SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
1




                                        BAB I
                                PENDAHULUAN




1.1    Latar Belakang
       Besi di alam ditemukan dalam bentuk senyawa hematit (Fe2O3) dan
magnetit (Fe3O4). Selain berikatan dengan oksigen membentuk oksida besi, besi
juga tercampur dengan pengotor- pengotor seperti sulfur, posfor dan lain- lain.
Sewaktu dilebur, pengotor - pengotor tersebut terpisah dari besi membentuk terak,
untuk mengikat dan menghasilkan terak diperlukan batu kapur (CaCO3) selain itu
juga digunakan untuk menjaga kebasaan furnace.
       Batu kapur tidak dapat langsung bereaksi dengan terak di furnace,
sehingga harus diubah menjadi oksida (CaO), dengan proses kalsinasi yang dapat
dilakukan baik secara langsung maupun secara terpisah dengan furnacenya.
Kalsinasi merupakan salah satu proses pra-olahan dengan tujuan untuk
menghilangkan air kristal (hidrat) ataupun karbonat yang terkandung dalam bijih,
dengan melakukan pemanasan pada temperatur yang tidak melebihi temperatur
lelehnya.


1.2    Tujuan Percobaan
       Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui dan mempelajari
pengaruh variasi bentuk bijih pada reaksi kalsinasi yang dilakukan pada
temperatur tertentu selama waktu tertentu.


1.3    Batasan Masalah
       Pada percobaan ini, permasalahan dibatasi mengenai penggunaan variasi
bentuk bijih yang akan dilakukan kalsinasi, sehingga dapat diketahui pengaruhnya
terhadap perubahan berat produk yang dihasilkan.




                                             1
2




1.4    Sistematika Penulisan
       Sistematika penulisan laporan ini terdiri dari lima bab sebagai kajian
utama. Bab I menjelaskan latar belakang, tujuan percobaan, batasan masalah, dan
sistematika penulisan laporan yang digunakan. Bab II merupakan tinjauan pustaka
yang berisi mengenai teori singkat yang terkait dengan percobaan yang dilakukan.
Bab III menjelaskan mengenai metode penelitian yang dilakukan. Bab IV
menjelaskan mengenai data percobaan, dan pembahasan berdasarkan tinjauan
pustaka dari data yang telah diperoleh. Bab V menjelaskan mengenai kesimpulan
dari percobaan yang telah dilakukan, yang dilengkapi dengan saran seputar
percobaan. Sebagai kajian tambahan, di akhir laporan terdapat lampiran yang
memuat contoh perhitungan, jawaban pertanyaan dan tugas, gambar alat dan
bahan yang digunakan dalam praktikum serta blanko percobaaan.
3




                                        BAB II
                             TINJAUAN PUSTAKA




2.1    Proses Pra-Olahan
       Dalam proses pirometalurgi bijih mengalami suatu proses yang dinamakan
proses “Pra olahan”. Tujuan dari proses ini adalah mengubah senyawa logam
menjadi bentuk senyawa lain yang lebih sesuai untuk proses berikutnya. Proses
Pra olahan dilakukan pada temperatur tinggi sebelum mencapai titik leleh. Pada
proses ini bijih mengalami dua perubahan baik perubahan bentuk ataupun
perubahan sifat.
       Ada beberapa macam proses pada proses pra-olahan, yaitu:
       1. Drying, proses penghilangan kandungan air atau moisture pada bijih
           dan terjadi pada temperatur yang tidak terlalu tinggi.
       2. Kalsinasi, proses penghilangan kandungan air kristal pada suatu bijih,
           temperatur yang digunakan dalam proses ini lebih tinggi dari pada
           proses drying tapi tidak melebihi temperatur leleh.
       3. Roasting, proses pemanggangan senyawa sulfida menjadi senyawa
           oksida.
       4. Aglomerasi, proses penggumpalan dari material halus menjadi lebih
           besar ukurannya, yang terdiri dari beberapa jenis yaitu: Bricketing,
           Nodulizing, Sintering, dan Pelletizing.


2.2    Kalsinasi
       Kalsinasi adalah penghilangan air, karbon dioksida, atau gas lain yang
mempunyai ikatan kimia dengan bijih. Kalsinasi dikerjakan pada temperatur
tinggi tanpa terjadi pelelehan dan disertai dengan penambahan reagen, hal ini
dimaksudkan untuk mengubah bentuk senyawa konsentrat. Kalsinasi biasa disebut
juga Dekomposisi Thermal (penguraian dengan temperatur). Contoh: Hidrat,
karbonat, FeCO3, Mg(OH)2, MgCO3, CaCO3. Penghilangan air dalam senyawa



                                           3
4




karbonat dilakukan dalam berbagai variasi temperatur tergantung jenis senyawa
dan ikatan air pada senyawa. Kalsinasi merupakan proses endotermik yang berarti
memerlukan panas, dan juga lebih endotermik daripada proses Drying.
       Dalam aplikasinya di industri, kalsinasi dilakukan dalam berbagai furnace,
diantaranya yaitu:
       1. Untuk kuarsa, CaCO3, digunakan Shaft Furnace.
       2. Untuk lumps digunakan Rotary Kiln.
       3. Untuk material of uniform dengan ukuran kecil digunakan Fluidized
           Bed.




   Shaft Furnace                   Rotary Kiln                Fluidized Bed

               Gambar 1. Bentuk Furnace Pada Proses Kalsinasi

       Kalsinasi adalah thermal treatment yang dilakukan terhadap bijih dalam
hal ini batu kapur agar terjadi dekomposisi dan juga untuk mengeleminasi
senyawa yang berikatan secara kimia dengan batu kapur yaitu karbon dioksida
dan air. Proses yang dilakukan adalah pemanggangan dengan temperatur yang
bervariasi bergantung dari jenis senyawa karbonat. Kebanyakan senyawa karbonat
berdekomposisi pada temperatur rendah. Contoh, MgCO3 pada temperatur 417oC,
MnCO3 pada 377oC, dan FeCO3 pada 400oC. Tetapi untuk kalsium karbonat
diperlukan suhu 900oC untuk melakukan dekomposisi hal ini dikarenakan ikatan
kimia yang cukup kuat pada air kristal.
       Kalsinasi adalah proses yang endotermik, yaitu memerlukan panas. Hal ini
dapat dilihat dari nilai ΔHo yang postif. Panas diperlukan untuk melepas ikatan
kimia dari air kristal karena dengan panas maka ikatan kimia akan menjadi
5




renggang dan pada temperatur tertentu atom- atom yang berikatan akan bergerak
sangat bebas menyebabkan terputusnya ikatan kimia. Panas juga diperlukan untuk
mengoksidasi batu kapur menjadi oksidanya.
       Reaksinya :
 CaCO3 (800oC) = CaO (1000oC) + CO2 (900oC) , ΔHo = 42,5 Kcal..............(1)
       Panas mengalir secara konduksi ke seluruh bagian batu kapur. Laju
kalsinasi batu kapur memiliki persamaan dengan reaksi yang dikendalikan oleh
difusi. Dengan ukuran dan bentuk butiran yang sama, semakin tinggi temperatur
semakin cepat proses dekomposisi. Waktu yang diperlukan dalam proses kalsinasi
bergantung pada ukuran dan bentuk dari butiran batu kapur. Dengan temperatur
yang sama semakin kecil ukuran semakin cepat proses kalsinasi, bentuk yang
bulat akan mempercepat proses kalsinasi.


2.3    Aspek Termodinamika dari Kalsinasi
       Pada kalsinasi batu kapur, Reaksi kimia yang terjadi adalah :
       CaCO3 = CaO + CO2
       Dari suatu padatan batu kapur (CaCO3) dihasilkan suatu padatan oksida
kapur bakar (CaO) dan gas karbondioksida. Dalam keadaan kesetimbangan
didapatkan suatu ketetapan kesetimbangan:
             CaO CO2
       K=
              CaCO3
                                 ..................................................................................(2)
      Dapat dimisalkan aktifitas dari padatan adalah satu (a = 1). Maka persamaan
menjadi,
       K= CO2 .............................................................................................(3)

gas dinyatakan dalam bentuk tekanan,
       K= PCO   2
                    ................................................................................................(4)
jadi tetapan kesetimbangan dari reaksi kalsinasi batu kapur adalah PCO .                                 2



       Untuk menentukan apakah reaksi kalsinasi batu kapur dapat berlangsung
atau tidak dapat dilihat dari nilai ΔGo dari reaksi, jika nilainya adalah negatif
6




maka reaksi dapat berlangsung. Persamaan energi bebas dari reaksi dekomposisi
batu kapur adalah:
       ∆GT0 = 40.250-34.4T kal/mol..............................................................(5)


2.4    Aspek Kinetika Dari Kalsinasi
       Temperatur Pada saat proses kalsinasi, batu kapur dipanaskan hingga
mencapai 900oC. Energi panas yang dihasilkan oleh furnace mengalir secara
konduksi ke seluruh bagian permukaan batu kapur. Panas tersebut cukup untuk
menguraikan batu kapur menjadi oksidanya dan gas karbon dioksida. Proses
penguraian tersebut menyebabkan massa dari batu kapur berkurang.




      Gambar 2. Zone Kalsinasi dalam Furnace dan Temperature Kalsinasi

       Dalam furnace ada tiga zone pemanasan dalam kalsinasi :
       1. The preheating zone
           Batu kapur dipanaskan sampai 800oC, belum terjadi reaksi kalsinasi.
       2. The reaction zone
           Batu kapur dipanaskan dengan suhu 900oC, temperatur efektif untuk
       proses kalsinasi batu kapur. Dalam zone ini terjadi reaksi kalsinasi.
       3. The cooling zone
           Batu kapur yang dipanskan, dalam zone ini didinginkan sampai suhu
       100oC. Proses kalsinasi banyak digunakan dalam industri, seperti pada
       industri semen dan pembuatan serbuk nikel ferit.
7




                                    BAB III
                         METODE PERCOBAAN




3.1   Diagram Alir Percobaan
      Percobaan ini secara umum digambarkan dalam bentuk diagram alir
sehingga memudahkan pelaksanaan percobaan yang dilakukan seperti gambar 3.

                     Persiapan 3 sampel Batu kapur



            Penggerindaan batu kapur untuk membuat bentuk
                    bola, kubus, dan prisma segitiga


       Penimbangan sampel batu kapur yang sudah dibentuk
       mengunkan
                   Proses Pemanasan di Muffle Furnace
                             Sebelum Pemanasan
                    selama 15 menit pada suhu 900oC
                        Suhu 9000 selama 10,15 dan 20
                                menit
             Pengeluaran sampel dan pendinginan, kemudian
                     penimbangan berat akhir sampel

                              Setelah Pemansan
                                   Data                      Literatur
                             Pembahasan

                               Pembahasan


                                Kesimpulan

                       Gambar 3. Diagram Alir Percobaan




                                    7
8




3.2   Alat dan Bahan
  3.2.1 Alat yang digunakan
       1. Muffle Furnace
       2. Neraca Teknis
       3. Penjepit
       4. Mesin Grinda
       5. Sarung Tangan
       6. Stopwatch
       7. Jangka Sorong
       8. Crucible Baja (tempat sampel untuk kalsinasi)
  3.2.2 Bahan yang digunakan
       1. Batu kapur 3 buah

3.3   Prosedur Percobaan
      1. Mempersiapkan 3 buah batu kapur yang akan digunakan.
      2. Membentuk batu kapur tersebut menjadi bentuk kubus, bola, dan
         prisma segitiga dengan ukuran yang sama atau mendekati.
      3. Menimbang berat dan ukuran batu kapur.
      4. Memanaskan batu kapur pada 900o selama 15 menit.
      5. Setelah dilakukan pemanasan, mengeluarkan sampel batu kapur
         dengan penjepit dan mendinginkan batu kapur tersebut kemudian
         ditimbang kembali.
      6. Melakukan pengamatan dan pembahasan data hasil berat dan ukuran
         batu kapur tersebut.
      7. Membuat kesimpulan.




                                                          .
9




                                         BAB IV
                          HASIL DAN PEMBAHASAN




4.1     Hasil Percobaan
        Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh data percobaan
yang ditunjukkan dalam tabel 1.

        Tabel 1. Hasil Kalsinasi Batu Kapur pada Temperatur 900OC selama
                  15 menit.
                                    Berat (Gram)
      Sampel                                                           ΔW
                    Sebelum Pemanasan         Setelah Pemanasan
       Bola                   1,8                    0,6               1,2
      Kubus                   4,3                    2,7               1,6
Prisma Segitiga               2,2                    1,4               0,8


4.2     Pembahasan
        Mengacu pada tabel 1 pada subbab hasil percobaan, maka dapat dijelaskan
hubungan fraksi yang bereaksi pada bijih yang dilakukan proses kalsinasi dengan
variari bentuk, sesuai dalam gambar 4.




                                          9
10




     Gambar 4. Grafik Hubungan Bentuk Sampel terhadap Jumlah Fraksi yang
                 Bereaksi pada Sampel yang Mengalami Kalsinasi

       Berdasarkan gambar 4, data menunjukan bahwa pada sampel yang
berbentuk bola, setelah dilakukan proses kalsinasi, fraksi yang bereaksi
menunjukkan hasil terbesar yaitu sebesar 0,667%. Hal ini berarti bahwa bentuk
sampel bola lebih mudah bereaksi atau terdekomposisi akibat dilakukannya
kalsinasi. Sedangkan pada dua sampel lainnya, nilai fraksi yang bereaksi yang
lebih rendah menunjukkan bahwa bentuk sampel seperti tersebut kurang optimum
untuk bereaksi. Artinya, untuk mendapatkan fraksi yang sama, dibutuhkan waktu
reaksi kalsinasi yang lebih lama.
       Sesuai dengan literatur bahwa bentuk bola lebih mudah bereaksi atau
menurut teori kinetika reaksi, bentuk benda yang menyerupai partikel bola (sangat
halus), maka akan lebih mudah bereaksi sehingga perolehan fraksi yang
bereaksinya akan lebih besar. Adapun pada hasil percobaan yang diperoleh dari
praktikum kalsinasi ini, sampel bentuk kubus mengalami pengurangan berat yang
paling besar. Berdasarkan analisa yang praktikan lakukan, hal ini dapat terjadi
karena ukuran awal sampel bentuk kubus jauh lebih besar dibandingkan dengan
dua sampel lainnya, sesuai dengan data berat awal untuk ketiga sampel yang
digunakan. Jika dilakukan perhitungan perbandingan berat antara sampel bentuk
11




bola dan bentuk kubus, perbandingan berat awal antara kedua sampel tersebut
yaitu sekitar 1 untuk bentuk bola berbanding 2,5 untuk bentuk kubus. Sedangkan,
berdasarkan data berat sampel setelah dilakukan kalsinasi, perbandingan berat
antara bentuk bola dan bentuk kubus mencapai nilai 3 : 4. Oleh karena itu,
mengacu kepada data percobaan dengan perbandingan berat awal dan berat akhir
sampel serta sesuai dengan tinjauan literatur, maka dapat diketahui bahwa sampel
berbentuk bola lebih mudah bereaksi dibandingkan sampel berbentuk kubus
ataupun prisma segitiga.
12




                                        BAB V
                         KESIMPULAN DAN SARAN




5.1    Kesimpulan
       Setelah melakukan praktikum Kalsinasi di Laboratorium Metalurgi I
didapat kesimpulan sebagai berikut :
       1. Sampel berbentuk bola lebih mudah bereaksi dibandingkan dengan
           sampel berbentuk kubus atau prisma, hal ini ditunjukkan dengan nilai
           fraksi yang bereaksi pada sampel bentuk bola memiliki nilai yang
           paling tinggi, dengan catatan bahwa temperatur dan waktu proses
           kalsinasi dibuat sama untuk semua jenis bentuk sampel.
       2. Perbandingan pengurangan berat sampel terhadap berat awal memiliki
           nilai paling besar pada sampel bentuk bola yaitu sebesar 0,67, sehingga
           dapat dikatakan bentuk bola lebih mudah bereaksi dibandingkan
           sampel dengan bentuk kubus ataupun prisma segitiga.


5.2    Saran
       Saran yang dapat diberikan untuk praktikum kalsinasi pada kesempatan
selanjutnya, yaitu membuat bentuk sampel batu kapur dengan benar sehingga
ukuran geometrinya dapat diukur dengan teliti dan menggunakan variasi waktu
agar praktikan dapat mengetahui pengaruhnya terhadap kehilangan berat setelah
proses kalsinasi. Untuk lebih memahami pemahaman tentang kalsinasi, maka
dapat juga dilakukan praktikum kalsinasi dengan jenis sampel yang berbeda,
selain batu kapur untuk menghilangkan kandungan karbonat, misalnya dengan
menggunakan sampel yang mengandung air kristal (hidrat) sehingga dapat
diketahui sampel jenis apa yang lebih cepat bereaksi dengan proses kalsinasi
dengan waktu dan temperatur tertentu.




                                        12
13




                            DAFTAR PUSTAKA




Haryono, Didied. Diktat Kuliah Pirometalurgi. Cilegon. FT.UNTIRTA. 2007.
Rosenquist, Terkel. Principles of Extractive Metallurgy. Tokyo. Mc.Graww-Hill
      Kogukusha. 1974.




                                       13
14




LAMPIRAN




  14
15




Lampiran 1. Contoh Perhitungan


Bentuk bola,
       Wo = Berat CaCO3 = 1,8 g
       W = Berat CaO = 0,6 g
           Wo W
       R
            Wo

       R = 0,667
Jadi fraksi CaCO3 yang bereaksi adalah 0,667
16




Lampiran 2. Jawaban Pertanyaan dan Tugas

1. Hitung berat CaO yang terjadi ?
   Jawab :
   Sampel 1 (Bentuk Bola)
                        Wo = Berat CaCO3 = 1,8 g
                        W = Berat CaO = 0,6 g
                            Wo W
                        R
                             Wo
                        R = 0,667
   Sampel 2 (Bentuk Kubus)
                        Wo = Berat CaCO3 = 4,3 g
                        W = Berat CaO = 2,7 g
                            Wo W
                        R
                             Wo

                        R = 0,372
   Sampel 3 (Bentuk Prisma Segitiga)
                        Wo = Berat CaCO3 = 2,2 g
                        W = Berat CaO = 1,4 g
                            Wo W
                        R
                             Wo
                        R = 0,364


2. Hitung PCO2 proses ?
   Jawab :
       T = 900oC = 1173K
         o
        GT    40 .250    34 ,4T     Kal mol
         o
        GT    40 .250    34 ,4(1173 )   Kal mol
         o
        GT     101,2 Kal mol

                     Go
       PCO2   exp
                    RT
17




                         101,2
       PCO2   exp                        PCO2   1.045atm
                     (1,987)(1173)
3. Plot PCO2 terhadap temperatur?
   Jawab :
                    Tabel 2. Data Plot Temperatur terhadap PCO2
                    Temperatur (oC)                  PCO2
                           727                       0,052
                           900                       1,044
                          1000                       4,047




         Gambar 5. Hubungan antara Temperatur Kalsinasi terhadap PCO2
4. Buat kesimpulan dari pengamatan saudara?
   Jawab :
   Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
18




Lampiran 3. Gambar Alat dan Bahan




        Gambar 6. Muffle Furnace      Gambar 7. Batu Kapur




        Gambar 7. Mesin Gerinda     Gambar 8. Media Penggerus




       Gambar 8. Mesin Gerinda       Gambar 9. Jangka Sorong




       Gambar 10. Sarung Tangan       Gambar 11. Neraca Teknis

More Related Content

What's hot

Pemisahan kation golongan iii
Pemisahan kation golongan iiiPemisahan kation golongan iii
Pemisahan kation golongan iii
Kustian Permana
 
Reaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Reaksi-Reaksi Identifikasi AnionReaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Reaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Dokter Tekno
 
Presentasi keramik
Presentasi keramikPresentasi keramik
Presentasi keramik
Agam Real
 
Pertemuan ke 6dan-7_neraca_massa
Pertemuan ke 6dan-7_neraca_massaPertemuan ke 6dan-7_neraca_massa
Pertemuan ke 6dan-7_neraca_massa
Khoridatun Nafisah
 
Kinetika kimia (pertemuan 4)
Kinetika kimia (pertemuan 4)Kinetika kimia (pertemuan 4)
Kinetika kimia (pertemuan 4)
Utami Irawati
 

What's hot (20)

Termodinamika (5) a kesetimbangan_kimia
Termodinamika (5) a kesetimbangan_kimiaTermodinamika (5) a kesetimbangan_kimia
Termodinamika (5) a kesetimbangan_kimia
 
Sieving
SievingSieving
Sieving
 
Atomic Absorption Spectrophotometer
Atomic Absorption SpectrophotometerAtomic Absorption Spectrophotometer
Atomic Absorption Spectrophotometer
 
Leaching
LeachingLeaching
Leaching
 
struktur kristal
struktur kristalstruktur kristal
struktur kristal
 
Kimia fisika
Kimia fisikaKimia fisika
Kimia fisika
 
reaktor CSTR dan PFR
reaktor CSTR dan PFRreaktor CSTR dan PFR
reaktor CSTR dan PFR
 
Perbedaan Mineral, Rock (Batuan), dan Ore (Bijih)
Perbedaan Mineral, Rock (Batuan), dan Ore (Bijih)Perbedaan Mineral, Rock (Batuan), dan Ore (Bijih)
Perbedaan Mineral, Rock (Batuan), dan Ore (Bijih)
 
Destilasi batch
Destilasi batchDestilasi batch
Destilasi batch
 
Alat Kristalisasi
Alat KristalisasiAlat Kristalisasi
Alat Kristalisasi
 
Fenomena perpindahan
Fenomena perpindahanFenomena perpindahan
Fenomena perpindahan
 
Pemisahan kation golongan iii
Pemisahan kation golongan iiiPemisahan kation golongan iii
Pemisahan kation golongan iii
 
Flotasi
FlotasiFlotasi
Flotasi
 
Reaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Reaksi-Reaksi Identifikasi AnionReaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Reaksi-Reaksi Identifikasi Anion
 
Presentasi keramik
Presentasi keramikPresentasi keramik
Presentasi keramik
 
Gravimetri. bu swatika
Gravimetri. bu swatikaGravimetri. bu swatika
Gravimetri. bu swatika
 
Pertemuan ke 6dan-7_neraca_massa
Pertemuan ke 6dan-7_neraca_massaPertemuan ke 6dan-7_neraca_massa
Pertemuan ke 6dan-7_neraca_massa
 
indeks miller
indeks millerindeks miller
indeks miller
 
Kinetika kimia (pertemuan 4)
Kinetika kimia (pertemuan 4)Kinetika kimia (pertemuan 4)
Kinetika kimia (pertemuan 4)
 
Logam platina
Logam platinaLogam platina
Logam platina
 

Similar to Isi laporan kalsinasi

Pack carburizing presentasi
Pack carburizing presentasiPack carburizing presentasi
Pack carburizing presentasi
Dicky Ashshiddiq
 
Tugas metode penelitian Teknik Mesin
Tugas metode penelitian Teknik MesinTugas metode penelitian Teknik Mesin
Tugas metode penelitian Teknik Mesin
Alekson Sihombing
 
Tugas 2 material teknik
Tugas 2 material teknikTugas 2 material teknik
Tugas 2 material teknik
Zul Abidin
 
pengolahan bijih besi
pengolahan bijih besipengolahan bijih besi
pengolahan bijih besi
Agung Perdana
 

Similar to Isi laporan kalsinasi (20)

Komposisi Material S35C
Komposisi Material S35CKomposisi Material S35C
Komposisi Material S35C
 
Pack carburizing presentasi
Pack carburizing presentasiPack carburizing presentasi
Pack carburizing presentasi
 
Tugas metode penelitian Teknik Mesin
Tugas metode penelitian Teknik MesinTugas metode penelitian Teknik Mesin
Tugas metode penelitian Teknik Mesin
 
this is material
this is materialthis is material
this is material
 
Kimia pertemuan 1.perubahan materi
Kimia pertemuan 1.perubahan materiKimia pertemuan 1.perubahan materi
Kimia pertemuan 1.perubahan materi
 
Perubahan Materi
Perubahan MateriPerubahan Materi
Perubahan Materi
 
Kimia pertemuan 1.perubahan materi
Kimia pertemuan 1.perubahan materiKimia pertemuan 1.perubahan materi
Kimia pertemuan 1.perubahan materi
 
Presentasi aluminum
Presentasi aluminumPresentasi aluminum
Presentasi aluminum
 
Pengolahan batu-cu1
Pengolahan batu-cu1Pengolahan batu-cu1
Pengolahan batu-cu1
 
Dapur kupola
Dapur kupolaDapur kupola
Dapur kupola
 
Jurnal ilmiah material__umen_rumendi
Jurnal ilmiah material__umen_rumendiJurnal ilmiah material__umen_rumendi
Jurnal ilmiah material__umen_rumendi
 
Bab 1 perubahan ilmu kimia
Bab 1 perubahan ilmu kimiaBab 1 perubahan ilmu kimia
Bab 1 perubahan ilmu kimia
 
Material Teknik - Nikel
Material Teknik - NikelMaterial Teknik - Nikel
Material Teknik - Nikel
 
Tugas 2 material teknik
Tugas 2 material teknikTugas 2 material teknik
Tugas 2 material teknik
 
Proses perlakuanpanas
Proses perlakuanpanasProses perlakuanpanas
Proses perlakuanpanas
 
Material Teknik Dasar
Material Teknik DasarMaterial Teknik Dasar
Material Teknik Dasar
 
Kbg nikel {ika nurcahyaningsih (1205025100)}
Kbg nikel {ika nurcahyaningsih (1205025100)}Kbg nikel {ika nurcahyaningsih (1205025100)}
Kbg nikel {ika nurcahyaningsih (1205025100)}
 
KIMIA Unsur Transisi Periode 4
KIMIA Unsur Transisi Periode 4KIMIA Unsur Transisi Periode 4
KIMIA Unsur Transisi Periode 4
 
pengolahan bijih besi
pengolahan bijih besipengolahan bijih besi
pengolahan bijih besi
 
This is My Material
This is My MaterialThis is My Material
This is My Material
 

More from Irwin Maulana

Presentasi kp edwar technology
Presentasi kp edwar technologyPresentasi kp edwar technology
Presentasi kp edwar technology
Irwin Maulana
 
Fenomena overpotensial hidrogen
Fenomena overpotensial hidrogenFenomena overpotensial hidrogen
Fenomena overpotensial hidrogen
Irwin Maulana
 
Isi laporan pengelasan oksi-asetilen
Isi laporan pengelasan oksi-asetilenIsi laporan pengelasan oksi-asetilen
Isi laporan pengelasan oksi-asetilen
Irwin Maulana
 
Isi laporan rod mill
Isi laporan rod millIsi laporan rod mill
Isi laporan rod mill
Irwin Maulana
 
Corrosion in the muffler
Corrosion in the mufflerCorrosion in the muffler
Corrosion in the muffler
Irwin Maulana
 

More from Irwin Maulana (7)

Presentasi kp edwar technology
Presentasi kp edwar technologyPresentasi kp edwar technology
Presentasi kp edwar technology
 
Fenomena overpotensial hidrogen
Fenomena overpotensial hidrogenFenomena overpotensial hidrogen
Fenomena overpotensial hidrogen
 
Isi laporan pengelasan oksi-asetilen
Isi laporan pengelasan oksi-asetilenIsi laporan pengelasan oksi-asetilen
Isi laporan pengelasan oksi-asetilen
 
Isi laporan rod mill
Isi laporan rod millIsi laporan rod mill
Isi laporan rod mill
 
This is my revision
This is my revisionThis is my revision
This is my revision
 
V103n02p093
V103n02p093V103n02p093
V103n02p093
 
Corrosion in the muffler
Corrosion in the mufflerCorrosion in the muffler
Corrosion in the muffler
 

Recently uploaded

Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
novibernadina
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 

Recently uploaded (20)

Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptxRegresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 

Isi laporan kalsinasi

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Besi di alam ditemukan dalam bentuk senyawa hematit (Fe2O3) dan magnetit (Fe3O4). Selain berikatan dengan oksigen membentuk oksida besi, besi juga tercampur dengan pengotor- pengotor seperti sulfur, posfor dan lain- lain. Sewaktu dilebur, pengotor - pengotor tersebut terpisah dari besi membentuk terak, untuk mengikat dan menghasilkan terak diperlukan batu kapur (CaCO3) selain itu juga digunakan untuk menjaga kebasaan furnace. Batu kapur tidak dapat langsung bereaksi dengan terak di furnace, sehingga harus diubah menjadi oksida (CaO), dengan proses kalsinasi yang dapat dilakukan baik secara langsung maupun secara terpisah dengan furnacenya. Kalsinasi merupakan salah satu proses pra-olahan dengan tujuan untuk menghilangkan air kristal (hidrat) ataupun karbonat yang terkandung dalam bijih, dengan melakukan pemanasan pada temperatur yang tidak melebihi temperatur lelehnya. 1.2 Tujuan Percobaan Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui dan mempelajari pengaruh variasi bentuk bijih pada reaksi kalsinasi yang dilakukan pada temperatur tertentu selama waktu tertentu. 1.3 Batasan Masalah Pada percobaan ini, permasalahan dibatasi mengenai penggunaan variasi bentuk bijih yang akan dilakukan kalsinasi, sehingga dapat diketahui pengaruhnya terhadap perubahan berat produk yang dihasilkan. 1
  • 2. 2 1.4 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan ini terdiri dari lima bab sebagai kajian utama. Bab I menjelaskan latar belakang, tujuan percobaan, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan yang digunakan. Bab II merupakan tinjauan pustaka yang berisi mengenai teori singkat yang terkait dengan percobaan yang dilakukan. Bab III menjelaskan mengenai metode penelitian yang dilakukan. Bab IV menjelaskan mengenai data percobaan, dan pembahasan berdasarkan tinjauan pustaka dari data yang telah diperoleh. Bab V menjelaskan mengenai kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan, yang dilengkapi dengan saran seputar percobaan. Sebagai kajian tambahan, di akhir laporan terdapat lampiran yang memuat contoh perhitungan, jawaban pertanyaan dan tugas, gambar alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum serta blanko percobaaan.
  • 3. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Pra-Olahan Dalam proses pirometalurgi bijih mengalami suatu proses yang dinamakan proses “Pra olahan”. Tujuan dari proses ini adalah mengubah senyawa logam menjadi bentuk senyawa lain yang lebih sesuai untuk proses berikutnya. Proses Pra olahan dilakukan pada temperatur tinggi sebelum mencapai titik leleh. Pada proses ini bijih mengalami dua perubahan baik perubahan bentuk ataupun perubahan sifat. Ada beberapa macam proses pada proses pra-olahan, yaitu: 1. Drying, proses penghilangan kandungan air atau moisture pada bijih dan terjadi pada temperatur yang tidak terlalu tinggi. 2. Kalsinasi, proses penghilangan kandungan air kristal pada suatu bijih, temperatur yang digunakan dalam proses ini lebih tinggi dari pada proses drying tapi tidak melebihi temperatur leleh. 3. Roasting, proses pemanggangan senyawa sulfida menjadi senyawa oksida. 4. Aglomerasi, proses penggumpalan dari material halus menjadi lebih besar ukurannya, yang terdiri dari beberapa jenis yaitu: Bricketing, Nodulizing, Sintering, dan Pelletizing. 2.2 Kalsinasi Kalsinasi adalah penghilangan air, karbon dioksida, atau gas lain yang mempunyai ikatan kimia dengan bijih. Kalsinasi dikerjakan pada temperatur tinggi tanpa terjadi pelelehan dan disertai dengan penambahan reagen, hal ini dimaksudkan untuk mengubah bentuk senyawa konsentrat. Kalsinasi biasa disebut juga Dekomposisi Thermal (penguraian dengan temperatur). Contoh: Hidrat, karbonat, FeCO3, Mg(OH)2, MgCO3, CaCO3. Penghilangan air dalam senyawa 3
  • 4. 4 karbonat dilakukan dalam berbagai variasi temperatur tergantung jenis senyawa dan ikatan air pada senyawa. Kalsinasi merupakan proses endotermik yang berarti memerlukan panas, dan juga lebih endotermik daripada proses Drying. Dalam aplikasinya di industri, kalsinasi dilakukan dalam berbagai furnace, diantaranya yaitu: 1. Untuk kuarsa, CaCO3, digunakan Shaft Furnace. 2. Untuk lumps digunakan Rotary Kiln. 3. Untuk material of uniform dengan ukuran kecil digunakan Fluidized Bed. Shaft Furnace Rotary Kiln Fluidized Bed Gambar 1. Bentuk Furnace Pada Proses Kalsinasi Kalsinasi adalah thermal treatment yang dilakukan terhadap bijih dalam hal ini batu kapur agar terjadi dekomposisi dan juga untuk mengeleminasi senyawa yang berikatan secara kimia dengan batu kapur yaitu karbon dioksida dan air. Proses yang dilakukan adalah pemanggangan dengan temperatur yang bervariasi bergantung dari jenis senyawa karbonat. Kebanyakan senyawa karbonat berdekomposisi pada temperatur rendah. Contoh, MgCO3 pada temperatur 417oC, MnCO3 pada 377oC, dan FeCO3 pada 400oC. Tetapi untuk kalsium karbonat diperlukan suhu 900oC untuk melakukan dekomposisi hal ini dikarenakan ikatan kimia yang cukup kuat pada air kristal. Kalsinasi adalah proses yang endotermik, yaitu memerlukan panas. Hal ini dapat dilihat dari nilai ΔHo yang postif. Panas diperlukan untuk melepas ikatan kimia dari air kristal karena dengan panas maka ikatan kimia akan menjadi
  • 5. 5 renggang dan pada temperatur tertentu atom- atom yang berikatan akan bergerak sangat bebas menyebabkan terputusnya ikatan kimia. Panas juga diperlukan untuk mengoksidasi batu kapur menjadi oksidanya. Reaksinya : CaCO3 (800oC) = CaO (1000oC) + CO2 (900oC) , ΔHo = 42,5 Kcal..............(1) Panas mengalir secara konduksi ke seluruh bagian batu kapur. Laju kalsinasi batu kapur memiliki persamaan dengan reaksi yang dikendalikan oleh difusi. Dengan ukuran dan bentuk butiran yang sama, semakin tinggi temperatur semakin cepat proses dekomposisi. Waktu yang diperlukan dalam proses kalsinasi bergantung pada ukuran dan bentuk dari butiran batu kapur. Dengan temperatur yang sama semakin kecil ukuran semakin cepat proses kalsinasi, bentuk yang bulat akan mempercepat proses kalsinasi. 2.3 Aspek Termodinamika dari Kalsinasi Pada kalsinasi batu kapur, Reaksi kimia yang terjadi adalah : CaCO3 = CaO + CO2 Dari suatu padatan batu kapur (CaCO3) dihasilkan suatu padatan oksida kapur bakar (CaO) dan gas karbondioksida. Dalam keadaan kesetimbangan didapatkan suatu ketetapan kesetimbangan: CaO CO2 K= CaCO3 ..................................................................................(2) Dapat dimisalkan aktifitas dari padatan adalah satu (a = 1). Maka persamaan menjadi, K= CO2 .............................................................................................(3) gas dinyatakan dalam bentuk tekanan, K= PCO 2 ................................................................................................(4) jadi tetapan kesetimbangan dari reaksi kalsinasi batu kapur adalah PCO . 2 Untuk menentukan apakah reaksi kalsinasi batu kapur dapat berlangsung atau tidak dapat dilihat dari nilai ΔGo dari reaksi, jika nilainya adalah negatif
  • 6. 6 maka reaksi dapat berlangsung. Persamaan energi bebas dari reaksi dekomposisi batu kapur adalah: ∆GT0 = 40.250-34.4T kal/mol..............................................................(5) 2.4 Aspek Kinetika Dari Kalsinasi Temperatur Pada saat proses kalsinasi, batu kapur dipanaskan hingga mencapai 900oC. Energi panas yang dihasilkan oleh furnace mengalir secara konduksi ke seluruh bagian permukaan batu kapur. Panas tersebut cukup untuk menguraikan batu kapur menjadi oksidanya dan gas karbon dioksida. Proses penguraian tersebut menyebabkan massa dari batu kapur berkurang. Gambar 2. Zone Kalsinasi dalam Furnace dan Temperature Kalsinasi Dalam furnace ada tiga zone pemanasan dalam kalsinasi : 1. The preheating zone Batu kapur dipanaskan sampai 800oC, belum terjadi reaksi kalsinasi. 2. The reaction zone Batu kapur dipanaskan dengan suhu 900oC, temperatur efektif untuk proses kalsinasi batu kapur. Dalam zone ini terjadi reaksi kalsinasi. 3. The cooling zone Batu kapur yang dipanskan, dalam zone ini didinginkan sampai suhu 100oC. Proses kalsinasi banyak digunakan dalam industri, seperti pada industri semen dan pembuatan serbuk nikel ferit.
  • 7. 7 BAB III METODE PERCOBAAN 3.1 Diagram Alir Percobaan Percobaan ini secara umum digambarkan dalam bentuk diagram alir sehingga memudahkan pelaksanaan percobaan yang dilakukan seperti gambar 3. Persiapan 3 sampel Batu kapur Penggerindaan batu kapur untuk membuat bentuk bola, kubus, dan prisma segitiga Penimbangan sampel batu kapur yang sudah dibentuk mengunkan Proses Pemanasan di Muffle Furnace Sebelum Pemanasan selama 15 menit pada suhu 900oC Suhu 9000 selama 10,15 dan 20 menit Pengeluaran sampel dan pendinginan, kemudian penimbangan berat akhir sampel Setelah Pemansan Data Literatur Pembahasan Pembahasan Kesimpulan Gambar 3. Diagram Alir Percobaan 7
  • 8. 8 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat yang digunakan 1. Muffle Furnace 2. Neraca Teknis 3. Penjepit 4. Mesin Grinda 5. Sarung Tangan 6. Stopwatch 7. Jangka Sorong 8. Crucible Baja (tempat sampel untuk kalsinasi) 3.2.2 Bahan yang digunakan 1. Batu kapur 3 buah 3.3 Prosedur Percobaan 1. Mempersiapkan 3 buah batu kapur yang akan digunakan. 2. Membentuk batu kapur tersebut menjadi bentuk kubus, bola, dan prisma segitiga dengan ukuran yang sama atau mendekati. 3. Menimbang berat dan ukuran batu kapur. 4. Memanaskan batu kapur pada 900o selama 15 menit. 5. Setelah dilakukan pemanasan, mengeluarkan sampel batu kapur dengan penjepit dan mendinginkan batu kapur tersebut kemudian ditimbang kembali. 6. Melakukan pengamatan dan pembahasan data hasil berat dan ukuran batu kapur tersebut. 7. Membuat kesimpulan. .
  • 9. 9 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Percobaan Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh data percobaan yang ditunjukkan dalam tabel 1. Tabel 1. Hasil Kalsinasi Batu Kapur pada Temperatur 900OC selama 15 menit. Berat (Gram) Sampel ΔW Sebelum Pemanasan Setelah Pemanasan Bola 1,8 0,6 1,2 Kubus 4,3 2,7 1,6 Prisma Segitiga 2,2 1,4 0,8 4.2 Pembahasan Mengacu pada tabel 1 pada subbab hasil percobaan, maka dapat dijelaskan hubungan fraksi yang bereaksi pada bijih yang dilakukan proses kalsinasi dengan variari bentuk, sesuai dalam gambar 4. 9
  • 10. 10 Gambar 4. Grafik Hubungan Bentuk Sampel terhadap Jumlah Fraksi yang Bereaksi pada Sampel yang Mengalami Kalsinasi Berdasarkan gambar 4, data menunjukan bahwa pada sampel yang berbentuk bola, setelah dilakukan proses kalsinasi, fraksi yang bereaksi menunjukkan hasil terbesar yaitu sebesar 0,667%. Hal ini berarti bahwa bentuk sampel bola lebih mudah bereaksi atau terdekomposisi akibat dilakukannya kalsinasi. Sedangkan pada dua sampel lainnya, nilai fraksi yang bereaksi yang lebih rendah menunjukkan bahwa bentuk sampel seperti tersebut kurang optimum untuk bereaksi. Artinya, untuk mendapatkan fraksi yang sama, dibutuhkan waktu reaksi kalsinasi yang lebih lama. Sesuai dengan literatur bahwa bentuk bola lebih mudah bereaksi atau menurut teori kinetika reaksi, bentuk benda yang menyerupai partikel bola (sangat halus), maka akan lebih mudah bereaksi sehingga perolehan fraksi yang bereaksinya akan lebih besar. Adapun pada hasil percobaan yang diperoleh dari praktikum kalsinasi ini, sampel bentuk kubus mengalami pengurangan berat yang paling besar. Berdasarkan analisa yang praktikan lakukan, hal ini dapat terjadi karena ukuran awal sampel bentuk kubus jauh lebih besar dibandingkan dengan dua sampel lainnya, sesuai dengan data berat awal untuk ketiga sampel yang digunakan. Jika dilakukan perhitungan perbandingan berat antara sampel bentuk
  • 11. 11 bola dan bentuk kubus, perbandingan berat awal antara kedua sampel tersebut yaitu sekitar 1 untuk bentuk bola berbanding 2,5 untuk bentuk kubus. Sedangkan, berdasarkan data berat sampel setelah dilakukan kalsinasi, perbandingan berat antara bentuk bola dan bentuk kubus mencapai nilai 3 : 4. Oleh karena itu, mengacu kepada data percobaan dengan perbandingan berat awal dan berat akhir sampel serta sesuai dengan tinjauan literatur, maka dapat diketahui bahwa sampel berbentuk bola lebih mudah bereaksi dibandingkan sampel berbentuk kubus ataupun prisma segitiga.
  • 12. 12 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan praktikum Kalsinasi di Laboratorium Metalurgi I didapat kesimpulan sebagai berikut : 1. Sampel berbentuk bola lebih mudah bereaksi dibandingkan dengan sampel berbentuk kubus atau prisma, hal ini ditunjukkan dengan nilai fraksi yang bereaksi pada sampel bentuk bola memiliki nilai yang paling tinggi, dengan catatan bahwa temperatur dan waktu proses kalsinasi dibuat sama untuk semua jenis bentuk sampel. 2. Perbandingan pengurangan berat sampel terhadap berat awal memiliki nilai paling besar pada sampel bentuk bola yaitu sebesar 0,67, sehingga dapat dikatakan bentuk bola lebih mudah bereaksi dibandingkan sampel dengan bentuk kubus ataupun prisma segitiga. 5.2 Saran Saran yang dapat diberikan untuk praktikum kalsinasi pada kesempatan selanjutnya, yaitu membuat bentuk sampel batu kapur dengan benar sehingga ukuran geometrinya dapat diukur dengan teliti dan menggunakan variasi waktu agar praktikan dapat mengetahui pengaruhnya terhadap kehilangan berat setelah proses kalsinasi. Untuk lebih memahami pemahaman tentang kalsinasi, maka dapat juga dilakukan praktikum kalsinasi dengan jenis sampel yang berbeda, selain batu kapur untuk menghilangkan kandungan karbonat, misalnya dengan menggunakan sampel yang mengandung air kristal (hidrat) sehingga dapat diketahui sampel jenis apa yang lebih cepat bereaksi dengan proses kalsinasi dengan waktu dan temperatur tertentu. 12
  • 13. 13 DAFTAR PUSTAKA Haryono, Didied. Diktat Kuliah Pirometalurgi. Cilegon. FT.UNTIRTA. 2007. Rosenquist, Terkel. Principles of Extractive Metallurgy. Tokyo. Mc.Graww-Hill Kogukusha. 1974. 13
  • 15. 15 Lampiran 1. Contoh Perhitungan Bentuk bola, Wo = Berat CaCO3 = 1,8 g W = Berat CaO = 0,6 g Wo W R Wo R = 0,667 Jadi fraksi CaCO3 yang bereaksi adalah 0,667
  • 16. 16 Lampiran 2. Jawaban Pertanyaan dan Tugas 1. Hitung berat CaO yang terjadi ? Jawab : Sampel 1 (Bentuk Bola) Wo = Berat CaCO3 = 1,8 g W = Berat CaO = 0,6 g Wo W R Wo R = 0,667 Sampel 2 (Bentuk Kubus) Wo = Berat CaCO3 = 4,3 g W = Berat CaO = 2,7 g Wo W R Wo R = 0,372 Sampel 3 (Bentuk Prisma Segitiga) Wo = Berat CaCO3 = 2,2 g W = Berat CaO = 1,4 g Wo W R Wo R = 0,364 2. Hitung PCO2 proses ? Jawab : T = 900oC = 1173K o GT 40 .250 34 ,4T Kal mol o GT 40 .250 34 ,4(1173 ) Kal mol o GT 101,2 Kal mol Go PCO2 exp RT
  • 17. 17 101,2 PCO2 exp PCO2 1.045atm (1,987)(1173) 3. Plot PCO2 terhadap temperatur? Jawab : Tabel 2. Data Plot Temperatur terhadap PCO2 Temperatur (oC) PCO2 727 0,052 900 1,044 1000 4,047 Gambar 5. Hubungan antara Temperatur Kalsinasi terhadap PCO2 4. Buat kesimpulan dari pengamatan saudara? Jawab : Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
  • 18. 18 Lampiran 3. Gambar Alat dan Bahan Gambar 6. Muffle Furnace Gambar 7. Batu Kapur Gambar 7. Mesin Gerinda Gambar 8. Media Penggerus Gambar 8. Mesin Gerinda Gambar 9. Jangka Sorong Gambar 10. Sarung Tangan Gambar 11. Neraca Teknis