matakuliah Siroh Nabawiyah, muqoddimah berisi definisi siroh nabawiyah, urgensi mempelajarinya, sumber pengambilan,, kondisi peradaban sebelum kelahiran nabi saw
2. Pengertian Siroh Nabawiyah
• Kata “Siroh” ( ) berasal dari kata ( - )
artinya berjalan, “siroh” berarti perjalanan
• Sedangkan kata “Nabawiyah” ( ) adalah
bentuk sifat dan berasal dari kata “nabi” ( )
• “Siroh Nabawiyah” berarti sejarah perjalanan
Rasulullah saw, baik sebelum diangkat
menjadi Rasul maupun setelah diangkat
menjadi Rasul, serta suatu kondisi yang
melingkupinya.
3. Urgensi Mempelajari Siroh Nabawiyah
• Siroh Nabi menjadi inspirasi bagi kehidupan. Sebab, pada
hakekatnya sejarah akan berulang, problematika pun akan
sama. Yang berbeda hanyalah frekwensi dan tokoh
pelakunya. Cara menemukan solusinya pun sama. Yakni
berpegang pada al-Quran dan modal sejarah Nabi melalui
hadits-haditsnya.
• Mempelajari siroh Nabi akan menghadirkan rasa cinta
kepada Nabi Muhammad saw dan para sahabat Dan rasa
cinta itu akan melahirkan sikap pengorbanan.
• Dengan mempelajari siroh Nabi, kita akan mengetahui
hukum yang disebutkan oleh suatu ayat al-Quran. Sebab,
setiap ayat memiliki asbabun nuzul (sebab turunnya ayat)
melalui peristiwa yang melatar belakangi turunnya ayat itu.
4. Urgensi Mempelajari Siroh Nabawiyah
• Dengan mempelajari siroh Nabi saw, kita akan
mengetahui tahapan-tahapan dalam berdakwah. Mulai
dari dakwah sirriyah (dakwah secara rahasia dan diam-
diam), dakwah jahriyah (dakwah secara terang-
terangan), hingga dakwah bis shultoh (dakwah dengan
kekuasaan). Kemudian kita menerapkannya pada
kontek kondisi umat Islam berada
• Metode mempelajari siroh nabi saw pun sebenarnya
mengikuti metode Allah swt kepada Nabi-Nya. Betapa
dalam al-Quran, Allah swt banyak menceritakan kisah-
kisah para Nabi kepada Nabi Muhammad saw, agar
kisah-kisah itu menjadi inspirasi dan penyemangat
dalam mengemban tugas dakwah
5. Sumber-sumber Siroh Nabawiyah
1. Al-Qur’an, dalam mengungkap siroh Nabi, al-Qur’an menggunakan
dua metode:
a. Mengemukakan sebagian kejadian dan sirah-nya, seperti perang
khandaq, Hunaian dan perkawinan Nabi dengan Zainab bin Jahsy
b. Mengomentari kasus dan kejadian sebagai jawaban atas masalah
yang terjadi saat itu
2. Sunnah-sunnah yang Shahih, yakni yang terkadung dalam kitab-
kitab para imam hadits yang terkenal jujur dan amanah. Seperti
kutubus sittah ( 6 kitab), Muwatha Imam Malik, dan Musnad
Ahmad. Hanya saja isinya tidak disajikan secara runtun sejarah tapi
lebih pada pendekatan hukum fiqih
3. Kitab-kitab Sirah, seperti Tarikh at-Thobari, Muhammad bin Ishaq
(dianggap kitab terpercaya dalam siroh nabawiyah), Ibnu Hisyam
kitab yang ditulsinya merupakan duplikat dari Magahazi dan al-
Siar karya Ibnu Ishaq
6. Jazirah Arabia
• Apa rahasia Jazirah Arabia sebagai tempat
kelahiran dan pertumbuhan Islam
• Mengapa Rasulullah saw tidak dilahirkan di
Romawi atau Persia yang saat itu menjadi dua
negara maju?
• Atau mengapa tidak dilahirkan di Indonesia
atau Australia saja?
8. Jazirah Arabiyah adalah
wilayah yang tandus
Bangsa lain tidak tertarik
untuk menguasai Jazirah
Arabia
Kondisi sosial budaya
bangsa Arab masih natural
(alami)
Jazirah Arabia tidak
terpengaruh dengan
budaya dan filsafat
Romawi dan Yunani serta
Persia
Hal itu untuk
membuktikan bahwa isi
Al-Quran berupa
kemajuan ilmu
pengetahuan adalah
wahyu
Karena Nabi saw tidak
pernah berguru dengan
filosof manapun
Untuk membuktikan bahwa
Al-Quran itu adalah wahyu yg
datang dari sisi Allah, bukan
karya Muhammad saw
10. Bangsa Arab
menggunakan bahasa
Arab Fasih
Allah swt menurunkan
kitab sucinya dengan
menggunakan bahasa
Arab
Bahasa Arab menjadi
bahasa resmi al-Quran
Bahasa Arab dikenal
bahasa terlengkap ditinjau
dari sisi fonem, sastra dan
gramatikal
Bahasa Arab juga
termasuk bahasa yang
ringkas namun padat
makna
Rasulullah saw, “Aku
diberi kalimat yang
mencakup banyak makna”
Allah swt menurunkan al-
Quran di Jazirah Arab untuk
dijadikannya bahasa Arab
sebagai bahasa resmi
kitabNya
11. Melanjutkan risalah nabi
Ibrahim dan Ismail as dalam
memuliakan Baituillah melalui
ibadah haji
Terdapat Ka’bah yang
merupakan
peninggalan nabi
Adam as, dan
direnovasi kembali
oleh nabi Ibrahim as
sebagai Abul Anbiya
dan puteranya Islamil
as
12. Hubungan Dakwah Nabi Muhammad
saw Dengan Nabi-nabi Sebelumnya
• Hubungan antara dakwah Nabi Muhammad saw dan dakwah para
Nabi sebelumnya di atas prinsip ta’kid (penegasan) dan tatmim
(penyempurnaan):
•
• “Perumpamaan aku dengan para nabi sebelumku bagaikan
seseorang yang membangun sebuah bangunan kemudian dia
memperindah dan mempercantik bangunan tersebut kecuali satu
tempat batu bata di salah satu sudutnya. Ketika orang-orang
mengitarinya, mereka kagum dan berkata, “Amboi, jika saja batu
bata ini diletakkan?.” Maka akulah batu bata itu dan aku adalah
penutup para Nabi’ (HR: Bukhori Muslim)
13. Pondasi:Rukun Iman dan Islam
Bangunan: Sistem Hidup
Pemelihara:external: Jihad
Pemelihara internal: dakwah
Pemelihara dari gangguan luar: Jihad
Tamtsil Bangunan Islam
14. Hubungan Dakwah Nabi Muhammad
saw Dengan Nabi-nabi Sebelumnya
• Aqidah setiap nabi sama dan tetap yakni tauhidillah
(mengesakan Allah swt)
• Syariat setiap nabi ada yang dihapus oleh nabi sesudahnya
ada pula yang tetap
• Semua agama yang dibawa oleh para nabi adalah Islam
– Islamnya Ibrahim as:
( 132)
– Islamnya Musa as: (7:126)
– Islamnya Isa as:
( 52)
– Agama yang diakui Allah adalah Islam:
( 19)
15. Nilai Jahiliyah dan Nilai Baik yang
Masih Tersisa Pada Masa Pra Islam
• Bangsa Arab dikenal Jahiliyah karena banyak di kalangan mereka
yang sudah menyimpang dari ajaran nabi Ibrahim as, orang pertama
yang membawa berhala ke Ka’bah adalah ‘Amr bin Luhayy bin
Qonaah, lalu berhala itu menjadi sesembahan bangsa Arab
• Mereka memotong telingan hewan mereka untuk dipersembahkan
kepada para berhala
• Namun ada beberapa nilai baik yang masih tersisa pada bangsa
Arab , antara lain: ritual thawaf, memuliakan ka’bah dan wukuf di
Arafah dan berkurban
• Ada pula beberapa syariat haji ditambah dan dirubah, seperti
bacaan talbiyah dan thawaf telanjang dan bertepuk tangan.
• Nilai baik yang masih tersisa pada mereka antara lain: menjaga
orang yang meminta suaka, tidak membangun ka’bah dari hasil
yang tidak baik, seperti merampok, hasil menjual diri dan mencuri.