Anzeige

MAKALAH EPIDEMIOLOGI kel6.docx

2. Apr 2023
MAKALAH EPIDEMIOLOGI kel6.docx
MAKALAH EPIDEMIOLOGI kel6.docx
MAKALAH EPIDEMIOLOGI kel6.docx
MAKALAH EPIDEMIOLOGI kel6.docx
Anzeige
MAKALAH EPIDEMIOLOGI kel6.docx
MAKALAH EPIDEMIOLOGI kel6.docx
MAKALAH EPIDEMIOLOGI kel6.docx
MAKALAH EPIDEMIOLOGI kel6.docx
MAKALAH EPIDEMIOLOGI kel6.docx
Anzeige
MAKALAH EPIDEMIOLOGI kel6.docx
MAKALAH EPIDEMIOLOGI kel6.docx
MAKALAH EPIDEMIOLOGI kel6.docx
MAKALAH EPIDEMIOLOGI kel6.docx
MAKALAH EPIDEMIOLOGI kel6.docx
Nächste SlideShare
Handout epid-bidanHandout epid-bidan
Wird geladen in ... 3
1 von 14
Anzeige

Más contenido relacionado

Anzeige

MAKALAH EPIDEMIOLOGI kel6.docx

  1. MAKALAH EPIDEMIOLOGI KONSEP DASAR ILMU EPIDEMIOLOGI DosenPembimbing : Neng Kurniati .S.ST.,S.KM., M.Tr.Keb Tingkat 1A Kebidanan DisusunOleh : Kelompok 6 Anisa pitri minarti Jessica constantia Inayah Sepnida Samarah Lala Paramita Okta anjelia renopen PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN FAKULTAS MATEMATIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BENGKULU 2022/2023
  2. KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul " konsep dasar epidemiologi " dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah epidemiologi. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bunda Neng Kurniati .S.ST.,S.KM., M.Tr.Keb selaku Dosen mata kuliah epidemiologi. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Bengkulu, 14 agustus 2022 i
  3. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR……………………………………………………… DAFTAR ISI………………………………………………………………… BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….... 1.1 LatarBelakang……………………………………………………………..1 1.2 RumusanMasalah………………………………………………………….1 1.3 Tujuan……………………………………………………………………..2 BAB II PEMBAHASAN………………………………………………….… 2.1Sejarah Epidemiologi……………………………………………………..3 2.2Pengantar Epidemiologi……………………………………………………5 2.3 Studi Epidemiologi……………………………………………………….7 2.4 Kebijakan Epidemiologi di Indonesia……………………………………8 BAB III PENUTUP………………………………………………………... 3.1 Kesimpulan…………………………………………………………….....13 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... ii
  4. BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi yang sedang dihadapi oleh negara-negara berkembang dapat memberikan dampak baik positif maupun negatif. Contoh dampak negatif dari era globalisasi adalah perkembangbiakan mikroorganisme yang dapat menyebabkan menyebarnya penyakit menular, pada saat ini banyak spesies virus, bakteri, jamur, mengalami peningkatan dan penambahan jenis. Hal ini semua dapat terjadi karena peningkatan jumlah populasi pada suatu ekosistem, dan kemampuan hidup mikroorganisme yang lebih panjang karena adanya mutasi genetik yang terjadi. Mutasi genetik tersebut mengakibatkan jumlah penyakit menular yang ada di dunia saat ini menjadi lebih beragam. Oleh karena itu ilmu epidemiologi memiliki peran penting untuk membantu kita untuk menemukan penyebab dari masalah kesehatan beserta dengan pencegahannya. Hand out ini akan memfasilitasi mahasiswa untuk memahami materi epidemiologi secara lebih lengkap tentang epidemiologi. Diharapkan mahasiswa setelah mendapatkan teori tentang konsep dasar epidemiologi mahasiwa mampu memahami pengertian epidemiologi, mencapai tujuan epidemiologi, memahami peran epidemiologi dalam masyarakat. Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang distribusi suatu penyakit dan determinannya pada manusia (MacMahon & Plugh 1970). Distribusi penyakit dapat dideskripsikan menurut orang (usia, jenis kelamin, ras), tempat (penyebaran geografis), dan waktu, sedangkan pengkajian determinan penyakit mencakup penjelasan pola distribusi penyakit tertentu menurut faktor-faktor penyebabnya. Istilah epidemiologi berasal dari kata epi (atas), demos (rakyat, penduduk), dan logos (ilmu) sehingga epidemiologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari hal hal yang yang terjadi/ menimpa penduduk. Epidemiologi tidak terbatas hanya mempelajari tentang epidemi (wabah). Jadi dapat disimpulkan epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari frekuensi dan distribusi serta faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan. Tujuan dari mempelajari epidemiologi adalah dapat mengerti tentang berbagai faktor penyebab dan bagaimana cara pencegahan penyakit, Peran epidemiologi dalam kesehatan masyarakat adalah mencari faktor yang mempengaruhi timbulnya suatu penyakit, menyiapkan data untuk keperluan program kesehatan, membantu menilai hasil program kesehatan, dan mengembangkan metodelogi dalam menganalisis penyakit serta mengatasinya. M. Referensi Eka sari, dkk 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana sejarah epidemioogi? 2. Pengantar epidemiologi? 3. Studi epidemiologi? 1
  5. 4. Bagaimana kebijakan terkait epidemiologi di Indonesia? 1.3 Tujuan 1. Mengetahui bagaimana sejarah epidemiologi 2. Mengetahui pengantar epidemiologi 3. Mengetahui Studi epidemiologi? 4. Mengetahui bagaimana kebijakan terkait epidemiologi di Indonesia 2
  6. BAB II PEMBAHASAN 2.1Sejarah Epidemiologi Sejarah Perkembangan Epidemiologi Epidemiologi berkembang seiring dengan perkembangan penyakit dan lingkungan masyarakat. Setiap transisi penyakit maupun perubahan lingkungan yang memberi peluang berkembang biaknya penyakit pastilah secara sadar maupun tidak sadar selalu kita menggunakan epidemiologi baik sebagai ilmu maupun alat yang menuntun kita untuk mengetahui frekuensi, distribusi, ataupun hubungan kausasi penyebab penyakit dengan faktor paparan.Berikut ini adalah rentetan peristiwa dalam sejarah yang sudah dicapai antara lain: 1. Cacar pada 1790-an telah dibuktikan bahwa infeksi karena cowpox dapat memberikan kekebalan terhadap penyakit cacar (smallpox), tetapi baru 200 tahun kemudian prinsip ini diterima dan diterapkan di seluruh dunia sehingga penyakit cacar dapat dibasmi dari seluruh dunia (pada 1978 sudah tidak ada lagi kasus cacar). Program pembasmian cacar ini dikoordinasikan oleh WHO dan dimulai pada 1967 (suatu program pembasmian 10 tahun). Epidemiologi terutama berperan dalam hal: menentukan distribusi kasus dan model mekanisme serta derajat penyebaran, dengan jalan pemetaan meletupnya penyakit tersebut dan melakukan evaluation program penanggulangan. Faktor-faktor yang menunjang keberhasilan pembasmian cacar adalah: kemauan politik, tujuan yang jelas, jadwal yang tepat, staf yang terlatih, dan strategi yang luwes, di samping itu juga terdapatnya vaksin yang tahan terhadap panas dan efektif. 2. Methymercury mercury atau air raksa adalah logam yang beracun dan telah dikenal sejak abad pertengahan. Sekarang dia merupakan simbol tentang bahaya polusi lingkungan. Pada 1950-an diketahui bahwa air raksa dibuang dalam limbah pabrik di Minamata, Jepang ke dalam teluk kecil. Ini mengakibatkan bertumpuknya methilmercury dalam ikan yang kemudian menyebabkan keracunan yang hebat pada penduduk yang memakannya. Epidemiologi berperan dalam mengidentifikasi penyebabnya dan dalam penanggulangannya, suatu epidemi penyakit yang disebabkan oleh polusi lingkungan. 3. Rheumatic fever and rheumatic heart disease. Rheumatic fever dan rheumatic heart disease berhubungan dengan kemiskinan, khususnya dengan perumahan yang buruk dan overcrowding, yang memudahkan penyebaran streptococcus yang menimbulkan infeksi pada jalan pernapasan bagian atas. Di negara-negara maju penyakit ini sudah hampir lenyap, tetapi di sebagian Negara- negara berkembang rheumatic heart disease merupakan penyakit jantung yang umum. Epidemiologi membantu pemahaman tentang sebab rheumatic fever dan rheumatic heart disease dan pengembangan cara-cara pencegahan rheumatic heart disease.Epidemiologi juga mengungkapkan tentang peran faktor- faktor sosial dan ekonomi dalam timbulnya kejadian luar biasa (KLB) rheumatic fever dan penyebaran infeksi 3
  7. tenggorokan yang disebabkan oleh streptococcus. Jelas bahwa penyaebab penyakit ini kompleks bila dibandingkan dengan keracunan methilmercury, yang mempunyai satu penyebab. 4. Iodine deficiency disease. Defisiensi yodium yang umumnya terdapat pada daerah pegunungan tertentu, menyebabkan hilangnya energi jasmani dan mental dihubungkan dengan tidak cukupnya hormon thyroid yang mengandung yodium. Goite dan cretinism telah digambarkan secara rinci kira-kira sejak 400 tahun yang lalu, tetapi baru pada abad ke 20 diperoleh pengetahuan yang cukup untuk usaha-usaha pencegahan dan pemberantasannya. Pada 1915 endemic goitre disebut sebagai penyakit yang paling mudah dicegah dan diusulkan untuk menggunakan garam yang diberi yodium untuk pemberantasannya. Tidak lama setelah itu dilakukan uji coba pertama yang berskala besar di Akron, Ohio, USA. Uji coba ini melibatkan 5.000 gadis berusia 11 sampai 18 tahun. Efek profilaktik dan terapoetiknya sangat mengesankan dan pada 1924 garam yang diberi yodium yang diberikan kepada komunitas dilakukan pada banyak negara. Penggunaan garam beryodium dapat berhasil karena garam digunakan oleh semua kelompok masyarakat dengan kadar yang kira-kira sama sepanjang tahun. Keberhasilan usaha ini bergantung pada pruksi yang efektif, distribusi garam, dan pelaksanaan peraturan, pengendalian mutu, dan kesadaran masyarakat. Epidemiologi membantu mengidentifikasikan dan memecahkan masalah defisiensi yodium, memdemonstrasikan tentang efektifnya usaha- usaha pencegahan yang dapat digunakan pada skala luas, dan cara-cara memantau program pemberian yodium. Namun demikian, masih terjadi keterlambatan dalam pelaksanaan di negara- negara berkembang di mana berjuta-juta orang menderita defisiensi yodium masih endemik. 5. High blood pressure. Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah masalah kesehatan yang penting. Di negara maju maupun negara berkembang, sampai 20% penduduk berumur 35–64 tahun yang mempunyai tekanan darah tinggi dari Amerika Serikat sampai bagian-bagian tertentu dari Republik Rakyat China. Epidemiologi menjelaskan besarnya masalah, menetapkan riwayat alamiah penyakit, dan akibatnya bila hipertensi tidak diobati, menunjukkan kegunaan pengobatan, dan membantu menentukan pada tekanan berapa (yang tepat) pengobatan itu harus dimulai dan mengevaluasi berbagai strategi pencegahan. Ketentuan tentang tekanan darah ini akan memengaruhi perkiraan jumlah yang diobati dan juga biayanya. Di Amarika Serikat bila digunakan batas di atas 140/190, maka akan ada 53% penduduk kulit putih berumur 65–74 tahun yang harus diobati, padahal bila digunakan ketentuan yang lebih konservatif, angka akan sama dengan 17% (di atas 170/95). 6. Smoking asbestos and lung cancer. Kanker paru biasanya jarang, tetapi sejak pada 1930-an terjadi kenaikan yang mencolok terutama di negara-negara industri. Penelitian epidemiologi yang pertama yang mengaitkan kanker dengan rokok dipublikasikan pada 1950. Hasil-hasil yang kemudian menyusul menunjang kaitan ini dan ini terjadi di populasi yang berbeda-beda. Telah banyak bahan yang diidentifikasi yang dianggap dapat menyebabkan kanker paru. Sekarang ini sudah jelas bahwa rokok dapat menyebabkan kanker paru, tetapi masih bantak bahan lain yang dapat juga menyebabkan kanker paru seperti debu asbestos dan polusi udara di daerah perkotaan. Rokok dan asbestos berinteraksi sehingga mereka yang merokok dan juga exposed terhadap asbestos mempunyai risiko tinggi. 4
  8. 2.2Pengantar Epidemiologi Epidemiologi merupakan disiplin ilmu inti dari ilmu kesehatan masyarakat (public health). Profesor Sally Blakley dalam kuliah pengantar epidemiologi pada Tulane School of Public Health and Tropical Medicine, New Orleans, pada 1990 menyebut epidemiologi ”the mother science of public health” (Blakley, 1990). Kesehatan masyarakat bertujuan melindungi, memeli- hara, memulihkan, dan meningkatkan kesehatan populasi. Sedang epidemiologi memberikan kontribusinya dengan mendeskripsikan distribusi penyakit pada populasi, meneliti paparan faktor-faktor yang mempengaruhi atau menyebabkan terjadinya perbedaan distribusi penyakit tersebut. Pengetahuan tentang penyebab perbedaan distribusi penyakit selanjutnya digunakan untuk memilih strategi intervensi yang tepat untuk mencegah dan mengendalikan penyakit pada populasi, dengan cara mengeliminasi, menghindari, atau mengubah faktor penyebab tersebut. Pada 1983 International Epidemiological Association mendefinisikan epidemiologi "the study of the distribution and determinants of health-related states or events in specified populations, and the application of this study to control of health problems” - Epidemiologi adalah “studi tentang distribusi dan determinan keadaan dan peristiwa terkait kesehatan pada populasi, dan penerapannya untuk mengendalikan masalah kesehatan” (Last, 2001). Berdasarkan definisi itu lingkup epidemiologi dapat diterangkan sebagai berikut. Studi. The American Heritage -Stedman's Medical Dictionary mendefinisikan kata “study” sebagai “research, detailed examination, or analysis of an organism, object, or phenomenon” – studi adalah “riset, penelitian terinci, atau analisis tentang suatu organisme, objek, atau fenomena”. Kata kerja “study” berarti melakukan riset, meneliti, atau menganalisis sesuatu. Kata “study” juga berarti suatu cabang ilmu, sains, dan seni “... a particular branch of learning, science, or art” (Dictionary.com, 2011). Epidemiologi merupakan sains. Sains berkembang untuk 3 tujuan utama: menjelaskan (explanation), memprediksi (prediction), dan mengendalikan (control) (Strevens, 2011). Jadi bukan sains jika tidak bertujuan untuk menjelaskan terjadinya fenomena, meramalkan fenomena, mengontrol fenomena tersebut agar bermanfaat bagi manusia dan tidak merugikan manusia. Untuk menjelaskan, memprediksi, dan mengontrol fenomena, sains menggunakan metode ilmiah (scientific method). Demikian pula sebagai sebuah sains, epidemiologi menggunakan metode ilmiah untuk menjelaskan distribusi dan determinan penyakit,meramalkan terjadinya penyakit, dan menemukan strategi yang tepat untuk mengontrol terjadinya penyakit pada populasi sehingga tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting (Slattery, 2002). Metode ilmiah meliputi perumusan masalah penelitian, pengujian hipotesis, pengumpulan data melalui pengamatan dan eksperimentasi, penafsiran data, dan penarikan kesimpulan yang logis. Metode ilmiah berguna untuk menarik kesimpulan yang benar (valid) dan dapat diandalkan dalam jangka panjang (reliable, consistent, reproducible). Keadaan dan peristiwa terkait kesehatan. Epidemiologi mempelajari tidak hanya penyakit tetapi juga aneka keadaan dan peristiwa terkait kesehatan, meliputi status kesehatan, cedera (injuries), dan berbagai akibat penyakit seperti kematian, kesembuhan, penyakit kronis, kecacatan, disfungsi sisa, komplikasi, dan rekurensi. Keadaan terkait kesehatan meliputi pula perilaku, penyediaan dan penggunaan pelayanan kesehatan. 5
  9. Distribusi. Distribusi (penyebaran) penyakit pada populasi dideskripsikan menurut orang (person), tempat (place), dan waktu (time). Artinya, epidemiologi mendeskripsikan penyebaran penyakit pada populasi menurut faktor sosio-ekonomi-demografi-geografi, seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, jenis pekerjaan, pendapatan, ras, keyakinan agama, pola makan, kebiasaan, gaya hidup, tempat tinggal, tempat bekerja, tempat sekolah, dan waktu terjadinya penyakit. Studi epidemiologi yang mempelajari distribusi penyakit pada populasi disebut epidemiologi deskriptif. Dengan epidemiologi deskriptif dapat diketahui besarnya beban penyakit (disease burden) pada populasi tertentu, yang berguna untuk menentukan diagnosis masalah kesehatan pada populasi dan menetapkan prioritas masalah kesehatan. Pengetahuan itu selanjutnya dapat digunakan untuk membuat rencana alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mengatasi masalah kesehatan. Studi epidemiologi deskriptif juga berguna untuk merumuskan hipotesis tentang determinan penyakit. Gambar 1 menyajikan contoh deskripsi distribusi penyakit menurut orang, tempat, dan waktu, dari suatu investigasi outbreak.Determinan. Epidemiologi mempelajari determinan penyakit pada populasi, disebut epidemiologi analitik. Determinan merupakan faktor, baik fisik, biologis, sosial, kultural, dan perilaku, yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit. Determinan merupakan istilah yang inklusif, mencakup faktor risiko dan kausa penyakit. Faktor risiko adalah semua faktor yang berhubungan dengan meningkatnya probabilitas (risiko) terjadinya penyakit. Untuk bisa disebut faktor risiko, sebuah faktor harus berhubungan dengan terjadinya penyakit, meskipun hubungan itu tidak harus bersifat kausal (sebab-akibat) (Last, 2001). Contoh, tekanan darah tinggi, kadar kolesterol tinggi, dan kebiasaan merokok tembakau, merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner, karena faktor-faktor tersebut berhubungan dengan meningkatnya risiko terjadinya penyakit jantung koroner. Usia muda merupakan faktor risiko campak, karena populasi berusia muda belum memiliki imunitas yang dibentuk dari paparan dengan epidemi campak sebelumnya, sehingga memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami campak.Faktor risiko dapat dibedakan menjadi faktor risiko yang dapat diubah (modifiable risk factor) dan faktor risiko yang tak dapat diubah (unmodifiable risk factor). Contoh, merokok merupakan faktor risiko kanker kolon yang dapat diubah, karena kebiasaan merokok bisa dihentikan. Usia merupakan faktor risiko kanker kolon yang tidak dapat diubah. Orang berusia 50 tahun ke atas memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami kanker kolon daripada usia kurang dari 50 tahun, tetapi usia tidak bisa diubah. Sebaliknya, semua faktor yang berhubungan dengan berkurangnya risiko untuk terjadinya penyakit disebut faktor protektif. Contoh, vaksin, kolesterol HDL, penggunaan kondom, merupakan faktor protektif. Kedekatan (proximity) individu dengan suatu determinan penyakit sehingga individu dapat berisiko mengalami penyakit disebut paparan (exposure). Epidemiologi analitik mempelajari hubungan kausal (sebab-akibat) antara paparan suatu determinan dan terjadinya penyakit. Paparan merupakan konsep yang penting dalam epidemiologi, karena paparan merupakan prasyarat bagi determinan penyakit untuk bisa mulai menyebabkan penyakit, atau memulai terjadinya infeksi pada penyakit infeksi. Jika terdapat determinan, faktor risiko, dan kausa penyakit, tetapi tidak terdapat paparan (kedekatan) individu dengan determinan itu, maka individu tidak akan mengalami penyakit. Pengetahuan tentang paparan suatu faktor sebagai kausa penyakit berguna untuk mencegah dan mengendalikan penyakit pada populasi, dengan cara mengeliminasi, menghindari, atau mengubah kausa. 6
  10. Dua asumsi digunakan dalam epidemiologi deskriptif dan analiitik. Pertama, penyakit tidak terjadi secara random (acak) melainkan secara selektif terkait dengan faktor penyebab penyakit. Artinya, penyakit pada populasi tidak terjadi secara kebetulan, melainkan berhubungan dengan faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit, disebut determinan penyakit. Kedua, faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit dapat diubah sehingga dapat dilakukan upaya pengendalian dan pencegahan penyakit pada populasi (Hennekens dan Buring, 1987). Populasi. Seperti sosiologi dan demografi, epidemiologi merupakan sains populasi (population science). Epidemiologi mempelajari distribusi dan determinan penyakit pada populasi dan kelompok-kelompok individu, bukan pada individu. Populasi bisa merupakan masyarakat di sebuah kota, negara, atau kelompok umur tertentu, komunitas pekerja tertentu, ras tertentu, masyarakat miskin, dan sebagainya. Pengelompokan individu menurut karakteristik sosio- ekonomi-demografi-geografi, dengan mengabaikan keunikan masing- masing individu, dapat memberikan petunjuk awal tentang hubungan antara karakteristik itu dan terjadinya perbedaan distribusi penyakit pada kelompok tersebut. Dalam buku “Modern Infectious Disease Epidemiology”, Giesecke (2002) menulis: “We all have a number of characteristics that group us with other people – we are either male or female, we are of a certain age, we live in a certain area, we have certain dietary habits and behaviours, etc., and we share those characteristics with varying numbers of our fellow human beings. Epidemiology identifies such groups, ignoring the uniqueness of its members, and tries to determine whether this division of people into groups tells us something more than we could have learned by merely observing each person separately”. Perspektif populasi mengandung implikasi, epidemiologi mengidentifikasi masalah kese- hatan masyarakat yang penting (public health importance), mengidentifikasi penyakit dan kematian yang banyak terjadi pada masyarakat, mengidentifikasi kelompok-kelompok yang berisiko tinggi untuk mengalami penyakit, menjelaskan kausa terjadinya perbedaan risiko antar kelompok- kelompok di dalam populasi. Fokus studi epidemiologi bukan individu, melainkan kelompok individu, misalnya kelompok pasien tertentu di rumahsakit, kelompok pekerja pabrik, kelompok pekerja seks komersial, kelompok perokok tembakau, kelompok bayi prematur, kelompok bayi dengan berat badan lahir rendah, dan sebagainya. Gambar 2 menyajikan epidemiologi sebagai sains populasi. Perspektif populasi juga mengandung arti, epidemiologi memperhitungkan kausa penyakit yang terletak pada level makro, yaitu populasi dan lingkungan. Seperti ilmu-ilmu sosial lainnya, epidemiologi mempelajari faktor lingkungan, sosial, ekonomi, kultural, politik,sebagai kausa jauh (distal cause) untuk terjadinya penyakit pada level individu dan populasi (Joffe dan Mindell, 2002; Marmot, 2001). 2.3Studi Epidemiologi Studi epidemiologi dibedakan menjadi dua kategori: (1) epidemiologi deskriptif; dan (2) epidemiologi analitik (Gambar 1). Epidemiologi deskriptif. Epidemiologi deskriptif mendeskripsikan distribusi penyakit pada populasi, berdasarkan karakteristik dasar individu, seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, kelas 7
  11. sosial, status perkawinan, tempat tinggal dan sebagainya, serta waktu. Epidemiologi deskriptif juga dapat digunakan untuk mempelajari perjalanan alamiah penyakit. Tujuan epidemiologi deskriptif: (1) Memberikan informasi tentang distribusi penyakit, besarnya beban penyakit (disease burden), dan kecenderungan (trend) penyakit pada populasi, yang berguna dalam perencanaan dan alokasi sumber daya untuk intervensi kesehat- an; (2) Memberikan pengetahuan tentang riwayat alamiah penyakit; (3) Meru- muskan hipotesis tentang paparan sebagai faktor risiko/ kausa penyakit.Contoh, case series merupakan studi epidemiologi deskriptif tentang serangkaian kasus, yang berguna untuk mendeskripsikan spektrum penyakit, manifestasi klinis, perjalanan klinis, dan prognosis kasus. Case series banyak dijumpai dalam literatur kedokteran klinik. Tetapi desain studi ini lemah untuk memberi- kan bukti kausal, sebab pada case series tidak dilakukan perbandingan kasus dengan non-kasus. Case series dapat digunakan untuk merumuskan hipotesis yang akan diuji dengan desain studi analitik. Case report (laporan kasus) merupakan studi kasus yang bertujuan mendeskripsikan manifestasi klinis, perjalanan klinis, dan prognosis kasus. Case report mendeskripsikan cara klinisi mendiagnosis dan memberi terapi kepada kasus, dan hasil klinis yang diperoleh. Selain tidak terdapat kasus pembanding, hasil klinis yang diperoleh mencerminkan variasi biologis yang lebar dari sebuah kasus, sehingga case report kurang andal (reliabel) untuk memberikan bukti empiris tentang gambaran klinis penyakit. Studi potong-lintang (cross-sectional study, studi prevalensi, survei) berguna untuk mendeskripsikan penyakit dan paparan pada populasi pada satu titik waktu tertentu. Data yang dihasilkan dari studi potong-lintang adalah data prevalensi. Tetapi studi potong-lintang dapat juga digunakan untuk meneliti hubungan paparan-penyakit, meskipun bukti yang dihasilkan tidak kuat untuk menarik kesimpulan kausal antara paparan dan penyakit, karena tidak dengan desain studi ini tidak dapat dipastikan bahwa paparan mendahului penyakit. Epidemiologi analitik. Epidemiologi analitik menguji hipotesis dan menaksir (mengestimasi) besarnya hubungan/ pengaruh paparan terhadap penyakit. Tujuan epidemiologi analitik: (1) Menentukan faktor risiko/ faktor pencegah/ kausa/ determinan penyakit, (2) Menentukan faktor yang mempengaruhi prognosis kasus; (3) Menentukan efektivitas intervensi untuk mencegah dan mengendalikan penyakit pada populasi. Dua asumsi melatari epidemiologi analitik. Pertama, keadaan kesehatan dan penyakit pada populasi tidak terjadi secara random melainkan secara sistematis yang dipengaruhi oleh faktor risiko/ kausa/ faktor pencegah/ faktor protektif (Hennekens dan Buring, 1987; Gordis, 2000). Kedua, faktor risiko atau kausa tersebut dapat diubah sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan penya- kit pada level individu dan populasi (Risser dan Risser, 2002). 2.4 Kebijakan Epidemiologi di Indonesia Putusan Menteri Kesehatan RI No. 1116/Menkes/SK/VIII/2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan. a. Surveilans epidemiologi kesehatan meliputi surveilans epidemiologi penyakit menular, penyakit tidak menular, kesehatan lingkungan dan perilaku, masalah kesehatan, dan kesehatan matra.
  12. 8 b. Tujuan surveilans epidemiologi adalah tersedianya data dan infromasi epidemiologi sebagai dasar manajemen kesehatan. c. Mekanisme kerja surveilans epidemiologi kesehatan meliputi identifikasi kasus, perekaman, pelaporan dan pengolahan data, analisis dan interpretasi data, studi epidemiologi, penyebaran informasi, membuat rekomendasi dan alternatif tindak lanjut, umpan balik.
  13. 9 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu epi atau upon yang berarti pada atau tentang. Demos atau people berarti penduduk dan logia atau knowledge berarti ilmu. Sehingga epidemiologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari kejadian atau kasus yang terjadi pada penduduk. Wabah Covid-19 menjadi salah satu konsentrasi kesehatan seluruh dunia. Terlebih World Health Organization (WHO) menetapkan Covid-19 sebagai pendemi. Hal ini masuk dalam konsep epidemiologi. Dalam buku Foundations of Epidemiology (1994) karya David E Lilienfeld, definisi epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat, penyebab, pengendalian, dan faktor yang memengaruhi frekuensi dan distribusi penyakit, kecacatan dan kematian dalam poppulasi manusia. Epidemiologi juga meliputi pemberian ciri pada distribusi status kesehatan, penyakit, atau masalah kesehatan masyarakat lainnya berdasarkan usia, jenis kelamin, ras, geografi, agama, pendidikan, pekerjaan, perilaku, dan sebagainya. Karaktersitik ini dilakukan untuk menjelaskan distribusi suatu penyakit atau masalah yang terkait dengan kesehatan jika dihubungkan dengan faktor penyebab. Epidemiologi berguna untuk mengkaji dan menjelaskan dampak dari tindakan pengendalian kesehatan masyarakat, program pencegahan, intervensi klinis, dan pelayanan kesehatan terhadap penyakit.
  14. 10 DAFTAR PUSTAKA
Anzeige