - DCH Presentation
Children's Mental Health Services - DCH Presentation
 
Hydrographic Survey Technicians
Hydrographic Survey TechniciansHydrographic Survey Technicians
Hydrographic Survey Technicians
 
10112015-ResumeWithAlorica
10112015-ResumeWithAlorica10112015-ResumeWithAlorica
10112015-ResumeWithAlorica
 
Women's Access to Healthcare - Midwives of Georgia Presentation
Women's Access to Healthcare - Midwives of Georgia PresentationWomen's Access to Healthcare - Midwives of Georgia Presentation
Women's Access to Healthcare - Midwives of Georgia Presentation
 
Masked madness film
Masked madness filmMasked madness film
Masked madness film
 
Hollywood
HollywoodHollywood
Hollywood
 
Prasenjit Sinha
Prasenjit SinhaPrasenjit Sinha
Prasenjit Sinha
 
FD Confidential OnLine Brochure
FD Confidential OnLine BrochureFD Confidential OnLine Brochure
FD Confidential OnLine Brochure
 
Who am i presentation
Who am i presentationWho am i presentation
Who am i presentation
 
Portfolio othman kalbouneh
Portfolio othman kalbounehPortfolio othman kalbouneh
Portfolio othman kalbouneh
 
Composition 3 parcial
Composition 3 parcialComposition 3 parcial
Composition 3 parcial
 

Ähnlich wie Asuhan Nifas

Ähnlich wie Asuhan Nifas (20)

Kti tri wahyuni
Kti tri wahyuniKti tri wahyuni
Kti tri wahyuni
 
Kti tri wahyuni
Kti tri wahyuniKti tri wahyuni
Kti tri wahyuni
 
Kti tri wahyuni
Kti tri wahyuniKti tri wahyuni
Kti tri wahyuni
 
Kti febriyanti ekaputri
Kti febriyanti ekaputriKti febriyanti ekaputri
Kti febriyanti ekaputri
 
Kti eti widia
Kti eti widiaKti eti widia
Kti eti widia
 
Kti endang satuni
Kti endang satuniKti endang satuni
Kti endang satuni
 
Kti endang satuni
Kti endang satuniKti endang satuni
Kti endang satuni
 
Kti rika agustina
Kti rika agustinaKti rika agustina
Kti rika agustina
 
Kti propyta sedayu
Kti propyta sedayuKti propyta sedayu
Kti propyta sedayu
 
Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
 
Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
 
Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
 
Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
 
Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
 
Kti reni sapitria
Kti reni sapitriaKti reni sapitria
Kti reni sapitria
 
Kti laila maharani
Kti laila maharaniKti laila maharani
Kti laila maharani
 
Kti popy
Kti popyKti popy
Kti popy
 
Kti suci nala
Kti suci nalaKti suci nala
Kti suci nala
 
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by ny
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by nyAsuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by ny
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by ny
 
Kti rilya oktarini aguly
Kti rilya oktarini agulyKti rilya oktarini aguly
Kti rilya oktarini aguly
 

Kürzlich hochgeladen

SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptssuser940815
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaAbdiera
 
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintanmodul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x BintanVenyHandayani2
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfGugunGunawan93
 
materi pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.pptmateri pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.pptTaufikFadhilah
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasihssuserfcb9e3
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdfWahyudinST
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfNURAFIFAHBINTIJAMALU
 
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",Kanaidi ken
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 

Kürzlich hochgeladen (20)

SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintanmodul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
 
materi pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.pptmateri pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.ppt
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
 
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 

Asuhan Nifas

  • 1. i i ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN PERAWATAN LUKA PERINEUM TERHADAP NY. V UMUR 20 TAHUN P1A0 6 JAM POST PARTUM DI KLINIK BERSALIN ROSBIATUL ADAWIYAH S.KM, M.Kes, KEMILING BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH NAMA : FIKA CRESYA NIM : 201207084 AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015
  • 2. ii ii ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN PERAWATAN LUKA PERINEUM TERHADAP NY. V UMUR 20 TAHUN P1A0 6 JAM POST PARTUM DI KLINIK BERSALIN ROSBIATUL ADAWIYAH S.KM, M.Kes, KEMILING BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ahli madya kebidanan pada prodi DIII kebidanan akbid adila Bandar Lampung NAMA : FIKA CRESYA NIM : 201207084 AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015
  • 3. iii iii LEMBAR PENGESAHAN Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III Kebidanan Adila pada : Hari : Selasa Tanggal : 28 Juli 2015 Penguji I Penguji II Nesia Catur Hutami, SST.M.Kes Ratna Wati, S.ST NIK. 0114028902 NIK.11210042 MENGESAHKAN Direktur Akademi Kebidanan ADILA Bandar Lampung Dr. Wazni Adila, MPH. NIK. 2011041008
  • 4. iv iv ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN PERAWATAN LUKA PERINEUM TERHADAP NY. V UMUR 20 TAHUN P1A0 6 JAM POST PARTUM DI KLINIK BERSALIN ROSBIATUL ADAWIYAH S.KM, M.Kes, KEMILING BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 Fika Cresya, Nesia Catur Hutami, S.ST,M.Kes, Ratna Wati S.ST INTI SARI Masa Nifas adalah dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa Nifas dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari), Tujuan penelitian, dapat memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan perawatan luka perineum terhadap Ny.V umur 20 Tahun P1A0 di klinik bersalin Rosbiatul Adawiyah,S.KM,M.Kes, Kemiling, Bandar Lampung tahun 2015.Metode penelitian, menggunakan metode penulisan penelitian deskriptif. Subyek penelitian, Ibu nifas. Objek penelitian adalah ibu nifas dengan perawatan luka perineum terhadap Ny.V umur 20 tahun, yaitu Ny. V umur 20 tahun. Tempat penelitian, Diklinik Bersalin Rosbiatul Adawiyah,S.KM,M.Kes, Kemiling, Bandar Lampung. Kesimpulan hasil penelitian, Penulis mampu melakukan Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas dengan perawatan luka perineum terhadap Ny. V P1A0 dan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus. Saran utama, diharapkan untuk masyarakat atau ibu nifas dapat menambah wawasan tentang perawatan luka perineum pada masa nifas. Kata Kunci : Nifas, Perawatan luka perineum Kepustakaan : 18 (2005-2014) Jumlah Halaman : 153
  • 5. v v CURICULUM VITAE Nama : Fika Cresya Nim : 201207084 Tempat/Tanggal Lahir : Padang Ratu,16 Juni 1994 Agama : Islam Alamat : Jl. Karya Bakthi Padang Ratu ,Kec. Sungkai Utara Kab.Lampung Utara Angkatan : VII (Tujuh) Riwayat Pendidikan 1. TK PERTIWI Negara Ratu,Lampung Utara Tahun 2000 2. MIN Padang Ratu,Lampung Utara, Tahun 2000-2006 3. MTS Negeri Padang Ratu,Lampung Utara, Tahun 2006-2009 4. SMA Negeri 1 Negara Ratu,Lampung Utara, Tahun 2009-2012 5. Penulis Terdaftar Mahasiswa Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung Sejak Tahun 2012 Hingga 2015
  • 6. vi vi MOTTO LEARN FROM YESTERDAY, LIVE FOR TODAY AND HOPE FOR TOMORROW ( FIKA CRESYA )
  • 7. vii vii PERSEMBAHAN Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmatnya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, dan dibalik penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini tidak lupa penulis memberikan persembahan kepada orang-orang yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. 1. Puji syukur kehadirat allah yang maha kuasa sehingga dapat terselesaikan nya Karya Tulis Ilmiah. 2. Terima kasih buat keluarga besar tercinta yang selalu memberikan semangat dan mendo’akan setiap kegiatan apapun yang terbaik bagi penulis serta selalu mengharapkan setiap keberhasilan yang penulis lakukan. 3. Rekan-rekan ku tercinta khususnya tingkat III Angkatan VII yang selalu mendukung hingga terselesaikan tugas akhir ini. 4. Almamaterku tercinta Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung sebagai tempat penulis menuntut ilmu selama tiga tahun. 5. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas partisipasi dan dukungannya selama penulis menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
  • 8. viii viii KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul” Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Terhadap Ny.V Umur 20 Tahun P1A0 6 jam Post Partum dengan luka perineum di klinik bersalin Rosbiatul Adawiyah S.KM,M.Kes, kemiling, bandar lampung tahun 2015 ˮ. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar- besarnya atas bantuan, bimbingan serta dorongan dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Ucapan terima kasih yang tulus penulis haturkan kepada : 1. Dr. Wazni Adila, MPH Selaku Direktur Akademi Kebidanan Adila 2. Rosbiatul Adawiyah S.KM,M.Kes,selaku Pembimbing I Akademik 3. Vionita Gustianto, S.ST selaku Pembimbing II Akademik 4. Lahan Penelitian di klinik bersalin Rosbiatul Adawiyah S.KM,M.Kes, kemiling, bandar lampung yang telah memberikan izin melakukan penelitian 5. Seluruh dosen dan Staf Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung 6. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak bisa disebut satu persatu. Penulis menyadari dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak, guna kesempurnaan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah selanjutnya. Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Bandar Lampung, April 2015 Penulis
  • 9. ix ix DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN.........................................................i HALAMAN JUDUL ..........................................................................ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................iii INTISARI...........................................................................................iv CURICULUM VITAE ......................................................................v MOTTO..............................................................................................vi PERSEMBAHAN ..............................................................................vii KATA PENGANTAR........................................................................viii DAFTAR ISI ......................................................................................ix DAFTAR TABEL ..............................................................................xii DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................3 1.3 Tujuan Penulisan ..............................................................3 1.4 Ruang Lingkup.................................................................5 1.5 Manfaat Penelitian............................................................6 1.6 Metodelogi dan Tehnik Memperoleh Data........................6
  • 10. x x BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori Medis Nifas ..............................................10 2.1.1 Masa Nifas..............................................................10 2.1.1.1 Pengertian Masa Nifas ................................10 2.1.1.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas .........................11 2.1.1.3Perandan Tanggung Jawab Bidan Dalam masa nifas.....................................................12 2.1.1.4 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas ...12 2.1.1.5 Tahapan Masa Nifas ...................................14 2.1.1.6 Perubahan Fisiologi Pada Masa Nifas .........15 2.1.1.7 Adaptasi Psikologis pada Masa Nifas..........24 2.1.1.8 Kebutuhan Dasar Masa Nifas......................25 2.1.1.9 Tanda-Tanda Bahaya Pada Masa Nifas .......34 2.1.1.5 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas ...18 2.1.1.6 Tahapan Masa Nifas ...................................20 2.1.1.7 Perubahan Fisiologi Pada Masa Nifas .........21 2.1.1.8 Adaptasi Psikologis pada Masa Nifas..........34 2.1.1.9 Kebutuhan Dasar Masa Nifas......................36 2.1.1.10 Tanda-Tanda Bahaya Pada Masa Nifas .....46 2.1.2 Perineum ................................................................48 2.1.2.1 Pengertia.....................................................n48 2.1.2.2 Luka Perinium ............................................48
  • 11. xi xi 2.1.3 Perawatan Luka Perineum........................................55 2.1.3.1Pengertian Perawatan Luka Perineum ..........55 2.1.3.2 Lingkup Perawatan .....................................55 2.1.3.3`Waktu Perawatan........................................56 2.1.3.4 Faktor yang mempengaruhi perawatan Perineum..........................................................57 2.1.3.5 Dampak perawatan luka perinium yang tidak benar ...................................................59 2.1.3.6 Fase-fase penyembuhan luka.......................60 2.1.3.7 Tujuan perawatan perineum ........................63 2.1.3.8 Langkah-langkah penatalaksanaan ..............63 2.2 Tinjauan Teori Manajemen Kebidanan .............................65 2.2.1 Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan .............65 2.2.2 Tujuh Langkah Manajemen Kebidanan Menurut Helen Varney ............................................66 2.2.2.1Langkah I (Pengumpulan data dasar)............67 2.2.2.3 Langkah II ( Interpretasi data dasar ) ............89 2.2.2.3 Langkah III ( Diagnosa potensial ) ................91 2.2.2.4 Langkah IV( Antisipasi masalah ) ................91 2.2.2.5 Langkah V ( Perencanaan ) ..........................91 2.2.2.6 Langkah VI ( Pelaksanaan ) .........................93 2.2.2.7 Evaluasi........................................................93
  • 12. xii xii 2.3 Teori landasan hukum ...........................................................94 BAB 3 TINJAUAN KASUS 3. 1 Pengkajian Data ...................................................................103 3. 2 Matrik..................................................................................114 BAB 4 PEMBAHASAN .....................................................................81 BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan...........................................................................106 5.2 Saran.....................................................................................109 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
  • 13. xiii xiii DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Involusi Uterus……………………......................................... 16 Tabel 2.2 Matriks BAB III ...........................…………………..……...... 64 Tabel 4.1 Involusi Uterus……………………......................................... 123
  • 14. xiv xiv DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian Lampiran 2 : Lembar Konsul Lampiran 3 : Jadwal Penelitian Lampiran 4 : SAP (satuan acara penyuluhan) dan Leaflet Lampiran 5 : Dokumentasi
  • 15. 1 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa nifas (puerpurium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerpurium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Dewi & Sunarsih, 2011:1). Pada kebijakan program nasional masa nifas paling sedikit 4 kali kunjungan yang dilakukan. Hal ini untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir serta untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi antara lain 6-8 jam setelah persalinan, 6 hari setelah persalinan, 2 minggu setelah persalinan, dan 6 minggu setelah persalinan (Dewi & Sunarsih 2011 : 4-5). Ruptur adalah luka pada perinium yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara ilmiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan. Bentuk ruptur biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan (Rukiyah dan Yulianti, 2010 : 361). Tujuan asuhan 6-8 jam postpartum yaitu Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri, Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut, Memberikan konseling pada ibu atau salah 1
  • 16. 2 2 satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri, Pemberian ASI awal, Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir, Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi (Dewi dan Sunarsih, 2011: 4). Berdasarkan prasurvey tanggal 10 April 2015 datang ke Klinik Bersalin ROSBIATUL ADAWIYAH,S.KM,M.Kes Jl.SULTAN ANOM, KEMILING BANDAR LAMPUNG, terdapat ibu 30 postpartum dalam sebulan ini dan dikaji hanya 1 orang ibu post partum 6 jam Ny.V umur 20 Tahun P1A0 saat dilakukan pengkajian didapat hasil bahwa ibu sudah pulang saat 6 jam postpartum. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk memberikan “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas 6 jam Postpartum dengan Luka Perinium Terhadap Ny.V umur 20 Tahun P1A0 diKlinik Bersalin Rosbiatul Adawiyah,SKM.M.Kes Jl. Sultan Anom , Kemiling, Bandar lampung Tahun 2015”. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah “Bagaimanakah asuhan kebidanan pada ibu nifas 6 jam Postpartum Dengan Luka Perinium terhadap Ny.V umur 20 tahun P1A0 di Klinik Bersalin ROSBIATUL ADAWIYAH, Jl.Sultan Anom,Kemiling, Bandar Lampung tahun 2015?”.
  • 17. 3 3 1.3. Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan umum Penulis mampu melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan pada ibu nifas 6 jam Postpartum dengan luka perinium terhadap Ny.v umur 20 tahun P1A0 diKlinik Bersalin Rosbiatul Adawiyah,SKM,M.Kes Jl. Sultan Anom, Kemiling Bandar Lampung. 1.3.2 Tujuan khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah : 1.3.2.1 Diharapkan penulis dapat melakukan pengkajian pada ibu nifas 6 jam postpartum dengan luka perinium khususnya pada Ny. v umur 20 tahun P1A0 di Klinik Bersalin ROSBIATUL ADAWIYAH,SKM.M.Kes, Jl.Sultan Anom, Kemiling Bandar Lampung tahun 2015. 1.3.2.2 Diharapkan penulis dapat melakukan interprestasi data untuk mengidentifikasi diagnosa ibu nifas 6 jam postpartum dengan luka perinium khususnya pada Ny.v umur 20 tahun P1A0 di Klinik Bersalin ROSBIATUL ADAWIYAH,S.KM,M.Kes Jl.Sultan anom, Kemiling Bandar Lampung tahun 2015. 1.3.2.3 Diharapkan penulis dapat menentukan diagnosa potensial pada ibu nifas 6 jam postpartum dengan luka perinium khususnya pada Ny.v umur 20 tahun P1A0 di Klinik Bersalin
  • 18. 4 4 ROSBIATUL ADAWIYAH,S.KM,M.Kes Jl.Sultan anom , Kemiing, Bandar Lampung tahun 2015 . 1.3.2.4 Diharapkan penulis dapat melakukan tindakan antisipasi pada ibu nifas 6 jam postpartum dengan luka perinium khususnya pada Ny. v umur 20 tahun P1A0 di Klinik Bersalin ROSBIARUL ADAWIYAH,SKM.M.Kes Jl. Sultan Anom, Kemiling Bandar Lampung tahun 2015. 1.3.2.5 Diharapkan penulis dapat merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan pada ibu nifas 6 jam postpartum dengan luka perinium khususnya pada Ny.v umur 20 tahun P1A0 di Klinik Bersalin ROSBIATUL ADAWIYAH,S.KM,M.Kes Jl.Sultan anom Kemiling, Bandar Lampung tahun 2015. 1.3.2.6 Diharapkan penulis dapat melaksanakan asuhan kebidanan yang telah direncanakan pada ibu nifas 6 jam postpartum dengan luka perinium khususnya pada Ny.v umur 20 tahun P1A0 di Klinik Bersalin ROSBIATUL ADAWIYAH, S.KM,M.Kes Jl.Sultan anom Kemiling,Bandar Lampung tahun 2015. 1.3.2.7 Diharapkan penulis dapat melakukan evaluasi terhadap asuhan yang telah diberikan pada ibu nifas 6 jam postpartum dengan luka perinium khususnya pada Ny.v umur 20 tahun P1A0 di Klinik Bersalin ROSBIATUL ADAWIYAH,
  • 19. 5 5 S.KM,M.Kes Jl.Sultan anom Kemiling, Bandar Lampung tahun 2015. 1.4 Ruang Lingkup 1.4.1 Sasaran Objek yang diambil dalam study kasus ini adalah Ny.V Umur 20 tahun P1A0 6 jam postpartum dengan luka perinium di klinik bersalin Rosbiatul Adawiyah,SKM.M.Kes,Jl.Sultan Anom, kemiling, bandar lampung tahun 2015. 1.4.2 Tempat Dilaksanakan diKlinik Bersalin ROSBIATUL ADAWIYAH, SKM. M.Kes,Jl.Sultan Anom,Kemiling Bandar Lampung Tahun 2015. 1.4.3 Waktu Dilaksanakan pada tanggal 10 April 2015 1.5 Manfaat Penulisan 1.5.1 Bagi Institusi Pendidikan Dapat menambah bahan bacaan di perpustakaan, dan sebagai dokumentasi. 1.5.2 Bagi Lahan Praktek Sebagai bahan masukan bagi tempat penelitian agar dapat mengoptimalkan serta meningkatkan pelayanan sehingga dapat memberikan pelayanan yang berkualitas terhadap klien.
  • 20. 6 6 1.5.3 Bagi Masyarakat Menambah pengetahuan dan wawasan khususnya bagi ibu postpartum normal dalam rangka mengurangi AKI (Angka Kematian Ibu). 1.5.4 Bagi peneliti selanjutnya Dapat melakukan pengumpulan data dasar secara subjektif dan objektif serta menetapkan rencana asuhan kebidanan yang akan diberikan dan memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan asuhan terhadap ibu nifas. 1.6 Metodologi dan Teknik Memperoleh Data 1.6.1 Metode penelitian survei deskriptif Survei deskriptif dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu. Pada umumnya survei deskriptif digunakan untuk membuat penilaian terhadap suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu program di masa sekarang, kemudian hasilnya digunakan untuk menyusun perencanaan perbaikan program tersebut ( Notoatmodjo, 2012 : 35). 1.6.2 Teknik memperoleh data Untuk memperoleh data, tehnik yang digunakan sebagai berikut : 1.6.2.1 Data Primer a. Wawancara
  • 21. 7 7 Adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keteranagan atau informasi sevara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face) ( Notoatmodjo, 2012 : 139). Wawancara dilakukan dengan auto anamnesa yaitu wawancara langsung yang dilakukan kepada pasien secara langsung,jadi, data yang diperoleh adalah data primer karena langsung dari sumbernya (Sulistyawati, 2009 :166). b. Pengkajian Fisik Bergantung pada jenis sistem pendokumentasian yang dipakai, pengkajian fisik dapat dipandang sebagai bagian tahap pengkajian pada proses keperawatan atau tahap pengkajian/pemeriksaan klinis dari sistem pelayanan terintegrasi ( integrated care pathway). Pada tahap pengkajian, perawat melakukan pengkajian data yang diperlukan oleh dari hasil wawancara, laporan teman atau catatan sejawat, catatan keperawatan atau catatan kesehatan lain, dan pengkajian fisik. Untuk mencegah adanya pengulangan yang tidak perlu, harus ada kesepakatan secara loka tentang aspek-aspek pengkajian yang harus dilakukan oleh perawat dan tenaga kesehatan lain. Pendokumentasian
  • 22. 8 8 pengkajian juga harus dilakukan dengan jelas. Pengkajian fisik keperawatan pada prinsipnya menggunakan cara- cara yang sama dengan pengkajian fisik kedokteran, yaitu inspeksi, palpasi, dan auskultasi ( Prihardjo, 2007 : 2-3). 1.6.2.2 Data Sekunder a. Studi Pustaka Bahan-bahan pustaka merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang latar belakang teoritis dari suatu penelitian. Telah kita ketahui bersama bahwa didalam perpustakaan tersimpan berbagai bahan bacaan dan informasi dari berbagai disiplin ilmu. Dari buku-buku, laporan-laporan penelitian, majalah ilmiah, jurnal dan sebagainya kita dapat memperoleh berbagai informasi, baik berupa teori-teori, generalisasi, maupun konsep yang telah dikemu-kakan oleh berbagai ahli. b. Studi Dokumenter Adalah semua bentuk sumber informasi yang berhubungan dengan dokumen, baik dokumen-dokumen resmi maupin tidak resmi. Dokumen resmi adalah semua bentuk dokumen baik yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan, yang
  • 23. 9 9 ada dibawah tanggung jawab instant resmi, misalnya laporan, statistik, catatan-catatan di dalam kartu klinik dan sebagainya (Notoadmodjo, 2005 : 62-64). LAMPIRAN Berisikan surat izin praktek,matrik, dan lembar konsul. DAFTAR PUSTAKA Berisi referensi yang dipakai dalam membuat studi kasus.
  • 24. 10 10 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 TINJAUAN TEORI MEDIS 2.1.1 Masa Nifas 2.1.1.1 Pengertian Masa Nifas Masa nifas (puerpurium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerpurium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Puerpurium adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai samapai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil (Dewi dan Sunarsih, 2011 : 1). Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009 : 4). Masa nifas (puerpurium) adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas ini 6-8 minggu (Ambarwati dan wulandari, 2008 : 1). Masa nifas (puerpurium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan 10
  • 25. 11 11 kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Sulistyawati, 2009:1). Masa nifas disebut juga masa postpartum atau puerpurium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, samapai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebaiknya berkaitan saat melahirkan (Suherni, et all. 2009 : 1). 2.1.1.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas a. Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas. b. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya. c. Melaksanakan skiring secara komprehensif. d. Memberikan pendidikan kesehatan diri. e. Memberikan pendidikan mengenai laktasi dan perawatan payudara f. Konseling mengenai KB. Bidan memberikan konseling mengenai KB, antara lain sebagai berikut (Dewi dan sunarsih, 2011 : 2-3).
  • 26. 12 12 2.1.1.3 Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Asuhan Masa Nifas a. Mengidentifikasi dan merespon terhadap kebutuhan dan komplikasi yang terjadi pada saat-saat penting yaitu 6 jam, 6 hari, 2 minggu dan 6 minggu. b. Mengadakan kolaborasi antara orangtua dan keluarga. c. Membuat kebijakan perencanaan kesehatan dan administrator.Asuhan masa nifas sangat penting karena periode ini merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya (suherni, et all. 2009 : 2). 2.1.1.4 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas Pada kebijkaan program nasional masa nifas paling sedikit 4 kali kunjungan yang dilakukan. Hal ini untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir serta untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi antara lain sebagai berikut : a. 6-8 jam setelah persalinan. a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut. c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah
  • 27. 13 13 perdarahan masa nifas akibat atonia uteri. d) Pemberian ASI awal. e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir. f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi. b. 6 hari setelah persalinan. a) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada pendarahan abnormal, tidak ada bau. b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan pendarahan abnormal. c) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat. d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit. e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi dan tali pusat, serta menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari. c. 2 minggu setelah persalinan. Memastikan rahim sudah kembali normal dengan mengukur dan meraba bagian rahim.
  • 28. 14 14 d. 6 minggu setelah persalinan a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami. b) Memberikan konseling untuk KB secara dini (Dewi dan Sunarsih, 2011 : 4-5). 2.1.1.5 Tahapan Masa Nifas Beberapa tahapan masa nifas adalah sebagai berikut a. Puerpurium dini Yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan, serta menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainnya. b. Puerpurium intermediate Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lainnya sekitar 6-8 minggu. c. Puerpurium remote Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi (Dewi dan Sunarsih, 2011 : 4).
  • 29. 15 15 2.1.1.6 Perubahan Fisiologi pada Masa Nifas a. Perubahan Sistem Reproduksi a) Uterus Pada uterus terjadi proses involusi. Proses involusi adalah proses kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum hamil setelah melahirkan.proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Proses involusi uterus adalah sebagai berikut: (a) Iskemia miometrium Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus-menerus dari uterus setelah penegluaran plasenta membuat uterus relative anemia dan menyebabkan serat otot atrofi. (b) Autolysis Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang tejadi di dalam otot uterus. (c) Efek oksitosin Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus.
  • 30. 16 16 Tabel. 2.1. involusi uterus Involusi TFU Berat Uterus (gr) Diameter bekas melekat plasenta (cm) Keadaan serviks Bayi Lahir Setinggi pusat 1000 Uri Lahir 2 jari di bawah pusat 750 12,5 Lembek Satu Minggu Pertengahan pusat- simfisis 500 7,5 Beberapa hari setelah postpartum dapat dilalui 2 jari. Akhir minggu pertama dapat dimasuki 1 jari. Dua Minggu Tak teraba diatas simfisis 350 3-4 Enam Minggu Bertambah kecil 50-60 1-2 Delapan Minggu Sebesar normal 30 (Dewi dan Sunarsih, 2011 : 55-57). b) Pengerutan Rahim (involusi) Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi neurotic (layu/mati). Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana TFU nya (tinggi fundus uteri). (a) Pada saat bayi lahir, fundus uteri setinggi pusat dengan berat 1000 gram. (b) Pada akhir kala III, TFU teraba 2 jari di bawah pusat.
  • 31. 17 17 (c) Pada 1 minggu post partum, TFU teraba pertengahan pusat simpisis dengan berat 500 gram. (d) Pada 2 minggu post partum, TFU teraba di atas simpisis dengan berat 350 gram. (e) Pada 6 minggu postpartum, fundus uteri mengecil (tak teraba) dengan berat 50 gram. Involusi uterus terjadi melalui 3 proses yang bersamaan, antara lain : 1. Autolysis Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot uteri. 2. Atrofi jaringan Jaringan yang berproliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. 3. Efek oksitosin (kontraksi) Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segara setelah bayi lahir. Hal tersebut diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterine yang sangat besar. Hormon oksitosin yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,
  • 32. 18 18 mengompresi pembuluh darah, dan membantu proses homeostatis. c) Lokhea Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lokhea mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokhea berbau amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. lokhea mempunyai perubahan warna dan volume karena adanya proses involusi. Lokhea di bedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya : (a) Lokhea rubra/merah Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari keempat masa postpartum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan sisa- sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium.
  • 33. 19 19 (b) Lokhea sanguilenta Lokhea ini berwarna merah kecokelatan dan berlendir, serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum. (c) Lokhea serosa Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14. (d) Lokhea alba/putih Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel selaput lendir servik, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini dapat berlangsung selama 2- 6 minggu post partum. b. Perubahan pada servik Perubahan yang terjadi pada servik ialah bentuk servik agak mengangga seperti corong, segera setelah bayi lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corvus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan servik tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara corvus dan servik berbentuk semacam cincin. Muara servik yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan akan menutup secara perlahan dan bertahap. Setelah bayi lahir, tangan
  • 34. 20 20 dapat masuk ke dalam rongga rahim. Setelah 2 jam, hanya dapat dimasuki 2-3 jari. Pada minggu ke 6 post partum, servik sudah menutup kembali. a) Vulva dan vagina Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara barangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol. b) Perenium Segera setelah melahirkan, perenium menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju, pada post natal hari ke 5 perineum sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum hamil. c. Perubahan sistem pencernaan Biasanya, ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena pada waktu persalinan, alat pencernaan mengalami penekanan yang
  • 35. 21 21 menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih pada waktu persalinan, kurangnya asupan cairan dan makanan, serta kurangnya aktifitas tubuh. Supaya buang air besar kembali normal, dapat diatasi dengan diet tinggi serat, peningkatan asupan cairan, dan ambulasi awal. Bila ini tidak berhasil, dalam 2-3 hari dapat diberikan obat laksansia. d. Perubahan sistem perkemihan Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasma sfingter dan edema leher kandung kemih sesudah bagian ini mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung. Urine dalam jumlah besar akan di hasilkan dalam 12-36 jam post partum. Kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut disebut “dieresis” ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam 6 minggu (Sulistyawati, 2009 : 73-79). e. Perubahan sistem muskuloskeletal Ligamen-ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang sewaktu kehamilan dan persalinan berangsur-
  • 36. 22 22 angsur kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligament rotundum mengendur, sehingga uterus dapat diatasi dengan latihan-latihan tertentu. Mobilisasi sendi berkurang dan posisi lordosis kembali secara perlahan-lahan (Saleha, 2009 : 59). f. Perubahan Sistem Endokrin a) Hormone plasenta Hormone plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. HCG (Human Chorionic Gonadotropin) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 postpartum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 postpartum. b) Hormone pituitary Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita yang tidak menyusui, prolaktin menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH akan meningkat pada fase konsentrasi folikuler (minggu ke-3) dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi. c) Hypotalamik pituitary ovarium Lamanya seorang wanita mendapatkan menstruasi juga dipengaruhi oleh factor menyusui. Seringkali menstruasi pertama ini bersifat anovulasi karena rendahnya kadar estrogen dan progesterone.
  • 37. 23 23 d) Kadar estrogen Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang bermakna sehingga prolaktin yang juga sedang maningkat dapat mempengaruhi kelenjar mamae dalam menghasilkan ASI (Sulistyawati, 2009 : 80). g. Perubahan Tanda-Tanda Vital a) Suhu badan Satu hari (24 jam) postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5-38°C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu badan menjadi biasa (Dewi dan sunarsih, 2011 : 60). b) Nadi dan pernafasan Nadi berkisar antara 60-80 denyutan permenit setelah partus, dan dapat terjadi bradikardi, bila terdapat takikardi dan suhu tubuh tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada vitium kordis pada penderita (Saleha, 2009 : 61). c) Tekanan darah Tekanan darah normal manusia adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolik 60-80 mmHg. Pasca melahirkan pada kasus normal tekanan darah biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan darah menjadi lebih
  • 38. 24 24 rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan (Rukiyah, et all. 2011 : 69). h. Perubahan Hematologi dan kardiovaskuler Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih sampai sebanyak 15.000 selama masa persalinan. Leukosit akan tetap tinggi jumlahnya selama beberapa hari pertama masa postpartum. Jumlah sel-sel darah putih tersebut masih bisa naik lebih tinggi lagi hingga 25.000 - 30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama. Sering dikatakan bahwa jika hematokrit pada hari pertama atau kedua lebih rendah dari titik 2% atau lebih tinggi dari pada saat memasuki persalinan awal. Rincian jumlah darah yang terbuang pada klien ini kira-kira 200-500 ml hilang selama masa persalinan, 500-800 ml hilang selama minggu pertama post partum, dan terakhir 500 ml selama sisa masa nifas (Saleha, 2009 : 61-62). 2.1.1.7 Adaptasi Psikologi Ibu Masa Nifas a. Fase taking in periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu, focus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri.
  • 39. 25 25 Pengalaman selama proses persalinan berulang kali diceritakannya. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya. b. Fase taking hold periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. c. Fase letting go fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuikan diri, merawat diri dan bayinya, serta kepercayaan dirinya sudah meningkat (Dewi dan Sunarsih, 2011 : 65-66). 2.1.1.8 Kebutuhan Dasar Masa Nifas a. Nutrisi dan Cairan Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang, terutama kebutuhan protein dan karbohidrat. Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Bila pemberian ASI berhasil baik, maka berat badan bayi akan meningkat, integritas kulit baik, tonus otot, serta
  • 40. 26 26 kebiasaan makan yang memuaskan. Ibu menyusui tidaklah terlalu ketat dalam mengatur nutrisinya, yang terpenting adalah makanan yang menjamin pembentukan air susu yang berkualitas dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bayinya. a) Kebutuhan kalori selama menyusui proporsional dengan jumlah air susu ibu yang dihasilkan dan lebih tinggi selama menyusui dibanding selama hamil. Rata-rata kandungan kalori ASI yang dihasilkan ibu dengan nutrisi baik adalah 70 kal/100 ml dan kira-kira 85 kal diperlukan oleh ibu untuk tiap 100 ml yang dihasilkan. Rata-rata ibu menggunakan kira-kira 640 kal/hari untuk 6 bulan pertama dan 510 kal/hari selama 6 bulan kedua untuk menghasilkan jumlah susu normal. Rata-rata ibu harus mengkonsumsi 2.300-2.700 kal ketika menyusui. Makanan yang dikonsumsi ibu berguna untuk melakukan aktivitas,metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses produksi ASI, serta sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Makanan yang dikonsumsi juga perlu memenuhi syarat, seperti: susunannya harus seimbang, porsinya cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau
  • 41. 27 27 berlemak, serta tidk mengandung alkohol, nikotin, bahan pengawet, dan pewarna. b) Ibu memerlukan tambahan 20 gr protein diatas kebutuhan normal ketika menyusui. Jumlah ini hanya 16% dari tambahan 500 kal yang dianjurkan. Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang rusak atau mati. Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani protein nabati. Protein hewani antara lain telur, daging, ikan, udang, kerang, susu,dan keju. Sementara itu, protein nabati banyak terkandung dalam tahu, tempe, kacang-kacangan, dan lain-lain. c) Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah asupan cairan. Ibu menyusui dianjurkan minum 2-3 liter per hari dalam bentuk air putih, susu, dan jus buah ( anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui). Mineral, air, dan vitamin digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit dan mengatur kelancaran metabolisme didalam tubuh. Sumber zat pengatur tersebut bisa diperoleh dari semua jenis sayur dan buah-buahan segar. d) Pil zat besi (Fe) harus diminum, untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pascabersalin. e) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) sebanyak 2 kali yaitu pada 1 jam setelah melahirkan dan 24 jam
  • 42. 28 28 setelahnya agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI (Dewi dan Sunarsih, 2011 : 71-72). b. Ambulasi dini Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan membimbing ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan. Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu postpartum telentang di tempat tidur selama 7-14 hari setelah melahirkan. Ibu postprtum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam post partum. Keuntungan early ambulation adalah : a) Ibu merasa lebih baik, lebih sehat dan lebih kuat dengan early ambulation. b) Faal usus dan kandung kecing lebih baik. c) Dapat lebih memungkinkan dalam mengajari ibu untuk merawat atau memelihara anaknya, memandikan dan lain- lain selama ibu masih dalam perawatan. d) Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (sosial ekonomis) (Saleha, 2009 : 72).
  • 43. 29 29 c. Eliminasi a) Miksi Miksi disebut normal bila dapat buang air kecil spontan setiap 3-4 jam. Ibu diusahakan dapat buang air kecil sendiri, bila tidak dilakukan dengan tindakan : (a) Dirangsang dengan mengalirkan air kran di dekat dengan klien. (b) Mengompres air hangat di atas simpisis. b) Defekasi Biasanya 2-3 hari post partum masih sulit buang air besar. Jika klien pada hari ketiga belum juga bisa buang besar maka diberi laksan supositoria dan minum air hangat. Agar dapat buang air besar secara teratur dapat dilakukan dengan diit teratur, pemberian cairan yang banyak, makanan cukup serat, olahraga ( Ambarwati dan Wulandari, 2008 : 105-106 ). d. Kebersihan diri dan perinium a) Personal higiene Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi.
  • 44. 30 30 Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri ibu postpartum adalah sebagai berikut : (a) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perinium (b) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan kebelakang, kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehati ibu untuk membersihkan vulva setiap kali selesai buang air kecil dan besar. (c) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan dibawah matahari dan disetrika. (d) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya. (e) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah tersebut ( Saleha, 2009 : 73-74 ).
  • 45. 31 31 b) Perinium Setelah seluruh hasil pemantauan dinyatakan baik, ibu bisa meneruskan perawatan secara pribadi. Selama masa pasca persalinan, entah itu normal atau sesar, akan terjadi perdarahan selama 40 hari atau masa nifas. Disinilah pentingnya menjaga kebersihan vagina selama masa nifas harus dilakukan karena beberapa alasan, seperti : a) Siram mulut vagina hingga bersih dengan air setiap kali habis BAK dan BAB. Air yang digunakan tak perlu matang asalkan bersih. Basuh dari arah depan kebelakang hingga tidak ada sisa-sisa kotoran yang menempel disekitar vagina baik itu dari air seni maupun feses yang mengandung kuman dan bisa menimbulkan infeksi pada luka jahitan. b) Vagina boleh dicuci menggunakan sabun maupun cairan antiseptik karena dapat berfungsi sebagai penghilang kuman. Yang penting jangan takut memegang daerah tersebut dengan seksama. c) Bila ibu benar-benar takut menyentuh luka jahitan, upaya menjaga kebersihan vagina dapat dilakukan dengan cara duduk berendam dalam cairan antiseptik selama 10 menit. Lakukan setelah BAK atau BAB.
  • 46. 32 32 d) Yang kadang terlupakan, setelah vagina dibersihkan, pembalut tidak diganti. Bila seperti itu caranya aka akan percuma saja. Bukankah pembalut tersebut sudah dinodaai darahdan kotoran ? berarti bila pembalut tidak diganti, maka vagina akan tetap lembab dan kotor. e) Setelah dibasuh, keringkan perinium dengan handuk lembut, lalu kenakan pebalut baru.ingat pembalut mesti diganti setiap habis BAK atau BAB atau minimal 3 jam sekali atau bila sudah merasa tidak nyaman. f) Setelah semua langkah tadi dilakukan, perinium dapat diolesi salep antibiotik yang diresepkan dokter ( Sari dan Rimandini , 2014 : 161 ). e. Istirahat Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan. Sarankan pada ibu untuk kembali pada kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan serta untuk tidur siang untuk beristirahat selama bayi tidur. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal antara lain mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi uteri dan memperbanyak
  • 47. 33 33 perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri. f. Seksual Apabila perdarahan telah berhenti dan episiotomy sudah sembuh maka coitus bisa dilakukan pada 3-4 minggu post partum. Hasrat seksual pada bulan pertama baik kecepatannya maupun lamanya, juga orgasmepun akan menurun. g. Latihan senam nifas Senam yang pertama paling baik, paling aman untuk memperkuat dasar panggul adalah senam kegel. Segera lakukan senam kegel pada hari pertama post partum bila memang memungkinkan. h. Keluarga berencana a) Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka tentang cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. b) Biasanya ibu postpartum tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum mendapatkan haidnya selama meneteki, oleh karena aminore laktasi dapat dipakai
  • 48. 34 34 sebelum haid pertama kembali untuk mencegah terjadinya kehamilan. c) Sebelum menggunakan KB, hal-hal berikut sebaiknya dijelaskan dahulu pada ibu, meliputi : (a) Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan serta metodenya. (b) Kelebihan dan keuntungan. (c) Efek samping. (d) Bagaimana memakai metode itu. (e) Kapan metode itu dapat dimulai digunakan untuk wanita pasca persalinan yang menyusu. d) Jika pasangan memilih metode KB tertentu, ada baiknya untuk bertemu dengannya lagi dalam dua minggu untuk mengetahui apakah ada yang ingin ditanyakan oleh ibu atau pasangan dan untuk melihat apakah metode tersebut bekerja dengan baik (Ambarwati dan Wulandari, 2008 :107- 115 ). 2.1.1.9 Tanda-tanda bahaya pada masa nifas a. Demam tinggi hingga melebihi 38 C b. Perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak ( lebih dari perdarahan haid biasa atau bila memerlukan penggantian pembalut 2 kali dalam setengah
  • 49. 35 35 jam ), disertai gumpalan darah yang besar-besar dan berbau busuk c. Nyeri perut hebat/rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung, serta nyeri ulu hati d. Sakit kepala parah/terus menerus dan pandanan masalah penglihatan e. Pembengkakan pada wajah, jari-jari atau tangan f. Rasa sakit, merah, atau bengkak dibagian betis atau kaki g. Putting payudara berdarah atau merekah, sehingga sulit untuk menyusui h. Tubuh lemas dan terasa seperti mau pingsan merasa sangat letih atau nafas terengah-engah i. Kehilangan nafsu makan dalam waktu lama j. Tidak bisa buang air besar selama tiga hari atau rasa sakit waktu buang air kecil k. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh bayinya atau diri sendiri ( Maryunani, 2009 : 139-140 ). 2.1.2 Perinium 2.1.2.1 Pengertian Perineum Perinium terletak antara vulva dan anus, panjang rata- rata 4 cm. Bisa meregang saat persalinan dan bisa mengalami
  • 50. 36 36 robekan jika perinium kaku/salah dalam pertolongan persalinan (Hani, 2010 : 24). 2.1.2.2 Luka Perineum Luka perinium setelah melahirkan ada 2 macam yaitu a. Ruptur adalah luka pada perinium yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan. Bentuk ruptur biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan (Rukiyah dan yulianti, 2010: 361). b. Episiotomi adalah insisi perineum untuk memudahkan persalinan dan mencegah ruptur perineum totalis (Sulistyawati dan nugraheny, 2010 : 124). Laserasi jalan lahir adalah sebagai berikut : Derajat 1 : Laserasi mengenai mukosa vagina, posterior,kulit perineum Derajat 2 : Laserasi mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kuit perineum,otot perineum
  • 51. 37 37 Derajat 3 : Laserasi mengenai mukosa vagina, komisura Posterior, kulit perineum, otot perineum, otot spingter ani Derajat 4 : Laserasi mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot perineum, otot spingter ani, dinding depan rectum. Umumnya robekan tingkat 1 tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan posisi luka baik (Sulistyawati dan nugraheny, 2010 : 181). a. Episiotomi Episiotomi ialah insisi dari perinium untuk memudahkan persalinan dan mencegah ruptur perinium totalis. Pada masa lalu dianjurkan untuk melakukan episiotomi secara rutin yang tujuanya untuk mencegah robekan berlebihan pada perinium, membuat tepi luka rata agar mudah dilakukan penjahitan, mencegah penyulit atau tahanan pada kepala dan infeksi, tetap hal tersebut tidak didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang cukup Indikasi episiotomi untuk mempercepat proses kelahiran bayi dilakukan jika terdapat hal berikut
  • 52. 38 38 a) Gawat janin dan janin akan segera dilahirkan dengan tindakan. b) Penyulit kelahiran pervaginam, misalnya karena bayi sungsang, distosia bahu, ekstrasi vakum atau forsep. c) Jaringan parut pada perinium atau vagina yang memperlambat kemajuan persalinan. Tujuan tindakan episiotomi a) Mempercepat persalinan dengan memperlebar jalan lahir lunak. b) Mengendalikan robekan perineum untuk memudahkan menjahit c) Menghindari robekan perineum spontan d) Memperlebar jalan lahir pada tindakan persalinan pervaginam (Sulistyawati dan nugraheny, 2010 : 124). 2.1.3 Perawatan Luka Perineum 2.1.3.1 Pengertian perawatan luka perinium Perawatan adalah prosess pemenuhan kebutuhan dasar manusia (biologis, psikologis, sosial dan spiritual) dalam rentang sakit sampai dengan sehat. Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan
  • 53. 39 39 anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran plasenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil (Rukiyah et all. 2011:125). 2.1.3.2 Lingkup perawatan Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan infeksi organ-organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme yang masuk melalui vulva yang terbuka atau dari perkembangbiakan bakteri pada peralatan penampung lochea (pembalut). Lingkup perawatan perineum adalah : mencegah kontaminasi dari rectum, menangani dengan lembut pada jaringan yang terkena trauma, bersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan bau. 2.1.3.3 Waktu perawatan Menurut feerer (2001), waktu perawatan perineum adalah: a. Saat mandi : Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah terbuka maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada pembalut, untuk itu maka perlu dilaukan penggantian pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
  • 54. 40 40 b. Setelah buang air kecil : Pada saat buang air kecil, kemungkinan besar terjadi kontaminasi air senipada rektum kibat dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu diperlukan pembersihan perineum. c. Setelah buang air besar : Pada saat buang air besar, diperlukan Ppembersihan sisa-sisa kotoran disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus keperineum yang letaknya bersebelahan maka diperlukan proses pembesihan anus dan perineum secara keseluruhan. 2.1.3.4 Faktor yang mempengaruhi perawatan perineum Gizi : faktor gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi terhadap proses penyembuhan luka pada perineum karena penggantian jaringan sangat membutuhkan protein. Obat-obatan : steroid : dapat menyamarkan adanya infeksi dengan menganggu respon inflamasi normal; Antikoagulan : dapat menyebabkan hemorargi; Antibiotik spektrum luas/spesifik : Efektif bila diberikan segera sebelum pembedahan untuk patologi spesifik atau kontaminasi bakteri. Jika diberikan setelah luka ditutupi, tidak efektif karena koagulasi intrvaskular.
  • 55. 41 41 Keturunan : sifat genetik seseorang akan mempengaruhi kemampuan dirinya dalam penyembuhan luka. Salah satu sifat genetik yang mempengaruhi adalah kemampuan dalam sekresi insulin dapat dihambat, sehingga menyebabkan glukosa darah meningkat. Dapat terjadi penipisan protein-kalori. Sarana prasarana : kemampuan ibu dalam menyediakan sarana dan prasarana dalam perawatan perineum akan sangat mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya kemampuan ibu dalam menyediakan antiseptik. Budaya dan keyakinan : budaya dan keyakinan akan mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya kebiasaan tarak telur, ikan dan daging ayam ,akan mempengaruhi asupan gizi ibu yang akan sangat mempengaruhi penyembuhan luka. 2.1.3.5 Dampak perawatan luka perinium yang tidak benar Perawatan perinium yang dilakukan dengan baik dapat menghindarkan hal berikut ini : a. Infeksi Infeksi adalah Kondisi perinium yang terkena lokia dan lembab akan sangat menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perinium.
  • 56. 42 42 b. Komplikasi Komplikasi adalah Munculnya infeksi pada perinium dapat marabat pada saluran kandung kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi infeksi kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir. c. Kematian ibu post partum Kematian ibu post partum adalah Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya kematian pada ibu postpartum mengingat kondisi fisik ibu postpartum masih lemah (Suwiyoga, 2004) 2.1.3.6 Fase-fase penyembuhan luka Fase-fase penyembuhan luka menurut Sameltzer (2002 : 490) adalah sebagai berikut : a. Fase inflamasi, berlangsung selama 1 sampai 4 hari. Respons vaskuler dan seluler terjadi ketika jaringan teropong atau mengalami cedera. Vasokontriksi pembuluh terjadi dan bekuan fibrinoptalet terbentuk dalam upaya untuk mengontrol perdarahan. Reaksi ini berlangsung dari 5 menit sampai 10 menit dan diikuti oleh vasodilatasi venula. Mikrosirkulasi kehilangan kemampuan vasokontraksinya karena norepinefrin dirusak oleh enzim itraselular. Juga,
  • 57. 43 43 histamin dilepaska, yang meningkatkan permeabilitas kapiler. Ketika mikrosirkulasi mengalami kerusakan, elemen darah seperti antibodi, plasma protein, elektrolit, komplemen, dan air menembus spasium vaskular selama 2 sampai 3 hari,menyebabkan edema,teraba hangat, kemerahan dan nyeri. b. Fase ploliferatif, berlangsung 5 sampai 20 hari. Fibroblas memperbanyak diri dan membentuk, jaringan-jaringan untuk sel-sel yang bermigrasi. Sel-sel epitel membentuk kuncup pada pingir luka; kuncup ini berkembang menjadi kapiler,yang merupakan sumber nutrisi bagi jaringan granulasi yng baru. Setelah 2 minggu, luka hanya memiliki 3%sampai 5% dari kekuatan aslinya. Sampai akhir bulan, hanya 35% sampai 59% kekuatan luka tercapai. Tidak akan lebih dari 70% sampai 80% kekuatan dicapai kembali. Banyak vitamin, terutama vitamin C, membantu dalam proses metebolisme yang terlibat dalam penyembuhan luka. c. Fase maturasi, berlangsung 21 hari sampai sebulan bahkan tahunan. Sekitar 3 minggu setelah cedera, fibroblast mulai meninggalkan luka. Jaringan parut tampak besar, sampai
  • 58. 44 44 fibril kolagen menyusun kedalam posisi yang lebih padat. Hal ini, sejalan dengan dehidrasi, mengurangi jaringan parut tetapi meningkatkan kekuatan. Maturasi jaringan seperti ini terus berlanjut dan mencapai kekuatan maksimum dalam 10 atau 12 minggu, tetapi tidak pernah mencapai kekuatan asalnya dari jaringan sebelum luka. Dalam penatalaksanaan bedah penyembuhan luka, luka digambarkan sebagai penyembuhan melalui intensi pertama, kedua, atau ketiga. Penyembuhan melalui intensi pertama (penyatuan primer), luka dibuat secara aseptik, dengan pengrusakan jaringan minimum, dan penutup yang baik, seperti dengan suture, sembuh dengan sedikit reaksi jaringan melalui intensi pertama. Ketika luka sembuh melalui intensi pertama, jaringan granulasi tidak tampak dan pembentukan jaringan parut minimal. Penyembuhan melalui intensi kedua (Granulasi). Pada luka dimana terjadi pembentukan pus (supurasi) atau dimana tepi luka tidak saling merapat, proses perbaikannya kurang sederhana dan membutuhkan waktu lebih lama. Penyembuhan melalui intensi ketiga (Suture Sekunder). Jika luka dalam baik yang belum disuture atau terlepas dan kemudian disuture kembali nantinya, dua
  • 59. 45 45 permukaan granulasi yang berlawanan disambungkan. Hal ini mengakibatkan jaringan parut yang lebih dalam dan luas (Rukiyah dan Yulianti, 2010 : 361-365). 2.1.3.7 Tujuan perawatan perineum Tujuan perawatan perineum adalah mencegah terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan. Tujuan perawatan perineum adalah pencegahan terjadinya infeksi pada saluran reproduksi yang terjadi dalam 28 hari setelah kelahiran anak atau aborsi (Rukiyah et all, 2011 :125). 2.1.3.8 Langkah-langkah penatalaksanaan a. Persiapan Persiapan pada ibu postpartum : perawatan perinium sebaiknyadilakukan di kamar mandi dengan posisi ibu jongkok, jika ibu telah mampu atau berdiri dengan posisi kaki terbuka. Alat dan bahan : alat yang digunakan adalah botol, baskom dan gayung atau shower air hangat dan handuk bersih. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air hangat, pembalut nifas baru dan antiseptic.
  • 60. 46 46 b. Penatalaksanaan Perawatan khusus perineal bagi wanita setelah melahirkan anak mengurangi rasa ketidaknyamanan, kebersihan, mencegah infeksi, dan meningkatkan penyembuhan dengan prosedur pelaksanaan yaitu : a) Mencuci tangan b) Mengisi botol plastik yang dimiliki dengan air hangat c) Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan ke bawah mengarah ke rektum dan letakan pembalut tersebut kedalam kantong plastic d) Berkemih dan BAB ke toilet e) Semprotkan ke seluruh perinium dengan air f) Keringkan perinium dengan menggunakan tissue dari depan ke belakang g) Pasang pembalut dari depan ke belakang h) Cuci kembali tangan c. Evaluasi Parameter yang digunakan dalam evaluasi hasil perawatan adalah : perineum tidak lembab, posisi pembalut tepat, ibu merasa nyaman (Rukiyah dan yulianti, 2010 : 365).
  • 61. 47 47 2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan 2.2.1 Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan Manajemen Asuhan Kebidanan adalah pendekatan dan kerangka pikir yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengumpulan data, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Ambarwati dan wulandari, 2010 : 130). Lebih lanjut menurut Saleha, (2009: 34) Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. Asuhan kebidanan merupakan suatu penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kebidanan pada pasien yang mempunyai kebutuhan atau masalah dalam bidang kesehatan,ibu pada masa hamil,nifas,dan bayi baru lahir serta keluarga berencana ( Ambarwati dan Wulandari, 2008 : 130). 2.2.2 Tujuh Langkah Manajemen Kebidanan Menurut Helen Varney Langkah I : Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien secara menyeluruh. Langkah II : Menginterprestasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa/masalah. Langkah III : Mengidentifikasi diagnosis/masalah potensial
  • 62. 48 48 dan mengatisipasi penanganannya. Langkah IV : Menetapkan kebutuhan akan tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, serta rujukan berdasarkan kondisi klien. Langkah V : Menyusun recana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya. Langkah VI : Melaksanakan langsung asuhan secara efesien dan aman. Langkah VII : Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif (Soepardan, 2007 : 98). 2.2.2.1 Langkah I (Pengumpulan data dasar) Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara:
  • 63. 49 49 a. Data subjektif a) Biodata yang mencakup identitas pasien (a) Nama Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan. (b) Umur Dicatat untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikis belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas. (c) Agama Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa. (d) Suku/Bangsa Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari. (e) Pendidikan Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektual,
  • 64. 50 50 sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya. (f) Pekerjaan Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat social ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut. (g) Alamat Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan b) Keluhan utama Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas, misalnya pasien merasa mules, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum c) Riwayat kesehatan (a) Riwayat kesehatan sekarang Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas dan bayinya. (b) Riwayat kesehatan yang lalu Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau panyakit akut,
  • 65. 51 51 kronis, sperti: jantung, DM, hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi pada masa nifas ini. (c) Riwayat kesehatan keluarga Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya. d) Riwayat perkawinan Yang diper dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelasakan berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan mempengaruhi proses nifas (Ambarwati dan Wulandari, 2008 : 131-133). e) Riwayat obstetric (a) Riwayat menstruasi Beberapa data yang harus bidan peroleh dari riwayat menstruasi, antara lain : 1. Menarche Menarche adalah usia pertama kali mengalami menstruasi. Pada wanita Indonesia, umumnya sekitar 12-16 tahun.
  • 66. 52 52 2. Siklus Siklus menstruasi adalah jarak antara menstruasi yang dialami dengan menstruasi berikutnya dalam hitungan hari. Biasanya sekitar 23-32 hari. 3. Volume Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstuasi yang dikeluarkan. Kadang bidan akan kesulitan untuk mendapatkan adata yang valid. Sebagai acuan, biasanya biadan menggunakan kriteria banyak, sedang, dan sedikit. Jawaban yang diberikan oleh pasien biasanya bersifat subjektif, namun bidan dapat menggali informasi lebih dalam lagi dengan beberapa pertanyaan pendukung, misalnya sampai berapa kali ganti ganti pembalut dalam sekali. 4. Keluhan Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang dirasakan ketika mengalami menstruasi, misalnya sakit yang sangat, pening sampai pinsan, atau jumlah darah
  • 67. 53 53 yang banyak. Ada beberapa keluhan yang disampaikan oleh pasien dapat menunjukan kepada diagnosa tertentu. (Sulistyawati, 2009 : 112). (b) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu. Beberapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu. (c) Riwayat persalinan sekarang. Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. (d) Riwayat KB Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi (Ambarwati dan Wulandari, 2008 :133-134).
  • 68. 54 54 f) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari (a) Nutrisi 1. Kebutuhan kalori selama menyusui proporsional dengan jumlah air susu ibu yang dihasilkan dan lebih tinggi selama menyusui dibanding selama hamil. Rata-rata kandungan kalori ASI yang dihasilkan ibu dengan nutrisi baik adalah 70 kal/100 ml dan kira-kira 85 kal diperlukan oleh ibu untuk tiap 100 ml yang dihasilkan. Rata-rata ibu menggunakan kira-kira 640 kal/hari untuk 6 bulan pertama dan 510 kal/hari selama 6 bulan kedua untuk menghasilkan jumlah susu normal. Rata-rata ibu harus mengkonsumsi 2.300-2.700 kal ketika menyusui. Makanan yang dikonsumsi ibu berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses produksi ASI, serta sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Makanan yang dikonsumsi juga perlu memenuhi syarat, seperti: susunannya harus seimbang, porsinya
  • 69. 55 55 cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, serta tidk mengandung alkohol, nikotin, bahan pengawet, dan pewarna. 2. Ibu memerlukan tambahan 20 gr protein diatas kebutuhan normal ketika menyusui. Jumlah ini hanya 16% dari tambahan 500 kal yang dianjurkan. Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang rusak atau mati. Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani protein nabati. Protein hewani antara lain telur, daging, ikan, udang, kerang, susu,dan keju. Sementara itu, protein nabati banyak terkandung dalam tahu, tempe, kacang-kacangan, dan lain-lain. 3. Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah asupan cairan. Ibu menyusui dianjurkan minum 2-3 liter per hari dalam bentuk air putih, susu, dan jus buah (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui). Mineral, air, dan vitamin digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit dan mengatur kelancaran
  • 70. 56 56 metabolisme didalam tubuh. Sumber zat pengatur tersebut bisa diperoleh dari semua jenis sayur dan buah-buahan segar. 4. Pil zat besi (Fe) harus diminum, untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pascabersalin. 5. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) sebanyak 2 kali yaitu pada 1 jam setelah melahirkan dan 24 jam setelahnya agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI. (b) Eliminasi Buang Air kecil (BAK) setelah ibu melahirkan, terutama bagi ibu yang pertama kali melahirkan akan terasa pedih bila BAK. Keaadaan ini kemungkinan disebabkan oleh iritasi pada uretra sebagai akibat persalinan sehingga penderita takut Bak. Miksi disebut normal bila dapat BAK spontan tiap 3-4 jam. Buang air besar (BAB). Defekasi (buang air besar)
  • 71. 57 57 harus ada dalam 3 hari postpartum ( Dewi dan Sunarsih, 2011: 71-73) (c) Istirahat Ibu post partum sangat membutuhkan istrirahat yang berkualitas untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya. Keluarga disarankan untuk memberikan kesempatan kepada ibu untuk istirahat yang cukup sebagai persiapan untuk energi menyusui bayinya. Kurang istirahat pada ibu post partum akan mengakibatkan beberapa kerugian, misalnya : 1. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi 2. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan 3. Menyebabkan depresi daan ketidaknyamanan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri. Kebutuhan istirahat bagi ibu menyusui minimal 8 jam sehari, yang dapat dipenuhi melalui istirahat malam dan siang (Sulistyawati, 2009 : 103 ). (d) Personal hygiene Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu,
  • 72. 58 58 kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga (Saleha,2009 : 73). (e) Aktivitas Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin dapat mempercepat proses pengembalian alat-alat reproduksi. Apakah ibu melakukan ambulasi, seberapa sering, apakah kesulitan, degan bantuan atau sendiri, apakah ibu pusing ketika melakukan ambulasi (Ambarwati dan Wulandari, 2008 :137). (f) Hubungan seksual Dinding vagina kembali pada keadaan sebelum hamil dalam waktu 6-8 minggu. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti, dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasakan ketidaknyamanan, maka aman untuk memulai melakukan
  • 73. 59 59 hubungan suami istri kapan saja ibu siap (Dewi dan sunarsih, 2011 : 77). g) Data psikososial Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita mengalami banyak perubahan emosi/psikologis selam masa nifas se,entara ia menyesuaikan diei menjadi seorang ibu. h) Data pengetahuan Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang perawatan setelah melahirkan sehingga akan menguntungkan selama masa nifas. i) Kehidupan sosial budaya Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan pasien, khususnya pada masa nifas misalnya pada keniasaan pantang makan (Ambarwati dan wulandari, 2008 :134-136). b. Data Objektif Untuk melengkapi data dalam menegakkan diagnose, bidan harus melakukan pengkajian data objektif
  • 74. 60 60 melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi yang bidan lakukan secara berurutan. Langkah-langkah pemeriksaannya adalah sebagai berikut a) Keadaan umum Untuk mengetahui data ini, bidan perlu mengamati keadaan pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan akan bidan laporkan dengan kriteria : (a) Baik Pasien dimasukan dalam kriteria ini jika pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, secara fisik pasien tidak mengalami ketergantungan dalam berjalan. (b) Lemah Pasien dimasukan dalam kriteria ini jika kurang atau tidak memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, serta pasien sudah tidak mampu lagi untuk berjalan sendiri. b) Kesadaran Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, bidan dapat melakukan pengajian derajat kesadarn pasien dari keadaan composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan coma (pasien tidak dalam keadaan sadar) (Sulistyawati, 2009 : 121-122).
  • 75. 61 61 c) Tanda vital a. Tekanan darah Tekanan darah < 140/90 mmhg. Tekanan darah tersebut bisa meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari post partum (Suherni et all, 2009 : 84). b. Nadi Nadi berkisar antara 60-80 denyutan permenit setelah partus, dan dapat terjadi brakikardi, bila terdapat takikardi dan suhu tubuh tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada vitium kordis pada penderita (Saleha, 2009 : 61). c. Pernafasan Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu sekitar 20-30 x/menit (Ambarwati dan wulandari, 2008 :139). d. Suhu Satu hari (24 jam) postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5-38°C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ke 3 suhu badan naik lagi karena ada pembentukan ASI dan payudara menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI, bila suhu
  • 76. 62 62 tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium, mastitis, traktus genetalis, atau system lain (Dewi dan Sunarsih, 2011 : 60). d) Pemeriksaan fisik (a) Kepala Organ tubuh yang perlu di kaji karena pada kepala terdapat organ-organ yang sangat penting. Pengkajian di awali dengan inspeksi lalu palpasi. 1. Muka Pada daerah muka di lihat kesimetrisan muka,apakah kulitnya normal, pucat. Ketidaksimetrisan muka menunjukkan adanya gangguan pada saraf ke tujuh (Nervus Fasialis). 2. Mata untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata, teknik yang di gunakan inspeksi dan palpasi. 3. Telinga Untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang
  • 77. 63 63 telinga/membrane timpani, dan pendengaran. teknik yang di gunakan adalah inspeksi dan palpasi. 4. Hidung Di kaji untuk mengetahui keadaan bentuk dan fungsi hidung, bagian dalam, lalu sinus-sinus. 5. Mulut Untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut. (b) Leher Untuk mengetahui bentuk leher, serta organ- organ lain yang berkaitan. Teknik yang di gunakan adalah inspeksi dan palpasi. (c) Dada Mengkaji kesehatan pernafasan (Tambunan, 2011 : 66-86). (d) Payudara pembesaran, puting susu (menonjol/mendatar, adakah nyeri dan lecet pada puting), ASI/Kolostrum sudah
  • 78. 64 64 keluar, adakah pembengkakan, radang atau benjolan abnormal (Suherni,et all. 2009 : 120). (e) Abdomen 1. TFU pada pemeriksaan uterus sama halnya dengan pemeriksaan payudara dilakukan terlebih dahulu periksa pandang warna perut, pembesaran pada perut, kemudian lakukan pemeriksaan raba ( palpasi ) yakni : periksa ada tidaknya rasa nyeri saat diraba, periksa kontraksi uterus, kemudian raba tinggi fundus ( Rukiyah, et all. 2011 : 99). Tabel 2.2 Involusi TFU Berat Uterus (gr) Diameter bekas melekat Plasenta Keadaan Serviks Bayi Lahir Setinggi Pusat 1000 Uri Lahir 2 Jari di bawah Pusat 750 12,5 Lembek Satu minggu Pertengahan pusat- sympisis 500 7,5 Beberapa hari setelah post partum dapat di lalui 2 jari akhir minggu pertama dapat di masuki 1 jari Dua minggu Tak teraba di atas sympisis 350 3-4 Enam minggu Bertabah Kecil 50-60 1-2 Delapan minggu Sebesar normal 30 Involusi uterus (Dewi dan sunarsih, 2011 : 57).
  • 79. 65 65 2. Kandung Kemih kondisi kandung kemih sangat berpengaruh terhadap keadaan kontraksi uterus, sehingga pemeriksaan kandung kemih jangan diabaikan karena jika kontraksi terhambat oleh kandung kemih yang penuh bisa berakibat keluar darah yang cukup banyak (Rukiyah, et all. 2011 : 100). (f) Keadaan genitalia 1. Lochea Normal : - Merah hitam (lochia rubra) - Bau biasa - Tidak ada bekuan darah atau butir- butir darah beku ( ukuran jeruk kecil) - Jumlah perdarahan yang ringan yang ringan atau sedikit (hanya perlu mengganti pembalut setiap 3-5 jam).
  • 80. 66 66 Abnormal : - Merah terang - berbau busuk, - mengeluarkan darah beku - perdarahan berat (memerlukan penggantian pembalut setiap 0-2 jam). 2. Keadaan perineum : oedema, hematoma, bekas luka episiotomi/robekan, hecting. 3. Keadaan anus : hemoroid (g) Punggung Mengkaji nyeri tekan, nyeri ketuk. 2.2.2.2 Langkah II ( Interpretasi data dasar ) Mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan interprestasi yang benar atar data- data yang telah dikumpulkan. Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan diinterprestasikan menjadi diagnosa kebidanan dan masalah.
  • 81. 67 67 a. Diagnosa Kebidanan Diagnosa dapat ditegakkan yang barkaitan enggan Para, Abortus, Anak hidup, umur ibu, dan keadaan nifas. Data dasar meliputi : a) Dasar subjektif Pernyataan ibu tentang jumlah persalinan, apakah pernah abortus atau tidak, keterangan ibu tentang umur, keterangan ibu tentang keluhannya. b) Dasar objektif Palpasi tentang tinggi fundus uteri dan berkontraksi, hasil pemeriksaan tentang pengeluaran pervaginam, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital. b. Masalah Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan Pasien a) Dasar subjektif Data yang didapat dari anamnesa pasien. b) Dasar objektif Data yang didapat dari hasil pemeriksaan
  • 82. 68 68 2.2.2.3 Langkah III ( Diagnosa potensial ) Mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi. Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap- siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi . 2.2.2.4 Langkah IV( Antisipasi masalah ) Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien 2.2.2.5 Langkah V ( Perencanaan ) Langkah-langkah ini di tentukan oleh langkah – langkah sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah di identifikasi atau antisipasi (Ambarwati dan Wulandari, 2008 :140- 143).
  • 83. 69 69 Kunjungan 6 – 8 Jam setelah persalinan a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut. c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai bagaimana cara mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. d. Pemberian ASI awal. e. Melakukan hubungan antara ibu dengan bayi yang baru lahir. f. Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah hypotermi. g. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan Ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil. Kunjungan 6 hari setelah persalinan. a. Memastikan involusi uteri berjalan dengan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus tidak ada petdarahan abnormal, dan tidak ada bau.
  • 84. 70 70 b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau kelainan pascamelahirkan. c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat. d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda penyulit. e. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, cara merawat tali pusat, dan bagai mana menjaga bayi agar tetap hangat (Dewi dan Sunarsih, 2011 : 4-5). 2.2.2.6 Langkah VI ( Pelaksanaan ) Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada klien dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman. 2.2.2.7 Evaluasi Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberiakn, ulangi kembaliproses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan
  • 85. 71 71 tapi belum efektif atau merencanakan kembali yang belum terlaksana (Ambarwati dan wulandari, 2008:145-147). 2.3 Teori Landasan Hukum Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi: 2.3.1 Kewenangan normal Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan. Kewenangan ini meliputi : 2.3.1.1 Pelayanan kesehatan ibu a. Ruang lingkup : a) Pelayanan konseling pada masa pra hamil b) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal c) Pelayanan persalinan normal d) Pelayanan ibu nifas normal e) Pelayanan ibu menyusui f) Pelayanan konseling pada masa antara dua Kehamilan
  • 86. 72 72 b. Kewenangan : a) Penjahitan luka jalan lahir tingkat 1 dan II b) Penangan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan c) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil d) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas. Fasilitas/bimbingan inisiasi menyusui dini (IMD) dan promosi air susu (ASI) eksklusif e) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum f) Penyuluhan dan konseling g) Bimbingan pada kelompok ibu hamil h) Pemberian surat keterangan kematian i) Pemberian surat keterangan cuti bersalin 2.3.1.2 Pelayanan kesehatan anak a. Ruang lingkup : a) Pelayanan bayi baru lahir b) Pelayanan bayi c) Pelayanan anak balita d) Pelayanan anak pra sekolah
  • 87. 73 73 b. Kewenangan a) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusui dini (IMD), injeksi vitamin K1 b) Perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat c) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk d) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan e) Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah f) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah g) Pemberian konseling dan penyuluhan h) Pemberian surat keterangan kelahiran i) Pemberian surat keterangan kematian 2.3.1.3 Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana, dengan kewenangan :
  • 88. 74 74 b. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana c. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom Selain kewenangan normal sebagaimana tersebut di atas, khusus bagi bidan yang menjalankan program pemerintahan mendapatkan kewenangan tambahan untuk melakukan pelayanan kesehatan yang meliputi : a) Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit b) Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis tertentu (dilakukan di bawah suoervisi dokter) c) Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan d) Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan e) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak sekolah
  • 89. 75 75 f) Melaksanakan pelayanan kebidanan komunits g) Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom, dan penyakit lainnya h) Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi i) Pelayanan kesehatan lain yang merupakam program pemerintah Khusus untuk pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan antenatal terintegrasi, penanganan bayi dan anak balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penyakit lainnya, serta pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA), hanya dapat dilakukan oleh bidan yang telah mendapat pelatihan untuk pelayanan tersebut.
  • 90. 76 76 Selain itu, khusus di daerah (kecamatan atau keluruhan/desa) yang belum ada dokter, bidan juga diberikan kewenangan sementara untuk memberikan pelayanan kesehatan di luar kewenangan normal, dengan syarat telah ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kewenangan bidan untuk memberikan pelayanan kesehatan di luar kewenangan normal tersebut berakhir dan tidak berlaku lagi jika di daerah tersebut sudah terdapat tenaga dokter (http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/archiv es/171)
  • 91. 77 77 BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN PERAWATAN LUKA PERINEUM TERHADAP NY. V UMUR 20 TAHUN P1A0 6 JAM POST PARTUM DI KLINIK BERSALIN ROSBIATUL ADAWIYAH S.KM, M.Kes, KEMILING BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 3.1 PENGKAJIAN Nama Mahasiswa : Fika Cresya NIM : 201207084 Tanggal : 10 April 2015 Jam : 18.00 WIB a. DATA SUBJEKTIF a) IDENTITAS (a) Biodata Istri Suami Nama : Ny.V : Tn.J Umur : 20 tahun : 32 tahun Agama : Islam : Islam Suku : Jawa/Indonesia : Jawa/Indonesia Pendidikan : SMP : SMP Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga : Wiraswasta 77
  • 92. 78 78 Alamat : Jl.imam bonjol Gg.mawar , Kemiling, Bandar Lampung b) Keluhan Utama : - Ibu mengatakan saat ini perutnya masih merasa mules. - Ibu mengatakan nyeri pada daerah luka perinium - Ibu mengatakan takut untuk BAB c) Riwayat kesehatan : (a) Riwayat kesehatan sekarang Hipertensi : Tidak ada DM : Tidak ada Jantung : Tidak ada Asma : Tidak ada Ginjal : Tidak ada Hepatitis : Tidak ada TBC : Tidak ada (b) Riwayat Kesehatan Dahulu Hipertensi : Tidak ada DM : Tidak ada Jantung : Tidak ada Asma : Tidak ada Ginjal : Tidak ada Hepatitis : Tidak ada
  • 93. 79 79 TBC : Tidak ada (c) Riwayat Kesehatan Keluarga Hipertensi : Tidak ada DM : Tidak ada Jantung : Tidak ada Asma : Tidak ada Ginjal : Tidak ada Hepatitis : Tidak ada TBC : Tidak ada d) Riwayat Perkawinan Status perkawinan : Syah Usia nikah pertama : 19 Tahun Lamanya pernikahan : 1 tahun e) Riwayat obstetri (a) Riwayat haid 1. Menarche : 14 Tahun 2. Siklus : 28 Hari 3. Lama : 7 Hari 4. Volume : 2- 3 kali ganti pembalut/hari 5. Sifat : Encer dengan sedikit menggumpal 6. Disminorhea : Tidak ada 7. HPHT : 12-7-2014 8. TP : 19-4-2015
  • 94. 80 80 (b) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu. No Tahun Persalinan Tempat Persalinan Umur Kehamilan Jenis Persalinan penolong penyulit Keadaan nifas Anak 1 Hamil ini (c) Riwayat persalinan sekarang Jenis persalinan : Spontan Tanggal : 10 - 04 - 2015 Jam : 12.00 WIB Jenis kelamin : Laki-Laki Panjang badan : 52 cm Berat badan : 3000 gram Keadaan bayi : Sehat dan normal (d) Riwayat KB : Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi f) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari (a) Pola Nutrisi Makan Menu : nasi 1 porsi, tempe 1 potong, sayur bening 1 mangkok, dan 1 gelas susu Frekuensi : saat pengkajian 1 kali makan Jumlah : saat pengkajian 1 porsi
  • 95. 81 81 (b) Pola eliminasi BAK : selama pengkajian ibu sudah BAK 2-3 kali warna kuning jernih BAB : selama pengkajian ibu belum BAB (c) Pola aktivitas : ibu masih takut untuk beraktivitas (d) Pola istirahat Malam hari : 6-8 jam Siang hari : 1 jam (e) Pola personal hygine Kebersihan : bersih Mandi : 2 kali sehari Keramas : 1 kali sehari Ganti baju dan celana dalam : 2kali sehari atau bila lembab g) Psikososial (a) Tanggapan ibu terhadap dirinya : Ibu bahagia setelah dia mampu melahirkan secara normal (b) Tingkat pengetahuan ibu terhadap kondisinya : Ibu tidak tau bahwa rasa mules yang masih ia rasa kan adalah hal yang normal dan tidak perlu takut BAB, karena jika ibu tidak BAB dalam 2-3 hari setelah persalinan itu masih hal yang normal. (c) Tanggapan keluarga terhadap kelahiran bayi : Keluarga bahagia dengan kelahiran bayi Ny.v
  • 96. 82 82 (d) Pengambilan Keputusan : Pengambilan keputusan dilakukan secara bermusyawarah dalam keluarga (e) Lingkungan yang berpengaruh : Tidak ada b. Data objektif Tanggal/ waktu : 10-04-2015/ 18.00 WIB a) Pemeriksaan umum Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis Keadaan emosional : Stabil Tanda-tanda vital TD : 110/80 mmHg Pernafasan : 22 kali/menit Nadi : 80 kali/menit Suhu : 38,00 c b) Pemeriksaan fisik Kepala (a) Wajah Pucat : Tidak ada Oedema : Tidak ada (b) Mata Simetris : Ya kanan dan kiri
  • 97. 83 83 Kelopak mata : Tidak oedema Konjungtiva : Merah muda Sklera : Putih (c) Hidung Simetris : Ya kanan dan kiri Polip : Tidak ada pembesaran Kebersihan : Bersih (d) Mulut Bibir : Lembab dan Tidak kering Lidah : Bersih Gigi : Tidak Ada lubang dan Tidak Ada caries Gusi : Tidak Ada pembengkakan dan perdarahan (e) Telinga Simetris : Simetris Gangguan pendengaran : Tidak Ada (f) Leher Tumor : Tdak Ada Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak Ada Pembesaran vena jugularis : Tidak Ada (g) Ketiak Pembesaran kelenjar limfe : Tidak Ada (h) Dada Retraksi : Tidak Ada
  • 98. 84 84 Bunyi mengi dan ronchi : Tidak ada (i) Payudara Simetris : Ya antara kanan dan kiri Puting Susu : Menonjol, bersih Hiperpigmentasi : Ada pada daerah areolla dan puting susu Benjolan : Tidak ada Pengeluaran : Ada, kolostrum Rasa Nyeri : Tidak ada (j) Punggung dan Pinggang Simetris : Simetris Nyeri ketuk : Tidak ada (k) Abdomen Benjolan : Tidak ada Konsistensi : Keras, membulat Kandung Kemih : Kosong Uterus TFU : 2 jari dibawah pusat Kontraksi : Baik (l) Anogenital Labia mayor minor : Tidak ada pembengkakan Kelenjar bartholini : Tidak ada pembengkakan Pengeluaran vagina
  • 99. 85 85 Jenis lokea : Lokea rubra Warna : Merah segar Bau : Khas Jumlah : Selama pengkajian ibu ± 2 kali ganti softek Perinium : Ada laserasi Anus : Tidak ada hemoroid (m) Ekstremitas Bawah Oedema : Tidak ada Kemerahan : Tidak ada Varises : Tidak ada Reflek patela : Positif Kanan dan Kiri c) Pemeriksaan penunjang Tidak dilakukan d) Data penunjang (a) Riwayat Persalinan sekarang IBU 1. Tempat Melahirkan : Klinik Bersalin Rosbiatul Adawiyah,S.KM,M.Kes 2. Penolong : Bidan Rosbiatul Adawiyah,S.KM,M.Kes 3. Jenis Persalinan : Spontan, pervaginam 4. Tanggal Persalinan : 10-04-2015/jam 12.00 WIB
  • 100. 86 86 5. Komplikasi : Tidak ada 6. Lamanya persalinan Kala 1 : 10 Jam 15 Menit Kala II : 1 Jam 0 Menit Kala III : 0 Jam 10 Menit Kala IV : 2 Jam 0 Menit + Lama : 13 Jam 15 Menit 7. Ketuban pecah pukul : 11.40 WIB 8. Jumlah Perdarahan : Kala III / IV : 225cc / 100cc 9. Obat - obatan yang diberikan selama persalinan : Oksitosin 10. Obat – obatan yang diberikan setelah persalinan : Paracetamol 500 mg, tablet Fe dengan dosis 60 mg, Vitamin A dengan dosis 200.000 IU, Amoxilin 500 mg 11. Plasenta Lahir : Spontan Insersia : Sentralis Berat : 500 gram Panjang Tali Pusat : ± 50 cm Diameter : 20 cm Selaput Dan Kotiledon : Lengkap Kelainan : Tidak ada 12. Perenium : Ada laserasi
  • 101. 87 87 (b) Bayi Lahir : Spontan Insersia : Sentralis Berat : 500 gram Panjang Tali Pusat : ± 50 cm Diameter : 20 cm Selaput Dan Kotiledon : Lengkap
  • 102. 88 88 Tabel 3.2 MATRIKS Tgl / jam Pengkajian Interpretasi Data (Dx, Masalah, Kebutuhan) Dx Potensial /Masalah Potensial Antisipasi /Tindakan Segera Intervensi Implementasi Evaluasi 10-04-2015 / 18.00 wib Ds : Ibu mengatakan ini anak pertama dan tidak pernah keguguran ibu mengatakan melahirkan tanggal 10-04-2015 pukul 12.00 wib Ibu mengatakan masih mules pada perutnya Ibu mengatakan nyeri pada luka perineum Ibu mengatakan takut untuk BAB Do : KU ibu baik Dx : Ny. V umur 20 tahunP1A0 6 jam post partum Dasar : DS : - ibu mengatakan ini anak pertama dan tidak pernah keguguran - ibu mengatakan melahirkan tanggal 10-04-2015 pukul112.00 wib - Ibu mengatakan nyeri padadaerah luka perineum DO : - Keadaan umum ibu baik Tidak Ada Tidak Ada 1. Beri tahu ibu kondisinya saat ini 2. Jelaskan keluhan yang dialami 1. Memberi tahu ibu kondisinya saat ini yaitu TTV ibu didapatkan hasil TD : 110/80, N : 80x/menit, RR : 22, T : 38,0 ºC, berdasarkan pemeriksaan khusus kebidanan pada payudara yaitu puting susu menonjol, pengeluara ASI ada yaitu colostrum, pada bagian abdoen kontraksi ibu baik, TFU : 2 jari dibawah pusat, dan pada anogenital pengeluaran locea rubra berwarna merah segar dan terdapat luka perieium. 2.Menjelaskan kepada ibu bahwa nyeri pada perineum yang dirasakan ibu adalah karena adanya luka jahitan yang masih basah dan mulas pada perut adalah hal yang normal karena proses pengembalian rahim ke 1. Ibu mengerti kondisinya saat ini 2. Ibu telah mengerti mengenai keluhan-keluhan yang dialami 88
  • 103. 89 89 TTV TD: 110/80 mmHg N : 80 x/m RR : 22x/m S : 38,00 C Pemeriksaan khusus kebidanan : 1.Payudara Puting susu : menonjol Pengeluaran Asi : ada, colostrum 2. Abdomen Kontraksi : baik TFU : 2 jari dibawah pusat 3. Anogenital Pengeluaran locea : rubra warna : merah segar - TTV TD: 110/80mmHg N : 80 x/m RR : 22x/m S : 38,00 C - Terdapat laserasi / luka pada daerah perineum - laserasi perineum masih basah Masalah : nyeri pada luka perineum Kebutuhan : perawatan luka perineum - 3. lakukan dan ajarkan pada ibu dan keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas 4 . Anjurkan ibu untuk menyusui secara on demand bentuk seperti sebelum hamil dan mengenai ibu takut BAB itu tidak perlu khawatir karena jika ibu tidak BAB dalam 2-3 hari setelah persalinan itu masih hal yang normal. - 3.melakukan dan mengajarkan pada ibu dan keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas yaitu dengan cara masase uterus agar uterus dapat berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan dan selanjutnya mengajarkan ibu 5.4.Menganjurkan ibu untuk menyusui secara on demand yaitu sesuai kebutuhan bayitanpa dijadwalkan karena cairan pertama yang diperoleh bayi dari ibunya dalah kolostrum, yang mengandunng campuran kaya protein, mineral, dan antibodi yang berguna untuk bayi. 3.Ibu dan keluarga telah diberikan konseling dan mengenai mencegah perdarahan masa nifas 4.Ibu bersedia untu k menyusui bayinya sedini mungkin.
  • 104. 90 90 Perineum : ada laserasi 5. Lakukan dan ajarkan pada ibu pencegahan hipotermi pada bayi. 6. Lakukan dan ajarkan Perawatan luka perineum 5.Melakukan dan mengajarkan pencegahan hipotermi pada bayi yaitu dengan cara membaringkan bayi dalam ruangan > 25 ºC bersama ibunya, mengganti popok bayi segera saat popok bayi basah, tidak membiarkan bayi dalam keadaan tanpa busana, menutup kepala bayi dengan topi. 6. .Melakukan dan mengajarkan perawatan luka perineum yaitu siapkan alat dan bahan : tensimeter dan stetoskop, air DTT dalam tempatnya, sarung tangan satu pasang, bengkok. Setelah mempersiapkan alat jelaskan pada ibu tentang tindakan yang akan dilakukan, atur posisi, setelah itu cuci tangan, pakaian bawah pasien dibuka, pakai sarung tangan, lalu lakukan perawatan luka perineum dengan cara membersihkan daerah luka dari lochea lalu keringkan dengan menggunakan tissue dari depan ke belakang, setelah itu pasien dirapikan dan alat-alat dibereskan dengan prinsip dekontaminasi, cuci 5. Ibu bersedia untuk menjaga bayi tetap sehat dengan mencegah hipotermi 6.perawatan luka perineum telah dilakukan dan diajarkan kepada ibu.
  • 105. 91 91 tangan dengan sabun dan air mengalir. Dan Mengajarkan pasien cara melakukan perawatan perinium secara pribadi yaitu : 1. Siram mulut vagina hingga bersih dengan air setiap kali habis BAK dan BAB. Air yang digunakan tak perlu matang asalkan bersih. Basuh dari arah depan kebelakang hingga tidak ada sisa-sisa kotoran yang menempel disekitar vagina baik itu dari air seni maupun feses yang mengandung kuman dan bisa menimbulkan infeksi. 2. vagina boleh dicucui menggunakan sabun maupun cairan antiseptik karna dapat berfungsi sebagai penghilang kuman 3. bila ibu takut menyenth luka jahitan, upaya menjaga kebersihan vagina dapat dilakuka dengan cara duduk berendam dalam cairan antiseptik selama 10 menit. Lakukan setelah BAK atau BAB. 4. setelah dibasuh, keringkan perinium dengan handuk
  • 106. 92 92 7 . Ajarkan ibu untuk mobilisasi dini 8. Anjurkan ibu untuk istirahat lembut, lalu kenakan pembalut baru. Pembalut mesti diganti setiap habis BAK atau BAB atau minimal 3 jam sekali atau bila sudah merasa tidak nyaman. 7. Mengajarkan ibu untuk mobilisasi dini yaitu dengan cara membimbimg klien keluar dari tempat tidurnya dan membimbing selekas mungkin berjalan.dan membolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam postpartum dan jika belum bisa duduk ibu dapat melakukan dengan cara miring kanan dan miring kiri. 8. Mengajurkan ibu untuk istirahat yang cukup yaitu seperti untuk tidur siang dan malam yang cukup beristirahat selama bayi tidur karena jika kurang istirahat akan 7. Ibu mengerti tentang mobilisasi dini. 8.Ibu mengerti tentang istirahat yang berkualitas.
  • 107. 93 93 9. Lakukan bonding attachment mempengaruhi ibu dalam beberapa hal antara lain mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi uteri dan memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri. 9. Melakukan bonding attachment dengan cara rawat gabung untuk menimbulkan kontak batin antara ibu dan bayi serta bayi merasa dicintai, diperhatikan, dan dipercayai. 9.bonding attachment telah dilakukan
  • 108. 94 94 13-04-2015 /15.00 wib Ds : - ibu mengatakan melahirkan tanggal 10- 04-2015 pukul 12.00 wib - Ibu mengatakan perutnya masih mulas. - Ibu mengatakan nyeri pada daerah luka perinium. Do : Keadaan umum ibu baik TTV: TD : 1110/70 mmHg. N : 80 x/m RR : 120 x/m T : 37,20 C Ny.V umur 20 tahun P1 A0 3 hari post partum Dasar : DS : - Ibu mengatakan pertama kali melahirkan dan tidak pernah keguguran - ibu mengatakan melahirkan tanggal 10-04-2015 pukul 12.00 wib - Ibu mengatakan nyeri pada daerah luka perineum. Do : - Keadaan umum ibu baik Tidak Ada Tidak Ada 1. Beri tahu ibu keadaanya saat ini 2.Pastikan ibu memberi ASI secara on demand 1. Memberi tahu ibu kondisinya saat ini yaitu TTV ibu didapatkan hasil TD : 110/70, N : 80x/menit, RR : 20, T : 37,2 ºC, berdasarkan pemeriksaan khusus kebidanan pada payudara yaitu puting susu menonjol, pengeluara ASI ada yaitu colostrum, pada bagian abdoen kontraksi ibu baik, TFU : 3 jari dibawah pusat, dan pada anogenital pengeluaran locea rubra berwarna merah segar. 2.Memastikan ibu memberikan ASI nya secara on demand seperti yang telah diajarkan. 1. Ibu mengerti keadaannya saat ini 2. Ibu telah memberikan ASI kepada bayi nya secara on demand yaitu sesuai kebutuhan bayi tanpa dijadwalkan.
  • 109. 95 95 Pemeriksaan khusus kebidanan : 1.Payudara Puting susu : menonjol Pengeluaran Asi : ada, Colostrum 2. Abdomen Kontraksi : baik TFU : 3 jari dibawah pusat 3. Anogenital Pengeluaran locea : rubra warna : merah segar luka perinium masih basah dan tidak terlihat telihat tidak ada tanda-tanda infeksi. - TTV : - TD : 110/70 Mmhg - N : 80 x/i - RR : 20 x/i - T : 37,2 ºC - luka perineum masih basah dan tidak terlihat ada tanda- tanda infeksi Masalah : nyeri pada perineum Kebutuhan : perawatan luka perineum 3.Pastikan ibu dapat melakukan perawatan luka perinium yang telah diajarkan. 3.Memastikan ibu dapat melakukan sendiri perawatan luka perinium yang telah diajarkan. 3. Ibu telah melakukan perawatan luka perinium dan apa yang diajarkan yaitu 1. Siram mulut vagina hingga bersih dengan air setiap kali habis BAK dan BAB. Air yang digunakan tak perlu matang asalkan bersih. Basuh dari arah depan kebelakang hingga tidak ada sisa-sisa kotoran yang menempel disekitar vagina baik itu dari air seni maupun feses yang mengandung kuman dan bisa menimbulkan infeksi.
  • 110. 96 96 2. vagina boleh dicucui menggunakan sabun maupun cairan antiseptik karna dapat berfungsi sebagai penghilang kuman 3.bila ibu takut menyentuh luka jahitan, upaya menjaga kebersihan vagina dapat dilakuka dengan cara duduk berendam dalam cairan antiseptik selama 10 menit. Lakukan setelah BAK atau BAB. 4.setelah dibasuh, keringkan perinium dengan handuk lembut, lalu kenakan pembalut baru. Pembalut mesti diganti setiap habis BAK atau
  • 111. 97 97 4. Pastikan ibu untuk istirahat 4. Memastikan ibu untuk istirahat yang cukup BAB atau minimal 3 jam sekali atau bila sudah merasa tidak nyaman 4.Ibu mengerti tentang istirahat yang diajarkan Yaitu seperti tidur siang dan malam yang cukup beristirahat selama bayi tidur karena jika kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal antara lain mengurangi jumlah ASIyang diproduksi, memperlambat proses involusi uteri dan
  • 112. 98 98 5. Anjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene 5.Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene yaitu membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air, pada daerah sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan kebelakang, kemudian membersihkan daerah sekitar anus,bersihkan vulva setiap kali selesai buang air kecil atau besar, mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari, kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan dbawah matahari dan disetrika, kemudian cuci tangan ibu dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampu an untuk merawatbayi dan diirinya sendiri. 5.Ibu mengerti tentang personal hygiene yang diajarkan
  • 113. 99 99 6. Anjurkan ibu tentang kebutuhan nutrisi 6. Menganjurkan ibu tentang kebutuhan nutrisi yang baik yaitu rata-rata kandungan kalori ASI yang dihasilkan ibu dengan nutrisi baik adalah 70 kal/100 ml dan kira-kira 85 kal diperlukan oleh ibu untuk tiap 100 ml yang dihasilkan. Rata- rata ibu menggunakan kira- kira 640 kal/hari untuk 6 bulan pertama dan 510 kal/hari selama 6 bulan kedua untuk menghasilkan jumlah susu normal. Rata-rata ibu harus mengkonsumsi 2.300-2.700 kal ketika menyusui. Makanan yang dikonsumsi ibu berguna untuk melakukan aktivitas,metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses produksi ASI, serta sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangannya dan ibu memerlukan tambahan 2 gr protein diatas kebutuhan normal ketika menyusui. Jumlah ini hanya 16% dari tambahan 500 kal yang dianjurkan. Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang rusak atau mati. Sumber protein 6. Ibu mengerti tentang kebutuhan nutrisi yang telah diajarkan
  • 114. 100 100 7. Beritahu ibu tentang tanda bahaya masa nifas dapat diperoleh dari protein hewani protein nabati. Protein hewani antara lain telur, daging, ikan, udang, kerang, susu,dan keju. Sementara itu, protein nabati banyak terkandung dalam tahu, tempe, kacang-kacangan, serta Ibu menyusui dianjurkan minum 2-3 liter per hari dalam bentuk air putih, susu, dan jus buah ( anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui). Mineral, air, dan vitamin digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit dan mengatur kelancaran metabolisme didalam tubuh, dan pil zat besi (Fe) harus diminum selama 40 pascapersalinan serta minum kapsul vitamin A (200.000 unit) banyak 2kali yaitu pada 1 jam setelah melahirkan dan 24 jam setelahnya agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI. 7.Memberitahu ibu tentang tanda bahaya masa nifas yaitu : 7.Ibu mengerti tentang tanda bahaya masa nifas
  • 115. 101 101 a. demam tinggi hingga melebihi 38 C, b. Perdarahan vagina yang luar biasa atu tiba-tiba bertambah banyak (lebih dari perdarahan haid biasa atau bila memerlukan penggantian pembalut 2 kali dalam setengah jam,disertaigumpalan darah yang besar-besar dan berbau busuk c. Nyeri perut hebat/rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung,serat nyeri ulu hati d. Sakit kepala parah/terus- menerus pandangan nanar/masalah penglihatan, e. Pembengkakan pada wajah,jari-jari atau tangan f. . rasa sakit,merah, bengkak,dibagian betis atau kaki g. Payudara membengkak, kemerahan, lunak disertai demam h. Puting payudara berdarah atau merekah, sehingga sulit untuk menyusui i. Tubuh lemas dan terasa