1. Uluhiyah adalah ibadah kepada Allah seperti doa, nadzar, qurban, dan jenis ibadah lainnya sesuai syariat. Tauhid uluhiyah adalah inti dakwah para rasul untuk menyembah Allah saja.
1. Oleh : Fajri Ramadhan
Herry Erwanto
Randa Fernandes
2. Uluhiyah adalah ibadah.
Tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah melalui
perbuatan para hamba berdasarkan niat taqarrub atau
mendekatkan diri kepada Allah, yang disyari’atkan.
Artinya, proses penerapan Tauhid Uluhiyyah adalah melalui
perbuatan seorang hamba yang mengesakan Allah dalam
ibadah.
Ia hanya beribadah kepada Allah saja tidak kepada
selain-Nya. Dan ibadah itu dilakukan untuk tujuan
mendekatkan diri kepada-Nya.
3. Contoh dari ibadah yang mendekatkan diri dengan cara yang
disyariatkan itu adalah berdo’a, bernadzar, berkurban, raja’
(Mengharapkan Keridhaan Allah, mengharapkan rahmat,
ampunan dan Surga-Nya), khauf (takut terhadap kemarahan,
adzab Allah, dan Neraka-Nya), tawakkal, dan berbagai jenis
ibadah lahir maupun batin yang disyariatkan dan dijelaskan
tata caranya oleh Allah, melalui Nabi-Nya, Muhammad.
4. 1. Uluhiyah Adalah Ibadah.
Tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah dengan
perbuatan para hamba berdasarkan niat taqarrub
(mendekatkan diri) dengan hal yang disyari’atkan seperti
do’a, nadzar, qurban, roja’ (pengharapan), takut, tawakkal,
raghbah (senang), rahbah (takut), dan inabah
(kembali/taubat).
Dan jenis tauhid ini adalah inti dakwah para rasul,
mulai rasul yang pertama hingga yang terakhir. Allah
berfirman, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul
pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah
(saja), dan jauhilah taghut itu.” (An-Nahl: 36).
5. 2. Makna Syahadat للا الهلا اللا ال
ّا
Yaitu ber-i’tiqad (meyakini) dan berikrar bahwasannya
tidak ada yang berhak disembah dan menerima ibadah
kecuali Allah , menta’ati hal tersebut dan mengamalkannya.
La ilaaha menafikan hak penyembahan dari selain Allah ,
siapapun orangnya. Illallah adalah penetapan hak Allah
semata untuk disembah.
Jadi makna kalimat ini secara ijmal (global) adalah, “Tidak
ada sesembahan yang haq selain Allah”.
6. a. لا للا الهلا اللا الartinya:
ّا
“Tidak ada sesembahan kecuali Allah”. Ini adalah
batil, karena maknanya: Sesungguhnya setiap yang
disembah, baik yang haq maupun yang batil itu adalah
Allah.
b. لا للا الهلا اللا الartinya:
ّا
“Tidak ada pencipta selain Allah”. Ini adalah
sebagian dari arti kalimat tersebut. Akan tetapi bukan ini
yang dimaksud, karena arti ini hanya mengakui tauhid
rububiyah saja, dan itu belum cukup.
7. c. لا للا الهلا اللا الartinya:
ّا
“Tidak ada hakim (penentu hukum) selain Allah”. Ini
juga sebagian dari makna kalimat .للا الهلا اللا الTetapi bukan itu
ّا
yang dimaksud, karena makna tersebut belum cukup.
Semua tafsiran di atas adalah batil dan kurang. Kami
peringatkan di sini karena tafsir-tafsir itu ada dalam kitab-
kitab yang banyak beredar. Sedangkan tafsir yang benar
menurut salaf dan para muhaqqiq (ulama peneliti) للا معبودلا بحق
ٍّ َلا ّقَ ّقَ َدْ ْوُ َدْ ّقَ حِ ّق
لا اللا الtidak ada sesembahan yang haq selain Allah) seperti
َّ حِ ا
tersebut di atas.
8. 3. Makna Syahadat أنلا محم دلا رسوللا ال
ّاّ ا
Yaitu mengakui secara lahir batin bahwa
beliau adalah hamba Allah dan Rasul-Nya yang
diutus kepada manusia secara keseluruhan, serta
mengamalkan konsekuensinya: menta’ati
perintahnya, membenarkan ucapannya, menjauhi
larangannya, dan tidak menyembah Allah kecuali
dengan apa yang disyari’atkan.
9. a. Ilmu (mengetahui), yang menafikan jahl (kebodohan).
Artinya memahami makna dan maksudnya. Mengetahui apa yang
ditiadakan dan apa yang ditetapkan, yang menafikan ketidaktahuannya
dengan hal tersebut. Allah berfirman, “… akan tetapi (orang yang dapat
member syafaat ialah) orang yang mengakui hak (tauhid) dan mereka
meyakini (nya).” (QS. Az-Zukhruf: 86)
b. Yaqin (yakin) yang menafikan syak (keraguan).
Orang yang mengikrarkannya harus meyakini kandungan syahadat
ini. Manakala ia meragukannya maka sia-sia belaka persaksian itu. Allah
berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang
yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu
…” (QS. Al-Hujurat: 15)
Kalau ia ragu maka ia menjadi munafik. Nabi bersabda, “Siapa yang
engkau temui di balik tembok (kebun) ini, yang menyaksikan bahwa tiada ilah
(yang berhak disembah) selain Allah dengan hati yang meyakininya, maka
berilah kabar gembira dengan (balasan) Surga.” (HR. Al-Bukhari). Maka siapa
yang hatinya tidak meyakininya, ia tidak berhak masuk Surga.
10. c. Qabul (Menerima), yang menafikan radd (penolakan).
Menerima kandungan dan konsekuensi dari syahadat; menyembah
Allah semata dan meninggalkan ibadah kepada selain-Nya. Siapa yang
mengucapkan, tetapi tidak menerima dan menta’ati, maka ia termasuk
orang-orang yang difirmankan Allah , “Sesunggunya mereka dahulu apabila
dikatakan kepada mereka: ‘Laa ilaaha illallah’ (tiada tuhan yang berhak
disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri. Dan mereka
berkata: ‘Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sesembahan-
sesembahan kami karena seorang penyair gila?” (QS. Ash-Shafaat: 35-36)
d. Inqiyaad (tunduk dan patuh dengan kandungan dan makna
syahadat) yang menafikan tark (meninggalkan). Allah berfirman, “Dan
barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah , sedang dia orang
yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada
buhul tali yang kokoh.” (QS. Luqman: 22).
Makna ‘buhul tali yang kuat’ (Al-’Urwatul Wutsqa) pada ayat diatas adalah
laa ilaaha illallah. Dan makna ‘menyerahkan dirinya’ (yuslim wajhahu)
adalah yanqadu (patuh, pasrah).
11. e. Shidq (jujur), yang menafikan kadzib (dusta).
Yaitu mengucapkan kalimat ini dan hatinya juga
membenarkannya. Manakala lisannya mengucapkan, tetapi
hatinya mendustakan, maka ia adalah munafik dan pendusta.
f. Ikhlas, yang menafikan syirik.
Yaitu membersihakn amal dari segala debu-debu syirik,
dengan jalan tidak mengucapkannya karena mengingkari isi
dunia, riya’ atau sum’ah. Dalam hadits ‘Itban , Rasulullah
bersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan atas Neraka
orang yang mengucapkan laa ilaaha illallah karena
menginginkan ridha Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
12. g. Mahabbah (kecintaan),
yang menafikan baghdha’ (kebencian). Maksudnya
mencintai kalimat ini serta isinya, juga mencintai orang-orang
yang mengamalkan konsekuensinya. Allah berfirman, “Dan
diantara manusia ada orang-orang yang menyembah
tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya
sebagaimana mereka mencintai Allah, adapun orang-orang
yang beriman sangat cinta kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah:
165)
Maka ahluttauhid mencintai Allah dengan cinta yang tulus
bersih. Sedangkan ahlu syirik mencintai Allah dan mencintai
yang lainnya. Hal ini sangat bertentangan dengan isi kandungan
laa ilaaha illallah.
13. a. Mengkui kerasulannya dan meyakininya di dalam hati,
b. Mengucapkan dan mengikrarkan dengan lisan,
c. Mengikutinya dan mengamalkan ajaran kebenaran yang
telah dibawanya serta meninggalkan kebatilan yang telah
dicegahnya,
d. Membenarkan segala apa yang dikabarkan dari hal-hal yang
ghaib, baik yang sudah lewat maupun yang akan datang,
e. Mencintainya melebihi cintanya kepada dirinya sendiri,
harta, anak, orang tua, serta seluruh umat manusia,
f. Mendahulukan sabdanya atas segala pendapat dan ucapan
orang lain serta mengamalkan sunnahnya.