1. SEJARAH & LATAR BELAKANGSEJARAH & LATAR BELAKANG
TES PSIKOLOGISTES PSIKOLOGIS
Pengantar Pengukuran Psikologis
2. Sejarah perkembangan test
• Pokok Bahasan:
–Penggunaan test sebelum abad 19
–Perkembangan setelah abad 19
–Peranan tokoh-tokoh tertentu
–Pembakuan achivement test
–Asesmen kepribadian
3. Pengunaan test sebelum abad 19
• Kekaisaran Cina menggunakan test untuk
menguji pegawai negrinya
• Kerajaan Yunani Kuno menggunakan test
untuk mengevaluasi proses pendidikan
• Di abad pertengahan Universitas di Eropah
mulai menggunakan test untuk pendidikan
formal
• Di abad 19 muncul kebutuhan untuk
mengklasifikasikan kelainan fungsi mental
– 1838 Esquirol
– 1866 Seguin
4. Perkembangan test sejak abad 19
Di abad 19 disadari pentingnya
memberikan perla-kuan dan perawatan
yang tepat bagi pasien dengan gangguan
mental. Diperlukan kriteria yang seragam
untuk mengenali, mengklasifikasikan dan
membeda-kan antara gangguan emosional
dari keterbelakangan mental
Ada tiga tokoh penting: Esquirol Seguin
Binet
5. Perkembangan test sejak abad 19 (2)
Esquirol: 1838
• mempublikasikan ‘Mental Retardation’ (MR)
berdasarkan macam dan tingkat gangguannya
Seguin: 1837
• memelopori pemberian pelatihan bagi penderita
MR
• memberi perhatian pada aspek diskriminasi
sensoris dan pengembangan kendali motorik
pada anak. Dasar ini kemudian menjadi dasar
dari tes inteligensi non-verbal
Binet: (50 thn kemudian)
• menjadi ketua komisi dlm pemerintah P’cis
untuk melakukan studi bagi anak-anak
6. Peranan Esquirol
• Mulai bekerja di institusi yang perawatan
penderita gangguan mental.
• Menemukan adanya perbedaan tingkat
gangguan
• Mulai dibuat kriteria baku untuk mengenali
dan klasifikasi kasus.
• Merupakan orang pertama yang
mengklasifikasikan tingkat gangguan mental.
• Ia menemukan bahwa kemampuan verbal
berhubungan dengan tingkat inteligensi
7. Peranan Seguin
• Merupakan pelopor dalam usaha melatih
orang dengan keterbelakangan mental
• Ia melatih penginderaan dan kerja otot
• Latihannya menggunakan “form-board”
untuk melatih kemampuan diskriminasi
sensoris.
• Alat ini lalu dimanfaatkan untuk menyusun
test inteligensi performance
8. Awal penggunaan test-2
• Di akhir abad 19 muncul experiment psikologis
yang menemukan pentingnya kontrol terhadap
pelaksanaan experimen
Wundt (1879) Galton (1883) Cattell (1890)
• Binet (&Simon) menyiapkan test pertama (1905)
• Di saat perang dunia 1 Amerika memerlukan
cara cepat merekrut prajurit. Dikembangkan Test
Clasical dibawah pengarahan R,M. Yerkes dan
Arthur S Otis. Dinamai Army Alpha dan Army
Beta
9. Sejarah pengukuran psikologis (2)
Psikolog eksperimental:
• masalah dlm studi eksperimental mereka
sebagian besar diarahkan pada kepekaan
visual, auditif, rangsangan sensoris dan ‘waktu
reaksi’ sederhana. Penekanan pada gejala
sensoris akhirnya menjadi dasar dari
pengukuran psiologis
• standardisasi dalam prosedur eksperimen
memberi arah khusus pada prosedur
pengukuran psikologis
10. Lanjutan Sejarah pengukuran psikologis (2)
Galton:
• minat utama studinya adalah pada masalah
‘heriditer’ dan mempelajari secara sistimatik
data antropometrik. Ia yakin bhw pengukuran
diskriminasi sensoris dapat dipakai utk
memperkirakan tingkat kecerdasan seseorang
• pelopor dlm menerapkan skala rating, metoda
kuesioner dan teknis asosiasi bebas
• mengembangkan metoda statistik dalam
menganalisis data perbedaan individual
11. Peranan Cattell
• Menulis disertasi tentang waktu reaksi
• Memperkenalkan istilah “mental test” dalam
artikel yang menggambarkan rangkaian test
yang mengukur tingkat inteligensi
• Testnya mencakup pengukuran kekuatan
otot, kecepatan gerak, kepekaan terhadap
rasa sakit, ketepatan pendengaran dan
pengamatan, kemampuan membedakan
berat, daya ingat dan sebagainya
• Menemukan hubungan antara tingkat
inteligensi dan kemampuan diskriminasi
sensoris dan waktu reaksi
12. Peranan Kraepelin & Ebbinghaus
Kraepelin
• Bekerja sebagai klinisian
• Mengembangkan test untuik
mengukur daya ingat, daya tahan
terhadap stres dan kelelahan
• Melakukan pengukuran mengenai ciri
individu
13. Peranan Kraepelin & Ebbinghaus
Testnya berupa hitungan sederhana
dan dirancang untuk mengukur hasil
latihan, ingatan, daya tahan terhadap
kelelahan dan gangguan
Ebbinghaus (1897)
• Mengembangan test arithmatic, memori
span, sentence completion.
14. Peranan Binet (1)
• Mengeritik test-test sebelumnya sebagai
terlalu menekankan penginderaan dan hanya
terpusat pada kemampuan sederhana.
• Mengembangkan test-test yang mencakup
fungsi ingatan, imajinasi, atensi,
comprehension, apresiasi aestetik dll
• 1904 ditugaskan oleh mentri “Public
Instruction” untuk mengembangkan
prosedur pendidikan untuk anak terbelakang.
15. Peranan Binet (2)
• 1905 Menyiapkan test Binet-Simon.
• Terdiri dari 30 soal yang mencakup,
penilaian, comprehension, reasoning (yg
menurut Binet adalah unsur utama
inteligensi) dengan proporsi item verbal
mendominasi proporsi item sensori dan
perseptual
• Menemukan kemampuan rata-rata bagi tiap
kelompok umur dari anak normal.
• Menetapkan derajat sukar item berdasarkan
kemampuan banyaknya anak normal pada
usia tertentu yang bisa menyelesaikan soal.
16. Peranan Binet (3)
• Nilai peserta (anak) mencerminkan
kemampuan mentalnya dalam perbandingan
dengan kemampuan anak normal dan
disebut sebagai Mental Level (Mental Age)
• Test ini dikemudian hari direvisi oleh Terman
Cs di Universitas Stanford dan dikenal luas
dengan nama Stanford-Binet.
• Hasil seseorang dalam test ini diungkapkan
sebagai IQ yaitu perbandingan antara Usia
Mental dan Usia Kalender
17. Test Kelompok
• Semua test Binet tergolong sebagai test
individual, yang terutama bermanfaat untuk
kepentingan klinis dan kasus individual
• Jenis test kelompok mulai dikembangkan
pada saat Amerika terlibat perang dunia I
(1917), untuk kepentingan merekrut kurang
lebih satu setengah juta prajurit
• Hasil test dibutuhkan untuk menentukan
diterima tidaknya calon, untuk
penempatan, dan penerimaan calon
perwira
18. Lanjutan Test Kelompok
• Hasil test dibutuhkan untuk menentukan
diterima tidaknya calon, untuk
penempatan, dan penerimaan calon
perwira
• Penyusunan dikoordinir oleh R. Yerkes
dengan bantuan Arthur S Otis yang
memperkenalkan multiple choice dan tipe
item objective lainnya
• Dikembangkan 2 jenis yaitu Army Alpha
(untuk orang normal) dan Army Beta (untuk
buta huruf dan orang asing).
19. Aptitude Test
• Test inteligensi dinilai terlalu global, sulit
digunakan untuk Vocational Counseling maupun
proses seleksi dilingkungan industri dan militer
• Untuk itu dikembangkan test Bakat, khususnya
untuk Mekanikal, Klerikal, Musik dan Artistik
• Perkembangan aptittude test didorong penemuan
bahwa ada jenis-item yang mudah bagi orang-
orang tertentu tetapi sukar bagi orang orang lain
• Pada awalnya yang dikembangkan adalah single
Aptitude Test, yaitu test untuk mengukur bakat di
bidang tertentu saja
20. Peranan Spearman, Thurstone & Kelly
• Spearman merintis penelitian mengenai hubungan
antar skor yang diperoleh orang yang sama pada
sejumlah besar test, dengan menggunakan teknik
faktor analisis. Penelitian serupa juga dilakukan
Kelly dan Thurstone.
• Dikembangkan teori tentang adanya bidang-bidang
bakat yaitu: verbal comprehension, numerical
reasoning, spatial, perceptual, dan mechanical.
• Belakangan dikembangkan multiple aptittude test
yang sekaligus mengukur bakat dalam sejumlah
bidang
21. Pembakuan test prestatif
• Boston public school jadi pelopor
penggunaan test achievement secara tertulis
• Dengan demikian semua murid mendapat
soal yang sama, cakupan test bisa lebih luas
serta mengurangi bias serta mengurangi
subjektifitas, keberuntungan maupun
favoritism
• Pada akhirnya hal di atas dijadikan alasan
untuk mengganti esai dengan test pilihan
ganda
22. Asesmen kepribadian
• Digunakan terbatas pada pengukuran
karakteristik kepribadian yang tidak tergolong
ke dalam dimensi interligensi; (misalnya
Keadaan emosional Hubungan interpersonal, Motivasi
, minat, sikap dlsb)
• Tonggak awal test kepribadian adalah test
adalah asosiasi bebas dari Kraepelin yang
diberikan pada pasien psikiatri
• Test asosiasi bebas juga digunakan meneliti
efek psikologis dari kelelahan, kelaparan dan
penggunaan obat
• Kemudian berkembang self report invetories,
situational test, projective technique etc