1. Agama Islam 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebahagiaan yang ingin dicapai dengan
menjalankan syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya akhlak yang baik.
Agama Islam mengatur berbagai aspek dalam kehidupan, antara lain : fiqih, aqidah,
muamalah, akhlaq, dan lain-lain. Seorang muslim bisa dikatakan sempurna apabila mampu
menguasai dan menerapkan aspek-aspek tersebut sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist.
`Dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam pergaulan, kita mampu
menilai perilaku seseorang, apakah itu baik atau buruk. Hal tersebut dapat terlihat dari cara
bertutur kata dan bertingkah laku. Akhlak, moral, dan etika masing-masing individu berbeda-
beda, hal tersebut dipengaruhi oleh lingkungan internal dan eksternal tiap-tiap individu. Di
era kemajuan IPTEK seperti saat ini, sangat berpengaruh terhadap perkembangan akhlak,
moral, dan etika seseorang. Kita amati perkembangan perilaku seseorang pada saat ini sudah
jauh dari ajaran Islam, sehingga banyak kejadian masyarakat saat ini yang cenderung
mengarah pada perilaku yang kurang baik.
Akhlak, atau moral, adalah pola tindakan yang didasarkan atas nilai
mutlak kebaikan.Hidup susila dan tiap-tiap perbuatan susila adalah jawaban yang tepat
terhadap kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan tiap-tiap pelanggaran
kesusilaan adalah menentang kesadaran itu. Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia
tentang dirinya sendiri, dimana manusia melihat atau merasakan diri sendiri sebagai
berhadapan dengan baik dan buruk. Disitulah membedakan halal dan haram, hak dan bathil,
boleh dan tidak boleh dilakukan, meskipun dia bisa melakukan. Itulah hal yang khusus
manusiawi. Dalam dunia hewan tidak ada hal yang baik dan buruk atau patut tidak patut,
karena hanya manusialah yang mengerti dirinya sendiri, hanya manusialah sebagai subjek
menginsafi bahwa dia berhadapan pada perbuatannya itu, sebelum, selama dan sesudah
pekerjaan itu dilakukan. Sehingga sebagai subjek yang mengalami perbuatannya dia bisa
dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya itu.
‘
2. Agama Islam 2
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah pengertian dari Akhlak?
1.2.2 Apa saja ciri-ciri Akhlak dalam Islam?
1.2.3 Bagaimana konsep Akhlak dalam kehidupan?
1.2.4 Apa saja jenis-jenis Akhlak dalam Islam?
1.2.5 Apa saja karakteristik Akhlak dalam Islam?
1.2.6 Bagaimana proses terbentuknya Akhlak dalam Islam?
1.2.7 Bagaimana jalan pembentukan Akhlak Mulia?
1.2.8 Apa manfaat mempelajari ilmu Akhlak?
1.2.9 Apa saja faktor faktor keruntuhan Akhlak?
1.2.10 Bagaimana cara memperbaiki Akhlak dalam Islam?
1.2.11 Apa saja dasar atau alat pengukur Akhlak?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui pengertian akhlak
1.3.2 Mengetahui ciri-ciri akhlak dalam kehidupan
1.3.3 Mengetahui konsep akhlak dalam kehidupan
1.3.4 Mengetahui jenis-jenis akhlak dalam Islam
1.3.5 Memahami karakteristik akhlak dalam Islam
1.3.6 Mengetahui proses terbentuknya akhlak dalam Islam
1.3.7 Mengetahui jalan pembentukan akhlak mulia
1.3.8 Mengetahui manfaat mempelajari ilmu Akhlak dalam kehidupan sehari-hari?
1.3.9 Mengetahui faktor faktor keruntuhan akhlak
1.3.10 Mengetahui cara memperbaiki akhlak dalam Islam
1.3.11 Mengetahui pengertian perilaku adil, syukur, sabar dan pemaaf dan bagaimana
cara mengembangkan perilaku ini serta implementasi dalam kehidupan?
1.4 Manfaat
1.4.1 Memberi pengetahuan tentang akhlak akhlak, etika dan moral sesuai dengan agama
islam.
1.4.2 Pembaca diharapkan dapat membedakan baik buruknya perilaku seseorang.
1.4.3 Pembaca diharapkan mampu merubah akhlak yang kurang baik menjadi akhlak
yang sesuai ajaran islam.
1.4.4 Sebagai pedoman berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.
3. Agama Islam 3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Akhlak
Kata “akhlak” berasal dari bahasa arab yaitu ” Al-Khulk ” yang berarti tabeat,
perangai, tingkah laku, kebiasaan, kelakuan. Menurut istilahnya, akhlak ialah sifat yang
tertanam di dalam diri seorang manusia yang bisa mengeluarkan sesuatu dengan senang dan
mudah tanpa adanya suatu pemikiran dan paksaan. Dalam KBBI, akhlak berarti budi pekerti
atau kelakuan.
Pengertian akhlak secara sederhana berarti perilaku atau tingkah laku yang secara
sadar dilakukan berulangkali. Artinya ada akhlak yang baik dan ada akhlak yang buruk.
Pengertian akhlak secara sederhana diatas tidak membatasi apakah akhlak itu harus baik,
intinya bila aktivitas ataupun perbuatan ataupun reaksi atas suatu perihal dilakukan
berulangulang kali maka disebut akhlak.
Kenapa pengertian akhlak diatas sangat sederhana? Terkesan tidak membatasi bukan!,
itu karena kata akhlak sendiri adalah bentuk jamak yang berasal dari kata
tunggal Khuluk (Bahasa arab) yang berarti tabiat, tingkah laku dan bahkan ada yang
mengartikannya sebagai agama (Berliana Katarkusumah).Untuk membahas akhlak lebih jauh
lagi, anda harus membaca beberapa pengertian akhlak oleh beberapa ahli khususnya ahli
agama dan lainnya dibawah ini.
Menurut beberapa pakar dalam bidang akhlak seperti Ahmad Ibnu Muhammad
Miskawaih Razi atau Ibnu Miskawaih (penulis buku Tahdzibul achlaq wa tathhirul
a’raaq dan Tartib as Sa’adahtentang akhlak), Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al
Ghazali ath-Thusi asy-Syafi’i (Imam Al Gazali), dan Ahmad Amin (penulis buku Dhuhal
Islam yang kontroversial) menyatakan bahwa pengertian akhlak adalah perangai yang
melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa
mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.
Menurut Nurcholish Madjid, bahwa istilah akhlak atau khuluq merupakan satu akar
kata dengan khalq atau penciptaan, khaliq (pencipta) dan makhluq (ciptaan), yang semuanya
mengacu pada pandangan dasar Islam mengenai penciptaan manusia, bahwasanya manusia
diciptakan dalam kebaikan, kesucian dan kemulian sebagai “sebaik baiknya ciptaan” (ahsanu
taqwim). Lebih lanjut dijelaskan oleh Bapak Nurcholish madjid bahwa manusia akan
4. Agama Islam 4
terbimbing ke arah akhlak yang mulia jika beriman kepada Allah dengan berbagai turunan
caranya (derivasi).
Selanjutnya manusia akan menerjemahkan imannya menjadi tingkah laku yang penuh
tanggungjawab kepada sesama manusia, dengan jalan saling berpesan tentang kebenaran
serta saling berpesan tentang ketabahan. Kecenderungan mendasar manusia terhadap
kebaikan tersebut dapat ditemukan dalam QS Ar-Rum (30):30 dengan istilah Fitrah.
Tentu bila anda melihat dalam KBBI, pengertian akhlak akan lebih sederhana dari
pengertian akhlak sederhana diatas, yaitu suatu budi pekerti atau kelakuan. Kemudian,
Quraish menjelaskan bahwa kata akhlak biasa digunakan dalam bentuk tunggal yaitu khuluq,
seperti dalam surah Al-Qalam ayat 4 “Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas
budi pekerti (khuluq) yang aqung” Dalam hadis Nabi Muhammad SAW, penggunaan konsep
akhlak dalam berbagai konteks misalnya berbunyi “Aku hanya diutus untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia”. atau “Tidak ada sesuatu yang lebih berat timbangan
(amal) seorang mukmin pada hari Kiamat melebihi akhlak yang luhur”. Disini Quraish ingin
menjelaskan tentang pengertian akhlak di dalam Agama Islam tidak dapat disamakan dengan
pengertian etika. Apabila etika hanya didefinisikan sebagai arti sopan santun antarsesama
manusia, serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah. Istilah akhlak sesungguhnya
memiliki makna yang luas meliputi pelbagai aspek. Aspek aspek akhlak mulai dari akhlak
terhadap Allah, hingga kepada sesama makhluk biotik dan nonbiotik.
Hal yang serupa disampaikan oleh Endang Saifuddin Anshari bahwa istilah akhlak
merupakan aspek ketiga dalam agalam Islam selain akidah dan aspek syariat. Pada garis
besarnya akhlak Islam terdiri atas akhlak manusia terhadap Pencipta, dan akhlak manusia
terhadap sesama makhluk. Serupa dengan pengertian akhlak diatas, menurut Ahmadi (2004)
bahwa akhlak berasal dari rangkaian huruf kha-la-qa yang berarti menciptakan. Kata halaqa
mengingatkan tentang kata Al Khaliq atau pencipta yaitu Allah SWT dan kata Makhluk yaitu
seluruh yang diciptakan oleh Allah SWT. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengertian
akhlak adalah suatu perilaku yang menghubungkan antara Allah SWT dan makhlukNya (FIP-
UPI).
Lebih lengkap dalam buku “Ilmu dan Aplikasi Pendidikan” tentang Pengertian
Akhlak menurut Al Ghazali bahwa kata al-khalq adalah ‘fisik’ dan al khuluq berati akhlak.
Al-khalq karena manusia tersusun atas fisik yang dapat dilihat oleh mata kepala dan ruh yang
dapat ditangkap oleh mata batin. Ruh yang dapat ditangkap oleh mata batin memiliki nilai
lebih tinggi dibandingkan dengan nilai fisik yang ditangkap oleh mata kepala.
5. Agama Islam 5
Kata Al khuluq merupakan satu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari hal tersebut
lahirlah perbuatan perbuatan dengan mudah tanpa memikirnya dirinya dan merenung terlebih
dahulu. Apabila sifat yang tertanam darinya terlahir perbuatan perbuatan buruk maka sifat
tersebut dinamakan akhlak buruk. Al khuluq adalah suatu sifat jiwa dan gambaran batinnya.
Agar terwujud keindahan akhlak atau akhlak baik, dalam batin manusia ada empat
rukun yang harus terpenuhi yaitu kekuatan ilmu, kekuatan marah, kekuatan syahwat, dan
kekuatan untuk adil terhadap tiga kekuatan sebelumnya (Mahmud, 2004:28). Ditambahkan
pula bahwa puncak dari akhlak adalah hikmah (Al Hikmah) yaitu kepahaman terhadap Al
Qur’an dan As Sunnah. Al Hikmah sendiri akan dibentuk oleh kekuatan atas tujuan dalam
mencari ilmu untuk membedakan yang kebenaran dan kebatilan serta keindahan dan
keburukan yang terolah dengan baik pula.
Sedangkan menurut Encyclopedia Brittanica, pengertian akhlak diarahkan kepada
ilmu akhlak yaitu Sebagai studi yang sistematik tentang tabiat dari pengertian nilai baik,
buruk, seharusnya benar, salah dan sebaginya tentang prinsip umum dan dapat diterapkan
terhadap sesuatu, selanjutnya dapat disebut juga sebagai filsafat moral. Jadi, sudah mengerti
tentang pengertian akhlak, dalam beberapa hadis dijelaskan pula tentang akhlak seperti
dibawah ini: Rasulullah saw. bersabda:
Dalam HR Imam Malik dalam al-Muwathatha’, 2:212, al-Halabi, Kairo,1371 H.
Selanjutnya, dapat diambil beberapa poin poin tentang pengertian akhlak
diatas seperti syarat syarat yang harus dimiliki oleh individu ataupun manusia untuk dapat
dikatakan berakhlak (baik ataupun buruk) serta macam macam akhlak (pembagian akhlak )
dan contoh contoh akhlak itu sendiri.
Syarat Agar disebut Berakhlak
Perbuatan yang baik atau buruk.
Kemampuan melakukan perbuatan.
Kesadaran akan perbuatan itu.
Kondisi jiwa yang membuat cenderung melakukan perbuatan baik atau buruk.
6. Agama Islam 6
2.2 Ciri Ciri Akhlak
Ciri ciri akhlak dalam Islam:
a) Islam menyeru agar manusia menghiasi jiwa dengan akhlak yang baik dan menjauhkan
diri dari akhlak yang buruk. Yang menjadi ukuran baik dan burukna adalah syarak, iaitu
apa yang diperintahkan oleh syarak, itulah yang baik dan apa yang dilarang oleh syarak
itulah yang buruk.
b) Lingkungan skop akhlak Islam adalah luas meliputi segala perbuatan manusia dengan
Allah, manusia dengan manusia dan manusia dengan makhluk selain manusia.
c) Islam menghubungkan akhlak dengan keimanan. Orang yang paling sempurna
keimanannya ialah orang yang paling baik akhlaknya.
d) Adanya konsep balasan dan ganjaran pahala atau syurga oleh Allah dan sebaliknya orang
yang berakhlak buruk akan mendapat dosa atau disiksa dalam neraka.
2.3 Konsep Akhlak
Dari beberapa pengertian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah
tabiat atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa yang telah terlatih, sehinnga dalam jiwa
tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan
mudah dan spontan, tanpa dipikirkan dan diangan-angankan terlebih dahulu. Hal itu tidak
berarti bahwa perbuatan tersebut dilakukan dengan tidak sengaja atau tidak dikehendaki.
Hanya saja karena yang demikian itu dilakukan berulang-ulang sehingga sudah menjadi
kebiasaan, maka perbuatan itu muncul dengan mudah tanpa dipikir dan dipertimbangkan lagi.
Sebenarnya akhlak itu sendiri bukanlah perbuatan,melainkan gambaran batin (jiwa) yang
tersembunyi dalam diri manusia.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa akhlak adalah nafsiyah (sesuatu yang bersifat
kejiwaan/abstrak),sedangkan bentuknya yang kelihatan berupa tindakan (mu’amalah) atau
tingkah laku (suluk) merupakan cerminan dari akhlak tadi. Seringkali suatu perbuatan
dilakukan secara kebetulan tanpa adanya kemauan atau kehendak, dan bisa juga perbuatan itu
dilakukan sekali atau beberapa kali saja, atau barangkali perbuatan itu dilakukan tanpa
disertai ikhtiar (kehendak bebas) karena adanya tekanan atau paksaan. Maka perbuatan-
perbuatan tersebut diatas tidak dapat dikategorikan sebagai akhlak.
Sebagai contoh, seseorang tidak dapat dikatakan berakhlak dermawan,apabila
perbuatan memberikan hartanya itu dilakukan hanya sekali atau dua kali saja,atau mungkin
dia memberikan itu karena terpaksa (disebabkan gengsi atau dibawah tekanan) yang
sebenarnya dia tidak menghendaki untuk melakukannya,atau mungkin untuk memberikan
7. Agama Islam 7
hartanya itu dia masih merasa berat sehingga memerlukan perhitungan dan
pertimbangan.Padahal factor kehendak ini memegang peranan yang sangat penting,karena dia
menunjukkan adanya unsur ikhtiar dan kebebasan,sehingga suatu perbuatan bisa disebut
perbuatan akhlak.
2.4 Jenis-jenis Akhlak
2.4.1 Akhlak terpuji ( Mahmudah )
Penerapan akhlak sesama manusia yang dan merupakan akhlak yang terpuji adalah sebagai
berikut:
2.4.1.1 Husnuzan
Berasal dari lafal husnun ( baik ) dan Adhamu (Prasangka).
Husnuzan berarti prasangka, perkiraan, dugaan baik. Lawan kata
husnuzan adalah suuzan yakni berprasangka buruk terhadap seseorang .
Hukum kepada Allah dan rasul nya wajib.
wujud husnuzan kepada Allah dan Rasul-Nya antara lain:
Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua perintah Allah dan Rasul-
Nya Adalah untuk kebaikan manusia
Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua larangan agama pasti
berakibat buruk.
Hukum husnuzan kepada manusia mubah atau jaiz (boleh
dilakukan).Husnuzan kepada sesama manusia berarti menaruh
kepercayaan bahwa dia telah berbuat suatu kebaikan. Husnuzan
berdampak positif berdampak positif baik bagi pelakunya sendiri
maupun orang lain.
2.4.1.2 Tawaduk
Tawaduk berarti rendah hati.Orang yang tawaduk berarti orang
yang merendahkan diri dalam pergaulan.Lawan kata tawaduk adalah
takabur. Rasulullah Saw bersabda : “Barangsiapa rendah hati kepada
saudaranya semuslim maka Allah akan mengangkat derajatnya.
Dan barangsiapa mengangkat diri terhadapnya maka Allah akan
merendahkannya” (HR. Ath-Thabrani).
8. Agama Islam 8
2.4.1.3 Tasamu
Artinya sikap tenggang rasa, saling menghormati dan saling
menghargai sesama manusia. Allah berfirman,
”Untukmu agamamu, dan untukku agamaku”. (Q.S. Alkafirun/109:
6) Ayat tersebut menjelaskan bahwa masing-masing pihak bebas
melaksanakan ajaran agama yang diyakini.
2.4.1.4 Ta’awun
Ta’awun berarti tolong menolong, gotong royong, bantu
membantu dengan sesama manusia. Allah berfirman, ”
“…dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan
permusuhan…”(Q.S. Al Maidah/5:2)
Selain sifat-sifat di atas masih banyak lagi sifat-sifat terpuji lainya
yang menjadi patokan akhlak kita antar sesama.
2.4.2 Akhlak Tercela ( Mazmumah)
a. Hasad
Artinya iri hati, dengki. Iri berarti merasa kurang senang atau cemburu melihat orang
lain beruntung. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Janganlah kamu saling membenci dan
janganlah kamu saling mendengki, dan janganlah kamu saling menjatuhkan. Dan hendaklah
9. Agama Islam 9
kamu menjadi hamba Allah yang bersaudara dan tidak boleh seorang muslim mendiamkan
saudaranya lebih dari tiga hari“. (HR. Anas).
b. Dendam
Dendam yaitu keinginan keras yang terkandung dalam hati untuk membalas
kejahatan. Allah berfirman:
”Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan (balasan) yang sama dengan siksaan yang
ditimpakan kepadamu. Tetapi jika kamu bersabar, sesungguhlah itulah yang terbaik bagi
orang yang sabar” (Q.S.An Nahl/16:126)
c. Gibah dan Fitnah
Membicarakan kejelekan orang lain dengan tujuan untuk menjatuhkan nama baiknya.
Apabila kejelekan yang dibicarakan tersebut memang dilakukan orangnya dinamakan
gibah.Sedangkan apabila kejelekan yang dibicarakan itu tidak benar, berarti pembicaraan itu
disebut fitnah. Allah berfirman,
”…dan janganlah ada diantara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada
diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa
jijik…” (Q.S. Al Hujurat/49:12).
d. Namimah
Adu domba atau namimah, yakni menceritakan sikap atau perbuatan seseorang yang
belum tentu benar kepada orang lain dengan maksud terjadi perselisihan antara keduanya.
Allah berfirman,
10. Agama Islam 10
”Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik(keluar dari ketaatan
kepada Allah dan Rasul-Nya datang kepadamu membawa suatu berita maka telitilah
kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan),
yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.” (Q.S. Al-Hujurat/49:6)
2.5 Karakteristik Akhlak
Kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh Alquran dan Sunnah, mengandung muatan
universalistik dan partikularistik. Muatan universalistik merupakan “common platform”(titik
persamaan) nilai-nilai moral lain yang ada di dunia, sedangkan muatan partikularistik
menunjukkan cirri khas dan karakteristik akhlak Islam yang berbeda dengan yang lainnya.
Ciri khas dan karakteristik akhlak Islam itu meliputi:
1. Akhlak Rabbaniyah
Akhlak rabbaniyah memiliki pengertian bahwasanya wahyu Ilahi merupakan
“reference source” (sumber rujukan) ajaran akhlak. Hal ini tidak berarti mengandung
kontradiksi dengan pendapat akal sehat, karena kebaikan yang diajarkan oleh wahyu adalah
kebaikan menurut akal dan yang diajarkan sebagai keburukan menurut wahyu adalah
keburukan menurut akal.
2. Akhlak Insaniyah
Akhlak insaniyah mengandung pengertian bahwa tuntutan fitrah dan eksistensi
manusia sebagai makhluk yang bermartabat, sesuai dan ditetapkan oleh ajaran akhlak.
Kecenderungan manusia kepada hal-hal yang positif dan ketetapan akal tentang kebaikan,
secara langsung akan terpenuhi dan bertemu dengan kebaikan ajaran akhlak. Orientasi akhlak
insaniyah ini, tidak terbatas pada perikemanusiaan yang menghargai nlai-nilai kemanusiaan
secara umum, tetapi juga mencakup kepada perikemakhlukan, dalam pengertian
menanamkan rasa cinta terhadap semua makhluk Allah.
11. Agama Islam 11
3. Akhlak Jami’iyah
Akhlak jami’iyah mempunyai arti bahwa kebaikan yang terkandung di dalamnya
sesuai dengan kemanusiaan yang universal, kebaikannya untuk seluruh umat manusia di
segala zaman dan di semua tempat, mencakup semua aspek kehidupan baik yang berdimensi
vertikal maupun yang berdimensi horisontal.
4. Akhlak Wasithiyah
Akhlak wasithiyah berarti bahwasanya ajaran akhlak itu menitikberatkan
keseimbangan (tawassuth) antara dua sisi yang berlawanan, seperti keseimbangan antara
rohani dan jasmani, keseimbangan antara dunia dan akhirat, dan seterusnya.
Allah swt. dalam firman-Nya mengilustrasikan tentang dua kelompok manusia yang memiliki
sifat saling berlawanan. Kelompok pertama hanya memprioritaskan kehidupan dunianya,
dengan sekuat tenaga berusaha memenuhi tuntutan-tuntutan hedonistiknya dan membunuh
kesadarannya akan kehidupan akhirat.
Sedangkan kelompok yang kedua berusaha menyeimbangkan kepentingan hidupnya di dunia
dan di akhirat serta merasa takut akan siksa neraka. Kelompok pertama akan mendapatkan
keinginan-keinginan duniawinya, namun di akhirat tidak mendapatkan apa-apa, sedangkan
kelompok yang kedua benar-benar akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
5. Akhlak Waqi’iyah
Akhlak waqi’iyah mengandung pengertian bahwasanya ajaran akhlak memperhatikan
kenyataan (realitas) hidup manusia didasari oleh suatu kenyataan, bahwasanya manusia itu di
samping memiliki kualitas-kualitas unggul, juga memiliki sejumlah kelemahan. Firman Allah
berikut memperjelas kondisi objektif manusia paling mendasar: “Dan jiwa serta
penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan)
kefasikan dan ketakwaannya. (Q.S. 91:7-8) Ayat di atas memberikan pemahaman
bahwasanya manusia memiliki dua potensi yang berhadapan secara diametral. Satu potensi
menunjukkan kualitas insaniyah dan yang satunya lagi manunjukkan kelemahan. Dalam ayat
lain terdapat sebuah ilustrasi, bahwasanya kondisi realitas menjustifikasi untuk melakukan
sesuatu yang tadinya terlarang. “Barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang
dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak ada dosa baginya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. 2:173) Dengan
memahami karakteristik akhlak Islam ini, mudah-mudah kita terpacu untuk mewujudkan
akhlak Islam di pentas kehidupan sehingga harmoni tercipta di muka bumi.
12. Agama Islam 12
2.6 Pembentukan Akhlak
Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Akhlak antara lain adalah:
2.4.1 Insting (Naluri)
Aneka corak refleksi sikap, tindakan dan perbuatan manusia dimotivasi
oleh kehendak yang dimotori oleh Insting seseorang ( dalam bahasa Arab
gharizah). Insting merupakan tabiat yang dibawa manusia sejak lahir.
Para psikolog menjelaskan bahwa insting berfungsi sebagai motivator penggerak yang
mendorong lahirnya tingkah laku antara lain adalah:
a. Naluri Makan (nutrive instinct). Manusia lahir telah membawa suatu hasrat makan
tanpa didorang oleh orang lain.
b. Naluri Berjodoh (seksul instinct).
c. Naluri Keibuan (peternal instinct) tabiat kecintaan orang tua kepada anaknya dan
sebaliknya kecintaan anak kepada orang tuanya.
d. Naluri Berjuang (combative instinct). Tabiat manusia untuk mempertahnkan diri
dari gangguan dan tantangan.
e. Naluri Bertuhan. Tabiat manusia mencari dan merindukan penciptanya.
Naluri manusia itu merupakan paket yang secara fitrah sudah ada dan tanpa perlu
dipelajrari terlebih dahulu.
2.4.2 Adat atau Kebiasaan
Adat atau Kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang
dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi
kebiasaan. Abu Bakar Zikir berpendapat: perbuatan manusia, apabila dikerjakan
secara berulang-ulang sehingga mudah melakukannya, itu dinamakan adat
kebiasaan.
2.4.3 Wirotsah (keturunan)
Warisan adalah: Berpindahnya sifat-sifat tertentu dari pokok (orang tua)
kepada cabang (anak keturunan). Sifat-sifat asasi anak merupakan pantulan sifat-
sifat asasi orang tuanya. Kadang-kadang anak itu mewarisi sebagian besar dari
salah satu sifat orang tuanya.
13. Agama Islam 13
2.4.4 Milieu
Artinya suatu yang melingkupi tubuh yang hidup meliputi tanah dan udara
sedangkan lingkungan manusia, ialah apa yang mengelilinginya, seperti negeri,
lautan, udara, dan masyarakat. milieu ada 2 macam:
a. Lingkungan Alam
Alam yang melingkupi manusia merupakan faktor yang mempengaruhi
dan menentukan tingkah laku seseorang. Lingkungan alam mematahkan atau
mematangkan pertumbuhn bakat yang dibawa oleh seseorang.
Pada zaman Nabi Muhammad pernah terjadi seorang badui yang kencing di
serambi masjid, seorang sahabat membentaknya tapi nabi melarangnya.
Kejadian diatas dapat menjadi contoh bahwa badui yang menempati
lingkungan yang jauh dari masyarakat luas tidak akan tau norma-norma yang
berlaku.
b. Lingkungan pergaulan
Manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Itulah
sebabnya manusia harus bergaul. Oleh karena itu, dalam pergaulan akan saling
mempengaruhi dalam fikiran, sifat, dan tingkah laku. Contohnya Akhlak orang
tua dirumah dapat pula mempengaruhi akhlak anaknya, begitu juga akhlak
anak sekolah dapat terbina dan terbentuk menurut pendidikan yang diberikan
oleh guru di sekolah.
2.7 Jalan Pembentuk Akhlak Mulia
Dari sini dapat disimpulkan bahawa akhlak merupakan sesuatu yang semulajadi tetapi
ianya perlu dibentuk. Terdapat beberapa cara untuk membentuk dan membina akhlak mulia.
Antara cara-cara itu ialah melalui :
1. Pendidikan Iman sebagai Asas Akhlak
Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mencorak manusia menjadi
seseorang yang beriman. Iman adalah asas kepada akhlak Islam. Tidak akan
sempurna iman seseorang jika tidak disertai oleh akhlak yang baik. Contohnya
dengan melaksanakan segala perintah Allah yang berupa ibadah kerana kesemua
14. Agama Islam 14
perintah Allah tersebut bertujuan untuk membersihkan diri dan menyuburkan jiwa
manusia dengan sifat-sifat terpuji.
Lantaran itu setiap ayat al-Quran menyeru manusia berbuat baik dan
mencegah manusia daripada melakukan perbuatan mungkar. Biasanya didahului
dengan panggilan "Wahai orang-orang yang beriman" kemudian barulah diikuti
dengan perintah atau larangan.
Pendidikan iman bolehlah disimpulkan sebagai suatu pemulihan tenaga
keimanan seseorang supaya dapat mempertahankan diri manusia daripada segala
kerendahan dan keburukan serta dapat mendorong manusia ke arah kemuliaan.
2. Melalui Latihan dan Bimbingan Pendidik Berkualiti
Pendidikan yang diberikan itu hendaklah bermula dari rumah yang
ditangani oleh ibu bapa. Selepas itu barulah berpindah ke peringkat sekolah hingga
ke pusat pengajian tinggi bagi pendidikan berbentuk formal.
Ibu bapa seharusnya mempunyai keperibadian dan akhlak yang mantap sebagai
pendidik dan pembinbing seperti lemah lembut dalam pertuturan, pergaulan, sabar,
lapang dada, istiqamah, berwawasan dan seumpamanya.
3. Mengambil Rasulullah saw Sebagai Contoh
Rasulullah adalah contoh teladan dan ikutan yang paling tepat bagi semua
peringkat kehidupan. Bersesuaian dengan itu, Allah swt telah berfirman bahawa
Nabi Muhammad saw diutuskan kepada manusia untuk menyempurnakan akhlak
di kalangan mereka. Firman Allah yang bermaksud : "Demi sesungguhnya bagi
kamu pada diri Rasulullah saw itu contoh ikutan yang baik bagi orang-orang yang
sentiasa mengharapkan keredhaan Allah dan balasan baik di hari akhirat serta
sentiasa menyebut dan memperingati Allah dalam masa senang dan susah."
2.8 Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlak
Dengan mempelajari ilmu akhlak, diharapkan setiap muslim mampu mengaplikasikan
ajaran-ajaran terpuji yang bersumber dari Alquran dan Al Hadits. Berkenaan dengan hal ini
dalam kutipan buku “Akhlak Tasawuf” krangan Abudin Nata, Ahmad Amin mengatakan
sebagai berikut:
15. Agama Islam 15
Tujuan mempelajari ilmu akhlak dan permasalahannya menyebabkan kita dapat
menetapkan sebagian perbuatan lainnya sebagaian yang baik dan sebagian yang buruk.
Bersikap adil termasuk baik. Sedangkan berbuat zalim termasuk perbuatan buruk, membayar
hutang kepada pemiliknya termasuk perbuatan baik , sedangkan mengingkari hutang
termasuk perbuatan buruk.
Selanjutnya Mustafa Zahri mengatakan bahwa tujuan perbaikan akhlak itu, ialah
untuk membersihkan kalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarah sehingga hati
menjadi suci bersih bagaikan cermin yang dapat menerima nur cahaya tuhan. (Abudin Nata
1996: 13)
Keterangan tersebut memberi petunjuk bahwa ilmu akhlak berfungsi memberikan panduan
kepada manusia agar mampu menilai dan menentukan suatu perbuatan untuk selanjutnya
menetapkan bahwa perbuatan tersebut termasuk perbuatan yang baik dan buruk. (Abudin
Nata 1996: 14)
Perbuatan-perbuatan baik yang sesuai dengan norma-norma ajaran Islam lahir dari
cinta yang tulus dan sempurna kepada Allah yang mendalam dalam hati seorang mukmin.
Hamka mengemukakan pendapat Imam Ghazali yang menyatakan bahwa yang mendorong
hati seseorang berbuat baik adalah: (Ajad Sudrajat, dkk 2013:103 (Asmaraman 2004:148)
a) Karena bujukan atau ancaman dari orang yang diingini rahmatnya atau ditakuti
siksanya.
b) Mengharap pujian dari yang akan memuji, atau menakuti celaan dari yang akan
mencela.
c) Mengerjakan kebaikan karena memang dia baik, dan Bercita-cita hendak menegakkan
budi yang utama.
Tujuan lain dari mempelajari akhlak adalah mendorong kita menjadi orang-orang
yang mengimplementasikan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari. Ahmad Amin
menjelaskan etika (akhlak) tidak dapat menjadikan semua manusia baik. Kedudukannya
hanya sebagai dokter. Ia menjelaskan kepada pasien tentang bahaya minuman keras dan
dampak negatifnya terhadap akal. Si pasien boleh memilih informasi yang disampaikan
dokter tersebut: meninggalkannya agar tubuhnya sehat atau tetap meminumnya dan dokter
tidak dapat mencegahnya. Etika tidak dapat menjadikan manusia baik atau buruk. Etika tidak
akan bermanfaat apa-apa jika petunjuk-petunjuknya tidak diikuti. Tujuan etika bukan hanya
sebagai teori, tetapi juga mempengaruhi dan mendorong kita supaya membentuk hidup suci
serta menghasilkan kebaikan dan kesempurnaan. (Anwar, Rosihon 2010:29)
16. Agama Islam 16
Akhlak yang mulia juga berguna dalam mengarahkan dan mewarnai berbagai aktivitas
kehidupan manusia di degala bidang. Seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan dan
teknologi yang maju yang disertai dengan akhlak yang mulia, niscaya ilmu pengetahuan dan
teknologi modern yang ia milikinya itu akan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kebaikan
hidup manusia.
Sebaliknya orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi modern, memiliki
pangkat, harta, kekuasaan dan sebagainya namun tidak disertai dengan akhlak yang mulia,
maka semuanya itu akan disalahgunakan yang akibanya akan menimbulkan bencana di muka
bumi. (Nata, Abuddin 2011:15)
Dengan demikian Ilmu akhlak bertujuan sebagai pedoman atau pun penerang bagi
kaum manusia dalam mengetahui perbuatan yang baik atau yang buruk. Perbuatan baik
membutuhkan pembiasaan setiap hari. Berusaha melakukan perbuatan yang baik dan
berusaha menjauhi perbuatan yang buruk. Perbuatan yang baik akan banyak halangannya.
Berbekal akhak yang mulia, seorang mukmin akan semakin teruji dan menjadi insan yang
terpuji.
2.9 Faktor Faktor Keruntuhan Akhlak
Faktor keruntuhan akhlak dapat disebabkan oleh:
1. lingkungan sosial
Faktor lingkungan sosial banyak mempengaruhi pembentukan peribadi seseorang.
Antaranya ialah :
a) Individu yang hidup dalam keluarga yang tidak mengamalkan cara hidup yang
berakhlak, maka jiwanya akan terdidik dengan tingkah laku, tutur kata dan gaya
hidup yang tidak baik.
b) Kehadiran teknologi canggih dalam media massa sama ada bercetak atau
elektronik juga sedikit sebanyak memberi kesan dalam pembentukan akhlak
seseorang yaitu melalui adegan-adegan ganas dan berunsur seks yang boleh
merosakkan jiwa mereka.
c) Pengaruh rakan sebaya dan masyarakat sekeliling juga merupakan faktor yang
membentuk keperibadian dan akhlak seperti tingkah laku, tutur kata dan cara
bertindak.
Budaya masyarakat yang cenderung ke arah liberalisme juga membawa
masyarakat kini mudah terjebak dengan budaya rock, rap, lepak dan
seumpamanya.
17. Agama Islam 17
2. Nafsu
Nafsu adalah anugerah Allah swt kepada manusia dan nafsu juga adalah
musuh sebati dengan diri manusia yang melaksanakan hasrat nafsu manusia. Manusia
yang terlalu menurut kehendak nafsunya akan terdorong untuk melakukan keburukan.
Seandainya nafsu tidak dapat dikawal, sudah asti boleh menghilangkan maruah diri,
agama dan nilai budaya sesebuah masyarakat dan membawa kepada kemungkaran
sebagaimana berlaku dalam masyarakat kini.
3. Syaitan
Satu lagi musuh ghaib yang sentiasa mendampingi manusia dengan
memperalatkan nafsu manusia iaitu syaitan. Fungsi syaitan adalah sebagai agen
perosak akhlak manusia berlaku sejak Nabi Adam a.s. dan berterusan hingga ke hari
kiamat.
2.10 Cara Mengatasi dan Memperbaiki Akhlak dalam Islam
Cara mengatasi dan memperbaiki akhlak dalam Islam :
a) Menguatkan nilai-nilai aqidah dan keimanan dalam jiwa.
b) Mengawal pancaindera daripada melihat atau mendengar perkara-perkara yang
membangkitkan atau menguatkan syahwat dan hawa nafsu yang menjadi punca
segala sifat buruk dan keji.
c) Mempelajari huraian atau penjelasan al-Quran dan Hadith serta penafsirannya oleh
para ulama mengenai akhlak terpuji untuk membersihkan jiwa.
d) Melatih diri membiasakan perbuatan-perbuatan baik seperti ibadah berupa solat,
puasa dan lain-lain dan menjauhkan diri daripada segala perbuatan buruk dan keji.
e) Berkawan dan berjiran dengan orang-orang yang berakhlak mulia kerana kawan atau
jiran memberi kesan atau pengaruh dalam pembinaan akhlak seseorang.
f) Mempelajari kehidupan para nabi, sahabat, ulama atau auliya dan menjadikan
kehidupan mereka sebagai contoh teladan dalam kehidupan kita.
g) Dalam segala tindak tanduk kita hendaklah sentiasa mengikuti dan menggunakan
akal fikiran dan janganlah mengikut perut dan hawa nafsu kita.
h) Sentiasa berdoa memohon bantuan Allah swt agar dilengkapkan diri dengan akhlak
yang mulia dan mendapatkan perlindungan daripada perkara-perkara yang tidak
diingini.
18. Agama Islam 18
2.11 Dasar atau Alat Pengukur Baik Buruknya Akhlak
Dalam Islam, dasar atau alat pengukur yang menyatakan baik-buruknya sifat seseorang
itu adalah Al-Qur’an dan As-Sunah Nabi SAW. Apa yang baik menurut Al-Qur’an dan As-
Sunah, itulah yang baik untuk dijadikan pegangan dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya,
apa yang buruk menurut al-Qur’an dan as-Sunnah, itulah yang tidak baik dan harus dijauhi.
(M. Ali Hasan, 1978:11) Dasar akhlak yang dijelaskan dalam al-Qur’an yaitu:
لَقَقْ قاقنَ لكُمقْ ليْ س لوُلقِ ِ ُسقوللٌُ ُسقنقةقٌ لِّقَْ قاقنَ ويُْ لُقا قِ قا لوقَلْيقَ قُِ ل ي قُقَقرقَ قِ يَُلَقرَ
Artinya :”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah”. (Q.S.al-Ahzab : 21)
Sedangkan dalam Alquran hanya ditemukan bentuk tunggal dari akhlak yaitu khuluq
(QS. Al Qalam (68): 4) (Marzuki:2012)
قنَّك َ لقعقلقْ ُلُعُِ ُلكَمقٍ
“Dan sungguh-sungguh engkau berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al Qalam (68): 4)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
ُكقَلَقٌ قِّلَننيلَُْي َننكقَلا لكُسُنقةلٌقٌ َنَُعُِ
Artinya: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik
akhlaknya.”(HR. At-Tirmidzi)
Sungguh Rasulullah memiliki akhlak yang sangat mulia. Segala perbuatan dan perilaku
Beliau berpedoman pada Al Quran. Aisyah memberikan gambaran yang sangat jelas akan
akhlak beliau dengan mengatakan:
قاقنَ ُلَُُعُِ لا لَُُْي
Artinya: “Akhlak beliau adalah Al Quran.” (HR Abu Dawud dan Muslim)
Maksud perkataan ‘Aisyah adalah bahwa segala tingkah laku dan tindakan Rasul, baik yang
lahir maupun batin senantiasa mengikuti petunjuk dari al-Qur’an.
Al-Qur’an selalu mengajarkan umat Islam untuk berbuat baik dan menjauhi segala
perbuatan yang buruk. Ukuran baik dan buruk ini ditentukan oleh Al-Qur’an. (A. Zainuddin
dan Muhammad Jamhari 1999: 74)
Setiap orang yang dekat dengan Rasulullah SAW dalam akhlaknya maka ia dekat
dengan Allah, sesuai kedekatannya dengan beliau. Setiap orang yang memiliki
kesempurnaan akhlak tersebut, maka ia pantas menjadi seorang raja yang ditaati yang
dijadikan rujukan oleh seluruh manusia dan seluruh perbuatannya dijadikan panutan.
19. Agama Islam 19
Sementara orang yang tak punya seluruh akhlak tersebut, maka ia bersifat dengan lawannya,
sehingga ia pantas terusir dari seluruh negeri dan oleh manusia. Karena ia sudah dekat
dengan setan yang terlaknat dan terusir, sehingga ia harus diusir. (Mahmud, Ali Abdul Halim
2004:31)
Dasar akhlak dari hadits yang secara eksplisit menyinggung akhlak tersebut yaitu
sabda Nabi:
نقََّكي ُعلرُلُ قكَقَُِّ قاِقنمقن قأ قخلِق لَي
Artinya : “Bahwasanya aku (Rasulullah) diutus untuk menyempurnakan keluhuran akhlak”.
(HR. Ahmad) Jika telah jelas bahwa al-Qur’an dan hadits rasul adalah pedoman hidup yang
menjadi asas bagi setiap muslim, maka teranglah keduanya merupakan sumber akhlaqul
karimah.
20. Agama Islam 20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk , antara yang
terpuji dan yang tercela , tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin. Maksud
dari akhlak itu sendiri adalah adanya hubungan antara khaliq dan makhluk , dan antara
makhluk dengan makhluk. Kita harus membiasakan diri berakhlak terpuji dalam kehidupan
sehari hari agar semuanya berjalan sesuai dengan perintah dan larangan dari Allah Swt.
3.2 Saran
Sebagai seorang mahasiswa, alangkah lebih baik jika kita mempelajari materi tentang
akhlak dari berbagai sumber, baik dari buku maupun situs internet. Agar nantinya kita mudah
dalam memahami dan kita akan lebih mudah dalam penulisan makalah kedepannya. Dalam
penulisan makalah ini kami menyadari banyka kekurangan dan kesalahan dalam
penyampaian maupun penulisan kalimat. Oleh karena itu,kami sebagai penulis makalah ini
meminta kritik dan saran sehingga kedepannya kami dapat menulis makalah ini dengan baik.
21. Agama Islam 21
DAFTAR PUSTAKA
Nurasmawi. 2011. Buku Ajar Aqidah Akhlak, Pekanbaru
Yayasan Pusaka Riau Anwar,Khairul.2014. Pengantar Studi Islam: Rajawali Pers
http//www,urgensiakhlakdalamkehidupan.com http//akhlakdalamislam.com
Rajab, Khairunnas. 2012. Agama Kebahagian.Yogyakarta
Pustaka Pesantren Ritonga, Rahman. 2005. Merakit Hubungan dengan Sesama Manusia.
Amelia Surabaya http//www.perbedaanakhlakdanmoral.com
http//www.pengertianetika.com
[1]Nurasmawi, Buku Ajar Akidah Akhlak. hal. 48
[2]Anwar Khairul. Pengantar Studi Islam. hal. 216-219
[3] Khairunnas Rajab. Agama Kebahagiaan.hlm 137