Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Ki Hadjar Dewantara menjelaskan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk menuntun tumbuhnya potensi anak agar mereka dapat mencapai kebahagiaan dan keselamatan.
2. Pendidik berperan seperti petani yang menanam biji-biji dan merawat tumbuh-tumbuhan agar dapat tumbuh dengan baik.
3. Budi pekerti atau karakter manusia terbentuk d
1. 1.1.a.9. Koneksi Antar
Materi - Kesimpulan
dan Refleksi Pemikiran
Ki Hadjar Dewantara
SY. JAPAR SADIQ, S.Pd.I., M.Pd.
2. Ki Hadjar Dewantara menjelaskan bahwa
tujuan pendidikan yaitu untuk menuntun
segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar
mereka dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik
sebagai manusia maupun sebagai anggota
masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu
hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak,
agar dapat memperbaiki lakunya (bukan
dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan
kodrat anak.
1. Pendidikan yang menuntun
3. Dalam menuntun laku dan pertumbuhan kodrat anak,
KHD mengibaratkan peran pendidik seperti seorang
petani. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang
disemai dan ditanam oleh petani di lahan yang telah
disediakan. Biji jagung yang kurang berkualitas jika
ditanam pada lahan yang baik maka dapat tumbuh
dengan baik karena perhatian dan perawatan dari
petani. Hal tersebut sebagai perumpamaan bahwa
anak yang dididik/ dituntun dengan baik oleh guru
maka dapat tumbuh lebih optimal.
2. Pendidik ibarat sebagai petani
4. Menurut KHD, budi pekerti (watak atau karakter)
merupakan perpaduan antara gerak pikiran,
perasaan, dan kehendak atau kemauan sehingga
menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat
diartikan sebagai perpaduan antara cipta (kognitif),
karsa (afektif) sehingga menciptakan karya
(psikomotor). Jadi budi pekerti merupakan sifat
jiwa manusia, mulai angan-angan hingga menjelma
sebagai tenaga. Dengan adanya budi pekerti, setiap
manusia berdiri sebagai manusia, dasar-dasar yang
jahat dapat dihilangkan, maupun tabiat-tabiat jahat
3. Budi pekerti
5. Kodrat anak adalah bermain. Anak dapat dituntun dalam
bermain, misalnya dengan mengenalkan peta pulau-pulau di
Indonesia menggunakan media pasir. Atau mengenalkan
materi dengan menyanyi. Sehingga, anak akan merasa
senang, materi pun dapat membekas pada memori.
Berdasarkan konteks sosial budaya di lingkungan sekitar
terdapat beberapa permainan tradisional yang mengandung
nilai-nilai karakter yang dapat dikembangkan seperti gotong
royong/ kerja sama, disiplin, tanggung jawab, peduli, berpikir
kritis (menyusun strategi), dll. Nilai-nilai tersebut sebagai
bekal anak dalam hidup bermasyarakat sehingga dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
4. Bermain
6. Dalam proses menuntun anak diberi
kebebasan namun pendidik sebagai
pamong dalam memberi tuntunan
dan arahan agar anak tidak kehilangan
arah dan membahayakan dirinya.
Seorang ‘pamong’ dapat memberikan
‘tuntunan’ agar anak dapat
menemukan kemerdekaannya dalam
belajar. (MERDEKA BELAJAR)
5. Pendidikan yang berpihak kepada anak
7. Sebelum mempelajari modul 1.1 saya
berpikir bahwa tugas utama guru hanya
mentransfer ilmu, sehingga guru
sebagai sumber belajar dan juga pusat
pembelajaran. Siswa hanya menerima
informasi-informasi pengetahuan dari
guru. Saya percaya bahwa siswa juga
“hanya” butuh nilai bagus untuk
keberlanjutan hidupnya. Sehingga, saya
juga hanya fokus mentransfer
pengetahuan dan menyelesaikan target
kurikulum.
8. Beberapa hal yang berubah
dari pemikiran saya setelah
mempelajari modul 1.1 ini
yaitu cara berpikir bahwa
pembelajaran haruslah
berpihak pada anak.
Sehingga harus ada Merdeka
Belajar di dalam
pembelajaran. Semua harus
mengutamakan kepentingan
anak, anak, dan anak.
9. Selanjutnya, yang bisa segera saya
terapkan lebih baik agar kelas saya
mencerminkan pemikiran KHD
yaitu dengan mengubah dan
memvariasikan model maupun
metode pembelajaran di kelas.
Pembelajaran tidak terkekang
hanya di kelas saja. Pembelajaran
dapat dilakukan di mana saja.
Selain itu, guru tidak sebagai
sumber utama dan pertama
dalam pembelajaran.