SlideShare a Scribd company logo
1 of 179
Download to read offline
Kabupaten Sukoharjo IV-1
BAB IV
ANALISIS PENGEMBANGAN DAN FUNGSI WILAYAH
4.1 Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan
Analisis aspek fisik dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Sukoharjo meliputi analisis geologi lingkungan, kelayakan dan kesesuaian lahan,
analisis sumber daya tanah, analisis sumber daya air, hutan dan tambang serta
pencemaran lingkungan. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui daya dukung
aspek fisik wilayah Kabupaten Sukoharjo dalam mendukung kegiatan
pembangunan dan pengembangan ruang.
4.1.1 Analisis Geologi Lingkungan
Secara umum kondisi eksisting geologi lingkungan pada Kabupaten
Sukoharjo dibagi menjadi 4 bagian, yaitu daerah bagian timur, tengah, selatan
dan utara. Jenis Batuan yang tersebar pada keempat bagian tersebut memiliki 4
jenis batuan, yaitu batuan alluvium, batuan gunung api lawu, batuan gunung api
merapi, dan formasi mandalika. Berdasarkan dari keempat bagian tersebut, pada
bagian utara merupakan batuan dengan jenis dari sisa gunung api merapi yang
meliputi Kecamatan Kartasura, Kecamatan Gatak, Kecamatan Baki, Kecamatan
Grogol, serta sebagian dari Kecamatan Sukoharjo, Mojolaban dan Polokarto.
Pada bagian daerah selatan Kabupaten Sukoharjo, kondisi batuan yang terdapat
di Kawasan tersebut mayoritas merupakan jenis batuan alluvium endapan
dataran, berbutir kasar hingga sedang (kerikil dan pasir) dengan sisipan lempung
serta batuan jenis formasi mandalika. Daerah bagian selatan dengan jenis
batuan alluvium terdapat pada Kecamatan Tawangsari, Kecamatan Bulu dan
Kecamatan Nguter, sedangkan daerah dengan batuan jenis formasi mandalika
terdapat pada Kecamatan Weru. Daerah tengah secara umum mempunyai
kondisi geologi dari endapan batuan alluvium (breksi, tufa dan lava). Bagian
tengah dari Kabupaten Sukoharjo dengan keadaan geologis tersebut merupakan
Kecamatan Sukoharjo, kecamatan Bendosari dan sebagian Kecamatan
Polokarto. Bagian utara dari Kabupaten Sukoharjoo memiliki endapan vulkanik
muda, terdiri dari tufa, lahar, breksi dan lava andesit sampai basal (batuan
Gunung api Merapi). Kelulusan tinggi hingga sedang: berkelulusan tingi terutama
Kabupaten Sukoharjo IV-2
pada lahar dan aliran lava vesikular. Daerah ini meliputi Kecamatan Mojolaban,
Grogol, Gatak, dan Kartasura. Terdapat sebagian kondisi geologis dengan
batuan jenis gunung api lawu pada Kecamatan Mojolaban.
Berdasarkan data ekisisting dari bentuk topografi dan kemiringan lereng
Kabupaten Sukoharjo, permukaan tanah pada wilayah tersebut sebagian besar
cendurung mendatar. Mayoritas wilayah pada Kabupaten Sukoharjo
kemiringannya hanya berkisar antara 0-2%, dari persentase tersebut
menunjukkan bahwa kondisi wilayah Kabupaten Sukoharjo merupakan daerah
datar yang tidak berpotensi terjadi longsor tanah, sedangkan bagian wilayah
yang lebih dari 40 % pada Kabupaten Sukoharjo dilihat dari alur konturnya hanya
terdapat di Desa Sanggang, bagian selatan Kabupaten Sukoharjo yaitu di
Kecamatan Bulu.
4.1.2 Analisis Arahan Fungsi Kawasan
Pengembangan wilayah tentu diperlukan dalam pembangunan suatu
wilayah. Hal ini dikarenakan banyaknya sarana dan prasarana yang dapat
dibangun dari suatu wilayah maka mempengaruhi pertumbuhan kota/kabupaten
tersebut. Analisis kelayakan lahan diperlukan untuk mengetahui arahan fungsi
kawasan. Apakah kawasan tersebut dapat dibudidayakan atau tidak. Faktor yang
mempengaruhi kelayakan lahan yaitu dilihat dari jenis tanah, kelerengan dan
curah hujan. Dari faktor tersebut kawasan budidaya, kawasan lindung dan
kawasan penyangga.
 Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya
alam dan sumber daya buatan.
 Kawasan Penyangga adalah kawasan yang berfungsi menyangga
kawasan dibawahnya atau kawasan budidaya.
 Kawasan Budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,
sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
4.1.2.1 Jenis Tanah
Tanah merupakan faktor penentu untuk menunetukan suatu lahan
yang dapat dibudidayakan. Jenis tanah memiliki tingkat kepekaan yang
berbeda hal ini dikarenakan tanah tersebut memiliki tingkat permeabilitas atau
daya resapan air yang berbeda. Pada umumnya jenis tanah alluvial, latosol,
Kabupaten Sukoharjo IV-3
dan mediteran banyak menyebar di berbagai wilayah Pulau Jawa seperti salah
satunya di Kabupaten Sukoharjo. Kabupaten Sukoharjo mempunyai 6 jenis
tanah yang terdiri dari tanah alluvial, latosol, mediteran, gromosol, regosol dan
litosol. Tanah alluvial memiliki kepekaan tanah yang tidak peka dikarenakan
permeabilitas rendah sehingga memungkinkan beberapa daerah dengan jenis
tanah ini rawan terhadap banjir. Berikut data jenis tanah dengan nilai skor
sesuai dengan ketentuan kementrian kehutanan yang tersebar di Kabupaten
Sukoharjo.
Tabel IV.1
Kriteria Jenis Tanah
No Jenis Tanah
Tingkat Kepekaan
Terhadap Erosi
Skor
1
Aluvial, Tanah Clay, Planosol, Hodromorf
Kelabu, Lateris Air Tanah
Tidak Peka 15
2 Latosol Kurang Peka 30
3
Brown forest soil, Non Calcic Brown dan
Mediteran
Agak Peka 45
4
Andosol, Laterit, Grumusol, Podsol dan
Podsolik
Peka 60
5 Regosol, Litosol, Organosol dan Renzina Sangat Peka 75
Sumber: SK Menteri No. 837/KPTS/11/UM/VIII/1981
Tabel IV.2
Jenis Tanah yang terdapat Di Kabupaten Sukoharjo
No Jenis Tanah Lokasi Kepekaan Skor
1 Aluvial
Kecamatan Baki, Kecamatan Grogol,
dan kecamatan Kartasura
Tidak Peka 15
2 Latosol
Sebagian wilayah Kecamatan
Polokarto, Kecamatan Bendosari dan
Kecamatan Nguter.
Kurang
Peka
30
3 Mediteran
Sebagian Wilayah Kecamatan
Sukoharjo
Agak Peka 45
4 Gromosol
Sebagian wilayah di Kecamatan
Mojolaban, Kecamatan Polokarto,
Kecamatan Nguter, Sukoharjo dan
Tawangsari.
Peka 60
5
Regosol,
Litosol
Kecamatan Tawangsari, dan
Kecamatan Weru.
Sangat
Peka
75
Sumber: Hasil Analisis, Studio Perencanaan 2015
Kabupaten Sukoharjo IV-4
4.1.2.2 Kelerengan
Bentuk muka bumi akan memperlihatkan perbedaan yang relatif tinggi,
adanya bukit, gunung, lembah, sungai dan lain-lain. Bentang alam sebagai
hasil pengukuran topografi menunjukkan dua unsur penting yaitu kemiringan
(lereng) dan ketinggian. Keadaan umum topografi suatu wilayah dapat menuju
pada karakteristik suatu wilayah yang terdiri dari daratan dan perairan.
Kelerengan di Kabupaten Sukoharjo didominasi dengan kelerengan datar dan
landau. Berikut kriteria kelerengan lahan di Kabupaten Sukoharjo.
Tabel IV.3
Kriteria Kelerengan Lahan
Kelas
Lereng
Sudut Lereng
(%)
Kriteria Skor
I 0-8 Datar 20
II 8-15 Landai 40
III 15-25 Agak Curam 60
IV 25-40 Curam 80
V >40 Sangat Curam 100
Sumber: SK Menteri Kehutanan No. 837/KPTS/11/UM/VIII/1981
Tabel IV.4
Pembagian Kelerengan Di Kabupaten Sukoharjo
Kelas
Lereng
Sudut
Lereng
(%)
Kriteria Lokasi
Kesesuaian
Penggunaan
Skor
I 0-2 Datar
Meliputi seluruh
wilayah
Kecamatan di
Kabupaten
Sukoharjo
Cocok dikembangkan
sebagai kawasan
budidaya terutama
sebagai kawasan
permukiman, industri,
petanian lahan basah,
dan pertanian lahan
kering.
20
II 2-5 Landai
Kabupaten
Sukoharjo yang
berada di
sebagian
Kecamatan Weru,
Bulu, Tawangsari,
Nguter, Bendosari,
Polokarto,
Mojolaban, Grogol,
dan Kartasura.
Cocok dikembangkan
sebagai kawasan
budidaya
40
III 5-15
Agak
Curam
Wilayah
Kabupaten
Sukoharjo yang
berada di
sebagian
Cocok dikembangkan
sebagai kawasan
budidaya perkebunan.
60
Kabupaten Sukoharjo IV-5
Kelas
Lereng
Sudut
Lereng
(%)
Kriteria Lokasi
Kesesuaian
Penggunaan
Skor
Kecamatan
Grogol, Mojolaban,
Polokarto, Nguter,
Bendosari, Bulu,
Weru, dan
Tawangsari.
IV 15-40 Curam
Seluruh wilayah
Kabupaten
Sukoharjo yang
berada di
sebagian
Kecamatan
Grogol, Polokarto,
Nguter, Bendosari,
Bulu, Weru, dan
Tawangsari.
Cocok dikembangkan
sebagai kawasan
penyangga
80
V >40
Sangat
Curam
Seluruh wilayah
Kabupaten
Sukoharjo, yang
berada di
sebagian
Kecamatan
Polokarto, Bulu,
Weru, dan
Tawangsari.
Cocok dikembangkan
sebagai kawasan
lindung seperti hutan
100
Sumber: Hasil Analisis, Studio Perencanaan 2015
4.1.2.3 Intensitas Hujan
Hujan adalah sebuah proses kondensasi uap air di atmosfer menjadi
butir air yang cukup berat untuk jatuh dan biasanya tiba di permukaan.
Turunnya hujan tidak lepas dari pengaruh kelembaban udara yang memacu
jumlah titik-titik air yang terdapat pada udara. Indonesia memiliki daerah yang
dilalui garis khatulistiwa dan sebagian besar daerah di Indonesia merupakan
daerah tropis, seperti di Kabupaten Sukoharjo. Curah hujan di Kabupaten
Sukoharjo termasuk dalam curah hujan rendah dan sedang. Berikut
penjelasan kriteria curah hujan yang terdapat di Kabupaten Sukoharjo.
Tabel IV.5
Kriteria Intensitas Curah Hujan
No
Intensitas HUjan
(mm/hh)
Deskripsi Skor
1 0-13,6 Sangat rendah 10
2 13,6-20,7 Rendah 20
3 20,7-27,7 Sedang 30
Kabupaten Sukoharjo IV-6
No
Intensitas HUjan
(mm/hh)
Deskripsi Skor
4 27,7-34,8 Tinggi 40
5 >34,8 Sangat Tinggi 50
Sumber: SK Menteri Kehutanan No. 837/KPTS/11/UM/VIII/1981
Tabel IV.6
Curah Hujan Dan Intensitas Hujan
Di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014
No Kecamatan
Hari Hujan
Rata-Rata
Curah Hujan
Rata-Rata
Intensitas
Hujan
1 Weru 6 322 53.7
2 Bulu 0 0 0.0
3 Tawangsari 8 169 21.1
4 Sukoharjo 10 182 18.2
5 Nguter 10 207 20.7
6 Bendosari 10 184 18.4
7 Polokarto 6 132 22.0
8 Mojolaban 9 170 18.9
9 Grogol 8 157 19.6
10 Baki 6 140 23.3
11 Gatak 6 96 16.0
12 Kartasura 8 137 17.1
Sumber: Hasil Analisis, Studio Perencanaan 2015
Tabel IV.7
Klasifikasi Intensitas Hujan Di Kabupaten Sukoharjo
No
Intensitas HUjan
(mm/hh)
Lokasi Skor
1 0-13,6 Sangat rendah 10
2 13,6-20,7 Rendah 20
3 20,7-27,7 Sedang 30
4 27,7-34,8 Tinggi 40
5 >34,8 Sangat Tinggi 50
Sumber: Hasil Analisis, Studio Perencanaan 2015
4.1.2.4 Kriteria Fungsi Kawasan
Tabel IV.8
Kriteria Penetapan Fungsi Kawasan
No Fungsi Kawasan
Total
Skor
1 Kawasan Lindung >175
2 Kawasan Penyangga 125-175
3 Kawasan Budidaya <125
Sumber: SK Menteri No. 837/KPTS/11/UM/VIII/1981, Tentang Kesesuaian Lahan
Kabupaten Sukoharjo IV-7
Tabel IV.9
Penetapan Fungsi Kawasan Di Kabupaten Sukoharjo
No
Jenis Tanah Kelerengan
Intensitas Curah
Hujan
Total
Skor
Kawasan
Klasifikasi Skor Klasifikasi Skor Klasifikasi Skor
1 Aluvial 20 I 20 Rendah 20 60 Budidaya
2 Aluvial 20 II 40 Rendah 20 80 Budidaya
3 Aluvial 20 III 80 Rendah 20 120 Budidaya
4 Aluvial 20 IV 100 Rendah 20 140 Penyangga
5 Aluvial 20 I 20 Sedang 30 70 Budidaya
6 Aluvial 20 II 40 Sedang 30 90 Budidaya
7 Aluvial 20 III 80 Sedang 30 130 Penyangga
8 Aluvial 20 IV 100 Sedang 30 150 Penyangga
9 Latosol 40 I 20 Rendah 20 80 Budidaya
10 Latosol 40 II 40 Rendah 20 100 Budidaya
11 Latosol 40 III 80 Rendah 20 140 Penyangga
12 Latosol 40 IV 100 Rendah 20 160 Penyangga
13 Latosol 40 I 20 Sedang 30 90 Budidaya
14 Latosol 40 II 40 Sedang 30 110 Budidaya
15 Latosol 40 III 80 Sedang 30 150 Penyangga
16 Latosol 40 IV 100 Sedang 30 170 Penyangga
17 Mediteran 60 I 20 Rendah 20 100 Budidaya
18 Mediteran 60 II 40 Rendah 20 120 Budidaya
19 Mediteran 60 III 80 Rendah 20 160 Penyangga
20 Mediteran 60 IV 100 Rendah 20 180 Penyangga
21 Mediteran 60 I 20 Sedang 30 110 Budidaya
22 Mediteran 60 II 40 Sedang 30 130 Penyangga
23 Mediteran 60 III 80 Sedang 30 170 Penyangga
24 Mediteran 60 IV 100 Sedang 30 190 Lindung
25 Gromosol 80 I 20 Rendah 20 120 Budidaya
26 Gromosol 80 II 40 Rendah 20 140 Penyangga
27 Gromosol 80 III 80 Rendah 20 180 Lindung
28 Gromosol 80 IV 100 Rendah 20 200 Lindung
29 Gromosol 80 I 20 Sedang 30 130 Penyangga
30 Gromosol 80 II 40 Sedang 30 150 Penyangga
31 Gromosol 80 III 80 Sedang 30 190 Lindung
32 Gromosol 80 IV 100 Sedang 30 210 Lindung
33 Regosol 100 I 20 Rendah 20 140 Penyangga
34 Regosol 100 II 40 Rendah 20 160 Penyangga
35 Regosol 100 III 80 Rendah 20 200 Lindung
36 Regosol 100 IV 100 Rendah 20 220 Lindung
37 Regosol 100 I 20 Sedang 30 150 Penyangga
38 Regosol 100 II 40 Sedang 30 170 Penyangga
39 Regosol 100 III 80 Sedang 30 210 Lindung
40 Regosol 100 IV 100 Sedang 30 230 Lindung
41 Litosol 100 I 20 Rendah 20 140 Penyangga
42 Litosol 100 II 40 Rendah 20 160 Penyangga
43 Litosol 100 III 80 Rendah 20 200 Lindung
44 Litosol 100 IV 100 Rendah 20 220 Lindung
Kabupaten Sukoharjo IV-8
No
Jenis Tanah Kelerengan
Intensitas Curah
Hujan
Total
Skor
Kawasan
Klasifikasi Skor Klasifikasi Skor Klasifikasi Skor
45 Litosol 100 I 20 Sedang 30 150 Penyangga
46 Litosol 100 II 40 Sedang 30 170 Penyangga
47 Litosol 100 III 80 Sedang 30 210 Lindung
48 Litosol 100 IV 100 Sedang 30 230 Lindung
Sumber: Hasil Analisis, Studio Perencanaan 2015
Tabel IV.10
Penetapan Fungsi Kawasan Di Kabupaten Sukoharjo
No Fungsi Kawasan Luas Lokasi
1 Kawasan Lindung
Sebagian kecil wilayah Kecamatan Bulu,
dan Kecamatan Weru
2 Kawasan Penyangga
Sebagian besar wilayah Gatak, dan
Kecamatan Kartasura
3 Kawasan Budidaya
Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan Baki,
Mojolaban, Grogol, Polokarto, Bendosari,
Nguter dan sebagian kecil Kecamatan
Tawangsari
Kabupaten Sukoharjo IV-9
Kabupaten Sukoharjo IV-10
Kabupaten Sukoharjo IV-11
4.1.3 Analisis Kemampuan Lahan
Kondisi fisik, Sumber Daya Alam (SDA), dan lingkungan pada Kecamatan
Winong merupakan landasan dasar yang perlu diperhatikan dalam melakukan
sua tu analisis perencanaan kawasan. Oleh karena itu, perlu dilakukan
analisis fisik dan SDA untuk mengetahui kesesuaian lahan suatu kawasan yang
kemudian dapat diketahui arahan pemanfaatan lahan untuk pengembangan
kawasan yang ada. Perkembangan pemukiman di suatu kawasan memberikan
dampak langsung kepada penyediaan lahan pemukiman. Hal ini berakibat pada
pergeseran fungsi lahan yang terkadang tidak memperhatikan kondisi daya fisik
dan daya dukung lahan tersebut. Penentuan kesesuaian lahan pada Kabupaten
Sukoharjo mengacu pada Permen No. 20/PRT/M/2007 tentang Teknik Analisis
Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan
Rencana Tata Ruang. Berikut adalah hasil dari skoring kemampuan lahan yang
terdapat di Kabupaten Sukoharjo.
Tabel IV.11
Pembobotan Satuan Kemampuan Lahan
No. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Bobot
1 Morfologi 5
2 Kemudahan Dikerjakan 1
3 Kestabilan Lereng 5
4 Kestabilan Pondasi 3
5 Ketersediaan Air 5
6 Terhadap Erosi 3
7 Terhadap Drainase 5
8 Pembuangan Limbah 1
9 Terhadap Bencana Alam 5
Sumber: Modul Terapan PU No.20 Tahun 2007
4.1.3.1 SKL Morfologi
Morfologi merupakan bentang alam yang berupa dataran maupun
perbukitan. Kemampuan lahan dari morfologi tinggi berarti kondisi morfologis
suatu kawasan kompleks yaitu bentang alam tersebut berupa gunung,
pegunungan, dan bergelombang. Sehingga, kemampuan
pengembangannnya sangat rendah dan sulit dikembangkan atau tidak layak
dikembangkan. Lahan seperti ini sebaiknya direkomendasikan sebagai
wilayah lindung atau budidaya yang tak berkaitan dengan manusia,
Kabupaten Sukoharjo IV-12
contohnya untuk wisata alam. Morfologi tinggi tidak bisa digunakan untuk
peruntukan ladang dan sawah. Sedangkan kemampuan lahan dari morfologi
rendah berarti kondisi morfologis tidak kompleks. Ini berarti tanahnya datar
dan mudah dikembangkan sebagai tempat permukiman dan budidaya.
Tabel IV.12
SKL Morfologi
Morfologi
Lereng
(%)
SKL Morfologi Nilai
Gunung/Pegunungan
dan Bukit/Perbukitan
>40
Kemampuan lahan dari morfologi
tinggi
1
Gunung/Pegunungan
dan Bukit/Perbukitan
15-40
Kemampuan lahan dari morfologi
cukup
2
Bukit/Perbukitan 5-15
Kemampuan lahan dari morfologi
sedang
3
Datar 2-5
Kemampuan lahan dari morfologi
kurang
4
Datar 0-2
Kemampuan lahan dari morfologi
rendah
5
Sumber: Modul Terapan PU No.20 Tahun 2007
4.1.3.2 SKL Kemudahan Dikerjakan
Kemudahan dikerjakan merupakan satuan kemampuan lahan
terhadap penggalian suatu daerah yang dilihat dari kelerengan serta jenis
tanah. Selain itu kemudahan penggalian ini dilihat dari tipe atau jenis batuan
yang terdapat di wilayah ini. Tingkat kemudahan penggalian yang terdapat di
Kabupaten Sukoharjo terdiri dari lima kelas kemampuan. Berikut tabel kelas
kemampuan lahan kemudahan dikerjakan.
Tabel IV.13
SKL Kemudahan Dikerjakan
Morfologi
Lereng
(%)
Geologi
Permukaan
SKL Kemudahan
Dikerjakan
Nilai
Gunung/Pegunungan
dan Bukit/Perbukitan
>40 Litosol, Regosol
Kemudahan
penggalian rendah
1
Gunung/Pegunungan
dan Bukit/Perbukitan
15-40 Gromosol
Kemudahan
penggalian kurang
2
Bukit/Perbukitan 5-15 Mediteran
Kemudahan
penggalian sedang
3
Datar 2-5 Latosol
Kemudahan
penggalian cukup
4
Datar 0-2 Aluvial
Kemudahan
penggalian tinggi
5
Sumber: Modul Terapan PU No.20 Tahun 2007
Kabupaten Sukoharjo IV-13
Kabupaten Sukoharjo IV-14
Kabupaten Sukoharjo IV-15
4.1.3.3 SKL Kestabilan Lereng
Kestabilan lereng artinya wilayah tersebut dapat dikatakan stabil atau
tidak kondisi lahannya dengan melihat kemiringan lereng di lahan tersebut.
Bila suatu kawasan disebut kestabilan lerengnya rendah, maka kondisi
wilayahnya tidak stabil. Tidak stabil artinya mudah longsor, mudah bergerak
yang artinya tidak aman dikembangkan untuk bangunan atau permukiman
dan budidaya. Kawasan ini bisa digunakan untuk hutan, perkebunan dan
resapan air.
Tabel IV.14
SKL Kestabilan Lereng
Morfologi
Lereng
(%)
Ketinggian
Geologi
Permukaan
SKL
Kestabilan
Lereng
Nilai
Gunung/Pegunungan
dan Bukit/Perbukitan
>40 Tinggi
Litosol,
Regosol
Kestabilan
Lereng
rendah
1
Gunung/Pegunungan
dan Bukit/Perbukitan
15-40
Cukup
Tinggi
Gromosol
Kestabilan
Lereng
kurang
2
Bukit/Perbukitan 5-15 Sedang Mediteran
Kestabilan
Lereng
sedang
3
Datar 2-5 Rendah Latosol Kestabilan
Lereng
tinggi
4
Datar 0-2
Sangat
Rendah
Aluvial 5
Sumber: Modul Terapan PU No.20 Tahun 2007
4.1.3.4 SKL Kestabilan Pondasi
Kestabilan pondasi artinya kondisi lahan/wilayah yang mendukung
stabil atau tidaknya suatu bangunan atau kawasan terbangun. SKL ini
diperlukan untuk memperkirakan jenis pondasi wilayah terbangun.
Kestabilan pondasi yang tinggi maka wilayah tersebut dapat dikembangan
sebagai wilayah perkotaan karena memiliki pondasi yang stabil sebaliknya
wilayah yang memiliki kestabilan pondasi rendah maka rawan untuk
pembangunan perkotaan.
Kabupaten Sukoharjo IV-16
Tabel IV.15
SKL Kestabilan Pondasi
SKL
Kestabilan Lereng
Geologi
Permukaan
SKL Kestabilan Pondasi Nilai
Kestabilan Lereng
rendah
Litosol,
Regosol
Daya dukung dan
Kestabilan pondasi rendah
1
Kestabilan Lereng
kurang
Gromosol
Daya Dukung dan
Kestabilan pondasi kurang
2
Kestabilan Lereng
sedang
Mediteran 3
Kestabilan Lereng tinggi
Latosol Daya dukung dan
Kestabilan pondasi tinggi
4
Aluvial 5
Sumber: Modul Terapan PU No.20 Tahun 2007
4.1.3.5 SKL Ketersediaan Air
Hidrogeologi merupakan data yang dapat melihat ketersediaan air di
suatu kawasan. Ketersediaan air sangat penting dalam kelangsungan hidup
maupun aktivitas manusia sehingga dapat menunjang kegiatan disuatu
kawasan. Hidrogeologi juga memiliki kelas yaitu tinggi, sedang, hingga
rendah. Ketersediaan air sangat tinggi artinya ketersediaan air tanah dalam
dan dangkal cukup banyak. Sementara ketersediaan air sedang artinya air
tanah dangkal tak cukup banyak, tapi air tanah dalamnya banyak. Di
Kabupaten Sukoharjo terdapat kemampuan ketersediaan air sangat rendah,
rendah, sedang dan ketersediaan air tinggi. Ketersediaan air tinggi terdapat
di daerah dengan morfologi datar dan akuifer produktif penyebaran luas
berikut penjelasan SKL ketersediaan air yang terdapat di Kabupaten
Sukoharjo.
Tabel IV.16
SKL Ketersediaan Air
Morfologi
Lereng
(%)
Hidrologi SKL Drainase Nilai
Gunung/Pegunungan
dan Bukit/Perbukitan
>40
Akuifer produktivitas
sedang
Ketersediaan
air sangat
rendah
1
Gunung/Pegunungan
dan Bukit/Perbukitan
15-40
Akuifer produktivitas
sedang, penyebaran
luas
Ketersediaan
air rendah
2
Bukit/Perbukitan 5-15
Akuifer produktivitas
sedang setempat
Ketersediaan
air sedang
3
Datar 2-5
Akuifer produktivitas
tinggi, penyebaran
luas
Ketersediaan
air tinggi
4
Datar 0-2
Akuifer produktif
penyebaran luas
5
Sumber: Modul Terapan PU No.20 Tahun 2007
Kabupaten Sukoharjo IV-17
Kabupaten Sukoharjo IV-18
Kabupaten Sukoharjo IV-19
Kabupaten Sukoharjo IV-20
4.1.3.6 SKL Drainase Tanah
Drainase tanah merupakan kemampuan lahan yang menentukan
daya serap tanah. Drainase berkaitan dengan aliran air, serta mudah
tidaknya air mengalir. Drainase tinggi artinya aliran air mudah mengalir atau
mengalir lancar. Drainase rendah berarti aliran air sulit dan mudah
tergenang.
Tabel IV.17
SKL Drainase
Morfologi
Lereng
(%)
Geologi
Permukaan
Hidrologi
SKL
Drainase
Nilai
Gunung/Pegunungan
dan Bukit/Perbukitan
>40
Litosol,
Regosol
Akuifer
produktivitas
sedang
Drainase
Tinggi
5
Gunung/Pegunungan
dan Bukit/Perbukitan
15-40 Gromosol
Akuifer
produktivitas
sedang,
penyebaran luas
4
Bukit/Perbukitan 5-15 Mediteran
Akuifer
produktivitas
sedang
setempat
Drainase
Cukup
3
Datar 2-5 Latosol
Akuifer
produktivitas
tinggi,
penyebaran luas
Drainase
Kurang
2
Datar 0-2 Aluvial
Akuifer produktif
penyebaran luas
1
Sumber: Modul Terapan PU No.20 Tahun 2007
4.1.3.7 SKL Kepekaan Terhadap Erosi
Erosi berkaitan dengan terkikisnya lapisan tanah. Erosi tinggi berarti
lapisan tanah mudah terkelupas dan terbawa oleh angin dan air. Erosi
rendah berarti lapisan tanah sedikit terbawa oleh angin dan air. Tidak ada
erosi berarti tidak ada pengelupasan lapisan tanah. Suatu kawasan yang
baik adalah kawasan dengan tingkat erosi yang rendah. Hal ini dikarenakan
kawasan yang memiliki tingkat erosi yang tinggi dapat menyebabkan
bencana alam seperti longsor. Kawasan yang memiliki tingkat erosi rendah
maka cocok dijadikan lahan budidaya. Di Kabupaten Sukoharjo tedapat
kelas kemampuan lahan erosi sebagai berikut.
Kabupaten Sukoharjo IV-21
Tabel IV.18
SKL Erosi
Morfologi
Lereng
(%)
Geologi
Permukaan
SKL Erosi Nilai
Gunung/Pegunungan
dan Bukit/Perbukitan
>40
Litosol,
Regosol
Erosi Tinggi 1
Gunung/Pegunungan
dan Bukit/Perbukitan
15-40 Gromosol
Erosi Cukup Tinggi
2
Bukit/Perbukitan 5-15 Mediteran Erosi Sedang 3
Datar 2-5 Latosol Erosi Sangat Rendah 4
Datar 0-2 Aluvial Tidak ada Erosi 5
Sumber: Modul Terapan PU No.20 Tahun 2007
4.1.3.8 SKL Pembuangan Limbah
SKL pembuangan limbah adalah tingkatan untuk memperlihatkan
wilayah tersebut cocok atau tidak sebagai lokasi pembuangan. Analisa ini
menggunakan peta hidrologi dan klimatologi. SKL pembuangan limbah
kurang berarti wilayah tersebut kurang/tidak mendukung sebagai tempat
pembuangan limbah.
Tabel IV.19
SKL Pembuangan Limbah
Morfologi
Lereng
(%)
Ketinggian
Geologi
Permukaan
Hidrologi
SKL
Pembuangan
Limbah
Nilai
Gunung/Pegunungan
dan Bukit/Perbukitan
>40 Tinggi
Litosol,
Regosol
Akuifer
produktivitas
sedang
Kemampuan
lahan untuk
pembuangan
limbah
kurang
1
Gunung/Pegunungan
dan Bukit/Perbukitan
15-40
Cukup
Tinggi
Gromosol
Akuifer
produktivitas
sedang,
penyebaran
luas
2
Bukit/Perbukitan 5-15 Sedang Mediteran
Akuifer
produktivitas
sedang
setempat
Kemampuan
lahan untuk
pembuangan
limbah
sedang
3
Datar 2-5 Rendah Latosol
Akuifer
produktivitas
tinggi,
penyebaran
luas
Kemampuan
lahan untuk
pembuangan
limbah cukup
4
Datar 0-2
Sangat
Rendah
Aluvial
Akuifer
produktif
penyebaran
luas
5
Sumber: Modul Terapan PU No.20 Tahun 2007
Kabupaten Sukoharjo IV-22
4.1.3.9 SKL Terhadap bencana Alam
Kabupaten Sukoharjo merupakan kabupaten yang berpotensi rawan
bencana banjir. Hal ini dikarenakan jenis tanah yang terdapat di kabupaten
tersebut adalah tanah dengan jenis aluvial yang sulit meresap air. Daerah
rawan banjir yaitu terdapat dibeberapa wilayah yaitu hampir merata di
wilayah Kabupaten Sukoharjo. Selain rawan bajir daerah ini juga berpotensi
rawan gerakan tanah, terdapat beberapa wilayah yang rawan terhadap
gerakan tanah yaitu di bagian selatan Kecamatan Bulu, Kabupaten
Sukoharjo. Kemudian daerah rawan angin ribut yaitu berada di bagian
tengah kabupaten seperti Kecamatan Sukoharjo, Tawangsari dan
Kecamatan Nguter.
Tabel IV.20
SKL Terhadap Bencana Alam
Morfologi
Lereng
(%)
Ketinggian
Geologi
Permukaan
SKL
Bencana
Alam
Nilai
Gunung/Pegunungan
dan Bukit/Perbukitan
>40 Tinggi
Litosol,
Regosol
Potensi
Bencana
Alam Tinggi
5
Gunung/Pegunungan
dan Bukit/Perbukitan
15-40
Cukup
Tinggi
Gromosol 4
Bukit/Perbukitan 5-15 Sedang Mediteran
Potensi
bencana
alam cukup
3
Datar 2-5 Rendah Latosol Potensi
bencana
alam kurang
2
Datar 0-2
Sangat
Rendah
Aluvial 1
Sumber: Modul Terapan PU No.20 Tahun 2007
Kabupaten Sukoharjo IV-23
Kabupaten Sukoharjo IV-24
Kabupaten Sukoharjo IV-25
Kabupaten Sukoharjo IV-26
Kabupaten Sukoharjo IV-27
Tabel IV.21
Kemampuan Lahan
SKL
Morfologi
SKL
Kemudahan
Dikerjakan
SKL
Kestabilan
Lereng
SKL
Kestabilan
Pondasi
SKL
Ketersediaan
Air
SKL
Terhadap
Erosi
SKl
Drainase
SKL
Pembuangan
Limbah
SKL
Bencana
Alam
5 1 5 3 5 3 5 1 5
5 1 5 3 5 3 25 1 25
10 2 10 6 10 6 20 2 20
15 3 15 9 15 9 15 3 15
20 4 20 12 20 12 10 4 10
25 5 25 15 25 15 5 1 5
Keterangan:
Nilai semakin rendah adalah tidak sesuai (1)
Nilai semakin tinggi adalah sesuai (5)
Penilaian pembobotan disesuaikan dengan Permen PU no.20/ PRT/ M/ 2007
Skor adalah hasil perkalian dari Nilai dan Bobot (NxB = S)
Setiap kelas lahan memiliki kemampuan yang berbeda-beda yang
ditentukan dari total nilai, dibuat beberapa kelas yang memperhatikan nilai
minimum dan maksimum total nilai. Nilai minimum adalah 32, sedangkan nilai
maksimum yang mungkin didapat adalah 160. Dengan begitu, pengkelasan dari
total nilai atau skor yang terdapat di Kabupaten Sukoharjo yaitu seperti pada
tabel berikut.
 Kelas a dengan nilai 32-58
 Kelas b dengan nilai 59-83
 Kelas c dengan nilai 84-109
 Kelas d dengan nilai 110-134
 Kelas e dengan nilai 135-160
Tabel IV.22
Kelas Kemampuan Lahan
Total Nilai
Kelas
Kemampuan Lahan
Klasifikasi Pengembangan
32-58 Kelas a
Kemampuan Pengembangan Sangat
Rendah
59-83 Kelas b Kemampuan Pengembangan Rendah
84-109 Kelas c Kemampuan Pengembangan Sedang
110-134 Kelas d Kemampuan Pengembangan Agak Tinggi
135-160 Kelas e Kemampuan Pengembangan Sangat Tinggi
Sumber: Modul Terapan PU No.20 Tahun 2007
Kabupaten Sukoharjo IV-28
Tabel IV.23
Klasifikasi Satuan Kemampuan Lahan Kabupaten Winong
Kelas Klasifikasi Pengembangan
Luas
(Ha)
A
Kemampuan Pengembangan
Rendah
23.659
B
Kemampuan Pengembangan
Sedang
25.554
C
Kemampuan Pengembangan
Agak Tinggi
12
Sumber: Hasil Analisis dan Pengukuran Peta, 2013
4.1.4 Analisis Kesesuaian Lahan
Kesesuaian lahan adalah kesesuaian sebidang lahan untuk tujuan
penggunaan atau komoditas spesifik. Kesesuaian lahan fisik adalah kecocokkan
(adaptability) suatu lahan untuk penggunaan lahan tertentu yang didasarkan atas
faktor-faktor fisik, tanpa memperhatikan faktor ekonomi. Dalam penentuan kelas
kesesuaian lahan fisik dilakukan dengan mencocokkan karakteristik suatu lahan
dengan persyaratan tempat tumbuh suatu jenis tanaman tertentu. Untuk
menyesuaikan kriteria yang dinilai dalam penentuan masing-masing kelas dari
setiap karakteristik lahan maka dibuat suatu kriteria kelas kesesuaian lahan
sebagai pedoman dalam melakukan evaluasi kesesuaian lahan.
4.1.5 Analisis Penggunaan Lahan
Kondisi eksisting lahan Kabupaten Sukoharjo berdasarkan fungsional
lahannya dari tahun 2006 sampai pada 2014 (jangka waktu 8 tahun) pada
dasarnya tidak mengalami perubahan yang signifikan. Berdasarkan hasil analisis
dari peta guna lahan Kabupaten Sukoharjo Tahun 2006 dengan Tahun 2014,
guna lahan saat ini yang banyak mengalami perubahan adalah terbangunnya
lahan permukiman, terutama pada bagian utara Kabupaten Sukoharjo, tepatnya
di Kecamatan Kartasura, Kecamatan Grogol, Kecamatan Mojolaban serta
Kecamatan Baki yang paling pesat mengalami perubahan lahan dari
persawahan menjadi permukiman, sedangkan perubahan guna lahan dari
persawahan menjadi permukiman juga terjadi di sebagian kecil kecamatan
Gatak, Kecamatan Polokarto serta bagian selatan Kabupaten Sukoharjo yaitu
Kecamatan Weru.
Kabupaten Sukoharjo IV-29
Kabupaten Sukoharjo IV-30
4.1.6 Analisis Persebaran Penggunaan Lahan
4.1.6.1 Perubahan Penggunaan Lahan Di Kabupaten Sukoharjo
Berdasarkan kondisi eksisting lahan di Kabupaten Sukoharjo, dapat
dikategorikan penggunaan lahan di Kabupaten Sukoharjo dibagi menjadi dua
lahan, yaitu tanah sawah (lahan basah) dan lahan kering. Berdasarkan kondisi
guna lahan eksisting sebaran fungsi lahannya tersebar hampir merata di
seluruh kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Sukoharjo adalah sawah,
pekarangan, tegalan, serta guna lahan lain-lain. Selanjutnya sebaran fungsi
lahan untuk hutan baik merupakan hutan rakyat maupun hutan negara hanya
ada di Kecamatan Weru, Kecamatan Bulu dan Kecamatan Polokarto.
Berdasarkan sebaran pola penggunaan lahan yang ada di Kabupaten
Sukoharjo dapat dilihat kecenderungan penggunaan lahan sebagai berikut:
 Seluruh Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo penggunaan lahan
sawahnya didominasi oleh penggunaan lahan sawah irigasi teknis sekitar
70,17% lahan sawah yang ada di Kabupaten Sukoharjo merupakan
lahan sawah dengan irigasi teknis yang merata di seluruh kecamatan di
Kabupaten Sukoharjo. Di Kabupaten Sukoharjo tidak ada kecamatan
yang tidak memiliki sawah dengan irigasi teknis, hal ini sesuai dengan
kondisi Kabupaten Sukoharjo yang merupakan lumbung padi bagi daerah
selatan di Provinsi Jawa Tengah. Selain sawah dengan irigasi teknis di
Kabupaten Sukoharjo juga memiliki sawah irigasi setengah teknis, sawah
irigasi sederhana dan sawah tadah hujan di beberapa kecamatan.
 Sebaran tanah pekarangan di Kabupaten Sukoharjo menjadi penggunaan
lahan yang dominan yaitu sekitar 62,90% dari seluruh luas lahan bukan
sawah di Kabupaten Sukoharjo. Luasan dari lahan pekarangan di
Kabupaten Sukoharjo tiap tahunnya terus meningkat baik sebaran
penggunaan maupun luas penggunaan lahannya. Penggunaan lahan
tertinggi untuk bangunan dan pekarangan terdapat di Kecamatan
Polokarto yaitu sekitar 11,08% dari seluruh luasan lahan pekarangan di
Kabupaten Sukoharjo. Hal ini disebabkan karena kecamatan tersebut
terletak di daerah dengan topografi sedang dan memiliki luasan yang
paling luas yaitu sekitar 13,32% dari luas Kabupaten Sukoharjo. Untuk
penggunaan lahan bangunan dan pekarangan terendah terdapat di
Kecamatan Gatak. Sebaran penggunaan lahan perkarangan dan
Kabupaten Sukoharjo IV-31
bangunan ini meningkat seiring perkembangan penduduk, perkembangan
ekonomi wilayah, dan perkembangan fungsi kota-kota yang ada di
Kabupaten Sukoharjo. Untuk itu peningkatan sebaran penggunaan lahan
bangunan dan pekarangan perlu diarahkan pada pola pemanfaatan dan
pengelolaan yang sesuai tata aturan penggunaan lahan.
 Hutan negara memiliki sebaran penggunaan lahan sebesar 1.021 Ha
yang tersebar di 3 kecamatan yaitu Kecamatan Bulu, Kecamatan
Tawangsari dan Kecamatan Polokarto. Sebaran hutan dari tahun ke
tahun cenderung tetap, namun mengalami peningkatan pada tahun-tahun
sekarang, hal tersebut dikarenakan penggunaan tanah hutan untuk
keperluan lain selalu mendapatkan ganti tanah yang selanjutnya dikelola
sebagai hutan lagi. Sebaran ini hendaknya dipertahankan karena hutan
memiliki fungsi yang sangat penting dalam hal konservasi sumber daya
alam baik tanah, air maupun sumber daya hutan itu sendiri.
Pengembangan hutan ini diharapkan pula berfungsi sebagai kawasan
resapan air yang mempertahankan intensitas air tanah di Kabupaten
Sukoharjo.
 Sebaran lahan untuk perkebunan terutama terdapat di Kecamatan Weru,
bulu, Tawangsari, Sukoharjo, nguter, Bendosari, Polokarto, Mojolaban
dan Grogoldengan prosentase terbesar terdapat di Kecamatan Polokarto
yaitu 20,64%.
Kabupaten Sukoharjo IV-32
V
Kabupaten Sukoharjo IV-33
4.1.6.2 Kecenderungan Perkembangan Lahan Terbangun
Perkembangan aktivitas, kebijakan pembangunan serta pertumbuhan
penduduk yang besar akan mempengaruhi kecenderungan perkembangan
penggunaan lahan terbangun. Berdasarkan hasil pengamatan yang mengacu
pada perkembangan guna lahan Kabupaten Sukoharjo pada peta guna lahan
2006-2012 dapat diketahui bahwa perkembangan paling pesat berasal dari
pembangunan permukiman. Bangunan-bangunan yang ada yaitu
perdagangan, pertokoan, sekolahan, jasa dan lain-lainnya, pada umumnya
berada di kanan kiri jalan poros baik pada kota-kota kecamatan maupun pada
desa-desa sehingga cenderung membentuk satu pola linier. Kecenderungan
perubahan guna lahan untuk lahan terbangun juga sangat dipengaruhi oleh
kebijakan pengembangan Kawasan Industri Nguter. Kegiatan-kegiatan yang
bersifat ekonomis seperti kegiatan perdagangan dan jasa, industri akan
cenderung bergeser posisinya mendekati lokasi tersebut karena kegiatan di
lokasi tersebut akan menarik kedatangan banyak orang. Dalam perkembangan
selanjutnya akan berkembang kegiatan perumahan yang mendukung kegiatan-
kegiatan ekonomi tersebut. Keberadaan Kawasan Nguter ini diharapkan
mampu memberikan nilai positif bagi perkembangan Kabupaten Sukoharjo
sebagai penarik investor untuk menanamkan modal di Kabupaten Sukoharjo.
Namun, perlu dicermati pula agar pengembangan yang akan dilakukan tidak
memanfaatkan lahan produktif tetapi dialokasikan pada lahan non produktif
yang memiliki lokasi yang berdekatan dengan keberadaan Kawasan Industri
Nguter tersebut. Oleh karena itu perlu adanya pengaturan penggunaan lahan
yang jelas di daerah-daerah yang diperkirakan akan terpengaruh dengan
keberadaan ketiga kegiatan tersebut. Keselarasan antara sektor utama yang
diprioritaskan untuk dikembangkan berupa sektor pertanian dan industri perlu
direncanakan sebaik mungkin guna tercapainya rencana pengembangan
kawasan berbasis agroindustri.
4.1.6.3 Kecenderungan Lahan Sawah
Berdasarkan kondisi eksisting lahan Kabupaten Sukoharjo, luas lahan
persawahan di Kabupaten Sukoharjo setiap tahun mengalami penyusutan.
Pada umumnya, lahan sawah yang hilang dikonversi menjadi lahan
permukiman dan industri. Berkurangnya lahan sawah ini mengakibatkan
berkurangnya produksi padi dan hasil pertanian lainnya. Pembangunan
Kabupaten Sukoharjo IV-34
kawasan industri Nguter diharapkan tidak akan mengurangi lahan sawah yang
ada di Kecamatan Nguter karena lokasi untuk kawasan industri tersebut
diarahkan pada kawasan tegalan yang tidak terlalu produktif, sehingga
pembangunan kawasan industri Nguter ini tidak akan mempengaruhi secara
signifikan luasan lahan produktif di Kabupaten Sukoharjo. Untuk
mempertahankan ketahanan pangan khususnya tanaman padi di Kabupaten
Sukoharjo, maka formulasi dan implementasi kebijakan hendaknya mencakup
upaya antara lain:
 Mengintensifkan upaya peningkatan produksi melalui perbaikan
produktivitas lahan.
 Intensitas pertanaman.
 Perluasan areal tanam.
 Penurunan susut panen dan pasca panen.
 Upaya peningkatan kualitas dan nilai tambah pengolahan padi.
Kebijakan pengembangan lahan pertanian pangan berkelanjutan
diharapkan mampu mengurangi akibat dari adanya penggunaan lahan sawah
untuk permukiman dan industri. Lokasi lahan pertanian pangan berkelanjutan
diarahkan pada kawasan persawahan yang memiliki kesesuaian lahan S1 dan
secara ekonomi menguntungkan. Sedangkan untuk lahan persawahan yang
berada di sepanjang jalan yang potensial perkembangannya dapat
dialihfungsikan sebagai lahan terbangun kurang lebih 100 m kanan kiri jalan.
Penetapan lahan peratnian pangan berkelanjutan perlu didukung dengan
peraturan perundangan yang kuat serta pemecahan permasalahan sosial dan
ekonomi.
4.1.6.4 Kecenderungan Penggunaan Lahan Hutan
Untuk lahan hutan negara yang ada di Kabupaten Sukoharjo cenderung
tetap karena dalam pengelolaan Perum Perhutani BKPH Wonogiri. Sedangkan
untuk lahan hutan rakyat biasanya menjadi satu dengan lahan tegalan
masyarakat. Perkembangan hutan rakyat ini cenderung mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Perkembangan hutan rakyat ini diarahkan pada
kawasan-kawasan lahan kritis, kawasan resapan air, dan kawasan lindung
untuk mempertahankan fungsi lahan tersebut dan mengurangi tingkat
kekritisan lahan.
Kabupaten Sukoharjo IV-35
4.1.6.5 Kecenderungan Perkembangan Pertanian Lahan Kering
Kabupaten Sukoharjo memiliki sektor pertanian yang cukup
berkembang akan hasil taninya. Pertanian lahan kering yang berupa lahan
perkebunan merupakan penggunaan lahan tertinggi kedua di Kabupaten
Sukoharjo setelah pekarangan. Kecenderungan perkembangan lahan kering ini
akan mengalami penurunan terutama untuk penggunaan lahan terbangun.
Perubahan ini terutama terjadi pada sepanjang jalan yang potensial.
4.1.7 Analisis Sumber Daya Air
Sumber daya air yang ada dan dimanfaatkan oleh Kabupaten
Sukoharjo terkait dengan beberapa hal, yaitu keadaan sungai, mata air, serta
waduk yang termasuk dalam bagian daerah Kabupaten Sukoharjo. Selain itu
juga berkaitan dengan keadaan hujan serta air bawah tanah. Potensi sumber
daya air di Kabupaten Sukoharjo meliputi:
4.1.7.1 Sungai
Keberadaan sungai di Kabupaten Sukoharjo merupakan bagian dari
Daerah Pengembangan Sungai (DPS) Solo Hulu, Samin, dan Dengkeng yang
meliputi Sungai Bengawan Solo, Sungai Dengkeng, Sungai Brambang, Sungai
Jlantah, Sungai Samin, Sungai Ranjing, dan Sungai Walikan. Sungai-sungai
tersebut kemudian terbagi menjadi beberapa anak sungai lainnya, sehingga di
Kabupaten Sukoharjo terdapat kurang lebih 31 sungai yang mengalir di daerah
ini, dengan panjang keseluruhan sungai tersebut sepanjang 292,05 km. Pada
umumnya aliran sungai dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu
1. Aliran langsung, yaitu air hujan langsung dibuang ke laut tanpa ada
yang meresap kedalam tanah.
2. Aliran dasar, yaitu air hujan sebagian meresap ke dalam tanah hingga
jenuh dan beberapa waktu kemudian ke luar sebagai aliran dasar yang
mengalir ke laut bersama-sama atau tidak bersama aliran langsung.
Sungai-sungai yang ada di Kabupaten Sukoharjo merupakan jenis sungai
aliran dasar, dimana air hujan meresap ke dalam tanah terlebih dahulu, baru
beberapa waktu kemudian ke luar sebagai aliran dasar yang mengalir ke laut.
Hal ini disebabkan karena wilayah Kabupaten Sukoharjo bukanlah daerah
yang berada dekat dengan daerah laut, sehingga dalam proses aliran
sungainya, melewati daerah-daerah lainnya baru kemudian bermuara ke laut.
Kabupaten Sukoharjo IV-36
Aliran sungai di Kabupaten Sukoharjo dimanfaatkan untuk beberapa
keperluan antara lain untuk irigasi pertanian, baik itu irigasi teknis, irigasi
setengah teknis dan irigasi sederhana. Fungsi irigasi ini terbagi dalam
beberapa daerah irigasi (DI) yang terdapat di masing-masing kecamatan.
Untuk menjaga eksistensi daerah aliran sungai dalam mendukung fungsi
irigasi tersebut, maka perlu menjaga fungsi resapan pada Daerah Aliran
Sungai (DAS) dengan salah satu caranya mengembangkan kawasan hutan.
Beberapa potensi yang dapat dikembangkan dalam kerangka pengelolaan
DAS antara lain:
 Pengembangan hutan/ kebun rakyat
 Budidaya persuteraan alam
 Pembangunan perkebunan terpadu melalui budidaya kopi arabica dan
tanaman aren
 Budidaya tananam nilam sebagai penutup tanah
 Potensi hutan negara berupa hutan produksi dan hutan lindung
4.1.7.2 Air Hujan
Kabupaten Sukoharjo termasuk daerah tipe hujan C atau agak basah,
dimana prosentase bulan basah dan bulan kering 33,3% - 60%. Curah hujan
rata-rata tahunan (Januari-Desember) sebesar 21.967 mm/ tahun. Curah
hujan terbesar berada pada bagian selatan wilayah Kabupaten Sukoharjo,
yaitu sebesar >1650 mm/ tahun yang meliputi Kecamatan Weru dan Bulu, dan
curah hujan terendah berada pada bagian utara Kabupaten Sukoharjo, yaitu
sebesar <1200 mm/ tahun yang meliputi Kecamatan Gatak dan Kecamatan
Baki. Sumber air hujan ini digunakan dan dimanfaatkan untuk sektor
pertanian, khususnya persawahan tadah hujan yang luasnya sekitar 2.464 Ha.
Namun pemanfaatan air hujan ini belum dilakukan secara optimal, karena
baru 11,6% dari seluruh luas lahan persawahan di Kabupaten Sukoharjo,
sehingga pada musim kemarau masih ada daerah yang mengalami
kekeringan, seperti Kecamatan Wulu, Tawangsari dan Weru. Kondisi yang
perlu diperhatikan adalah pelestarian daerah resapan dan tangkapan air dari
kerusakan lingkungan maupun pengembangan kawasan budidaya. Debit air
yang tinggi ini akan berakibat pada munculnya daerah rawan bencana tanah
longsor, erosi di bagian hulu dan sedimentasi di daerah hilir. Akibat
Kabupaten Sukoharjo IV-37
sedimentasi maka sungai menjadi dangkal dan sempit, sehingga lebih lanjut
dapat mengakibatkan banjir.
4.1.7.3 Air Bawah Tanah
Berdasarkan data pelayanan pemenuhan kebutuhan air bersih oleh
PDAM belum dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat, untuk
pemenuhan kebutuhan pengairan sawah, sistem saluran irigasi yang ada
belum menjangkau keseluruh areal sawah yang ada. Disamping itu kondisi
sumber daya air baik air tanah dan air permukaan belum dikelola sepenuhnya
dengan baik. Oleh karena itu, penggunaan air secara optimal perlu
ditingkatkan dan juga sumber-sumber mata air baru perlu dicari untuk
memenuhi kebutuhan air yang terus meningkat seiring dengan meningkatnya
jumlah penduduk dan aktivitasnya. Penggunaan air bawah tanah (ABT) di
Kabupaten Sukoharjo dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Air bawah
tanah di Kabupaten Sukoharjo telah dimanfaatkan sebagai sumber air minum/
air bersih, irigasi, industri dan keperluan lainnya. Penggunaan air bawah tanah
oleh industri ini harus diawasi dan dikendalikan karena penggunaan yang
berlebihan akan mengakibatkan penurunan kualitas dan kuantitas air. Hal ini
disikapi dengan dengan pembatasan debit yang disesuaikan dengan kondisi
sumber ABT. Selain itu untuk sumber 5 (lima) sumur dalam luasan tertentu
harus dibuat sumur pantau untuk mengetahui tinggi permukaan air bawah
tanah. Penggunaan air bawah tanah yang digunakan oleh perusahaan diambil
dari sumur dalam yang dimiliki oleh perusahaan sendiri. Untuk mengantisipasi
rusaknya sumber daya air bawah tanah ini perlu ditata dan dipantau sehingga
tidak merusak sumber daya air bawah tanah di sekitar lokasi industri. Hal yang
sangat diperlukan adalah adanya pemantauan untuk air tanah. Sedangkan
dalam pengembangnnya nanti pengelolaan air di Kabupaten Sukoharjo harus
diarahkan pada pemenuhan kebutuhan sebagai berikut:
 Pemenuhan kebutuhan air bersih
 Pemenuhan kebutuhan irigasi
 Pelestarian sumber daya air tanah
 Pengaliran limpasan air yang dapat menimbulkan banjir
Kondisi air tanah di Kabupaten Sukoharjo dapat dibedakan menjadi
beberapa bagian sebagai berikut :
Kabupaten Sukoharjo IV-38
 Daerah aquifer produksi dengan penyebaran luas. Aquifer dengan
keterusan sedang tinggi pisometri air tanah atau muka air tanah
diatas atau dekat dibawah muka tanah debit sumur umumnya 5-10
liter/ detik. Daerah ini meliputi kecamtan Mojolaban, Grogol, Baki,
Gatak, dan Kartasura.
 Daerah aquifer dengan produktifitas sedang, penyebaran luas. Aquifer
produktifitas sedang, penyebaran luas. Aquifer dengan keterusan
sedang sampai rendah muka air tanah beragam dari dekat muka
tanah sampai lebih dalam dari 10 m debit sumur umumnya kurang
dari 5 liter/ detik. Daerah ini meliputi Kecamatan Sukoharjo, Nguter,
Grogol, Baki, Gatak, dan Kartasura.
 Aquifer dengan produktifitas sedang, terdapat setempat-setempat.
Aquifer tidak menerus, tipis dengan keterusan rendah, debit sumur
umumnya kurang dari 5 liter/detik. Daerah ini meliputi: kecamatan
Weru, Bulu, Tawangsari dan Sukoharjo.
 Aquifer dengan produktifitas tinggi, penyebaran luas. Aquifer dengan
keterusan dan kisaran kedalaman muka air tanah sangat beragam,
debit sumur umumnya lebih dari 5 liter/ detik. Daerah ini meliputi
Kecamatan Nguter, Bendosari, Polokarto dan Mojolaban.
4.1.7.4 Waduk/ Mata Air
Pada umumnya waduk yang ada di Kabupaten Sukoharjo digunakan
untuk pengairan sawah. Saat ini terdapat satu waduk yang ada di Kabupaten
Sukoharjo, yakni waduk Mulur, yang mampu menampung air sejumlah
3.435.000 m³ dan mengairi sawah seluas 4.787 Ha. Mengingat daerah
Kabupaten Sukoharjo masih dominan sebagai daerah pertanian, diperlukan
sumber-sumber pengairan lainnya untuk mengantisipasi kekurangan air pada
lahan pertanian, serta mengatasi kekeringan pad musim kemarau. Jumlah
mata air yang ada di Kabupaten Sukoharjo saat ini berjumlah 4 sumber mata
air, yang berlokasi di Banyubiru di Kecamatan Weru, Pecinan di Kecamatan
Bulu, Pundung Rejo di Kecamatan Tawangsari dan Ringin Pitu di Kecamatan
Nguter. Untuk air bersih di Kabupaten Sukoharjo, perlu dicari sumber-sumber
mata air lainnya, agar air bersih dapat dijangkau oleh masyarakat dengan
mudah.
Kabupaten Sukoharjo IV-39
4.1.8 Analisis Sumber Daya Hutan
Hutan yang ada di Kabupaten Sukoharjo dapat dibedakan menjadi 2
jenis, yaitu hutan rakyat, yang dikelola dan dimanfaatkan oleh masyarakat,
serta hutan negara yang pengelolaannya dilakukan oleh negara. Pengelolaan
hutan rakyat lebih besar jumlahnya dari pada hutan negara. Pengelolaan hutan
rakyat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai budidaya tanaman,
seperti mahoni, jati, mangga, akasia, lamtoro, trembesi, sengon, durian,
rambutan serta jenis tanaman lainnya. Pemanfaatan hutan terus ditingkatkan
pada setiap tahunnya, terutama terhadap hutan rakyat. Selain itu,
keanekaragaman tumbuhan yang diusahakan juga bertambah. Hal itu tidak
lepas dari adanya program untuk penanaman hutan rakyat, yang telah
dilakukan semenjak tahun 2003 dan terus berlangsung sampai tahun 2007.
Gerakan rehabilitasi hutan terutama dilakukan terhadap hutan rakyat, yang
pengelolaannya diserahkan kepada masyarakat, melalui pemantauan dari
instansi pemerintah yang terkait. Program rehabilitasi hutan tersebut
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Sukoharjo melalui Program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan
(GN-RHL). Program tersebut terus ditingkatkan pada setiap tahunnya, dimana
pada tahun 2003 diadakan rehabilitasi dan penanaman hutan rakyat seluas
1.089 Ha, pada tahun 2004 meningkat menjadi 3.600 Ha, tahun 2005 seluas
650 Ha, tahun 2006 100 Ha dan tahun 2007 seluas 750 Ha. Dengan
rehabilitasi hutan tersebut, jumlah pohon jati yang telah ditanam sejak tahun
2003 sampai dengan tahun 2007 adalah sebanyak 1.548.400 bibit, pohon
mahoni sebanyak 324.000 bibit, rambutan 70.800 bibit, mangga dan durian
sejumlah 237.600 bibit, mlinjo 20.550 bibit, nangka sejumlah 81.675 bibit, mete
sebanyak 61.125 bibit, dan pohon maglid sejumlah 17.600 bibit. Pengelolaan
bibit yang telah diusahakan melalui program GN-RHL selanjutnya diserahkan
kepada masyarakat, termasuk juga dalam pengelolaan hasil dari bibit yang
telah ditanam. Hal ini tentunya juga akan meningkatkan pendapatan
masyarakat terutama masyarakat desa hutan di masa yang akan datang.
Produksi kayu dari tanaman tersebut juga akan meningkat untuk 10 tahun
mendatang, karena usia tanaman sudah siap tebang, untuk pohon-pohon yang
bisa diambil hasil kayunya, seperti jati dan mahoni. Selain akan meningkatkan
pendapatan masyarakat hutan desa, pengelolaan hutan rakyat juga akan
Kabupaten Sukoharjo IV-40
memberikan dampak lain terhadap keberlangsungan lingkungan. Dengan
semakin banyaknya hutan yang ditanami daerah-daerah yang menjadi resapan
air juga akan semakin luas, serta jumlah lahan hijau juga semakin bertambah
sehingga pembangunan yang berkelanjutan juga akan dapat dicapai. Selain itu,
diharapkan pengembangan yang dilakukan dapat meningkatkan produktifitas
hutan sebagai salah satu sumber pendapatan masyarakat dan PAD serta
dapat pula menjadi fungsi lindung untuk mengurangi tingkat kekritisan lahan
dan menjadi kawasan resapan bagi cadangan air di Kabupaten Sukoharjo.
4.1.9 Analisis Sumber Daya Tambang
Kegiatan penambangan yang dilakukan di Kabupaten Sukoharjo lebih
banyak terhadap penambangan berupa tanah urug. Jenis bahan galian tanah
urug ini dilakukan di beberapa lokasi yang tersebar di Kabupaten Sukoharjo.
Kegiatan penggalian tanah urug, diantaranya terdapat di beberapa tempat:
1. Menggung Mahjurug, Manisharjo, Kecamatan Bendosari. Di
Kecamatan Bendosari ini terdapat tiga titik lokasi penggalian tanah
urug, dua penggalian berlokasi di Manisharjo, sedangkan satu
kegiatan penambangan lainnya berada di Dk. Sawur, Desa Mertan.
2. Dk. Jayan, Desa Celep, Kecamatan Curug
3. Dk. Gunung Buthak Karang Mojo, Kecamatan Weru
4. Kedung Nongko, Sanggang, Kecamatan Bulu
Kegiatan penambangan tanah urug tersebut dilakukan secara tradisional
oleh masyarakat. Proses perijinan yang dilakukan atas nama perseorangan,
namun kegiatan penambangan dilakukan secara berkelompok. Kegiatan
penambangan jenis tanah urug ini telah lama berlangsung di Kabupaten
Sukoharjo, yang kegiatannya telah mendapat izin dari pemerintah terkait. Dalam
perkembangan lebih lanjut perlu diperhatikan pemantauan terhadap kegiatan
penambangan yang telah dilakukan, karena apabila tidak ada pemantauan,
dampak-dampak negatif dari penggalian tersebut dapat saja terjadi. Kegiatan
penambangan tersebut akan berpotensi untuk terjadinya banjir dan longsor
yang akan berdampak buruk bagi lingkungan dan merugikan masyarakat
sekitar. Selain itu, juga perlu diperhatikan rehabilitasi terhadap kawasan
pertambangan yang sudah tidak berproduksi. Rehabilitasi kawasan
pertambangan pasca penambangan ini juga hendaknya dijadikan sebagai
Kabupaten Sukoharjo IV-41
landasan dalam pemberian ijin kegiatan pertambangan beserta syarat perijinan
lainnya. Sebaran penggunaan bahan tambang yang ada dapat diketahui dari
jenis bahan yang dimanfaatkan dan volume produksi bahan tambang. Sebaran
penggunaan sumber daya tambang masih terbilang kecil, hal ini didasarkan
pada sistem yang digunakan untuk pengelolaan dan pemanfaatan bahan-bahan
tambang yang tergolong tradisional. Kegiatan pertambangan yang ada sekarang
pada umumnya dalam skala kecil yang diusahakan oleh individu namun sudah
memiliki izin yang resmi. Oleh sebab itulah volume produksi bahan tambang
tersebut masih relatif kecil karena belum bisa memberikan dampak
pembangunan dan peningkatan ketenagakerjaan yang memadai dan dapat
diandalkan. Jika pengelolaan dan pengusahaan yang ada dikelola secara lebih
profesional dan dilakukan penelitian lebih lanjut untuk kadar dan volume
kandungan bahan tambang yang ada, maka dampak positif yang ada meliputi:
 Berkurangnya pencemaran dan perusakan lingkungan akibat
pengetahuan masyarakat yang rendah dalam pengelolaan dan
pemanfaatan bahan tambang serta pengawasan pemerintah yang masing
kurang.
 Potensi lanjutannya adalah bisa menjadi mata pencaharian baru dengan
menyerap tenaga kerja yang lebih besar.
 Meningkatkan pendapatan daerah. Selain itu, perlu diperhatikan dalam
pengembangan kawasan pertambangan mengenai kelestarian lingkungan
terutama pada kawasan lindung. Kegiatan eksporasi maupun eksploitasi
hendaknya tidak dilakukan pada kawasan lindung karena dikhawatirkan
kegiatan pertambangan yang ada mengakibatkan kerusakan lingkungan.
4.1.10 Analisis Kawasan Rawan Bencana
4.1.10.1 Banjir
Berdasarkan pada PerMendagri Nomor 33 Tahun 2006 tentang
Pedoman Umum Mitigasi Bencana potensi bencana tersebut antara lain adalah
banjir. Banjir yang dimaksud disini adalah banjir yang berupa genangan atau
banjir bandang bersifat merusak. Aliran arus air yang tidak terlalu dalam tetapi
cepat dan bergolak (turbulent) dapat menghanyutkan manusia dan binatang.
Aliran air yang membawa material tanah yang halus akan mampu menyeret
material berupa batuan yang lebih berat sehingga daya rusaknya akan semakin
Kabupaten Sukoharjo IV-42
tinggi. Banjir air pekat ini akan mampu merusakan fondasi bangunan yang
dilewatinya terutama fondasi jembatan sehingga menyebabkan kerusakan
yang parah pada bangunan tersebut, bahkan mampu merobohkan bangunan
dan menghanyutkannya. Pada saat air banjir telah surut, material yang terbawa
banjir akan diendapkan ditempat tersebut yang mengakibatkan kerusakan pada
tanaman, perumahan serta timbulnya wabah penyakit.
4.1.10.2 Tanah Longsor dan Erosi
Gerakan tanah atau tanah longsor merusakkan jalan, pipa dan kabel
sebagai akibat gerakan dibawahnya atau karena penimbunan material hasil
longsoran. Gerakan tanah yang berjalan lambat menyebabkan
penggelembungan (tilting) dan bangunan tidak dapat digunakan. Rekahan
pada tanah menyebabkan fondasi bangunan terpisah dan menghancurkan
utilitas lainnya di dalam tanah. Runtuhan lereng yang tiba-tiba dapat menyeret
permukiman turun jauh di bawah lereng. Runtuhan batuan (rockfalls) yang
berupa luncuran batuan dapat menerjang bangunan-bangunan atau
permukiman di bawahnya. Aliran butiran (debris flow) dalam tanah yang lebih
lunak, menyebabkan aliran lumpur yang dapat mengubur bangunan
permukiman, menutup aliran sungai sehingga menyebabkan banjir, dan
menutup jalan. Liquefaction adalah proses terpisahnya air di dalam pori-pori
tanah akibat getaran sehingga tanah kehilangan daya dukung terhadap
bangunan yang ada diatasnya sebagai akibatnya bangunan akan amblas atau
terjungkal.
4.1.11 Arahan pengaturan dan pengelolaan Zona Rawan Bencana Alam di
Kabupaten Sukoharjo.
Pada zona-zona seperti ini perlu dilindungi agar dapat menghindarkan
masyarakat dari ancaman bencana yang ada tersebut. Pengaturan:
1. Penetapan batas dataran banjir;
2. Perbaikan kualitas dan peningkatan fungsi sistem drainase;
3. Diizinkan untuk kegiatan budidaya dengan tetap memperhatikan
sistem drainase yang memadai, pembuatan sumur resapan,
pembuatan penampungan air, dan pembuatan tanggul pada sungai
yang berpotensi rawan banjir;
4. Pemanfaatan sempadan sungai sebagai kawasan hijau; dan
5. Penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk.
Kabupaten Sukoharjo IV-43
4.1.12 Analisis Produktivitas Lahan
Produktivitas lahan di Kabupaten Sukoharjo dari komoditi tertentu
diperoleh dengan membagi jumlah total produksi (satuan berat ton/kwintal)
dengan luas panen (satuan Hektar) dalam satuan kecamatan. Luas panen ini
dapat saja berbeda dengan luas riil areal tanah pertanian di suatu desa.
Dengan demikian akan diperoleh gambaran penyebaran produktivitas yang
mengikuti batas kecamatan bukan batas penggunaan lahan. Secara
keseluruhan rata-rata produktivitas lahan di Kabupaten Sukoharjo dapat
diperinci menjadi 2 (dua) bagian yaitu produktivitas lahan untuk tanaman
pangan dan produktivitas untuk tanaman perkebunan.
4.1.12.1 Tanaman Padi
Perhitungan luasan Produktivitas Lahan Untuk Tanaman Padi
Kabupaten Sukoharjo Tahun 2013, dapat diketahui bahwa jumlah luasan lahan
produktivitas bagi tanaman padi di Kabupaten Sukoharjo adalah rata-rata
seluas 63.39 ku/Ha, tingkat produktivitas terbesar terdapat pada Kecamatan
Mojolaban sebesar 65,10 ku/ha dengan panen seluas 60,56 ha dan jumlah
produksi sebanyak 39427 ton. Hal tersebut dikarenakan guna lahan
Kecamatan Mojolaban memang diperuntukkan untuk sektor pertanian dan
permukiman, sedangkan berdasarkan data hasil wawancara pada Kantor
Kecamatan, sistem produksi padi di kecamatan Mojolaban sudah mulai
beranjak membaik. Berdasarkan data dari peta Geologi Kabupaten Sukoharjo,
Kecamatan Mojoloban memang sesuai untuk pengembangan pertanian lahan
basah. Sedangkan kecamatan yang produktivitasnya rendah untuk tanaman
padi adalah Kecamatan Kartasura 59,41 ku/ha, hal tersebut dikarenakan
kesesuaian lahannya tidak sesuai untuk pengembangan pertanian lahan
basah. Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu Kabupaten penyangga
pangan di Jawa Tengah, sehingga produktivitas pangan terutama padi perlu
dipacu. Berdasarkan pada hasil analisis di atas maka dapat diambil
kesimpulan, bahwa untuk tanaman padi sudah cukup optimal karena telah
memenuhi target renstra pertanian untuk tanaman padi yaitu 49,60 ku/ha.
Namun tetap perlu adanya peningkatan produksi tanaman padi yang dilakukan
dengan intensifikasi pertanian dan ekstensifikasi pertanian dengan
pengembangan lahan yang sesuai untuk tanaman lahan basah yang didukung
dengan pengembangan jaringan irigasi.
Kabupaten Sukoharjo IV-44
Tabel IV.24
Produktivitas Lahan Untuk Tanaman Padi
Kabupaten Sukoharjo Tahun 2013
No Kecamatan
Padi Sawah
Panen Puso Produksi Produktivitas
1 Weru 4722 0 29867 63.25
2 Bulu 2240 0 14507 64.76
3 Tawangsari 4112 4 26342 64.06
4 Sukoharjo 5952 0 38127 64.06
5 Nguter 5512 0 34954 63.41
6 Bendosari 5193 0 32735 63.04
7 Polokarto 6401 0 40157 62.74
8 Mojolaban 6056 0 39427 65.10
9 Grogol 2197 0 13667 62.21
10 Baki 2667 0 16616 62.30
11 Gatak 2806 12 17421 62.08
12 Kartasura 1167 8 6933 59.41
JUMLAH 49025 24 310753 63.39
Sumber: Kabupaten Sukoharjo Dalam Angka 2013
4.1.12.2 Tanaman Palawija
Kabupaten Sukoharjo cukup unggul pada sektor pertaniannya, salah
satu hasil panen unggulan adalah tanaman palawija. Tanaman palawija yang
terdapat di Kabupaten Sukoharjo meliputi jagung, ubi kayu, kacang tanah dan
kedelai. Untuk lebih jelas produktivitas lahan untuk palawija di Kabupaten
Sukoharjo dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel IV.25
Produktivitas Lahan Untuk Tanaman Palawija
Kabupaten Sukoharjo Tahun 2013
No Kecamatan
Jagung Kedelai
Panen Puso Produksi Produktivitas Panen Puso Produksi Produktivitas
1 Weru 168 0 1381 82.2 1130 0 2125 18.81
2 Bulu 70 0 584 83.43 0 0 0 0
3 Tawangsari 177 0 1453 82.09 313 0 543 17.35
4 Sukoharjo 30 0 240 80 0 0 0 0
5 Nguter 684 0 5797 84.75 29 0 53 18.28
6 Bendosari 222 0 1820 81.98 146 0 270 18.49
7 Polokarto 596 0 4958 83.19 7 0 13 18.57
8 Mojolaban 0 0 0 0 0 0 0 0
9 Grogol 16 0 141 88.13 0 0 0 0
10 Baki 98 0 867 88.47 1 0 2 20
11 Gatak 94 0 836 88.94 0 0 0 0
12 Kartasura 55 0 479 87.09 0 0 0 0
JUMLAH 2210 0 18556 83.96 1626 0 3006 18.49
Sumber: Kabupaten Sukoharjo Dalam Angka 2013
Kabupaten Sukoharjo IV-45
No Kecamatan
Kedelai Kacang Tanah
Panen Puso Produksi Produktivitas Panen Puso Produksi Produktivitas
1 Weru 1130 0 2125 18.81 328 0 566 17.26
2 Bulu 0 0 0 0 1375 0 2453 17.84
3 Tawangsari 313 0 543 17.35 791 0 1374 17.37
4 Sukoharjo 0 0 0 0 30 0 53 17.67
5 Nguter 29 0 53 18.28 949 0 1709 18.01
6 Bendosari 146 0 270 18.49 1251 0 2250 17.99
7 Polokarto 7 0 13 18.57 1554 0 2828 18.2
8 Mojolaban 0 0 0 0 5 0 9 18
9 Grogol 0 0 0 0 146 0 248 16.99
10 Baki 1 0 2 20 0 0 0 0
11 Gatak 0 0 0 0 0 0 0 0
12 Kartasura 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH 1626 0 3006 18.49 6429 0 11490 17.87
Sumber: Kabupaten Sukoharjo Dalam Angka 2013
Lanjutan……
No Kecamatan
Ubi Kayu Ubi Jalar
Panen Puso Produksi Produktivitas Panen Puso Produksi Produktivitas
1 Weru 186 0 3218 173.01 0 0 0 0
2 Bulu 266 0 4581 172.22 0 0 0 0
3 Tawangsari 322 0 5545 172.2 0 0 0 0
4 Sukoharjo 0 0 0 0 0 0 0 0
5 Nguter 297 0 5242 176.5 0 0 0 0
6 Bendosari 227 0 3981 175.37 0 0 0 0
7 Polokarto 302 0 5303 175.6 10 0 121 0
8 Mojolaban 0 0 0 0 2 0 24 0
9 Grogol 0 0 0 0 0 0 0 0
10 Baki 0 0 0 0 1 0 12 12
11 Gatak 0 0 0 0 0 0 0 0
12 Kartasura 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH 1600 0 27870 174.19 13 0 157 120.77
Sumber: Kabupaten Sukoharjo Dalam Angka 2013
Berdasarkan pada data dari tabel-tabel diatas mengenai Produktivitas
Tanaman Palawija di Kabupaten Sukoharjo, dapat diketahui bahwa produktivitas
lahan untuk tanaman jagung pada tahun 2013 memiliki rata-rata kabupaten 83,96
ku/ha, dengan produktivitas tertinggi terdapat di Kecamatan Gatak yaitu 88,94
ku/ha. Sedangkan kecamatan yang tidak memiliki produksi tanaman jagung yaitu
Kecamatan Mojolaban, hal tersebut dikarenakan Kecamatan Mojolaban lebih
memprioritaskan dalam pengelolaan tanaman padi.
Produktivitas lahan untuk tanaman ubi kayu memiliki rata-rata kabupaten
sebesar 174,19 ku/ha, dengan produktivitas tertinggi di Kecamatan Nguter
sebesar 176,5 ku/ha. Sedangkan kecamatan yang tidak memiliki produksi
tanaman ubi kayu adalah Kecamatan Sukoharjo, Mojolaban, Baki, Gatak dan
Kabupaten Sukoharjo IV-46
Kartasura. Tingkat Produktivitas untuk Tanaman palawija jenis ubi jalar, rata-rata
sebesar 120,27 ku/ha. Berbeda dengan produktivitas jenis ubi kayu, produktivitas
ubi jalar sangat kecil, hal tersebut dikarenakan hanya beberapa kecamatan di
Kabupaten Sukoharjo yang menghasilkan produksi Ubi Jalar, yaitu Kecamatan
Polokarto dan Mojolaban. Produktivitas lahan untuk tanaman kacang tanah
memiliki rata-rata kabupaten sebesar 17,87 ku/ha, dengan produktivitas tertinggi
di Kecamatan Polokarto sebesar 18,2 ku/ha. Sedangkan daerah yang tidak
memiliki produksi tanaman kacang tanah adalah Kecamatan Baki, Gatak dan
Kartasura. Produktivitas lahan untuk tanaman kedelai memiliki rata-rata
kabupaten sebesar 18,49 ku/ha, dengan produktivitas tertinggi di Kecamatan
Baki sebesar 20 ku/ha. Sedangkan daerah yang tidak memiliki produksi tanaman
kacang tanah adalah Kecamatan Bulu, Mojolaban, Grogol, Baki, Gatak dan
Kartasura. Produktivitas lahan palawija ini tersebar hampir di seluruh bagian
kecamatan di Kabupaten Sukoharjo kecuali jenis ubi kayu, kacang tanah dan
kedelai. Untuk palawija seperti jagung, dibandingkan tahun 2012 luas panen
mengalami penurunan sebesar 28,95 % dan produksinya pun turun sebesar
10,51 %. ubi kayu: luas panen turun 32,05 % dan produksi turun sebesar
34,25%, luas panen kacang tanah turun 0,37% dan jumlah produksi turun0,01%.
kedelai luas panen turun 31,69% dan produksi turun sebesar 29,64%, sementara
kacang hijau luas panen turun sebesar 57,27% dan produksi turun sebesar
54,29%. Sektor tanaman pangan yang menjadi andalan Kabupaten Sukoharjo
adalah padi dan jagung, sedangkan pengembangan dan pengelolaan tanaman
palawija ini diperlukan peningkatan produktivitas tanaman kacang-kacangan agar
dapat berkembang dan berkesesuaian dengan tujuan Kabupaten Sukoharjo
sebagai Kawasan Agroindustri.
4.1.12.3 Tanaman Sayuran
Kabupaten Sukoharjo memiliki hasil produksi berupa tanaman
sayuran disamping padi dan paliwija, tanaman sayuran yang terdapat di
Kabupaten Sukoharjo meliputi kacang panjang, cabe besar, tomat, terong, dan
ketimun. Produktivitas lahan untuk tanaman kacang panjang memiliki rata-rata
kabupaten sebesar 4611 kuintal, dengan produksi tertinggi terdapat di
Kecamatan Sukoharjo sebesar 1235 kuintal. Sedangkan daerah yang tidak
memiliki produksi tanaman kacang panjang adalah Kecamatan Weru dan Bulu.
Produktivitas lahan untuk tanaman cabe besar memiliki rata-rata kabupaten
Kabupaten Sukoharjo IV-47
sebesar 2018 kuintal, dengan produktivitas tertinggi berada di Kecamatan Gatak
sebesar 960 kuintal. Sedangkan kecamatan yang tidak memiliki produksi
tanaman Cabe besar adalah Kecamatan Weru, Tawangsari, Sukoharjo,Bulu,
Bendosari, Polokarto, Grogol dan Kartasura. Produktivitas lahan untuk tanaman
tomat memiliki rata-rata kabupaten sebesar 567 kuintal. Hanya 3 kecamatan
yang menghasilkan tanaman tomat, yaitu Kecamatan Nguter, Baki dan Gatak.
Produktivitas lahan untuk tanaman terong memiliki rata-rata kabupaten sebesar
610 kuintal. Kecamatan yang memiliki produksi tanaman terong hanya
Kecamatan Nguter, Baki dan Gatak.
Tabel IV.26
Produktivitas Lahan Untuk Tanaman Sayuran
Kabupaten Sukoharjo Tahun 2013
Kecamatan
Produksi(Kw)
Kacang
Panjang
Cabe
Besar
Tomat Terong Timun Kangkung Bayam
Weru 0 0 0 0 0 0 0
Bulu 0 230 0 0 0 0 0
Tawangsari 453 0 0 0 56 0 0
Sukoharjo 431 0 0 0 0 0 0
Nguter 345 223 246 94 471 0 0
Bendosari 129 0 0 0 0 0 0
Polokarto 129 0 0 0 241 0 0
Mojolaban 1235 308 19 0 301 0 0
Grogol 831 0 0 0 0 0 0
Baki 116 297 225 314 1206 0 0
Gatak 832 960 77 202 89 0 0
Kartasura 239 0 0 0 0 0 0
Jumlah 4611 2018 567 610 2364 0 0
2012 5422 2587 305 416 2357 0 0
Sumber: Kabupaten Sukoharjo Dalam Angka 2013
4.2 Analisis Kependudukan
4.2.1 Analisis Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk
Berdasarkan data Kabupaten Sukoharjo tahun 2013,maka diketahui
jumlah penduduk sebesar 863.963 jiwa,dengan angka rata-rata jumlah
pertumbuhan penduduk selama lima tahun terakhir sebesar 0,00604%. Hasil
rincian distribusi jumlah penduduk di setiap kecamatan,maka jumlah penduduk
terbesar terdapat di kecamatan Grogol sebesar 107.555 jiwa, sedangkan jumlah
Kabupaten Sukoharjo IV-48
penduduk terkecil berada di kecamatan Gatak sebesar 50.347 jiwa. Hal ini terjadi
karena fasilitas yang dimiliki di Kecamatan Grogol lebih lengkap dibandingkan
dengan kecamatan lainnya, dan menjadi daya tarik penduduk untuk bertempat
tinggal karena fasilitas yang ada di Kecamatan Grogol. Kecamatan yang memiliki
persebaran penduduk paling sedikit adalah kecamatan Gatak, hal ini dikarenakan
Kecamatan Gatak berdasarkan penggunaan lahannya dari tahun 2006 – 2012
diprioritaskan sebagai lahan persawahan dan lahan kosong.
Mengingat semua rencana pembangunan baik sosial, ekonomi dan
kebutuhan dasar lainnya menyangkut dengan kelengkapan fasilitas dan
karakteristik penduduk di masa mendatang, maka dilakukan penghitungan
matematika untuk jumlah proyeksi penduduk. Metode yang dilakukan dalam
penghitungan proyeksi jumlah penduduk menggunakan metode geometri yaitu
pertumbuhan penduduk dengan menggunakan dasar bunga berbunga (bunga
berganda) yang berdasarkan rata-rata angka pertumbuhan penduduk selama 5
tahun terakhir yaitu antara tahun 2009-2013 dan proyeksi dilakukan sampai
penduduk di tahun 2032. Jadi, penghitungan proyeksi dengan metode Geometric
rate of Growth menggunakan rumus sebagai berikut.
Pn : Penduduk tahun proyeksi
Po : Penduduk tahun dasar
r : Laju pertumbuhan rata-rata
n : Selisih tahun
Selanjutnya, dengan melakukan penghitungan menggunakan rumus
Geometri, diketahui hasil proyeksi penduduk di masing-masing kecamatan di
Kabupaten Sukoharjo memiliki jumlah pertumbuhan yang berbeda-beda. Akan
tetapi berdasarkan garis trend, pertumbuhan penduduk ini membentuk garis
linear yang artinya pertumbuhan penduduk Kabupaten Sukoharjo tidak
menunjukkan peningkatan yang signifikan di setiap kecamatan. Secara
keseluruhan, proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Sukoharjo hingga tahun 2033
mencapai 976.886 jiwa dengan rata rata pertumbuhan penduduk setiap tahun
adalah 0,00587% setiap tahunnya. Oleh sebab itu, program Keluarga Berencana
(KB) harus tetap disosialisasikan dan diterapkan di masyarakat Kabupaten
Sukoharjo untuk menekan kecenderungan peningkatan jumlah penduduk di
Kabupaten Sukoharjo IV-49
Kabupaten Sukoharjo, disamping hanya melakukan upaya pemerataan
pertumbuhan di masing-masing wilayah. Untuk lebih jelasnya hasil proyeksi
jumlah penduduk di Kabupaten Sukoharjo sampai tahun perencanaan dapat
dilihat di tabel berikut.
Sumber: Hasil Analisis, Studio Perencanaan 2015
Gambar 4.1
Grafik Trend Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Sukoharjo
Tabel IV.27
Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014-2024
Kecamatan
Tahun
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Weru 67.581 67.732 67.883 68.034 68.186 68.338 68.491 68.643 68.796 68.950 69.103
Bulu 51.690 51.696 51.702 51.708 51.714 51.720 51.726 51.732 51.738 51.744 51.750
Tawangsari 59.743 59.935 60.128 60.321 60.515 60.709 60.905 61.100 61.297 61.494 61.691
Sukoharjo 87.315 87.839 88.366 88.896 89.429 89.966 90.506 91.049 91.595 92.144 92.697
Nguter 65.105 65.240 65.375 65.510 65.646 65.782 65.918 66.055 66.192 66.329 66.466
Bendosari 68.883 69.181 69.481 69.782 70.084 70.387 70.692 70.998 71.306 71.614 71.924
Polokarto 75.873 76.156 76.440 76.725 77.012 77.299 77.587 77.877 78.167 78.459 78.751
Mojolaban 82.401 83.090 83.786 84.487 85.194 85.906 86.625 87.350 88.081 88.818 89.561
Grogol 108.664 109.784 110.916 112.060 113.215 114.382 115.562 116.753 117.957 119.173 120.402
Baki 55.243 55.724 56.210 56.699 57.193 57.691 58.194 58.701 59.212 59.728 60.248
Gatak 50.810 51.278 51.749 52.225 52.706 53.191 53.680 54.174 54.672 55.175 55.683
Kartasura 95.630 96.569 97.517 98.475 99.442 100.419 101.405 102.401 103.406 104.422 105.447
Jumlah 868.938 874.224 879.552 884.922 890.335 895.791 901.289 906.832 912.418 918.049 923.725
Sumber: Hasil Analisis, Studio Perencanaan 2015
Kabupaten Sukoharjo IV-50
Tabel IV.28
Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Sukoharjo Tahun 2025-2035
Kecamatan
Tahun
2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035
Weru 69.258 69.412 69.567 69.722 69.877 70.033 70.189 70.346 70.503 70.660 70.817
Bulu 51.756 51.762 51.768 51.774 51.780 51.786 51.792 51.798 51.804 51.810 51.816
Tawangsari 61.889 62.088 62.288 62.488 62.689 62.890 63.092 63.295 63.499 63.703 63.907
Sukoharjo 93.253 93.813 94.376 94.942 95.512 96.085 96.661 97.241 97.825 98.412 99.002
Nguter 66.604 66.742 66.880 67.019 67.158 67.297 67.436 67.576 67.716 67.856 67.997
Bendosari 72.236 72.549 72.863 73.178 73.495 73.813 74.133 74.454 74.776 75.100 75.425
Polokarto 79.045 79.340 79.636 79.933 80.231 80.531 80.831 81.133 81.435 81.739 82.044
Mojolaban 90.311 91.066 91.828 92.597 93.371 94.153 94.940 95.735 96.536 97.344 98.158
Grogol 121.643 122.897 124.164 125.444 126.738 128.045 129.365 130.698 132.046 133.407 134.783
Baki 60.773 61.302 61.836 62.374 62.918 63.466 64.019 64.576 65.139 65.706 66.278
Gatak 56.195 56.712 57.234 57.760 58.291 58.828 59.369 59.915 60.466 61.022 61.584
Kartasura 106.483 107.529 108.585 109.651 110.728 111.815 112.913 114.022 115.142 116.273 117.415
Jumlah 929.445 935.212 941.024 946.882 952.788 958.741 964.741 970.789 976885,8 983.031 989.226
Sumber: Hasil Analisis, Studio Perencanaan 2015
4.2.2 Analisis Distribusi dan Kepadatan Penduduk
Berdasarkan data jumlah penduduk Kabupaten Sukoharjo pada tahun
2013 sebesar 863.893 jiwa dengan luas wilayah 466 km2
, maka dapat diketahui
jumlah kepadatan penduduk Kabupaten Sukoharjo tahun 2013 sebesar 25.692
jiwa/km2
. Jumlah kepadatan penduduk tertinggi berada di kecamatan Kartasura
yaitu 4.627 jiwa/km2
dan yang terendah berada di Kecamatan Bulu yaitu sebesar
1.178 jiwa/km2
. Hal ini terjadi karena persebaran penduduk di Kabupaten
Sukoharjo masih terkonsentrasi pada wilayah dan kecamatan-kecamatan yang
dilalui jalur transportasi massal yang strategis dan terdapatnya kegiatan ekonomi
yang cukup untuk lapangan usaha penduduk serta kemudahan pelayanan-
pelayanan dan tersedianya sarana dan prasarana sosial, ekonomi yang
memadai. Disamping Itu, hal yang mendorong kegiatan migrasi penduduk adalah
adanya kepentingan untuk berdagang, bekerja maupun kegiatan sosial, ekonomi
lainnya. Sehingga perlu dilakukan antisipasi pada daerah-daerah yang
berkepadatan penduduk rendah agar tidak menimbulkan kesenjangan sosial,
ekonomi, politik dan juga fisik dasarnya. Dengan dilengkapnya fasilitas-fasilitas
baik fasilitas sosial dan fasilitas umum di setiap kecamatan diharapkan dapat
menciptakan pemerataan kepadatan penduduk dan muncul pusat-pusat
pertumbuhan baru di setiap wilayah sehingga masyarakat memiliki beberapa
Kabupaten Sukoharjo IV-51
pilihan untuk dijadikan tempat tinggal. Selanjutnya, berikut ini merupakan tabel
proyeksi kepadatan penduduk Kabupaten Sukoharjo.
Tabel IV.29
Proyeksi Distribusi Penduduk Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014-2024
Kecamatan
Luas
(Km2)
Tahun
2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033
Weru 41,98 1.646 1.650 1.653 1.657 1.661 1.665 1.668 1.672 1.676 1.679
Bulu 43,86 1.180 1.180 1.180 1.180 1.180 1.181 1.181 1.181 1.181 1.181
Tawangsari 39,98 1.543 1.548 1.553 1.558 1.563 1.568 1.573 1.578 1.583 1.588
Sukoharjo 44,58 2.079 2.092 2.104 2.117 2.130 2.142 2.155 2.168 2.181 2.194
Nguter 54,88 1.211 1.214 1.216 1.219 1.221 1.224 1.226 1.229 1.231 1.234
Bendosari 52,99 1.357 1.363 1.369 1.375 1.381 1.387 1.393 1.399 1.405 1.411
Polokarto 62,18 1.267 1.271 1.276 1.281 1.286 1.290 1.295 1.300 1.305 1.310
Mojolaban 35,54 2.520 2.541 2.562 2.584 2.605 2.627 2.649 2.671 2.694 2.716
Grogol 30,00 4.013 4.055 4.097 4.139 4.181 4.225 4.268 4.312 4.357 4.402
Baki 21,97 2.742 2.766 2.790 2.815 2.839 2.864 2.889 2.914 2.939 2.965
Gatak 19,47 2.860 2.886 2.913 2.940 2.967 2.994 3.021 3.049 3.077 3.106
Kartasura 19,23 5.483 5.537 5.592 5.647 5.702 5.758 5.815 5.872 5.929 5.988
Jumlah 466,66 27.902 28.103 28.306 28.510 28.716 28.924 29.134 29.345 29.559 29.774
Sumber: Hasil Analisis, Studio Perencanaan 2015
Tabel IV.30
Proyeksi Distribusi Penduduk Kabupaten Sukoharjo Tahun 2025-2035
Kecamatan
Luas
(Km2)
Tahun
2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035
Weru 41,98 1.650 1.653 1.657 1.661 1.665 1.668 1.672 1.676 1.679 1.683 1.687
Bulu 43,86 1.180 1.180 1.180 1.180 1.181 1.181 1.181 1.181 1.181 1.181 1.181
Tawangsari 39,98 1.548 1.553 1.558 1.563 1.568 1.573 1.578 1.583 1.588 1.593 1.598
Sukoharjo 44,58 2.092 2.104 2.117 2.130 2.142 2.155 2.168 2.181 2.194 2.208 2.221
Nguter 54,88 1.214 1.216 1.219 1.221 1.224 1.226 1.229 1.231 1.234 1.236 1.239
Bendosari 52,99 1.363 1.369 1.375 1.381 1.387 1.393 1.399 1.405 1.411 1.417 1.423
Polokarto 62,18 1.271 1.276 1.281 1.286 1.290 1.295 1.300 1.305 1.310 1.315 1.319
Mojolaban 35,54 2.541 2.562 2.584 2.605 2.627 2.649 2.671 2.694 2.716 2.739 2.762
Grogol 30,00 4.055 4.097 4.139 4.181 4.225 4.268 4.312 4.357 4.402 4.447 4.493
Baki 21,97 2.766 2.790 2.815 2.839 2.864 2.889 2.914 2.939 2.965 2.991 3.017
Gatak 19,47 2.886 2.913 2.940 2.967 2.994 3.021 3.049 3.077 3.106 3.134 3.163
Kartasura 19,23 5.537 5.592 5.647 5.702 5.758 5.815 5.872 5.929 5.988 6.046 6.106
Jumlah 466,66 28.103 28.306 28.510 28.716 28.924 29.134 29.345 29.559 29.774 29.991 30.210
Sumber: Hasil Analisis, Studio Perencanaan 2015
Kabupaten Sukoharjo IV-52
Kabupaten Sukoharjo IV-53
4.2.3 Analisis Struktur dan Kualitas Penduduk
4.2.3.1 Penduduk Menurut Struktur Umur
Perkembangan penduduk di Kabupaten Sukoharjo tidak hanya
diurutkan berdasarkan persebaran penduduk di setiap kecamatan saja, tetapi
komposisi penduduk menurut usia juga berguna untuk pengembangan
perencanaan pembangunan di Kabupaten Sukohajo. Komposisi penduduk
menurut usia biasanya dikelompokkan pada jenjang tahunan misalnya 0-4, 5-9,
10-14 dan seterusnya sampai data jumlah penduduk berdasarkan usia yang
diketahui. Berdasarkan struktur umur, di Kabupaten Sukoharjo pada tahun
2013 tercatat bahwa angka tertinggi terdapat pada pada usia produktif (Usia
15-59 tahun) yaitu sebesar 554.476 jiwa (64,19%) kemudian usia tua sejumlah
101.620 jiwa (16,27%) dan usia anak-anak sebesar 207.597 jiwa (15,72%).
Penghitungan struktur penduduk menurut umur ini menyangkut tentang
ketenagakerjaan dan penduduk yang sedang sekolah lanjutan dan kegiatan
lainnya sebagai mengurus rumah tangga. Hal ini merupakan aspek yang
sangat mendasar dalam kependudukan di suatu wilayah karena menyangkut
kondisi sosial dan ekonomi dengan pengakuan masyarakat terhadap
kemampuan seseorang dan juga menjelaskan kebutuhan manusia akan
pekerjaan yang selalu berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dalam
kehidupan sehari-hari.
Dependency Ratio merupakan salah satu indikator demografi yang
penting dalam menentukan keadaan ekonomi suatu negara. Rasio
Ketergantungan menggambarkan berapa banyak penduduk usia non produktif
yang hidupnya harus ditanggung oleh penduduk usia produktif. Semakin
tingginya persentase dependency ratio, menunjukkan semakin tingginya beban
yang harus ditanggung oleh penduduk usia produktif untuk membiayai hidup
usia non produktif. Dibawah ini merupakan tabel penduduk menurut umur di
Kabupaten Sukoharjo.
Tabel IV.31
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Sukoharjo
Kelompok Umur
2013
Laki-laki Perempuan Jumlah
0 s.d 4 34.090 32.295 66.385
5 s.d 9 35.529 33.898 69.427
Kabupaten Sukoharjo IV-54
Kelompok Umur
2013
Laki-laki Perempuan Jumlah
10 s.d 14 36.769 35.016 71.785
15 s.d 19 34.431 35.265 69.696
20 s.d 24 29.459 32.195 61.654
25 s.d 29 34.771 36.752 71.523
30 s.d 34 35.077 36.788 71.865
35 s.d 39 32.482 33.354 65.836
40 s.d 44 32.928 33.044 65.972
45 s.d 49 29.352 29.215 58.567
50 s.d 54 25.778 24.601 50.379
55 s.d 59 20.377 18.607 38.984
60 s.d 64 14.165 15.781 29.946
65 s.d 69 12.544 13.748 26.292
70 s.d 74 9.196 11.105 20.301
75+ 11.211 13.870 25.081
Jumlah 428.159 435.534 863.693
Sumber: Sukoharjo Dalam Angka 2014
Adapun angka beban ketergantungan dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut.
Berdasarkan rumus diatas, maka besarnya angka beban ketergantungan di
Kabupaten Sukoharjo adalah
Dari penghitungan diatas, dapat dilihat bahwa setiap 100 orang usia produktif di
Kabupaten Sukoharjo harus menanggung sebanyak 56 jiwa penduduk tidak
produktif. Dengan meningkatnya angka penduduk usia produktif dan beban
ketergantungan,maka dibutuhkan penambahan lapangan kerja dan kesempatan
kerja yang lebih besar di Kabupaten Sukoharjo untuk menampung pertambahan
Jumlah Usia <15 th + Jumlah Usia >60 th X 100
Jumlah Usia Produktif
DR = 207.597+ 101.620 X 100
554.476
= 56 Jiwa
Kabupaten Sukoharjo IV-55
penduduk usia produktif yang akan datang melalui program wirausaha guna
meningkatkan lapangan pekerjaan.
 Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Dalam perencanaan pembangunan, pendidikan merupakan salah
satu unsur terpenting dalam pembangunan, karena dengan pendidikan
masyarakat akan semakin cerdas dan selanjutnya akan dapat
membentuk SDM berkulitas tinggi.
Tingkat pendidikan pada umumnya menggambarkan tingkat
kualitas manusia di suatu daerah. Di Kabupaten Sukoharjo, penduduk
berdasarkan tingkat pendidikannya tahu 2013 secara proporsi yang
berpendidikan tamatan SLTA/MA tertinggi yaitu 173.857 jiwa, dan
program Diploma dan Sarjana menempati urutan terendah sebesar
33.647 jiwa dan 44.617 jiwa. Kondisi penduduk menurut tingkat
pendidikan ini sangat meningkat mengingat pada tahun 2007, penduduk
yang berpendidikan SD memegang angka yang paling tinggi sebesar
180.840 jiwa. Hal ini sangat menguntungkan karena terdapatnya
lapangan usaha di bidang industri yang memerlukan tenaga ahli dengan
kemampuan masyarakat Kabupaten Sukoharjo.
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa sebagian besar
masyarakat Kabupaten Sukoharjo memiliki kesadaran akan pentingnya
tingkat pendidikan. Akan tetapi, sebagian kecil masyarakat Kabupaten
Sukoharjo masih sulit untuk melanjutkan tingkat pendidikan ke yang
lebih tinggi dikarenakan keterbatasan kemampuan ekonomi. Sebagai
upaya, saat ini pemerintah mulai merintis program pendidikan murah
melalui subsidi pendidikan mulai dari tingkat dasar maupun tingkat
menengah.
 Penduduk Menurut Lapangan Usaha
Pekerjaan merupakan suatu upaya masyarakat untuk bisa
memenuhi kebutuhan hidupnya. Semakin banyak lapangan pekerjaan
yang disediakan suatu wilayah, semakin tinggi pula angka penduduk
yang bekerja/menetap di wilayah tersebut. Dari 10 sektor lapangan
usaha penduduk yang bekerja (Usia 15 tahun keatas) menurut
lapangan usaha tertinggi yaitu bekerja di sektor Industri sebanyak
126.778 jiwa, diikuti oleh sektor perdagangan sebesar 102.768 jiwa dan
Kabupaten Sukoharjo IV-56
jumlah terendah berada di sektor pertambangan dan galian sebesar
675 jiwa. Dilihat dari lapangan usaha tersebut, kondisi kependudukan
menurut lapangan usaha di Kabupaten Sukoharjo sangat berpotensi
untuk mengembangkan konsep agroindustri dengan mengelola
lapangan usaha sektor industri dan mendayagunakan SDM Kabupaten
Sukoharjo.
4.2.4 Analisis Potensi Pengembangan SDM
Penggembangan Sumber Daya Manusia di Kabupaten jika dilihat dari
potensinya lebih diarahkan sebagian besar pada pendidikan formal sebesar 47%
dan pendidikan non formal di usia produktif maupun non produktif seperti
keterampilan untuk pengembangan usaha di Kabupaten Sukoharjo. SDM ini
nantinya akan membantu mengembangkan potensi agroindustri yang dimiliki
Kabupaten Sukoharjo. Hal ini dilakukan untuk mendukung peningkatan ekonomi
masyarakat sekaligus meningkatkan kualitas hidup.
Potensi SDM ini dapat dilihat dari komposisi penduduk menurut usia yang
mana kelompok usia 5-19 tahun diharapkan mampu menjadi kelompok usia
produktif selama masa perencanaan, sehingga dapat menjadi kelompok
penduduk yang berkualitas dan mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
4.2.5 Analisis Daya Tampung Wilayah
Analisis daya tampung wilayah dilakukan untuk menghitung jumlah
kegiatan dan penduduk yang dapat ditampung dalam suatu wilayah. Semakin
berkembangnya pertumbuhan penduduk di suatu wilayah menyebabkan semakin
banyaknya jumlah lahan yang diperlukan untuk menampung kegiatan yang
dilakukan penduduk, salah satunya lahan pemukiman. Penduduk Kabupaten
Sukoharjo diperkirakan hingga tahun 2033 mencapai angka 976.886 jiwa.
Berdasarkan proyeksi jumlah penduduk tersebut maka diperlukan analisa daya
tampung lahan untuk mengetahui kemampuan daya tampung wilayah untuk
mewadahi penduduk secara layak.
Kabupaten Sukoharjo IV-57
Dalam menghitung daya tampung wilayah ini, dengan mengacu pada
Modul Terapan PU No.20 Tahun 2007, diasumsikan bahwa setiap penduduk
harus memiliki ruang untuk melakukan aktivitasnya sebesar 100 m2
/jiwa atau
0,01 Ha/Jiwa dan untuk perumahan diasumsikan setiap rumah menampung
sebanyak 5 jiwa. Selanjutnya dapat dihitung daya tampung tersebut dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Daya Tampung = 50% x luas lahan (m2
)/100 x 5 (jiwa)
Menghitung daya tampung berdasarkan arahan rasio tutupan lahan dengan
asumsi masing-masing arahan rasio tersebut dipenuhi maksimum, dan dengan
anggapan luas lahan yang digunakan untuk permukiman hanya 50% dari luas
lahan yang boleh tertutup (30% untuk fasilitas dan 20% untuk jaringan jalan serta
utilitas lainnya). Kemudian dengan 2 asumsi 1KK yang terdiri dari 5 orang
memerlukan lahan seluas 100 m.
Dari hasil perhitungan rumus tersebut dapat diketahui bahwa luas wilayah
Kabupaten Sukoharjo sebesar 37.356,32 Ha untuk kawasan yang dapat
dikembangkan sebagai pemukiman dan kegiatan lainnya. Dengan demikian
dapat diketahui bahwa daya tampung penduduk Kabupaten Sukoharjo hingga
tahun 2033 sebesar 18.678.158 jiwa dengan total jumlah penduduk sebesar
989.226 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapatnya lahan kosong di
Kabupaten Sukoharjo yang dapat memungkinkan untuk dilakukannya
pengembangan, baik pemukiman penduduk maupun kegiatan lainnya yang dapat
mendorong laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sukoharjo.
Sumber: Hasil Analisis, Studio Perencanaan 2015
Gambar 4.1
Grafik Trend Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Sukoharj
Kabupaten Sukoharjo IV-58
Kabupaten Sukoharjo IV-59
Tabel IV.32
Daya Tampung di Kabupaten Sukoharjo
Sumber: Hasil Analisis, Studio Perencanaan 2015
4.3 Analisis Sarana
4.3.1 Indeks Pelayanan Sarana
4.3.1.1 Sarana Pendidikan
Kabupaten Sukoharjo merupakan suatu wilayah dengan tingkat
kebutuhan pendidikan yang cukup besar. Pendidikan merupakan bagian dari
integrasi pembangunan karena pendidikan dapat menjadi indikator kemajuan
suatu bangsa dan menjadi salah satu faktor untuk meningkatkan sumber daya
manusia. Tabel-tabel dibawah merupakan tabel yang berisikan data tentang
Indeks Pelayanan sektor Pendidikan di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2015.
dapat diketahui bahwa tingkat pelayan sarana pendidikan berjenjang sudah
dapat terpenuhi bagi kebutuhan masyarakat Kabupaten Sukoharjo, hal tersebut
dapat terlihat pada kolom Indeks Pelayanan (IP) dimana semua kecamatan
pada masing-masing tingkat pendidikan tidak ada yang bernilai kurang dari 1.
Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap kecamatan sudah terpenuhi
kebutuhannya dari sarana pendidikkan.
4.3.1.2 Sarana Kesehatan
Kabupaten Sukoharjo memiliki beberapa jenis sarana kesehatan yang
difungsikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di bidang kesehatan.
Kecamatan
Jumlah
Penduduk
Luas Lahan
Daya
Tampung
Weru 70503 445,65 111.413
Bulu 51804 2.101,33 525.333
Tawangsari 63499 1.823,51 455.877
Sukoharjo 97825 4.666,54 1.166.635
Nguter 67716 5.502,16 1.375.540
Bendosari 74776 5.480,89 1.370.223
Polokarto 81435 6.265,16 1.566.291
Mojolaban 96536 3.823,13 955.782
Grogol 132046 3.140,40 785.099
Gatak 65139 109,47 27.366
Baki 60466 1.891,95 945.977
Kartasura 115142 2.106,12 526.531
Total 976886 37.356,32 9.812.067
Kabupaten Sukoharjo IV-60
Adapun jenis sarana kesehatan yang tersedia di Kabupaten Sukoharjo meliputi
Rumah Sakit, Puskesmas Pembantu, Rumah bersalin, Puskesmas, Balai
Pengobatan dan Apotek. Jika dilihat secara garis besar tingkat pelayanan
sarana kesehatan di Kabupaten Sukoharjo dapat dikategorikan pada kategori
tingkat pelayanan yang kurang baik dan belum mencukupi, hal tersebut dapat
dilihat dari perbandingan standar yang telah ditetapkan dengan jumlah
penduduk, dimana nilai ip yang keluar banyak yang bernilai 0. Tingkat
pelayanan terburuk atau kurang dan tidak mencukupi terdapat pada jenis
sarana kesehatan RS, Rumah bersalin dan Balai pengobatan. Perlu adanya
pengoptimalan pelayanan sarana kesehatan karena hal tersebut sangat
berkaitan dengan kebutuhan masyarakat.
Kabupaten Sukoharjo IV-61
Tabel IV.33
Indeks Pelayanan Sarana Pendidikan Kabupaten Sukoharjo 2013
Sumber: Hasil Analisis Studio Perencanaan, 2015
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Usia 5-6 Tahun
Jumlah
Sarana SNI IP
Jumlah
Penduduk Usia
7-12 Tahun
Jumlah
Sarana SNI IP
Jumlah
Penduduk Usia
13-15 Tahun
Jumlah
Sarana SNI IP
TK SD SMP
Weru 1885.2 22 1250 14.587 6186 55 1600 14.226 2759.9 7 4800 12.174
Bulu 1513.6 21 1250 17.343 5086.2 35 1600 11.01 2306.1 3 4800 6.2443
Tawangsari 1791.6 27 1250 18.838 5644.2 41 1600 11.623 2449.7 6 4800 11.757
Sukoharjo 2960.4 29 1250 12.245 8664 55 1600 10.157 3480.3 9 4800 12.413
Nguter 1946 22 1250 14.132 6161.4 40 1600 10.387 2649.8 4 4800 7.2458
Bendosari 2085.6 20 1250 11.987 6531.6 48 1600 11.758 2794.2 5 4800 8.5892
Polokarto 2521.6 34 1250 16.854 7929.6 55 1600 11.098 3359 8 4800 11.432
Mojolaban 2835.2 37 1250 16.313 8137.8 51 1600 10.027 3217.9 8 4800 11.933
Grogol 3605.6 45 1250 15.601 10864.8 46 1600 6.7742 4588.2 7 4800 7.3231
Baki 1890.8 25 1250 16.527 5501.4 37 1600 10.761 2215.3 6 4800 13.001
Gatak 1624.4 25 1250 19.238 4875 36 1600 11.815 2012.5 5 4800 11.925
Kartasura 3110.8 53 1250 21.297 9145.2 55 1600 9.6225 3850.7 13 4800 16.205
Kabupaten Sukoharjo IV-62
Tabel IV.34
Indeks Pelayanan Sarana Kesehatan Kabupaten Sukoharjo 2013
Kecamatan
Jenis
Sarana
Jumlah
Penduduk
SNI IP
Jenis
Sarana
Jumlah
Penduduk
SNI IP
Jenis
Sarana
Jumlah
Penduduk
SNI IP
RS
Puskesmas
Pembantu
Rumah
Bersalin
Weru 0 67.431 240000 0 5 67.431 30000 2,224,496 2 67.431 30000 0,889798
Bulu 0 51.684 240000 0 3 51.684 30000 1,741,351 0 51.684 30000 0
Tawangsari 0 59.552 240000 0 7 59.552 30000 352,633 1 59.552 30000 0,503761
Sukoharjo 2 66.794 240000 7,186,274 5 66.794 30000 2,245,711 1 66.794 30000 0,449142
Nguter 0 64.97 240000 0 3 64.97 30000 1,385,255 0 64.97 30000 0
Bendosari 2 68.586 240000 6,998,513 4 68.586 30000 1,749,628 2 68.586 30000 0,874814
Polokarto 0 75.591 240000 0 5 75.591 30000 1,984,363 1 75.591 30000 0,396873
Mojolaban 0 81.717 240000 0 3 81.717 30000 1,101,362 8 81.717 30000 2,936,965
Grogol 1 107.555 240000 2,231,416 3 107.555 30000 0,836781 2 107.555 30000 0,557854
Baki 0 54.766 240000 0 4 54.766 30000 219,114 1 54.766 30000 0,547785
Gatak 0 50.347 240000 0 3 50.347 30000 1,787,594 1 50.347 30000 0,595865
Kartasura 4 94.7 240000 1,013,728 4 94.7 30000 1,267,159 3 94.7 30000 0,95037
Sumber: Hasil Analisis Studio Perencanaan, 2015
Kabupaten Sukoharjo IV-63
Tabel IV.35
Indeks Pelayanan Sarana Kesehatan Kabupaten Sukoharjo 2013
Sumber: Hasil Analisis Studio Perencanaan, 2015
Kecamatan
Jenis
Sarana Jumlah
Penduduk
SNI IP
Jenis Sarana
Jumlah
Penduduk
SNI IP
Jenis
Sarana Jumlah
Penduduk
SNI IP
Puskesmas
Balai
Pengobatan
Apotek
Weru 1 67.431 120000 1,779,597 1 67.431 2500 0,037075 3 67.431 30000 1,334,698
Bulu 1 51.684 120000 2,321,802 1 51.684 2500 0,048371 2 51.684 30000 1,160,901
Tawangsari 1 59.552 120000 2,015,046 1 59.552 2500 0,04198 2 59.552 30000 1,007,523
Sukoharjo 1 66.794 120000 1,796,569 6 66.794 2500 0,224571 19 66.794 30000 8,533,701
Nguter 1 64.97 120000 1,847,006 1 64.97 2500 0,038479 3 64.97 30000 1,385,255
Bendosari 1 68.586 120000 1,749,628 2 68.586 2500 0,072901 2 68.586 30000 0,874814
Polokarto 1 75.591 120000 1,587,491 3 75.591 2500 0,099218 5 75.591 30000 1,984,363
Mojolaban 1 81.717 120000 1,468,483 4 81.717 2500 0,122374 14 81.717 30000 5,139,689
Grogol 1 107.555 120000 1,115,708 6 107.555 2500 0,139464 22 107.555 30000 6,136,395
Baki 1 54.766 120000 219,114 4 54.766 2500 0,182595 11 54.766 30000 6,025,636
Gatak 1 50.347 120000 2,383,459 2 50.347 2500 0,099311 5 50.347 30000 2,979,323
Kartasura 1 94.7 120000 1,267,159 9 94.7 2500 0,237592 30 94.7 30000 9,503,696
Kabupaten Sukoharjo IV-64
4.3.1.3 Sarana Peribadatan
Kabupaten Sukoharjo meerupakan wilayah yang mayoritas
penduduknya beragama islam dengan kebutuhan sarana peribadatan yang
cukup besar. Tabel dibawah merupakan tabel yang berisikan data atau
keterangan mengenai indeks pelayan sarana peribatan di Kabupaten
Sukoharjo pada tahun 2015, dapat diketahui bahwa pemenuhan pelayanan
sarana kegiatan jenis mesjid sudah terlayani dengan baik, hanya saja jenis
mushola masih sangat kurang, hal tersebut dapat terlihat dari nilai ip pada jenis
musola dimana nilai dari setiap kecamatan adalah 0 yang menunjukkan tingkat
pelayanan dan pemenuhan kebutuhan masih kurang. Perlu adanya
penambahan mushola di Kabupaten Sukoharjo pada lingkup-lingkup kecil
masyarakat.
Tabel IV.36
Indeks Pelayanan Sarana Peribadatan Kabupaten Sukoharjo 2013
Kecamatan
Jenis
Sarana Jumlah
Penduduk
SNI IP
Jenis
Sarana SNI IP
Mesjid Mushola
Weru 114 67.431 2500 4,226,543 184 250 0,682179
Bulu 101 51.684 2500 4,885,458 53 250 0,256366
Tawangsari 139 59.552 2500 5,835,236 37 250 0,155326
Sukoharjo 210 66.794 2500 7,859,987 95 250 0,355571
Nguter 130 64.97 2500 5,002,309 66 250 0,253963
Bendosari 158 68.586 2500 5,759,193 71 250 0,258799
Polokarto 213 75.591 2500 7,044,489 74 250 0,244738
Mojolaban 151 81.717 2500 4,619,602 58 250 0,177442
Grogol 186 107.555 2500 4,323,369 72 250 0,167356
Baki 162 54.766 2500 7,395,099 50 250 0,228244
Gatak 106 50.347 2500 5,263,472 62 250 0,307863
Kartasura 185 94.7 2500 4,883,844 139 250 0,366948
Sumber: Hasil Analisis Studio Perencanaan, 2015
4.3.1.4 Indeks Pelayanan Sarana RTH
Tabel dibawah merupakan tabel yang berisikan data atau keterangan
mengenai indeks pelayan sarana RTH di Kabupaten Sukoharjo pada tahun
2013, dapat diketahui bahwa pemenuhan pelayanan sarana kegiatan jenis
RTH masih sangat kurang pengadaannya, terutama pada Kecamatan weru,
bulu, tawangsari, bendosari, polokarto, mojolaban, baki dan gatak. Mengacu
Kabupaten Sukoharjo IV-65
pada permasalahan tersebut maka perlu adanya pembebasan lahan untuk
RTH agar dapat memenuhi standar RTH publik sebesar 20%.
Tabel IV.37
Indeks Pelayanan Sarana RTH Kabupaten Sukoharjo 2013
Kecamatan
Jenis
Sarana
Jumlah
Penduduk
SNI IP
Weru 0 67,431 120000 0
Bulu 0 51,684 120000 0
Tawangsari 0 59,552 120000 0
Sukoharjo 9 66,794 120000 16.16912
Nguter 1 64,970 120000 1.847006
Bendosari 0 68,586 120000 0
Polokarto 0 75,591 120000 0
Mojolaban 0 81,717 120000 0
Grogol 1 107,555 120000 1.115708
Baki 0 54,766 120000 0
Gatak 0 50,347 120000 0
Kartasura 1 94,700 120000 1.267159
Sumber: Hasil Analisis Studio Perencanaan, 2015
4.3.1.5 Sarana Olahraga
Berdasarkan hasil perhitungan indeks pelayanan sarana olahraga
Kabupaten Sukoharjo, dapat diketahui bahwa area yang tersedia untuk
olahraga sudah cukup baik dimana setiap kecamatan hampir memiliki
walaupun jumlah dan persebarannya kurang merata. nilai IP secara rata-rata
sudah cukup baik dimana hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat pemenuhan
kebutuhan sarana jenis olahraga sudah terlayani dengan cukup baik, hanya
saja pada kecamatan baki tidak tersedia sarana olahraga, selain itu
persebarannya juga tidak merata, dimana kecamatan tawangsari 57 area,
gatak 39 area dan kartasura 33 area, sedangakan di kecamatan lain hanya
sedikit area atau lahan yang tersedia.
Tabel IV.38
Indeks Pelayanan Olaharaga Kabupaten Sukoharjo 2013
Kecamatan
Jenis Sarana Jumlah
Penduduk
SNI IP
Olahraga
Weru 8 67.431 30000 3,559194
Bulu 6 51.684 30000 3,482703
Tawangsari 57 59.552 30000 28,7144
Sukoharjo 16 66.794 30000 7,186274
Kabupaten Sukoharjo IV-66
Kecamatan
Jenis Sarana Jumlah
Penduduk
SNI IP
Olahraga
Nguter 6 64.970 30000 2,770509
Bendosari 11 68.586 30000 4,811478
Polokarto 2 75.591 30000 0,793745
Mojolaban 15 81.717 30000 5,50681
Grogol 9 107.555 30000 2,510344
Baki 0 54.766 30000 0
Gatak 39 50.347 30000 23,23872
Kartasura 33 94.700 30000 10,45407
Sumber: Hasil Analisis Studio Perencanaan, 2015
4.3.2 Analisis Kebutuhan Sarana
4.3.2.1 Kebutuhan Sarana Pendidikan
Dalam menunjang dan memacu perkembangan Kabupaten Sukoharjo
maka yang harus direncanakan dengan baik adalah jumlah fasilitas pendidikan
yang tentunya sangat berkaitan erat dengan jumlah penduduk yang
memerlukan sarana pendidikan. Standar kebutuhan tersebut merupakan
kebutuhan ideal kuantitas pendidikan, disamping masih perlu pemikiran
penyediaan fasilitas-fasilitas lain yang memadai sehingga dapat mendukung
kegiatan belajar mengajar. Usaha peningkatan mutu pendidikan dan perluasan
kesempatan kerja dengan penyediaan fasilitas pendidikan adalah dalam
rangka mempersiapkan tenaga kerja dan penduduk yang berkualitas. Hal ini
dimaksudkan agar potensi pembangunan khususnya sumber daya manusia
dapat dimanfaatkan pada tiap-tiap kecamatan. Standart kebutuhan fasilitas
pendidikan:
 TK setiap 1250 jiwa memerlukan 1 unit gedung
 SD/MI setiap 1.600 jiwa memerlukan 1 unit gedung.
 SMP/MTs setiap 4.800 jiwa memerlukan 1 unit gedung.
 SMU/SMK setiap 4.800 jiwa memerlukan 1 unit gedung.
Pada hirarki penyusunan tata ruang wilayah kabupaten akan
ditindaklanjuti pada penyusunan rencana tata ruang kota pada setiap kecamatan
yang dalam RUTRK tersebut sudah terhitung fasilitas pendidikan berdasarkan
standart maupun asumsi yang telah disepakati. Sehingga dalam penyusunan
RTRW ini jumlah fasilitas pendidikan diperoleh dari kondisi yang ada dan
diproyeksikan sesuai standart dan asumsi maka akan terdapat penambahan
Kabupaten Sukoharjo IV-67
dengan memperhatikan hasil perhitungan pada setiap RUTRK yang disusun.
Dari hasil analisis diketahui bahwa di Kabupaten Sukoharjo, jumlah ketersediaan
sarana pendidikan sudah mencukupi namun perlu adanya penambahan jumlah
sarana pendidikan tk, sd, smp, dan sma sesuai dengan pertambahan jumlah
penduduk dan kebutuhan penduduk. Untuk mengetahui proyeksi kebutuhan
fasilitas pendidikan di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada tabel dibawah.
Kabupaten Sukoharjo IV-68
Tabel IV.39
Indeks Pelayanan Sarana Pendidikan Tingkat TK Kabupaten Sukoharjo 2020-2035
Sumber: Hasil Analisis Studio Perencanaan, 2015
Kecamatan
Jenis
Fas.
Standar
Penduduk
Luas
Lahan
min
Tahun 2020 2025 2030 2035
Pddk Unit Luas Pddk Unit Luas Pddk Unit Luas Pddk Unit Luas
Weru
TK
1250 500 68,491 55 27396.4 69,258 55 27703.2 70,033 56 28013.2 70659.85 57 28263.94
Bulu 1250 500 51,726 41 20690.34 51,756 41 20702.3 51,786 41 20714.27 51809.62 41 20723.85
Tawangsari 1250 500 60,905 49 24361.83 61,889 50 24755.79 62,890 50 25156.12 63702.6 51 25481.04
Sukoharjo 1250 500 90,506 72 36202.22 93,253 75 37301.37 96,085 77 38433.9 98411.57 79 39364.63
Nguter 1250 500 65918.21 53 26367.28 66603.96 53 26641.58 67296.85 54 26918.74 67856.34 54 27142.54
Bendosari 1250 500 70692.05 57 28276.82 72235.86 58 28894.34 73813.37 59 29525.35 75100.16 60 30040.06
Polokarto 1250 500 77587.15 62 31034.86 79045.16 63 31618.06 80530.57 64 32212.23 81738.97 65 32695.59
Mojolaban 1250 500 86625.2 69 34650.08 90310.53 72 36124.21 94152.65 75 37661.06 97343.71 78 38937.48
Grogol 1250 500 115561.6 92 46224.66 121643.1 97 48657.22 128044.5 102 51217.81 133407.4 107 53362.96
Baki 1250 500 58193.68 47 23277.47 60772.61 49 24309.04 63465.82 51 25386.33 65706.07 53 26282.43
Gatak 1250 500 53679.98 43 21471.99 56194.93 45 22477.97 58827.72 47 23531.09 61022.48 49 24408.99
Kartasura 1250 500 101405 81 40561.98 106483 85 42593.18 111815.2 89 44726.09 116272.7 93 46509.07
Kabupaten Sukoharjo IV-69
Tabel IV.40
Indeks Pelayanan Sarana Pendidikan Tingkat SD Kabupaten Sukoharjo 2020-2035
Kecamatan
Jenis
Fas.
Standar
Penduduk
Luas
Lahan
min
Tahun 2020 2025 2030 2035
Pddk Unit Luas Pddk Unit Luas Pddk Unit Luas Pddk Unit Luas
Weru
SD
1600 2000 68,491 43 85613.75 69,258 43 86572.5 70,033 44 87541.25 70659.85 44 88324.82
Bulu 1600 2000 51,726 32 64657.3 51,756 32 64694.68 51,786 32 64732.09 51809.62 32 64762.03
Tawangsari 1600 2000 60,905 38 76130.73 61,889 39 77361.85 62,890 39 78612.88 63702.6 40 79628.25
Sukoharjo 1600 2000 90,506 57 113131.9 93,253 58 116566.8 96,085 60 120105.9 98411.57 62 123014.5
Nguter 1600 2000 65918.21 41 82397.76 66603.96 42 83254.95 67296.85 42 84121.06 67856.34 42 84820.43
Bendosari 1600 2000 70692.05 44 88365.07 72235.86 45 90294.82 73813.37 46 92266.72 75100.16 47 93875.19
Polokarto 1600 2000 77587.15 48 96983.93 79045.16 49 98806.45 80530.57 50 100663.2 81738.97 51 102173.7
Mojolaban 1600 2000 86625.2 54 108281.5 90310.53 56 112888.2 94152.65 59 117690.8 97343.71 61 121679.6
Grogol 1600 2000 115561.6 72 144452.1 121643.1 76 152053.8 128044.5 80 160055.6 133407.4 83 166759.2
Baki 1600 2000 58193.68 36 72742.1 60772.61 38 75965.76 63465.82 40 79332.27 65706.07 41 82132.59
Gatak 1600 2000 53679.98 34 67099.98 56194.93 35 70243.67 58827.72 37 73534.64 61022.48 38 76278.1
Kartasura 1600 2000 101405 63 126756.2 106483 67 133103.7 111815.2 70 139769 116272.7 73 145340.8
Sumber: Hasil Analisis Studio Perencanaan, 2015
Kabupaten Sukoharjo IV-70
Tabel IV.41
Indeks Pelayanan Sarana Pendidikan Tingkat SMP Kabupaten Sukoharjo 2020-2035
Kecamatan
Jenis
Fas.
Standar
Penduduk
Luas
Lahan
Min
Tahun 2020 2025 2030 2035
Pddk Unit Luas Pddk Unit Luas Pddk Unit Luas Pddk Unit Luas
Weru
SMP
4800 9000 68,491 14 128420.6 69,258 14 129858.8 70,033 15 131311.9 70659.85 15 132487.2
Bulu 4800 9000 51,726 11 96985.95 51,756 11 97042.02 51,786 11 97098.13 51809.62 11 97143.04
Tawangsari 4800 9000 60,905 13 114196.1 61,889 13 116042.8 62,890 13 117919.3 63702.6 13 119442.4
Sukoharjo 4800 9000 90,506 19 169697.9 93,253 19 174850.2 96,085 20 180158.9 98411.57 21 184521.7
Nguter 4800 9000 65918.21 14 123596.6 66603.96 14 124882.4 67296.85 14 126181.6 67856.34 14 127230.6
Bendosari 4800 9000 70692.05 15 132547.6 72235.86 15 135442.2 73813.37 15 138400.1 75100.16 16 140812.8
Polokarto 4800 9000 77587.15 16 145475.9 79045.16 16 148209.7 80530.57 17 150994.8 81738.97 17 153260.6
Mojolaban 4800 9000 86625.2 18 162422.2 90310.53 19 169332.2 94152.65 20 176536.2 97343.71 20 182519.5
Grogol 4800 9000 115561.6 24 216678.1 121643.1 25 228080.7 128044.5 27 240083.5 133407.4 28 250138.9
Baki 4800 9000 58193.68 12 109113.2 60772.61 13 113948.6 63465.82 13 118998.4 65706.07 14 123198.9
Gatak 4800 9000 53679.98 11 100650 56194.93 12 105365.5 58827.72 12 110302 61022.48 13 114417.1
Kartasura 4800 9000 101405 21 190134.3 106483 22 199655.5 111815.2 23 209653.6 116272.7 24 218011.3
Sumber: Hasil Analisis Studio Perencanaan, 2015
Kabupaten Sukoharjo IV-71
Tabel IV.42
Indeks Pelayanan Sarana Pendidikan Tingkat SMA Kabupaten Sukoharjo 2020-2035
Kecamatan
Jenis
Fas.
Standar
Penduduk
Luas
Lahan
min
Tahun 2020 2025 2030 2035
Pddk Unit Luas Pddk Unit Luas Pddk Unit Luas Pddk Unit Luas
Weru
SMA
4800 12500 68,491 14 178362 69,258 14 180359.4 70,033 15 182377.6 70659.85 15 184010
Bulu 4800 12500 51,726 11 134702.7 51,756 11 134780.6 51,786 11 134858.5 51809.62 11 134920.9
Tawangsari 4800 12500 60,905 13 158605.7 61,889 13 161170.5 62,890 13 163776.8 63702.6 13 165892.2
Sukoharjo 4800 12500 90,506 19 235691.5 93,253 19 242847.5 96,085 20 250220.7 98411.57 21 256280.1
Nguter 4800 12500 65918.21 14 171662 66603.96 14 173447.8 67296.85 14 175252.2 67856.34 14 176709.2
Bendosari 4800 12500 70692.05 15 184093.9 72235.86 15 188114.2 73813.37 15 192222.3 75100.16 16 195573.3
Polokarto 4800 12500 77587.15 16 202049.9 79045.16 16 205846.8 80530.57 17 209715 81738.97 17 212861.9
Mojolaban 4800 12500 86625.2 18 225586.5 90310.53 19 235183.7 94152.65 20 245189.2 97343.71 20 253499.2
Grogol 4800 12500 115561.6 24 300941.8 121643.1 25 316778.8 128044.5 27 333449.3 133407.4 28 347415.1
Baki 4800 12500 58193.68 12 151546 60772.61 13 158262 63465.82 13 165275.6 65706.07 14 171109.6
Gatak 4800 12500 53679.98 11 139791.6 56194.93 12 146341 58827.72 12 153197.2 61022.48 13 158912.7
Kartasura 4800 12500 101405 21 264075.4 106483 22 277299.4 111815.2 23 291185.5 116272.7 24 302793.4
Sumber: Hasil Analisis Studio Perencanaan, 2015
Kabupaten Sukoharjo IV-72
4.3.2.2 Analisis Kebutuhan Sarana Kesehatan
Pembangunan di bidang kesehatan masyarakat diarahkan untuk
meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat, termasuk gizi
masyarakat dan gizi lingkungan, baik masyarakat pedesaan maupun di
perkotaan. Pelayanan kesehatan di Kabupaten Sukoharjo telah memiliki
beberapa Rumah Sakit dan Puskesmas, serta ditunjang oleh Tenaga Medis
dan Paramedis. Dari perkiraan jumlah penduduk Kabupaten Sukoharjo dapat
diperhitungkan kebutuhan fasilitas kesehatan sebagai berikut
- 1 RS type D, minimal penduduk pendukungnya sebanyak 240.000 jiwa.
- 1 Puskesmas, minimal penduduk pendukungnya sebanyak 120.000 jiwa.
- 1 Puskesmas Pembantu, minimal penduduk pendukungnya sebanyak
30.000 jiwa.
- 1 Balai Pengobatan, minimal penduduk pendukungnya sebanyak 2.500 jiwa
- 1 Rumah bersalin , minimal penduduk pendukungnya sebanyak 30.000 jiwa
- 1 Apotik, minimal penduduk pendukungnya sebanyak 30.000 jiwa
Kesehatan merupakan aspek penting untuk menciptakan sumber daya
manusia yang berkualiatas. Sarana kesehatan merupakan elemen penting
dalam hal menjaga kesehatan masyarakat agar memungkinkan bagi setiap
orang untuk hidup produktif secara social dan ekonomis. Untuk pelayanan
fasilitas kesehatan di Kabupaten Sukoharjo, tidak perlu adanya penambahan
rumah sakit untuk setiap kecamatan, namun perlu adanya penambahan sarana
puskesmas pembantu, balai pengobatan, rumah bersalin, dan apotek bagi
seluruh kecamatan yang ada di kabupaten sukoharjo. Untuk mengetahui
jumlah fasilitas kesehatan di Kabupaten Sukoharjo pada tahun perencanaan
dapat dilihat pada tabel proyeksi kebutuhan fasilitas kesehatan sebagai berikut.
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi
AnalisisFungsi

More Related Content

What's hot

Ppt kd 3.1 konsep wilayah dan tata ruang
Ppt kd 3.1  konsep wilayah dan tata ruangPpt kd 3.1  konsep wilayah dan tata ruang
Ppt kd 3.1 konsep wilayah dan tata ruangRahmat261158
 
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta DesaPerka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta DesaJaringan Kerja Pemetaan Partisipatif
 
Teoti Lokasi Pertanian Von Thunen
Teoti Lokasi Pertanian Von ThunenTeoti Lokasi Pertanian Von Thunen
Teoti Lokasi Pertanian Von ThunenTrijondro Purwanto
 
Pedoman kriteria teknis kawasan budidaya
Pedoman kriteria teknis kawasan budidayaPedoman kriteria teknis kawasan budidaya
Pedoman kriteria teknis kawasan budidayainfosanitasi
 
Hubungan antara ilmu bumi dengan ilmu tanah
Hubungan antara ilmu bumi dengan ilmu tanahHubungan antara ilmu bumi dengan ilmu tanah
Hubungan antara ilmu bumi dengan ilmu tanahAfifi Rahmadetiassani
 
Karakteristik lahan rawa
Karakteristik lahan rawaKarakteristik lahan rawa
Karakteristik lahan rawaBoaz Salosa
 
Cara pembuatan peta gis secara sederhana
Cara pembuatan peta gis secara sederhanaCara pembuatan peta gis secara sederhana
Cara pembuatan peta gis secara sederhanaBagus ardian
 
Makalah RTH di kawasan industri
Makalah RTH di kawasan industriMakalah RTH di kawasan industri
Makalah RTH di kawasan industriMarlia Utami
 
Geografi Regional Indonesia
Geografi Regional IndonesiaGeografi Regional Indonesia
Geografi Regional IndonesiaAdip Wahyudi
 
geologi-regional-kota-semarang
geologi-regional-kota-semaranggeologi-regional-kota-semarang
geologi-regional-kota-semarangGeni Sudarmo
 
Power point ips tanah
Power point ips tanahPower point ips tanah
Power point ips tanahkrisnaandra10
 
Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007
Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007
Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007Yogan Daru Prabowo
 
PPT Interaktif Geografi Jenis Peta
PPT Interaktif Geografi Jenis PetaPPT Interaktif Geografi Jenis Peta
PPT Interaktif Geografi Jenis PetaAgnas Setiawan
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sukoharjo
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten SukoharjoRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sukoharjo
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten SukoharjoPenataan Ruang
 
PPT Biosfer "persebaran flora dan fauna"
PPT Biosfer "persebaran flora dan fauna"PPT Biosfer "persebaran flora dan fauna"
PPT Biosfer "persebaran flora dan fauna"Akhmad Puryanto
 
Laporan Pembuatan Peta Tematik
Laporan Pembuatan Peta TematikLaporan Pembuatan Peta Tematik
Laporan Pembuatan Peta TematikSally Indah N
 
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan DaerahPenyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan DaerahDadang Solihin
 
limpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannyalimpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannyaFitria Anggrainy
 

What's hot (20)

Ppt kd 3.1 konsep wilayah dan tata ruang
Ppt kd 3.1  konsep wilayah dan tata ruangPpt kd 3.1  konsep wilayah dan tata ruang
Ppt kd 3.1 konsep wilayah dan tata ruang
 
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta DesaPerka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
 
Teoti Lokasi Pertanian Von Thunen
Teoti Lokasi Pertanian Von ThunenTeoti Lokasi Pertanian Von Thunen
Teoti Lokasi Pertanian Von Thunen
 
Pedoman kriteria teknis kawasan budidaya
Pedoman kriteria teknis kawasan budidayaPedoman kriteria teknis kawasan budidaya
Pedoman kriteria teknis kawasan budidaya
 
Hubungan antara ilmu bumi dengan ilmu tanah
Hubungan antara ilmu bumi dengan ilmu tanahHubungan antara ilmu bumi dengan ilmu tanah
Hubungan antara ilmu bumi dengan ilmu tanah
 
Karakteristik lahan rawa
Karakteristik lahan rawaKarakteristik lahan rawa
Karakteristik lahan rawa
 
Cara pembuatan peta gis secara sederhana
Cara pembuatan peta gis secara sederhanaCara pembuatan peta gis secara sederhana
Cara pembuatan peta gis secara sederhana
 
1.kuliah das
1.kuliah das 1.kuliah das
1.kuliah das
 
Makalah RTH di kawasan industri
Makalah RTH di kawasan industriMakalah RTH di kawasan industri
Makalah RTH di kawasan industri
 
DIGITASI
DIGITASIDIGITASI
DIGITASI
 
Geografi Regional Indonesia
Geografi Regional IndonesiaGeografi Regional Indonesia
Geografi Regional Indonesia
 
geologi-regional-kota-semarang
geologi-regional-kota-semaranggeologi-regional-kota-semarang
geologi-regional-kota-semarang
 
Power point ips tanah
Power point ips tanahPower point ips tanah
Power point ips tanah
 
Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007
Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007
Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007
 
PPT Interaktif Geografi Jenis Peta
PPT Interaktif Geografi Jenis PetaPPT Interaktif Geografi Jenis Peta
PPT Interaktif Geografi Jenis Peta
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sukoharjo
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten SukoharjoRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sukoharjo
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sukoharjo
 
PPT Biosfer "persebaran flora dan fauna"
PPT Biosfer "persebaran flora dan fauna"PPT Biosfer "persebaran flora dan fauna"
PPT Biosfer "persebaran flora dan fauna"
 
Laporan Pembuatan Peta Tematik
Laporan Pembuatan Peta TematikLaporan Pembuatan Peta Tematik
Laporan Pembuatan Peta Tematik
 
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan DaerahPenyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
 
limpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannyalimpasan air hujan dan pengukurannya
limpasan air hujan dan pengukurannya
 

Similar to AnalisisFungsi

Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul
Profil kesiapsiagaan kabupaten bantulProfil kesiapsiagaan kabupaten bantul
Profil kesiapsiagaan kabupaten bantulSapik Bubud
 
POTENSI DAN PERSEBARAN MINERAL NON LOGAM DAN LOGAM KABUPATEN TALAUD
POTENSI DAN PERSEBARAN MINERAL NON LOGAM DAN LOGAM KABUPATEN TALAUDPOTENSI DAN PERSEBARAN MINERAL NON LOGAM DAN LOGAM KABUPATEN TALAUD
POTENSI DAN PERSEBARAN MINERAL NON LOGAM DAN LOGAM KABUPATEN TALAUDYOHANIS SAHABAT
 
Bab 2 gambaran umum Provinsi Sumatera Utara
Bab 2 gambaran umum Provinsi Sumatera UtaraBab 2 gambaran umum Provinsi Sumatera Utara
Bab 2 gambaran umum Provinsi Sumatera UtaraGeniusmaniat La
 
7251-23029-1-PB.pdf
7251-23029-1-PB.pdf7251-23029-1-PB.pdf
7251-23029-1-PB.pdfUCAHFO1
 
karakteristik wilayah kabupaten sukabumi
karakteristik wilayah kabupaten  sukabumikarakteristik wilayah kabupaten  sukabumi
karakteristik wilayah kabupaten sukabumiYandi H Lukman
 
Kapupaten Kota Baru Kalimantan Selatan
Kapupaten Kota Baru Kalimantan SelatanKapupaten Kota Baru Kalimantan Selatan
Kapupaten Kota Baru Kalimantan SelatanHafidz Thoyibun
 
Formasi batubara di sumatera utara
Formasi batubara di sumatera utaraFormasi batubara di sumatera utara
Formasi batubara di sumatera utaraSulis Laruku Jrs
 
HASIL DAN PEMBAHASAN Kajian Kecepatan Penarikan Purse Line dan Waktu Penangka...
HASIL DAN PEMBAHASAN Kajian Kecepatan Penarikan Purse Line dan Waktu Penangka...HASIL DAN PEMBAHASAN Kajian Kecepatan Penarikan Purse Line dan Waktu Penangka...
HASIL DAN PEMBAHASAN Kajian Kecepatan Penarikan Purse Line dan Waktu Penangka...Andi Mahardika
 
Ppt TA1 Jhon Richard Rahayaan_410017029.pptx
Ppt TA1 Jhon Richard Rahayaan_410017029.pptxPpt TA1 Jhon Richard Rahayaan_410017029.pptx
Ppt TA1 Jhon Richard Rahayaan_410017029.pptxCorazonDeatpoll
 
Makalah parangtritis uas b. indonesia editan
Makalah parangtritis uas b. indonesia editanMakalah parangtritis uas b. indonesia editan
Makalah parangtritis uas b. indonesia editanarif878
 
P16 sumber daya alam dan lingkungan hidup (1)
P16 sumber daya alam dan lingkungan hidup (1)P16 sumber daya alam dan lingkungan hidup (1)
P16 sumber daya alam dan lingkungan hidup (1)Ade Rohima
 

Similar to AnalisisFungsi (20)

Bab ii rkpd 2012
Bab ii   rkpd 2012Bab ii   rkpd 2012
Bab ii rkpd 2012
 
Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul
Profil kesiapsiagaan kabupaten bantulProfil kesiapsiagaan kabupaten bantul
Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul
 
Bab iv
Bab ivBab iv
Bab iv
 
Brosur
BrosurBrosur
Brosur
 
Renja
RenjaRenja
Renja
 
POTENSI DAN PERSEBARAN MINERAL NON LOGAM DAN LOGAM KABUPATEN TALAUD
POTENSI DAN PERSEBARAN MINERAL NON LOGAM DAN LOGAM KABUPATEN TALAUDPOTENSI DAN PERSEBARAN MINERAL NON LOGAM DAN LOGAM KABUPATEN TALAUD
POTENSI DAN PERSEBARAN MINERAL NON LOGAM DAN LOGAM KABUPATEN TALAUD
 
Bab 2 gambaran umum Provinsi Sumatera Utara
Bab 2 gambaran umum Provinsi Sumatera UtaraBab 2 gambaran umum Provinsi Sumatera Utara
Bab 2 gambaran umum Provinsi Sumatera Utara
 
7251-23029-1-PB.pdf
7251-23029-1-PB.pdf7251-23029-1-PB.pdf
7251-23029-1-PB.pdf
 
karakteristik wilayah kabupaten sukabumi
karakteristik wilayah kabupaten  sukabumikarakteristik wilayah kabupaten  sukabumi
karakteristik wilayah kabupaten sukabumi
 
Kapupaten Kota Baru Kalimantan Selatan
Kapupaten Kota Baru Kalimantan SelatanKapupaten Kota Baru Kalimantan Selatan
Kapupaten Kota Baru Kalimantan Selatan
 
Presentasi geologi lingkungan
Presentasi geologi lingkunganPresentasi geologi lingkungan
Presentasi geologi lingkungan
 
36 sebatik
36 sebatik36 sebatik
36 sebatik
 
Formasi batubara di sumatera utara
Formasi batubara di sumatera utaraFormasi batubara di sumatera utara
Formasi batubara di sumatera utara
 
HASIL DAN PEMBAHASAN Kajian Kecepatan Penarikan Purse Line dan Waktu Penangka...
HASIL DAN PEMBAHASAN Kajian Kecepatan Penarikan Purse Line dan Waktu Penangka...HASIL DAN PEMBAHASAN Kajian Kecepatan Penarikan Purse Line dan Waktu Penangka...
HASIL DAN PEMBAHASAN Kajian Kecepatan Penarikan Purse Line dan Waktu Penangka...
 
Ppt TA1 Jhon Richard Rahayaan_410017029.pptx
Ppt TA1 Jhon Richard Rahayaan_410017029.pptxPpt TA1 Jhon Richard Rahayaan_410017029.pptx
Ppt TA1 Jhon Richard Rahayaan_410017029.pptx
 
Makalah parangtritis uas b. indonesia editan
Makalah parangtritis uas b. indonesia editanMakalah parangtritis uas b. indonesia editan
Makalah parangtritis uas b. indonesia editan
 
Bab 3_Gambaran Umum
Bab 3_Gambaran UmumBab 3_Gambaran Umum
Bab 3_Gambaran Umum
 
Tugas das brantas fauziyah
Tugas das brantas fauziyahTugas das brantas fauziyah
Tugas das brantas fauziyah
 
P16 sumber daya alam dan lingkungan hidup (1)
P16 sumber daya alam dan lingkungan hidup (1)P16 sumber daya alam dan lingkungan hidup (1)
P16 sumber daya alam dan lingkungan hidup (1)
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 

More from Nur Hilaliyah

Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Perspektif Bencana
Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Perspektif BencanaMateri Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Perspektif Bencana
Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Perspektif BencanaNur Hilaliyah
 
Spesifikasi penyajian peta rupa bumi
Spesifikasi penyajian peta rupa bumi Spesifikasi penyajian peta rupa bumi
Spesifikasi penyajian peta rupa bumi Nur Hilaliyah
 
PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK & LINGKUNGAN, EKONOMI SERTA SOSIAL BUDAYA...
PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK & LINGKUNGAN, EKONOMI SERTA SOSIAL BUDAYA...PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK & LINGKUNGAN, EKONOMI SERTA SOSIAL BUDAYA...
PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK & LINGKUNGAN, EKONOMI SERTA SOSIAL BUDAYA...Nur Hilaliyah
 
Laporan Kerja Praktik
Laporan Kerja PraktikLaporan Kerja Praktik
Laporan Kerja PraktikNur Hilaliyah
 
Peran Pemerintah Daerah dalam Pengendalian Penataan Ruang
Peran Pemerintah Daerah dalam Pengendalian Penataan RuangPeran Pemerintah Daerah dalam Pengendalian Penataan Ruang
Peran Pemerintah Daerah dalam Pengendalian Penataan RuangNur Hilaliyah
 
Review UU Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Dan PP Nomor 8 Tahun 201...
Review UU Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Dan PP Nomor 8 Tahun 201...Review UU Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Dan PP Nomor 8 Tahun 201...
Review UU Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Dan PP Nomor 8 Tahun 201...Nur Hilaliyah
 
Klasifikasi Terbimbing dan Tak Terbimbing Teknik Pengolahan Data Citra
Klasifikasi Terbimbing dan Tak Terbimbing Teknik Pengolahan Data CitraKlasifikasi Terbimbing dan Tak Terbimbing Teknik Pengolahan Data Citra
Klasifikasi Terbimbing dan Tak Terbimbing Teknik Pengolahan Data CitraNur Hilaliyah
 
Filtering dan Color Enhancement (Penginderaan Jauh)
Filtering dan Color Enhancement (Penginderaan Jauh)Filtering dan Color Enhancement (Penginderaan Jauh)
Filtering dan Color Enhancement (Penginderaan Jauh)Nur Hilaliyah
 
Bahaya Merokok Powerpoint
Bahaya Merokok PowerpointBahaya Merokok Powerpoint
Bahaya Merokok PowerpointNur Hilaliyah
 
Makalah Bahaya Merokok
Makalah Bahaya MerokokMakalah Bahaya Merokok
Makalah Bahaya MerokokNur Hilaliyah
 

More from Nur Hilaliyah (10)

Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Perspektif Bencana
Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Perspektif BencanaMateri Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Perspektif Bencana
Materi Teknis Revisi Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Perspektif Bencana
 
Spesifikasi penyajian peta rupa bumi
Spesifikasi penyajian peta rupa bumi Spesifikasi penyajian peta rupa bumi
Spesifikasi penyajian peta rupa bumi
 
PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK & LINGKUNGAN, EKONOMI SERTA SOSIAL BUDAYA...
PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK & LINGKUNGAN, EKONOMI SERTA SOSIAL BUDAYA...PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK & LINGKUNGAN, EKONOMI SERTA SOSIAL BUDAYA...
PEDOMAN TEKNIK ANALISIS ASPEK FISIK & LINGKUNGAN, EKONOMI SERTA SOSIAL BUDAYA...
 
Laporan Kerja Praktik
Laporan Kerja PraktikLaporan Kerja Praktik
Laporan Kerja Praktik
 
Peran Pemerintah Daerah dalam Pengendalian Penataan Ruang
Peran Pemerintah Daerah dalam Pengendalian Penataan RuangPeran Pemerintah Daerah dalam Pengendalian Penataan Ruang
Peran Pemerintah Daerah dalam Pengendalian Penataan Ruang
 
Review UU Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Dan PP Nomor 8 Tahun 201...
Review UU Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Dan PP Nomor 8 Tahun 201...Review UU Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Dan PP Nomor 8 Tahun 201...
Review UU Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Dan PP Nomor 8 Tahun 201...
 
Klasifikasi Terbimbing dan Tak Terbimbing Teknik Pengolahan Data Citra
Klasifikasi Terbimbing dan Tak Terbimbing Teknik Pengolahan Data CitraKlasifikasi Terbimbing dan Tak Terbimbing Teknik Pengolahan Data Citra
Klasifikasi Terbimbing dan Tak Terbimbing Teknik Pengolahan Data Citra
 
Filtering dan Color Enhancement (Penginderaan Jauh)
Filtering dan Color Enhancement (Penginderaan Jauh)Filtering dan Color Enhancement (Penginderaan Jauh)
Filtering dan Color Enhancement (Penginderaan Jauh)
 
Bahaya Merokok Powerpoint
Bahaya Merokok PowerpointBahaya Merokok Powerpoint
Bahaya Merokok Powerpoint
 
Makalah Bahaya Merokok
Makalah Bahaya MerokokMakalah Bahaya Merokok
Makalah Bahaya Merokok
 

Recently uploaded

Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxRemigius1984
 
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfMODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfihsan386426
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfYogiCahyoPurnomo
 
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppttaniaalda710
 
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfMetode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfArvinThamsir1
 
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdfAnonymous6yIobha8QY
 
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxMateri Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxarifyudianto3
 

Recently uploaded (9)

Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
 
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfMODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
 
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
 
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfMetode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
 
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
 
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxMateri Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
 

AnalisisFungsi

  • 1. Kabupaten Sukoharjo IV-1 BAB IV ANALISIS PENGEMBANGAN DAN FUNGSI WILAYAH 4.1 Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan Analisis aspek fisik dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sukoharjo meliputi analisis geologi lingkungan, kelayakan dan kesesuaian lahan, analisis sumber daya tanah, analisis sumber daya air, hutan dan tambang serta pencemaran lingkungan. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui daya dukung aspek fisik wilayah Kabupaten Sukoharjo dalam mendukung kegiatan pembangunan dan pengembangan ruang. 4.1.1 Analisis Geologi Lingkungan Secara umum kondisi eksisting geologi lingkungan pada Kabupaten Sukoharjo dibagi menjadi 4 bagian, yaitu daerah bagian timur, tengah, selatan dan utara. Jenis Batuan yang tersebar pada keempat bagian tersebut memiliki 4 jenis batuan, yaitu batuan alluvium, batuan gunung api lawu, batuan gunung api merapi, dan formasi mandalika. Berdasarkan dari keempat bagian tersebut, pada bagian utara merupakan batuan dengan jenis dari sisa gunung api merapi yang meliputi Kecamatan Kartasura, Kecamatan Gatak, Kecamatan Baki, Kecamatan Grogol, serta sebagian dari Kecamatan Sukoharjo, Mojolaban dan Polokarto. Pada bagian daerah selatan Kabupaten Sukoharjo, kondisi batuan yang terdapat di Kawasan tersebut mayoritas merupakan jenis batuan alluvium endapan dataran, berbutir kasar hingga sedang (kerikil dan pasir) dengan sisipan lempung serta batuan jenis formasi mandalika. Daerah bagian selatan dengan jenis batuan alluvium terdapat pada Kecamatan Tawangsari, Kecamatan Bulu dan Kecamatan Nguter, sedangkan daerah dengan batuan jenis formasi mandalika terdapat pada Kecamatan Weru. Daerah tengah secara umum mempunyai kondisi geologi dari endapan batuan alluvium (breksi, tufa dan lava). Bagian tengah dari Kabupaten Sukoharjo dengan keadaan geologis tersebut merupakan Kecamatan Sukoharjo, kecamatan Bendosari dan sebagian Kecamatan Polokarto. Bagian utara dari Kabupaten Sukoharjoo memiliki endapan vulkanik muda, terdiri dari tufa, lahar, breksi dan lava andesit sampai basal (batuan Gunung api Merapi). Kelulusan tinggi hingga sedang: berkelulusan tingi terutama
  • 2. Kabupaten Sukoharjo IV-2 pada lahar dan aliran lava vesikular. Daerah ini meliputi Kecamatan Mojolaban, Grogol, Gatak, dan Kartasura. Terdapat sebagian kondisi geologis dengan batuan jenis gunung api lawu pada Kecamatan Mojolaban. Berdasarkan data ekisisting dari bentuk topografi dan kemiringan lereng Kabupaten Sukoharjo, permukaan tanah pada wilayah tersebut sebagian besar cendurung mendatar. Mayoritas wilayah pada Kabupaten Sukoharjo kemiringannya hanya berkisar antara 0-2%, dari persentase tersebut menunjukkan bahwa kondisi wilayah Kabupaten Sukoharjo merupakan daerah datar yang tidak berpotensi terjadi longsor tanah, sedangkan bagian wilayah yang lebih dari 40 % pada Kabupaten Sukoharjo dilihat dari alur konturnya hanya terdapat di Desa Sanggang, bagian selatan Kabupaten Sukoharjo yaitu di Kecamatan Bulu. 4.1.2 Analisis Arahan Fungsi Kawasan Pengembangan wilayah tentu diperlukan dalam pembangunan suatu wilayah. Hal ini dikarenakan banyaknya sarana dan prasarana yang dapat dibangun dari suatu wilayah maka mempengaruhi pertumbuhan kota/kabupaten tersebut. Analisis kelayakan lahan diperlukan untuk mengetahui arahan fungsi kawasan. Apakah kawasan tersebut dapat dibudidayakan atau tidak. Faktor yang mempengaruhi kelayakan lahan yaitu dilihat dari jenis tanah, kelerengan dan curah hujan. Dari faktor tersebut kawasan budidaya, kawasan lindung dan kawasan penyangga.  Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.  Kawasan Penyangga adalah kawasan yang berfungsi menyangga kawasan dibawahnya atau kawasan budidaya.  Kawasan Budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. 4.1.2.1 Jenis Tanah Tanah merupakan faktor penentu untuk menunetukan suatu lahan yang dapat dibudidayakan. Jenis tanah memiliki tingkat kepekaan yang berbeda hal ini dikarenakan tanah tersebut memiliki tingkat permeabilitas atau daya resapan air yang berbeda. Pada umumnya jenis tanah alluvial, latosol,
  • 3. Kabupaten Sukoharjo IV-3 dan mediteran banyak menyebar di berbagai wilayah Pulau Jawa seperti salah satunya di Kabupaten Sukoharjo. Kabupaten Sukoharjo mempunyai 6 jenis tanah yang terdiri dari tanah alluvial, latosol, mediteran, gromosol, regosol dan litosol. Tanah alluvial memiliki kepekaan tanah yang tidak peka dikarenakan permeabilitas rendah sehingga memungkinkan beberapa daerah dengan jenis tanah ini rawan terhadap banjir. Berikut data jenis tanah dengan nilai skor sesuai dengan ketentuan kementrian kehutanan yang tersebar di Kabupaten Sukoharjo. Tabel IV.1 Kriteria Jenis Tanah No Jenis Tanah Tingkat Kepekaan Terhadap Erosi Skor 1 Aluvial, Tanah Clay, Planosol, Hodromorf Kelabu, Lateris Air Tanah Tidak Peka 15 2 Latosol Kurang Peka 30 3 Brown forest soil, Non Calcic Brown dan Mediteran Agak Peka 45 4 Andosol, Laterit, Grumusol, Podsol dan Podsolik Peka 60 5 Regosol, Litosol, Organosol dan Renzina Sangat Peka 75 Sumber: SK Menteri No. 837/KPTS/11/UM/VIII/1981 Tabel IV.2 Jenis Tanah yang terdapat Di Kabupaten Sukoharjo No Jenis Tanah Lokasi Kepekaan Skor 1 Aluvial Kecamatan Baki, Kecamatan Grogol, dan kecamatan Kartasura Tidak Peka 15 2 Latosol Sebagian wilayah Kecamatan Polokarto, Kecamatan Bendosari dan Kecamatan Nguter. Kurang Peka 30 3 Mediteran Sebagian Wilayah Kecamatan Sukoharjo Agak Peka 45 4 Gromosol Sebagian wilayah di Kecamatan Mojolaban, Kecamatan Polokarto, Kecamatan Nguter, Sukoharjo dan Tawangsari. Peka 60 5 Regosol, Litosol Kecamatan Tawangsari, dan Kecamatan Weru. Sangat Peka 75 Sumber: Hasil Analisis, Studio Perencanaan 2015
  • 4. Kabupaten Sukoharjo IV-4 4.1.2.2 Kelerengan Bentuk muka bumi akan memperlihatkan perbedaan yang relatif tinggi, adanya bukit, gunung, lembah, sungai dan lain-lain. Bentang alam sebagai hasil pengukuran topografi menunjukkan dua unsur penting yaitu kemiringan (lereng) dan ketinggian. Keadaan umum topografi suatu wilayah dapat menuju pada karakteristik suatu wilayah yang terdiri dari daratan dan perairan. Kelerengan di Kabupaten Sukoharjo didominasi dengan kelerengan datar dan landau. Berikut kriteria kelerengan lahan di Kabupaten Sukoharjo. Tabel IV.3 Kriteria Kelerengan Lahan Kelas Lereng Sudut Lereng (%) Kriteria Skor I 0-8 Datar 20 II 8-15 Landai 40 III 15-25 Agak Curam 60 IV 25-40 Curam 80 V >40 Sangat Curam 100 Sumber: SK Menteri Kehutanan No. 837/KPTS/11/UM/VIII/1981 Tabel IV.4 Pembagian Kelerengan Di Kabupaten Sukoharjo Kelas Lereng Sudut Lereng (%) Kriteria Lokasi Kesesuaian Penggunaan Skor I 0-2 Datar Meliputi seluruh wilayah Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo Cocok dikembangkan sebagai kawasan budidaya terutama sebagai kawasan permukiman, industri, petanian lahan basah, dan pertanian lahan kering. 20 II 2-5 Landai Kabupaten Sukoharjo yang berada di sebagian Kecamatan Weru, Bulu, Tawangsari, Nguter, Bendosari, Polokarto, Mojolaban, Grogol, dan Kartasura. Cocok dikembangkan sebagai kawasan budidaya 40 III 5-15 Agak Curam Wilayah Kabupaten Sukoharjo yang berada di sebagian Cocok dikembangkan sebagai kawasan budidaya perkebunan. 60
  • 5. Kabupaten Sukoharjo IV-5 Kelas Lereng Sudut Lereng (%) Kriteria Lokasi Kesesuaian Penggunaan Skor Kecamatan Grogol, Mojolaban, Polokarto, Nguter, Bendosari, Bulu, Weru, dan Tawangsari. IV 15-40 Curam Seluruh wilayah Kabupaten Sukoharjo yang berada di sebagian Kecamatan Grogol, Polokarto, Nguter, Bendosari, Bulu, Weru, dan Tawangsari. Cocok dikembangkan sebagai kawasan penyangga 80 V >40 Sangat Curam Seluruh wilayah Kabupaten Sukoharjo, yang berada di sebagian Kecamatan Polokarto, Bulu, Weru, dan Tawangsari. Cocok dikembangkan sebagai kawasan lindung seperti hutan 100 Sumber: Hasil Analisis, Studio Perencanaan 2015 4.1.2.3 Intensitas Hujan Hujan adalah sebuah proses kondensasi uap air di atmosfer menjadi butir air yang cukup berat untuk jatuh dan biasanya tiba di permukaan. Turunnya hujan tidak lepas dari pengaruh kelembaban udara yang memacu jumlah titik-titik air yang terdapat pada udara. Indonesia memiliki daerah yang dilalui garis khatulistiwa dan sebagian besar daerah di Indonesia merupakan daerah tropis, seperti di Kabupaten Sukoharjo. Curah hujan di Kabupaten Sukoharjo termasuk dalam curah hujan rendah dan sedang. Berikut penjelasan kriteria curah hujan yang terdapat di Kabupaten Sukoharjo. Tabel IV.5 Kriteria Intensitas Curah Hujan No Intensitas HUjan (mm/hh) Deskripsi Skor 1 0-13,6 Sangat rendah 10 2 13,6-20,7 Rendah 20 3 20,7-27,7 Sedang 30
  • 6. Kabupaten Sukoharjo IV-6 No Intensitas HUjan (mm/hh) Deskripsi Skor 4 27,7-34,8 Tinggi 40 5 >34,8 Sangat Tinggi 50 Sumber: SK Menteri Kehutanan No. 837/KPTS/11/UM/VIII/1981 Tabel IV.6 Curah Hujan Dan Intensitas Hujan Di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014 No Kecamatan Hari Hujan Rata-Rata Curah Hujan Rata-Rata Intensitas Hujan 1 Weru 6 322 53.7 2 Bulu 0 0 0.0 3 Tawangsari 8 169 21.1 4 Sukoharjo 10 182 18.2 5 Nguter 10 207 20.7 6 Bendosari 10 184 18.4 7 Polokarto 6 132 22.0 8 Mojolaban 9 170 18.9 9 Grogol 8 157 19.6 10 Baki 6 140 23.3 11 Gatak 6 96 16.0 12 Kartasura 8 137 17.1 Sumber: Hasil Analisis, Studio Perencanaan 2015 Tabel IV.7 Klasifikasi Intensitas Hujan Di Kabupaten Sukoharjo No Intensitas HUjan (mm/hh) Lokasi Skor 1 0-13,6 Sangat rendah 10 2 13,6-20,7 Rendah 20 3 20,7-27,7 Sedang 30 4 27,7-34,8 Tinggi 40 5 >34,8 Sangat Tinggi 50 Sumber: Hasil Analisis, Studio Perencanaan 2015 4.1.2.4 Kriteria Fungsi Kawasan Tabel IV.8 Kriteria Penetapan Fungsi Kawasan No Fungsi Kawasan Total Skor 1 Kawasan Lindung >175 2 Kawasan Penyangga 125-175 3 Kawasan Budidaya <125 Sumber: SK Menteri No. 837/KPTS/11/UM/VIII/1981, Tentang Kesesuaian Lahan
  • 7. Kabupaten Sukoharjo IV-7 Tabel IV.9 Penetapan Fungsi Kawasan Di Kabupaten Sukoharjo No Jenis Tanah Kelerengan Intensitas Curah Hujan Total Skor Kawasan Klasifikasi Skor Klasifikasi Skor Klasifikasi Skor 1 Aluvial 20 I 20 Rendah 20 60 Budidaya 2 Aluvial 20 II 40 Rendah 20 80 Budidaya 3 Aluvial 20 III 80 Rendah 20 120 Budidaya 4 Aluvial 20 IV 100 Rendah 20 140 Penyangga 5 Aluvial 20 I 20 Sedang 30 70 Budidaya 6 Aluvial 20 II 40 Sedang 30 90 Budidaya 7 Aluvial 20 III 80 Sedang 30 130 Penyangga 8 Aluvial 20 IV 100 Sedang 30 150 Penyangga 9 Latosol 40 I 20 Rendah 20 80 Budidaya 10 Latosol 40 II 40 Rendah 20 100 Budidaya 11 Latosol 40 III 80 Rendah 20 140 Penyangga 12 Latosol 40 IV 100 Rendah 20 160 Penyangga 13 Latosol 40 I 20 Sedang 30 90 Budidaya 14 Latosol 40 II 40 Sedang 30 110 Budidaya 15 Latosol 40 III 80 Sedang 30 150 Penyangga 16 Latosol 40 IV 100 Sedang 30 170 Penyangga 17 Mediteran 60 I 20 Rendah 20 100 Budidaya 18 Mediteran 60 II 40 Rendah 20 120 Budidaya 19 Mediteran 60 III 80 Rendah 20 160 Penyangga 20 Mediteran 60 IV 100 Rendah 20 180 Penyangga 21 Mediteran 60 I 20 Sedang 30 110 Budidaya 22 Mediteran 60 II 40 Sedang 30 130 Penyangga 23 Mediteran 60 III 80 Sedang 30 170 Penyangga 24 Mediteran 60 IV 100 Sedang 30 190 Lindung 25 Gromosol 80 I 20 Rendah 20 120 Budidaya 26 Gromosol 80 II 40 Rendah 20 140 Penyangga 27 Gromosol 80 III 80 Rendah 20 180 Lindung 28 Gromosol 80 IV 100 Rendah 20 200 Lindung 29 Gromosol 80 I 20 Sedang 30 130 Penyangga 30 Gromosol 80 II 40 Sedang 30 150 Penyangga 31 Gromosol 80 III 80 Sedang 30 190 Lindung 32 Gromosol 80 IV 100 Sedang 30 210 Lindung 33 Regosol 100 I 20 Rendah 20 140 Penyangga 34 Regosol 100 II 40 Rendah 20 160 Penyangga 35 Regosol 100 III 80 Rendah 20 200 Lindung 36 Regosol 100 IV 100 Rendah 20 220 Lindung 37 Regosol 100 I 20 Sedang 30 150 Penyangga 38 Regosol 100 II 40 Sedang 30 170 Penyangga 39 Regosol 100 III 80 Sedang 30 210 Lindung 40 Regosol 100 IV 100 Sedang 30 230 Lindung 41 Litosol 100 I 20 Rendah 20 140 Penyangga 42 Litosol 100 II 40 Rendah 20 160 Penyangga 43 Litosol 100 III 80 Rendah 20 200 Lindung 44 Litosol 100 IV 100 Rendah 20 220 Lindung
  • 8. Kabupaten Sukoharjo IV-8 No Jenis Tanah Kelerengan Intensitas Curah Hujan Total Skor Kawasan Klasifikasi Skor Klasifikasi Skor Klasifikasi Skor 45 Litosol 100 I 20 Sedang 30 150 Penyangga 46 Litosol 100 II 40 Sedang 30 170 Penyangga 47 Litosol 100 III 80 Sedang 30 210 Lindung 48 Litosol 100 IV 100 Sedang 30 230 Lindung Sumber: Hasil Analisis, Studio Perencanaan 2015 Tabel IV.10 Penetapan Fungsi Kawasan Di Kabupaten Sukoharjo No Fungsi Kawasan Luas Lokasi 1 Kawasan Lindung Sebagian kecil wilayah Kecamatan Bulu, dan Kecamatan Weru 2 Kawasan Penyangga Sebagian besar wilayah Gatak, dan Kecamatan Kartasura 3 Kawasan Budidaya Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan Baki, Mojolaban, Grogol, Polokarto, Bendosari, Nguter dan sebagian kecil Kecamatan Tawangsari
  • 11. Kabupaten Sukoharjo IV-11 4.1.3 Analisis Kemampuan Lahan Kondisi fisik, Sumber Daya Alam (SDA), dan lingkungan pada Kecamatan Winong merupakan landasan dasar yang perlu diperhatikan dalam melakukan sua tu analisis perencanaan kawasan. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis fisik dan SDA untuk mengetahui kesesuaian lahan suatu kawasan yang kemudian dapat diketahui arahan pemanfaatan lahan untuk pengembangan kawasan yang ada. Perkembangan pemukiman di suatu kawasan memberikan dampak langsung kepada penyediaan lahan pemukiman. Hal ini berakibat pada pergeseran fungsi lahan yang terkadang tidak memperhatikan kondisi daya fisik dan daya dukung lahan tersebut. Penentuan kesesuaian lahan pada Kabupaten Sukoharjo mengacu pada Permen No. 20/PRT/M/2007 tentang Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang. Berikut adalah hasil dari skoring kemampuan lahan yang terdapat di Kabupaten Sukoharjo. Tabel IV.11 Pembobotan Satuan Kemampuan Lahan No. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Bobot 1 Morfologi 5 2 Kemudahan Dikerjakan 1 3 Kestabilan Lereng 5 4 Kestabilan Pondasi 3 5 Ketersediaan Air 5 6 Terhadap Erosi 3 7 Terhadap Drainase 5 8 Pembuangan Limbah 1 9 Terhadap Bencana Alam 5 Sumber: Modul Terapan PU No.20 Tahun 2007 4.1.3.1 SKL Morfologi Morfologi merupakan bentang alam yang berupa dataran maupun perbukitan. Kemampuan lahan dari morfologi tinggi berarti kondisi morfologis suatu kawasan kompleks yaitu bentang alam tersebut berupa gunung, pegunungan, dan bergelombang. Sehingga, kemampuan pengembangannnya sangat rendah dan sulit dikembangkan atau tidak layak dikembangkan. Lahan seperti ini sebaiknya direkomendasikan sebagai wilayah lindung atau budidaya yang tak berkaitan dengan manusia,
  • 12. Kabupaten Sukoharjo IV-12 contohnya untuk wisata alam. Morfologi tinggi tidak bisa digunakan untuk peruntukan ladang dan sawah. Sedangkan kemampuan lahan dari morfologi rendah berarti kondisi morfologis tidak kompleks. Ini berarti tanahnya datar dan mudah dikembangkan sebagai tempat permukiman dan budidaya. Tabel IV.12 SKL Morfologi Morfologi Lereng (%) SKL Morfologi Nilai Gunung/Pegunungan dan Bukit/Perbukitan >40 Kemampuan lahan dari morfologi tinggi 1 Gunung/Pegunungan dan Bukit/Perbukitan 15-40 Kemampuan lahan dari morfologi cukup 2 Bukit/Perbukitan 5-15 Kemampuan lahan dari morfologi sedang 3 Datar 2-5 Kemampuan lahan dari morfologi kurang 4 Datar 0-2 Kemampuan lahan dari morfologi rendah 5 Sumber: Modul Terapan PU No.20 Tahun 2007 4.1.3.2 SKL Kemudahan Dikerjakan Kemudahan dikerjakan merupakan satuan kemampuan lahan terhadap penggalian suatu daerah yang dilihat dari kelerengan serta jenis tanah. Selain itu kemudahan penggalian ini dilihat dari tipe atau jenis batuan yang terdapat di wilayah ini. Tingkat kemudahan penggalian yang terdapat di Kabupaten Sukoharjo terdiri dari lima kelas kemampuan. Berikut tabel kelas kemampuan lahan kemudahan dikerjakan. Tabel IV.13 SKL Kemudahan Dikerjakan Morfologi Lereng (%) Geologi Permukaan SKL Kemudahan Dikerjakan Nilai Gunung/Pegunungan dan Bukit/Perbukitan >40 Litosol, Regosol Kemudahan penggalian rendah 1 Gunung/Pegunungan dan Bukit/Perbukitan 15-40 Gromosol Kemudahan penggalian kurang 2 Bukit/Perbukitan 5-15 Mediteran Kemudahan penggalian sedang 3 Datar 2-5 Latosol Kemudahan penggalian cukup 4 Datar 0-2 Aluvial Kemudahan penggalian tinggi 5 Sumber: Modul Terapan PU No.20 Tahun 2007
  • 15. Kabupaten Sukoharjo IV-15 4.1.3.3 SKL Kestabilan Lereng Kestabilan lereng artinya wilayah tersebut dapat dikatakan stabil atau tidak kondisi lahannya dengan melihat kemiringan lereng di lahan tersebut. Bila suatu kawasan disebut kestabilan lerengnya rendah, maka kondisi wilayahnya tidak stabil. Tidak stabil artinya mudah longsor, mudah bergerak yang artinya tidak aman dikembangkan untuk bangunan atau permukiman dan budidaya. Kawasan ini bisa digunakan untuk hutan, perkebunan dan resapan air. Tabel IV.14 SKL Kestabilan Lereng Morfologi Lereng (%) Ketinggian Geologi Permukaan SKL Kestabilan Lereng Nilai Gunung/Pegunungan dan Bukit/Perbukitan >40 Tinggi Litosol, Regosol Kestabilan Lereng rendah 1 Gunung/Pegunungan dan Bukit/Perbukitan 15-40 Cukup Tinggi Gromosol Kestabilan Lereng kurang 2 Bukit/Perbukitan 5-15 Sedang Mediteran Kestabilan Lereng sedang 3 Datar 2-5 Rendah Latosol Kestabilan Lereng tinggi 4 Datar 0-2 Sangat Rendah Aluvial 5 Sumber: Modul Terapan PU No.20 Tahun 2007 4.1.3.4 SKL Kestabilan Pondasi Kestabilan pondasi artinya kondisi lahan/wilayah yang mendukung stabil atau tidaknya suatu bangunan atau kawasan terbangun. SKL ini diperlukan untuk memperkirakan jenis pondasi wilayah terbangun. Kestabilan pondasi yang tinggi maka wilayah tersebut dapat dikembangan sebagai wilayah perkotaan karena memiliki pondasi yang stabil sebaliknya wilayah yang memiliki kestabilan pondasi rendah maka rawan untuk pembangunan perkotaan.
  • 16. Kabupaten Sukoharjo IV-16 Tabel IV.15 SKL Kestabilan Pondasi SKL Kestabilan Lereng Geologi Permukaan SKL Kestabilan Pondasi Nilai Kestabilan Lereng rendah Litosol, Regosol Daya dukung dan Kestabilan pondasi rendah 1 Kestabilan Lereng kurang Gromosol Daya Dukung dan Kestabilan pondasi kurang 2 Kestabilan Lereng sedang Mediteran 3 Kestabilan Lereng tinggi Latosol Daya dukung dan Kestabilan pondasi tinggi 4 Aluvial 5 Sumber: Modul Terapan PU No.20 Tahun 2007 4.1.3.5 SKL Ketersediaan Air Hidrogeologi merupakan data yang dapat melihat ketersediaan air di suatu kawasan. Ketersediaan air sangat penting dalam kelangsungan hidup maupun aktivitas manusia sehingga dapat menunjang kegiatan disuatu kawasan. Hidrogeologi juga memiliki kelas yaitu tinggi, sedang, hingga rendah. Ketersediaan air sangat tinggi artinya ketersediaan air tanah dalam dan dangkal cukup banyak. Sementara ketersediaan air sedang artinya air tanah dangkal tak cukup banyak, tapi air tanah dalamnya banyak. Di Kabupaten Sukoharjo terdapat kemampuan ketersediaan air sangat rendah, rendah, sedang dan ketersediaan air tinggi. Ketersediaan air tinggi terdapat di daerah dengan morfologi datar dan akuifer produktif penyebaran luas berikut penjelasan SKL ketersediaan air yang terdapat di Kabupaten Sukoharjo. Tabel IV.16 SKL Ketersediaan Air Morfologi Lereng (%) Hidrologi SKL Drainase Nilai Gunung/Pegunungan dan Bukit/Perbukitan >40 Akuifer produktivitas sedang Ketersediaan air sangat rendah 1 Gunung/Pegunungan dan Bukit/Perbukitan 15-40 Akuifer produktivitas sedang, penyebaran luas Ketersediaan air rendah 2 Bukit/Perbukitan 5-15 Akuifer produktivitas sedang setempat Ketersediaan air sedang 3 Datar 2-5 Akuifer produktivitas tinggi, penyebaran luas Ketersediaan air tinggi 4 Datar 0-2 Akuifer produktif penyebaran luas 5 Sumber: Modul Terapan PU No.20 Tahun 2007
  • 20. Kabupaten Sukoharjo IV-20 4.1.3.6 SKL Drainase Tanah Drainase tanah merupakan kemampuan lahan yang menentukan daya serap tanah. Drainase berkaitan dengan aliran air, serta mudah tidaknya air mengalir. Drainase tinggi artinya aliran air mudah mengalir atau mengalir lancar. Drainase rendah berarti aliran air sulit dan mudah tergenang. Tabel IV.17 SKL Drainase Morfologi Lereng (%) Geologi Permukaan Hidrologi SKL Drainase Nilai Gunung/Pegunungan dan Bukit/Perbukitan >40 Litosol, Regosol Akuifer produktivitas sedang Drainase Tinggi 5 Gunung/Pegunungan dan Bukit/Perbukitan 15-40 Gromosol Akuifer produktivitas sedang, penyebaran luas 4 Bukit/Perbukitan 5-15 Mediteran Akuifer produktivitas sedang setempat Drainase Cukup 3 Datar 2-5 Latosol Akuifer produktivitas tinggi, penyebaran luas Drainase Kurang 2 Datar 0-2 Aluvial Akuifer produktif penyebaran luas 1 Sumber: Modul Terapan PU No.20 Tahun 2007 4.1.3.7 SKL Kepekaan Terhadap Erosi Erosi berkaitan dengan terkikisnya lapisan tanah. Erosi tinggi berarti lapisan tanah mudah terkelupas dan terbawa oleh angin dan air. Erosi rendah berarti lapisan tanah sedikit terbawa oleh angin dan air. Tidak ada erosi berarti tidak ada pengelupasan lapisan tanah. Suatu kawasan yang baik adalah kawasan dengan tingkat erosi yang rendah. Hal ini dikarenakan kawasan yang memiliki tingkat erosi yang tinggi dapat menyebabkan bencana alam seperti longsor. Kawasan yang memiliki tingkat erosi rendah maka cocok dijadikan lahan budidaya. Di Kabupaten Sukoharjo tedapat kelas kemampuan lahan erosi sebagai berikut.
  • 21. Kabupaten Sukoharjo IV-21 Tabel IV.18 SKL Erosi Morfologi Lereng (%) Geologi Permukaan SKL Erosi Nilai Gunung/Pegunungan dan Bukit/Perbukitan >40 Litosol, Regosol Erosi Tinggi 1 Gunung/Pegunungan dan Bukit/Perbukitan 15-40 Gromosol Erosi Cukup Tinggi 2 Bukit/Perbukitan 5-15 Mediteran Erosi Sedang 3 Datar 2-5 Latosol Erosi Sangat Rendah 4 Datar 0-2 Aluvial Tidak ada Erosi 5 Sumber: Modul Terapan PU No.20 Tahun 2007 4.1.3.8 SKL Pembuangan Limbah SKL pembuangan limbah adalah tingkatan untuk memperlihatkan wilayah tersebut cocok atau tidak sebagai lokasi pembuangan. Analisa ini menggunakan peta hidrologi dan klimatologi. SKL pembuangan limbah kurang berarti wilayah tersebut kurang/tidak mendukung sebagai tempat pembuangan limbah. Tabel IV.19 SKL Pembuangan Limbah Morfologi Lereng (%) Ketinggian Geologi Permukaan Hidrologi SKL Pembuangan Limbah Nilai Gunung/Pegunungan dan Bukit/Perbukitan >40 Tinggi Litosol, Regosol Akuifer produktivitas sedang Kemampuan lahan untuk pembuangan limbah kurang 1 Gunung/Pegunungan dan Bukit/Perbukitan 15-40 Cukup Tinggi Gromosol Akuifer produktivitas sedang, penyebaran luas 2 Bukit/Perbukitan 5-15 Sedang Mediteran Akuifer produktivitas sedang setempat Kemampuan lahan untuk pembuangan limbah sedang 3 Datar 2-5 Rendah Latosol Akuifer produktivitas tinggi, penyebaran luas Kemampuan lahan untuk pembuangan limbah cukup 4 Datar 0-2 Sangat Rendah Aluvial Akuifer produktif penyebaran luas 5 Sumber: Modul Terapan PU No.20 Tahun 2007
  • 22. Kabupaten Sukoharjo IV-22 4.1.3.9 SKL Terhadap bencana Alam Kabupaten Sukoharjo merupakan kabupaten yang berpotensi rawan bencana banjir. Hal ini dikarenakan jenis tanah yang terdapat di kabupaten tersebut adalah tanah dengan jenis aluvial yang sulit meresap air. Daerah rawan banjir yaitu terdapat dibeberapa wilayah yaitu hampir merata di wilayah Kabupaten Sukoharjo. Selain rawan bajir daerah ini juga berpotensi rawan gerakan tanah, terdapat beberapa wilayah yang rawan terhadap gerakan tanah yaitu di bagian selatan Kecamatan Bulu, Kabupaten Sukoharjo. Kemudian daerah rawan angin ribut yaitu berada di bagian tengah kabupaten seperti Kecamatan Sukoharjo, Tawangsari dan Kecamatan Nguter. Tabel IV.20 SKL Terhadap Bencana Alam Morfologi Lereng (%) Ketinggian Geologi Permukaan SKL Bencana Alam Nilai Gunung/Pegunungan dan Bukit/Perbukitan >40 Tinggi Litosol, Regosol Potensi Bencana Alam Tinggi 5 Gunung/Pegunungan dan Bukit/Perbukitan 15-40 Cukup Tinggi Gromosol 4 Bukit/Perbukitan 5-15 Sedang Mediteran Potensi bencana alam cukup 3 Datar 2-5 Rendah Latosol Potensi bencana alam kurang 2 Datar 0-2 Sangat Rendah Aluvial 1 Sumber: Modul Terapan PU No.20 Tahun 2007
  • 27. Kabupaten Sukoharjo IV-27 Tabel IV.21 Kemampuan Lahan SKL Morfologi SKL Kemudahan Dikerjakan SKL Kestabilan Lereng SKL Kestabilan Pondasi SKL Ketersediaan Air SKL Terhadap Erosi SKl Drainase SKL Pembuangan Limbah SKL Bencana Alam 5 1 5 3 5 3 5 1 5 5 1 5 3 5 3 25 1 25 10 2 10 6 10 6 20 2 20 15 3 15 9 15 9 15 3 15 20 4 20 12 20 12 10 4 10 25 5 25 15 25 15 5 1 5 Keterangan: Nilai semakin rendah adalah tidak sesuai (1) Nilai semakin tinggi adalah sesuai (5) Penilaian pembobotan disesuaikan dengan Permen PU no.20/ PRT/ M/ 2007 Skor adalah hasil perkalian dari Nilai dan Bobot (NxB = S) Setiap kelas lahan memiliki kemampuan yang berbeda-beda yang ditentukan dari total nilai, dibuat beberapa kelas yang memperhatikan nilai minimum dan maksimum total nilai. Nilai minimum adalah 32, sedangkan nilai maksimum yang mungkin didapat adalah 160. Dengan begitu, pengkelasan dari total nilai atau skor yang terdapat di Kabupaten Sukoharjo yaitu seperti pada tabel berikut.  Kelas a dengan nilai 32-58  Kelas b dengan nilai 59-83  Kelas c dengan nilai 84-109  Kelas d dengan nilai 110-134  Kelas e dengan nilai 135-160 Tabel IV.22 Kelas Kemampuan Lahan Total Nilai Kelas Kemampuan Lahan Klasifikasi Pengembangan 32-58 Kelas a Kemampuan Pengembangan Sangat Rendah 59-83 Kelas b Kemampuan Pengembangan Rendah 84-109 Kelas c Kemampuan Pengembangan Sedang 110-134 Kelas d Kemampuan Pengembangan Agak Tinggi 135-160 Kelas e Kemampuan Pengembangan Sangat Tinggi Sumber: Modul Terapan PU No.20 Tahun 2007
  • 28. Kabupaten Sukoharjo IV-28 Tabel IV.23 Klasifikasi Satuan Kemampuan Lahan Kabupaten Winong Kelas Klasifikasi Pengembangan Luas (Ha) A Kemampuan Pengembangan Rendah 23.659 B Kemampuan Pengembangan Sedang 25.554 C Kemampuan Pengembangan Agak Tinggi 12 Sumber: Hasil Analisis dan Pengukuran Peta, 2013 4.1.4 Analisis Kesesuaian Lahan Kesesuaian lahan adalah kesesuaian sebidang lahan untuk tujuan penggunaan atau komoditas spesifik. Kesesuaian lahan fisik adalah kecocokkan (adaptability) suatu lahan untuk penggunaan lahan tertentu yang didasarkan atas faktor-faktor fisik, tanpa memperhatikan faktor ekonomi. Dalam penentuan kelas kesesuaian lahan fisik dilakukan dengan mencocokkan karakteristik suatu lahan dengan persyaratan tempat tumbuh suatu jenis tanaman tertentu. Untuk menyesuaikan kriteria yang dinilai dalam penentuan masing-masing kelas dari setiap karakteristik lahan maka dibuat suatu kriteria kelas kesesuaian lahan sebagai pedoman dalam melakukan evaluasi kesesuaian lahan. 4.1.5 Analisis Penggunaan Lahan Kondisi eksisting lahan Kabupaten Sukoharjo berdasarkan fungsional lahannya dari tahun 2006 sampai pada 2014 (jangka waktu 8 tahun) pada dasarnya tidak mengalami perubahan yang signifikan. Berdasarkan hasil analisis dari peta guna lahan Kabupaten Sukoharjo Tahun 2006 dengan Tahun 2014, guna lahan saat ini yang banyak mengalami perubahan adalah terbangunnya lahan permukiman, terutama pada bagian utara Kabupaten Sukoharjo, tepatnya di Kecamatan Kartasura, Kecamatan Grogol, Kecamatan Mojolaban serta Kecamatan Baki yang paling pesat mengalami perubahan lahan dari persawahan menjadi permukiman, sedangkan perubahan guna lahan dari persawahan menjadi permukiman juga terjadi di sebagian kecil kecamatan Gatak, Kecamatan Polokarto serta bagian selatan Kabupaten Sukoharjo yaitu Kecamatan Weru.
  • 30. Kabupaten Sukoharjo IV-30 4.1.6 Analisis Persebaran Penggunaan Lahan 4.1.6.1 Perubahan Penggunaan Lahan Di Kabupaten Sukoharjo Berdasarkan kondisi eksisting lahan di Kabupaten Sukoharjo, dapat dikategorikan penggunaan lahan di Kabupaten Sukoharjo dibagi menjadi dua lahan, yaitu tanah sawah (lahan basah) dan lahan kering. Berdasarkan kondisi guna lahan eksisting sebaran fungsi lahannya tersebar hampir merata di seluruh kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Sukoharjo adalah sawah, pekarangan, tegalan, serta guna lahan lain-lain. Selanjutnya sebaran fungsi lahan untuk hutan baik merupakan hutan rakyat maupun hutan negara hanya ada di Kecamatan Weru, Kecamatan Bulu dan Kecamatan Polokarto. Berdasarkan sebaran pola penggunaan lahan yang ada di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat kecenderungan penggunaan lahan sebagai berikut:  Seluruh Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo penggunaan lahan sawahnya didominasi oleh penggunaan lahan sawah irigasi teknis sekitar 70,17% lahan sawah yang ada di Kabupaten Sukoharjo merupakan lahan sawah dengan irigasi teknis yang merata di seluruh kecamatan di Kabupaten Sukoharjo. Di Kabupaten Sukoharjo tidak ada kecamatan yang tidak memiliki sawah dengan irigasi teknis, hal ini sesuai dengan kondisi Kabupaten Sukoharjo yang merupakan lumbung padi bagi daerah selatan di Provinsi Jawa Tengah. Selain sawah dengan irigasi teknis di Kabupaten Sukoharjo juga memiliki sawah irigasi setengah teknis, sawah irigasi sederhana dan sawah tadah hujan di beberapa kecamatan.  Sebaran tanah pekarangan di Kabupaten Sukoharjo menjadi penggunaan lahan yang dominan yaitu sekitar 62,90% dari seluruh luas lahan bukan sawah di Kabupaten Sukoharjo. Luasan dari lahan pekarangan di Kabupaten Sukoharjo tiap tahunnya terus meningkat baik sebaran penggunaan maupun luas penggunaan lahannya. Penggunaan lahan tertinggi untuk bangunan dan pekarangan terdapat di Kecamatan Polokarto yaitu sekitar 11,08% dari seluruh luasan lahan pekarangan di Kabupaten Sukoharjo. Hal ini disebabkan karena kecamatan tersebut terletak di daerah dengan topografi sedang dan memiliki luasan yang paling luas yaitu sekitar 13,32% dari luas Kabupaten Sukoharjo. Untuk penggunaan lahan bangunan dan pekarangan terendah terdapat di Kecamatan Gatak. Sebaran penggunaan lahan perkarangan dan
  • 31. Kabupaten Sukoharjo IV-31 bangunan ini meningkat seiring perkembangan penduduk, perkembangan ekonomi wilayah, dan perkembangan fungsi kota-kota yang ada di Kabupaten Sukoharjo. Untuk itu peningkatan sebaran penggunaan lahan bangunan dan pekarangan perlu diarahkan pada pola pemanfaatan dan pengelolaan yang sesuai tata aturan penggunaan lahan.  Hutan negara memiliki sebaran penggunaan lahan sebesar 1.021 Ha yang tersebar di 3 kecamatan yaitu Kecamatan Bulu, Kecamatan Tawangsari dan Kecamatan Polokarto. Sebaran hutan dari tahun ke tahun cenderung tetap, namun mengalami peningkatan pada tahun-tahun sekarang, hal tersebut dikarenakan penggunaan tanah hutan untuk keperluan lain selalu mendapatkan ganti tanah yang selanjutnya dikelola sebagai hutan lagi. Sebaran ini hendaknya dipertahankan karena hutan memiliki fungsi yang sangat penting dalam hal konservasi sumber daya alam baik tanah, air maupun sumber daya hutan itu sendiri. Pengembangan hutan ini diharapkan pula berfungsi sebagai kawasan resapan air yang mempertahankan intensitas air tanah di Kabupaten Sukoharjo.  Sebaran lahan untuk perkebunan terutama terdapat di Kecamatan Weru, bulu, Tawangsari, Sukoharjo, nguter, Bendosari, Polokarto, Mojolaban dan Grogoldengan prosentase terbesar terdapat di Kecamatan Polokarto yaitu 20,64%.
  • 33. Kabupaten Sukoharjo IV-33 4.1.6.2 Kecenderungan Perkembangan Lahan Terbangun Perkembangan aktivitas, kebijakan pembangunan serta pertumbuhan penduduk yang besar akan mempengaruhi kecenderungan perkembangan penggunaan lahan terbangun. Berdasarkan hasil pengamatan yang mengacu pada perkembangan guna lahan Kabupaten Sukoharjo pada peta guna lahan 2006-2012 dapat diketahui bahwa perkembangan paling pesat berasal dari pembangunan permukiman. Bangunan-bangunan yang ada yaitu perdagangan, pertokoan, sekolahan, jasa dan lain-lainnya, pada umumnya berada di kanan kiri jalan poros baik pada kota-kota kecamatan maupun pada desa-desa sehingga cenderung membentuk satu pola linier. Kecenderungan perubahan guna lahan untuk lahan terbangun juga sangat dipengaruhi oleh kebijakan pengembangan Kawasan Industri Nguter. Kegiatan-kegiatan yang bersifat ekonomis seperti kegiatan perdagangan dan jasa, industri akan cenderung bergeser posisinya mendekati lokasi tersebut karena kegiatan di lokasi tersebut akan menarik kedatangan banyak orang. Dalam perkembangan selanjutnya akan berkembang kegiatan perumahan yang mendukung kegiatan- kegiatan ekonomi tersebut. Keberadaan Kawasan Nguter ini diharapkan mampu memberikan nilai positif bagi perkembangan Kabupaten Sukoharjo sebagai penarik investor untuk menanamkan modal di Kabupaten Sukoharjo. Namun, perlu dicermati pula agar pengembangan yang akan dilakukan tidak memanfaatkan lahan produktif tetapi dialokasikan pada lahan non produktif yang memiliki lokasi yang berdekatan dengan keberadaan Kawasan Industri Nguter tersebut. Oleh karena itu perlu adanya pengaturan penggunaan lahan yang jelas di daerah-daerah yang diperkirakan akan terpengaruh dengan keberadaan ketiga kegiatan tersebut. Keselarasan antara sektor utama yang diprioritaskan untuk dikembangkan berupa sektor pertanian dan industri perlu direncanakan sebaik mungkin guna tercapainya rencana pengembangan kawasan berbasis agroindustri. 4.1.6.3 Kecenderungan Lahan Sawah Berdasarkan kondisi eksisting lahan Kabupaten Sukoharjo, luas lahan persawahan di Kabupaten Sukoharjo setiap tahun mengalami penyusutan. Pada umumnya, lahan sawah yang hilang dikonversi menjadi lahan permukiman dan industri. Berkurangnya lahan sawah ini mengakibatkan berkurangnya produksi padi dan hasil pertanian lainnya. Pembangunan
  • 34. Kabupaten Sukoharjo IV-34 kawasan industri Nguter diharapkan tidak akan mengurangi lahan sawah yang ada di Kecamatan Nguter karena lokasi untuk kawasan industri tersebut diarahkan pada kawasan tegalan yang tidak terlalu produktif, sehingga pembangunan kawasan industri Nguter ini tidak akan mempengaruhi secara signifikan luasan lahan produktif di Kabupaten Sukoharjo. Untuk mempertahankan ketahanan pangan khususnya tanaman padi di Kabupaten Sukoharjo, maka formulasi dan implementasi kebijakan hendaknya mencakup upaya antara lain:  Mengintensifkan upaya peningkatan produksi melalui perbaikan produktivitas lahan.  Intensitas pertanaman.  Perluasan areal tanam.  Penurunan susut panen dan pasca panen.  Upaya peningkatan kualitas dan nilai tambah pengolahan padi. Kebijakan pengembangan lahan pertanian pangan berkelanjutan diharapkan mampu mengurangi akibat dari adanya penggunaan lahan sawah untuk permukiman dan industri. Lokasi lahan pertanian pangan berkelanjutan diarahkan pada kawasan persawahan yang memiliki kesesuaian lahan S1 dan secara ekonomi menguntungkan. Sedangkan untuk lahan persawahan yang berada di sepanjang jalan yang potensial perkembangannya dapat dialihfungsikan sebagai lahan terbangun kurang lebih 100 m kanan kiri jalan. Penetapan lahan peratnian pangan berkelanjutan perlu didukung dengan peraturan perundangan yang kuat serta pemecahan permasalahan sosial dan ekonomi. 4.1.6.4 Kecenderungan Penggunaan Lahan Hutan Untuk lahan hutan negara yang ada di Kabupaten Sukoharjo cenderung tetap karena dalam pengelolaan Perum Perhutani BKPH Wonogiri. Sedangkan untuk lahan hutan rakyat biasanya menjadi satu dengan lahan tegalan masyarakat. Perkembangan hutan rakyat ini cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Perkembangan hutan rakyat ini diarahkan pada kawasan-kawasan lahan kritis, kawasan resapan air, dan kawasan lindung untuk mempertahankan fungsi lahan tersebut dan mengurangi tingkat kekritisan lahan.
  • 35. Kabupaten Sukoharjo IV-35 4.1.6.5 Kecenderungan Perkembangan Pertanian Lahan Kering Kabupaten Sukoharjo memiliki sektor pertanian yang cukup berkembang akan hasil taninya. Pertanian lahan kering yang berupa lahan perkebunan merupakan penggunaan lahan tertinggi kedua di Kabupaten Sukoharjo setelah pekarangan. Kecenderungan perkembangan lahan kering ini akan mengalami penurunan terutama untuk penggunaan lahan terbangun. Perubahan ini terutama terjadi pada sepanjang jalan yang potensial. 4.1.7 Analisis Sumber Daya Air Sumber daya air yang ada dan dimanfaatkan oleh Kabupaten Sukoharjo terkait dengan beberapa hal, yaitu keadaan sungai, mata air, serta waduk yang termasuk dalam bagian daerah Kabupaten Sukoharjo. Selain itu juga berkaitan dengan keadaan hujan serta air bawah tanah. Potensi sumber daya air di Kabupaten Sukoharjo meliputi: 4.1.7.1 Sungai Keberadaan sungai di Kabupaten Sukoharjo merupakan bagian dari Daerah Pengembangan Sungai (DPS) Solo Hulu, Samin, dan Dengkeng yang meliputi Sungai Bengawan Solo, Sungai Dengkeng, Sungai Brambang, Sungai Jlantah, Sungai Samin, Sungai Ranjing, dan Sungai Walikan. Sungai-sungai tersebut kemudian terbagi menjadi beberapa anak sungai lainnya, sehingga di Kabupaten Sukoharjo terdapat kurang lebih 31 sungai yang mengalir di daerah ini, dengan panjang keseluruhan sungai tersebut sepanjang 292,05 km. Pada umumnya aliran sungai dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu 1. Aliran langsung, yaitu air hujan langsung dibuang ke laut tanpa ada yang meresap kedalam tanah. 2. Aliran dasar, yaitu air hujan sebagian meresap ke dalam tanah hingga jenuh dan beberapa waktu kemudian ke luar sebagai aliran dasar yang mengalir ke laut bersama-sama atau tidak bersama aliran langsung. Sungai-sungai yang ada di Kabupaten Sukoharjo merupakan jenis sungai aliran dasar, dimana air hujan meresap ke dalam tanah terlebih dahulu, baru beberapa waktu kemudian ke luar sebagai aliran dasar yang mengalir ke laut. Hal ini disebabkan karena wilayah Kabupaten Sukoharjo bukanlah daerah yang berada dekat dengan daerah laut, sehingga dalam proses aliran sungainya, melewati daerah-daerah lainnya baru kemudian bermuara ke laut.
  • 36. Kabupaten Sukoharjo IV-36 Aliran sungai di Kabupaten Sukoharjo dimanfaatkan untuk beberapa keperluan antara lain untuk irigasi pertanian, baik itu irigasi teknis, irigasi setengah teknis dan irigasi sederhana. Fungsi irigasi ini terbagi dalam beberapa daerah irigasi (DI) yang terdapat di masing-masing kecamatan. Untuk menjaga eksistensi daerah aliran sungai dalam mendukung fungsi irigasi tersebut, maka perlu menjaga fungsi resapan pada Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan salah satu caranya mengembangkan kawasan hutan. Beberapa potensi yang dapat dikembangkan dalam kerangka pengelolaan DAS antara lain:  Pengembangan hutan/ kebun rakyat  Budidaya persuteraan alam  Pembangunan perkebunan terpadu melalui budidaya kopi arabica dan tanaman aren  Budidaya tananam nilam sebagai penutup tanah  Potensi hutan negara berupa hutan produksi dan hutan lindung 4.1.7.2 Air Hujan Kabupaten Sukoharjo termasuk daerah tipe hujan C atau agak basah, dimana prosentase bulan basah dan bulan kering 33,3% - 60%. Curah hujan rata-rata tahunan (Januari-Desember) sebesar 21.967 mm/ tahun. Curah hujan terbesar berada pada bagian selatan wilayah Kabupaten Sukoharjo, yaitu sebesar >1650 mm/ tahun yang meliputi Kecamatan Weru dan Bulu, dan curah hujan terendah berada pada bagian utara Kabupaten Sukoharjo, yaitu sebesar <1200 mm/ tahun yang meliputi Kecamatan Gatak dan Kecamatan Baki. Sumber air hujan ini digunakan dan dimanfaatkan untuk sektor pertanian, khususnya persawahan tadah hujan yang luasnya sekitar 2.464 Ha. Namun pemanfaatan air hujan ini belum dilakukan secara optimal, karena baru 11,6% dari seluruh luas lahan persawahan di Kabupaten Sukoharjo, sehingga pada musim kemarau masih ada daerah yang mengalami kekeringan, seperti Kecamatan Wulu, Tawangsari dan Weru. Kondisi yang perlu diperhatikan adalah pelestarian daerah resapan dan tangkapan air dari kerusakan lingkungan maupun pengembangan kawasan budidaya. Debit air yang tinggi ini akan berakibat pada munculnya daerah rawan bencana tanah longsor, erosi di bagian hulu dan sedimentasi di daerah hilir. Akibat
  • 37. Kabupaten Sukoharjo IV-37 sedimentasi maka sungai menjadi dangkal dan sempit, sehingga lebih lanjut dapat mengakibatkan banjir. 4.1.7.3 Air Bawah Tanah Berdasarkan data pelayanan pemenuhan kebutuhan air bersih oleh PDAM belum dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat, untuk pemenuhan kebutuhan pengairan sawah, sistem saluran irigasi yang ada belum menjangkau keseluruh areal sawah yang ada. Disamping itu kondisi sumber daya air baik air tanah dan air permukaan belum dikelola sepenuhnya dengan baik. Oleh karena itu, penggunaan air secara optimal perlu ditingkatkan dan juga sumber-sumber mata air baru perlu dicari untuk memenuhi kebutuhan air yang terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan aktivitasnya. Penggunaan air bawah tanah (ABT) di Kabupaten Sukoharjo dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Air bawah tanah di Kabupaten Sukoharjo telah dimanfaatkan sebagai sumber air minum/ air bersih, irigasi, industri dan keperluan lainnya. Penggunaan air bawah tanah oleh industri ini harus diawasi dan dikendalikan karena penggunaan yang berlebihan akan mengakibatkan penurunan kualitas dan kuantitas air. Hal ini disikapi dengan dengan pembatasan debit yang disesuaikan dengan kondisi sumber ABT. Selain itu untuk sumber 5 (lima) sumur dalam luasan tertentu harus dibuat sumur pantau untuk mengetahui tinggi permukaan air bawah tanah. Penggunaan air bawah tanah yang digunakan oleh perusahaan diambil dari sumur dalam yang dimiliki oleh perusahaan sendiri. Untuk mengantisipasi rusaknya sumber daya air bawah tanah ini perlu ditata dan dipantau sehingga tidak merusak sumber daya air bawah tanah di sekitar lokasi industri. Hal yang sangat diperlukan adalah adanya pemantauan untuk air tanah. Sedangkan dalam pengembangnnya nanti pengelolaan air di Kabupaten Sukoharjo harus diarahkan pada pemenuhan kebutuhan sebagai berikut:  Pemenuhan kebutuhan air bersih  Pemenuhan kebutuhan irigasi  Pelestarian sumber daya air tanah  Pengaliran limpasan air yang dapat menimbulkan banjir Kondisi air tanah di Kabupaten Sukoharjo dapat dibedakan menjadi beberapa bagian sebagai berikut :
  • 38. Kabupaten Sukoharjo IV-38  Daerah aquifer produksi dengan penyebaran luas. Aquifer dengan keterusan sedang tinggi pisometri air tanah atau muka air tanah diatas atau dekat dibawah muka tanah debit sumur umumnya 5-10 liter/ detik. Daerah ini meliputi kecamtan Mojolaban, Grogol, Baki, Gatak, dan Kartasura.  Daerah aquifer dengan produktifitas sedang, penyebaran luas. Aquifer produktifitas sedang, penyebaran luas. Aquifer dengan keterusan sedang sampai rendah muka air tanah beragam dari dekat muka tanah sampai lebih dalam dari 10 m debit sumur umumnya kurang dari 5 liter/ detik. Daerah ini meliputi Kecamatan Sukoharjo, Nguter, Grogol, Baki, Gatak, dan Kartasura.  Aquifer dengan produktifitas sedang, terdapat setempat-setempat. Aquifer tidak menerus, tipis dengan keterusan rendah, debit sumur umumnya kurang dari 5 liter/detik. Daerah ini meliputi: kecamatan Weru, Bulu, Tawangsari dan Sukoharjo.  Aquifer dengan produktifitas tinggi, penyebaran luas. Aquifer dengan keterusan dan kisaran kedalaman muka air tanah sangat beragam, debit sumur umumnya lebih dari 5 liter/ detik. Daerah ini meliputi Kecamatan Nguter, Bendosari, Polokarto dan Mojolaban. 4.1.7.4 Waduk/ Mata Air Pada umumnya waduk yang ada di Kabupaten Sukoharjo digunakan untuk pengairan sawah. Saat ini terdapat satu waduk yang ada di Kabupaten Sukoharjo, yakni waduk Mulur, yang mampu menampung air sejumlah 3.435.000 m³ dan mengairi sawah seluas 4.787 Ha. Mengingat daerah Kabupaten Sukoharjo masih dominan sebagai daerah pertanian, diperlukan sumber-sumber pengairan lainnya untuk mengantisipasi kekurangan air pada lahan pertanian, serta mengatasi kekeringan pad musim kemarau. Jumlah mata air yang ada di Kabupaten Sukoharjo saat ini berjumlah 4 sumber mata air, yang berlokasi di Banyubiru di Kecamatan Weru, Pecinan di Kecamatan Bulu, Pundung Rejo di Kecamatan Tawangsari dan Ringin Pitu di Kecamatan Nguter. Untuk air bersih di Kabupaten Sukoharjo, perlu dicari sumber-sumber mata air lainnya, agar air bersih dapat dijangkau oleh masyarakat dengan mudah.
  • 39. Kabupaten Sukoharjo IV-39 4.1.8 Analisis Sumber Daya Hutan Hutan yang ada di Kabupaten Sukoharjo dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu hutan rakyat, yang dikelola dan dimanfaatkan oleh masyarakat, serta hutan negara yang pengelolaannya dilakukan oleh negara. Pengelolaan hutan rakyat lebih besar jumlahnya dari pada hutan negara. Pengelolaan hutan rakyat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai budidaya tanaman, seperti mahoni, jati, mangga, akasia, lamtoro, trembesi, sengon, durian, rambutan serta jenis tanaman lainnya. Pemanfaatan hutan terus ditingkatkan pada setiap tahunnya, terutama terhadap hutan rakyat. Selain itu, keanekaragaman tumbuhan yang diusahakan juga bertambah. Hal itu tidak lepas dari adanya program untuk penanaman hutan rakyat, yang telah dilakukan semenjak tahun 2003 dan terus berlangsung sampai tahun 2007. Gerakan rehabilitasi hutan terutama dilakukan terhadap hutan rakyat, yang pengelolaannya diserahkan kepada masyarakat, melalui pemantauan dari instansi pemerintah yang terkait. Program rehabilitasi hutan tersebut merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sukoharjo melalui Program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL). Program tersebut terus ditingkatkan pada setiap tahunnya, dimana pada tahun 2003 diadakan rehabilitasi dan penanaman hutan rakyat seluas 1.089 Ha, pada tahun 2004 meningkat menjadi 3.600 Ha, tahun 2005 seluas 650 Ha, tahun 2006 100 Ha dan tahun 2007 seluas 750 Ha. Dengan rehabilitasi hutan tersebut, jumlah pohon jati yang telah ditanam sejak tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 adalah sebanyak 1.548.400 bibit, pohon mahoni sebanyak 324.000 bibit, rambutan 70.800 bibit, mangga dan durian sejumlah 237.600 bibit, mlinjo 20.550 bibit, nangka sejumlah 81.675 bibit, mete sebanyak 61.125 bibit, dan pohon maglid sejumlah 17.600 bibit. Pengelolaan bibit yang telah diusahakan melalui program GN-RHL selanjutnya diserahkan kepada masyarakat, termasuk juga dalam pengelolaan hasil dari bibit yang telah ditanam. Hal ini tentunya juga akan meningkatkan pendapatan masyarakat terutama masyarakat desa hutan di masa yang akan datang. Produksi kayu dari tanaman tersebut juga akan meningkat untuk 10 tahun mendatang, karena usia tanaman sudah siap tebang, untuk pohon-pohon yang bisa diambil hasil kayunya, seperti jati dan mahoni. Selain akan meningkatkan pendapatan masyarakat hutan desa, pengelolaan hutan rakyat juga akan
  • 40. Kabupaten Sukoharjo IV-40 memberikan dampak lain terhadap keberlangsungan lingkungan. Dengan semakin banyaknya hutan yang ditanami daerah-daerah yang menjadi resapan air juga akan semakin luas, serta jumlah lahan hijau juga semakin bertambah sehingga pembangunan yang berkelanjutan juga akan dapat dicapai. Selain itu, diharapkan pengembangan yang dilakukan dapat meningkatkan produktifitas hutan sebagai salah satu sumber pendapatan masyarakat dan PAD serta dapat pula menjadi fungsi lindung untuk mengurangi tingkat kekritisan lahan dan menjadi kawasan resapan bagi cadangan air di Kabupaten Sukoharjo. 4.1.9 Analisis Sumber Daya Tambang Kegiatan penambangan yang dilakukan di Kabupaten Sukoharjo lebih banyak terhadap penambangan berupa tanah urug. Jenis bahan galian tanah urug ini dilakukan di beberapa lokasi yang tersebar di Kabupaten Sukoharjo. Kegiatan penggalian tanah urug, diantaranya terdapat di beberapa tempat: 1. Menggung Mahjurug, Manisharjo, Kecamatan Bendosari. Di Kecamatan Bendosari ini terdapat tiga titik lokasi penggalian tanah urug, dua penggalian berlokasi di Manisharjo, sedangkan satu kegiatan penambangan lainnya berada di Dk. Sawur, Desa Mertan. 2. Dk. Jayan, Desa Celep, Kecamatan Curug 3. Dk. Gunung Buthak Karang Mojo, Kecamatan Weru 4. Kedung Nongko, Sanggang, Kecamatan Bulu Kegiatan penambangan tanah urug tersebut dilakukan secara tradisional oleh masyarakat. Proses perijinan yang dilakukan atas nama perseorangan, namun kegiatan penambangan dilakukan secara berkelompok. Kegiatan penambangan jenis tanah urug ini telah lama berlangsung di Kabupaten Sukoharjo, yang kegiatannya telah mendapat izin dari pemerintah terkait. Dalam perkembangan lebih lanjut perlu diperhatikan pemantauan terhadap kegiatan penambangan yang telah dilakukan, karena apabila tidak ada pemantauan, dampak-dampak negatif dari penggalian tersebut dapat saja terjadi. Kegiatan penambangan tersebut akan berpotensi untuk terjadinya banjir dan longsor yang akan berdampak buruk bagi lingkungan dan merugikan masyarakat sekitar. Selain itu, juga perlu diperhatikan rehabilitasi terhadap kawasan pertambangan yang sudah tidak berproduksi. Rehabilitasi kawasan pertambangan pasca penambangan ini juga hendaknya dijadikan sebagai
  • 41. Kabupaten Sukoharjo IV-41 landasan dalam pemberian ijin kegiatan pertambangan beserta syarat perijinan lainnya. Sebaran penggunaan bahan tambang yang ada dapat diketahui dari jenis bahan yang dimanfaatkan dan volume produksi bahan tambang. Sebaran penggunaan sumber daya tambang masih terbilang kecil, hal ini didasarkan pada sistem yang digunakan untuk pengelolaan dan pemanfaatan bahan-bahan tambang yang tergolong tradisional. Kegiatan pertambangan yang ada sekarang pada umumnya dalam skala kecil yang diusahakan oleh individu namun sudah memiliki izin yang resmi. Oleh sebab itulah volume produksi bahan tambang tersebut masih relatif kecil karena belum bisa memberikan dampak pembangunan dan peningkatan ketenagakerjaan yang memadai dan dapat diandalkan. Jika pengelolaan dan pengusahaan yang ada dikelola secara lebih profesional dan dilakukan penelitian lebih lanjut untuk kadar dan volume kandungan bahan tambang yang ada, maka dampak positif yang ada meliputi:  Berkurangnya pencemaran dan perusakan lingkungan akibat pengetahuan masyarakat yang rendah dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan tambang serta pengawasan pemerintah yang masing kurang.  Potensi lanjutannya adalah bisa menjadi mata pencaharian baru dengan menyerap tenaga kerja yang lebih besar.  Meningkatkan pendapatan daerah. Selain itu, perlu diperhatikan dalam pengembangan kawasan pertambangan mengenai kelestarian lingkungan terutama pada kawasan lindung. Kegiatan eksporasi maupun eksploitasi hendaknya tidak dilakukan pada kawasan lindung karena dikhawatirkan kegiatan pertambangan yang ada mengakibatkan kerusakan lingkungan. 4.1.10 Analisis Kawasan Rawan Bencana 4.1.10.1 Banjir Berdasarkan pada PerMendagri Nomor 33 Tahun 2006 tentang Pedoman Umum Mitigasi Bencana potensi bencana tersebut antara lain adalah banjir. Banjir yang dimaksud disini adalah banjir yang berupa genangan atau banjir bandang bersifat merusak. Aliran arus air yang tidak terlalu dalam tetapi cepat dan bergolak (turbulent) dapat menghanyutkan manusia dan binatang. Aliran air yang membawa material tanah yang halus akan mampu menyeret material berupa batuan yang lebih berat sehingga daya rusaknya akan semakin
  • 42. Kabupaten Sukoharjo IV-42 tinggi. Banjir air pekat ini akan mampu merusakan fondasi bangunan yang dilewatinya terutama fondasi jembatan sehingga menyebabkan kerusakan yang parah pada bangunan tersebut, bahkan mampu merobohkan bangunan dan menghanyutkannya. Pada saat air banjir telah surut, material yang terbawa banjir akan diendapkan ditempat tersebut yang mengakibatkan kerusakan pada tanaman, perumahan serta timbulnya wabah penyakit. 4.1.10.2 Tanah Longsor dan Erosi Gerakan tanah atau tanah longsor merusakkan jalan, pipa dan kabel sebagai akibat gerakan dibawahnya atau karena penimbunan material hasil longsoran. Gerakan tanah yang berjalan lambat menyebabkan penggelembungan (tilting) dan bangunan tidak dapat digunakan. Rekahan pada tanah menyebabkan fondasi bangunan terpisah dan menghancurkan utilitas lainnya di dalam tanah. Runtuhan lereng yang tiba-tiba dapat menyeret permukiman turun jauh di bawah lereng. Runtuhan batuan (rockfalls) yang berupa luncuran batuan dapat menerjang bangunan-bangunan atau permukiman di bawahnya. Aliran butiran (debris flow) dalam tanah yang lebih lunak, menyebabkan aliran lumpur yang dapat mengubur bangunan permukiman, menutup aliran sungai sehingga menyebabkan banjir, dan menutup jalan. Liquefaction adalah proses terpisahnya air di dalam pori-pori tanah akibat getaran sehingga tanah kehilangan daya dukung terhadap bangunan yang ada diatasnya sebagai akibatnya bangunan akan amblas atau terjungkal. 4.1.11 Arahan pengaturan dan pengelolaan Zona Rawan Bencana Alam di Kabupaten Sukoharjo. Pada zona-zona seperti ini perlu dilindungi agar dapat menghindarkan masyarakat dari ancaman bencana yang ada tersebut. Pengaturan: 1. Penetapan batas dataran banjir; 2. Perbaikan kualitas dan peningkatan fungsi sistem drainase; 3. Diizinkan untuk kegiatan budidaya dengan tetap memperhatikan sistem drainase yang memadai, pembuatan sumur resapan, pembuatan penampungan air, dan pembuatan tanggul pada sungai yang berpotensi rawan banjir; 4. Pemanfaatan sempadan sungai sebagai kawasan hijau; dan 5. Penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk.
  • 43. Kabupaten Sukoharjo IV-43 4.1.12 Analisis Produktivitas Lahan Produktivitas lahan di Kabupaten Sukoharjo dari komoditi tertentu diperoleh dengan membagi jumlah total produksi (satuan berat ton/kwintal) dengan luas panen (satuan Hektar) dalam satuan kecamatan. Luas panen ini dapat saja berbeda dengan luas riil areal tanah pertanian di suatu desa. Dengan demikian akan diperoleh gambaran penyebaran produktivitas yang mengikuti batas kecamatan bukan batas penggunaan lahan. Secara keseluruhan rata-rata produktivitas lahan di Kabupaten Sukoharjo dapat diperinci menjadi 2 (dua) bagian yaitu produktivitas lahan untuk tanaman pangan dan produktivitas untuk tanaman perkebunan. 4.1.12.1 Tanaman Padi Perhitungan luasan Produktivitas Lahan Untuk Tanaman Padi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2013, dapat diketahui bahwa jumlah luasan lahan produktivitas bagi tanaman padi di Kabupaten Sukoharjo adalah rata-rata seluas 63.39 ku/Ha, tingkat produktivitas terbesar terdapat pada Kecamatan Mojolaban sebesar 65,10 ku/ha dengan panen seluas 60,56 ha dan jumlah produksi sebanyak 39427 ton. Hal tersebut dikarenakan guna lahan Kecamatan Mojolaban memang diperuntukkan untuk sektor pertanian dan permukiman, sedangkan berdasarkan data hasil wawancara pada Kantor Kecamatan, sistem produksi padi di kecamatan Mojolaban sudah mulai beranjak membaik. Berdasarkan data dari peta Geologi Kabupaten Sukoharjo, Kecamatan Mojoloban memang sesuai untuk pengembangan pertanian lahan basah. Sedangkan kecamatan yang produktivitasnya rendah untuk tanaman padi adalah Kecamatan Kartasura 59,41 ku/ha, hal tersebut dikarenakan kesesuaian lahannya tidak sesuai untuk pengembangan pertanian lahan basah. Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu Kabupaten penyangga pangan di Jawa Tengah, sehingga produktivitas pangan terutama padi perlu dipacu. Berdasarkan pada hasil analisis di atas maka dapat diambil kesimpulan, bahwa untuk tanaman padi sudah cukup optimal karena telah memenuhi target renstra pertanian untuk tanaman padi yaitu 49,60 ku/ha. Namun tetap perlu adanya peningkatan produksi tanaman padi yang dilakukan dengan intensifikasi pertanian dan ekstensifikasi pertanian dengan pengembangan lahan yang sesuai untuk tanaman lahan basah yang didukung dengan pengembangan jaringan irigasi.
  • 44. Kabupaten Sukoharjo IV-44 Tabel IV.24 Produktivitas Lahan Untuk Tanaman Padi Kabupaten Sukoharjo Tahun 2013 No Kecamatan Padi Sawah Panen Puso Produksi Produktivitas 1 Weru 4722 0 29867 63.25 2 Bulu 2240 0 14507 64.76 3 Tawangsari 4112 4 26342 64.06 4 Sukoharjo 5952 0 38127 64.06 5 Nguter 5512 0 34954 63.41 6 Bendosari 5193 0 32735 63.04 7 Polokarto 6401 0 40157 62.74 8 Mojolaban 6056 0 39427 65.10 9 Grogol 2197 0 13667 62.21 10 Baki 2667 0 16616 62.30 11 Gatak 2806 12 17421 62.08 12 Kartasura 1167 8 6933 59.41 JUMLAH 49025 24 310753 63.39 Sumber: Kabupaten Sukoharjo Dalam Angka 2013 4.1.12.2 Tanaman Palawija Kabupaten Sukoharjo cukup unggul pada sektor pertaniannya, salah satu hasil panen unggulan adalah tanaman palawija. Tanaman palawija yang terdapat di Kabupaten Sukoharjo meliputi jagung, ubi kayu, kacang tanah dan kedelai. Untuk lebih jelas produktivitas lahan untuk palawija di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel IV.25 Produktivitas Lahan Untuk Tanaman Palawija Kabupaten Sukoharjo Tahun 2013 No Kecamatan Jagung Kedelai Panen Puso Produksi Produktivitas Panen Puso Produksi Produktivitas 1 Weru 168 0 1381 82.2 1130 0 2125 18.81 2 Bulu 70 0 584 83.43 0 0 0 0 3 Tawangsari 177 0 1453 82.09 313 0 543 17.35 4 Sukoharjo 30 0 240 80 0 0 0 0 5 Nguter 684 0 5797 84.75 29 0 53 18.28 6 Bendosari 222 0 1820 81.98 146 0 270 18.49 7 Polokarto 596 0 4958 83.19 7 0 13 18.57 8 Mojolaban 0 0 0 0 0 0 0 0 9 Grogol 16 0 141 88.13 0 0 0 0 10 Baki 98 0 867 88.47 1 0 2 20 11 Gatak 94 0 836 88.94 0 0 0 0 12 Kartasura 55 0 479 87.09 0 0 0 0 JUMLAH 2210 0 18556 83.96 1626 0 3006 18.49 Sumber: Kabupaten Sukoharjo Dalam Angka 2013
  • 45. Kabupaten Sukoharjo IV-45 No Kecamatan Kedelai Kacang Tanah Panen Puso Produksi Produktivitas Panen Puso Produksi Produktivitas 1 Weru 1130 0 2125 18.81 328 0 566 17.26 2 Bulu 0 0 0 0 1375 0 2453 17.84 3 Tawangsari 313 0 543 17.35 791 0 1374 17.37 4 Sukoharjo 0 0 0 0 30 0 53 17.67 5 Nguter 29 0 53 18.28 949 0 1709 18.01 6 Bendosari 146 0 270 18.49 1251 0 2250 17.99 7 Polokarto 7 0 13 18.57 1554 0 2828 18.2 8 Mojolaban 0 0 0 0 5 0 9 18 9 Grogol 0 0 0 0 146 0 248 16.99 10 Baki 1 0 2 20 0 0 0 0 11 Gatak 0 0 0 0 0 0 0 0 12 Kartasura 0 0 0 0 0 0 0 0 JUMLAH 1626 0 3006 18.49 6429 0 11490 17.87 Sumber: Kabupaten Sukoharjo Dalam Angka 2013 Lanjutan…… No Kecamatan Ubi Kayu Ubi Jalar Panen Puso Produksi Produktivitas Panen Puso Produksi Produktivitas 1 Weru 186 0 3218 173.01 0 0 0 0 2 Bulu 266 0 4581 172.22 0 0 0 0 3 Tawangsari 322 0 5545 172.2 0 0 0 0 4 Sukoharjo 0 0 0 0 0 0 0 0 5 Nguter 297 0 5242 176.5 0 0 0 0 6 Bendosari 227 0 3981 175.37 0 0 0 0 7 Polokarto 302 0 5303 175.6 10 0 121 0 8 Mojolaban 0 0 0 0 2 0 24 0 9 Grogol 0 0 0 0 0 0 0 0 10 Baki 0 0 0 0 1 0 12 12 11 Gatak 0 0 0 0 0 0 0 0 12 Kartasura 0 0 0 0 0 0 0 0 JUMLAH 1600 0 27870 174.19 13 0 157 120.77 Sumber: Kabupaten Sukoharjo Dalam Angka 2013 Berdasarkan pada data dari tabel-tabel diatas mengenai Produktivitas Tanaman Palawija di Kabupaten Sukoharjo, dapat diketahui bahwa produktivitas lahan untuk tanaman jagung pada tahun 2013 memiliki rata-rata kabupaten 83,96 ku/ha, dengan produktivitas tertinggi terdapat di Kecamatan Gatak yaitu 88,94 ku/ha. Sedangkan kecamatan yang tidak memiliki produksi tanaman jagung yaitu Kecamatan Mojolaban, hal tersebut dikarenakan Kecamatan Mojolaban lebih memprioritaskan dalam pengelolaan tanaman padi. Produktivitas lahan untuk tanaman ubi kayu memiliki rata-rata kabupaten sebesar 174,19 ku/ha, dengan produktivitas tertinggi di Kecamatan Nguter sebesar 176,5 ku/ha. Sedangkan kecamatan yang tidak memiliki produksi tanaman ubi kayu adalah Kecamatan Sukoharjo, Mojolaban, Baki, Gatak dan
  • 46. Kabupaten Sukoharjo IV-46 Kartasura. Tingkat Produktivitas untuk Tanaman palawija jenis ubi jalar, rata-rata sebesar 120,27 ku/ha. Berbeda dengan produktivitas jenis ubi kayu, produktivitas ubi jalar sangat kecil, hal tersebut dikarenakan hanya beberapa kecamatan di Kabupaten Sukoharjo yang menghasilkan produksi Ubi Jalar, yaitu Kecamatan Polokarto dan Mojolaban. Produktivitas lahan untuk tanaman kacang tanah memiliki rata-rata kabupaten sebesar 17,87 ku/ha, dengan produktivitas tertinggi di Kecamatan Polokarto sebesar 18,2 ku/ha. Sedangkan daerah yang tidak memiliki produksi tanaman kacang tanah adalah Kecamatan Baki, Gatak dan Kartasura. Produktivitas lahan untuk tanaman kedelai memiliki rata-rata kabupaten sebesar 18,49 ku/ha, dengan produktivitas tertinggi di Kecamatan Baki sebesar 20 ku/ha. Sedangkan daerah yang tidak memiliki produksi tanaman kacang tanah adalah Kecamatan Bulu, Mojolaban, Grogol, Baki, Gatak dan Kartasura. Produktivitas lahan palawija ini tersebar hampir di seluruh bagian kecamatan di Kabupaten Sukoharjo kecuali jenis ubi kayu, kacang tanah dan kedelai. Untuk palawija seperti jagung, dibandingkan tahun 2012 luas panen mengalami penurunan sebesar 28,95 % dan produksinya pun turun sebesar 10,51 %. ubi kayu: luas panen turun 32,05 % dan produksi turun sebesar 34,25%, luas panen kacang tanah turun 0,37% dan jumlah produksi turun0,01%. kedelai luas panen turun 31,69% dan produksi turun sebesar 29,64%, sementara kacang hijau luas panen turun sebesar 57,27% dan produksi turun sebesar 54,29%. Sektor tanaman pangan yang menjadi andalan Kabupaten Sukoharjo adalah padi dan jagung, sedangkan pengembangan dan pengelolaan tanaman palawija ini diperlukan peningkatan produktivitas tanaman kacang-kacangan agar dapat berkembang dan berkesesuaian dengan tujuan Kabupaten Sukoharjo sebagai Kawasan Agroindustri. 4.1.12.3 Tanaman Sayuran Kabupaten Sukoharjo memiliki hasil produksi berupa tanaman sayuran disamping padi dan paliwija, tanaman sayuran yang terdapat di Kabupaten Sukoharjo meliputi kacang panjang, cabe besar, tomat, terong, dan ketimun. Produktivitas lahan untuk tanaman kacang panjang memiliki rata-rata kabupaten sebesar 4611 kuintal, dengan produksi tertinggi terdapat di Kecamatan Sukoharjo sebesar 1235 kuintal. Sedangkan daerah yang tidak memiliki produksi tanaman kacang panjang adalah Kecamatan Weru dan Bulu. Produktivitas lahan untuk tanaman cabe besar memiliki rata-rata kabupaten
  • 47. Kabupaten Sukoharjo IV-47 sebesar 2018 kuintal, dengan produktivitas tertinggi berada di Kecamatan Gatak sebesar 960 kuintal. Sedangkan kecamatan yang tidak memiliki produksi tanaman Cabe besar adalah Kecamatan Weru, Tawangsari, Sukoharjo,Bulu, Bendosari, Polokarto, Grogol dan Kartasura. Produktivitas lahan untuk tanaman tomat memiliki rata-rata kabupaten sebesar 567 kuintal. Hanya 3 kecamatan yang menghasilkan tanaman tomat, yaitu Kecamatan Nguter, Baki dan Gatak. Produktivitas lahan untuk tanaman terong memiliki rata-rata kabupaten sebesar 610 kuintal. Kecamatan yang memiliki produksi tanaman terong hanya Kecamatan Nguter, Baki dan Gatak. Tabel IV.26 Produktivitas Lahan Untuk Tanaman Sayuran Kabupaten Sukoharjo Tahun 2013 Kecamatan Produksi(Kw) Kacang Panjang Cabe Besar Tomat Terong Timun Kangkung Bayam Weru 0 0 0 0 0 0 0 Bulu 0 230 0 0 0 0 0 Tawangsari 453 0 0 0 56 0 0 Sukoharjo 431 0 0 0 0 0 0 Nguter 345 223 246 94 471 0 0 Bendosari 129 0 0 0 0 0 0 Polokarto 129 0 0 0 241 0 0 Mojolaban 1235 308 19 0 301 0 0 Grogol 831 0 0 0 0 0 0 Baki 116 297 225 314 1206 0 0 Gatak 832 960 77 202 89 0 0 Kartasura 239 0 0 0 0 0 0 Jumlah 4611 2018 567 610 2364 0 0 2012 5422 2587 305 416 2357 0 0 Sumber: Kabupaten Sukoharjo Dalam Angka 2013 4.2 Analisis Kependudukan 4.2.1 Analisis Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Berdasarkan data Kabupaten Sukoharjo tahun 2013,maka diketahui jumlah penduduk sebesar 863.963 jiwa,dengan angka rata-rata jumlah pertumbuhan penduduk selama lima tahun terakhir sebesar 0,00604%. Hasil rincian distribusi jumlah penduduk di setiap kecamatan,maka jumlah penduduk terbesar terdapat di kecamatan Grogol sebesar 107.555 jiwa, sedangkan jumlah
  • 48. Kabupaten Sukoharjo IV-48 penduduk terkecil berada di kecamatan Gatak sebesar 50.347 jiwa. Hal ini terjadi karena fasilitas yang dimiliki di Kecamatan Grogol lebih lengkap dibandingkan dengan kecamatan lainnya, dan menjadi daya tarik penduduk untuk bertempat tinggal karena fasilitas yang ada di Kecamatan Grogol. Kecamatan yang memiliki persebaran penduduk paling sedikit adalah kecamatan Gatak, hal ini dikarenakan Kecamatan Gatak berdasarkan penggunaan lahannya dari tahun 2006 – 2012 diprioritaskan sebagai lahan persawahan dan lahan kosong. Mengingat semua rencana pembangunan baik sosial, ekonomi dan kebutuhan dasar lainnya menyangkut dengan kelengkapan fasilitas dan karakteristik penduduk di masa mendatang, maka dilakukan penghitungan matematika untuk jumlah proyeksi penduduk. Metode yang dilakukan dalam penghitungan proyeksi jumlah penduduk menggunakan metode geometri yaitu pertumbuhan penduduk dengan menggunakan dasar bunga berbunga (bunga berganda) yang berdasarkan rata-rata angka pertumbuhan penduduk selama 5 tahun terakhir yaitu antara tahun 2009-2013 dan proyeksi dilakukan sampai penduduk di tahun 2032. Jadi, penghitungan proyeksi dengan metode Geometric rate of Growth menggunakan rumus sebagai berikut. Pn : Penduduk tahun proyeksi Po : Penduduk tahun dasar r : Laju pertumbuhan rata-rata n : Selisih tahun Selanjutnya, dengan melakukan penghitungan menggunakan rumus Geometri, diketahui hasil proyeksi penduduk di masing-masing kecamatan di Kabupaten Sukoharjo memiliki jumlah pertumbuhan yang berbeda-beda. Akan tetapi berdasarkan garis trend, pertumbuhan penduduk ini membentuk garis linear yang artinya pertumbuhan penduduk Kabupaten Sukoharjo tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan di setiap kecamatan. Secara keseluruhan, proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Sukoharjo hingga tahun 2033 mencapai 976.886 jiwa dengan rata rata pertumbuhan penduduk setiap tahun adalah 0,00587% setiap tahunnya. Oleh sebab itu, program Keluarga Berencana (KB) harus tetap disosialisasikan dan diterapkan di masyarakat Kabupaten Sukoharjo untuk menekan kecenderungan peningkatan jumlah penduduk di
  • 49. Kabupaten Sukoharjo IV-49 Kabupaten Sukoharjo, disamping hanya melakukan upaya pemerataan pertumbuhan di masing-masing wilayah. Untuk lebih jelasnya hasil proyeksi jumlah penduduk di Kabupaten Sukoharjo sampai tahun perencanaan dapat dilihat di tabel berikut. Sumber: Hasil Analisis, Studio Perencanaan 2015 Gambar 4.1 Grafik Trend Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Sukoharjo Tabel IV.27 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014-2024 Kecamatan Tahun 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Weru 67.581 67.732 67.883 68.034 68.186 68.338 68.491 68.643 68.796 68.950 69.103 Bulu 51.690 51.696 51.702 51.708 51.714 51.720 51.726 51.732 51.738 51.744 51.750 Tawangsari 59.743 59.935 60.128 60.321 60.515 60.709 60.905 61.100 61.297 61.494 61.691 Sukoharjo 87.315 87.839 88.366 88.896 89.429 89.966 90.506 91.049 91.595 92.144 92.697 Nguter 65.105 65.240 65.375 65.510 65.646 65.782 65.918 66.055 66.192 66.329 66.466 Bendosari 68.883 69.181 69.481 69.782 70.084 70.387 70.692 70.998 71.306 71.614 71.924 Polokarto 75.873 76.156 76.440 76.725 77.012 77.299 77.587 77.877 78.167 78.459 78.751 Mojolaban 82.401 83.090 83.786 84.487 85.194 85.906 86.625 87.350 88.081 88.818 89.561 Grogol 108.664 109.784 110.916 112.060 113.215 114.382 115.562 116.753 117.957 119.173 120.402 Baki 55.243 55.724 56.210 56.699 57.193 57.691 58.194 58.701 59.212 59.728 60.248 Gatak 50.810 51.278 51.749 52.225 52.706 53.191 53.680 54.174 54.672 55.175 55.683 Kartasura 95.630 96.569 97.517 98.475 99.442 100.419 101.405 102.401 103.406 104.422 105.447 Jumlah 868.938 874.224 879.552 884.922 890.335 895.791 901.289 906.832 912.418 918.049 923.725 Sumber: Hasil Analisis, Studio Perencanaan 2015
  • 50. Kabupaten Sukoharjo IV-50 Tabel IV.28 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Sukoharjo Tahun 2025-2035 Kecamatan Tahun 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 Weru 69.258 69.412 69.567 69.722 69.877 70.033 70.189 70.346 70.503 70.660 70.817 Bulu 51.756 51.762 51.768 51.774 51.780 51.786 51.792 51.798 51.804 51.810 51.816 Tawangsari 61.889 62.088 62.288 62.488 62.689 62.890 63.092 63.295 63.499 63.703 63.907 Sukoharjo 93.253 93.813 94.376 94.942 95.512 96.085 96.661 97.241 97.825 98.412 99.002 Nguter 66.604 66.742 66.880 67.019 67.158 67.297 67.436 67.576 67.716 67.856 67.997 Bendosari 72.236 72.549 72.863 73.178 73.495 73.813 74.133 74.454 74.776 75.100 75.425 Polokarto 79.045 79.340 79.636 79.933 80.231 80.531 80.831 81.133 81.435 81.739 82.044 Mojolaban 90.311 91.066 91.828 92.597 93.371 94.153 94.940 95.735 96.536 97.344 98.158 Grogol 121.643 122.897 124.164 125.444 126.738 128.045 129.365 130.698 132.046 133.407 134.783 Baki 60.773 61.302 61.836 62.374 62.918 63.466 64.019 64.576 65.139 65.706 66.278 Gatak 56.195 56.712 57.234 57.760 58.291 58.828 59.369 59.915 60.466 61.022 61.584 Kartasura 106.483 107.529 108.585 109.651 110.728 111.815 112.913 114.022 115.142 116.273 117.415 Jumlah 929.445 935.212 941.024 946.882 952.788 958.741 964.741 970.789 976885,8 983.031 989.226 Sumber: Hasil Analisis, Studio Perencanaan 2015 4.2.2 Analisis Distribusi dan Kepadatan Penduduk Berdasarkan data jumlah penduduk Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2013 sebesar 863.893 jiwa dengan luas wilayah 466 km2 , maka dapat diketahui jumlah kepadatan penduduk Kabupaten Sukoharjo tahun 2013 sebesar 25.692 jiwa/km2 . Jumlah kepadatan penduduk tertinggi berada di kecamatan Kartasura yaitu 4.627 jiwa/km2 dan yang terendah berada di Kecamatan Bulu yaitu sebesar 1.178 jiwa/km2 . Hal ini terjadi karena persebaran penduduk di Kabupaten Sukoharjo masih terkonsentrasi pada wilayah dan kecamatan-kecamatan yang dilalui jalur transportasi massal yang strategis dan terdapatnya kegiatan ekonomi yang cukup untuk lapangan usaha penduduk serta kemudahan pelayanan- pelayanan dan tersedianya sarana dan prasarana sosial, ekonomi yang memadai. Disamping Itu, hal yang mendorong kegiatan migrasi penduduk adalah adanya kepentingan untuk berdagang, bekerja maupun kegiatan sosial, ekonomi lainnya. Sehingga perlu dilakukan antisipasi pada daerah-daerah yang berkepadatan penduduk rendah agar tidak menimbulkan kesenjangan sosial, ekonomi, politik dan juga fisik dasarnya. Dengan dilengkapnya fasilitas-fasilitas baik fasilitas sosial dan fasilitas umum di setiap kecamatan diharapkan dapat menciptakan pemerataan kepadatan penduduk dan muncul pusat-pusat pertumbuhan baru di setiap wilayah sehingga masyarakat memiliki beberapa
  • 51. Kabupaten Sukoharjo IV-51 pilihan untuk dijadikan tempat tinggal. Selanjutnya, berikut ini merupakan tabel proyeksi kepadatan penduduk Kabupaten Sukoharjo. Tabel IV.29 Proyeksi Distribusi Penduduk Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014-2024 Kecamatan Luas (Km2) Tahun 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 Weru 41,98 1.646 1.650 1.653 1.657 1.661 1.665 1.668 1.672 1.676 1.679 Bulu 43,86 1.180 1.180 1.180 1.180 1.180 1.181 1.181 1.181 1.181 1.181 Tawangsari 39,98 1.543 1.548 1.553 1.558 1.563 1.568 1.573 1.578 1.583 1.588 Sukoharjo 44,58 2.079 2.092 2.104 2.117 2.130 2.142 2.155 2.168 2.181 2.194 Nguter 54,88 1.211 1.214 1.216 1.219 1.221 1.224 1.226 1.229 1.231 1.234 Bendosari 52,99 1.357 1.363 1.369 1.375 1.381 1.387 1.393 1.399 1.405 1.411 Polokarto 62,18 1.267 1.271 1.276 1.281 1.286 1.290 1.295 1.300 1.305 1.310 Mojolaban 35,54 2.520 2.541 2.562 2.584 2.605 2.627 2.649 2.671 2.694 2.716 Grogol 30,00 4.013 4.055 4.097 4.139 4.181 4.225 4.268 4.312 4.357 4.402 Baki 21,97 2.742 2.766 2.790 2.815 2.839 2.864 2.889 2.914 2.939 2.965 Gatak 19,47 2.860 2.886 2.913 2.940 2.967 2.994 3.021 3.049 3.077 3.106 Kartasura 19,23 5.483 5.537 5.592 5.647 5.702 5.758 5.815 5.872 5.929 5.988 Jumlah 466,66 27.902 28.103 28.306 28.510 28.716 28.924 29.134 29.345 29.559 29.774 Sumber: Hasil Analisis, Studio Perencanaan 2015 Tabel IV.30 Proyeksi Distribusi Penduduk Kabupaten Sukoharjo Tahun 2025-2035 Kecamatan Luas (Km2) Tahun 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 Weru 41,98 1.650 1.653 1.657 1.661 1.665 1.668 1.672 1.676 1.679 1.683 1.687 Bulu 43,86 1.180 1.180 1.180 1.180 1.181 1.181 1.181 1.181 1.181 1.181 1.181 Tawangsari 39,98 1.548 1.553 1.558 1.563 1.568 1.573 1.578 1.583 1.588 1.593 1.598 Sukoharjo 44,58 2.092 2.104 2.117 2.130 2.142 2.155 2.168 2.181 2.194 2.208 2.221 Nguter 54,88 1.214 1.216 1.219 1.221 1.224 1.226 1.229 1.231 1.234 1.236 1.239 Bendosari 52,99 1.363 1.369 1.375 1.381 1.387 1.393 1.399 1.405 1.411 1.417 1.423 Polokarto 62,18 1.271 1.276 1.281 1.286 1.290 1.295 1.300 1.305 1.310 1.315 1.319 Mojolaban 35,54 2.541 2.562 2.584 2.605 2.627 2.649 2.671 2.694 2.716 2.739 2.762 Grogol 30,00 4.055 4.097 4.139 4.181 4.225 4.268 4.312 4.357 4.402 4.447 4.493 Baki 21,97 2.766 2.790 2.815 2.839 2.864 2.889 2.914 2.939 2.965 2.991 3.017 Gatak 19,47 2.886 2.913 2.940 2.967 2.994 3.021 3.049 3.077 3.106 3.134 3.163 Kartasura 19,23 5.537 5.592 5.647 5.702 5.758 5.815 5.872 5.929 5.988 6.046 6.106 Jumlah 466,66 28.103 28.306 28.510 28.716 28.924 29.134 29.345 29.559 29.774 29.991 30.210 Sumber: Hasil Analisis, Studio Perencanaan 2015
  • 53. Kabupaten Sukoharjo IV-53 4.2.3 Analisis Struktur dan Kualitas Penduduk 4.2.3.1 Penduduk Menurut Struktur Umur Perkembangan penduduk di Kabupaten Sukoharjo tidak hanya diurutkan berdasarkan persebaran penduduk di setiap kecamatan saja, tetapi komposisi penduduk menurut usia juga berguna untuk pengembangan perencanaan pembangunan di Kabupaten Sukohajo. Komposisi penduduk menurut usia biasanya dikelompokkan pada jenjang tahunan misalnya 0-4, 5-9, 10-14 dan seterusnya sampai data jumlah penduduk berdasarkan usia yang diketahui. Berdasarkan struktur umur, di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2013 tercatat bahwa angka tertinggi terdapat pada pada usia produktif (Usia 15-59 tahun) yaitu sebesar 554.476 jiwa (64,19%) kemudian usia tua sejumlah 101.620 jiwa (16,27%) dan usia anak-anak sebesar 207.597 jiwa (15,72%). Penghitungan struktur penduduk menurut umur ini menyangkut tentang ketenagakerjaan dan penduduk yang sedang sekolah lanjutan dan kegiatan lainnya sebagai mengurus rumah tangga. Hal ini merupakan aspek yang sangat mendasar dalam kependudukan di suatu wilayah karena menyangkut kondisi sosial dan ekonomi dengan pengakuan masyarakat terhadap kemampuan seseorang dan juga menjelaskan kebutuhan manusia akan pekerjaan yang selalu berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari. Dependency Ratio merupakan salah satu indikator demografi yang penting dalam menentukan keadaan ekonomi suatu negara. Rasio Ketergantungan menggambarkan berapa banyak penduduk usia non produktif yang hidupnya harus ditanggung oleh penduduk usia produktif. Semakin tingginya persentase dependency ratio, menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung oleh penduduk usia produktif untuk membiayai hidup usia non produktif. Dibawah ini merupakan tabel penduduk menurut umur di Kabupaten Sukoharjo. Tabel IV.31 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Sukoharjo Kelompok Umur 2013 Laki-laki Perempuan Jumlah 0 s.d 4 34.090 32.295 66.385 5 s.d 9 35.529 33.898 69.427
  • 54. Kabupaten Sukoharjo IV-54 Kelompok Umur 2013 Laki-laki Perempuan Jumlah 10 s.d 14 36.769 35.016 71.785 15 s.d 19 34.431 35.265 69.696 20 s.d 24 29.459 32.195 61.654 25 s.d 29 34.771 36.752 71.523 30 s.d 34 35.077 36.788 71.865 35 s.d 39 32.482 33.354 65.836 40 s.d 44 32.928 33.044 65.972 45 s.d 49 29.352 29.215 58.567 50 s.d 54 25.778 24.601 50.379 55 s.d 59 20.377 18.607 38.984 60 s.d 64 14.165 15.781 29.946 65 s.d 69 12.544 13.748 26.292 70 s.d 74 9.196 11.105 20.301 75+ 11.211 13.870 25.081 Jumlah 428.159 435.534 863.693 Sumber: Sukoharjo Dalam Angka 2014 Adapun angka beban ketergantungan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut. Berdasarkan rumus diatas, maka besarnya angka beban ketergantungan di Kabupaten Sukoharjo adalah Dari penghitungan diatas, dapat dilihat bahwa setiap 100 orang usia produktif di Kabupaten Sukoharjo harus menanggung sebanyak 56 jiwa penduduk tidak produktif. Dengan meningkatnya angka penduduk usia produktif dan beban ketergantungan,maka dibutuhkan penambahan lapangan kerja dan kesempatan kerja yang lebih besar di Kabupaten Sukoharjo untuk menampung pertambahan Jumlah Usia <15 th + Jumlah Usia >60 th X 100 Jumlah Usia Produktif DR = 207.597+ 101.620 X 100 554.476 = 56 Jiwa
  • 55. Kabupaten Sukoharjo IV-55 penduduk usia produktif yang akan datang melalui program wirausaha guna meningkatkan lapangan pekerjaan.  Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Dalam perencanaan pembangunan, pendidikan merupakan salah satu unsur terpenting dalam pembangunan, karena dengan pendidikan masyarakat akan semakin cerdas dan selanjutnya akan dapat membentuk SDM berkulitas tinggi. Tingkat pendidikan pada umumnya menggambarkan tingkat kualitas manusia di suatu daerah. Di Kabupaten Sukoharjo, penduduk berdasarkan tingkat pendidikannya tahu 2013 secara proporsi yang berpendidikan tamatan SLTA/MA tertinggi yaitu 173.857 jiwa, dan program Diploma dan Sarjana menempati urutan terendah sebesar 33.647 jiwa dan 44.617 jiwa. Kondisi penduduk menurut tingkat pendidikan ini sangat meningkat mengingat pada tahun 2007, penduduk yang berpendidikan SD memegang angka yang paling tinggi sebesar 180.840 jiwa. Hal ini sangat menguntungkan karena terdapatnya lapangan usaha di bidang industri yang memerlukan tenaga ahli dengan kemampuan masyarakat Kabupaten Sukoharjo. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa sebagian besar masyarakat Kabupaten Sukoharjo memiliki kesadaran akan pentingnya tingkat pendidikan. Akan tetapi, sebagian kecil masyarakat Kabupaten Sukoharjo masih sulit untuk melanjutkan tingkat pendidikan ke yang lebih tinggi dikarenakan keterbatasan kemampuan ekonomi. Sebagai upaya, saat ini pemerintah mulai merintis program pendidikan murah melalui subsidi pendidikan mulai dari tingkat dasar maupun tingkat menengah.  Penduduk Menurut Lapangan Usaha Pekerjaan merupakan suatu upaya masyarakat untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Semakin banyak lapangan pekerjaan yang disediakan suatu wilayah, semakin tinggi pula angka penduduk yang bekerja/menetap di wilayah tersebut. Dari 10 sektor lapangan usaha penduduk yang bekerja (Usia 15 tahun keatas) menurut lapangan usaha tertinggi yaitu bekerja di sektor Industri sebanyak 126.778 jiwa, diikuti oleh sektor perdagangan sebesar 102.768 jiwa dan
  • 56. Kabupaten Sukoharjo IV-56 jumlah terendah berada di sektor pertambangan dan galian sebesar 675 jiwa. Dilihat dari lapangan usaha tersebut, kondisi kependudukan menurut lapangan usaha di Kabupaten Sukoharjo sangat berpotensi untuk mengembangkan konsep agroindustri dengan mengelola lapangan usaha sektor industri dan mendayagunakan SDM Kabupaten Sukoharjo. 4.2.4 Analisis Potensi Pengembangan SDM Penggembangan Sumber Daya Manusia di Kabupaten jika dilihat dari potensinya lebih diarahkan sebagian besar pada pendidikan formal sebesar 47% dan pendidikan non formal di usia produktif maupun non produktif seperti keterampilan untuk pengembangan usaha di Kabupaten Sukoharjo. SDM ini nantinya akan membantu mengembangkan potensi agroindustri yang dimiliki Kabupaten Sukoharjo. Hal ini dilakukan untuk mendukung peningkatan ekonomi masyarakat sekaligus meningkatkan kualitas hidup. Potensi SDM ini dapat dilihat dari komposisi penduduk menurut usia yang mana kelompok usia 5-19 tahun diharapkan mampu menjadi kelompok usia produktif selama masa perencanaan, sehingga dapat menjadi kelompok penduduk yang berkualitas dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 4.2.5 Analisis Daya Tampung Wilayah Analisis daya tampung wilayah dilakukan untuk menghitung jumlah kegiatan dan penduduk yang dapat ditampung dalam suatu wilayah. Semakin berkembangnya pertumbuhan penduduk di suatu wilayah menyebabkan semakin banyaknya jumlah lahan yang diperlukan untuk menampung kegiatan yang dilakukan penduduk, salah satunya lahan pemukiman. Penduduk Kabupaten Sukoharjo diperkirakan hingga tahun 2033 mencapai angka 976.886 jiwa. Berdasarkan proyeksi jumlah penduduk tersebut maka diperlukan analisa daya tampung lahan untuk mengetahui kemampuan daya tampung wilayah untuk mewadahi penduduk secara layak.
  • 57. Kabupaten Sukoharjo IV-57 Dalam menghitung daya tampung wilayah ini, dengan mengacu pada Modul Terapan PU No.20 Tahun 2007, diasumsikan bahwa setiap penduduk harus memiliki ruang untuk melakukan aktivitasnya sebesar 100 m2 /jiwa atau 0,01 Ha/Jiwa dan untuk perumahan diasumsikan setiap rumah menampung sebanyak 5 jiwa. Selanjutnya dapat dihitung daya tampung tersebut dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Daya Tampung = 50% x luas lahan (m2 )/100 x 5 (jiwa) Menghitung daya tampung berdasarkan arahan rasio tutupan lahan dengan asumsi masing-masing arahan rasio tersebut dipenuhi maksimum, dan dengan anggapan luas lahan yang digunakan untuk permukiman hanya 50% dari luas lahan yang boleh tertutup (30% untuk fasilitas dan 20% untuk jaringan jalan serta utilitas lainnya). Kemudian dengan 2 asumsi 1KK yang terdiri dari 5 orang memerlukan lahan seluas 100 m. Dari hasil perhitungan rumus tersebut dapat diketahui bahwa luas wilayah Kabupaten Sukoharjo sebesar 37.356,32 Ha untuk kawasan yang dapat dikembangkan sebagai pemukiman dan kegiatan lainnya. Dengan demikian dapat diketahui bahwa daya tampung penduduk Kabupaten Sukoharjo hingga tahun 2033 sebesar 18.678.158 jiwa dengan total jumlah penduduk sebesar 989.226 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapatnya lahan kosong di Kabupaten Sukoharjo yang dapat memungkinkan untuk dilakukannya pengembangan, baik pemukiman penduduk maupun kegiatan lainnya yang dapat mendorong laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sukoharjo. Sumber: Hasil Analisis, Studio Perencanaan 2015 Gambar 4.1 Grafik Trend Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Sukoharj
  • 59. Kabupaten Sukoharjo IV-59 Tabel IV.32 Daya Tampung di Kabupaten Sukoharjo Sumber: Hasil Analisis, Studio Perencanaan 2015 4.3 Analisis Sarana 4.3.1 Indeks Pelayanan Sarana 4.3.1.1 Sarana Pendidikan Kabupaten Sukoharjo merupakan suatu wilayah dengan tingkat kebutuhan pendidikan yang cukup besar. Pendidikan merupakan bagian dari integrasi pembangunan karena pendidikan dapat menjadi indikator kemajuan suatu bangsa dan menjadi salah satu faktor untuk meningkatkan sumber daya manusia. Tabel-tabel dibawah merupakan tabel yang berisikan data tentang Indeks Pelayanan sektor Pendidikan di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2015. dapat diketahui bahwa tingkat pelayan sarana pendidikan berjenjang sudah dapat terpenuhi bagi kebutuhan masyarakat Kabupaten Sukoharjo, hal tersebut dapat terlihat pada kolom Indeks Pelayanan (IP) dimana semua kecamatan pada masing-masing tingkat pendidikan tidak ada yang bernilai kurang dari 1. Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap kecamatan sudah terpenuhi kebutuhannya dari sarana pendidikkan. 4.3.1.2 Sarana Kesehatan Kabupaten Sukoharjo memiliki beberapa jenis sarana kesehatan yang difungsikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di bidang kesehatan. Kecamatan Jumlah Penduduk Luas Lahan Daya Tampung Weru 70503 445,65 111.413 Bulu 51804 2.101,33 525.333 Tawangsari 63499 1.823,51 455.877 Sukoharjo 97825 4.666,54 1.166.635 Nguter 67716 5.502,16 1.375.540 Bendosari 74776 5.480,89 1.370.223 Polokarto 81435 6.265,16 1.566.291 Mojolaban 96536 3.823,13 955.782 Grogol 132046 3.140,40 785.099 Gatak 65139 109,47 27.366 Baki 60466 1.891,95 945.977 Kartasura 115142 2.106,12 526.531 Total 976886 37.356,32 9.812.067
  • 60. Kabupaten Sukoharjo IV-60 Adapun jenis sarana kesehatan yang tersedia di Kabupaten Sukoharjo meliputi Rumah Sakit, Puskesmas Pembantu, Rumah bersalin, Puskesmas, Balai Pengobatan dan Apotek. Jika dilihat secara garis besar tingkat pelayanan sarana kesehatan di Kabupaten Sukoharjo dapat dikategorikan pada kategori tingkat pelayanan yang kurang baik dan belum mencukupi, hal tersebut dapat dilihat dari perbandingan standar yang telah ditetapkan dengan jumlah penduduk, dimana nilai ip yang keluar banyak yang bernilai 0. Tingkat pelayanan terburuk atau kurang dan tidak mencukupi terdapat pada jenis sarana kesehatan RS, Rumah bersalin dan Balai pengobatan. Perlu adanya pengoptimalan pelayanan sarana kesehatan karena hal tersebut sangat berkaitan dengan kebutuhan masyarakat.
  • 61. Kabupaten Sukoharjo IV-61 Tabel IV.33 Indeks Pelayanan Sarana Pendidikan Kabupaten Sukoharjo 2013 Sumber: Hasil Analisis Studio Perencanaan, 2015 Kecamatan Jumlah Penduduk Usia 5-6 Tahun Jumlah Sarana SNI IP Jumlah Penduduk Usia 7-12 Tahun Jumlah Sarana SNI IP Jumlah Penduduk Usia 13-15 Tahun Jumlah Sarana SNI IP TK SD SMP Weru 1885.2 22 1250 14.587 6186 55 1600 14.226 2759.9 7 4800 12.174 Bulu 1513.6 21 1250 17.343 5086.2 35 1600 11.01 2306.1 3 4800 6.2443 Tawangsari 1791.6 27 1250 18.838 5644.2 41 1600 11.623 2449.7 6 4800 11.757 Sukoharjo 2960.4 29 1250 12.245 8664 55 1600 10.157 3480.3 9 4800 12.413 Nguter 1946 22 1250 14.132 6161.4 40 1600 10.387 2649.8 4 4800 7.2458 Bendosari 2085.6 20 1250 11.987 6531.6 48 1600 11.758 2794.2 5 4800 8.5892 Polokarto 2521.6 34 1250 16.854 7929.6 55 1600 11.098 3359 8 4800 11.432 Mojolaban 2835.2 37 1250 16.313 8137.8 51 1600 10.027 3217.9 8 4800 11.933 Grogol 3605.6 45 1250 15.601 10864.8 46 1600 6.7742 4588.2 7 4800 7.3231 Baki 1890.8 25 1250 16.527 5501.4 37 1600 10.761 2215.3 6 4800 13.001 Gatak 1624.4 25 1250 19.238 4875 36 1600 11.815 2012.5 5 4800 11.925 Kartasura 3110.8 53 1250 21.297 9145.2 55 1600 9.6225 3850.7 13 4800 16.205
  • 62. Kabupaten Sukoharjo IV-62 Tabel IV.34 Indeks Pelayanan Sarana Kesehatan Kabupaten Sukoharjo 2013 Kecamatan Jenis Sarana Jumlah Penduduk SNI IP Jenis Sarana Jumlah Penduduk SNI IP Jenis Sarana Jumlah Penduduk SNI IP RS Puskesmas Pembantu Rumah Bersalin Weru 0 67.431 240000 0 5 67.431 30000 2,224,496 2 67.431 30000 0,889798 Bulu 0 51.684 240000 0 3 51.684 30000 1,741,351 0 51.684 30000 0 Tawangsari 0 59.552 240000 0 7 59.552 30000 352,633 1 59.552 30000 0,503761 Sukoharjo 2 66.794 240000 7,186,274 5 66.794 30000 2,245,711 1 66.794 30000 0,449142 Nguter 0 64.97 240000 0 3 64.97 30000 1,385,255 0 64.97 30000 0 Bendosari 2 68.586 240000 6,998,513 4 68.586 30000 1,749,628 2 68.586 30000 0,874814 Polokarto 0 75.591 240000 0 5 75.591 30000 1,984,363 1 75.591 30000 0,396873 Mojolaban 0 81.717 240000 0 3 81.717 30000 1,101,362 8 81.717 30000 2,936,965 Grogol 1 107.555 240000 2,231,416 3 107.555 30000 0,836781 2 107.555 30000 0,557854 Baki 0 54.766 240000 0 4 54.766 30000 219,114 1 54.766 30000 0,547785 Gatak 0 50.347 240000 0 3 50.347 30000 1,787,594 1 50.347 30000 0,595865 Kartasura 4 94.7 240000 1,013,728 4 94.7 30000 1,267,159 3 94.7 30000 0,95037 Sumber: Hasil Analisis Studio Perencanaan, 2015
  • 63. Kabupaten Sukoharjo IV-63 Tabel IV.35 Indeks Pelayanan Sarana Kesehatan Kabupaten Sukoharjo 2013 Sumber: Hasil Analisis Studio Perencanaan, 2015 Kecamatan Jenis Sarana Jumlah Penduduk SNI IP Jenis Sarana Jumlah Penduduk SNI IP Jenis Sarana Jumlah Penduduk SNI IP Puskesmas Balai Pengobatan Apotek Weru 1 67.431 120000 1,779,597 1 67.431 2500 0,037075 3 67.431 30000 1,334,698 Bulu 1 51.684 120000 2,321,802 1 51.684 2500 0,048371 2 51.684 30000 1,160,901 Tawangsari 1 59.552 120000 2,015,046 1 59.552 2500 0,04198 2 59.552 30000 1,007,523 Sukoharjo 1 66.794 120000 1,796,569 6 66.794 2500 0,224571 19 66.794 30000 8,533,701 Nguter 1 64.97 120000 1,847,006 1 64.97 2500 0,038479 3 64.97 30000 1,385,255 Bendosari 1 68.586 120000 1,749,628 2 68.586 2500 0,072901 2 68.586 30000 0,874814 Polokarto 1 75.591 120000 1,587,491 3 75.591 2500 0,099218 5 75.591 30000 1,984,363 Mojolaban 1 81.717 120000 1,468,483 4 81.717 2500 0,122374 14 81.717 30000 5,139,689 Grogol 1 107.555 120000 1,115,708 6 107.555 2500 0,139464 22 107.555 30000 6,136,395 Baki 1 54.766 120000 219,114 4 54.766 2500 0,182595 11 54.766 30000 6,025,636 Gatak 1 50.347 120000 2,383,459 2 50.347 2500 0,099311 5 50.347 30000 2,979,323 Kartasura 1 94.7 120000 1,267,159 9 94.7 2500 0,237592 30 94.7 30000 9,503,696
  • 64. Kabupaten Sukoharjo IV-64 4.3.1.3 Sarana Peribadatan Kabupaten Sukoharjo meerupakan wilayah yang mayoritas penduduknya beragama islam dengan kebutuhan sarana peribadatan yang cukup besar. Tabel dibawah merupakan tabel yang berisikan data atau keterangan mengenai indeks pelayan sarana peribatan di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2015, dapat diketahui bahwa pemenuhan pelayanan sarana kegiatan jenis mesjid sudah terlayani dengan baik, hanya saja jenis mushola masih sangat kurang, hal tersebut dapat terlihat dari nilai ip pada jenis musola dimana nilai dari setiap kecamatan adalah 0 yang menunjukkan tingkat pelayanan dan pemenuhan kebutuhan masih kurang. Perlu adanya penambahan mushola di Kabupaten Sukoharjo pada lingkup-lingkup kecil masyarakat. Tabel IV.36 Indeks Pelayanan Sarana Peribadatan Kabupaten Sukoharjo 2013 Kecamatan Jenis Sarana Jumlah Penduduk SNI IP Jenis Sarana SNI IP Mesjid Mushola Weru 114 67.431 2500 4,226,543 184 250 0,682179 Bulu 101 51.684 2500 4,885,458 53 250 0,256366 Tawangsari 139 59.552 2500 5,835,236 37 250 0,155326 Sukoharjo 210 66.794 2500 7,859,987 95 250 0,355571 Nguter 130 64.97 2500 5,002,309 66 250 0,253963 Bendosari 158 68.586 2500 5,759,193 71 250 0,258799 Polokarto 213 75.591 2500 7,044,489 74 250 0,244738 Mojolaban 151 81.717 2500 4,619,602 58 250 0,177442 Grogol 186 107.555 2500 4,323,369 72 250 0,167356 Baki 162 54.766 2500 7,395,099 50 250 0,228244 Gatak 106 50.347 2500 5,263,472 62 250 0,307863 Kartasura 185 94.7 2500 4,883,844 139 250 0,366948 Sumber: Hasil Analisis Studio Perencanaan, 2015 4.3.1.4 Indeks Pelayanan Sarana RTH Tabel dibawah merupakan tabel yang berisikan data atau keterangan mengenai indeks pelayan sarana RTH di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2013, dapat diketahui bahwa pemenuhan pelayanan sarana kegiatan jenis RTH masih sangat kurang pengadaannya, terutama pada Kecamatan weru, bulu, tawangsari, bendosari, polokarto, mojolaban, baki dan gatak. Mengacu
  • 65. Kabupaten Sukoharjo IV-65 pada permasalahan tersebut maka perlu adanya pembebasan lahan untuk RTH agar dapat memenuhi standar RTH publik sebesar 20%. Tabel IV.37 Indeks Pelayanan Sarana RTH Kabupaten Sukoharjo 2013 Kecamatan Jenis Sarana Jumlah Penduduk SNI IP Weru 0 67,431 120000 0 Bulu 0 51,684 120000 0 Tawangsari 0 59,552 120000 0 Sukoharjo 9 66,794 120000 16.16912 Nguter 1 64,970 120000 1.847006 Bendosari 0 68,586 120000 0 Polokarto 0 75,591 120000 0 Mojolaban 0 81,717 120000 0 Grogol 1 107,555 120000 1.115708 Baki 0 54,766 120000 0 Gatak 0 50,347 120000 0 Kartasura 1 94,700 120000 1.267159 Sumber: Hasil Analisis Studio Perencanaan, 2015 4.3.1.5 Sarana Olahraga Berdasarkan hasil perhitungan indeks pelayanan sarana olahraga Kabupaten Sukoharjo, dapat diketahui bahwa area yang tersedia untuk olahraga sudah cukup baik dimana setiap kecamatan hampir memiliki walaupun jumlah dan persebarannya kurang merata. nilai IP secara rata-rata sudah cukup baik dimana hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat pemenuhan kebutuhan sarana jenis olahraga sudah terlayani dengan cukup baik, hanya saja pada kecamatan baki tidak tersedia sarana olahraga, selain itu persebarannya juga tidak merata, dimana kecamatan tawangsari 57 area, gatak 39 area dan kartasura 33 area, sedangakan di kecamatan lain hanya sedikit area atau lahan yang tersedia. Tabel IV.38 Indeks Pelayanan Olaharaga Kabupaten Sukoharjo 2013 Kecamatan Jenis Sarana Jumlah Penduduk SNI IP Olahraga Weru 8 67.431 30000 3,559194 Bulu 6 51.684 30000 3,482703 Tawangsari 57 59.552 30000 28,7144 Sukoharjo 16 66.794 30000 7,186274
  • 66. Kabupaten Sukoharjo IV-66 Kecamatan Jenis Sarana Jumlah Penduduk SNI IP Olahraga Nguter 6 64.970 30000 2,770509 Bendosari 11 68.586 30000 4,811478 Polokarto 2 75.591 30000 0,793745 Mojolaban 15 81.717 30000 5,50681 Grogol 9 107.555 30000 2,510344 Baki 0 54.766 30000 0 Gatak 39 50.347 30000 23,23872 Kartasura 33 94.700 30000 10,45407 Sumber: Hasil Analisis Studio Perencanaan, 2015 4.3.2 Analisis Kebutuhan Sarana 4.3.2.1 Kebutuhan Sarana Pendidikan Dalam menunjang dan memacu perkembangan Kabupaten Sukoharjo maka yang harus direncanakan dengan baik adalah jumlah fasilitas pendidikan yang tentunya sangat berkaitan erat dengan jumlah penduduk yang memerlukan sarana pendidikan. Standar kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan ideal kuantitas pendidikan, disamping masih perlu pemikiran penyediaan fasilitas-fasilitas lain yang memadai sehingga dapat mendukung kegiatan belajar mengajar. Usaha peningkatan mutu pendidikan dan perluasan kesempatan kerja dengan penyediaan fasilitas pendidikan adalah dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja dan penduduk yang berkualitas. Hal ini dimaksudkan agar potensi pembangunan khususnya sumber daya manusia dapat dimanfaatkan pada tiap-tiap kecamatan. Standart kebutuhan fasilitas pendidikan:  TK setiap 1250 jiwa memerlukan 1 unit gedung  SD/MI setiap 1.600 jiwa memerlukan 1 unit gedung.  SMP/MTs setiap 4.800 jiwa memerlukan 1 unit gedung.  SMU/SMK setiap 4.800 jiwa memerlukan 1 unit gedung. Pada hirarki penyusunan tata ruang wilayah kabupaten akan ditindaklanjuti pada penyusunan rencana tata ruang kota pada setiap kecamatan yang dalam RUTRK tersebut sudah terhitung fasilitas pendidikan berdasarkan standart maupun asumsi yang telah disepakati. Sehingga dalam penyusunan RTRW ini jumlah fasilitas pendidikan diperoleh dari kondisi yang ada dan diproyeksikan sesuai standart dan asumsi maka akan terdapat penambahan
  • 67. Kabupaten Sukoharjo IV-67 dengan memperhatikan hasil perhitungan pada setiap RUTRK yang disusun. Dari hasil analisis diketahui bahwa di Kabupaten Sukoharjo, jumlah ketersediaan sarana pendidikan sudah mencukupi namun perlu adanya penambahan jumlah sarana pendidikan tk, sd, smp, dan sma sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk dan kebutuhan penduduk. Untuk mengetahui proyeksi kebutuhan fasilitas pendidikan di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada tabel dibawah.
  • 68. Kabupaten Sukoharjo IV-68 Tabel IV.39 Indeks Pelayanan Sarana Pendidikan Tingkat TK Kabupaten Sukoharjo 2020-2035 Sumber: Hasil Analisis Studio Perencanaan, 2015 Kecamatan Jenis Fas. Standar Penduduk Luas Lahan min Tahun 2020 2025 2030 2035 Pddk Unit Luas Pddk Unit Luas Pddk Unit Luas Pddk Unit Luas Weru TK 1250 500 68,491 55 27396.4 69,258 55 27703.2 70,033 56 28013.2 70659.85 57 28263.94 Bulu 1250 500 51,726 41 20690.34 51,756 41 20702.3 51,786 41 20714.27 51809.62 41 20723.85 Tawangsari 1250 500 60,905 49 24361.83 61,889 50 24755.79 62,890 50 25156.12 63702.6 51 25481.04 Sukoharjo 1250 500 90,506 72 36202.22 93,253 75 37301.37 96,085 77 38433.9 98411.57 79 39364.63 Nguter 1250 500 65918.21 53 26367.28 66603.96 53 26641.58 67296.85 54 26918.74 67856.34 54 27142.54 Bendosari 1250 500 70692.05 57 28276.82 72235.86 58 28894.34 73813.37 59 29525.35 75100.16 60 30040.06 Polokarto 1250 500 77587.15 62 31034.86 79045.16 63 31618.06 80530.57 64 32212.23 81738.97 65 32695.59 Mojolaban 1250 500 86625.2 69 34650.08 90310.53 72 36124.21 94152.65 75 37661.06 97343.71 78 38937.48 Grogol 1250 500 115561.6 92 46224.66 121643.1 97 48657.22 128044.5 102 51217.81 133407.4 107 53362.96 Baki 1250 500 58193.68 47 23277.47 60772.61 49 24309.04 63465.82 51 25386.33 65706.07 53 26282.43 Gatak 1250 500 53679.98 43 21471.99 56194.93 45 22477.97 58827.72 47 23531.09 61022.48 49 24408.99 Kartasura 1250 500 101405 81 40561.98 106483 85 42593.18 111815.2 89 44726.09 116272.7 93 46509.07
  • 69. Kabupaten Sukoharjo IV-69 Tabel IV.40 Indeks Pelayanan Sarana Pendidikan Tingkat SD Kabupaten Sukoharjo 2020-2035 Kecamatan Jenis Fas. Standar Penduduk Luas Lahan min Tahun 2020 2025 2030 2035 Pddk Unit Luas Pddk Unit Luas Pddk Unit Luas Pddk Unit Luas Weru SD 1600 2000 68,491 43 85613.75 69,258 43 86572.5 70,033 44 87541.25 70659.85 44 88324.82 Bulu 1600 2000 51,726 32 64657.3 51,756 32 64694.68 51,786 32 64732.09 51809.62 32 64762.03 Tawangsari 1600 2000 60,905 38 76130.73 61,889 39 77361.85 62,890 39 78612.88 63702.6 40 79628.25 Sukoharjo 1600 2000 90,506 57 113131.9 93,253 58 116566.8 96,085 60 120105.9 98411.57 62 123014.5 Nguter 1600 2000 65918.21 41 82397.76 66603.96 42 83254.95 67296.85 42 84121.06 67856.34 42 84820.43 Bendosari 1600 2000 70692.05 44 88365.07 72235.86 45 90294.82 73813.37 46 92266.72 75100.16 47 93875.19 Polokarto 1600 2000 77587.15 48 96983.93 79045.16 49 98806.45 80530.57 50 100663.2 81738.97 51 102173.7 Mojolaban 1600 2000 86625.2 54 108281.5 90310.53 56 112888.2 94152.65 59 117690.8 97343.71 61 121679.6 Grogol 1600 2000 115561.6 72 144452.1 121643.1 76 152053.8 128044.5 80 160055.6 133407.4 83 166759.2 Baki 1600 2000 58193.68 36 72742.1 60772.61 38 75965.76 63465.82 40 79332.27 65706.07 41 82132.59 Gatak 1600 2000 53679.98 34 67099.98 56194.93 35 70243.67 58827.72 37 73534.64 61022.48 38 76278.1 Kartasura 1600 2000 101405 63 126756.2 106483 67 133103.7 111815.2 70 139769 116272.7 73 145340.8 Sumber: Hasil Analisis Studio Perencanaan, 2015
  • 70. Kabupaten Sukoharjo IV-70 Tabel IV.41 Indeks Pelayanan Sarana Pendidikan Tingkat SMP Kabupaten Sukoharjo 2020-2035 Kecamatan Jenis Fas. Standar Penduduk Luas Lahan Min Tahun 2020 2025 2030 2035 Pddk Unit Luas Pddk Unit Luas Pddk Unit Luas Pddk Unit Luas Weru SMP 4800 9000 68,491 14 128420.6 69,258 14 129858.8 70,033 15 131311.9 70659.85 15 132487.2 Bulu 4800 9000 51,726 11 96985.95 51,756 11 97042.02 51,786 11 97098.13 51809.62 11 97143.04 Tawangsari 4800 9000 60,905 13 114196.1 61,889 13 116042.8 62,890 13 117919.3 63702.6 13 119442.4 Sukoharjo 4800 9000 90,506 19 169697.9 93,253 19 174850.2 96,085 20 180158.9 98411.57 21 184521.7 Nguter 4800 9000 65918.21 14 123596.6 66603.96 14 124882.4 67296.85 14 126181.6 67856.34 14 127230.6 Bendosari 4800 9000 70692.05 15 132547.6 72235.86 15 135442.2 73813.37 15 138400.1 75100.16 16 140812.8 Polokarto 4800 9000 77587.15 16 145475.9 79045.16 16 148209.7 80530.57 17 150994.8 81738.97 17 153260.6 Mojolaban 4800 9000 86625.2 18 162422.2 90310.53 19 169332.2 94152.65 20 176536.2 97343.71 20 182519.5 Grogol 4800 9000 115561.6 24 216678.1 121643.1 25 228080.7 128044.5 27 240083.5 133407.4 28 250138.9 Baki 4800 9000 58193.68 12 109113.2 60772.61 13 113948.6 63465.82 13 118998.4 65706.07 14 123198.9 Gatak 4800 9000 53679.98 11 100650 56194.93 12 105365.5 58827.72 12 110302 61022.48 13 114417.1 Kartasura 4800 9000 101405 21 190134.3 106483 22 199655.5 111815.2 23 209653.6 116272.7 24 218011.3 Sumber: Hasil Analisis Studio Perencanaan, 2015
  • 71. Kabupaten Sukoharjo IV-71 Tabel IV.42 Indeks Pelayanan Sarana Pendidikan Tingkat SMA Kabupaten Sukoharjo 2020-2035 Kecamatan Jenis Fas. Standar Penduduk Luas Lahan min Tahun 2020 2025 2030 2035 Pddk Unit Luas Pddk Unit Luas Pddk Unit Luas Pddk Unit Luas Weru SMA 4800 12500 68,491 14 178362 69,258 14 180359.4 70,033 15 182377.6 70659.85 15 184010 Bulu 4800 12500 51,726 11 134702.7 51,756 11 134780.6 51,786 11 134858.5 51809.62 11 134920.9 Tawangsari 4800 12500 60,905 13 158605.7 61,889 13 161170.5 62,890 13 163776.8 63702.6 13 165892.2 Sukoharjo 4800 12500 90,506 19 235691.5 93,253 19 242847.5 96,085 20 250220.7 98411.57 21 256280.1 Nguter 4800 12500 65918.21 14 171662 66603.96 14 173447.8 67296.85 14 175252.2 67856.34 14 176709.2 Bendosari 4800 12500 70692.05 15 184093.9 72235.86 15 188114.2 73813.37 15 192222.3 75100.16 16 195573.3 Polokarto 4800 12500 77587.15 16 202049.9 79045.16 16 205846.8 80530.57 17 209715 81738.97 17 212861.9 Mojolaban 4800 12500 86625.2 18 225586.5 90310.53 19 235183.7 94152.65 20 245189.2 97343.71 20 253499.2 Grogol 4800 12500 115561.6 24 300941.8 121643.1 25 316778.8 128044.5 27 333449.3 133407.4 28 347415.1 Baki 4800 12500 58193.68 12 151546 60772.61 13 158262 63465.82 13 165275.6 65706.07 14 171109.6 Gatak 4800 12500 53679.98 11 139791.6 56194.93 12 146341 58827.72 12 153197.2 61022.48 13 158912.7 Kartasura 4800 12500 101405 21 264075.4 106483 22 277299.4 111815.2 23 291185.5 116272.7 24 302793.4 Sumber: Hasil Analisis Studio Perencanaan, 2015
  • 72. Kabupaten Sukoharjo IV-72 4.3.2.2 Analisis Kebutuhan Sarana Kesehatan Pembangunan di bidang kesehatan masyarakat diarahkan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat, termasuk gizi masyarakat dan gizi lingkungan, baik masyarakat pedesaan maupun di perkotaan. Pelayanan kesehatan di Kabupaten Sukoharjo telah memiliki beberapa Rumah Sakit dan Puskesmas, serta ditunjang oleh Tenaga Medis dan Paramedis. Dari perkiraan jumlah penduduk Kabupaten Sukoharjo dapat diperhitungkan kebutuhan fasilitas kesehatan sebagai berikut - 1 RS type D, minimal penduduk pendukungnya sebanyak 240.000 jiwa. - 1 Puskesmas, minimal penduduk pendukungnya sebanyak 120.000 jiwa. - 1 Puskesmas Pembantu, minimal penduduk pendukungnya sebanyak 30.000 jiwa. - 1 Balai Pengobatan, minimal penduduk pendukungnya sebanyak 2.500 jiwa - 1 Rumah bersalin , minimal penduduk pendukungnya sebanyak 30.000 jiwa - 1 Apotik, minimal penduduk pendukungnya sebanyak 30.000 jiwa Kesehatan merupakan aspek penting untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualiatas. Sarana kesehatan merupakan elemen penting dalam hal menjaga kesehatan masyarakat agar memungkinkan bagi setiap orang untuk hidup produktif secara social dan ekonomis. Untuk pelayanan fasilitas kesehatan di Kabupaten Sukoharjo, tidak perlu adanya penambahan rumah sakit untuk setiap kecamatan, namun perlu adanya penambahan sarana puskesmas pembantu, balai pengobatan, rumah bersalin, dan apotek bagi seluruh kecamatan yang ada di kabupaten sukoharjo. Untuk mengetahui jumlah fasilitas kesehatan di Kabupaten Sukoharjo pada tahun perencanaan dapat dilihat pada tabel proyeksi kebutuhan fasilitas kesehatan sebagai berikut.